Perempuan dalam Konflik Aceh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perempuan dalam Konflik Aceh"

Transkripsi

1 KHAIRUL HASNI Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: Diterima tanggal 17 Mei 2011/Disetujui tanggal 24 Juni 2011 This is a study about women in Aceh during and after conflict. Serius human right violation against women, including rape and another forms of sexual abuse, have been reported in Indonesia s Aceh during the last decades. The military repression continued for a decade until the collapse of Suharto s authoritarian goverment in May Democatization started since then, but it did not affect the situation in Aceh as the military continued the internal war which was endorsed by the post-suharto civilian president. The oppotunity for peace finally arrived in the end of 2004 when Aceh was hit by tsunami. This research treis to understand how the condition of women changed before and after the peace-settlement. Many literatures on Aceh s conflict tend to highlight the success story of its post-conflict recovery which has been suported by various approach. However, this research found that women are still marginalized in various recontruction initiative largely due to the very lack of gender equality perspective in these effort. Therefore, Acehnes women face new challenge in the age of peace. Keywords: Conflict War, Violent, Human right. Pendahuluan Tahun 1980 Aceh menjadi konflik bersenjata ketika Presiden Soeharto memerintahkan operasi militer besar-besaran terhadap gerakan separatis di Aceh. Represi militer terus terjadi selama satu dekade sampai runtuhnya Soeharto, pemerintah otoriter pada bulan Mei Demokratisasi dimulai sejak saat itu, tetapi tidak mempengaruhi situasi di Aceh, militer melanjutkan perang internal yang telah disahkan oleh presiden pasca- Soeharto. Kesempatan untuk perdamaian akhirnya tiba di akhir tahun 2004 ketika Aceh dilanda tsunami. Seperti kampanye militer mengenai perjuangan gerilya gerakan separatis di Aceh, Soeharto memutuskan untuk menempatkan Aceh di bawah status DOM (Daerah Operasi Militer) tahun 1989, dalam rangka melakukan pembersihan terhadap GAM (Gerakan Aceh Mardeka). DOM telah mengambil alih hak-hak orang Aceh dalam berbagai bidang: pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. 44 Soeharto dan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) meluncurkan kampanye militer untuk mengalahkan dan menangkap orang Aceh, kelompok separatis GAM. Selama DOM, ABRI telah melakukan semua bentuk pelanggaran hak asasi manusia, pembunuhan ekstra-yudisial, penculikan, penyiksaan, menangkap sewenang-wenang dan pelanggaran lainnya di Aceh. 45 Operasi ABRI telah membuat posisi perempuan terbelenggu di Aceh, mereka sangat menderita dengan perkosaan dan kekerasan seksual yang mereka alami. Selain itu, aparat keamanan yang mencari anggota GAM, juga melakukan pembakaran dan menghancurkan rumahrumah masyarakat. 46 Meningkatnya eskalasi 44 Aceh Damai Dengan Keadilan: Mengungkap Kekerasan Masa Lalu, Seri Aceh II, Buletin Kontras (Februari 2006), hal., Veena Siddharth, Next steps for Aceh after the peace pact, The Jakarta Post (August 26, 2005). 46 Kontras, op.cit., hal

2 DOM, ABRI tidak hanya menangkap tersangka anggota GAM tetapi juga warga negara biasa. 47 Diperkirakan bahwa sekitar orang tewas dan lebih dari orang hilang selama DOM. Pada bulan Agustus 1998, Panglima ABRI Jenderal Wiranto mengumumkan untuk mencabut status DOM di Aceh. Wiranto juga meminta maaf rakyat Aceh untuk kesalahan yang telah dilakukan oleh ABRI selama periode DOM sejak tahun Namun, penghentian DOM tidak signifikan mengubah situasi di Aceh. Menurut Bantasyam, direktur eksekutif Hak Asasi Manusia Care Forum (FPHAM), sebuah LSM nasional, dan sejumlah besar orang menjadi korban kekerasan bahkan setelah Agustus Data Forum menunjukkan bahwa, antara tanggal 8 Agustus, 1998 dan 21 Desember 1999, 534 orang tewas di Aceh. Dengan demikian, kekerasan berlanjut di Aceh tanpa status DOM. ABRI, yang berganti nama menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) setelah pemisahan polisi dari ABRI pada tahun 1999, dibenarkan kampanye militer di Aceh sebagai upaya untuk mencegah disintegrasi nasional didorong oleh GAM. Presiden baru, BJ Habibie, yang secara konstitusional menggantikan Soeharto sebagai wakil presiden, mencoba mencari jalan untuk rekonsiliasi di Aceh. Pemerintah Habibie mengirimkan wakilnya ke Banda Aceh untuk melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat Aceh di Masjid Baiturahman Banda Aceh pada Maret Di sini, Habibie berjanji untuk menyelidiki dan menilai para pelaku pelanggaran HAM di Aceh. Dia juga berjanji untuk merehabilitasi para korban perang. Dengan inisiatif ini, serangan militer di Aceh menurun untuk jangka waktu tertentu. Selama presiden Habibie ( ) dan berhasil presiden Abdurrahman Wahid ( ), TNI terutama difokuskan pada tindakan defensif terhadap GAM yang melakukan serangan sporadis tentang TNI. Karena ini posisi defensif, GAM berhasil meningkatkan kekuatan, dan ada eskalasi serangan oleh GAM sejak tahun 2000, 47 Aceh Damai Dengan Keadilan, op.cit., hal Aceh Damai Dengan Keadilan, ibid., hal Indonesia The War in Aceh, Human Right Watch Vol 13, No 4-C (August 2001). khususnya di kota kedua Aceh yaitu Lhokseumawe, di mana markas gas alam dan Mobil / bandara Exxon berada. Untuk memahami perlawanan GAM, penting untuk mengetahui fakta bahwa banyak orang di Aceh tidak puas dengan pelayanan pemerintah yang dijanjikan pemulihan Aceh. Sebagai contoh, pemerintah membentuk Komisi Independen Anti Kekerasan dan Hak Asasi Manusia Investigasi, tetapi Komisi berakhir tanpa ada kesimpulan yang jelas. Selain itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan beberapa penyelidikan tapi, sekali lagi, hasilnya tidak mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab atas kekerasan sistematis selama DOM. Seperti yang diamati oleh Sidney Jones, Direktur Asia Human Right Watch, pemerintah Indonesia pada umumnya dan Komnas-HAM pada khususnya kecewa dan gagal muram untuk menyelidiki keseriusan pelanggaran hak asasi manusia. 50 Amnesty International juga mengecam pemerintah Indonesia yang mencoba untuk mengidentifikasi kekerasan di masa lalu sebagai masalah kejahatan, bukan pelanggaran hak asasi manusia. Ini adalah sikap pemerintah yang mulai dicurigai masyarakat Aceh mengenai komitmen Jakarta untuk memecahkan masalah pelanggaran hak asasi manusia selama era Soeharto. Mencerminkan frustrasi rakyat Aceh, aktivis mahasiswa setempat menyelenggarakan kongres mahasiswa Aceh pada tahun 1999 dan kemudian mendirikan Pusat Informasi Referendum Aceh (SIRA) yang mempromosikan kampanye lokal untuk menuntut referendum, ini belajar dari kasus Timor Timur pada bulan Agustus Kenyataan, ratusan ribu orang Aceh telah berbaris mendukung tindakan serupa penentuan nasib sendiri di wilayah Indonesia di Aceh. 51 Pada bulan Agustus 2001, pemerintah baru yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarnoputri adalah bertentangan dengan 50 Poor Work from Indonesian Right Commission On Aceh, (New York: March 15, 2002). 51 Michael Richardson, Indonesians Warn Against Aceh Referendum, [Artikel online], International Herald Tribune News (November 11, 1999), tersedia di: articles/1999/11/11/indo.2.t_7.php. 20

3 gerakan referendum dan cenderung untuk mengalahkan gerakan itu dengan kekerasan. 52 Pada tanggal 19 Mei 2003, pemerintah Megawati, yang tekanan dari kepala ultra-konservatif tentara-staf Jenderal Ryamizard Ryacudu, diperkenalkan darurat militer di Aceh dan mulai menyebarkan pasukan besar dari Jakarta untuk menindak GAM dan simpatisannya. Enam bulan kemudian, pada November 2003, pemerintah mengakhiri darurat militer, tetapi diadopsi sebagai "darurat sipil" status di Aceh untuk melanjutkan operasi militer untuk enam bulan ke depan. Sekitar prajurit TNI dan unit tambahan dari Brigade Mobile Polri dikerahkan sejak deklarasi pertama darurat militer pada Mei Menurut Elsam, saat itu sekitar orang meninggal dan sekitar seratus ribu orang terpaksa menjadi pengungsi di beberapa tempat. 53 Pemerkosaan dan jenis lain kekerasan seksual adalah bagian dari peperangan di Aceh. Wanita mengalami kerugian, perpindahan, kekerasan dan marjinalisasi. Sebagian besar tinggal di ketakutan dan diam di bawah ancaman konstan tindakan militer. Banyak perempuan kehilangan anggota keluarganya dalam pertempuran dan banyak perempuan yang menjadi sasaran kekerasan berbasis gender. Umumnya, para korban dibawa dari rumah mereka oleh pihak militer yang ingin memeriksa apakah atau tidak wanita yang terlibat dalam sayap GAM, atau "Inong Bale," atau adalah janda dari anggota GAM. Ini adalah modus operandi yang umum digunakan oleh militer untuk melakukan kekerasan seksual, yaitu perkosaan. Pelecehan seksual secara luas dilakukan pada saat militer datang ke rumah-rumah masyarakat dengan alasan mencari GAM serta Inong Bale. Kebanyakan wanita diminta untuk membuka kain mereka untuk memeriksa apakah mereka memiliki simbol "bulan dan bintang" (simbol bendera GAM) di dada mereka. Dalam kondisi demikian, ada banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual. Wanita yang menjadi korban 52 Aceh a Fragile Peace, ICG Asia Report No. 47 (27 February 2003), hal Aceh: Mengapa kesepakatan penghentian permusuhan sulit dipertahankan, Elsam Briefing Paper No. 2 (30 April 2003), hal. 3. kekerasan seksual juga menderita tekanan sosial dari masyarakat. Mereka sering dipersalahkan menjadi gagal untuk menjaga kehormatan keluarga dan seluruh masyarakat. Bahkan ada kasus bahwa masyarakat tempat mereka tinggal mengusir mereka karena mereka dituduh melakukan hubungan seks dengan musuh. Keadaan terus berlanjut hingga akhirnya konflik mulai berakhir di tahun Muncul pertanyaan tentang bagaimana perempuan aceh pasca konflik yang berkepanjangan tersebut. Studi ini akan mencoba menjawab pertanyaan ini. Pendekatan dan Metode Study ini dilakukan dengan pendekatan wawancara dan case study dengan peristiwa yang terjadi di Aceh selama terjadinya konflik dan setelah konflik. Pendekatan ini dipilih untuk mengali persoalan yang terjadi Aceh selama konflik yang mengakibatkan kondisi perempuan masih mengalami berbagai persoalan. Tulisan ini telah menggunakan metode analisis case study dan pengumpulan data dari berbagai organisasi. Perdamaian Aceh Pada tanggal 9 Desember 2002, baik pemerintah Indonesia dan GAM setuju untuk menandatangani Perjanjian Penghentian Permusuhan (CoHA). Perjanjian ini difasilitasi oleh Henry Dunant Centre (HDC), sebuah LSM perdamaian internasional di Swiss. Menurut Elsam, setelah dialog antara pemerintah dan GAM yang signifikan untuk mengurangi insentif konflik. Namun, dalam kenyataannya, baik TNI dan GAM tidak bersedia untuk mengurangi pasukan mereka. 54 Kurangnya kepercayaan antara kedua belah pihak menyulitkan HDC untuk memfasilitasi perdamaian di Aceh. 55 Kegagalan CoHA tampaknya memiliki beberapa alasan. Pertama, kedua pihak tidak dapat menyetujui pengaturan kembali operasi militer yang sah di Aceh. Kedua, mereka tidak bisa 54 Stephen Sherdock, Conflict in Aceh: A Military Solution, Current Issue Brief No. 32 (2002), hal Aceh: Balloting for Peace and Democracy, Report of International Observation Missions (2006), hal

4 sepakat tentang status politik masa depan Aceh, terutama mengenai tingkat otonomi daerah. Ketiga, hak Aceh mengelola sumber daya sendiri ekonomi tidak ditentukan. CoHA sepenuhnya didukung oleh Uni Eropa (UE), dan misi pemantauan yang didukung oleh Thailand dan Filipina. Jepang juga mencoba untuk membantu promosi CoHA dengan menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi antara pemerintah Indonesia dan GAM di Tokyo pada Mei Namun, semua upaya ini tidak bisa mencegah keruntuhan CoHA. Segera setelah pertemuan Tokyo, pemerintah Megawati mengumumkan darurat militer, yang secara efektif melanggar CoHA dan membawa Aceh kembali ke era perang internal. Kampanye militer di Aceh selama darurat militer dan darurat sipil terus sampai dengan Desember Namun, ada tanda perubahan di pihak Indonesia sejak Oktober 2004 ketika Megawati dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan pertama presiden negara itu langsung diadakan pada bulan September tahun. Segera setelah lahirnya pemerintahan baru, Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla diam-diam melakukan negosiasi dengan para pemimpin GAM untuk menemukan "exit" dari civil emergency. Di tengah negosiasi, Aceh dilanda tsunami pada 26 Desember Tsunami yang terkena lebih dari orang. Ironisnya, bencana ini telah menjadi momentum penting untuk memulai sebuah negosiasi perdamaian resmi antara pemerintah dan GAM. Pada kenyataannya, baik TNI dan GAM percaya bahwa perang tidak dapat dilanjutkan setelah tsunami Aceh yang hancur total. Pemerintah meminta Marti Ahtisaari untuk mengkoordinasikan negosiasi perdamaian, dan pada bulan Agustus 2005, baik pemerintah dan GAM akhirnya setuju untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di Helsinki. MoU meminta Jakarta untuk meninggalkan operasi militer di Aceh dan mengurangi sejumlah besar pasukan. MoU juga meminta GAM untuk melucuti diri dan meninggalkan kemerdekaan dari Indonesia. 56 Rodd McGibbon, Secessionist Challenge In Aceh and Papua: Is Special Autonomy the Solution, (East-West Center: Washington, 2004), hal. 46. Perjanjian damai disambut baik oleh masyarakat internasional. Untuk memantau janji kedua belah pihak, Aceh Monitoring Mission (AMM) didirikan dan muncul pada bulan September MoU meminta Jakarta untuk meninggalkan operasi militer di Aceh dan mengurangi sejumlah besar pasukan. MoU juga meminta GAM untuk melucuti senjata dan meninggalkan kata kemerdekaan dari Indonesia. Perjanjian damai disambut baik oleh masyarakat internasional dan masyarakat Aceh. Untuk memantau janji kedua belah pihak, Aceh Monitoring Mission (AMM) didirikan dan muncul menjadi ada pada bulan September Masyarakat internasional menanggapi dengan cepat dengan pemerintah dan organisasi nonpemerintah berjanji dekat dengan US $ 6 miliar untuk rekonstruksi di Aceh. kontribusi sendiri pemerintah Indonesia membawa total hingga sekitar US $9 miliar. 59 Presiden Yudhoyono cepat untuk meyakinkan masyarakat internasional bahwa pemerintah serius tentang memerangi korupsi. Namun, korupsi di Indonesia tersebar luas, dan segera menjadi perhatian bagi masyarakat internasional dan kelompok masyarakat sipil di Aceh. Kemudian, pemerintah membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR) untuk mengembangkan kebijakan dan program untuk Aceh pasca-konflik. BRR juga bertugas mengalokasikan dana rekonstruksi dari luar negeri. Namun, BRR segera menjadi gudang korupsi, birokrat Indonesia, politisi lokal Aceh dan mantan anggota GAM menjadi sibuk untuk mencari uang dan peluang bisnis dalam proses rekonstruksi Aceh. Perlindungan politik reorganisasi di Aceh pasca-helsinki. Kenyataan, kekuatan elit politik-ekonomi kewalahan mengusung keinginan masyarakat sipil di Aceh. Perda- 57 Christine Susanna Thjin, Post Tsunami Reconstruction and Peace Building in Aceh: Political Impacts and Potential Risks, Working Paper Series, Center for Strategic and International Studies, (Jakarta: October 2005), hal The Indonesia Human Right Campaign: Resounding victory for democracy in Aceh, Majalah Tapol (14 January 2007). 59 Rebuilding a Better Aceh and Nias, World Bank (2005), hal

5 maian telah tiba di Aceh, tapi gerakan masyarakat sipil untuk "demokratisasi" masih jauh dalam perjalanan proses politik Aceh. Reintegrasi telah menjadi fokus dari proses perdamaian di Aceh. Tugas melaksanakan program reintegrasi jangka panjang dibayangkan oleh MoU Helsinki diberikan kepada Otoritas Reintegrasi Aceh (BRA). Sebagai hasilnya BRA baru hanya berfokus pada programprogram sosial dan ekonomi dan telah didanai hampir seluruhnya oleh anggaran nasional. Meskipun banyak tantangan program reintegrasi BRA telah berhasil memberikan bantuan ekonomi untuk mantan kombatan GAM, mantan kelompok-kelompok milisi antiseparatis, masyarakat yang terkena dampak konflik, dan keluarga warga sipil yang tewas selama konflik. Bencana tsunami yang mengerikan menyebabkan hilangnya nyawa, properti, dokumen hukum, mata pencaharian, dan lapar. Sementara perkiraan bervariasi, sekitar orang tewas oleh gempa bumi dan tsunami di Aceh, dan sekitar orang kehilangan tempat tinggal. 60 Karena kerusakan itu begitu besar dan mewajibkan darurat penyelamatan, pemerintah Indonesia membuka Aceh kepada masyarakat internasional untuk memberikan bantuan. Setelah tragedi tsunami, ada berbagai inisiatif untuk menyelesaikan konflik Aceh, termasuk: (1).Masuknya mantan anggota GAM untuk mendukung dialog untuk mengakhiri konflik Aceh; (2).Komitmen untuk proses perlucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi (DDR); (3).Komitmen untuk melaksanakan pemilihan langsung untuk kepala pemerintah daerah (Pilkada); 61 (4).Pemerintah berencana untuk mempromosikan pembangunan rekonstruksi dan perdamaian; (5). Keterlibatan aktor-aktor internasional dan pemain lokal, khususnya dalam menangani perumahan dan tempat penampungan dan pembangunan kesejahteraanterkait lainnya, memberikan suasana yang baik untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. 62 Setelah tsunami, perundingan perdamaian berlangsung di Finlandia, dan dimediasi oleh sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh mantan presiden Martti Ahtisaari Finlandia. Indonesia dan GAM setelah pembicaraan damai yang cukup lama menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Helsinki pada tanggal 15 Agustus Aceh telah menjadi ruang politis paling dinamis di Indonesia sebagai akibat dari gerak politik yang baru dilahirkan oleh MoU ini. 63 Semua upaya berkaitan dengan reintegrasi, rekonstruksi dan pembangunan perdamaian di Aceh dipandu oleh prinsip keseluruhan memberikan kontribusi bagi masyarakat yang lebih adil dan merata. Sejak perjanjian perdamaian di Aceh dibuat, telah mengembalikan situasi keamanan yang mengejutkan. Selanjutnya, berdasarkan undangan resmi dari pemerintah Indonesia dan dengan dukungan penuh dari kepemimpinan GAM, menjamin pelaksanaan MoU Helsinki di Aceh, Uni Eropa telah membentuk apa yang disebut Aceh Monitoring Mission (AMM), yang dipimpin oleh Mr Pieter Feith dari Uni Eropa. Salah satu tujuan utama pembentukan AMM adalah untuk memastikan bahwa pelaksanaan berbagai aspek perjanjian damai yang ditetapkan dalam MoU Helsinki berjalan di jalur yang benar. Pembentukan AMM merupakan bagian dari menyediakan monitor untuk proses perdamaian di Aceh oleh Uni Eropa, bersama dengan lima negara kontribusi dari ASEAN (Thailand, Malaysia, Brunei, Filipina dan Singapura), Norwegia dan Swiss. AMM sedang melakukan muatan dalam rangka untuk berkontribusi pada solusi damai, komprehensif dan berkelanjutan untuk konflik di Aceh. Sejalan dengan ini, baik pemantauan situasi hak asasi manusia dan proses perubahan legislatif dan reintegrasi anggota GAM adalah diantara pekerjaan AMM di Aceh setelah penandatanganan MoU Helsinki. 64 Mandat AMM untuk melaksanakan tanggung jawab yang termasuk DDR (pelucutan 60 Daniel Fitzpatrick, Restoring and Confirming Right to Land in Tsunami-Affected Aceh, UNDP/OXFAM Report (14 July 2005), hal Christine Susanna Tjhin., op.cit., hal Ibid., hal Aguswandi, The Politic Process in Aceh: a new beginning Conciliation Resource (2008). 64 Rizal Sukma, Resolving the Aceh Conflict: the Helsinki Peace Agreement, (Jakarta: CSIS, 2005), hal

6 senjata, demobilisasi, dan reintegrasi) sebagai kerangka kerja bagi proses perdamaian. 65 Selain itu, fasilitasi ekonomi diramalkan dalam MoU untuk mantan tahanan politik pejuang amnesti dan efektif sipil. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk langkah-langkah fasilitasi ekonomi bagi mantan kombatan GAM sementara dilakukan untuk mengerahkan seluruh kombatan itu. 66 Pemerintah Indonesia juga telah menyampaikan janji pada amnesti dan mengampuni dari tahanan politik. Namun, selama dua tahun, amnesti untuk kombatan tidak terlaksana. Oleh karena itu, AMM memfasilitasi diskusi antara pihak yang datang ke kesepakatan bahwa amnesti harus segera dipromosikan. Berdasarkan laporan dari AMM, proses perdamaian di Aceh telah datang untuk kemajuan positif. Oleh karena itu, AMM mengumumkan untuk mengurangi jumlah kantor pemantau di Aceh. Dari 15 September 2006 misi akan berfungsi dalam konfigurasi 36 monitor. Kantor-kantor wilayah AMM telah ditutup pada 11 September Peran Perempuan yang Terpinggirkan Gubernur Aceh mengatakan, meskipun partisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah sangat penting untuk perempuan Aceh, kita harus menyadari bahwa partisipasi perempuan tidak dapat terjadi begitu cepat. 67 Kenyataan, jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam proses perdamaian formal masih sangat kecil di Aceh. Pemberdayaan Perempuan Biro Pemberdayaan Perempuan atau Biro (Biro PP) Provinsi Aceh merupakan salah satu lembaga yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Biro PP juga telah bekerja sama dengan LSM lokal dan internasional dan organisasi untuk membentuk lembaga regional untuk pemberdayaan dan perlindungan perempuan. Pada awalnya dibentuk untuk mengkoordinasikan pengembangan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan 65 Ibid., hal Ibid., hal The Peace Procces: Involvement of Women, Crisis Management Initiative (August 2006), hal. 25. di Aceh, tapi seiring waktu seperti yang dijelaskan di bawah ini, peran dan fungsinya telah melemah. Permasalahan lain adalah membatasi partisipasi perempuan dalam pemerintahan pengambilan keputusan adalah agama. Pasal 2 Qanun (peraturan daerah) tegas mengatakan bahwa pemberdayaan dan perlindungan perempuan di Aceh harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip Syariah (Hukum Islam), budaya Aceh, menghormati hak asasi manusia, keadilan gender dan kesetaraan, transparansi dan akuntabilitas, non-diskriminasi dan perlindungan korban. Sayangnya, draft Qanun mengabaikan perlindungan hak-hak perempuan Aceh dalam hal pendidikan, kesehatan, pekerjaan, ekonomi, hak sosial dan budaya, hak-hak politik, dan hak hukum. Tabel 1 Keterwakilan Perempuan Aceh dalam Lembaga Politik INSTITUTION Women Men Total % % Provincial Parliament Governor Head of District Head of Provincial Bodies Head of Provincial Office 6 Head of Provincial Bureaus Sumber: diolah dari berbagai sumber. Masalah atas semua tercermin dalam realitas di bawah-representasi perempuan Aceh pada pemerintah daerah (lihat Tabel 1). Keterwakilan perempuan dalam lembaga politik sangat minim. Hal ini secara luas diharapkan organisasi perempuan memiliki pengaruh langsung terhadap kebijakan kedua negara bagian dan lokal. Mereka diharapkan untuk berpartisipasi dalam pembentukan hukum berkaitan dengan posisi dan masalah perempuan, keluarga dan anak-anak. Pengalaman organisasi beberapa wanita dalam proses perdamaian di Guatemala berakar pada mobilisasi politik sebelumnya massa perempuan. Banyak organisasi perempuan yang tidak memiliki partisipasi yang kuat selama konflik, tetapi mereka memiliki tujuan yang jelas untuk terlibat dalam proses perdamaian dan pembentukan masyarakat di masa depan. 24

7 Di Aceh, Kongres Perempuan (Duek Pakat Inong Aceh) didirikan. Hampir 400 perempuan dari semua latar belakang (banyak di antaranya telah menderita akibat langsung dari konflik bersenjata) berkumpul dalam dialog pada bulan Februari Mereka berbagi pengalaman menyakitkan mereka, membentuk ikatan yang kuat dan direncanakan untuk masa depan. Berbagai harapan bahwa mereka akan mampu membuat Aceh lebih baik dan damai yang merupakan persyaratan mutlak untuk Aceh yang lebih baik mereka menyerukan dialog prioritas terhadap penyelesaian konflik dan bagi partisipasi perempuan lebih besar dalam semua keputusan politik-keputusan. Pada bulan April 2005, Duek Pakat Inong Aceh II (Kedua All-Aceh Kongres Perempuan), diselenggarakan oleh Balai syura ureueng Inong Aceh (BSUIA). 68 Kongres menekankan perlunya memperbaiki perempuan, partisipasi organisasi masyarakat sipil dalam keputusan politik, ekonomi, dan budaya pembuatan Aceh. 69 Syariah, atau hukum Islam, diperkenalkan di Aceh pasca-konflik sebagai suatu kebijakan untuk mempromosikan otonomi daerah. Hal ini dianggap sebagai langkah menuju perdamaian di Aceh. Mengingat tingginya tingkat religiusitas, dan tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan norma agama, nampaknya banyak orang Aceh baik mendukung gagasan Syariah atau setidaknya pasif menerimanya. Namun, tidak banyak orang Aceh percaya bahwa syariah mempunyai relevansi dengan resolusi konflik. Masalah ini dipandang sebagai salah satu tidak menyentuh pada akar konflik Aceh. Penerapan hukum syariah di Aceh dipandang sebagai komoditas politik bagi elit di Jakarta dan Banda Aceh. Namun demikian, proses pengembangan sistem Syariah telah berlanjut. 70 LSM di Aceh (MISPI misalnya, IDLO) memiliki program pada "women and Syariah 68 The Aceh Peace Processes: Involvement on Women, United Nation Development Fund for Women (UNIFEM) and Center for Community Development Education (CCDE), (Augustus 2006), hal. 9. Loc.cit. 70 Troy Jonhson, Voice for Aceh: Perspective on Syariat Islam, SEARC Working Paper Series No. 97 (November 2007), hal. 4. law" bekerja bersama-sama dengan ulama (guru agama) untuk menyediakan informasi deskriptif terutama hak-hak perempuan, tapi hati-hati melangkah dengan birokrasi Syariah Islam. Pemerintah provinsi telah melakukan upaya bersama untuk meningkatkan kesadaran di antara anggota masyarakat ketentuan Syariah yang telah disusun untuk Qanun. Penutup Tragedi tsunami membawa sebuah komitmen baru bagi perdamaian di Aceh, dan pada tanggal 15 Agustus 2005 Nota Kesepahaman bersejarah antara pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia ditandatangani di Helsinki, Finlandia. Uni Eropa dan ASEAN telah mendukung proses perdamaian dengan membentuk Misi Pemantau Aceh untuk memantau pelaksanaan MoU, termasuk decommissioning of weapons, mobilisasi pejuang GAM, dan reintegrasi anggota GAM ke dalam masyarakat mereka. Politik impunitas, jenis yang paling umum dari pelanggaran hak asasi manusia, dan kekerasan gender terhadap perempuan (perkosaan dan jenis lain kekerasan seksual) merupakan bagian dari peperangan di Aceh. Namun, kasus-kasus pengadilan pasca-konflik terhadap kekejaman HAM di Aceh sejauh ini telah benarbenar tidak memuaskan. Dampak kekerasan terhadap perempuan selama konflik memiliki efek trauma, dampak merugikan kesehatan, dan hilangnya kesempatan pendidikan dan produktivitas yang diderita oleh wanita telah menyebabkan hilangnya kontribusi sosial penuh perempuan dalam membangun kembali Aceh. Perempuan terpinggirkan dari proses pengambilan keputusan di berbagai bidang program pos-konflik (pemerintah daerah, program-program rekonstruksi, dan masalah hokum). Dalam hal ini, kondisi perempuan masih jauh dari rasa damai. Terlepas dari kenyataan bahwa Jakarta dan masyarakat internasional telah menekankan pendalaman perdamaian di Aceh sejak tahun 2005, isu-isu gender hampir tak tersentuh. Di sini terlihat bahwa upaya membangun kembali Aceh berdasarkan budaya tradisional ternyata tidak sensitif gender. Secara sistematis meminggirkan peran perempuan dalam kehidupan lokal. 25

8 Daftar Pustaka Aguswandi The Politic Process in Aceh: a new beginning. Conciliation Resource. Fitzpatrick, Daniel Restoring and Confirming Right to Land in Tsunami-Affected Aceh. UNDP/OXFAM Report (14 July). Jonhson, Troy Voice for Aceh: Perspective on Syariat Islam. SEARC Working Paper Series No. 97 (November). McGibbon, Rodd Secessionist Challenge In Aceh and Papua: Is Special Autonomy the Solution. East-West Center: Washington. Richardson, Michael Indonesians Warn Against Aceh Referendum. [Artikel online]. International Herald Tribune News (November 11). Tersedia di: /11/11/indo.2.t_7.php. Siddharth, Veena Next steps for Aceh after the peace pact. The Jakarta Post (August 26). Sherdock, Stephen Conflict in Aceh: A Military Solution. Current Issue Brief No. 32. Sukma, Rizal Resolving the Aceh Conflict: the Helsinki Peace Agreement. Jakarta: CSIS. Thjin, Christine Susanna Post Tsunami Reconstruction and Peace Building in Aceh: Political Impacts and Potential Risks. Working Paper Series, Center for Strategic and International Studies. Jakarta: October Indonesia The War in Aceh. Human Right Watch Vol 13, No 4-C (August) The Indonesia Human Right Campaign: Resounding victory for democracy in Aceh. Majalah Tapol (14 January) Aceh: Balloting for Peace and Democracy. Report of International Observation Missions Aceh Damai Dengan Keadilan: Mengungkap Kekerasan Masa Lalu, Seri Aceh II. Buletin Kontras (Februari) The Aceh Peace Processes: Involvement on Women. United Nation Development Fund for Women (UNIFEM) and Center for Community Development Education (CCDE)(Augustus) The Peace Procces: Involvement of Women. Crisis Management Initiative (August) Rebuilding a Better Aceh and Nias. World Bank Aceh a Fragile Peace. ICG Asia Report No. 47 (27 February) Aceh: Mengapa kesepakatan penghentian permusuhan sulit dipertahankan. Elsam Briefing Paper No. 2 (30 April) Poor Work from Indonesian Right Commission On Aceh. (New York: March

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka Lampiran Terjemahan resmi ini telah disetujui oleh delegasi RI dan GAM. Hanya terjemahan resmi ini yang Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam. Sejarah pernah mencatat bagaimana kegemilangan kerajaan Aceh pada masa pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

Society ISSN :

Society ISSN : Pembangunan Demokrasi Pasca Konflik di Aceh Oleh Alfon Kimbal 1 Abstract Tulisan ini akan mengulas tentang pembangunan di Aceh pasca Konflik antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sangat

Lebih terperinci

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA Oleh: NAMA : AGUNG CHRISNA NUGROHO NIM : 11.02.7990 KELOMPOK :A PROGRAM STUDI : DIPLOMA 3 JURUSAN DOSEN : MANAJEMEN INFORMATIKA : Drs.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN, Dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Itulah sebabnya Indonesia dijuluki sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sangatlah unik dikaji, terutama pada Pada masa ini hubungan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sangatlah unik dikaji, terutama pada Pada masa ini hubungan 188 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dinamika hubungan pemerintahan pusat dan pemerintahan Aceh sangatlah unik dikaji, terutama pada 1999-2006. Pada masa ini hubungan pemerintahan pusat

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA RUU ACEH PRESENT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PEMERINTAHAN ACEH PASCA KESEPAKATAN HELSINKI Gerakan Aceh Merdeka (GAM) : Dibentuk pada tahun 1975, merupakan gerakan yang didirikan sebagai bentuk perlawanan

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 28 Februari 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 28 Februari 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. merupakan bentuk kekecewaan terhadap tidak terpenuhinya janji-janji Soekarno

BAB V KESIMPULAN. merupakan bentuk kekecewaan terhadap tidak terpenuhinya janji-janji Soekarno BAB V KESIMPULAN Konflik Aceh dengan Pemerintah Indonesia yang diawali pada tahun 1953 merupakan bentuk kekecewaan terhadap tidak terpenuhinya janji-janji Soekarno sebagai Presiden Pertama Indonesia. Secara

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH -1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH I. UMUM Salah satu kewenangan Pemerintah Aceh yang diamanatkan dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PAPUA: PERLUNYA PENDEKATAN KOMPREHENSIF

PENYELESAIAN MASALAH PAPUA: PERLUNYA PENDEKATAN KOMPREHENSIF Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 2 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia PENYELESAIAN MASALAH PAPUA: PERLUNYA PENDEKATAN KOMPREHENSIF Bustanul Arifin Department

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah dalam proses perjalanan kehidupan bernegara diarahkan pada upaya mewujudkan tujuan dari dibentuknya suatu negara. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Maret 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN BAGI KORBAN PELANGGARAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH, INDONESIA

SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN BAGI KORBAN PELANGGARAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH, INDONESIA SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN BAGI KORBAN PELANGGARAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH, INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF Publikasi Amnesty International Dipublikasi pertama kali pada tahun 2013 oleh Amnesty

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

MENGHADIRKAN KOMISI KEBENARAN DI ACEH: SEBUAH TANTANGAN INDONESIA UNTUK BERPIHAK PADA KEBENARAN DAN KEADILAN

MENGHADIRKAN KOMISI KEBENARAN DI ACEH: SEBUAH TANTANGAN INDONESIA UNTUK BERPIHAK PADA KEBENARAN DAN KEADILAN MENGHADIRKAN KOMISI KEBENARAN DI ACEH: SEBUAH TANTANGAN INDONESIA UNTUK BERPIHAK PADA KEBENARAN DAN KEADILAN I. Pengantar 1. Sebuah capaian signifikan dalam mengahiri konflik sipil berkepanjangan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Dalam UUD 1945, pengaturan tentang pemerintah daerah diatur dalam Bab VI pasal

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah Rabu, 28 September 2016, Taryana Hassan, Direktur Riset Krisis dan Bencana di Lembaga Amnesty Internasional

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) Dilihat dari gambaran umum dan penyebab konflik, maka dapat diciptakan sebuah model 2x2 matriks

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Acara Dialog Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

-1- QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG -1- QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

Acheh Sumatra National Liberation Front

Acheh Sumatra National Liberation Front Acheh Sumatra National Liberation Front Hak hak Azasi Manusia di Aceh: Implementasi Kesepakatan MoU Helsinki Ariffadhillah Ketua Presidium 14 Juni 2016 Ruang PHS7C050 di Parlemen Eropa, Brussels Pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan, 129 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya terkait langkah diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan, maka dapat

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2012 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 31 Mei 2006 Bank Dunia/DSF Sebagai bagian dari program dukungan untuk proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan Masyarakat di Bank Dunia Jakarta menggunakan

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB III POSISI INDONESIA DI MATA DUNIA INTERNASIONAL DALAM KASUS PELANGGARAN HAM DI ACEH

BAB III POSISI INDONESIA DI MATA DUNIA INTERNASIONAL DALAM KASUS PELANGGARAN HAM DI ACEH BAB III POSISI INDONESIA DI MATA DUNIA INTERNASIONAL DALAM KASUS PELANGGARAN HAM DI ACEH BAB ini akan membahas bagaimanapengaruh kasus pelanggaran HAM di Aceh yang dilakukan oleh militer Indonesia, terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Otonomi khusus yang diberlakukan di Indonesia dapat dikatagorikan desentralisasi asimetris. Sebenarnya konsep otonomi daerah alternatif atau devolusi berbasis kewilayahan/regional

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan

Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan Latar Belakang Masalah Implementasi kebijakan tidak pro rakyat Kerentanan terhadap pluralisme budaya dan sentimen agama Penguasaan

Lebih terperinci

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Dipresentasikan pada The Indonesian Forum seri 3 The Indonesian Institute. Kamis, 3 Maret 2011 Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Ir.

Lebih terperinci

amnesti internasional

amnesti internasional [Embargo: 11 Maret 2004] Umum amnesti internasional Indonesia Direktur-direktur Amnesti Internasional seluruh Asia Pacific mendesak partai-partai politik untuk menjadikan HAM sebagai prioritas Maret 2004

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 SEJARAH BERDIRINYA GAM HINGGA MENJADI PARTAI ACEH

BAB 2 SEJARAH BERDIRINYA GAM HINGGA MENJADI PARTAI ACEH 19 BAB 2 SEJARAH BERDIRINYA GAM HINGGA MENJADI PARTAI ACEH 2.1. Sejarah Berdirinya GAM. Dalam catatan sejarah, Aceh dapat dikatakan sebagai daerah yang tidak pernah lepas dari konflik. Pasca kemerdekaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006

Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Laporan Hasil Pemantauan Konflik di Aceh 1 Juni 31Juli 2006 World Bank/DSF Sebagai bagian

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? 48 Konvensi Hak Anak: Suatu Fatamorgana Bagi Anak Indonesia KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? Endang Ekowarni PENGANTAR Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 1 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Mengadopsi Pendekatan Berbasis Masyarakat untuk Pemulihan Pasca Bencana: Pelajaran dari

Lebih terperinci

Dukungan Masyarakat Sipil Menuju Kota HAM

Dukungan Masyarakat Sipil Menuju Kota HAM Dukungan Masyarakat Sipil Menuju Kota HAM Kedudukan Pemda Kewajiban Negara atas HAM Negara Pihak terikat dalam perjanjian HAM internasional yang diratifikasi. Kewajiban Negara atas HAM: (i) menghormati;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

ALASAN-ALASAN DIBALIK DIBATALKANNYA UNDANG- UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DI INDONESIA

ALASAN-ALASAN DIBALIK DIBATALKANNYA UNDANG- UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DI INDONESIA ALASAN-ALASAN DIBALIK DIBATALKANNYA UNDANG- UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DI INDONESIA Kasus Posisi Mochammad Tanzil Multazam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Wacana

Lebih terperinci

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI NOTA KESEPAHAMAN (MOU) HELSINKI DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2005 SAMPAI 2008 TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI NOTA KESEPAHAMAN (MOU) HELSINKI DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2005 SAMPAI 2008 TESIS UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI NOTA KESEPAHAMAN (MOU) HELSINKI DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2005 SAMPAI 2008 TESIS Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Subur Wahono

Lebih terperinci

SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN ATAS KEJAHATAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH INDONESIA

SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN ATAS KEJAHATAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH INDONESIA SAATNYA MENGHADAPI MASA LALU KEADILAN ATAS KEJAHATAN MASA LALU DI PROVINSI ACEH INDONESIA Amnesty International adalah gerakan global dengan lebih dari 3 juta pendukung, anggota dan aktivis di lebih dari

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci