BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani Etnobotani berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun atas kata ethnos dan botany. Ethnos berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan, sehingga etnobotani dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam pemanfaatan secara tradisional. Istilah etnobotani pada awalnya diusulkan oleh Harsberger pada tahun 1893 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang (Soekarman & Riswan 1992). Rifai dan Walujo (1992) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan etnobotani adalah ilmu yang mendalami hubungan budaya suatu masyarakat dengan komunitas alam hayati di sekitarnya (khususnya tumbuhan). Dharmono (2007) mendefinisikan etnobotani sebagai ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani ini merupakan ilmu yang kompleks karena tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu. Banyak disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan dan pendekatan etnobotani, misalnya linguistik, antropologi, sejarah, pertanian, kedokteran, farmasi dan lingkungan (Suwahyono et al. 1992). Menurut Purwanto (2000) ruang lingkup kajian etnobotani, di antaranya : 1) etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi tumbuhan, adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam; 2) pertanian tradisional, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman serta sistem pengelolaan sumberdaya tanaman; 3) etnobotani kognitif, studi tentang persepsi tradisional terhadap keanekaragaman sumberdaya alam tumbuhan, melalui analisis simbolik dalam ritual dan mitos serta konsekuensi ekologinya, organisasi dari sistem pengetahuan melalui studi etnoksonomi; 4) budaya materi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan serta

2 5 produk tumbuhan dalam seni dan teknologi; 5) fitokimia tradisional, studi tentang pengetahuan tradisional mengenai penggunaan berbagai spesies tumbuhan dan kandungan bahan kimianya, contohnya insektisida lokal dan tumbuhan obatobatan; 6) paleobotani, studi tentang interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi. Disiplin ilmu lain yang terkait kajian etnobotani adalah ilmu taksonomi, ekologi dan geografi tumbuhan, pertanian, kehutanan, sejarah, antropologi dan ilmu yang lain (Soekarman & Riswan 1992). Pengkajian etnobotani saat ini menjadi penting di tengah krisis dimensional yang terjadi. Banyak di antara para ilmuan mengkaji aspek ini sebagai upaya pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan nasional juga upaya konservasi mulai dari keanekaragaman flora yang ada, juga kearifan tradisional yang mulai menghilang. Dengan kajian etnobotani diharapkan dapat menggali potensi tumbuhan berguna dan pola pemanfaatannya. Dengan diketahuinya pola pemanfaatan tradisional terhadap tumbuhan oleh masyarakat diharapkan dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat. Bentuk pemanfaatan tumbuhan disetiap daerah di Indonesia sangat beragam. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, potensi tumbuhan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Misalnya, pada masyarakat Papua, tumbuhan yang banyak dijadikan sumber pangan adalah ubi dan sagu (Somantri 2008). Kemudian masyarakat Etnis Dani yang menempati Lembah Baliem, Jaya Wijaya, di sekitar Wamena dan Karulu. Mereka menganggap bahwa hutan tidak hanya sebagai hal yang magis religius, tetapi juga sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi mereka. Mereka menggunakan sumberdaya alam sebagai bahan sandang, pangan, obat tradisional dan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat juga ditunjukkan oleh masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tidak kurang dari 25 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit rakyat seperti sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelateng, demam, gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, keloh, disentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Hal ini merupakan wujud bentuk

3 6 kearifan lokal masyarakat Suku Sasak yang berada di Desa Senaru dalam memanfaatkan tumbuhan (Riswan & Andayaningsih 2008). Beragamnya bentuk pemanfaatan tumbuhan dari berbagai daerah dapat menjadi kekayaan bagi kebudayaan Indonesia. Selain perbedaan dalam pola pemanfaatan tumbuhan, juga memungkinkan masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan yang sama dalam manfaat yang berbeda maupun tumbuhan berbeda dengan manfaat yang sama. Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dengan etnobotani, yaitu: 1) pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) penilaian kuantitatif tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) pendugaan tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk keperluan sendiri maupun untuk tujuan komersial; dan 4) proyek yang bermanfaat untuk memaksimalkan nilai yang dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin 1998). Dokumentasi sebagai salah satu usaha utama dalam etnobotani merupakan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan. Dokumentasi tersebut dapat berupa dokumen tertulis, rekaman foto, majalah, film dokumenter. Dalam hal botani, dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengumpulan spesimen (herbarium). 2.2 Kearifan Tradisional Kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf 2002). Pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal secara turun temurun (Soekarman & Riswan 1992). Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan langsung maupun pengalaman sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Bangsa Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku mempunyai kebudayaan dan adat istiadat masing-masing yang berkembang dan diwariskan

4 7 secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kehidupan sukusuku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya. Pola hidup tradisional inilah yang kemudian membentuk kearifan tradisional. Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana hubungan di antara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas Keraf (2002) menyebutkan bahwa : 1. Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu. 2. Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praktis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam dengan baik. 3. Kearifan tradisional lebih bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta. 4. Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral. 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan Pemanfaatan tumbuhan tradisional dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat adat, tradisional maupun masyarakat sekitar kawasan yang masih menurunkan warisan kearifan tradisional leluhurnya. Pemanfaatan ini bukan dipandang sebagai suatu yang misterius, melainkan sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi masyarakat. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), baru sekitar 3-4% tumbuhan bermanfaat yang ada di Indonesia sudah dibudidayakan dan ditanam, sementara sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat yang berasal dari hutan digunakan sebagai bahan sandang, bahan noken (anyaman), bahan pewarna, bahan obat tradisional, upacara adat dan kegiatan sosial, bahan pangan, bahan bangunan, bahan tali-temali, kayu bakar,

5 8 bahan alat (tani, parang atau senjata) dan bahan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992). Menurut Zuhud et al. (2004), tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok kegunaan di antaranya tumbuhan obat, tumbuhan aromatik, tumbuhan pangan, tumbuhan penghasil warna, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan untuk keperluan ritual dan keagamaan, tumbuhan penghasil tali, anyaman, kerajinan, tumbuhan penghasil kayu bakar, tumbuhan penghasil minuman dan tumbuhan penghasil bahan bangunan. Selain beragamnya pemanfaatan (fungsi) tumbuhan di atas, setiap bagian tumbuhan yang dimanfaatkan juga berbeda-beda, misalnya saja bagian yang dimanfaatkan adalah buah, daun, umbi, akar, kulit, bunga, biji, getah, batang dan sebagainya. Berdasarkan habitus tumbuhan yang dimanfaatkan, tumbuhan juga dikelompokkan dalam beberapa habitus. Habitus merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut: a) Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah. b) Perdu merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah. c) Semak merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 1 m. d) Herba merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. e) Liana merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat pada tumbuhan lain. f) Epifit merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya Tumbuhan pangan Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Pangan berasal dari bahan hewani dan nabati (tumbuh-tumbuhan). Menurut Kamus Besar

6 9 Bahasa Indonesia bahan pangan nabati atau lebih dikenal tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi hewan disebut pakan). Produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal dikenal dengan sebutan pangan lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Biasanya produk lokal sering menggunakan nama daerah seperti dodol garut dan talas bogor. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 menjelaskan pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut Depkes RI (1983) pengertian tanaman pangan yaitu kelompok tanaman yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh manusia, berupa sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Tumbuhan pangan ada yang berasal dari tumbuhan rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat tinggi ini dapat diperoleh dari hasil hutan berupa buah-buahan, dedaunan dan biji-bijian. Pada umumnya tumbuhan pangan berasal dari kelompok buah-buahan, sayur-sayuran dan sereal (Sunarti et al. 2007) atau mengandung karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan (Purwadarminta 1988). Tumbuhan penghasil pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga (Moeljopawiro & Manwan 1992) yaitu: a) Komoditas utama: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau (Phaseolus radiatus), ubi kayu (Manihot utilissima) dan ubi jalar (Ipomoea batatas).

7 10 b) Komoditas potensial: sorgum (Andropogon sorgum), kacang tunggak (Vigna sinensis), kacang gude (Cajanus cajan), wijen (Sesamum orientale), talas (Colocasia esculenta), ubi kelapa (Dioscorea alata) dan sagu (Metroxylon spp.). c) Komoditas introduksi: ganyong (Canna edulis), jawawut (Panicum viridae), terigu (Triticum sativum) dan kara (Dolichos lablab). Tumbuhan pangan di alam memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan sebagainya. Kandungan tersebut dapat ditemukan pada spesies tumbuhan seperti kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran dan sereal (sumber karbohidrat) (Kartikawati 2004). a. Kacang-kacangan Kacang-kacangan merupakan biji-bijian yang dapat diperoleh dari spesies polong-polongan. Polong-polongan adalah anggota suku Fabaceae yang memiliki polong/legum. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk ke dalam anak suku Papilionoidae (anak suku terbesar dari Fabaceae) yang masih memiliki 450 marga dan spesies. Kacang-kacangan bermanfaat sebagai bahan pangan yang kaya protein (Koswara 2010). b. Buah-buahan Buah-buahan merupakan komoditas yang besar dan beraneka ragam (Kartikawati 2004). Buah dapat dimakan dalam keadaan segar, maupun yang telah dikeringkan atau yang telah diolah. Buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah (tidak dimasak, matang dari pohonnya). Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh (Dhalimarta & Adrian 2011) menyeimbangkan menu makanan, kaya protein, energi dan ada yang mengandung lemak. c. Sayuran Sayuran merupakan komoditas tumbuhan yang mengandung air. Menurut Kartikawati (2004), beberapa contoh sayuran yang biasanya ditanam di kebun dan merupakan spesies tumbuhan hortikultura di antaranya selada (Lactuca sativa),

8 11 katuk (Sauropus androgynus), berbagai spesies kobis, kol (Brassica oleraceae), kangkung (Ipomea aqutica) dan spesies lainnya. Adapun sayuran yang digunakan sebagai bumbu, yaitu bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), daun bawang (Allium ampeloprasum), seledri (Apium graveolens). Spesies tumbuhan yang fungsi sekundernya sebagai sayuran adalah daun pepaya (Carica papaya), daun ubi jalar (Ipomea batatas), jagung muda (Zea mays) dan daun singkong (Manihot utillisima). d. Palem-paleman dan umbi-umbian Palem-paleman dan umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat terpenting (Sunarti et al. 2007). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Beberapa spesies tumbuhan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya adalah sagu (Metroxylon spp.), aren (Arenga pinnata) dan lain-lain yang merupakan jenis palem berkarbohidrat, kemudian ubi jalar (Ipomea batatas), singkong (Manihot utillisima) dan sebagainya yang merupakan umbi berkarbohidrat Ketahanan Pangan Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan menjelaskan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensional, yaitu adanya hubungan keterkaitan antara mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Menurut Hariyadi (2010), aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari 4 hal yaitu (1) aspek ketersediaan pangan (food availibity), (2) aspek stabilitas ketersediaan/pasokan pangan (stability supplies) (3) aspek keterjangkauan (acces supplies) dan (4) aspek konsumsi (food utilization). Faktor-faktor struktur sosial, budaya, politik dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahanan pangan. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar (basic determinan) bagi ketahaan pangan.

9 12 Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan yang selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif dan berdaya saing sebagaimana indikator ketahanan pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariyadi 2010) Kedaulatan pangan Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui peningkatan produksi pangan dan pengurangan konsumsi yang berlebihan dan tidak perlu, disertai pembangunan pedesaan terpadu. Ketidakberhasilan dalam penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi munculnya strategi alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan. Kemandirian pangan dapat dilihat dari kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, bermutu baik, dan aman yang berbasis pada pemanfaatan secara optimal sumber daya lokal. Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu/keamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan untuk: (1) mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam menentukan kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangan berdasarkan pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; (2) mengurangi ketergantungan pada pangan impor; (3) memanfaatkan keragaman sumber daya hayati untuk memproduksi berbagai komoditas pangan non beras; (4) menciptakan lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan; (5) membebaskan petani tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat (Swastika 2011).

10 Tumbuhan obat Tumbuhan obat menurut Depkes RI sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut: a) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu b) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor) c) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat Zuhud et al. (1994) menjelaskan bahwa tidak kurang dari 1260 spesies tumbuhan yang sudah diketahui bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni: 1. Tumbuhan obat tradisional: spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern: spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial: spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis. Tumbuhan obat sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat saat ini. Semula, untuk kelangsungan hidupnya, manusia menggantungkan semua keperluan pada alam sekitarnya, termasuk untuk menjaga kesehatan (Pramesthi 2008). Sejalan dengan sejarah perkembangan manusia, pengetahuan tentang penyakit dan pengalaman tentang pengobatan penyakit, semakin lama semakin banyak ragamnya, sesuai dengan budaya, kemampuan bangsa, lingkungan, serta ragam flora dan fauna yang ada. Pengolahan tumbuhan obat sebelum dikonsumsi, dapat berbagai macam cara. Mulai dari daun atau bunga yang direbus, sari yang diperas dari daun dan tapal yang dapat diperoleh dari akar atau kulit kayu atau juga bahan simplisia

11 14 yakni bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami proses apapun kecuali dikeringkan (Depkes RI 1980). Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini. Rostiana et al. (1992) menambahkan bahwa di antara jenis-jenis simplisia yang dominan penggunaannya, selama kurun waktu lima tahun ( ) terdapat enam spesies yang sudah memasyarakat pembudidayaannya yaitu temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit dari famili zingiberaceae serta ada dari famili umbelliferae. Setiap suku di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan ramuan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, maka peluang menyembuhkan suatu penyakit pun menjadi semakin besar. Hal ini karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk semua orang. Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, Aliadi dan Roemantyo (1994) membagi masyarakat pemanfaat tumbuhan obat menjadi tiga kelompok, yaitu: a) Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional, umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan b) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan prasarana kesehatan terbatas c) Kelompok industriawan obat tradisional 2.4 Tri-Stimulus Amar Pro-Konservasi Konsep Tri-Stimulus Amar Konservasi digunakan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang efektif demi terwujudnya keberlanjutan sumberdaya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat (Zuhud 2007). Tiga komponen stimulus yang mendorong terwujudnya konservasi yaitu stimulus

12 15 alamiah, manfaat dan religius-rela yang merupakan kristalisasi dari nilainilai: kebenaran, kepentingan, dan kebaikan. Stimulus alamiah dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat mengandung nilai-nilai kepentingan untuk manusia di dalamnya, seperti memperoleh manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya. Stimulus religius-rela mengandung nilai-nilai kebaikan yang di dalamnya mengharap ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Tri-Stimulus Amar Konservasi pada awalnya diharapkan menimbulkan 3 sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta, dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap konservasi tersebut, masing-masing diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud di dunia nyata karena banyaknya partisipasi dan sikap pro konservasi dari masyarakat ataupun instansi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam hayati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Tradisional Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etnobotani Etnobotani menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan kehidupan sehari-hari dan adat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Pangan dan Obat 2.1.1 Tumbuhan pangan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan

Lebih terperinci

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat) ARYA ARISMAYA

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Indonesia Keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan Indonesia sangat tinggi. Saat ini tercatat kurang lebih 1.260 jenis tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Menurut Maijer (1974) dalam Soekarman (1992) diperkirakan hutan Indonesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk salah satu negara megadiversity yang kaya keanekaragaman hayati. Di dunia terdapat kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tinggi, dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa lokal disebut Erom berasal dari Benua Amerika. Para akhli botani dan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TAHURA (Taman Hutan Raya) Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) di Indonesia dimulai pada tahun 1985 yaitu dengan ditetapkannya Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda di Bandung...TAHURA.merupakan.suatu\kawasan.konservasi.yang.pengelolaannya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan lokal merupakan buah yang varietas tanamannya asli dari Indonesia dan ditanam oleh petani Indonesia terlepas dari nama dan varietasnya.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Media Konservasi Vol. 19, No. 1 Desember 2014: 146 153 PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI The Utilization of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang. Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang. Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan budaya manusia. Suku-suku bangsa telah mengembangkan sendiri tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang 29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan di Indonesia Tumbuhan Obat

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan di Indonesia Tumbuhan Obat TINJAUAN PUSTAKA Potensi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan di Indonesia Hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi di dunia. Indonesia termasuk dalam daftar negara megabiodiversiti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang menghasilkan banyak bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian. Menurut Zulaekah (2002),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Pangan Bahan pangan di setiap wilayah berbeda-beda sesuai dengan keadaan tempat dan budaya. Biasanya tanaman pangan yang digunakan adalah berasal

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuhan dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- Nya. Manusia diberi kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercayakan Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama Negara lain di Asia seperti Cina dan India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau maternal merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu indikator yang tertuang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani 6 2 TINJAUAN PUSTAKA Etnobotani Awal tahun 1985, ilmu etnobotani secara sederhana telah menggambarkan penggunaan tumbuhan oleh masyarakat suku Aborigin, namun dalam kurun waktu yang panjang ilmu tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Masyarakat dengan Tumbuhan Interaksi adalah suatu bentuk hubungan timbal balik. Bentuk interaksi dapat berupa interaksi positif maupun negatif. Pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya di dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam hayati sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok besar, yaitu masyarakat pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dua

I. PENDAHULUAN. kelompok besar, yaitu masyarakat pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa kini, secara garis besar kebudayaan manusia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu masyarakat pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dua pengelompokan ini menggambarkan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang baik beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Margadalom, Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dan Taman Hutan Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercaya Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan TINJAUAN PUSTAKA 1. Kondisi Umum Hutan Batang Toru Kawasan hutan alam Batang Toru termasuk tipe hutan pegunungan rendah, hutan gambut pada ketinggian 900-1000 mdpl, hutan batu kapur, hutan berlumut (seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang 1 I. PENDAHULUAN Pekarangan merupakan suatu ekosistem spesifik berupa ekosistem buatan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang didominasi oleh tanaman budidaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi. Tanaman herbal tergolong rempah-rempah dan tanaman buah yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia salah satunya berfungsi dalam menyembuhkan. berbagai penyakit yang dikenal sebagai tumbuhan obat.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia salah satunya berfungsi dalam menyembuhkan. berbagai penyakit yang dikenal sebagai tumbuhan obat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beranekaragam contohnya adalah tumbuhan, tumbuhan yang memiliki peranan yang sangat penting dan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih banyak flora atau tumbuhan yang belum diketahui pemanfaatannya. Di sisi lain kehilangan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-11 PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 PANGAN Definisi PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai bukti kebesaran Allah SWT antara lain pada Surat Asy syu'araa' ayat 7-8, yaitu: Artinya: Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengobatan menggunakan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal, didukung dengan kondisi geografis yang mana tanaman beraneka jenis mudah tumbuh di iklim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149/SK/Menseknes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004), definisi tumbuhan obat adalah

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi Kabupaten Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten di propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan mega-center keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau dengan

Lebih terperinci

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT Oleh : ENDANG SUPRIYATI, SE KETUA KWT MURAKABI ALAMAT: Dusun Kenteng, Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. APA YANG ADA dibenak dan PIKIRAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani Chandra (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dari bahasa Yunani) yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman suku bangsa terbesar di dunia. Tercatat kurang lebih ada 159 suku bangsa yang mendiami ribuan kepulauan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus mengimpor gandum yang tidak dapat diproduksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang pada mulanya berbasis pada sumber daya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Maksud dari Negara kepulauan adalah Indonesia terdiri dari banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki keterikatan sejarah yang kuat dalam pelestarian tumbuhan obat. Pendiri KRB yaitu Prof. Caspar George Carl Reinwardt merintis kebun ini

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara terluas ke 7 di dunia dengan luas wilayah mencapai 5.193.250 km², luas tersebut sudah mencakup satu pertiga luas daratan dan dua pertiga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai 11 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas masyarakat yang hidup di desa khususnya yang berada di pinggiran hutan atau yang berbatasan langsung dengan alam lingkungan sangat bergantung sekali dengan

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Keadaan alam yang berbeda dari satu pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

Ketika saya pertama kali diminta untuk memberikan kata pengantar

Ketika saya pertama kali diminta untuk memberikan kata pengantar Pembangunan Pertanian dan Pangan Lokal untuk Penguatan Ketahanan Pangan yang Mandiri: Sebuah Pengantar Purwiyatno Hariyadi Ketika saya pertama kali diminta untuk memberikan kata pengantar pada buku ini

Lebih terperinci