STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR TM STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY AUFAR NUGRAHA NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. Herman Sasongko NIP JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

2 TUGAS AKHIR TM STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY AUFAR NUGRAHA NRP Pembimbing: Prof.Dr.Ing.Ir.Herman Sasongko NIP PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

3 FINAL PROJECT TM DIMENSIONAL NUMERICAL ANALYSIS FLOW IN WIDYA WAHANA V UNDERBODY AUFAR NUGRAHA NRP Faculty Advisor Prof.Dr.Ing.Ir.Herman Sasongko NIP DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING FACULTY OH INDUSTRIAL TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2017

4

5 STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY Nama Mahasiswa : Aufar Nugraha NRP : Jurusan : Teknik Mesin FTI ITS Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ing.Ir.Herman Sasongko ABSTRAK Widya wahana V merupakan mobil listrik bertenaga surya yang dibuat oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Seperti pada mobil listrik bertenaga surya lainnya, Widya Wahana V dilengkapi dengan sel surya yang dapat menghasilkan energi listrik untuk menjalankan Brush Less DC Motor. Namun mobil bertenaga surya saat ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Pada penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh faktor aerodynamic khususnya pada bagian underbody dari mobil untuk mengoptimasi keterbatasan energi yang dimiliki oleh mobil bertenaga surya. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian simulasi numerik 3D. Benda uji yang digunakan berupa model mobil Widya Wahana V. Dengan melakukan variasi ground clearance,bentuk tunnel, bentuk leading edge, dan lebar diffuser. Data pertama yang didapatkan berupa coefficient pressure pada setiap model uji. Data kedua yang didapatkan berupa coefficient drag dan coefficient lift pada setiap model uji. Selanjutnya observasi detail medan aliran dilakukan dengan menampilkan data velocity vector, pathlines, dan velocity magnitude, untuk memberi gambaran yang lebih lengkap mengenai fenomena-fenomena aerodynamic pada mobil. Simulasi numerik menggunakan software Fluent 15.0, kondisi komputasi domain di upstream 2L, downstream 4L, lebar 2L, tinggi 2L; model turbulensi k-ɛ realizable; dan convection term second-order upwind. Konfigurasi uji diberlakukan dengan C/L = dan 0.045, Re = 4.74 x 106, boundary condition untuk outlet adalah iii

6 iv outflow dan untuk inlet adalah velocity inlet sebesar m/s; densitas (ρ) = kg/m3; viskositas (μ) = x 10-5 kg/m.s. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa penambahan ruang laluan udara pada mobil Widya Wahana V type B dengan bentuk constant area tunnel tunnel terbukti memiliki nilai CD dan CL yang paling baik jika dibandingkan dengan konfigurasi uji lain. Dimana nilai CD yang didapatkan adalah 0.23 dan nilai CL yang didapatkan adalah Kata kunci : Widya Wahana V, tunnel, ground clearance

7 STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY Nama Mahasiswa : Aufar Nugraha NRP : Jurusan : Teknik Mesin FTI ITS Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ing.Ir.Herman Sasongko ABSTRACT Widya wahana V is an electric car with solar powered made by Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Like other electric car with solar powered, Widya Wahana V equipped with solar cell which can produced electric energy to start Brush Less DC Motor. But currently solar powered car still very far from perfect. In this research will examined about the influence of aerodynamic factor especially in underbody parts of car for optimization the limit of energy owned by a solar powered car. This research do with numerical simulation 3D test. The specimen that used is the model of Widya Wahana V car. With doing variation ground clearance, tunnel shape, leading edge shape, and width of diffuser. The first data can obatained coefficient pressure in every speciment. The second data can obatained coefficient drag and coefficient lift in every speciment. Next observation detail of flow field do with displaying the data of velocity vector, pathlines, and velocity magnitude, for giving more perfet illustration about the phenomena of aerodynamic in car. this numerical simulation used Fluent 15.0 software, condition computation domain in upstream 2L, downstream 4L, width 2L, height 2L; model turbulence k-ɛ realizable; and convection term second-order upwind. Konfiguration test enacted with C/L = and 0.045, Re = 4.74 x 106, boundary condition for the outlet is outflow and for inlet is velocity inlet amount is m/s; density (ρ) = kg/m3; viskosity (μ) = x 10-5 kg/m.s. v

8 vi the result of this research can obatained that the addition of air passes room in the Widya Wahana V car, type B with constant area tunnel design, tunnel have been proved the best value of CD and CL, if compared with konfiguration of other test. with CD value that reasulted is 0.23 and the value of CL that resulted is Key words : Widya Wahana V, tunnel, ground clearance

9 KATA PENGANTAR Assalammu alaykum wr.wb. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu memberi kasih sayang tiada tara kepada penulis hingga mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul : STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN UDARA MELEWATI MODEL WIDYA WAHANA V PADA BAGIAN UNDERBODY Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan Ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Kedua orang tua penulis, atas kasih,ilmu, dan semangat yang telah beliau ajarkan kepada penulis. 2. Prof.Dr.Ing.Ir.Herman Sasongko, selaku dosen pembimbing yang selalu memberi bimbingan serta arahan bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Ir. Bambang Pramujati, MSc.Eng, PhD, selaku ketua jurusan Teknik Mesin FTI-ITS. 4. Prof. Ir. Sutardi,M.Eng, PhD; Dr. Ir. Heru Mirmanto; Dr. Wawan Aries widodo,s.t, M.T, selaku dosen penguji yang memberi banyak arahan dan masukan serta kritikan yang sangat membangun. 5. Arif Wahjudi,S.T, M.T, PhD, selaku dosen wali yang selalu memberi arahan selama masa studi penulis. 6. Seluruh dosen dan tenaga pendidik Teknik Mesin FTI- ITS yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas ilmu yang telah diajarkan kepada penulis. vii

10 viii 7. Faishal Ramadhana S.T, selaku kakak kandung penulis yang selalu memberi perhatian dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 8. Radhi Prasetiya, selaku adik kandung penulis yang selalu memberi perhatian dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 9. Restiana Assyifah S.IP, selaku pasangan penulis di akhir masa studi penulis, yang selalu memberikan perhatian,semangat, dan pandangan bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini 10. Angkatan M53 (Teknik Mesin FTI-ITS 2010), yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka yang telah dilewati bersama penulis. 11. Himpunan Mahasiswa Mesin Periode 2012/2013, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis. 12. ITS Solar Car Racing Team 2013, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis. 13. ITS Solar Car Racing Team 2015, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis. 14. Punggawa Lowo Ireng, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis. 15. Punggawa Iqueteche, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis.

11 ix 16. MBP Squad, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka serta keberhasilan dan kegagalan yang telah dilewati bersama penulis. 17. Dewan Presidium ITS Periode 2012/2013, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka yang telah dilewati bersama penulis. 18. Sarekat Merah Rakyat Mesin, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas pengalaman suka dan duka yang telah dilewati penulis. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat kelemahan dan membutuhkan penyempurnaan. Oleh sebab itu masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan demi melengkapi kekurangan tugas akhir ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi almamater dan semua yang membutuhkannya. Wassalammu alaykum. wr.wb. Surabaya, 8 November 2016 Penulis

12 x Halaman ini sengaja dikosongkan

13 DAFTAR ISI ABSTRAK... ii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xi BAB I Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian... 5 BAB II Penelitian yang Terkait Teori Mengenai Laluan Udara Melewati Convergent Tunnel dan Divergent Tunnel Douglas et al [1] Penelitian Detail Karakteristik Aliran disekitar Kendaraan Fukuda et al [5] Penelitian Pengujian dan Pengembangan Aerodinamika pada Mobil Tenaga Surya sunswift Ambrose et al [6] Penelitian Analisa Numerik Laluan Udara yang Melintasi Mobil Sapuangin Prototype Prakoso [7] Evaluasi Model Turbulen (RANS) Perhitungan Koefisien Drag dan Lift BAB III Model dan Konfigurasi Uji Metode Numerik Pre-processing Processing Post-processing Flowchart Analisa Numerik Alokasi Waktu Penelitian BAB IV Analisa Grid Independency xi

14 xii 4.2 Analisa Karakteristik Aliran Origin Model (C/L = dan 0.045) Analisa Medan Aliran Model Uji A (C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji A (C/L = 0.045) Analisa Gaya Aerodinamika Origin Model (C/L = dan 0.045) Analisa Drag Force Model Uji A (C/L = dan 0.045) Analisa Lift Force Model Uji A (C/L = dan 0.045) Analisa Karakteristik Aliran Origin Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji B (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 1; C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji C (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 2; C/L 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji D (Constant Area Tunnel; C/L = 0.027) Analisa Gaya Aerodinamika Origin Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Analisa Drag Force Model Uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Analisa Lift Force Model Uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Analisa Karakteristik Aliran Modified Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji E (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 1; C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji F (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 2; C/L = 0.027) Analisa Medan Aliran Model Uji G (Constant Area Tunnel; C/L = 0.027) Analisa Gaya Aerodinamika Modified Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027)... 76

15 xiii Analisa Drag Force Model Uji E,F, dan G Dengan Tunnel C/L Analisa Lift Force Model Uji E, F, dan G Dengan Tunnel C/L Diskusi BAB V Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS...89

16 xiv Halaman ini sengaja dikosongkan

17 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Efek Convergent Flow... 7 Gambar 2.2 Efek Divergent Flow... 8 Gambar 2.3 (a) Distribusi vortisitas dibelakang model ahmed dengan CFD (atas, x- komponen ; bawah y- komponen); (b) Efek dari sudut inklinasi ujung belakang(θ) terhadap CD,CL,CLR,CRR... 9 Gambar 2.4 Efek sudut inklanasi ujung belakang terhadap C- D,CL,CLR,CLF (a); Distribusi tekanan pada kontur belakang (b)... 9 Gambar 2.5 Efek dari dek dan spoiler terhadap CD,CL,CLR,CLF (a) ; Distribusi tekanan pada kontur belakang (b).10 Gambar 2.6 Vektor kecepatan (kiri) dan distribusi vortisitas (kanan) tipe fastback belakang (a); Distribusi vortisitas tipe notchback belakang (kiri : original,kanan : bentuk baru) 11 Gambar 2.7 Efek dari lebar spoiler bentuk baru terhadap CD,CL 11 Gambar 2.8 Airflow pada bodi mobil Sunswift eve 12 Gambar 2.9 Vektor kecepatan ke arah x dengan ground clearance 50 mm Gambar 2.10 Laluan udara pada bagian belakang mobil sunswift eve Gambar 2.11 Pathline kecepatan dan kontur tekanan pada bodi sapuangin dengan pengaruh ground clearance Gambar 2.12 Distribusi vector kecepatan pada bidang potong (a) x=30%, (b) x=40% dan (c) x=50% pada pemodelan 3D tanpa ground clearance Gambar 2.13 Grafik distribusi CP pada midspan tanpa dan dengan ground clearance untuk segmen (a) lowerside; (b) upperside xv

18 xvi Gambar 2.14 Perfomansi model turbulen : velocity profile 93% Gambar 2.15 Performansi model turbulen pada sidebody : Velocity Profile 93% L Gambar 2.16 Perbedaan Gaya Drag, Lift, Normal, dan Aksial Gambar 2.17 Elemen Gaya Drag pada Airfoil Gambar 2.18 Elemen Gaya lift pada Airfoil Gambar 3.1 Model Uji pada Mobil Widya Wahana V Tampak Depan Bagian Midspan (i) ; Model Uji pada Mobil Widya Wahana V Tampak Kanan (ii) ; Model Uji pada Mobil Widya Wahana V Tampak Kiri (iii) Gambar 3.2 Model uji A tampak bawah Gambar 3.3 Model uji B dan E tampak bawah Gambar 3.4 Model uji C dan F tampak bawah Gambar 3.5 Model uji D dan G tampak bawah Gambar 3.6 Mobil Widya Wahana V Tampak Depan Gambar 3.7 Domain Pemodelan Simulasi 3D Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Meshing 3D Mobil Widya Wahana V.29 Flowchart Metodologi Numeric Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji A (C/L=0.027) Grafik coefficient pressure model uji A (C/L 0.027) Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji A (C/L=0.045) Grafik coefficient pressure model uji A ( C/L =0.045) Gambar 4.5 Grafik Drag Coefficient model uji A (C/L = dan 0.045) Gambar 4.6 Grafik Lift Coefficient model uji A (C/L = dan 0.045)... 46

19 xvii Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Velocity contours dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji B (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Velocity vector di model uji B (convergentdivergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik coefficient pressure di model uji B (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji C (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Velocity vector di model uji C (convergentdivergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik coefficient pressure di model uji C (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji D (constant area tunnel; C/L 0.027) Velocity vector di model uji D (constant area tunnel; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik coefficient pressure di model uji D (constant area tunnel; C/L = 0.027) Grafik Drag Coefficient model uji A,B,C, dan D (C/L = 0.027) Grafik Lift Coefficient model uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Contour velocity dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji E (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027)... 64

20 xviii Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Velocity vector di model uji E (convergentdivergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik coefficient pressure di model uji E (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Contour velocity dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji F (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Velocity vector di model uji F (convergentdivergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) coefficient pressure di model uji F (convergentdivergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji G (constant area tunnel; C/L = 0.027) Velocity vector di model uji G (constant area tunnel C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik coefficient pressure di model uji G (constant area tunnel C/L 0.027) pada potongan buritan X=93%L Grafik Drag Coefficient model uji E,F dan G (C/L = 0.027) Grafik Lift Coefficient model uji E, F, dan G (C/L = 0.027) Laluan udara melewati convergent-divergent tunnel (i) Grafik coefficient pressure model uji B (C/L=0.027) (ii) Grafik coefficient pressure model uji C (C/L = 0.027) (iii) Grafik coefficient pressure model uji D (C/L = 0.027)...81

21 Gambar 4.31 (i) Grafik coefficient pressure model uji E (C/L = 0.027) (ii) Grafik coefficient pressure model uji F (C/L = 0.027) (iii) Grafik coefficient pressure model uji G (C/L = 0.027)...83 xix

22 xx Halaman ini sengaja dikosongkan

23 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Keterangan model dan konfigurasi uji bentuk tunnel Tabel 3.2 Keterangan model dan konfigurasi uji rasio celah terhadap panjang bodi Tabel 3.3 Alokasi waktu penelitian Tabel 4.1 Analisa grid independency xxi

24 xxii Halaman ini sengaja dikosongkan

25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi saat ini memiliki peran vital dalam kehidupan bermasyarakat. Jumlah penggunaannya pun mengalami peningkatan. Hal ini berbanding lurus terhadap konsumsi energi konvensional. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan penghematan konsumsi bahan bakar sebagai tindak lanjut dari krisis energi, dan menuntut untuk mulai mengembangkan alternatif energi pada bidang transportasi. Penelitian maupun pengembangan produk dari kendaraan alternatif energi sudah banyak dilakukan. Widya Wahana V merupakan mobil listrik bertenaga surya yang dibuat oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Seperti pada mobil listrik bertenaga surya lainnya, Widya Wahana V dilengkapi dengan sel surya yang dapat menghasilkan energi listrik untuk menjalankan Brush Less DC Motor. Namun mobil bertenaga surya saat ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Faktor pertama yaitu efisiensi sel surya yang masih rendah untuk menghasilkan energi listrik. Faktor kedua kapasitas storage system untuk dapat menjalankan mobil dengan jarak tempuh yang jauh. Dan faktor ketiga konsumsi energi dari Brush Less DC Motor cukup besar untuk dapat menggerakkan mobil. Sehingga pengembangan produk dari mobil bertenaga surya terus dilakukan. Selain itu penelitian untuk mengurangi rolling resistance beserta gaya drag pada mobil listrik bertenaga surya juga masih perlu terus dilakukan. Penelitian material composite sebagai bahan utama pada chassis dan bodi mobil listrik bertenaga surya menjadi salah satu cara untuk dapat mengurangi rolling resistance yang diakibatkan oleh berat mobil. Penelitian bentuk bodi mobil juga dilakukan untuk mengurangi gaya drag. Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya drag adalah ground effect yang ditimbulkan mobil dengan permukaan jalan. Berdasarkan teori, ground effect dapat memberikan pengaruh 20% terhadap gaya drag. Douglas et al [1] menjelaskan efek dari convergent flow dan divergent flow di sebuah pipa. Pada convergent flow didapat 1

26 2 adanya penurunan tekanan fluida dan percepatan laluan fluida yang dapat menjaga fluida tetap dekat dengan wall, sehingga aliran tetap stabil dan mengurangi terjadinya turbulensi. Pada penelitian ini pengaruh sudut konvergensi dan sudut divergensi sangat besar terkait dengan separasi lapis batas (boundary layer). Pada akhirnya hal itu akan menentukan kerugian tekanan dari aliran masuk dan aliran keluar. Pada divergent flow terjadi fenomena boundary layer separation yang dapat mengakibatkan vorticies.barnard [2] mendapati bahwa faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya gaya angkat pada road vehicle adalah jarak dengan jalan (ground clearance). Berdasarkan teori bahwa bagian bawah kendaraan akan membentuk efek venturi yang menghasilkan daerah bertekanan rendah, sehingga menciptakan gaya angkat negatif (downforce). McBeath[3] menjelaskan gaya angkat negatif akan meningkat seiring dengan berkurangnya ground clearance,pada jarak tertentu maka gaya angkat negatifnya akan berkurang. Ground clearance yang terlalu rendah akan membuat viscous effect menjadi dominan, menghalangi aliran yang ada di bagian bawah kendaraan. Penelitian mengenai pengaruh ground clearence terhadap gaya angkat pada kendaraan. Konsentrasi penelitian juga dilakukan pada bagian belakang kendaraan yang dilakukan oleh Hucho et al[4]. Semakin kecil sudut inklinasi ujung belakang (θ) maka semakin kecil koefisien dari gaya hambat belakang (CDR), gaya angkat depan (CLF) dan gaya angkat belakang (CLR). Dan semakin besar sudut diffuser bawah (γ) pada bodi belakang, maka semakin kecil koefisien gaya angkat belakang (CLR). Struktur aliran ketika melewati geometri bodi yang kompleks dirasa kurang cukup bila karakteristiknya dideskripsikan hanya menggunakan analisa 2D. Pada bodi kendaraan, analisa aliran 3D dirasa perlu digunakan saat aliran tersebut menerima banyak gangguan. Gangguan tersebut biasa terjadi pada aliran yang melewati dua benda yang saling berdekatan yaitu pada gap antara bodi bawah dengan jalan. Interaksi antar lapis batas tersebut membuat terjadinya vortisitas sekunder yang akan memunculkan aliran sekunder. Fenomena ini terjadi ketika terjadi

27 3 interferensi antara boundary layer bodi kendaraan dengan boundary layer jalan. Hal ini akan mengakibatkan blockage effect dan kerugian pada daerah interaksi tersebut dikenal dengan secondary loss. Untuk itulah,kajian mengenai analisa aliran secara 3D ini sangat penting pada sebuah kendaraan. Fukuda et al [5] telah mengkaji konsep aliran 3D pada aerodinamika automobil dengan menggunakan teknik CFD dan uji eksperimen di terowongan angin. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sudut inklinasi ujung belakang (θ) terhadap gaya drag dan lift serta struktur wake ditunjukkan sebagai dasar bentuk ujung belakang kendaraan. Didapatkan bahwa spiral vortex pada sumbu -x bertambah, berkurang atau hilang disebabkan perubahan sudut inklinasi ujung belakang (θ) dan hasilnya menyebabkan perubahan pada CD, CL, terutama CLR. Rekayasa aerodynamic pada mobil Widya Wahana V dilakukan untuk dapat mengoptimasi geometri bodi, sehingga mobil mampu mengatasi perjalanan sejauh 3000 Km. Rekayasa pertama yaitu mengenai ground clearance pada mobil Widya Wahana V. Pemilihan Ground clearance yang rendah bertujuan untuk mengurangi gaya drag yang dapat menghambat laju mobil. Namun untuk Ground clearance yang rendah juga dapat menimbulkan downforce (negative lift) yang besar pada mobil, dan mengakibatkan nilai rolling resistance bertambah. Sehingga dilakukan rekayasa kedua yaitu penambahan volume ruang untuk laluan udara berbentuk tunnel. Pemilihan bentuk tunnel ini diharapkan dapat menuntun laluan udara yang melewatinya sehingga tidak terjadi penambahan drag yang disebabkan timbulnya separation vortex. 1.2 Perumusan Masalah Rekayasa aerodynamic dari mobil Widya Wahana V untuk dapat mengurangi gaya drag dan rolling resistance yang bisa mengakibatkan bertambahnya konsumsi energi pada mobil. Meningkatnya gaya drag dan rolling resistance pada bodi mobil ini disebabkan oleh ground effect yang ditimbulkan oleh mobil

28 4 dengan permukaan jalan. Ground effect yang timbul diakibatkan oleh ground clearance yang rendah, dapat menghasilkan efek venturi yang dapat menghasilkan permukaan bawah bertekanan rendah, sehingga menciptakan gaya angkat negatif (downforce). Semakin besar downforce dapat menambah rolling resistance pada mobil. Sehingga penambahan volume ruang untuk laluan udara perlu dilakukan dengan tujuan dapat mempertahankan ground clearance yang kecil namun dapat mengurangi downforce secara signifikan demi mereduksi rolling resistance pada mobil. Penambahan volume ruang untuk laluan udara dengan bentuk tunnel ini bertujuan untuk menuntun laluan udara yang melewatinya sehingga tidak terjadi penambahan drag yang disebabkan timbulnya separation vortex. Berdasarkan fenomena aliraran di atas, penelitian ini mencoba menganalisa bagaimana fenomena laluan udara melewati bodi mobil Widya Wahana V di daerah underbody. Dikarenakan kompleksnya karakteristik aliran 3D yang terjadi pada domain yang diteliti,maka penelitian ini akan dilaksanakan secara simulasi numerik (CFD). Penelitian secara numerik ini ditujukan untuk mengobservasi secara global lift force maupun drag force melalui pengukuran coefficient pressure pada upper surface dan lower surface beserta observasi detail medan aliran 3D. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap dari fenomena-fenomena aerodynamic yang terjadi pada mobil Widya Wahana V. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya peneltian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai coefficient pressure melalui perhitungan numerik pada upper surface dan lower surface di sepanjang midpan body Widya Wahana V. 2. Mengetahui karakteristik detail medan aliran yang terjadi pada bodi Widya Wahana V khusunya pada bagian underbody melalui simulasi numerik.

29 5 3. Mengobservasi lift force dan drag force akibat penambahan tunnel sepanjang underbody mobil Widya Wahana V. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Obyek yang diletiti adalah model mobil Widya Wahana V. 2. Evaluasi lift dan drag dilakukan secara 3D melalui perhitungan numerik. 3. Aliran turbulent Re = 4.74 x 10 6, incompressible, steady, dan uniform flow dari sisi inlet. 4. Simulasi numerik tidak melibatkan pengaruh roda mobil. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan membawa manfaat yaitu : 1. Mengetahui fenomena laluan udara secara fisis dari analisa 3D disekitar bodi melalui visualisasi aliran dengan software ANSYS Fluent 15.0 pada bodi mobil Widya Wahana V di daerah underbody. 2. Mampu memberikan sumbangsih nyata pada optimasi bodi kendaraan yang nantinya bisa digunakan sebagai rujukan pengembangan mobil Widya Wahana..

30 6 Halaman ini sengaja dikosongkan

31 BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian yang Terkait Teori Mengenai Laluan Udara Melewati Convergent Tunnel dan Divergent Tunnel Douglas et al [1] Teori yang diungkapkan oleh Douglas et al [1] adalah mengenai efek dari convergent dan divergent flow. Dimana pada convergent flow didapat adanya penurunan tekanan fluida dan percepatan laluan fluida yang dapat menjaga fluida untuk tidak terseparasi, sehingga aliran tetap stabil dan mengurangi terjadinya turbulensi. Hal ini dapat terjadi karena adanya konvergesi laluan sehingga tidak menimbulkan adverse pressure di buritan seperti pada gambar Gambar 2.1 Efek convergent flow. Pada penelitian ini pengaruh sudut konvergensi dan sudut divergensi sangat besar terkait dengan separasi lapis batas (boundary layer). Pada akhirnya hal itu akan menentukan kerugian tekanan dari aliran masuk dan aliran keluar. Pada penelitian ini juga menjelaskan mengenai divergent flow. Dimana pada divergent flow mengalami kenaikan tekanan yang searah dengan arah laluan udara dan kecepatan laluan udara mengalami perlambatan akibat perbedaan luas area sehingga menimbulkan aliran terseparasi yang mengakibatkan vortex. Hal ini dapat terjadi karena adanya 7

32 8 divergensi yang menimbulkan adverse pressure di buritan, seperti pada gambar Gambar 2.2 Efek divergent flow Penelitian Detail Karakteristik Aliran disekitar Kendaraan Fukuda et al [5] Penelitian ini menggunakan model ahmed dan model sedan dengan dimensi sebenarnya yang terkonsentrasi pada daerah ujung belakang kendaraan (trailing edge). Tujuan dari berbagai bentuk modifikasi ujung belakang yang dilakukan adalah untuk optimalisasi bodi terhadap detail karakteristik aliran yang melewati bodi. Sebagai contoh seperti distribusi tekanan dan medan kecepatan serta efek gaya aerodinamika yang dapat ditimbulkannya. Penelitian ini membandingkan bentuk original ujung belakang terhadap bentuk yang baru dengan metode numerik dan eksperimental pada wind tunnel. Pada bentuk original (model ahmed) didapat bahwa struktur wake terdiri dari dua jenis vortex penyusun yang berbentuk cincin (spiral vortex) yang searah sumbu-x dan yang searah sumbu y. Didapatkan bahwa spiral vortex pada sudut inklinasi ujung belakang (θ) dan hasilnya menyebabkan perubahan pada C D,C L, terutama C LR. Fenomena fisis dan efek aerodinamikanya dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

33 9 Gambar 2.3 (a) Distribusi vortisitas dibelakang model ahmed dengan CFD (atas, x-komponen ; bawah y- komponen) ; (b) Efek dari sudut inklinasi ujung belakang (θ) terhadap CD,CL,CLR,CLF. Penambahan dek belakang pada model ahmed juga mempengaruhi karakteristik dan efek aerodinamika pada model terutama pengurangan C LR yang signifikan akibat kenaikan tekanan statis pada kontur inklinasi dan dek. Deskripsi perbandingannya dapat dilihat melalui gambar 2.4 dibawah ini. Gambar 2.4 Efek sudut inklanasi ujung belakang terhadap CD,CL,CLR,CLF.(a) ; Distribusi tekanan pada kontur belakang (b).

34 10 Penambahan spoiler di dek pada model ahmed mengakibatkan terjadinya pengurangan C LR dan peningkatan C D dan C LF ketika ketinggian spoiler bertambah. Walaupun penambahan spoiler memperkecil resultan downwash dari uperside dan memperkecil resultan spiral vortex sehingga C LR berkurang, namun juga akan memperbesar intensitas vortex cincin pada permukaan belakang, terutama vortex pada ujung atas dari permukaan belakang sehingga C D dan C LF meningkat. Hal ini dapat dideskripsikan oleh gambar 2.5 dibawah ini. Gambar 2.5 Efek dari dek dan spoiler terhadap CD,CL,CLR,CLF (a) ; distribusi tekanan pada kontur belakang (b). Dari percobaan dengan menggunakan model ahmed tadi, dapat diaplikasikan pada kendaraan sedan untuk menghubungkan variasi dari C D,C LF,C LR pada dek belakang serta membandingkan bentuk spoiler konvensional dengan bentuk baru (trigonal pyramid). Dari gambar 2.7 dapat dilihat bahwa dengan penambahan bentuk baru spoiler (trigonal pyramid) akan menyebabkan pengurangan vortisitas pada daerah wake sehingga kecepatan pada downwash akan mengecil. Hal ini akan berimbas pada pengurangan C D dan peningkatan C L yang cukup signifikan. Besar kecilnya parameter optimalisasi dari efek aerodinamika seperti C D dan C L dapat

35 11 dikonfigurasikann melalui dimensi dari bentuk spoiler itu sendiri yang dapat dilihat pada gambar 2.5. Gambar 2.6 Vektor kecepatan (kiri) dan distribusi vortisitas (kanan) tipe fastback belakang (a); Distribusi vortisitas tipe notchback belakang (kiri : original, kanan : bentuk baru). Gambar 2.7 Efek dari lebar spoiler bentuk baru terhadap CD,CL(fastback car).

36 Penelitian Pengujian dan Pengembangan Aerodinamika pada Mobil Tenaga Surya sunswift Ambrose et al [6] Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek aerodynamic pada mobil tenaga surya Sunswift dengan menggunakan analisa numerik. Dimana pada penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan dan viscous drag terbentuk serta memberikan kontribusi total aerodynamic drag dari mobil. Hal ini menunjukkan bahwa sunswift memiliki bentuk gabungan antara bluff bodi dengan streamlined bodi. Bagian kap mobil memiliki kontribusi terbesar pada total drag pada saat tekanan tinggi akibat stagnasi di leading edge. Untuk gaya lift ditimbulkan akibat adanya percepatan laluan udara yang melalui underside tunnel dari kendaraan. Gambar 2.8 airflow pada bodi mobil Sunswift eve. Streamline plots pada gambar 2.8 memberikan informasi mengenai kualitas dari laluan udara yang melewati permukaan mobil. Dapat terlihat bahwa hampir seluruh bagian depan dari mobil terkena laluan udara. Sedangkan pada bagian belakang laluan udara terpecah pada daerah ban belakang. Pada gambar 2.9 dapat dilihat bahwa pengaruh kuat underbody pada bagian ban depan dan belakang menghasilkan efek yaw yang tidak diharapkan. Sehingga dapat dilihat ban belakang menghasilkan wake yang besar yang nantinya dapat mengakibatkan trailing vortex Gambar 2.9 Vektor kecepatan ke arah x dengan ground clearance 50 mm.

37 13 Gambar 2.10 Laluan udara pada bagian belakang mobil sunswift eve. Laluan udara yang dihasilkan oleh sunswift eve didominasi oleh wake, pada daerah pertemuan antara laluan udara yang melewati bodi bagian atas dan bagian bawah. Di posisi belakang pada bagian atas kendaraan kehisap ke dalam kendaraan, sehingga menimbulkan turbulent flow seperti terlihat pada gambar Penelitian Analisa Numerik Laluan Udara yang Melintasi Mobil Sapuangin Prototype Prakoso [7] Penelitian ini menggunakan model sapuangin type Prototype yang dioperasikan pada Re L = 1.97 x 10 6 dengan metode numerik menggunakan model turbulen k-ɛ realizable. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui detail karakteristik aliran melintasi model sapuangin dengan pengaruh Ground Clearance terhadap panjang model sebesar (C/L) Penelitian ini membuat segmentasi agar dapat dievaluasi bertahap yang terpisah jelas antara pengaruh efek yang ditimbulkan oleh sidebody dan efek yang ditimbulkan oleh ground clearance.

38 14 Gambar 2.11 Pathline kecepatan dan kontur tekanan pada bodi sapuangin dengan pengaruh ground clearance. Melalui gambar 2.11 mengenai distibusi tekanan pada kontur bodi secara keseluruhan tampak bahwa terjadinya multi stagnasi yang ditandai dengan luasan spektrum warna merah yang besar berdifusi kesegala arah pada leading edge. Dari gambar juga terlihat bahwa tekanan rendah terletak pada permukaan atas sidebody pada leading edge. Hal ini menandakan aliran akan terdistribusi dominan ke arah ini pada saat mengenai leading edge. Kemudian akan mengalami akselerasi tajam menuju kearah sidebody centre. Pada daerah buritan, tekanan rendah ditunjukkan melalui spektrum warna kuning yang menegaskan bertemunya adverse pressure gradient baik inklinasi ujung belakang pada upperside,diffuser bawah belakang pada lowerside,dan tail boat pada sidebody surface Penjelasan karakteristik aliran 3D pada daerah interaksi antar lapis batas sidebody surface dengan lapis batas disekitar midspan, dapat ditegaskan melalui visualisasi vector kecepatan dengan metode pemotongan searah axis sebagai berikut.

39 15 Gambar 2.12 Distribusi vector kecepatan pada bidang potong (a) x=30%, (b) x=40% dan (c) x=50% pada pemodelan 3D tanpa ground clearance. Dari gambar 2.12 tampak bahwa vortex separasi 3D terjadi pada pemotongan x= 30% sampai 50 %. Intensitas vortisitas

40 16 terkuat terbentuk pada daerah interaksi antar lapis batas sidebody surface dengan lapis batas disekitar midspan yaitu pada zona lengkung bawah dan zona lengkung atas. Dari deskripsi terdistribusinya aliran pada pembahasan sebelumnya, daerah sidebody centre merupakan daerah dengan distribusi tekanan tertinggi dan akan semakin berkurang mendekati midspan. Oleh sebab itu efek sidebody benar-benar memberikan pengaruhnya terhadap separasi 3D berupa penyumbang kontraksi aliran. Kronologi terjadinya vortex separasi 3D bermula saat aliran telah melewati daerah bertekanan tinggi di sidebody setelah lokasi minimum pressure seragam searah bidang y-z dan memasuki permukaan flat plate di sidebody centre. Daerah itu bermula pada 30%L sampai 50%L. Akumulasi distribusi aliran setelah leading edge akan melewati sisi upperside sidebody surface dikarenakan hambatan aerodinamika terendah terjadi pada daerah itu. Sehingga antar lapis batas cenderung bertemu pada zona interaksi itu. Pada mekanisme terjadinya fenomena vortex separasi 3D,lapis batas dari aliran bagian bawah bodi teragitasi untuk menuju ke zona lengkung bawah (lowerside sidebody surface) menuju tekanan lebih rendah kearah atas (sidebody centre). Pada daerah ini,lapis batas dekat kontur akan mendapat adverse pressure gradient akibat kelengkungan zona ini. Bertemunya lapis batas dari sidebody centre lebih memperkuat intensitas vortisitas pada daerah interaksi lapis batas ini, sehingga lapis batas ini kemudian terpilih (skewed boundary layer) dan berubah menjadi aliran sekunder yang menyebabkan terjadinya separasi vortex searah axis (separasi vortex 3D). Intensitas vortisitas pada daerah interaksi ini akan berkurang seiring dengan penambahan lintasan searah axis akibat bertemunya adverse pressure gradient diburitan. Tampak bahwa intensitas vortisitas pada bidang potong x=30%l adalah yang terbesar dan akan semakin mengecil pada x=50%l.

41 17 Gambar 2.13 Grafik distribusi Cp pada midspan tanpa dan dengan ground clearance untuk segmen (a) lowerside; (b) upperside. Gambar 2.13 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan pada midspan dengan ground clearance c/l = dan membandingkannya dengan permodelan tanpa ground clearance dari analisa aliran 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada upperside dengan ground clearance lebih sempit dibandingkan kontur lowerside maupun upperside tanpa ground clearance. Slope penurunan yang sempit ini dikaenakan defleksi aliran lebih kuat kearah upperside yang diikuti dengan akselerasi yang tajam. Hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang kuat pada daerah interaksi antara ground dengan lowerside di celah yang dideskripsikan oleh visualisasi efek penyumbatan (blockage effect) berupa bubble separation di upstream dekat

42 18 ground. Aliran cenderung terdefleksi dengan sangat kuat menuju upperside yang seakan-akan menerima sudut serang positif. Defleksi aliran pada kontur lowerside terjadi 0.12% lebih dahulu daripada upperside dengan intensitas defleksi upperside sebesar 330% dibanding lowerside. Perbedaan yang mencolok terlihat dari grafik perbandingan lowerside tiap permodela,bahwa dengan pengaruh clearance eksistensi blockage akan kuat dengan terbentuknya tekanan yang lebih tinggi di kontur lowerside akibat pada bagian ini memiliki hambatan aerodinamika terbesar Evaluasi Model Turbulen (RANS) Hasil dari performansi tiap model turbulen ditunjukkan dengan analisa perbandingan antara hasil yang didapat dari eksperimen dengan pendekatan antar tiap model turbulen dari metode numerik. Menurut Mulvany et al [9], Performansi tersebut ditunjukkan dengan pendekatan distribusi koefisien tekanan,koefisien drag dan lift, pressure surface boundary layer (x/c=93%), separasi boundary layer di buritan (x/c=100%) dan wake yang cukup jauh (x/c=150%).semua data disajikan berdasarkan analisa bilangan tak berdimensi baik dari lokasi koordinat berbasis panjang chord (x/c atau y/c) maupun kecepatan lokal berbasis kecepatan freestream (u/u). Gambar 2.14 Perfomansi model turbulen : velocity profile 93%

43 19 Gambar 2.15 Performansi model turbulen pada sidebody : Velocity Profile 93% L Penelitian mengenai karakteristik aliran 2D telah dilakukan oleh Mulvany et al [9] menggunakan model uji profil NACA-16 melalui teknik eksperimental di terowongan angin dengan variasi bilangan Reynolds sebesar 8.284x10 dan 1.657x10 dan dikomparasikan dengan pendekatan numerik menggunakan model turbulensi SKE, RKE, SST dan SKW. Dari gambar 2.14 dapat disimpulkan bahwa model turbulen RKE lebih cocok untuk mensimulasikan aliran external incompressible pada streamlined profil. Dengan tingkat kecocokan yang cukup tinggi antara hasil velocity profile yang didapat pada jarak 93% C antara eksperimental maupun numerik (RKE diikuti SST), membuat RKE terpilih sebagai model turbulen yang paling sesuai dengan konfigurasi uji yang diberlakukan. Merujuk pada penelitian Mulvany et al [9] lantas penelitian ini diberlakukan serupa melalui pengambilan data pada pemodelan 2D di sidebody pada jarak 93% L. Melalui gambar 2.15 dapat dilihat korelasi yang sangat dekat antara velocity profile RKE dan SST yang hampir sama dengan penelitian Mulvany et al [9]. Dikarenakan pada penelitian ini tidak dilakukan uji perbandingan antara eksperimen dan numerik serta konfigurasi uji yang relatif sama (external-incompresible pada streamlined profil) dengan penelitian Mulvany et al [9], maka pada penelitian ini merujuk sepenuhnya pada peneltian yang dilakukan oleh Mulvany et al [9]. Dikarenakan mereka menggunakan model turbulen RKE maka pada penelitian ini pun

44 20 menggunakan model turbulen RKE untuk memprediksi karakteristik aliran yang melintasi bodi Widya Wahana V Perhitungan Koefisien Drag dan Lift Pada penampang 2D airfoil yang dikenai angle of attack, gayagaya yang bekerja antara lain gaya drag, lift, normal, dan aksial. Gambar 2.19 menunjukkan perbedaan antara gaya drag, lift, normal, dan aksial. Gaya normal dan aksial diproyeksikan terhadap geometri airfoil. Gaya drag merupakan gaya yang searah dengan arah aliran. Gaya drag dikontribusikan oleh pressure drag dan skin friction drag. Pada kasus bluff bodi, pressure drag lebih dominan dibandingkan dengan skin friction drag. Namun pada permukaan yang streamline, skin friction drag lebih memberikan kontribusi dibandingkan dengan pressure drag. Gambar 2.16 Perbedaan Gaya Drag, Lift, Normal, dan Aksial [15] Gaya drag dapat dicari melalui persamaan momentum. Adapun persamaan momentum umum dapat ditunjukkan pada persamaan 2.1. Karena pada kasus ini diasumsikan steady flow dan tidak ada gaya pada bodi, maka persamaan 2.1 dapat diubah menjadi persamaan 2.2. Selanjutnya persamaan 2.2 disederhanakan menjadi persamaan 2.3 dan 2.4. C p u F u C p h Gambar 2.17 Elemen Gaya Drag pada Airfoil

45 21 (p 1 p 2 )A F F Sx + F Bx = uρv da + CS F Sx = CS h 0 h 0 t uρ dv uρv da h 0 h 0 = uρu 2 da uρu 1 da F = (p 1 p 2 )A + uρu 1 da uρu 2 da2.4 Pada umumnya gaya drag ditulis tidak berdimensi dalam koefisien drag (C D). Koefisien drag dapat dicari menggunakan persamaan 2.5. Pada penelitian ini, nilai koefisien drag didapat dari integrasi data simulasi numerik. C D = F 1 2 ρu 2 A C D = (p 1 p 2 )A h h uρu 1 da 0 uρu 2 da ρu 2 A. 2.6 Gaya lift merupakan gaya yang tegak lurus terhadap arah aliran. Besarnya gaya lift dapat diekspresikan dalam persamaan berikut. y d d P P u x Gambar 2.18 Elemen Gaya lift pada Airfoil dl = (p L p U )dx(1) c L = (p L p U ) dx(1) Secara umum gaya lift dapat diekspresikan sebagai bilangan tidak berdimensi sebagai koefisien lift. L C L = ρ u 2 A

46 22 c C L = (p L p U ) 0 ρ u 2 A c 0 dx C L = 1 c (Cp l Cp u )dx Pada airfoil tanpa angle of attack, besarnya gaya lift sama dengan gaya normal airfoil (L = N). Sehingga koefisien lift sama besarnya dengan koefisien normal (C L = C N ). Ketika airfoil dikenai angle of attack (α>0), maka besarnya koefisien lift dapat dirumuskan melalui persamaan berikut. C N = C L cos α + C D sin α C L = C N C D sin α cos α

47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini mencoba untuk menganalisa bagaimana fenomena aerodynamic yang terjadi ketika laluan udara melewati bodi mobil Widya Wahana V di daerah underbody. Dikarenakan kompleksnya karakteristik aliran 3D yang terjadi pada domain yang diteliti,maka penelitian ini akan dilaksanakan secara simulasi numerik (CFD). 3.1 Model dan Konfigurasi Uji Penelitian ini dilakukan menggunakan geometri mobil Widya Wahana V dengan dua model uji. Dapat dilihat pada gambar 3.1 dimana origin model ditunjukkan dengan garis biru dan untuk modified model ditunjukkan dengan garis biru. Gambar 3.1 Model uji pada mobil Widya Wahana V tampak depan bagian midspan (i) Model uji pada mobil Widya Wahana V tampak kanan (ii) Model uji pada mobil Widya Wahana V tampak kiri (iii) 23

48 24 Kedua model uji di atas selanjutnya akan dianalisa dengan 4 bentuk konfigurasi uji pada bagian underbody. Untuk konfigurasi uji pertama tanpa tunnel seperti pada gambar 3.2. Konfigurasi uji kedua menggunakan convergent-divergent tunnel dengan konfigurasi W 1 = W 2 = mm dan Wt = 300 mm seperti pada gambar 3.3. Konfigurasi uji ketiga menggunakan convergentdivergent tunnel dengan konfigurasi W 1 = W 2 = mm dan W t = 40 mm seperti pada gambar 3.4. Konfigurasi uji keempat menggunakan constant area tunnel (W 1=W 2=W t= mm) seperti pada gambar 3.5.

49 25 Model Uji A B C D E F Keterangan Konfigurasi W 1 W t W 2 Origin model tanpa Tunnel Origin model Convergent mm Divergent mm mm Tunnel (1) Origin model Convergent- Divergent Tunnel (2) Origin model Constant Area Tunnel Modified model Convergent- Divergent Tunnel (1) Modified model Convergent- Divergent Tunnel (2) mm mm mm mm 300 mm mm mm mm 400 mm mm 300 mm mm G Modified model Constant mm mm mm Area Tunnel Tabel 3.1 Keterangan model dan konfigurasi uji bentuk tunnel

50 26 Gambar 3.2 Model uji A tampak bawah. Gambar 3.3 Model uji B dan E tampak bawah. Gambar 3.4 Model uji C dan F tampak bawah. Gambar 3.5 Model uji D dan G tampak bawah.

51 27 Beberapa parameter yang menunjang penelitian kali ini ditetapkan pada kondisi ideal pengoperasian mobil Widya Wahana V. Konfigurasi pengujian kali ini ditetapkan dengan rasio celah terhadap panjang bodi (C/L) tanpa tunnel; (C/L) dengan tunnel; (C/L) tanpa tunnel seperti pada tabel 3.2 dan gambar 3.6. Tabel 3.2 Keterangan model dan konfigurasi uji rasio celah terhadap panjang bodi Model Uji C/L A dan B C D E F G Gambar 3.6 Mobil Widya Wahana V tampak depan 3.2 Metode Numerik Penelitian ini dilakukan secara numerik ditujukan untuk mengobservasi detail medan aliran 3D guna memberi gambaran yang lebih lengkap dari karakteristik medan aliran 3D.

52 Pre-processing Langkah langkah yang dilakukan pada tahap pre-processing adalah : Pembuatan model uji, pembuatan meshing pada domain, penentuan kondisi batas, dan penentuan parameter model. A. Model Uji Model uji berupa mobil Widya Wahana V dengan variasi bentuk underbody dan ground clearence. Model uji digambar menggunakan software Solidwork dengan model dan konfigurasi uji pada tabel 3.1 dan table 3.2. B. Domain Simulasi Domain simulasi yang digunakan pada penelitian ditunjukkan pada gambar 3.11 Gambar 3.7 Domain pemodelan simulasi 3D C. Meshing Membuat mesh merupakan pembagian domain uji menjadi elemen elemen kecil sehingga kondisi batas dan parameter yang diperlukan dapat diterapkan kedalam elemen elemen kecil tersebut. Bentuk mesh yang digunakan adalah hex:map pada bagian daerah uji model.

53 29 Gambar 3.8 Meshing 3D mobil Widya Wahana V Processing Hasil meshing dari domain simulasi dimasukkan ke software Fluent 15.0 untuk dilakukan processing. Langkah-langkah dalam processing adalah sebagai berikut : A. Models Merupakan pemodelan dari aliran (estimasi karakteristik aliran), penentuan model turbulen yang digunakan, penentuan besarnya konstanta yang digunakan, serta penentuan solver apa yang akan digunakan. Pemodelan yang digunakan adalah model turbulen k-ε realizable (RKE). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat pada kontur baik tekanan maupun kecepatan. Selain itu k-ε realizable (RKE) cocok digunakan untuk memodelkan aliran yang mengalami efek swirling. B. Materials Materials merupakan pemilihan jenis material yang akan digunakan dan memasukkan data data properties material. Permodelan ini menggunakan udara sebagai fluida kerja dengan (ρ) = 1,1839 kg/m 3, viskositas (μ) = 1,8714 x 10-5 N.s/m 2. C. Operating Condition Operating condition merupakan estimasi kondisi daerah operasi yang biasanya merupakan perkiraan tekanan pada

54 30 daerah operasi. Pada penelitian kali ini tekanan pada daerah operasi digunakan Pa. D. Boundary Condition Boundary condition merupakan penentuan parameter serta batasan pada aliran. Pada tahap ini ditentukan besarnya beban kecepatan, tekanan serta kondisi batas turbulensi pada inlet, outlet dan wall. E. Solution Penelitian ini akan menggunakan deskritisasi second order untuk pressure, second order upwind untuk momentum, turbulence kinetic energi dan turbulence dissipation rate. Besarnya convergence criterion yang diinginkan adalah sebesar Post-processing Setelah berhasil melakukan running langkah selanjutnya adalah tahap Post-processing. Post-processing merupakan penampilan hasil serta analisa terhadap hasil yang telah diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa coefficient drag, coefficient lift dan coefficient pressure. Sedangkan data kualitatif berupa visualisasi aliran dengan menampilkan velocity vector, velocity magnitude,streamline,pathlines dari mobil Widya Wahana V.

55 Flowchart Analisa Numerik Pada gambar 3.13 merupakan flowchart dari urutan proses pengambilan data menggunakan metode numerik pada penelitian yang akan dilakukan.

56 32 Gambar 3.9 Flowchart metodologi numerik

57 Alokasi Waktu Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memuaskan serta tepat waktu, maka diperlukan sebuah penjadwalan kegiatan yang baik. Penelitian ini dijadwalkan dalam waktu 7 bulan dengan rincian kegiatan seperti pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Alokasi waktu penelitian. No. Kegiatan 1 Studi Pustaka 2 Gambar Model 3 Pembuatan Meshing 4 Seminar Proposal Tugas Akhir 5 Running Fluent 6 Post Processing 7 Penulisan Laporan 8 Sidang Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

58 34 Halaman ini sengaja dikosongkan

59 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada tugas akhir ini analisa aliran fluida dilakukan pada bagian midspan dan buritan dari kendaraan. Analisa aliran pada variasi model uji mobil Widya Wahana V dilakukan secara 3 dimensi dengan uji numerik menggunakan software FLUENT. Untuk mendapatkan velocity contours, grafik koefisien tekanan (C P), koefisien drag (C D), koefisien lift (C L) dan velocity vectors, sehingga dapat dilakukan analisa distribusi tekanan, analisa distribusi kecepatan dan analisa gaya drag. Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi konfigurasi uji bodi dapat dilihat dari hasil post-processing kuantitatif berupa grafik distribusi C P yang didukung dengan post-processing kualitatif berupa visualisasi aliran yang meliputi tampilan pathlines, velocity contours, dan velocity vectors. 4.1 Analisa Grid Independency Analisa aliran fluida dengan menggunakan metode numerik diperlukan keakuratan data baik pada langkah post-processing maupun pre-processing. Hal ini dibutuhkan untuk memperoleh data yang valid pada pengaplikasian nyata. Sehingga diperlukan langkah grid independency untuk menentukan tingkat serta struktur grid terbaik dan terefisien sehingga hasil permodelan mendekati sebenarnya. Tabel 4.1 Analisa grid independency Nama mesh JUMLAH MESH CD Error A % B % C % D % E

60 36 Tabel 4.1 menunjukkan variasi meshing model uji pada permodelan 3D model uji A. Meshing A merupakan meshing yang paling renggang dengan jumlah mesh , sedangkan meshing D adalah meshing yang paling rapat dengan jumlah faces Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada mesh C, D, dan E dengan variasi meshing yang berbeda dapat menghasilkan nilai koefisien drag yang sama. Sehingga pada variasi meshing C, D, dan E dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mesh yang berbeda tersebut memiliki grid independency pada pengambilan data secara numerik. Dari kesimpulan diatas kita dapat gunakan variasi jumlah mesh pada meshing C untuk pemodelan numerik FLUENT. 4.2 Analisa Karakteristik Aliran Origin Model (C/L = dan 0.045) Pemodelan Widya Wahana V pada model uji A, mencoba menggabungkan pengaruh ground cleareance rendah dengan ground clearance tinggi. Dimana ground clearance rendah pada mobil dapat menghasilkan nilai coefficient drag yang lebih kecil jika dibandingkan dengan ground clearance tinggi. Sedangkan ground clearance tinggi dapat menghasilkan nilai coefficient lift yang lebih besar jika dibandingkan dengan ground clearance rendah. Hal ini dikarenakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya gaya angkat pada road vehicle adalah jarak dengan jalan (ground clearance). Berdasarkan teori bahwa bagian bawah kendaraan akan membentuk efek venturi yang menghasilkan daerah bertekanan rendah, yang menciptakan gaya angkat negatif (downforce). Sehingga dilakukan analisa karakteristik laluan udara pada pemodelan Widya Wahana V tanpa tunnel dengan variasi ground clearance tinggi dan ground clearance rendah. Hasil analisa ini akan menunjang model uji dengan variasi desain tunnel pada bodi Widya Wahana V Analisa Medan Aliran Model Uji A (C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi model uji A, dapat dilihat dari hasil post-

61 37 processing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan post-processing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis velocity contour disekitar bodi model uji A untuk C/L = 0.027, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT. Gambar 4.1 Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji A (C/L = 0.027) Gambar 4.1 menunjukkan velocity contour dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah leading edge bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper

62 38 body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji A. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi model uji A, sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji A sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji A akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi model uji A akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dengan bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.1 ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside, hal ini dapat disebabkan karena dua faktor. Faktor pertama ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body. Faktor kedua ground clearance pada model uji A memperkecil cross sectional area. Penyempitan cross sectional area juga terjadi setelah aliran udara melewati daerah leading edge, hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna merah yang mendominasi sepanjang lower body. Pada trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat dua sebab. Pertama karena adanya diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke arah Y, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dimana sebelumnya spektrum warna merah mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna biru pada daerah diffuser. Kedua adalah perubahan kontur bodi model uji A yang ekstrim pada trailing edge, mengakibatkan aliran udara tidak mampu mengikuti bentuk sehingga terlepas dan membentuk vortex.

63 39 Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi Widya Wahana V, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang coefficient pressure (Cp) pada daerah midspan mobil. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.2 berikut ini. Gambar 4.2 Grafik coefficient pressure model uji A (C/L = 0.027) Gambar 4.2 menunjukkan grafik coefficient pressure tekanan aliran pada model uji A sepanjang midspan. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Hambatan aerodinamika pada daerah leading edge, yang pertama adalah ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body. Hambatan aerodinamika yang kedua adanya efek ground clearance sehingga terjadinya penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena penurunan tekanan yang tajam sebelumnya dilihat secara kualitatif pada gambar 4.1, tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya penurunan nilai Cp pada grafik. Pada grafik Cp upper body (X/L =

64 ) hingga (X/L = 0.325) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi merah yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang cenderung lurus setelah fenomena percepatan aliran udara di leading edge, hal ini diakibatkan karena kontur bodi yang tidak banyak berubah. Namun ketika aliran udara melewati bagian diffuser nilai Cp mengalami peningkatan yang diawali dengan adanya penurunan nilai Cp pada grafik Cp lower body (X/L = 0.738). Efek ground clearance rendah yang diikuti dengan diffuser pada lower body serta perubahan kontur secara ekstrim pada trailing edge memberikan pengaruh terbesar terbentuknya daerah bertekanan rendah pada daerah belakang kendaraan yang disebut wake Analisa Medan Aliran Model Uji A (C/L = 0.045) Evaluasi dari pemodelan 3D laluan udara disekitar bodi model uji A untuk C/L = 0.045, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT. Gambar 4.3 Velocity contours dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji A (C/L = 0.045)

65 41 Gambar 4.3 menunjukkan velocity contours dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah leading edge bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji A. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi model uji A sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada kontur bodi model uji A menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji A akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi model uji akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi model uji A. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dengan bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.3 ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside, hal ini dapat disebabkan karena dua faktor. Faktor pertama ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body. Faktor kedua ground clearance pada mobil memperkecil cross sectional area. Penyempitan cross sectional area juga terjadi setelah aliran udara melewati daerah leading edge, hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna merah yang mendominasi sepanjang lower body.

66 42 Pada trailing edge mobil, terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat dua sebab. Pertama karena adanya diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke arah Y, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dimana sebelumnya spektrum warna merah mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna biru pada daerah diffuser. Kedua adalah perubahan kontur bodi model uji A yang ekstrim pada trailing edge, mengakibatkan aliran udara tidak mampu mengikuti bentuk sehingga terlepas dan membentuk vortex. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi Widya Wahana V, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.4 berikut ini. Gambar 4.4 Grafik coefficient pressure model uji A (C/L = 0.045) Gambar 4.4 menunjukkan grafik coefficient pressure tekanan aliran model uji A sepanjang midspan. Dapat dilihat bahwa slope

67 43 penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Hambatan aerodinamika pada daerah leading edge, yang pertama adalah ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body. Hambatan aerodinamika yang kedua adanya efek ground clearance sehingga terjadinya penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena penurunan tekanan yang tajam sebelumnya dilihat secara kualitatif pada gambar 4.3, tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya penurunan nilai Cp pada grafik. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) hingga (X/L = 0.325) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi merah yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang cenderung lurus setelah fenomena percepatan aliran udara di leading edge, hal ini diakibatkan karena kontur bodi yang tidak banyak berubah. Namun ketika aliran udara melewati bagian diffuser nilai Cp mengalami peningkatan yang diawali dengan adanya penurunan nilai Cp pada grafik Cp lower body (X/L = 0.738). Efek ground clearance rendah yang diikuti dengan diffuser pada lower body serta perubahan kontur secara ekstrim pada trailing edge memberikan pengaruh terbesar terbentuknya daerah bertekanan rendah pada daerah belakang kendaraan yang disebut wake Analisa Gaya Aerodinamika Origin Model (C/L = dan 0.045) Analisa mengenai data kuantitatif diperlukan untuk menunjang dan sekaligus menyimpulkan argumentasi mengenai fenomena yang terobservasi pada data kualitatif. Konsep perhitungan gayagaya aerodinamika pada model uji seperti gaya hambat (drag) dan gaya angkat (lift), akan dibahas lebih lanjut baik melalui pemodelan 3D.

68 Analisa Drag Force Model Uji A (C/L = dan 0.045) Terminologi perhitungan gaya drag pada model uji A, dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya drag yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien drag. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: CD F D 1 2. V. Af 2 dimana : F D = Gaya drag (kg.m/s 2 ) = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) = Luas frontal model uji (m 2 ) V A f = Densitas (kg/ m 3 ) Gambar 4.5 Grafik Drag Coefficient model uji A (C/L = dan 0.045)

69 45 Gambar 4.5 menunjukkan grafik perbandingan drag coefficient pada model uji A dengan variasi ground clearance tinngi (C/L = 0.045) dan ground clearance rendah (C/L = 0.027). Dari grafik di atas dapat kita lihat, bahwa model uji A dengan variasi ground clearance rendah memiliki nilai drag coefficient yang lebih baik jika dibandingkan dengan ground clearance tinggi. Dengan menggunakan desain model uji yang sama, namun variasi ground clearance rendah memiliki perbedaan pada luas frontal yang lebih kecil. Dengan memperkecil luas frontal yang dilalui udara dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi drag force yang diakibatkan frontal pressure. Analisa diatas terbukti benar dengan dibuktikan melalui hasil analisa numerik yang menunjukkan bahwa untuk variasi ground clearance rendah memiliki nilai cd = 0.24 sedangkan untuk variasi ground clearance tinggi memiliki nilai cd = Analisa Lift Force Model Uji A (C/L = dan 0.045) Terminologi perhitungan gaya lift pada model uji A dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya lift yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien lift. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: CL F L 1 2. V. Af 2 dimana : F L = Gaya drag (kg.m/s 2 ) V = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) A = Luas frontal model uji (m 2 f ) = Densitas (kg/ m 3 )

70 Lift Coefficient Ground Clearance (C/L = 0.045) A Ground Clearance (C/L = 0.027) -0.4 A B B Gambar 4.6 Grafik Lift Coefficient model uji A (C/L = dan 0.045) Gambar 4.6 menunjukkan grafik perbandingan lift coefficient pada model uji A dengan variasi ground clearance tinggi (C/L = 0.045) dan ground clearance rendah (C/L = 0.027). Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa model uji A dengan variasi ground clearance tinggi memiliki nilai lift coefficient yang lebih baik jika dibandingkan dengan ground clearance rendah. Dengan menggunakan desain mobil yang sama namun variasi ground clearance tinggi memberikan ruang laluan udara yang lebih. Dengan memberikan ruang laluan udara yang lebih dapat memberikan kontribusi dalam menambah lift force yang diakibatkan berkuranganya percepatan aliran udara yang melewati bagian lowerside body. Analisa diatas terbukti benar dengan dibuktikan melalui hasil analisa numerik yang menunjukkan bahwa untuk variasi ground clearance rendah memiliki nilai cl = sedangkan untuk variasi ground clearance tinggi memiliki nilai cl = Dari hasil analisa drag force dan juga lift force dapat diambil kesimpulan untuk tetap mempertahankan ground clearance yang

71 47 rendah pada mobil Widya Wahana V untuk mengurangi drag force yang terjadi namun juga menambahkan ruang laluan udara dengan memberikan tunnel pada lowerside body untuk menambah lift force. Sehingga desain mobil Widya Wahana V tidak hanya mampu untuk menghasilkan coefficient drag yang rendah namun juga mampu mengurangi rolling resistance pada kendaraan dengan lift force. 4.3 Analisa Karakteristik Aliran Origin Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Setelah diambil kesimpulan pada sub-bab sebelumnya bahwa pemodelan Widya Wahana V akan menggabungkan pengaruh ground cleareance rendah dengan ground clearance tinggi. Dimana ground clearance rendah pada mobil dapat menghasilkan nilai coefficient drag yang lebih rendah jika dibandingkan dengan ground clearance tinggi. Sedangkan ground clearance tinggi dapat menghasilkan nilai coefficient lift yang lebih besar jika dibandingkan dengan ground clearance rendah. Sehingga dilakukan analisa karakteristik laluan udara pada pemodelan Widya Wahana V yang ditambahkan tunnel pada lowerside body dengan beberpa variasi desain tunnel. Hasil analisa ini akan menunjang pemilahan variasi desain tunnel pada bodi Widya Wahana V Analisa Medan Aliran Model Uji B (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 1; C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil post-processing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji B, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT.

72 48 Gambar 4.7 Velocity contours dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji B (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Gambar 4.7 menunjukkan velocity contours dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah leading edge bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji B. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi model uji B, sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan

73 49 yang terjadi pada kontur bodi, menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi akan mengalami ganguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi model uji B. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.7 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside, hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body, sehingga aliran udara lebih mudah untuk melalui bagian lowerside. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lowerside yang diakibatkan oleh penyempitan area ke arah sumbu Z akibat bentuk convergentdivergent pada tunnel. hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna merah yang mendominasi sebelum kontur divergent sepanjang lowerside body. Gambar 4.8 Velocity vector di model uji B (convergentdivergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L

74 50 Gambar 4.8 menampilkan gambar potongan bodi model uji B tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Pada bagian trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke sumbu Y dan sumbu Z, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran udara, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 di mana sebelumnya spektrum warna merah mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi model uji B, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.9 berikut ini. Gambar 4.9 Grafik coefficient pressure di model uji B (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Gambar 4.9 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan

75 51 kontur permukaan upper body dengan kontur permukaan lower body dan juga didukung adanya efek convergent yang menuntun aliran udara untuk masuk tunnel mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya fluktuasi pada grafik. Fenomena bubble separation adalah injeksi energy enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi merah yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena adanya perubahan kontur bodi akibat bentuk convergent-divergent tunnel. Pada kontur divergent yang diikuti dengan adanya diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek kontur divergent, diffuser dan ground clearance pada lower body memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan Analisa Medan Aliran Model Uji C (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 2; C/L 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil postprocessing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji C, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT.

76 52 Gambar 4.10 Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji C (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Gambar 4.10 menunjukkan velocity contours dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.10 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah leading edge bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji C. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi sehingga timbul

77 53 gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji C sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji C, akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi akan mengalami ganguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi model uji C. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.10 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lower body yang diakibatkan oleh penyempitan area ke arah sumbu Z akibat bentuk convergentdivergent pada tunnel. hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna merah yang mendominasi sebelum kontur divergent sepanjang lower body. Gambar 4.11 Velocity vector di model uji C (convergentdivergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L

78 54 Gambar 4.11 menampilkan gambar potongan mobil Widya Wahana V tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Pada bagian trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke sumbu Y dan sumbu Z, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.10 di mana sebelumnya spektrum warna merah mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi model uji C, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.12 berikut ini. Gambar 4.12 Grafik coefficient pressure di model uji C (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Gambar 4.12 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan

79 55 kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body dan juga didukung adanya efek ground clearance yang mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya fluktuasi pada grafik. Fenomena bubble separation adalah injeksi energi enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi merah yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena terjadinya perubahan kontur bodi akibat bentuk convergent-divergent tunnel. Pada model uji C di mana pada lebar throat (wt) diperkecil yang sebelumnya pada model uji B wt = 400 mm menjadi wt = 300 mm. Perubahan ini mengakibatkan penurunan nilai Cp lower body pada bagian throat jika dibandingkan dengan model uji B. Pada kontur divergent yang diikuti dengan adanya efek diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek kontur divergent, diffuser dan ground clearance pada lowerbody memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan Analisa Medan Aliran Model Uji D (Constant Area Tunnel; C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil post-processing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji D, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT.

80 56 Gambar 4.13 Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji D (constant area tunnel; C/L 0.027) Gambar 4.13 menunjukkan velocity contour dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.13 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji D. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada

81 57 kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji D sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji D akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi model uji D akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.13 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lower body yang diakibatkan oleh pelebaran laluan udara ke arah sumbu Y. hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna kuning yang mendominasi sepanjang lower body. Gambar 4.14 Velocity vector di model uji D (constant area tunnel; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L

82 58 Gambar 4.14 menampilkan gambar potongan model uji D tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Pada trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke arah sumbu Y, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.13 di mana sebelumnya spektrum warna merah mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi model uji D, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.15 berikut ini. Gambar 4.15 Grafik coefficient pressure di model uji D (constant area tunnel; C/L = 0.027) Gambar 4.15 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan,

83 59 hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body dan juga didukung adanya efek ground clearance yang mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya fluktuasi pada grafik. Fenomena bubble separation adalah injeksi energi enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena adanya ruang laluan udara dengan bentuk constant area tunnel. Pada model uji D tidak adanya perubahan pada lebar tunnel ke arah sumbu Z. Hal ini mengakibatkan penurunan nilai Cp tidak sebesar jika dibandingkan dengan model uji B dan C. Namun dengan adanya efek diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek diffuser dan ground clearance pada lower body memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan Analisa Gaya Aerodinamika Origin Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Analisa mengenai data kuantitatif diperlukan untuk menunjang dan sekaligus menyimpulkan argumentasi mengenai fenomena yang terobservasi pada data kualitatif. Konsep perhitungan gayagaya aerodinamika pada model uji seperti gaya hambat (drag) dan gaya angkat (lift), akan dibahas lebih lanjut baik melalui pemodelan 3D pada daerah midspan.

84 Analisa Drag Force Model Uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Terminologi perhitungan gaya drag pada model uji B,C dan D dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya drag yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien drag. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: CD F D 1 2. V. Af 2 dimana : F D = Gaya drag (kg.m/s 2 ) = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) = Luas frontal model uji (m 2 ) V A f = Densitas (kg/ m 3 ) Gambar 4.16 Grafik Drag Coefficient model uji A,B,C, dan D (C/L = 0.027)

85 61 Gambar 4.16 menunjukkan grafik perbandingan drag coefficient pada tiap model uji untuk origin model dengan ground clearance rendah. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa model uji A dengan variasi ground clearance rendah memiliki nilai drag coefficient yang lebih baik jika dibandingkan dengan model uji B,C dan D. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penambahan area laluan udara pada lowerside bodi ke arah sumbu Z dan sumbu Y mengakibatkan udara lebih memilih untuk melewati bagian lowerside. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada gambar contour velocity pada model uji B, C, dan D bagian lower body menunjukkan percepatan udara yang lebih lebar jika dibandingkan dengan konfigurasi uji tanpa tunnel. Efek dari pelebaran dua arah sumbu ini mengakibatkan terbentuknya blockage area yang diikuti dengan membesarnya nilai coefficient drag. Hasil analisa numerik diatas membuktikan bahwa penambahan ruang laluan udara yang terlalu besar membuat nilai coefficient drag ikut membesar Analisa Lift Force Model Uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Terminologi perhitungan gaya lift pada model mobil Widya Wahana V dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya lift yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien lift. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: FL CL 1. V 2. Af 2 dimana : F L = Gaya drag (kg.m/s 2 ) = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) V A f = Luas frontal model uji (m 2 ) = Densitas (kg/ m 3 )

86 62 Gambar 4.17 Grafik Lift Coefficient model uji A, B, C, dan D (C/L = 0.027) Gambar 4.17 menunjukkan grafik perbandingan lift coefficient pada tiap model uji untuk origin model dengan ground clearance rendah. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa mobil model uji A memiliki nilai coefficient lift yang terbaik dibandingkan model uji B,C,dan D. Penambahan ruang laluan udara dengan tunnel terbukti justru menambah jumlah dan percepatan udara sehingga tidak menghasilkan lift force yang lebih baik. Hasil analisa numerik diatas membuktikan bahwa penambahan ruang laluan udara dengan tunnel yang terlalu besar tidak membuat nilai coefficient lift ikut membesar. Dari hasil analisa drag force dan juga lift force dapat diambil kesimpulan untuk mengurangi ruang laluan udara ke arah sumbu Y dengan harapan dapat mengurangi drag force yang terjadi dan juga menambah lift force. Sehingga desain mobil Widya Wahana V tidak hanya mampu untuk menghasilkan coefficient drag yang rendah namun juga mampu mengurangi rolling resistance pada kendaraan dengan lift force.

87 Analisa Karakteristik Aliran Modified Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Setelah diambil kesimpulan pada sub-bab sebelumnya bahwa pemodelan Widya Wahana V yang menggabungkan pengaruh ground cleareance rendah dengan ground clearance tinggi membutuhkan evaluasi desain. Dimana penambahan tunnel pada mobil tidak menghasilkan nilai coefficient drag yang lebih rendah jika dibandingkan dengan konfigurasi uji tanpa tunnel. Begitu juga dengan nilai coefficient lift yang tidak lebih besar jika dibandingkan dengan konfigurasi uji tanpa tunnel. Sehingga dilakukan analisa karakteristik laluan udara pada modified model. Hasil analisa ini akan menunjang pemilihan variasi desain tunnel pada bodi Widya Wahana V Analisa Medan Aliran Model Uji E (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 1; C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil post-processing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji E, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT.

88 64 Gambar 4.18 Contour velocity dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji E (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Gambar 4.18 menunjukkan velocity contour dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Dikarenakan nilai Cp = 1 terjadi di daerah dengan lingkup lebih luas, maka disebut titik multistagnasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.18 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji E. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada

89 65 kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji E sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji E akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi model uji akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi model uji E. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.18 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lower body yang diakibatkan oleh penyempitan area ke arah sumbu Z akibat bentuk convergentdivergent pada tunnel. Hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna kuning yang mendominasi sebelum kontur divergent sepanjang lower body. Gambar 4.19 Velocity vector di model uji E (convergentdivergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L

90 66 Gambar 4.19 menampilkan gambar potongan model uji E tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Terlihat pada trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke sumbu Y dan sumbu Z, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.19 di mana sebelumnya spektrum warna kuning mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi model uji E, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.20 berikut ini. Gambar 4.20 Grafik coefficient pressure di model uji E (convergent-divergent tunnel tipe 1; C/L = 0.027) Gambar 4.20 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan

91 67 pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dengan kontur permukaan lower body dan juga didukung adanya efek convergent yang menuntun aliran udara untuk masuk tunnel mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation pada tunnel dengan model uji B tidak tampak terjadi pada variasi model uji E bisa dilihat pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang pada tunnel dengan model uji B terjadi fluktuasi pada grafik namun pada variasi model uji E tidak terjadi, hal ini membuktikan bahwa terjadi perbaikan pada kontur bodi tunnel dengan variasi model uji E. Fenomena bubble separation adalah injeksi energi enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena terjadinya perubahan kontur bodi akibat bentuk convergent-divergent tunnel. Berbeda dengan model uji B dimana penurunan nilai Cp pada lowerside menyentuh nilai -2.3 untuk tunnel dengan variasi model uji Bpenurunan nilai Cp hanya menyentuh nilai Pada kontur divergent ditambah dengan adanya diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek kontur divergent, diffuser dan ground clearance pada lower body memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan.

92 Analisa Medan Aliran Model Uji F (Convergent- Divergent Tunnel Tipe 2; C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil postprocessing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji F, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT. Gambar 4.21 Contour velocity dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji F (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Gambar 4.21 menunjukkan velocity contour dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.21 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah bodi bagian depan.

93 69 Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji F. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji F sangat bervariasi. Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji F akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi model uji akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.21 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body sehingga terjadi pergeseran stagnation point pada leading edge. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lower body yang diakibatkan oleh penyempitan area ke arah sumbu Z akibat bentuk convergentdivergent pada tunnel. hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna kuning yang mendominasi setelah kontur convergent sepanjang lower body.

94 70 Gambar 4.22 Velocity vector di model uji F (convergentdivergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Gambar 4.22 menampilkan gambar potongan model uji F tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Terlihat pada trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya perubahan luas area ke sumbu Y dan sumbu Z, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.21 di mana sebelumnya spektrum warna kuning mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi model uji F, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.23 berikut ini.

95 71 Gambar 4.23 Grafik coefficient pressure di model uji F (convergent-divergent tunnel tipe 2; C/L = 0.027) Gambar 4.23 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body dan juga didukung adanya efek ground clearance yang mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation pada tunnel dengan model uji C tidak tampak terjadi pada tunnel dengan variasi model uji F bisa dilihat pada grafik Cp X/L = yang pada tunnel dengan model uji C terjadi fluktuasi pada grafik namun pada model uji F tidak terjadi, hal ini membuktikan bahwa terjadi perbaikan pada kontur bodi tunnel dengan variasi model uji F mobil Widya Wahana V. Fenomena bubble separation adalah injeksi energy enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp lower body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body,

96 72 diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena terjadinya perubahan kontur bodi akibat bentuk convergent-divergent tunnel. Pada model uji F lebar throat (wt) diperkecil yang sebelumnya pada model uji E, wt = 400 mm menjadi wt = 300. Perubahan ini mengakibatkan penurunan nilai Cp lower body pada bagian throat jika dibandingkan model uji E. Pada kontur divergent ditambah dengan adanya efek diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek kontur divergent, diffuser dan ground clearance pada lower body memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan Analisa Medan Aliran Model Uji G (Constant Area Tunnel; C/L = 0.027) Evaluasi dari pemodelan 3D terhadap detail karakteristik aliran yang melintasi bodi dapat dilihat dari hasil post-processing kuantitatif berupa grafik distribusi Cp yang ditunjang dengan postprocessing kualitatif berupa visualisasi aliran. Analisis contour kecepatan disekitar bodi model uji G, dapat dijelaskan berdasarkan visualisasi yang diperoleh dari software FLUENT.

97 73 Gambar 4.24 Velocity contour dan streamline laluan udara disekitar bodi model uji G (constant area tunnel; C/L = 0.027) Gambar 4.24 menunjukkan velocity contour dan streamline laluan udara pada daerah midspan. Tampak laluan udara dari free stream mengalir menuju bodi kendaraan bagian depan. Aliran udara bertumbukan pada daerah leading edge, sehingga laluan udara mengalami perlambatan. Kecepatan laluan udara dari free stream mencapai kecepatan terendah dan tekanan tertinggi pada kondisi stagnasi, yang ditandai dengan adanya nilai Cp = 1. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.24 dengan ditandai warna biru yang mendominasi pada daerah bodi bagian depan. Setelah aliran udara bertumbukan dengan leading edge, selanjutnya aliran udara terdefleksi pada permukaan atas (upper body) dan permukaan bawah (lower body) dari model uji G. Adanya efek viskositas dari udara akan menyebabkan timbulnya boundary layer di sepanjang permukaan bodi sehingga timbul gradient kecepatan. Adanya gradient kecepatan yang terjadi pada kontur bodi menyebabkan aliran udara pada permukaan bodi model uji G sangat bervariasi.

98 74 Pada pola kecepatan aliran di upstream yang jauh letaknya dari bodi model uji G akan sejajar dan tidak terjadi gangguan pada aliran tersebut. Sedangkan pada pola kecepatan aliran streamline di sekitar bodi akan mengalami gangguan aliran karena pengaruh dari bentuk bodi model uji G. Dengan demikian dapat dikatakan gerakan partikel aliran yang terletak dekat dari bodi akan memiliki kecepatan relatif yang bervariasi. Pada gambar 4.13 juga ditunjukkan pathlines kecepatan pada daerah midspan, tampak visualisasi pathlines pada daerah leading edge menunjukkan aliran cenderung terdefleksi dengan cepat menuju lowerside dibandingkan upperside hal ini disebabkan ketidaksimetrisan antara permukaan upper body dan lower body dimana kelengkungan kontur upper body yang lebih dibandingkan lower body. Setelah aliran melewati daerah leading edge terjadi percepatan pada bagian lower body yang diakibatkan oleh pelebaran laluan udara kearah sumbu Y. hal ini ditunjukkan dengan spektrum warna kuning yang mendominasi sepanjang lower body. Gambar 4.25 Velocity vector di model uji G (constant area tunnel C/L = 0.027) pada potongan buritan X=93%L Gambar 4.25 menampilkan gambar potongan model uji G tampak belakang dengan posisi potongan X=93%L. Terlihat pada trailing edge mobil terlihat adanya vortex yang terbentuk akibat pengaruh diffuser yang diberikan pada mobil. Hal ini dapat terjadi

99 75 dikarenakan adanya perubahan luas area sumbu Y, dari luas area kecil menuju luas area besar. Perubahan luas area diikuti juga dengan perubahan tekanan dan percepatan aliran, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.24 di mana sebelumnya spektrum warna kuning mendominasi pada lower body berubah menjadi spektrum warna hijau pada daerah diffuser. Untuk mendukung data kualitatif terhadap karakteristik laluan udara yang melintasi bodi, perlu ditampilkan data kuantitatif tentang distribusi tekanan pada midspan. Karakteristik aliran dapat didefinisikan melalui grafik Cp antara upper body dengan lower body seperti pada gambar 4.26 berikut ini. Gambar 4.26 Grafik coefficient pressure di model uji G (constant area tunnel C/L 0.027) pada potongan buritan X=93%L Gambar 4.26 menunjukkan grafik distribusi koefisien tekanan aliran secara 2D. Dapat dilihat bahwa slope penurunan tekanan pada daerah upper body dan daerah lower body tidak berhimpitan, hal ini dikarenakan adanya hambatan aerodinamika yang membuat aliran terdefleksi pada daerah leading edge. Ketidaksimetrisan kontur permukaan upper body dan kontur permukaan lower body

100 76 dan juga didukung adanya efek ground clearance yang mengakibatkan penurunan tekanan yang tajam pada lower body. Fenomena terbentuknya bubble separation tampak terjadi pada grafik Cp lower body (X/L = ) yang ditandai dengan terjadinya fluktuasi pada grafik. Fenomena bubble separation adalah injeksi energi enterainment dari free stream yang mampu mendorong aliran terseparasi untuk kembali attach ke kontur karena momentum free stream lebih mampu melawan adverse pressure gradient dari kontur permukaan lower body. Pada grafik Cp upper body (X/L = ) terjadi penurunan nilai pressure pada bagian upper body, diikuti dengan perubahan spektrum warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa terjadi percepatan laluan udara. Bagian lower body didominasi dengan trendline grafik yang terus menurun hal ini diakibatkan karena adanya ruang laluan udara dengan bentuk constant area tunnel. Pada model uji G, tidak adanya perubahan pada lebar tunnel ke arah sumbu Y. Hal ini mengakibatkan penurunan nilai Cp tidak sebesar jika dibandingkan dengan model uji E dan F. Namun dengan adanya efek diffuser nilai Cp mengalami peningkatan seperti pada grafik Cp lower body (X/L = 0.673). Efek diffuser dan ground clearance pada lower body memberikan pengaruh terbesar terbentuknya vortex pada daerah belakang kendaraan yang disebut Analisa Gaya Aerodinamika Modified Model Dengan Tunnel (C/L = 0.027) Analisa mengenai data kuantitatif diperlukan untuk menunjang dan sekaligus menyimpulkan argumentasi mengenai fenomena yang terobservasi pada data kualitatif. Konsep perhitungan gayagaya aerodinamika pada model uji seperti gaya hambat (drag) dan gaya angkat (lift), akan dibahas lebih lanjut baik melalui pemodelan 3D pada daerah midspan.

101 Analisa Drag Force Model Uji E,F, dan G Dengan Tunnel C/L Terminologi perhitungan gaya drag pada model uji E, F, dan G dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya drag yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien drag. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: FD CD 1. V 2. Af 2 dimana : F D = Gaya drag (kg.m/s 2 ) = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) = Luas frontal model uji (m 2 ) V A f = Densitas (kg/ m 3 ) Gambar 4.27 Grafik Drag Coefficient model uji E,F dan G (C/L = 0.027) Gambar 4.27 menunjukkan grafik perbandingan drag coefficient pada model uji E, F, dan G. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa model uji G memiliki nilai drag coefficient yang lebih

102 78 baik jika dibandingkan dengan model uji E dan F. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya penyempitan ruang laluan udara pada lowerside body ke arah sumbu Z sehingga aliran udara pada lowerside tidak mengalami percepatan seperti yang dialami pada model uji E dan F. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada gambar contour velocity pada model uji G bagian lowerside body menunjukkan percepatan udara yang lebih pelan jika dibandingkan dengan model uji E dan F. Dengan mengecilkan pelebaran ke arah sumbu Y dapat mengurangi tebentuknya blockage area yang diikuti dengan membaiknya nilai coefficient drag jika dibandingkan dengan origin model. Hasil analisa numerik diatas membuktikan bahwa pengurangan lebar ke arah sumbu Y untuk ruang laluan udara efektif membuat nilai coefficient drag membaik Analisa Lift Force Model Uji E, F, dan G Dengan Tunnel C/L Terminologi perhitungan gaya lift pada model uji E, F, dan G dapat ditunjukkan melalui hasil analisa numerik. Gaya lift yang dihasilkan oleh suatu kendaraan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: density, kecepatan udara yang melintasi kendaraan, luas frontal dan koefisien lift. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut ini: FL CL 1. V 2. Af 2 dimana : F L = Gaya drag (kg.m/s 2 ) V A f = Kecepatan aliran udara bebas (m/s) = Luas frontal model uji (m 2 ) = Densitas (kg/ m 3 )

103 79 Gambar 4.28 Grafik Lift Coefficient model uji E, F, dan G (C/L = 0.027) Gambar 4.28 menunjukkan grafik perbandingan lift coefficient pada model uji E, F, dan G ground clearance rendah. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa model uji G memiliki nilai coefficient lift yang terbaik dibandingkan dengan model uji E dan F. Grafik diatas menunjukkan bahwa penambahan ruang laluan udara dengan model uji G terbukti dapat menghasilkan lift force yang lebih baik dibandingkan model uji A. Dari hasil analisa drag force dan juga lift force dapat diambil kesimpulan dengan mengurangi ruang laluan udara ke arah sumbu Y dapat mengurangi drag force yang terjadi dan juga menambah lift force. Sehingga dengan model uji G tidak hanya mampu untuk menghasilkan coefficient drag yang rendah namun juga mampu mengurangi rolling resistance pada kendaraan dengan perbaikan lift force. 4.5 Diskusi Pemilihan variasi model uji pada mobil Widya Wahana V dengan tunnel mempertimbangkan bahwa penambahan ruang laluan udara dapat menambah nilai coefficient lift sehingga mampu

104 80 untuk mengurangi rolling resistance pada mobil. Pengujian ini sudah dilakukan dengan membandingkan antara model uji A dengan variasi ketinggian ground clearance. Didapatkan bahwa dengan penambahan ground clearance yang lebih tinggi dapat menghasilkan coefficient lift yang lebih baik jika dibandingkan dengan ground clearance rendah. Sehingga diambil kesimpulan untuk tetap mempertahankan ground clearance rendah pada mobil dengan menambah tunnel sebagai ruang laluan udara. Fungsi tunnel sebagai ruang laluan udara menuntut bentuk geometri yang dapat menuntun laluan udara. Sehingga dipilih dua bentuk pembanding sebagai konfigurasi uji, tipe 1 adalah convergent-divergent tunnel dan untuk tipe 2 adalah constant area tunnel. Pemilihan convergent-divergent tunnel pada konfigurasi uji tipe 1 diharapkan dapat menuntun aliran tanpa terbentuknya vortex sepanjang tunnel seperti pada gambar Gambar 4.29 Laluan udara melewati convergent-divergent tunnel Namun dalam analisa numerik yang sudah dilakukan didapatkan bahwa grafik coefficient pressure dan nilai CD/CL constant area tunnel lebih baik jika dibandingkan dengan convergent-divergent tunnel.

105 (i) 81

106 82 (ii) (iii) Gambar 4.30 (i) Grafik coefficient pressure model uji B (C/L= 0.027) (ii) Grafik coefficient pressure model uji C (C/L = 0.027) (iii) Grafik coefficient pressure model uji D (C/L = 0.027) Gambar 4.30 menunjukkan grafik hasil analisa numerik pada mobil Widya Wahana V dengan model uji B, C, dan D. Dapat dilihat bahwa pada grafik CP model uji D memiliki hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan grafik CP model uji B dan C. Dapat dilihat nilai CP lower body pada model uji D posisi (X/L = 0.673) adalah , sedangkan pada posisi X yang sama nilai CP model uji B adalah dan untuk nilai CP model uji C adalah Hal dapat terjadi dikarenakan pada posisi (X/L = 0.673) adalah letak diffuser pada mobil sedangkan pada konfigurasi uji convergent-

107 83 divergent tunnel laluan udara mengalami pelebaran area ke arah sumbu Y dan sumbu Z karena efek diffuser dan divergent geometri tunnel. Pelebaran ruang laluan udara ke dua arah sumbu memungkinkan terbentuknya blockage area yang mengakibatkan meningkatnya nilai CD pada kendaraan dan menurunya nilai CL. Sehingga solusi dari penelitian ini adalah dengan mengurangi pelebaran area ke arah sumbu Y untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya blockage area. Dan dapat dilihat pada grafik CP hasil analisa numerik pada model uji E, F dan G mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan grafik CP model uji B, C, dan D. (i) (ii)

108 84 (iii) Gambar 4.31 (i) Grafik coefficient pressure model uji E (C/L = 0.027) (ii) Grafik coefficient pressure model uji F (C/L = 0.027) (iii) Grafik coefficient pressure model uji G (C/L = 0.027)

109 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisa karakteristik aliran pada variasi model uji secara numerik maka didapatkan kesimpulan sebagai berkut. Penambahan ruang laluan udara dengan bentuk tunnel pada mobil belum tentu dapat meningkatkan lift ataupun mengurangi drag pada kendaraan. Pada tunnel dengan model uji B, C, dan D didapatkan bahwa penambahan tunnel justru memperburuk gaya drag dan lift. Sehingga diberikan alternatif tunnel dengan variasi model uji E, F dan G yang didapatkan konfigurasi uji optimum sebagai berikut : 1. Dengan melihat perbandingan CL dan CD pada tiap variasi, konfigurasi uji optimum pada mobil Widya Wahana V adalah model uji G (constant area tunnel) dengan besar CL = dan besar CD = Pada grafik coefficient pressure model uji G menunjukkan perbaikan nilai distribusi tekanan sepanjang midspan jika dibandingkan model uji A, B, C, D, E, dan F. 3. Pengurangan lebar diffuser pada modified model memberikan pengaruh yang signifikan pada perbaikan nilai CL dan CD. 5.2 Saran Berikut merupakan beberapa saran yang dapat diberikan setelah penelitian dilakukan untuk penelitian berikutnya adalah : 1. Adanya evaluasi aerodynamic lebih lanjut mengenai bentuk geometri kendaraan selain underbody untuk memperlengkap data. 2. Optimasi desain mobil untuk kedepannya menggunakan model uji G (constant area tunnel) yang sudah diuji pada penelitian ini, sehingga memiliki nilai CD dan CL yang lebih baik. 85

110 86 Halaman ini sengaja dikosongkan

111 DAFTAR PUSTAKA 1. Douglas, J.F., Gasiorek, J.,Swaffield, J,and Jack,L., 2011, Fluid Mechanics 6 th edition,. 2. Barnard, R.H., 1996, Road Vehicle Aerodynamic Design: An Introduction,. United Kingdom. 3. McBeath,S., 2015, Competition Car Aerodynamics 3 th edition : A Practical Handbook. 4. Hucho,W.H., Janssen,L.J.,and Emmelmann,H.J., 1975 The Optimization of Bodi Details-A method for Reducting the Aerodynamic drag of Road Vehicle, SAE Journal, Germany. 5. Fukuda,H., Yanagimoto,K., China,H.,and Nakagawa,K., 1994 Improvement of Vehicle Aerodynamics by Wake Control, JSAE Review 1,p.p Japan. 6. Ambrose,S., Aerodynamic Testing and Development of Sunswift eve. 53rd AIAA Aerospace Sciences Meeting, AIAA SciTech. 7. Prakoso,M.A.B., Numerikal Study of 3 Dimensional Flow Characteristics Around Sapuangin Model With Ground Clearance to Models Length Ratio (C/L= 0.027). Undergraduated Thesis. Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 8. Damjanović,D., Kozak,D., Zicic,M., Ivandic,Z.,and Baskaric,T.,2010. Car Design As A New Conceptual And CFD Analysis In Purpose Of Improving Aerodynamics. Croatia. 9. Mulvany,N.J., Chen,L., Tu,J.Y., and Anderson,B.,2004. Steady State Evaluation of Two-Equation RANS Turbulence Models Simulation for High-Reynolds Number Hydrodynamic Flow. DSTO Platform Division, Australia. 87

112 88 Halaman ini sengaja dikosongkan

113 BIODATA PENULIS Aufar Nugraha dilahirkan di Jakarta, 17 Mei Anak kedua dari Sofyan Effendi dan Diah Asih Prasetiawati. Penulis menyelesaikan masa studi di SDI Al-Izhar Jakarta pada tahun 2003, dilanjutkan ke SMPI Al-Izhar Jakarta pada tahun 2008, dan SMA Negeri 34 Jakarta pada tahun Selepas SMA penulis melanjutkan studinya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Teknik Mesin pada tahun ajaran 2010/2011. Selama kuliah di Teknik Mesin ITS penulis pernah mengemban amanah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Mesin pada tahun ajaran 2012/2013. Tidak hanya itu penulis juga telah bergabung dalam ITS Solar Car Racing Team yang telah berkompetisi di Australia pada World Solar Challenge 2015 sebagai general manager team. Di Teknik Mesin ITS penulis memilih untuk masuk Laboratorium Mekanika dan Mesin-Mesin Fluida dengan topik tugas akhir aerodynamic dibawah bimbingan Prof.Dr.Ing.Herman Sasongko. Pada tahun 2017 penulis menyelesaikan studi S1-nya. 89

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT GLADHI DWI SAPUTRA 2111 030 013 DOSEN PEMBIMBING DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK ARIF AULIA RAHHMAN 2109.100.124 DOSEN PEMBIMBING NUR

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4. TUGAS AKHIR (KONVERSI ENERGI) TM 091486 STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI PRISMA TERPANCUNG Dengan PANJANG CHORD (L/A) = 4 tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK 1 SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK Arif Aulia Rahhman, Nur Ikhwan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran Bagian Rear-End Bus Penumpang dengan Variasi Sudut Diffuser

Studi Numerik Karakteristik Aliran Bagian Rear-End Bus Penumpang dengan Variasi Sudut Diffuser JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-117 Studi Numerik Karakteristik Aliran Bagian Rear-End Bus Penumpang dengan Variasi Sudut Diffuser Mutiara Nuril Karomah dan Wawan Aries Widodo

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA Studi Kasus: Pengaruh penambahan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL Proposal Tugas Akhir Konversi Energi STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL Disusun Oleh : Herry Sufyan Hadi 2107100081 Dosen

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator Nafiatun Nisa dan Sutardi

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI DIFFUSOR TERHADAP GAYA AERODINAMIKA MOBIL LISTRIK PANCASONA

PENGARUH MODIFIKASI DIFFUSOR TERHADAP GAYA AERODINAMIKA MOBIL LISTRIK PANCASONA STUDI NUMERIK : PENGARUH MODIFIKASI DIFFUSOR TERHADAP GAYA AERODINAMIKA MOBIL LISTRIK PANCASONA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Lebih terperinci

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Dan Numerik Pengaruh Slat Clearance Serta Slat Angle Untuk Mengeliminasi Stall Pada Airfoil Studi kasus airfoil NACA 2412

Studi Eksperimen Dan Numerik Pengaruh Slat Clearance Serta Slat Angle Untuk Mengeliminasi Stall Pada Airfoil Studi kasus airfoil NACA 2412 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimen Dan Numerik Pengaruh Slat Clearance Serta Slat Angle Untuk Mengeliminasi Stall Pada Airfoil Studi kasus

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36 B36 Simulasi Numerik Aliran Tiga Dimensi Melalui Rectangular Duct dengan Variasi Bukaan Damper Edo Edgar Santosa Putra dan Wawan Aries Widodo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya agar penelitian ini dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN 4.1 Data Penelitian Pada metode ini, udara digunakan sebagai fluida kerja, dengan spesifikasi sebagai berikut: Asumsi aliran steady dan incompressible. Temperatur

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 1 STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK ALIRAN DIDALAM RECTANGULAR ELBOW 90 o YANG DILENGKAPI DENGAN ROUNDED LEADING AND TRAILING EDGES GUIDE VANE Studi Kasus Untuk Bilangan Reynolds, Re Dh = 2,1 x 10 4 Adityas

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara disepanjang bentuk body mobil. Streamline adalah

Lebih terperinci

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT 6.2.16 Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) Adhana Tito 2411106007 Dosen Pembimbing : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T. NIPN. 1977 11272002

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417

Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-102 Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417 Ulul Azmi dan Herman Sasongko

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran Melalui Backward Facing Inclined Step dengan Penambahan Paparan Panas Deri Gedung pada Sisi Upstream

Studi Numerik Karakteristik Aliran Melalui Backward Facing Inclined Step dengan Penambahan Paparan Panas Deri Gedung pada Sisi Upstream B29 Studi Numerik Karakteristik Aliran Melalui Backward Facing Inclined Step dengan Penambahan Paparan Panas Deri Gedung pada Sisi Upstream Franciska Enstinita Puspita dan Wawan Aries Widodo Departemen

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN MELINTASI PRISMA TERPANCUNG.

KATA PENGANTAR STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN MELINTASI PRISMA TERPANCUNG. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan sukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Dengan ijin, kasih sayang serat rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan yang berjudul, STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) Syaiful Rizal 2112105036 Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-158

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-158 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-158 Studi Eksperimen Karakteristik Lapis Batas Aliran Turbulen Melintasi Empat Silinder Sirkular Tersusun Secara Equispaced dengan Rasio Gap

Lebih terperinci

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN MELINTASI SILINDER SIRKULAR TUNGGAL DENGAN BODI PENGGANGGU BERBENTUK SILINDER SIRKULAR PADA SALURAN SEMPIT BERPENAMPANG BUJUR SANGKAR Diastian Vinaya Wijanarko 1), Wawan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP SETENGAH LINGKARAN DENGAN PENGGANGGU BERUPA KAWAT MELINTANG Studi Kasus Untuk

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI EKSPERIMEN KARAKTERISTIK LAPIS BATAS ALIRAN TURBULEN MELINTASI EMPAT SILINDER SIRKULAR TERSUSUN SECARA EQUISPACED DENGAN RASIO GAP (G/D)

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RM 1542

TUGAS AKHIR - RM 1542 TUGAS AKHIR - RM 1542 STUDI EKSPERIMENTAL TENTANG KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER TERIRIS TIPE D DIDEKAT SIDE WALL UNTUK LAPIS BATAS SIDE WALL LAMINAR DAN TURBULEN

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP : PRESENTASI TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK (CFD) ALIRAN DUA FASE GAS-SOLID (UDARA- SERBUK BATUBARA) PADA COAL PIPING DI PT. PETROKIMIA GERSIK Oleh: Zulfa Hamdani PowerPoint Template NRP : 2109106008 www.themegallery.com

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR Helmizar 1 ABSTRACT The study was conducted to obtain

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam hasil dan analisis dari simulasi yang telah dilakukan. Simulasi dibagi dalam beberapa bagian yaitu : A. Studi numerik : 1. Simulasi dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimen dan Numerik Mengenai Pengaruh Penambahan Splitter Plate Terhadap Karakteristik Aliran Di Sekitar Silinder Sirkular Pada Bilangan

Lebih terperinci

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari 2006 33 SIMULASI AERODINAMIKA PADA MODEL SIMPLIFIED BUS MENGGUNAKAN PROGRAM COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS MSK. Tony Suryo Utomo 1) Abstrak Pada penelitian ini simulasi aerodinamika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2013

Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2013 KAJI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN UPSTREAM DAN DOWNSTREAM ROD TERHADAP MEDAN ALIRAN DAN GAYA AERODINAMIKA PADA ALIRAN FLUIDA MELINTASI SEBUAH SILINDER SIRKULAR Studi kasus untuk jarak L/D 2.5 dan 5.5 pada

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-92 Studi Eksperimen Aliran Melintasi Silinder Sirkular Tunggal dengan Bodi Pengganggu Berbentuk Silinder yang Tersusun Tandem dalam Saluran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000)

STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2334-234300 1 STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000) Mega Dewi

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC Abstraksi Tugas Akhir ini disusun

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Pengaruh Penggunaan Rear Spoiler Pada Mobil Honda Civic Generasi Kedelapan

Simulasi Numerik Pengaruh Penggunaan Rear Spoiler Pada Mobil Honda Civic Generasi Kedelapan Simulasi Numerik Pengaruh Penggunaan Rear Spoiler Pada Mobil Honda Civic Generasi Kedelapan SIMULASI NUMERIK PENGARUH PENGGUNAAN REAR SPOILER MODEL SINGLE AIRFOIL DENGAN VARIASI CAMBER TERHADAP GAYA AERODINAMIKA

Lebih terperinci

Investigasi Eksperimental Pengaruh Posisi Relatif Antar Airfoil pada Airfoil Multi Komponen Pada Kondisi Aliran Masuk dengan Bilangan Reynolds Rendah

Investigasi Eksperimental Pengaruh Posisi Relatif Antar Airfoil pada Airfoil Multi Komponen Pada Kondisi Aliran Masuk dengan Bilangan Reynolds Rendah Investigasi Eksperimental Pengaruh Posisi Relatif Antar Airfoil pada Airfoil Multi Komponen Pada Kondisi Aliran Masuk dengan Bilangan Reynolds Rendah Herman Sasongko, I Made Arya Djoni Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA STUDI KARAKTERISTIK SECONDARY FLOW DAN SEPARASI ALIRAN PADA RECTANGULAR DUCT 900 DENGAN ANGKA REYNOLDS 110.

TUGAS SARJANA STUDI KARAKTERISTIK SECONDARY FLOW DAN SEPARASI ALIRAN PADA RECTANGULAR DUCT 900 DENGAN ANGKA REYNOLDS 110. TUGAS SARJANA STUDI KARAKTERISTIK SECONDARY FLOW DAN SEPARASI ALIRAN PADA RECTANGULAR DUCT 900 DENGAN ANGKA REYNOLDS 110.000 Disusun oleh : Darmanik Rachman NIM : L2E 307012 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Reduksi Gaya Drag Silinder Sirkular dengan Penambahan Square Disturbance Body Melalui Simulasi Numerik 2D Unsteady-RANS pada Reynold Number 34800

Reduksi Gaya Drag Silinder Sirkular dengan Penambahan Square Disturbance Body Melalui Simulasi Numerik 2D Unsteady-RANS pada Reynold Number 34800 Reduksi Gaya Drag Silinder Sirkular dengan Penambahan Square Disturbance Body Melalui Simulasi Numerik 2D Unsteady-RANS pada Reynold Number 34800 Rina 1, *, Ruzita Sumiati 2 1 Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK AERODINAMIKA SEMI TRAILER TRUCK DENGAN MODIFIKASI VORTEX TRAP MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

ANALISIS KARAKTERISTIK AERODINAMIKA SEMI TRAILER TRUCK DENGAN MODIFIKASI VORTEX TRAP MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) ANALISIS KARAKTERISTIK AERODINAMIKA SEMI TRAILER TRUCK DENGAN MODIFIKASI VORTEX TRAP MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Separasi dan Reattachment Aliran Di Belakang Gundukan (BUMP) Setengah Lingkaran. Setyo Hariyadi S.P. 1

Studi Numerik Karakteristik Separasi dan Reattachment Aliran Di Belakang Gundukan (BUMP) Setengah Lingkaran. Setyo Hariyadi S.P. 1 Studi Numerik Karakteristik Separasi dan Reattachment Aliran Di Belakang Gundukan (BUMP) Setengah Lingkaran Setyo Hariyadi S.P. 1 1) Program Studi Teknik Pesawat Udara, Politeknik Penerbangan Surabaya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD TUGAS AKHIR SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD Tugas Akhir ini disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GEOMETRI CELAH TERHADAP CONFLUENT BOUNDARY LAYER PADA SUSUNAN AIRFOIL DAN PLAT DATAR SECARA LONGITUDINAL

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GEOMETRI CELAH TERHADAP CONFLUENT BOUNDARY LAYER PADA SUSUNAN AIRFOIL DAN PLAT DATAR SECARA LONGITUDINAL STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GEOMETRI CELAH TERHADAP CONFLUENT BOUNDARY LAYER PADA SUSUNAN AIRFOIL DAN PLAT DATAR SECARA LONGITUDINAL Kadri Daud, Suhaeda n Madjid, Spd 2 Program Studi Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform 4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar Aliran laminer dan turbulen melintasi pelat datar dapat disimulasikan dengan mengalirkan uniform flow sepanjang pelat (Gambar 4.15). Boundary Layer

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI EKSPERIMENTAL DAN KOMPUTASI NUMERIK PADA RECTANGULAR ELBOW DENGAN ANGKA REYNOLDS TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI EKSPERIMENTAL DAN KOMPUTASI NUMERIK PADA RECTANGULAR ELBOW DENGAN ANGKA REYNOLDS TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI EKSPERIMENTAL DAN KOMPUTASI NUMERIK PADA RECTANGULAR ELBOW DENGAN ANGKA REYNOLDS 150.000 TUGAS AKHIR GIRI WICAKSONO L2E 307 020 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN SEMARANG

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN ANALISA PENGARUH TAPER RASIO TERHADAP EFISIENSI AERODINAMIKA DAN EFEKTIFITAS TWIST ANGLE PADA DESAIN SAYAP SEKELAS CESSNA 162 MENGGUNAKAN SOFTWARE FLUENT Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD EKO RENDI SETIAWAN NRP 4205 100 060 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD TUGAS AKHIR LS 1336 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

Lebih terperinci

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga TAKARIR Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik Software : Perangkat lunak Drag Force : Gaya hambat Lift Force : Gaya angkat Angel Attack : Sudut serang Wind Tunnel : Terowongan angin

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Muh. Yamin *), Yulianto **) E-mail : Mohay_@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014 Pengaruh Penambahan Inlet Disturbance Body Terhadap Karakteristik Aliran Melintasi Silinder Sirkular Tersusun Tandem (The Influence of Inlet Disturbance Body on the Flow Characteristics Passing Through

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0 NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0 Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Kompresor Aksial Kompresor aksial merupakan salah satu tipe kompresor yang tergolong dalam rotodynamic compressor, dimana proses kompresi di dalamnya dihasilkan dari efek dinamik

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN ALIRAN MELINTASI DUA SILINDER SIRKULAR DAN SILINDER ELIPS TERSUSUN TANDEM DAN INTERAKSINYA TERHADAP DINDING DATAR Helmizar (1) (1) Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-108 Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Disusun Oleh: Erni Zulfa Arini NRP. 2110 100 036 Dosen Pembimbing: Nur

Lebih terperinci

Studi Numerik Steady RANS Aliran Fluida di Dalam Asymmetric Diffuser

Studi Numerik Steady RANS Aliran Fluida di Dalam Asymmetric Diffuser Journal INTEK. April 2017, Volume 4 (1): 20-26 20 Studi Numerik Steady RANS Aliran Fluida di Dalam Asymmetric Diffuser Yiyin Klistafani 1,a 1 Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jl. Perintis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah. BAB IV ANALISA DATA 4.1 Umum Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dalam pengolahan data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang didapatkan, mewakili keseluruhan data sistem yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 SUBYEK PENELITIAN Pengerjaan penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan truk dengan penambahan pada bagian atap

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI ADITYA SAYUDHA. P NRP. 2107 100 082 PEMBIMBING Ir. KADARISMAN NIP. 194901091974121001 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics Ridwan Abdurrahman 1), Benny Dwika Leonanda 2,*) 1 Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk Jl. Raya Minas Perawang Km.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow BAB IV VALIDASI SOFTWARE Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow problem. Simulasi pertama adalah aliran di dalam square driven cavity. Simulasi ini akan menguji kemampuan software

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil itu sendiri. Airfoil pada pesawat terbang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN VORTEX GENERATOR PADA AIRFOIL NASA LS-0417

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN VORTEX GENERATOR PADA AIRFOIL NASA LS-0417 TUGAS AKHIR TM 141585 STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN VORTEX GENERATOR PADA AIRFOIL NASA LS-0417 ULUL AZMI NRP 2112 100 059 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Herman Sasongko JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014

Proceeding Seminar Nasional Thermofluid VI Yogyakarta, 29 April 2014 Simulasi Numerik Aliran di Sekitar Circular Cylinder dengan Dua Square Cylinder sebagai Disturbance Body pada Saluran Sempit (Numerical Simulation of Flow Around Circular Cylinder with Two Square Cylinders

Lebih terperinci

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd)

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-402 Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics

Lebih terperinci

Simulasi Numerik dengan Pendekatan 3D-URANS Aliran yang Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular Dekat Dinding pada Small-Gap

Simulasi Numerik dengan Pendekatan 3D-URANS Aliran yang Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular Dekat Dinding pada Small-Gap Jurnal Teknik Mesin, Vol. 5, No., April 24, 26 ISSN 4-9867 DOI:.9744/jtm.5..26 Simulasi Numerik dengan Pendekatan 3D-URANS Aliran yang Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular Dekat Dinding pada Small-Gap

Lebih terperinci

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT TUGAS AKHIR STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT Disusun: EDIEARTA MOERDOWO NIM : D200 050 012 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Aliran Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular pada Rasio L/D= 3,0 Dekat Dinding

Simulasi Numerik Aliran Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular pada Rasio L/D= 3,0 Dekat Dinding MESIN, Vol. 25, No. 1, 2016, 29-40 29 Simulasi Numerik Aliran Melintasi Susunan Empat Silinder Sirkular pada Rasio L/D= 3,0 Dekat Dinding A. Grummy Wailanduw 1,* Priyo Heru AW 2 1,2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada kendaraan mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... TAKARIR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI MESIN USU DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD Munawir Rosyadi Siregar 1, Himsar Ambarita 2 1 Departemen Teknik Mesin USU munawirrasyid@yahoo.com 2 Staf

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Analisis Numerik Pengaruh Pitch Ratio Longitudinal (SL/2a) dan Transversal (ST/2b) 1, 1.25 dan 1.5 terhadap Karakteristik Aliran Fluida dan Perpindahan Panas Melintasi Staggered Elliptical Tube Banks Nazilah

Lebih terperinci

Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks

Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-180 Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks Hastama Arinta

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir. Alfin Andrian Permana

Sidang Tugas Akhir. Alfin Andrian Permana Sidang Tugas Akhir Alfin Andrian Permana 2106.100.113 Studi Eksperimen Pengaruh Penambahan Disturbance Body Terhadap Karakteristik Aliran Melintasi Dua Buah Silinder Sirkular yang Tersusun Secara Tandem

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK RADIUS VOLUTE TONGUE RUMAH KEONG PADA BLOWER SENTRIFUGAL

STUDI NUMERIK RADIUS VOLUTE TONGUE RUMAH KEONG PADA BLOWER SENTRIFUGAL STUDI NUMERIK RADIUS VOLUTE TONGUE RUMAH KEONG PADA BLOWER SENTRIFUGAL Sutrisno 1), Suwandi. S. 2), Ayub. S. 3) Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2,3) Jalan. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Aliran Melalui Square Duct dan Square Elbow 90º dengan Double Guide Vane pada Variasi Sudut Bukaan Damper

Studi Eksperimen Aliran Melalui Square Duct dan Square Elbow 90º dengan Double Guide Vane pada Variasi Sudut Bukaan Damper B-62 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) Studi Eksperimen Aliran Melalui Square Duct dan Square Elbow 9º dengan Double Guide Vane pada Variasi Sudut Bukaan Damper Andrew

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aerodinamika merupakan ilmu dasar ketika membahas tentang prinsip pesawat terbang. Dan salah satu pembahasan dalam ilmu aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PANJANG RECTANGULAR OBSTACLE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA STAGGERED TUBE BANKS

STUDI NUMERIK PENGARUH PANJANG RECTANGULAR OBSTACLE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA STAGGERED TUBE BANKS 1 STUDI NUMERIK PENGARUH PANJANG RECTANGULAR OBSTACLE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA STAGGERED TUBE BANKS Hastama Arinta Fanny dan Prabowo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR FIN PADA SILINDER BERSIRIP TERHADAP SEPARASI ALIRAN DI PERMUKAAN SILINDER DAN FIN

PENGARUH JARAK ANTAR FIN PADA SILINDER BERSIRIP TERHADAP SEPARASI ALIRAN DI PERMUKAAN SILINDER DAN FIN PENGARUH JARAK ANTAR FIN PADA SILINDER BERSIRIP TERHADAP SEPARASI ALIRAN DI PERMUKAAN SILINDER DAN FIN Sudirman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan E-mail: sudirman_dhuha@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KONTUR TEKANAN STATIS PADA DINDING SEPANJANG LALUAN FLUIDA SUATU KASKADE KOMPRESOR AKSIAL BLADE

KONTUR TEKANAN STATIS PADA DINDING SEPANJANG LALUAN FLUIDA SUATU KASKADE KOMPRESOR AKSIAL BLADE SKRIPSI KONTUR TEKANAN STATIS PADA DINDING SEPANJANG LALUAN FLUIDA SUATU KASKADE KOMPRESOR AKSIAL BLADE TIPE NACA 65-(18)10 DENGAN SUDUT SERANG BERVARIASI Oleh : Made Krisna Mahardika 0404305022 JURUSAN

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN ALIRAN FLUIDA DISEKITAR OBSTACLE 3 - DIMENSI BERPENAMPANG MELINTANG BUJUR SANGKAR DAN PERSEGI PANJANG PADA FREESTREAM 15 m/s

STUDI EKSPERIMEN ALIRAN FLUIDA DISEKITAR OBSTACLE 3 - DIMENSI BERPENAMPANG MELINTANG BUJUR SANGKAR DAN PERSEGI PANJANG PADA FREESTREAM 15 m/s TUGAS AKHIR - RM 1542 STUDI EKSPERIMEN ALIRAN FLUIDA DISEKITAR OBSTACLE 3 - DIMENSI BERPENAMPANG MELINTANG BUJUR SANGKAR DAN PERSEGI PANJANG PADA FREESTREAM 15 m/s FRESIAN VALINT VICTOR NRP 2103 109 030

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 B-38 Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Heat Recovery Steam Generator di PT Gresik Gases and Power Indonesia (Linde

Lebih terperinci