BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil masalah yang terjadi pada masyarakat Jepang. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap empati dan loyalitas. Loyalitas penting dalam membangun hubungan kepercayaan dan kepentingan bersama dalam jangka panjang. Di samping itu, mayoritas penduduk Jepang adalah pekerja keras yang selalu menginginkan hasil pekerjaan yang lebih baik dari hasil sebelumnya. Mereka terkenal memiliki semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting, dan tidak mau menyerah oleh keadaan. Mereka tidak takut menghadapi segala cobaan demi mencapai tujuan. Kejujuran juga merupakan salah satu prinsip dari orang Jepang. Bahkan ketika tidak ada orang yang melihat pun, mereka tetap mempertahankan prinsip tersebut ( Akan tetapi, yang digambarkan dalam novel Majutsu wa Sasayaku tidak seperti itu. Keadaan sosial yang digambarkan berbeda dengan keadaan sosial yang ideal dari masyarakat Jepang. Dalam novel tersebut, kehidupan sosial yang digambarkan oleh pengarang sarat dengan masalah-masalah sosial. Novel tersebut melukiskan tentang berbagai permasalahan yang meliputi: (i) maraknya tindakan kejahatan di masyarakat seperti pembunuhan dan penganiayaan, (ii) pelanggaran norma-norma masyarakat, yang meliputi pelacuran gadis remaja dan pengutilan, (iii) serta perpecahan keluarga yang terjadi pada beberapa tokoh. 1

2 2 Jepang mengalami suatu zaman yang dikenal dengan zaman Shouwa. Pada zaman Shouwa, Jepang mempunyai latar belakang keadaan sosial yang berbeda dengan kondisi ideal yang tergambar pada masyarakat Jepang secara umum. Krisis minyak pertama yang terjadi pada tahun 1973 membuat negara-negara maju seperti Jepang yang mengalami pertumbuhan ekonomi karena bergantung kepada minyak murah, menyadari rapuhnya struktur pasokan energi mereka. Jepang berupaya keras dalam melakukan pengembangan energi pengganti minyak bumi bersama dengan upaya memajukan penghematan energi. Ketika tahun 1979, terjadi krisis minyak yang kedua, hal tersebut menciptakan atmosfir yang semakin kuat bagi negara maju untuk melakukan upaya tersebut. Krisis minyak tersebut juga menyebabkan menurunnya masa pertumbuhan ekonomi tinggi di Jepang ( Selain adanya fenomena krisis minyak, pada masa itu di Jepang juga banyak terjadi tindak kekerasan hingga mengakibatkan kematian, tingkat perceraian yang tinggi, dan pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat. Keadaan sosial masyarakat Jepang yang berbeda dengan kondisi ideal tersebut ternyata menimbulkan masalah-masalah sosial. Adanya kesamaan antara realitas Jepang saat novel Majutsu wa Sasayaku ditulis dengan gambaran sosial yang ada di dalam novel tersebut menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apa saja realitas yang tergambar dalam novel yang dapat merefleksikan kondisi masyarakat. Penulis ingin meneliti bagaimana korelasi antara masalah sosial yang terekam pada novel Majutsu wa Sasayaku dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di Jepang

3 3 dalam rentang antara berdasarkan latar waktu dalam novel. Selain itu, penulis ingin mengetahui apakah gambaran masyarakat dalam novel dapat merefleksikan realita yang terjadi pada masyarakat Jepang dan mempengaruhi pengarang dalam melukiskan keadaan sosial yang terjadi di lingkungannya ke dalam karya sastra. Untuk mengidentifikasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, penulis mengacu pada pendapat Soerjono Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar (1999: ), dan pendekatan sosiologi sastra menurut Ian Watt. Pendekatan sosiologi Ian Watt yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandangan kedua, yaitu sastra sebagai cerminan masyarakat. Selain itu, analisis struktural juga diperlukan dalam penelitian ini untuk membantu penulis mengungkap masalah sosial yang terdapat dalam novel secara struktural. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana keterkaitan antarunsur dalam membangun struktur makna karya Majutsu wa Sasayaku? 2. Apa saja realitas sosial historis yang tergambar dalam novel Majutsu wa Sasayaku? 3. Bagaimana respon pengarang dalam menyikapi masalah sosial yang terjadi dilihat dari karya Majutsu wa Sasayaku?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan keterkaitan antarunsur dalam membangun struktur makna karya sastra, untuk mengklasifikasikan realitas sosial historis yang tergambar dalam novel, serta menjelaskan respon pengarang dalam menyikapi masalah sosial yang terjadi dilihat dari novel Majutsu wa Sasayaku. 1.4 Landasan Teori Penulis menggunakan teori strukturalisme dan sosiologi sastra untuk menganalisis novel Majutsu wa Sasayaku. Teori strukturalisme digunakan untuk menganalisis struktur novel sehingga mengetahui keterkaitan antara tema dan fakta cerita. Fakta cerita tersebut adalah tokoh dan penokohan, serta latar. Selain itu, teori sosiologi juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan sosiologi menurut Ian Watt dan macam-macam masalah sosial menurut Soerjono Soekanto Teori Strukturalisme Teori struktural yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tema, latar, serta tokoh dan penokohan, yang mana ketiga unsur tersebut dianggap penulis membantu dalam penelitian, sehingga penulis hanya akan menganalisis unsur-unsur tersebut. Antara tema, latar, serta tokoh berfungsi sebagai pembangun cerita, dimana ketiganya berhubungan untuk membentuk makna yang padu. Menurut Stanton dan Kelly, (via Nurgiantoro 1998: 67), tema adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita. Tema terbentuk melalui konflik-konflik antartokoh

5 5 yang terdapat dalam cerita. Tokoh juga berfungsi memperkuat keberadaan tema (Nurgiyantoro, 1995: 74). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Ibid, 227) Teori Sosiologi Sastra Sosiologi sastra, (via Semi, 1984: 53) adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Ian Watt (via Sapardi: 1978) membuat bagan dengan melihat hubungan timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah sosiologis suatu karya sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal: a. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktorfaktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. b. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca. (Semi, 1984: 54).

6 6 Bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariaannya; apakah menerima bantuan dari pengayom, atau dari masyarakat secara langsung, atau dari kerja rangkap Konteks sosial pengarang Profesionalisme dalam kepengarangan; sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi Masyarakat apa yang dituju oleh pengarang; sebab macam masyarakat yang dituju menentukan bentuk dan isi karya sastra Ian Watt Sastra sebagai cermin masyarakat Sastra tidak selalu dikatakan mencerminkan masyarakat saat ditulis, sebab banyak ciri masyarakat yang ditampilkan sudah tidak berlaku lagi saat ditulis Sifat lain dari yang lain pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat Pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat Sastra harus berfungsi sebagai pembaharu atau perombak Fungsi sosial sastra (Sampai sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial) Sastra bertugas sebagai penghibur belaka Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur

7 7 Bagan di atas merupakan bagan hubungan antara pengarang, karya sastra dan pembaca menurut Ian Watt (via Damono, 1984: 3-4). Penulis menggunakan pandangan kedua dari Ian Watt, yaitu sastra sebagai cermin masyarakat, untuk mengetahui seberapa jauh sastra dapat mencerminkan keadaan masyarakat. Melalui bagan tersebut dapat diketahui bahwa yang terutama mendapat perhatian ada empat poin, dan berdasarkan empat poin tersebut penulis ingin meneliti apa saja keadaan sosial masyarakat yang dicerminkan ke dalam novel Majutsu wa Sasayaku dilihat dari pandangan dan pengaruh pengarang dalam memilih dan menampilkan fakta-fakta sosial ke dalam karya sastra Definisi Permasalahan Sosial Berikut merupakan uraian mengenai definisi dan jenis masalah-masalah sosial yang penulis rangkum dari buku Sosiologi Suatu Pengantar karya Soerjono Soekanto, edisi keempat tahun Masalah-masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan hidup kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial, moral, dan tata kelakuan yang berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak (Soekanto, 1999: 399) Jenis Masalah-masalah Sosial 1. Kemiskinan

8 8 Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya, dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan bukan merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia, dan ditetapkannya taraf hidup tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial (Ibid: 406). 2. Kejahatan Sosiologi berpendapat bahwa penyebab kejahatan adalah kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentukbentuk dan organisasi-organisasi sosial saat kejahatan tersebut terjadi. Maka, angka-angka kejahatan dalam masyarakat, golongan-golongan masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mempunyai hubungan dengan kondisi-kondisi dan proses-proses (Ibid: 408). 3. Disorganisasi Keluarga Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Secara sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain:

9 9 a. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan. Bentuk ini dapat digolongkan sebagai disorganisasi keluarga karena sang ayah (biologis) gagal dalam mengisi peranan sosialnya, dan demikian juga halnya dengan keluarga pihak ayah maupun keluarga pihak ibu. b. Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian, perpisahan meja dengan tempat tidur 1, dan seterusnya. c. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antara anggota-anggotanya. d. Krisis keluarga, karena salah satu yang bertindak kepala keluarga di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah tangga, mungkin karena meninggal dunia, dihukum atau karena peperangan. e. Krisis keluarga yang disebabkan oleh faktor-faktor intern, misalnya karena terganggunya keseimbangan jiwa salah seorang anggota keluarganya (Ibid: ). 4. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan-keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu seseorang 1 Perpisahan meja dan tempat tidur adalah perpisahan antara suami dan istri yang tidak mengakhiri perpisahannya. Akibat dari pisah meja makan dan ranjang ini adalah meniadakan kewajiban bagi suami istri untuk tinggal bersama (Jehani, 2008)

10 10 meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, menuju tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai krisis karena belum mempunyai pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Maka, ia memerlukan bimbingan, terutama dari orangtuanya (Ibid: ). 5. Peperangan Peperangan mungkin merupakan suatu masalah sosial yang paling sulit untuk dipecahkan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Masalah peperangan berbeda dengan masalah sosial lainnya karena menyangkut beberapa masyarakat sekaligus, sehingga memerlukan kerjasama internasional yang hingga kini belum berkembang dengan baik. Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam pelbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi negara yang keluar sebagai pemenang, apalagi yang mengalami kekalahan. Apalagi peperangan pada dewasa ini biasanya merupakan perang total, yaitu dimana tidak hanya angkatan senjata yang tersangkut, tetapi seluruh lapisan masyarakat (Ibid: 416). 6. Pelanggaran Terhadap Norma-norma Masyarakat a. Pelacuran Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapat upah. Sebab-sebab terjadinya pelacuran tersebut haruslah dilihat dari faktor-faktor endogen dan eksogen. Di antara faktor-faktor endogen dapat disebutkan nafsu kelamin yang besar, sifat malas dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Di antara faktor-faktor eksogen yang utama adalah faktor

11 11 ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur, keadaan perumahan yang tak memenuhi syarat dan seterusnya. Usaha untuk mencegah pelacuran adalah dengan jalan meneliti gejala-gejala yang terjadi jauh sebelum adanya gangguan-gangguan mental, misalnya gejala insekuritas pada anak-anak perempuan, gejala membolos, mencuri kecil-kecilan dan sebagainya. Hal itu semuanya dapat dicegah dengan usaha pembinaan sekuritas dan kasih sayang yang stabil (Ibid: 417). b. Delinkuensi Anak-anak Delikuensi anak-anak adalah anak-anak yang mempunyai tingkah-laku yang kurang/tidak disukai oleh masyarakat pada umumnya. Delinkuensi anakanak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat-obat perangsang, dan mengendarai mobil (atau kendaraan bermotor lainnya) tanpa mengindahkan norma-norma lalu lintas. Perbuatanperbuatan seperti mengendarai kendaran bermotor secara sewenang-wenang, penggunaan obat-obat perangsang, pengedaran bahan-bahan pornografi, hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berasal dari golongan mampu (Ibid: ). c. Alkoholisme Masalah alkoholisme dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak berkisar pada apakah alkohol boleh atau dilarang dipergunakan. Umumnya orang awam berpendapat bahwa alkohol merupakan suatu stimulant, padahal sesungguhnya alkohol merupakan racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf. Akibatnya, seorang pemabuk semakin kurang kemampuannya untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun

12 12 sosial. Dengan demikian, maka dari sudut aspek sosial yang penting adalah mencegah adanya pemabuk. Di samping itu, yang juga penting adalah menanggulangi keadaan dimana sudah ada pemabuk (Ibid: 418). d. Homoseksualitas Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksualnya. Homoseksualitas merupakan sikap, tindak, atau pola perilaku para homoseksual. Homoseksualitas dianggap sebagai tingkah-laku seksual antara dua orang yang sama jenis kelaminnya. Tingkah-laku itu mencakup saling memegang, mencium, melakukan hubungan seksual, dan seterusnya. Secara sosiologis, lingkungan sosial memberikan bentuk pada sikap-tindak homoseksual. Apabila hipotesis yang menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai naluri sebagai homoseksual, maka lingkunganlah yang memungkinkan berkembangnya naluri itu, atau mematikannya (Ibid: 424). 7. Masalah Kependudukan Penduduk suatu negara, pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subyek serta obyek pembangunan. Tujuan utama dari suatu proses pembangunan adalah untuk secara bertahap meningkatkan produktivitas dan kemakmuran penduduk secara menyeluruh. Usaha-usaha tersebut dapat mengalami gangguan-gangguan, antara lain oleh pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, karena tingginya angka kelahiran. Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan

13 13 melaksanakan program keluarga berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun keluarga serta bangsa secara menyeluruh. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi (Ibid: 430). 8. Masalah Lingkungan Hidup Pencemaran akan terjadi apabila di dalam lingkungan hidup manusia, baik yang bersifat fisik, biologis, maupun sosial, terdapat suatu bahan yang merugikan eksistensi manusia. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu akibat dari subsidi energi yang dimasukkan oleh manusia ke dalam lingkungan buatannya. Di samping itu, perbuatan-perbuatan atau tingkah-laku manusia dapat pula digolongkan dalam bahan pencemar yang kemudian menghancurkan dirinya sendiri (Ibid: 435). 9. Birokrasi Birokrasi adalah organisasi yang bersifat hirarkis, yang ditetapkan secara rasional untuk mengkordinasikan pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas administratif. Di dalam sosiologi pengertian tersebut menunjuk pada suatu keadaan yang netral; artinya sosiologi tidak mempersoalkan apakah birokrasi itu bersifat menghambat ataukah melancarkan berputarnya roda pemerintahan. Makna pokok pengertian birokrasi terletak pada kenyataan bahwa organisasi tersebut menghimpun tenaga-tenaga demi jalannya organisasi tanpa terlalu menekankan pada tujuan-tujuan pokok yang hendak dicapai (Ibid: 436).

14 Metode Penelitian Tahapan pertama adalah menganalisis struktural novel Majutsu wa Sasayaku yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, karena tanpa itu kebulatan makna intrinsik tidak dapat ditangkap. Kebulatan makna intrinsik hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw via Pradopo, 2003: 141). Untuk tahap yang kedua, karena dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam novel, maka pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan sosiologi sastra. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk menganalisis adalah dengan cara studi pustaka, yaitu mengumpulkan data-data dari buku, artikel, kamus, jurnal, dan internet. Metode penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan objek material penelitian, dalam hal ini adalah novel misteri karya Miyabe Miyuki yang berjudul Majutsu wa Sasayaku, kemudian menerjemahkan novel tersebut. 2. Mengumpulkan referensi kepustakaan dan data yang berhubungan dengan objek penelitian tersebut. 3. Merumuskan serta mendefinisikan masalah-masalah penelitian.

15 15 4. Menentukan pendekatan yang akan digunakan untuk meneliti novel tersebut, yaitu dengan pendekatan sosiologi sastra. 5. Menganalisis unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, serta latar, dan keterkaitan unsur tersebut dalam membangun keterkaitan makna novel Majutsu wa Sasayaku dengan menggunakan teori strukturalisme. 6. Merekonstruksi masalah-masalah sosial apa saja yang terjadi di Jepang sesuai dengan latar waktu dalam novel. Rekonstruksi fakta masalahmasalah sosial di Jepang difokuskan pada tahun Mencari data-data literer yang terkait dengan masalah-masalah sosial yang tergambar dalam objek penelitian, yaitu novel Majutsu wa Sasayaku. 8. Mencari hubungan (korelasi) antara data historis dan data literer, kemudian menganalisisnya. 9. Menganalisis respon pengarang dalam menyikapi masalah-masalah sosial di Jepang dengan rentang waktu tersebut. 10. Membuat kesimpulan. 1.6 Tinjauan Pustaka Berdasarkan peninjauan dari pustaka maupun internet, tidak ditemukan penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra terhadap novel Majutsu wa Sasayaku di jurusan Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada maupun di

16 16 Universitas lain di Indonesia. Penelitian dengan objek penelitian novel Majutsu wa Sasayaku telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan menggunakan teori lain. Penulis menemukan tiga peneliti yang sudah menggunakan objek tersebut. Dewi (2013), dalam skripsi yang berjudul Analisis Emosi Tokoh dalam Novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki membahas tentang karakterisasi tiga tokoh utama yaitu tokoh Yoshitake, Mamoru, dan Harasawa dalam novel, serta menjelaskan klasifikasi emosi dari tokoh yang tergambar dalam novel tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Kemudian Harnita (2013), dalam skripsi yang berjudul Konflik Tokoh Utama dalam Novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki, dalam abstraksi skripsi tersebut diberitahukan bahwa peneliti menganalisis konflik yang terjadi dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki yang dialami oleh tokoh utama Mamoru. Harnita tertarik untuk meneliti konflik tersebut karena di dalam novel Majutsu wa Sasayaku terdapat konflik yang mempengaruhi kehidupan tokoh utama dari awal hingga akhir cerita. Peneliti menganalisis dengan menggunakan teori menurut Semi, yaitu struktur fiksi. Struktur fiksi yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah struktur dalam (intrinsik), yaitu perwatakan, latar, alur, dan konflik. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif. Lalu Kartika (2014), dalam skripsi yang berjudul Motif pembunuhan oleh tokoh Shinjiro Harasawa dalam novel Majutsu wa Sasayaku karya Miyuki Miyabe, mengkaji pada motif pembunuhan yang dilakukan oleh tokoh yang bernama Shinjiro. Menurut peneliti, untuk membahas pembunuhan tersebut

17 17 diperlukan sebuah teori yang dapat mengungkapkan motif yang dilakukan Shinjiro. Maka, pendekatan teori yang tepat untuk menggambarkan motif pembunuhan adalah lingkaran motivasi oleh psikologi personologi Henry Murray. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa motif pembunuhan yang dilakukan oleh Shinjiro disebabkan karena ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi dan muncul kebutuhan baru yang bersifat buruk, yang kemudian kebutuhan baru itu dapat terpenuhi dan menyebabkan tokoh tersebut bertingkah laku buruk. Penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra sudah sering dipakai dalam suatu penelitian sastra. Penelitian mengenai masalah-masalah sosial pernah diteliti oleh Ningsih (2005), dalam skripsi yang berjudul Realita-realita Sosial dan Masalah-masalah Sosial dalam Novel Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae: Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra, yang membahas mengenai permasalahan sosial apa saja yang terdapat dalam novel dan kondisi masyarakat seperti apa yang digambarkan dalam novel dengan masyarakat Jepang. Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah untuk objek materialnya, walaupun sudah ada tiga peneliti lain yang menggunakan novel Majutsu wa Sasayaku, pada penelitian ini penulis menganalis dari segi sosiologi, sedangkan pada penelitian sebelumnya menganalisis dari segi psikologi. Untuk objek formal yang sama, walaupun sama-sama mengkaji mengenai masalah-masalah sosial, perbedaannya terletak pada objek material, ruang lingkup penelitian, dan respon pengarang. Penelitian oleh Ningsih dengan Novel Nijuushi no Hitomi meneliti apa saja masalah sosial yang terjadi di Jepang dengan ruang

18 18 lingkup tahun 1930-an hingga berakhirnya Perang Dunia II, yaitu tahun 1945, sedangkan penelitian dengan Novel Majutsu wa Sasayaku ini penulis meneliti apa saja masalah-masalah sosial yang terjadi di Jepang dengan ruang lingkup tahun Ruang lingkup tersebut dipilih berdasarkan latar waktu yang diceritakan dalam novel. Selain berusaha mencari korelasi antara realita sosial yang terjadi di Jepang tahun dengan gambaran sosial dalam novel Majutsu wa Sasayaku, penulis juga mencari data-data mengenai respon pengarang terhadap realitas yang terjadi di masyarakat pada masa itu. 1.7 Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab. Pembagian pembahasan tiap-tiap bab tersebut adalah sebagai berikut : Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi tentang riwayat hidup pengarang dan riwayat kepengarangannya. Bab ketiga berisi analisis struktural cerita, akan menyajikan ringkasan cerita dan analisis struktur cerita berupa tema, tokoh dan penokohan, latar, dan keterkaitan unsur tersebut dalam membangun keterkaitan makna novel untuk menunjang analisis sosiologi sastra.

19 19 Bab keempat berisi analisis sosiologi sastra terhadap objek penelitian, yaitu novel Majutsu wa Sasayaku, yang meliputi analisis mengenai realitas sosial historis di Jepang saat novel tersebut diciptakan, gambaran masyarakat dalam novel, serta respon pengarang dalam menyikapi masalah-masalah sosial di Jepang yang terungkap dalam novel. Bab kelima berisi kesimpulan. Dalam laporan ini juga akan disertakan abstraksi dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jepang, daftar pustaka dan lampiran.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi MASALAH SOSIAL Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi Nama Anggota: Devi Nilam Sari ( 1004103 ) Dia Ayu Perwita Sari ( 1004104 ) Eka Rochmawati ( 1004105 ) Ery Makrosatul Azizah ( 1004106 ) Feni Puspa Aprilia

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Konsep Perubahan Sosial Masalah sosial di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Terdahulu Sejauh yang telah peneliti cari di Universitas Sebelas Maret, Surakarta serta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

SOSIOLOGI PERTANIAN ( ) SOSIOLOGI PERTANIAN (130121112) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN MASYARAKAT (2) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu Menemukan perbedaan proses pembangunan dan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pandangannya terhadap lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini 1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi mampu menjadi bidang ilmu baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan satu dari sekian negara yang tergolong cepat melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi di dunia, semenjak dari masa isolasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan. Sastra merupakan hasil cipta kreatif dari seorang pengarang, lahir melalui

Lebih terperinci

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Angga Hidayat Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI anggadoanx10@rocketmail.com

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi lahirnya sebuah karya sastra yang akhirnya dijadikan sebagai media untuk menyampaikan aspirasi, gagasan,

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL DI SEKOLAH: Tinjauan dari Sudut Bimbingan dan Konseling

MASALAH SOSIAL DI SEKOLAH: Tinjauan dari Sudut Bimbingan dan Konseling MASALAH SOSIAL DI SEKOLAH: Tinjauan dari Sudut Bimbingan dan Konseling Oleh: H. DEDI HERDIANA H. Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) A. PENGERTIAN

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dipandang sebagai gejala sosial, sebab pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut dibuat. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu kenyataan yang ditemui di dalam masyarakat. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci