No. ACCU-CHEK HCP News. Fokus. Panduan ADA : Standards of Medical Care in Diabetes Experience What s Possible. Acceleration of Diabetes Care
|
|
- Hendra Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 r No. ACCU-CHEK HCP News Fokus Panduan ADA : Standards of Medical Care in Diabetes Experience What s Possible Acceleration of Diabetes Care
2 Editor Desain Grafis Sirkulasi Benny Kurniawan Hery Purwanto Bena Sokhun Yeni Jayanti Mita K. Khusna ACCU-CHEK HCP News Newsletter tentang tes glukosa POCT dan SMBG untuk Health Care Professional Dipublikasi oleh PT Roche Indonesia, Divisi Diagnostics, BU Diabetes Care, Ged. Artha Graha, Lt 21, SCBD, Lot 25, Jl. Jend. Sudirman. Kav , Jakarta Disirkulasi untuk pelanggan Accu-Chek yaitu HCP ( health care professional / tenaga profesional kesehatan ) yang menangani POCT* glukosa dan SMBG** di Indonesia. Informasi, kritik, dan saran, hubungi: Telpon bebas pulsa benny.kurniawan@roche.com Daftar Isi News & Evidence dari POCT Glukosa Aspek POCT dari Panduan ADA Pelatihan Kompetensi Operator POCT 7 News & Evidence dari SMBG Aspek SMBG dari Panduan ADA Pelatihan Panduan Tes Glukosa dan Diabetes Care 12 Para pelanggan Accu-Chek yang terhormat, Roche Global, terus mengembangkan dua hal penting yaitu inovasi dan edukasi evidence klinis, baik yang terkait POCT glukosa maupun SMBG. Untuk mengkomunikasikan hal ini ke segmen HCP ( Health Care Profesional / Profesional Kesehatan ) maka kami mengembangkan newsletter Accu-Chek HCP News. Untuk kemudahan anda, maka newsletter ini tersedia dalam format hard copy, pdf via e- mail, dan pdf via website Akhirnya, kami sampaikan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan anda untuk menjadi stakeholder ( pemangku kepentingan ) POCT glukosa dan SMBG bersama Accu-Chek. *POCT : Point of Care Testing **SMBG : Self-Monitoring of Blood Glucose / Swa- Monitor Glukosa Darah / Pamantauan Mandiri Glukosa Darah Suplemen ( Full Paper ) Panduan ADA
3 News & Evidence dari POCT Glukosa 3
4 News & Evidence dari POCT Glukosa Aspek POCT Diabetes/ Glikemik dari Panduan ADA Standards of Medical Care in Diabetes Aspek POCT biasanya dievaluasi dan direkomendasikan berdasarkan panduan dari institusi yang terkait laboratorium / patologi klinik. Untuk parameter diabetes/ glikemik, maka aspek POCT juga dievaluasi dan direkomendasikan oleh panduan dari institusi yang terkait klinisi diabetes yaitu ADA. Parameter POCT diabetes/ glikemik dalam Panduan ADA 2013 terutama A1C ( HbA1C ), glukosa puasa, glukosa pre-meal/ preprandial, dan glukosa post-meal/ post-prandial. Aspek Kualitas dari Parameter A1C (HbA1C ) Sejak tahun 2010, untuk kriteria diagnostik dari diabetes, selain parameter yang klasik yaitu yaitu glukosa darah puasa ( GDP ) dan glukosa darah 2 jam post-prandial ( GD 2 jam ) metoda TTGO/ Tes Toleransi Glukosa Oral, maka ADA juga merekomendasikan parameter A1C ( HbA1c ) sebagai kriteria diagnostik dengan batas ( threshold ) > 6,5 %. Namun pengguna perlu memahami bahwa ada syarat kualitas yang harus dipenuhi. Metoda A1c ( HbA1C ) tsb harus memenuhi standar NGSP ( National Glycohemoglobin Standardization Program ). Saat ini semakin banyak pemeriksaan A1C yang menggunakan teknologi POCT ( Point of Care Testing ) dan hanya sebagian yang memenuhi standar NGSP. Keunggulan parameter A1C dibandingkan parameter GDP dan GD 2 jam adalah kenyamanan pasien ( tidak perlu puasa ), stabilitas pre-analitik, dan perturbasi ( gangguan variasi ) harian yang minimal. Kelemahan parameter A1C adalah biaya tes yang mahal, ketersediaan tes yang distribusinya tidak merata sebanyak tes glukosa, dan korelasi yang tidak kuat antara tes A1C dan glukosa rerata ( rata-rata ), dan variasi biologis A1C pada beberapa ras/ etnis ( mis. Ras Amerika Afrika mempunyai A1C yang relative lebih tinggi ), serta interferensi dengan hemoglobin abnormal ( mis. Sickle cell anemia ), tergantung faktor kondisi yang mempengaruhi turn-over eritrosit ( mis. Hemolysis, perdarahan ) dan tergantung faktor varian hemoglobin ( mis. Hb F ), serta faktor klinis tidak dapat untuk monitoring hipoglikemia maupun fluktuasi/ variabilitas glikemik. Penggunaan batas ( cut-off point ) >6,5 % menghasilkan. sepertiga kasus tidak terdiagnosa dibandingkan penggunaan GDP dengan batas >126 mg/dl. ( Catatan: Perkeni 2011 menggunakan batas A1C > 7 % ). Tabel 1. Kriteria Diagnostik dari Diabetes ( ADA 2013 ) 4 4
5 News & Evidence dari POCT Glukosa Aspek Kualitas dari Parameter Glukosa Berbagai panduan institusi termasuk panduan ADA 2013 merekomendasikan parameter glukosa menggunakan metoda sampel/ specimen dan kalibrasi hasil dengan standar glukosa plasma. Pada era sebelum tahun 2000 teknologi pemeriksaaan glukosa yang menggunakan metoda sampling plasma hanyalah tes glukosa di laboratorium dimana pemeriksaan dilakukan dengan instrumen analyzer kimia basah. Saat itu teknologi glukosameter hanya bisa menggunakan metoda sampling whole blood dan kalibrasi hasil dengan standar whole blood calibrated. Selain itu ada limitasi lainnya dari glukosameter. Itulah sebabnya pada era sebelum tahun 2000 teknologi glukosameter tidak bisa diaplikasikan untuk kebutuhan kriteria diagniostik. Saat ini hampir semua teknologi glukometer meskipun menggunakan metoda sampling whole blood namun kalibrasi hasilnya sudah dengan standar plasma calibrated sehingga hasil glukosameter setara ( terkalibrasi ) dengan hasil laboratorium. Namun pengguna perlu memahami bahwa ada syarat kualitas yang harus dipenuhi. Pertama, penggunaan glukosameter yang utama adalah untuk monitoring bukan untuk diagnosa, karena ada beberapa limitasi dari glukometer. Mis. Sebagian besar glukosameter hanya bisa menggunakan sampel kapiler. Padahal ada kontraindikasi penggunaan glukosameter dengan sampel kapiler yaitu untuk kasus gangguan sirkulasi perifer yang berat mis. dehidrasi pada koma ketoasidosis, hipotensi berat, gagal jantung grade 4, dll. Teknologi Accu-Chek memungkinkan penggunaan berbagai sampel, baik kapiler maupun vena, arteri, dan neonatus, sehingga pada kasus kontraindikasi sampel kapiler, Accu-Chek masih dapat digunakan dengan sampel vena. Syarat kualitas kedua, pada tahun 2005 IFCC merekomendasikan hasil glukosa berdasarkan plasma calibrated dengan standar IFCC yaitu memenuhi formula sbb: Hasi; glukosa whole blood + 11 % = hasil glukosa plasma Accu-Chek merupakan pionir glukosameter yang menerapkan plasma calibrated dengan golden standard IFCC. Dengan demikian jika pasien diperiksa dengan glukosameter Accu- Chek dan sampel/ specimen darah whole blood kapiler dan dalam beberapa menit yang sama dilakukan uji akurasi yaitu sampel yang sama diperiksa dan dibandingkan dengan instrument analyzer di Lab dan sampel/ specimen plasma, maka hasil Accu-Chek setara / sangat mendekati hasil Lab. Tabel 2. Kategori Pre-Diabetes Aplikasi diagnostik dari parameter glikemik Tes diagnostik pada diabetes perlu dilakukan 2 kali ( tes ulang ) untuk mengeluarkan ( rule out ) error laboratorium. Mis. Jika tes A1c menghasilkan nilai 7,0% dan tes ulang menghasilkan 6,8 % maka diagnose diabetes ditegakkan ( confirmed ). Tabel 3. Kriteria screening dan diagnostik dari Diabetes Gestational 5 5
6 News & Evidence dari POCT Glukosa Jika menggunakan 2 parameter berbeda ( mis. A1C dan GDP ) dan menghasilkan hasil yang kontradiksi ( yang satu tinggi, yang lain rendah ), maka parameter dengan hasil yang tinggi ( di atas batas/ cut-off point dari kriteria diagnostik ) perlu diulang. Mis. Hasil A1C menunjukkan dua hasil > 6,5 % namun hasil GDP <126 mg/dl maka diagnosa diabetes ditegakkan. Aplikasi Monitoring dari Parameter Glikemik - Goal A1C < 7 % menunjukkan reduksi komplikasi mikrovaskular (evidence B ) - Untuk kelompok pasien selektif, goal A1C dapat <6,5 % dengan syarat tanpa risiko hipoglikemi yang signifikan maupun efek samping terapi lainnya. Kelompok pasien ini mencakup pasien diabetes baru, usia harapan hidup yang masih panjang, dan tanpa komplikasi kardiovaskular yang signifikan ( evidence C ) - Goal A1C < 8 % sesuai untuk pasien dengan riwayat hipoglikemia berat, usia harapan hidup yang terbatas, komplikasi mikro-/ makro-vaskular yang berat, ada penyakit penyerta, dan riwayat diabetes yang lama dimana goal glikemik sulit dicapai meskipun sudah menjalankan protocol edukasi self-care ( DSME/ Diabetes Self-Management Education ), monitoring glukosa, dan dosis efektif dari obat multiple termasuk insulin ( evidence B ). Tabel 4. Korelasi A1C terhadap Glukosa Rerata Studi penelitian menunjukkan goal glikemik A1C < 6,5 % menurunkan komplikasi albuminuria dibandingkan goal A1C < 7 %. Glukosa pre-meal / pre-prandial dan postprandial berkontribusi terhadap tingginya A1C. Fluktuasi glukosa post-prandial berkaitan dengan naiknya risiko kardiovaskular dan disfungsi endotel Tabel 5. Rekomendasi goal glikemik untuk Diabetes dewasa tanpa kehamilan 6 6
7 News & Evidence dari POCT Glukosa News: Pelatihan Kompetensi Operator Tes Glukosa POCT untuk Lab Klinik Westerindo di Jakarta Selatan Rimson Simarmata Aplikasi tes glukosa POCT banyak dilakukan oleh Laboratorium Klinik baik untuk pasien yang datang ke laboratorium maupun pelayanan roadshow medical check up ke kantor-kantor perusahaan. Karena itu aspek kualitas ( Quality Assurance ) dari POCT menjadi penting untuk dijaga oleh analis laboratorium. POCT merupakan tes yang simpel, namun dengan sejumlah pertanyaan: Bagaimana Quality Assurance-nya ( mis. pre-analitik, dll ), safetynya ( mis. lancet, dll ), support-nya ( mis. QC, dll ), manajemen data ( software ), dan aspek opearsional lainnya. Pada akhir Januari 2013, team Accu-Chek melaksanakan pelatihan kompetensi operator tes glukosa POCT Accu-Chek di laboratorium klinik Westerindo di Jakarta Selatan. Pelatihan ini berkaitan dengan rencana peremajaan glukosameter dari Accu- Chek Advantage ke Accu-Chek Performa. Modul pelatihan mencakup teori, forum tanya-jawab, dan workshop. Topik yang dibahas mencakup pre-analitik, analitik, dan post-analitik dari tes glukosa POCT Accu- Chek. Aspek Pre-Analitik Risiko error terbesar dari POCT adalah pada tahap pre-analitik. Aspek pre-analitik yang penting termasuk cara sampling yang tidak boleh banjir alkohol saat mencoblos (pricking) jari supaya tidak false tinggi, lokasi coblos di lateral jari supaya tidak menimbulkan nyeri, dan tidak boleh memeras jari setelah coblos karena risiko false rendah. Jadi untuk menghindari false rendah Gambar 1 dan 2. Sesi pelatihan kompetensi operator POCT glukosa di Laboratorium Klinik Westerindo di Jakarta Selatan 7 7
8 News & Evidence dari POCT Glukosa tsb, ada teknik soft-milking memijit jari secara lembut 1-2 kali sebelum coblos dan teknik kongesti menekan ruas jari dengan jempol sebelum coblos. Teknik soft milking dan teknik kongesti ini penting untuk sampling pada jari pasien perokok berat dimana terjadi vasokonstriksi permanan. Aspek Analitik Reagen GDH Mutan dari Accu-Chek Performa mempunyai profil interferensi yang minimal. Interferensi yang sering tidak ada dan tidak berinterferensi dengan maltosa. Interferensi yang jarang antara lain injeksi vitamin C dosis tinggi > 3000 mg, hematokrit ekstrim di luar rentang %, lipemia ekstrim dengan trigliserida > 1800 mg/ dl, galaktosemia ekstrim > 15 mg/ dl, ketinggian ekstrim > 3000 m. Pada kasus interferensi, maka solusinya / langkah koreksinya adalah melakukan cross-check dengan tes Laboratorium Sentral ( dengan analyzer/ reagen kimia basah ). Aspek Post-Analitik Rentang ukur dari Accu-Chek adalah mg/ dl. Untuk hasil < 10 mg/ dl, layar menayangkan LO singkatan dari Low. Untuk hasil > 600 mg/dl, layarr menayangkan HI, singkatan dari High. Bila terjadi kasus error, maka ada dua langkah koreksi utama sbb: Pertama, melakukan evaluasi/ tracking error terutama tahap pre-analitik, apakah terjadi sampling banjir alkohol. Kedua, melakukan QC ( Quality Control ) Accu-Chek Performa dilengkapi dengan beberapa safety management antara lain bila strip rusak atau banjir alkohol, maka terjadi auto-lock dengan kode error E-1, untuk mengunci hasil false tinggi/ rendah. Bila operator mengoperasikan glukosameter sambil menelpon pakai ponsel, maka glukosameter terkunci dengan E-7, untuk mengunci interferensi elektromagnetik. Ada dua jenis lancet Accu-Chek. Pertama, lancet Softclix dengan fitur bebas nyeri, karena teknologi clixmotion yaitu bebas getar dan kecepatan tinggi. Kedua, lancet Uno yang bebas infeksi nosokomial karena lancet dan body-nya single use disposible. Untuk keperluan safety dari POCT, maka lancet Uno lebih sesuai. 8 8
9 News & Evidence dari SMBG 9
10 News & Evidence dari SMBG Aspek SMBG dari Panduan ADA 2013 Standards of Medical Care in Diabetes Setelah rejimen/ protokol SMBG Terstruktur masuk dalam Panduan IDF SMBG in Non-Insulin Treated Type 2 Diabetes , akhirnya SMBG Terstruktur juga masuk dalam Panduan ADA - Standard of Medical Care in Diabetes , yaitu sebagai evidence ( temuan ilmiah ) pada diabetes dengan terapi noninsulin. SMBG Terstruktur ini merupakan protokol/ rejimen SMBG berupa tes multi-poin ( s/d tes 7 poin ) selama 3 hari, diulang tiap kuartal/ 3 bulan. Sarana SMBG Terstruktur adalah logbook glukosa SMBG untuk mencatat dan meng-interpretasi tes multi-poin tsb. Panduan ADA 2013 membahas ringkasan evidence dari studi penelitian STEP yang menunjukkan protokol SMBG Terstruktur secara signifikan menurunkan A1C sebesar 0,3 %. ADA merekomendasikan bahwa pasien pengguna SMBG perlu di-edukasi tentang bagaimana metoda penggunaan data SMBG ( interpretasi logbook glukosa ) untuk adjustment terapi ( diet, aktivitas fisik, farmakologi ) dalam upaya mencapai goal kendali glikemik yang spesifik. Protokol dan frekuensi SMBG perlu di re-evaluasi tiap periode kunjungan konsultasi rutin. Rekomendasi ADA mengenai poin-poin diabetes care juga dilengkapi dengan grade / skor berdasarkan evidence ( fakta temuan ilmiah ) sbb : A: Evidence yang jelas berdasarkan RCT ( Randomized Controlled Trial / Uji Klinis Terkontrol Acak ) B: Evidence yang suportif berdasarkan studi penelitian kohort C: Evidence yang suportif berdasarkan studi penelitian terkontrol yang lemah atau nonkontrol E: Konsensus pakar atau pengalaman klinis Rekomendasi ADA 2013 tentang kendali glikemik selengkapnya sbb: 1. Penilaian dari kendali glikemik Ada dua tes utama dari parameter glikemik untuk provider kesehatan maupun pasien / diabetisi yaitu SMBG ( Self-Monitoring of Blood Glucose ) dan A1C 10 10
11 News & Evidence dari SMBG a. Monitoring glukosa Pasien dengan protokol terapi MDI ( Multiple-Dose Insulin ) atau terapi pompa insulin perlu SMBG min. premeal dan pre-snack. ( evidence B ) Pasien dengan terapi insulin yang dosisnya jarang ( insulin basal ) dan terapi non-insulin, maka SMBG membantu adjustment terapi dan selfcare pasien. ( evidence E ) Saat meresepkan SMBG ke pasien, pastikan bahwa pasien ybs menerima edukasi dan evaluasi regulaer tentang teknik prosedur SMBG dan hasil SMB, juga kemampuan penggunaan data SMBG ( interpretasi logbook ) untuk keperluan adjustment terapi. ( evidence E ) b. A1C Laksanakan tes A1C min. dua kali per tahun pada pasien yang berhasil mencapai goal terapi ( dan yang kendali glikemiknya stabil ) Laksanakan tes A1C empat kali per tahun pada pasien dengan perubahan terapi atau tidak berhasil mencapai goal glikemik Penggunaan tes A1C POCT menyediakan peluang untuk adjustment terapi yang lebih sering.. Protokol/ rejimen CGM ( Continuous Glucose Monitoring ) yang dipadukan dengan rejimen insulin intensif dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk menurunkan A1C pada diabetes tipe 1 dewasa ( umur > 25 tahun ). ( evidence A ) Meskipun evidence ( fakta temuan ilmiah ) untuk menurunkan A1C kurang signifikan pada diabetes anak, remaja, dan anak muda, CGM dapat bermanfaat pada kelompok ini ( evidence C ). CGM dapat menjadi sarana suplemen untuk SMBG pada diabetes dengan hipoglikemia asimtomatik dan/ atau episode hipoglikemia yang sering. ( evidence E ) 11 11
12 News & Evidence dari POCT Glukosa News: Pelatihan Panduan Tes Glukosa dan Diabetes Care untuk Grup Klinik Mitrasana di Jakarta Timur Fadli Harahap Pada akhir Januari 2013 grup klinik Mitrasana, yang berkantor pusat di Jakarta Timur, mengadakan pelatihan untuk seluruh dokter klinisinya. Topik kali ini terfokus pada tatalaksana diabetes dan mendapat akreditasi SKP IDI. Ada dua topik yang dibahas. Pertama, mengenai panduan tes glukosa yang meliputi Panduan POCT dan Panduan SMBG Terstruktur. Kedua, mengenai diabetes care. Panduan POCT Bila pasien di Klinik / Lab perlu tes Glukosa Darah, maka tantangan bagi pimpinan Klinik/ Lab : Seberapa mudah dan sulitnya mendapatkan hasil glukosa yang berkualitas? Tes glukosa darah merupakan : 1. Tes yang SIMPEL namun dengan sejumlah pertanyaan, bagaimana dengan 2. Kualitas hasil ( AKURAT, presisi ) yang maksimal 3. Biaya, risiko ( infeksi nosokomial/ SAFETY, interferensi yang minimal ) 4. Ada SUPPORT ( QC periodik, QC on Web, training kompetensi operator ) dan service ( hotline toll free, garansi seumur hidup ) yang optimal 5. INFORMATIF : Ada data connectivity ke komputer dan memori glukosa pre-meal dan post-meal Teknologi dan support Accu-Chek dalam bidang POCT dapat memenuhi kebutuhan atas tes glukosa yang akurat ( sesuai ISO ), safety ( auto-lock dengan kode error, lancet Uno ), support panduan POCT ( terutama QC periodik, QC on Web, dan training kompetensi operator ), dan informatif. Untuk menjaga kualitas POCT, maka panduan POCT dari PDS Patklin merekomendasikan bahwa POCT perlu dilengkapi dengan : Koordinator / komite POCT Pelatihan dan kompetensi operator ( perawat / dokter klinisi ). Perlu Standar Prosedur Operasional Penjaminan mutu (Quality Assurance) Pemeliharaan alat Pelaporan hasil Rekam data Kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety ) Panduan SMBG Terstruktur Bila pasien di klinik perlu tes Glukosa Darah, maka tantangan bagi dokter Klinisi: Seberapa Signifikan Hasil Glukosa Bisa Bermanfaat untuk Adjustment Terapi? Tes glukosa darah merupakan : 1. Tes yang SIMPEL Namun dengan sejumlah pertanyaan, bagaimana dengan 12 12
13 News & Evidence dari POCT Glukosa 2. EFEKTIF : Ada rejimen Tes Terstruktur (SMBG Terstruktur ) 3. EFISIEN : Ada interpretasi logbook / e- logbook dengan analisa pola glikemik (Glycemic Pattern Analysis ) 4. SUPPORT ENGAGEMENT DIABETISI (partisipasi dan kepatuhan pasien) : Compliance/ kepatuhan pasien terjaga dengan tes BEBAS NYERI dan logbook/ e-logbook 5. SUPPORT PANDUAN ADA 2013 : Enable/ Memudahkan & memberdayakan adjustment terapi. Teknologi dan support Accu-Chek dalam bidang SMBG dapat memenuhi kebutuhan tes glukosa yang efektif ( SMBG Terstruktur ) dan efisien ( logbook/ e-logbook dengan interpretasi logbook/ analisa pola glikemik), enable/ memudahkan ( adjustment terapi ), serta support engagement diabetisi ( partisipasi & kepatuhan pasien ) untuk selfcare. Diabetes Care Pada sesi kedua, Dr. Judin Purba Tanjung, yang telah banyak berkiprah di Persadia maupun PEDI, meng-update tatalaksana diabetes care mulai dari diagnosa, komplikasi, terapi, dan pentingnya edukasi ke pasien. Melalui program pelatihan ini, stakeholder klinik mengharapkan semakin meningkatnya awareness terhadap diabetes care dan monitoring glukosa di level dokter klinisi. Selain itu program pelatihan ini merupakan bagian dari program diabetes care terpadu yang akan dilanjutkan dengan instalasi e-logbook glukosa SMBG yaitu e-logbook Accu-Chek 360 o DMS ( Diabetes Management System ) di kantor pusat klinik dan seluruh cabang klinik ini. Dalam jangka panjang juga direncanakan ada kerja sama dengan PEDI. Untuk mendapatkan manfaat adjustment terapi, panduan IDF 2009 dan panduan ADA 2013 telah merekomendasikan SMBG Terstruktur. Gambar 2. Pembicara Dr Judin pada sesi pelatihan Diabetes Care di grup klinik Mitrasana, Jakarta Timur 13 13
14 Suplemen ( full paper ) : Standards of Medical Care in Diabetes American Diabetes Association Chapter I V I. Classification and Diagnosis II. Testing for Diabetes in Asymptomatic Patients III. Detection and Diagnosis of GDM IV. Prevention/ Delay of Type 2 Diabetes V. Diabetes Care 14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33
GLUKOMETER ACCU CHECK ACTIVE, CARA CEPAT PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH
GLUKOMETER ACCU CHECK ACTIVE, CARA CEPAT PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH Adanya glukosa dalam darah adalah indikasi bahwa seseorang mengalami diabetes, hal ini disebabkan karena glukosa terdapat dalam
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciJournal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article
Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee Abstract Gestational
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,
Lebih terperinciPengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi
Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu. pemeriksaan yang paling sering dilakukan di instalasi
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan di instalasi kesehatan. Umumnya pemeriksaan ini dilakukan untuk memonitor kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi gangguan toleransi glukosa cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kasus Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dan Sindrom Metabolik (Mets). Peningkatan insidensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyebutkan, penderita DM
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel...
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Bagan.. Daftar Singkatan i ii iii iv v vii
Lebih terperinciBali Endocrine Update (BEU) XIII 2016
1 2 3 4 5 6 7 INISIASI DAN TITRASI INSULIN BASAL PADA DIABETES MELLITUS TIPE 2: FOKUS INSULIN GLARGINE Ketut Suastika Divisi Endokrinologi dan Metabolisme, Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK UNUD/RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (ADA,
Lebih terperinciANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena
ANALISA KASUS 1. Diabetes Melitus tipe I Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolic yang ditandai dengan terjadinya keadaan hiperglikemi akibat kekurangan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya.
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciDIABETES MELITUS GESTASIONAL
DIABETES MELITUS GESTASIONAL Farid Kurniawan Division of Endocrinology and Metabolism Department of Internal Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo General Hospital 1 dari
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta
Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA
Lebih terperinciDETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI
DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS PADA IBU-IBU PKK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI Kudarti 1, Ike Rina Wulandari 2, Rifa Caturiningsih 3 Prodi DIII Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum. dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 108 juta donasi darah terkumpul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Penyakit ini lebih dikenal sebagai silent
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciPengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya
Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik Augusta L.Arifin Pendahuluan Epidemi diabetes tipe 2 pada ahir abad ke 20 dan awal abad ke 21, dan pengetahuan tentang pentingnya pengendalian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan meningkat, menjadi 366 juta pada
Lebih terperinciDiabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya
Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah
Lebih terperinciBUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN
BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH Bagian Patologi Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KETERAMPILAN KLINIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Glukosa Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. status glukosa menjadi dua, yaitu normoglikemia dan hiperglikemia. 2 Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Glukosa adalah sebuah komponen yang penting dalam darah. Glukosa yang terdapat dalam darah biasa disebut sebagai glukosa darah. Glukosa darah berada di dalam plasma
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA
KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Laode Rijai, Jeny Maryani Liu Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...
DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...
Lebih terperinciPREVALENSI DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS 1 PREVALENSI DIABETES MELLITUS -Meningkat dari tahun ke tahun utama daerah urban -Data epidemiologi 1980 1,2 2,3 % dari jumlah penduduk 1982 Jakarta 1,7% 1993 Jakarta 5,7% -Diabetes Atlas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedentary lifestyles. Sedentary lifestyles menyebabkan banyak bermunculan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang sekarang ini, menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih mudah dan cepat sehingga terjadi perubahan gaya hidup menjadi sedentary lifestyles.
Lebih terperinciOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent
BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus menurut Fauci et al.(2008) dan Whitney et al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh kenaikan konsentrasi gula darah dan
Lebih terperinciPengobatan herbal berbeda dengan pengobatan secara konvensional namun terdapat sisi penilaian efikasi yg sama dari uji secara klinis.
Pengobatan herbal berbeda dengan pengobatan secara konvensional namun terdapat sisi penilaian efikasi yg sama dari uji secara klinis. Sedangkan perbedaannya, penilaian efek konvensional meliputi penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.
Lebih terperinciTruly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak
EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada sekumpulan gangguan metabolik yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. DM adalah gangguan
Lebih terperinciKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tanya-Jawab seputar Diabetes Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang dikeluarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciObat Herbal Diabetes dan Diagnosa Prediabetes Sebelum Terjadi Diabetes
Obat Herbal Diabetes dan Diagnosa Prediabetes Sebelum Terjadi Diabetes Mempelajari Prediabetes, Mendiagnosa Diabetes dan Mengetahui Obat Herbal Diabetes Paling Ampuh Ada beberapa cara untuk mendiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang banyak dianut populasi di dunia dan membuat prevalensi DM terus meningkat secara global seiring dengan
Lebih terperinciClinical Analyzer» Home Care
Clinical Analyzer» Home Care Product: EasyTouch GCU (Glucose, Cholesterol, Uric Acid) Model: ET-GCU Di jaman yang semakin canggih seperti sekarang ini mengecek glukosa darah, kolesterol dan asam urat tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian quantitatif menggunakan quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design. Pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota
Lebih terperinciPENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI
114 PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI EFFECT OF SAMPLE AND REAGENT VOLUMES HALF IN CHECKING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HbA 1c (hemoglobin terglikasi /glikohemoglobin/hemoglobin terglikosilasi/ Hb glikat/ghb) 2.1.1Biokimiawi dan metabolisme Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong-lintang (cross sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mendapatkan prevalensi DM Data yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total (hiperkolesterolemia), peningkatan kadar trigliserida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)
Lebih terperinciDiabetes Mellitus Type II
Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak
Lebih terperinciGAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK
1 GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 Putu Ugi Sugandha 1, AA Wiradewi Lestari 2 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. disetujuinya proposal sampai April 2016.
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Ilmu Biokimia, Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar gula darah melebihi normal) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
Lebih terperinciIswidhani¹, Suhaema¹ ABSTRAK
PENDIDIKAN MANAJEMEN DIABETES MANDIRI MELALUI KUNJUNGAN RUMAH MENINGKATKAN PENGETAHUAN, MEMPERBAIKI ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KOTA MATARAM Iswidhani¹, Suhaema¹
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN INFORMASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN GLUKOWATCH SEBAGAI ALAT MONITORING GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES
SISTEM MANAJEMEN INFORMASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN GLUKOWATCH SEBAGAI ALAT MONITORING GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Dosen : RR. Tutik Sri Hariyati,
Lebih terperinciDETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
Lebih terperinciDIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau potong
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fungsi pemeriksaan laboratorium adalah menganalisis secara kuantitatif atau kualitatif beberapa bahan, seperti darah, sumsum tulang, serum, tinja, air kemih
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK VI A : Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan Tes Toleransi Glukosa Oral
MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN KLINIK VI A : Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan Tes Toleransi Glukosa Oral Nomor Kode Mata Kuliah : IKK 1532 Beban SKS : 2 SKS Oleh : Ns. Rondhianto, M.Kep NIP : 198303242006041002
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi politik dan ekonomi mengakibatkan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut
Lebih terperinciPEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM. Website:
PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM 1 Latar Belakang Data biomedis menjadi salah satu output Riskesdas 2013; Merupakan data dukung kuantitatif yang diperlukan untuk memperkuat analisis beberapa parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi yang disebut dengan beban gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciTingkat Kesadaran Pasien Prediabetes dan Perilaku mengurangi Risiko Diabetes
Tingkat Kesadaran Pasien Prediabetes dan Perilaku mengurangi Risiko Diabetes Pendahuluan: Hasil Penelitian menunjukkan manfaat dari penurunan berat badan (BB) dan aktivitas fisik untuk pencegahan diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit metabolisme karbohidrat yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah beberapa tahun
Lebih terperinciHUBUNGAN DIABETES SELF CARE MANAGEMENT DENGAN KONTROL GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS I UBUD
SKRIPSI HUBUNGAN DIABETES SELF CARE MANAGEMENT DENGAN KONTROL GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS I UBUD OLEH : KADEK DEWI YULIANTINI NIM. 1102105031 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan
Lebih terperinci