The Effect of Peer Support Group on Depression and Quality of Life among People Living with HIV/AIDS in Kediri East Java
|
|
- Sudomo Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(1): The Effect of Peer Support Group on Depression and Quality of Life among People Living with HIV/AIDS in Kediri East Java Astika Rasyiid 1,2), Ruben Dharmawan 2), Supriyadi Hari Respati 2) 1) Diploma III Midwifery of Tulungagung University, East Java 2) Public Health Science Study Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University ABSTRACT Background: People living with Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome or HIV/AIDs encounter such problems as society stigma and depression that can affect their quality of life in the term of physical, mental, and social health. Social support should be improved from individual, family, Peer Support Group (PSG), and government. PSG serves to help PLWHA feel not lonely, to give opportunity of seeing others, of sharing information about newest treatment and local support service, to reduce isolation, to improve social support, and to reduce stigma in order to achieve better quality of life and to reduce depression. The objective of research was to analyze the effect of KDS on depression and quality of life among PLWHA in Friendship Plus Peer Support Group in Kediri City. Subjects and Method: This study was an analytical observational study with cross sectional design. This was conducted at Friendship Plus Peer Support Group in Kediri, Indonesia in May to July The sample consisted of 60 subjects taken using simple random sampling. Technique of collecting data used was questionnaire, while analysis was carried out using Pearson s Product Moment correlational and multiple linear regression tests. Results: The result of research showed that there was a statistically significant effect of Peer Support Group on the reduced depression in PLWHA (b= -0.60; 95% CI= to 0.38; p<0.001). Depression was affected by family income of 88.8% (b= -8.68; 95% CI= 0.01; p=0.021) and education (b= -7.86; 95% CI= to 1.67; p=0.014). There was a statistically significant effect of Peer Support Group on the improved quality of life among PLWHA (b=0.32; 95% CI= 0.09 to 0.53; p=0.005). Quality of life was affected by family income of 92.3% (b= 1.36; 95% CI= 0.01; p<0.001) and education (b=20.84; 95% CI= to 26.93; p<0.001). Conclusion: This research concluded that there was an effect of peer support group on the reduced depression among PLWHA and there was an effect of peer support group the improved quality of life among PLWHA. Keywords: peer support group, depression, quality of life, PLWHA Correspondence: Astika Rasyiid. Diploma III Midwifery of Tulungagung University, East Java. LATAR BELAKANG Virus HIV merupakan penyebab penyakit yang sangat mematikan sepanjang sejarah peradaban manusia, penyakit ini dikenal dengan nama AIDS yang dapat menular dan mematikan World Health Organization (WHO) menyatakan HIV/ AIDS dan Tubercolosis (TB) sebagai wabah paling mematikan dan merupakan penyakit infeksi yang menjadi persoalan kesehatan masyarakat global dan tersebar hampir di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Masalah tersebut mencakup angka kejadian 32 e-issn: (online)
2 Rasyiid et al./people Living with HIV/AIDs HIV/AIDS dan TB yang cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka kematian yang tinggi. Selain peningkatan angka kematian, epidemi HIV/ AIDS saat ini telah melanda seluruh negara dan pada semua lapisan penduduk (Kusuma, 2011). Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar menunjukkan perubahan karakter psikososial yaitu: hidup dalam stres, depresi, merasa kurangnya dukungan sosial, dan perubahan perilaku (Nasronudin, 2007). Data cases of HIV/AIDS in Indonesia reported thru' September 2014 sumber dari Directorate General CDC and EH Ministry of Health, Republic of Indonesia dilaporkan sejak pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu dari tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIV-AIDS tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/ kota di seluruh provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859 dimana 112 diantaranya berakhir dengan kematian, dan tahun 2014 (22.869). Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan September 2014 sebanyak 150,296 dan Jawa Timur menduduki urutan nomor 2 setelah DKI Jakarta (19.249). Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan September 2014 sebanyak orang. Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua (10.184), Jawa Timur (8.976), DKI Jakarta (7.477). Angka kematian (CFR) menurun dari 3.79% pada tahun 2012 menjadi 0.46% pada bulan September tahun 2014 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014). Sedangkan menurut Dinkes Kabupaten Kediri pada tahun 2014 di Kediri tercatat sebanyak 615 penderita HIV/AIDS, 183 orang meninggal. Menurut Kusuma (2011) bahwa kualitas hidup ODHA dipengaruhi oleh karakteristik demografis. Berdasarkan surveilans kualitas hidup terkait kesehatan di Amerika Serikat dari tahun , didapatkan beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup adalah jenis kelamin, umur, etnis atau ras, status pernikahan, pendidikan, penghasilan, status pekerjaan, asuransi kesehatan, serta faktor kesehatan. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien HIV yaitu infeksi, terapi antiretroviral, dukungan sosial, jumlah CD4, kepatuhan pengobatan, pekerjaan, gender, gejala, depresi dan dukungan keluarga (Disa et al., 2014). Menurut WHO kualitas hidup ODHA dipengaruhi oleh fisik, level ketergantungan ARV, lingkungan, dukungan sebaya dan spiritual. Dukungan sosial dapat membantu mengatasi masalah ODHA baik secara fisik atau psikologi. Oleh karena itu, peningkatan dukungan sosial perlu dilakukan baik dari individu pasien, keluarga, yayasan pemerhati ODHA, kelompok dukungan sebaya (KDS), dan juga pemerintah (Rozi, 2016). KDS adalah suatu kelompok di mana dua atau lebih orang yang terinfeksi atau terpengaruh langsung oleh HIV berkumpul dan saling mendukung. Anggota KDS adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang yang hidup dengan ODHA (OHIDHA), atau gabungan dari ODHA dan OHIDHA. Awalnya suatu kelompok dapat berupa gabungan ODHA dengan latar belakang yang berbeda dan adanya kebutuhan untuk membuat kelompok yang lebih spesifik, seperti kelompok khusus ODHA saja, atau dengan latar belakang tertentu (Waria, IDU, Perempuan, dan lainnya), atau gabungan ODHA dan OHIDHA (Mardhiati, dan Handayani, 2011). Pola dukungan KDS dimulai dengan pertemuan tertutup bagi ODHA untuk saling berbagi pengalaman, kekuatan dan harapan. Polapun berkembang dengan kegiatan belajar bersama hingga keterlibatan e-issn: (online) 33
3 Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(1): ODHA lebih luas dalam penyebaran informasi dan advokasi yang terkait HIV, hal ini juga membantu dalam Strategi Rencana Aksi Nasional (SRAN) yang tujuannya meningkatan mutu hidup ODHA (Rozi, 2016). Peran dukungan sebaya antara lain: membantu ODHA dan OHIDHA agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah, menyediakan kesempatan untuk bertemu orang lain dan berteman, menolong menjadi lebih percaya diri dan merasa kuat, berfungsi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan, mempertemukan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda, serta menambah saling pengertian dan toleransi, saling membantu berbagai sumber daya, ide, dan informasi misalnya tentang pengobatan terbaru atau layanan dukungan setempat, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keadaan yang dihadapi anggota kelompok dengan memberi wajah yang manusiawi pada ODHA, memberi suara yang lebih kuat untuk melakukan perubahan (advokasi) (Mardhiati dan Handayani, 2011). Dukungan sebaya juga memiliki peran dalam mengurangi dampak sosial ekonomi HIV dan AIDS pada ODHA dan keluarganya. Program mitigasi dampak diberikan kepada mereka yang kurang beruntung yang membutuhkan dukungan. Penyediaan kesempatan pendidikan, pelayanan kesehatan, gizi, dan akses pada bantuan ekonomi merupakan komponen utama program ini untuk orang terinfeksi HIV yang kurang beruntung dan yang terdampak AIDS, anak yatim, orang tua tunggal, dan janda, untuk mendapatkan akses dukungan peningkatan pendapatan, pelatihan keterampilan, dan program pendidikan peningkatan kualitas hidup. Hal ini dilakukan melalui kerja sama antara Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Nasional, dan dukungan sebaya. Kriteria penentuan kebutuhan mitigasi perlu dikembangkan untuk mengidentifikasi program yang tepat bagi mereka yang memerlukan (lingkup, dana, lama dan sasaran) (Mardhiati dan Handayani, 2011). Di Kota Kediri terdapat 2 KDS yang aktif dalam kegiatan yang direncanakan Dinas Kesehatan, KPA, yayasan pemerhati ODHA ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) salah satunya adalah KDS Friendship Plus Kota Kediri. Informasi yang didapat dari koordinator KDS tersebut mengatakan bahwa kualitas hidup ODHA yang ada sekarang tidak bisa dikatakan baik atau buruk, hal ini karena individu yang berbeda-beda dari segi fisik atau psikologis, dan latar belakang pekerjaan atau aktivitas, serta perbedaan waktu kapan masalah akan terjadi. Hal ini serupa dengan penelitian Oktavia (2012 dalam Rozi, 2016) yang menyatakan bahwa ada perbedaan kualitas hidup ODHA diantaranya pada domain fisik, kemandirian, sosial, lingkungan, spiritual, serta kepatuhan pada ARV. Dukungan sosial yang diterima KDS juga tidak begitu saja tersedia. Hal ini karena beberapa keterbatasan seperti alat komunikasi, tempat tinggal, alat transportasi dan sebagainya dari anggota ODHA. Karena itu pertemuan KDS ini minimal 1 (satu) bulan sekali untuk membahas masalah yang ada. Dari sinilah kepercayaan, solidaritas mereka tumbuh untuk mendukung sesama. Sesuai program kerja Pemerintah pusat, Dinas Kesehatan Kota Kediri menganggap adanya KDS ini sangat membantu dalam mengurangi angka penularan HIV/ AIDS selain dengan pengobatan ARV. Oleh karena itu, dukungan sosial harus diberikan dalam implementasi penatalaksanaan pengobatan pada pasien ODHA dengan harapan dapat membuat peningkatan kualitas hidup ODHA. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan peneli- 34 e-issn: (online)
4 Rasyiid et al./people Living with HIV/AIDs tian guna mengetahui tentang Pengaruh Kelompok Dukungan Sebaya Terhadap Depresi dan Quality of Life pada ODHA di Kota Kediri Tahun SUBJEK DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan di KDS Friendship Plus Kota Kediri selama 2 bulan pada bulan Mei-Juli 2016 sebanyak 60 orang subjek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Kriteria inklusi: (1) Orang dengan HIV/ AIDS baik kelompok yang berisiko terjadi HIV/ AIDS seperti WPS, LSL, LBT, Waria maupun keluarga/ pasangan kelompok yang berisiko terjadi HIV/AIDS (2) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent (3) Sudah masuk kelompok KDS Friendship Plus Kota Kediri (4) Mengikuti kegiatan rutin yang akan diselenggarakan oleh panitia KDS Friendship Plus Kota Kediri pada bulan Juni Kriteria eksklusi meliputi: Orang dengan HIV/ AIDS yang belum masuk kelompok KDS Friendship Plus Kota Kediri. Pengolahan data menggunakan uji korelasi pearson product moment dan analisis multivariat dengan analisis regresi linier berganda. SUBJEK DAN METODE 1. Analisis univariat Karakteristik subjek penelitian di KDS Friendship Plus Kota Kediri, didapatkan hasil dari total 60 orang subjek penelitian bahwa sebagian besar berusia tahun sebanyak 31 orang (51.7%), sebagian besar berjenis kelamin wanita sebanyak 33 orang (55%). Hampir seluruh dengan status perkawinan belum menikah atau janda atau duda sebanyak 47 orang (78.3%), sebagian besar berpendidikan tinggi (SMA dan perguruan tinggi) sebanyak 41 orang (68.3%), hampir setengah pegawai swasta sebanyak 17 orang (28.3%), sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga rendah (<UMR) sebanyak 36 orang (60%), hampir seluruh memiliki lama sejak dinyatakan terinfeksi HIV oleh dokter > 12 bulan yaitu sebanyak 48 orang (80%), hampir seluruh dengan kriteria faktor risiko tinggi (WPS, LSL, LBT, Waria) sebanyak 50 orang (83.3%). Deskripsi KDS, depresi dan quality of life didapatkan hasil dari total 60 orang subjek penelitian bahwa sebagian besar responden mendapatkan KDS kuat yaitu sebanyak 37 orang (61.7%), hampir seluruh responden mengalami depresi berat yaitu sebanyak 45 orang (75%), sebagian besar responden dengan quality of life tinggi yaitu sebanyak 38 orang (63.3%). 2. Analisis Bivariat Tabel 1 Analisis bivariat korelasi Pearson Pengaruh KDS terhadap Depresi Variabel bebas r p KDS kuat <0.001 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) <0.001 Pendidikan > SMA <0.001 Lama sejak dinyatakan terinfeksi HIV oleh dokter (bulan) Umur (tahun) Bekerja Menikah Perempuan e-issn: (online) 35
5 Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(1): Tabel 2 Analisis bivariat korelasi Pearson Pengaruh KDS terhadap Quality of Life Variabel bebas r p KDS kuat 0.81 <0.001 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) 0.62 <0.001 Pendidikan > SMA 0.83 <0.001 Lama sejak dinyatakan terinfeksi HIV oleh dokter (bulan) Umur (tahun) Bekerja Menikah Perempuan Analisis Multivariat Tabel 1 menunjukkan ada pengaruh KDS terhadap penurunan depresi ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan KDS yang kuat menurunkan depresi sebesar 0.60 unit lebih rendah daripada ODHA dengan KDS lemah (b=-0.60; CI 95% s.d -0,38; p=<0.001). Ada pengaruh pendapatan keluarga UMR terhadap penurunan depresi ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan pendapatan keluarga UMR menurunkan depresi sebesar 8.68 unit lebih rendah daripada ODHA dengan pendapatan keluarga <UMR (b= -8.68; CI 95% 0.01; p=0.021). Ada pengaruh pendidikan SMA terhadap penurunan depresi ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan pendidikan SMA menurunkan depresi sebesar 7.86 unit lebih rendah daripada ODHA dengan pendidikan <SMA (b=-7.86; CI 95% s.d -1.67;p=0.014). Ada pengaruh lama terinfeksi HIV terhadap peningkatan depresi ODHA tetapi secara statistik tidak signifikan. Setiap peningkatan 1 bulan lama terinfeksi HIV meningkatkan depresi sebesar 0.08 unit (b= 0.08; CI 95% s.d -0.16; p=0.053). Ada pengaruh umur terhadap peningkatan depresi ODHA dan secara statistik tidak signifikan. Setiap peningkatan 1 tahun umur meningkatkan depresi sebesar 0.03 unit (b= 0.03; CI 95% s.d 0.32; p=0.822). Ada pengaruh ODHA yang bekerja terhadap penurunan depresi ODHA dan secara statistik tidak signifikan. ODHA yang bekerja menurunkan depresi sebesar 0.02 unit lebih rendah daripada ODHA Tabel 3. Hasil analisis regresi linier ganda Pengaruh KDS terhadap Quality of Life pada ODHA di KDS Friendship Plus Kota Kediri b CI 95% p Variabel independen Lower Upper Konstanta KDS kuat Pendapatan keluarga (Rp/bulan) <0.001 Pendidikan > SMA <0.001 Lama sejak dinyatakan terinfeksi HIV oleh dokter (bulan) Umur (tahun) Bekerja Menikah Perempuan N observasi= 60 Adjusted R 2 = 92.3% p < e-issn: (online)
6 Rasyiid et al./people Living with HIV/AIDs yang tidak bekerja (b=0.02; CI 95% s.d 1.04; p=0.971) Ada pengaruh ODHA yang sudah menikah terhadap peningkatan depresi dan secara statistik tidak signifikan. ODHA yang menikah meningkatkan depresi sebesar 1.45 unit lebih tinggi daripada ODHA yang tidak/belum menikah (b= 1.45; CI 95% s.d 5.85; p=0.513). Ada pengaruh ODHA perempuan terhadap peningkatan depresi dan secara statistik tidak signifikan. ODHA perempuan meningkatkan depresi sebesar 0.30 unit lebih tinggi daripada ODHA laki-laki (b= 0.30; CI 95% s.d 3.23; p=0.836). Adjusted R2= 88.8% mengandung arti bahwa secara bersama-sama variabel bebas di dalam model regresi linear ini mampu menjelaskan atau memprediksi variasi depresi dan menurunkan depresi sebesar 88.8%, sedangkan 11.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada dalam model regresi linear. Nilai p<0.001 dapat disimpulkan bahwa model regresi linear yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen dengan variabel dependen Tabel 3 menunjukkan ada pengaruh KDS terhadap peningkatann quality of life pada ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan KDS yang kuat meningkatkan quality of life sebesar 0.32 unit lebih tinggi daripada ODHA dengan KDS lemah (b=0.32; CI 95%= ; p=0.005). Ada pengaruh pendapatan keluarga UMR terhadap peningkatan quality of life pada ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan pendapatan keluarga UMR meningkatkan quality of life sebesar 1.36 unit lebih tinggi daripada ODHA dengan pendapatan keluarga <UMR (b=1.36; CI 95% 0.01; p=<0.001). Ada pengaruh pendidikan SMA terhadap peningkatan quality of life pada ODHA dan secara statistik signifikan. ODHA dengan pendidikan SMA meningkatkan quality of life sebesar unit lebih tinggi daripada ODHA dengan pendidikan <SMA (b=20.84; CI 95% ; p=<0.001). Ada pengaruh lama terinfeksi HIV terhadap peningkatan quality of life pada ODHA tetapi secara statistik tidak signifikan. Setiap peningkatan 1 bulan lama terinfeksi HIV meningkatkan quality of life sebesar 0.01 unit (b= 0.01; CI 95% s.d 0.08; p=0.980). Ada pengaruh umur terhadap penurunan quality of life pada ODHA dan secara statistik tidak signifikan. Setiap peningkatan 1 tahun umur menurunkan quality of life sebesar 0.02 unit (b= -0.02; CI 95% s.d 0.26; p=0.873). Ada pengaruh ODHA yang bekerja terhadap peningkatan quality of life pada ODHA dan secara statistik tidak signifikan. ODHA yang bekerja meningkatkan quality of life sebesar 0.57 unit lebih rendah daripada ODHA yang tidak bekerja (b= 0.57; CI 95% s.d 1.63; p=0.278). Ada pengaruh ODHA yang sudah menikah terhadap peningkatan quality of life dan secara statistik tidak signifikan. ODHA yang menikah meningkatkan quality of life sebesar 0.23 unit lebih tinggi daripada ODHA yang tidak/belum menikah (b= 0.23; CI 95% s.d 4.56; p=0.916). Ada pengaruh ODHA perempuan terhadap penurunan quality of life dan secara statistik tidak signifikan. ODHA perempuan menurunkan quality of life sebesar 0.49 unit lebih rendah daripada ODHA laki-laki (b= -0.49; CI 95% s.d 2.39; p=0.732). Adjusted R2= 92.3% mengandung arti bahwa secara bersama-sama variabel bebas di dalam model regresi linear ini mampu menjelaskan atau memprediksi variasi quality of life dan meningkatkan quality of life e-issn: (online) 37
7 Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(1): sebesar 92.3%. Nilai p<0.001 untuk keseluruhan model mengandung arti, pengaruh keseluruhan variabel bebas dengan quality of life secara statistik signifikan. PEMBAHASAN 1. Pengaruh KDS Terhadap Depresi pada ODHA KDS adalah suatu kelompok dua atau lebih orang yang terinfeksi atau terpengaruh langsung oleh HIV berkumpul dan saling mendukung. Anggota KDS adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang yang hidup dengan ODHA (OHIDHA), atau gabungan dari ODHA dan OHIDHA. Awalnya berupa gabungan ODHA dengan latar belakang berbeda dan adanya kebutuhan untuk membuat kelompok yang lebih spesifik, seperti kelompok khusus ODHA saja, atau dengan latar belakang tertentu (Waria, IDU, Perempuan, dan lain-lain), atau gabungan ODHA dan OHIDHA. KP berperan mengoordinasi, mengakomodasi, aspirasi dan kebutuhan dari KDS yang dilayani, menumbuhkan kesadaran kritis, mengayomi, dan membimbing KDS dengan menjunjung nilai kesetaraan serta sebagai pelaku advokasi dengan melibatkan KDS dalam proses. Fungsi KP untuk mencegah / mengantisipasi terjadinya konflik antar KDS, memberikan dukungan kepada KDS, memberikan kesempatan kepada KDS untuk dapat tumbuh bersama secara sehat, memastikan pemakaian dana yang diberikan KP untuk digunakan semestinya, dan menjadi wadah dan saluran informasi untuk semua KDS yang dilayani (Mardhiati dan Handayani, 2011). KDS ini satu-satunya saluran untuk dapat menyalurkan isi hati, curahan emosional dan beban psikologis yang selama ini tidak dapat dilaksanakan atau diungkapkan oleh penderita kepada siapapun termasuk anggota keluarganya. Di Kota Kediri dan sekitarnya kondisi penderita HIV/AIDS menyadari betul bahwa kelompok ini memiliki nasib yang sama, sama-sama menghadapi resiko kesakitan dan kematian yang sama, dan sama-sama tahu kalau samasama menderita HIV/AIDS, maka jika kelompok ini tidak saling memberikan dukungan, yang terjadi adalah penderita merasa tidak ada tempat lain yang dapat digunakan untuk meluapkan emosionalnya, tidak ada tempat untuk meminta dukungan dari penyakitnya, tidak ada lagi yang diharapkan mampu memberikan bantuan moril dan berbagai perasaan psikologis lainnya. Penelitian Yuniar (2013) bahwa KDS merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terapi ARV. Sedangkan Alfiyyatur (2012 dalam Yuswanto et al., 2014) menyimpulkan KDS mempunyai tugas memberikan motivasi dan mendampingi ODHA. Tugas buddy atau KDS sebagai pendamping penderita ODHA adalah memberitahukan secara mendalam mengenai penyakit HIV/ AIDS (Mardhiati dan Handayani, 2011). Dukungan sebaya sangat dibutuhkan sekali, sehingga ODHA akan mampu menurunkan depresinya. Dalam hal ini peran dari dukungan sebaya adalah untuk mencapai mutu hidup yang lebih baik bagi ODHA dan OHIDHA. Secara teknis dilaksanakan dengan membantu ODHA dan OHI- DHA agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalahnya, menyediakan kesempatan untuk bertemu orang lain dan berteman, menolong menjadi lebih percaya diri dan merasa kuat, berfungsi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan, mempertemukan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda, serta menambah saling pengertian dan toleransi, saling membantu berbagi sumber daya, ide, dan informasi, misalnya tentang pengobatan terbaru 38 e-issn: (online)
8 Rasyiid et al./people Living with HIV/AIDs atau layanan dukungan setempat dan lainnya. Sebaliknya jika kelompok ini mampu menjalankan fungsinya dengan baik maka penderita merasa masih ada orang yang peduli dengan dirinya, masih ada harapan sebagai tempat mencurahkan isi hati dan perasaan, masih ada harapan yang akan memberikan bantuan dan perhatian. Manusia memiliki sisi psikologis dan fisiologis. Kebutuhan psikologis ini yang sangat utama bagi penderita HIV/ AIDS. Jika dukungan sebaya tidak berfungsi dengan baik maka penderita merasa sudah tidak ada harapan lagi, maka akan semakin menambah beban psikologisnya sehingga memicu timbulnya perasaan depresi. Hasil penelitian Pardita dan Sudibia (2014) ini berbanding terbalik dengan konsep mengenai dampak ekonomi bagi penderita HIV/ AIDS yang menyatakan bahwa epidemi HIV/ AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak penderita maupun pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum ditemukan, sehingga biaya harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan dan memperpanjang usia penderita. Orang-orang yang terjangkit HIV/ AIDS akan mengalami perubahan keuangan akibat penyakitnya. Dana yang diperlukan untuk keperluan pengobatan dan perawatan semakin lama semakin besar, sementara penghasilan menetap atau bahkan mungkin semakin menurun. Kemungkinan besar akhirnya akan mengalami kesulitan untuk memperoleh dana. Perubahan ini dapat terjadi karena kehilangan mata pencaharian, habisnya tabungan, hilangnya sumber-sumber bantuan keluarga, dan lainlain, maka dari itu penelitian harus terus menerus dilakukan dan biaya lainnya sangat dibutuhkan seperti biaya untuk upayaupaya pencegahan. Mengalami perubahan secara signifikan karena dalam penelitian Pardita dan Sudibia (2014) responden penderita HIV AIDS menyatakan bahwa obat yang dikonsumsi membuat mereka bisa mengembalikan kondisi fisik menjadi normal kembali sehingga mereka bisa bekerja secara rutin untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Disamping itu, obat yang diberikan kepada penderita HIV AIDS oleh pemerintah dan bantuan asing adalah obat gratis, sehingga penderita HIV AIDS tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memebeli obat ini. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan perhatian pemerintah beserta donator asing terhadap penderita HIV AIDS. American Psychological Assosiation (2005) pada Trilistya (2006) bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan depresi, yaitu gangguan depresi lebih sering terjadi pada orang yang berpendidikan rendah. Sedangkan pada penelitian ini depresi terjadi pada ODHA yang berpendidikan tinggi yaitu >SMA. Terinfeksi HIV AIDS merupakan jenis stresor berat bagi ODHA ditambah penyakit ini menyebabkan kematian maka jumlah stresor berat yang dialami lebih besar. Dengan beratnya stresor tersebut, maka setiap orang, tanpa memandang tingkat pendidikannya dapat mengalami depresi. Depresi yang terjadi dapat hilang dengan sendirinya atau memerlukan pengobatan tergantung pada individu masing-masing. 2. Pengaruh Kelompok Dukungan Sebaya Terhadap Quality of Life pada ODHA Hasil Yuswanto et al. (2014) bahwa KDS sangat berperan baik terhadap kualitas hidup ODHA. Peran KDS sangat membantu ODHA dalam menjalani perawatan dan pengobatan baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Pada rawat jalan atau pengobatan di rumah, peran KDS dalam hal ini adalah memantau pemberian obat dan makanan, mengantar pada waktu pengobatan e-issn: (online) 39
9 Journal of Health Promotion and Behavior (2016), 1(1): serta memberikan dukungan mental juga spiritual. Selain itu juga memberikan motivasi kepada ODHA untuk selalu berjuang melawan penyakitnya dan mengajak untuk melakukan kegiatan fisik yang dapat dilakukan sesuai kemampuannya. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Worthington dan Krentz (2005 dalam Kusuma, 2011) dimana status sosial ekonomi (penghasilan) merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi quality of life. Selain itu, hasil ini senada pula dengan penelitian Wig et al. (2006 dalam Kusuma, 2011) yang mendapatkan bahwa pendapatan/ penghasilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi quality of life pasien HIV/AIDS. Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nazir (2006 dalam Kusuma, 2011) juga mengungkapkan bahwa penduduk dengan penghasilan yang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari mempunyai quality of life yang lebih buruk dibandingkan dengan penduduk dengan penghasilan yang mencukupi. ODHA yang mempunyai pendapatan keluarga yang mencukupi bukan hanya dapat menunjang untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari namun juga biaya pengobatan yang diperlukan terkait penyakit sehingga dapat menjaga derajat kesehatannya (Kusuma, 2011). Hal ini dapat mempengaruhi quality of life ODHA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nirmal, et al. (2008 dalam Kusuma, 2011) dimana tingkat pendidikan merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi quality of life. Selain itu, hasil ini senada pula dengan penelitian Greeff, et al. (2009; Wig, et al., 2006 dalam Kusuma, 2011) yang mendapatkan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi quality of life pasien HIV/AIDS. Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nazir (2006; Lucas, et al.,2006; Afiyah, 2010 dalam Kusuma, 2011) juga mengungkapkan bahwa individu dengan pendidikan rendah (di bawah SMA) memiliki quality of life yang kurang baik dibandingkan dengan individu yang berpendidikan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Alfiyyatur R (2012). Peran Buddy Sebagai Pendamping ODHA. kom pas. com. Jakarta diakses American Psychological Assosiation (200 5). What is Depression. apa.org/ppo/issues.htm. Depkes RI (2006). Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depkes RI. Disa NS, Parjo, Ariyani PD (2014). Faktor- Faktor yangmempengaruhi Kualitas Hidup Penderita HIV yang Menjalani Rawat jalan di Care Support and Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Kota Pontianak. Universitas Tanjungpuran Pontianak. Kusuma H (2011). Hubungan Antara Depresi dan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia. Mardhiati R, Handayani S (2011). Peran Dukungan Sebaya Terhadap Peningkatan Mutu Hidup ODHA Di Indonesia. Yayasan Spiritia bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Ford Foundation, AusAID. spiritia. or.id/diakses 14 Februari Nasronudin (2007). Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini Dan Mendatang. Airlangga University Press, Surabaya. Pardita DPY, Sudibia IK (2014). Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, dan Psiko- 40 e-issn: (online)
10 Rasyiid et al./people Living with HIV/AIDs logis Penderita Hiv Aids di Kota Denpasar Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, dan Psikologis Penderita HIV AIDS Di Kota Denpasar. Jurnal Buletin Studi Ekonomi 19 (2): Rozi RF (2014). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup ODHA pada Kelompok Dukungan Sebaya Solo Plus di Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Salzer M (2002). Consumer-delivered services as a best practice in mental health care and the development of practice guidelines. Psychiatric Rehabilitation Skills 6: Trilistya S (2006). Tingkat Depresi Korban Tanah Longsor di Banjarnegara. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Yuniar Y (2013). Terapi Eksternal dan Kepatuhan Mengonsumsi ARV pada Penderita HIV/AIDS. Buletin Penelitian Kesehatan 4(2): e-issn: (online) 41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan
Lebih terperinciPERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS) DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ODHA
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 64-69 PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA (KDS) DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ODHA Tri Johan Agus Yuswanto, Tavip Dwi Wahyuni, Joko Pitoyo Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
Lebih terperinciJurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :
Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang
Lebih terperinci57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PERCAYA DIRI DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MUTU HIDUP ODHA DI PADANG TAHUN Mohanis 1, Haspita Rizki Syurya Handini 1
Ar kel Peneli an HUBUNGAN TINGKAT PERCAYA DIRI DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MUTU HIDUP ODHA DI PADANG TAHUN 2013 Diterima Oktober 20 13 Disetujui Desember 2013 Dipublikasikan 1 April 2014 Mohanis 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinciSambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
0 Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua. Peningkatan mutu hidup Odha dan mitigasi dampak sosioekonomi pada
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016
HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016 Revi Neini Ikbal 1, Suca Ananda Safitri 2 1 STIKes Alifah, Padang 25000 Email: revineini@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH:
Lebih terperinciThe Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar
Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan
Lebih terperinciPENGESAHAN SKRIPSI. Hesthi Krisnawati, NIM: G , Tahun: 2016
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan Judul: Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Pelayanan dengan Motivasi Kunjungan Pasien HIV/AIDS di Poli VCT RSUD dr. Moewardi Hesthi Krisnawati, NIM: G0013113, Tahun:
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immuodeficiency Virus (HIV)
Lebih terperinciPERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI
PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR 1 I Gede Meyantara Eka Superkertia, 2 Ika Widi Astuti, 3 Made Pande Lilik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan
Lebih terperinciOleh Yulia Yekti Subekti S
PENGARUH JENIS KELAMIN, PAJANAN MEDIA, PERAN TEMAN SEBAYA, PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, KEDEKATAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN TESIS Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan
Lebih terperinciABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010
ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010 Nunkigia F. Areros, 2010. Pembimbing : Evi Yuniawati, dr., M.KM HIV/AIDS (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinciPublic Health Perspective Journal
Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 105-110 Public Health Perspective Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keteraturan Kunjungan Layanan
Lebih terperinciSukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT
Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS
PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Lebih terperinci27 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang REKOMENDASI UPAYA PENINGKATAN KEPATUHAN PENGOBATAN ARV DI KOTA SURABAYA Daniek Suryaningdiah (Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Surabaya) ABSTRAK
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN
PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS
HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS OLEH: PIPIT TRI INDRIAN S541302088 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pembangunan sosial ekonomi, stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang
Lebih terperinciASOSIASI PARTISIPASI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA, STIGMA DISKRIMINASI DAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TESIS
ASOSIASI PARTISIPASI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA, STIGMA DISKRIMINASI DAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TESIS Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi yang diakibatkan oleh virus HIV ini dapat menyebabkan defisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir dekade ini telah di jumpai berbagai macam penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang/ menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun, dan jika selanjutnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA
PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANTIRETROVIRAL
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANTIRETROVIRAL, PERSEPSI KESERIUSAN PENYAKIT, MANFAAT DAN HAMBATAN SERTA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN TERAPI ARV PADA PASIEN HIV/AIDS DI PUSKESMAS MANAHAN KOTA SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronis. Menurut Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem
Lebih terperinciHIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya (CDC, 2016). WHO (2016) menunjukkan bahwa terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciPENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN SRAGEN
PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DIRI TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA SISWA-SISWI SMA PERKOTAAN DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH
ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH Latar Belakang: Kualitas merupakan indikator penting dari keberhasilan sebuah terapi. Program terapi metadon adalah salah satu pilihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) & Acquired Immunodeficieny Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN
PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS PADA PSK El Rahmayati*, Ririn Sri Handayani* Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciKegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2
Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERCAYA DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DENGAN KEIKUTSERTAAN PELATIHAN BERKALA KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERCAYA DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DENGAN KEIKUTSERTAAN PELATIHAN BERKALA KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA Retno Mardhiati retno_m74@yahoo.co.id Program Studi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian penderitanya. Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciOUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012
OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012 Zaki Dinul, Kurnia Sari, Mardiati Nadjib Universitas Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang jumlah penderitanya sangat tinggi sehingga menjadi masalah global. Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Lebih terperinci