ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO
|
|
- Ari Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO Hendy Adiemas S, Rhina Uchyani F, dan Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami 36 A Surakarta 57125, Telp/Fax: (0271) hendyadiemas@gmail.com, Telp : Abstract: This research aims at analyzing of the amount scale of cost, income, degree of efficiency, risk, and other additional values produced from the industry of tape in Sub-Province. The research is descriptive analysis. The object observation was chosen randomly (purposive), that is Sub-Province. The researcher uses primary and secondary data. The result of the research shows that the average of total cost of home industry is Rp ,57/month. Total income is Rp ,22 so the net income is Rp ,65. The efficiency of home industry is 2,1. It means that the home industry runs efficiency.the amount of coefficient variant (CV) is 0,36 with low limit income is Rp ,39. It can be concluded that home industry of tape in is low risk. The scale of home industry in produces Rp ,21 as additional value for each row of cassava used. Key Words: Tape, income, risk, additional value. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan usaha yang diterima, tingkat efisiensi usaha, risiko usaha yang dihadapi dan nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten sebesar Rp ,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp ,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp ,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien.besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp ,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untun setiap kilogram singkong yang digunakan. Kata Kunci : Tape, pendapatan, risiko usaha, nilai tambah
2 2 PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana mayoritas penduduknya menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian bangsa Indonesia. Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setinggi seperti yang diharapkan namun kualitas pertumbuhan itu sendiri sudah semakin baik. Selain makin mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, peranan kreatifitas diseluruh daerah semakin besar dalam pembangunan. Pembangunan yang dihela oleh kreatifitas akan mampu mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan secara sekaligus (Saragih, 2004). Sejak tahun 1983, Pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi dan upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak banyak memberi keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan (Kuncoro, dan Abimanyu, 1995). Sehingga menurut Kuncoro dan Widjajanto (2001) menyebutkan bahwa perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) karena dilandasi 3 alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Dari sisi kebijakan, IKRT perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Produk pertanian mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama, oleh sebab itu perlu adanya proses pengolahan agar dapat meningkatkan nilai tambah produk. Oleh karena itu, diperlukan suatu industri pengolahan untuk mengolah hasil pertanian tersebut. Salah satu industri pengolahan yang menggunakan produk pertanian sebagai bahan baku adalah industri tape. Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong. Menurut Hidayat (2009) fermemntasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang. Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme (Wikipedia, 2010). Dengan keadaan iklim dan tanah Indoneia yang subur tanaman singkong mudah tumbuh dengan subur dan produktif, sehingga banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah di Kabupaten. Industri tape di Kabupaten ditunjang dengan kapasitas produksi singkong di Kabupaten yang relatif tinggi sehingga kontinuitas produksi tape terjaga. Industri tape di Kabupaten merupakan industri rumah tangga yang sudah bertahun-tahun dijalankan secara
3 3 turun temurun yang mana lemah permodalan dan lemah manajemen seperti industri-industri rumah tangga lain pada umumnya. Menurut Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (2003) pengertian industri rumah tangga yakni perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja maksimal 4 orang. Nilai kapasitas produksi dan daya serap akan tenaga kerja, mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri tape skala rumah tangga di Kabupaten. Penelitian ini mengangkat perumusan masalah : (1) Berapa besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten?; (2) Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten?; (3) Berapa besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten?; dan (4) Berapa besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten? Berdasarkan perumusuan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten ; (2) Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten ; (3) Menganalisis besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten ; dan (4) Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di Kabupaten. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis melalui survei dan observasi. Metode deskriptif analitis merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalahmasalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001). Daerah Penelitian Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive), yaitu pengambilan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah yang diambil dalam penelitian adalah Kabupaten karena terdapat sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten. Jumlah populasi responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu teknik pengambilan responden secara keseluruhan. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data menggunakan data Primer dan data Sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden maupun pihakpihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten (Dispertan), Dinas Perindustrian dan
4 4 Perdagangan Kabupaten (Disperindag), serta lembaga-lembaga lain yang terkait di dalamnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan pencatatan. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Sedangkan teknik pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dihitung secara matematis, disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Besarnya pendapatan, tingkat efisiensi, risiko usaha dan nilai tambah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Pendapatan Perhitungan pendapatan menurut Soekartawi (1995): B = BT + BTT (1) Dimana B adalah biaya total, BT adalah biaya tetap, BTT adalah biaya tidak tetap. PrT = Y x H (2) Dimana PrT adalah penerimaan total, Y adalah jumlah produk yang dihasilkan dan H adalah harga jual produk Pendapatan = PrT B (3) Efisiensi Usaha Efisiensi = C R (4) Dimana R adalah penerimaan usaha dan C adalah biaya usaha yang dikeluarkan. Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : (1) jika nilai R/C > 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan sudah efisien; dan (2) jika nilai R/C 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan belum efisien. Risiko Usaha Perhitungan risiko usaha menurut Hernanto (1993): CV = (5) Dimana CV adalah koefisien variasi, v simpangan baku pendapatan dan E adalah pendapatan rata-rata. n E = i 1 E i (6) n Dimana E i adalah pendapatan yang diterima, dan n adalah jumlah pengusaha tape. V = V (7) Ragam dirumuskan sebagai berikut : V = ( ) (8) ( ) Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui dengan menggunakan rumus : L = E 2V (9) Dimana L adalah batas bawah pendapatan, E adalah pendapatan rata-rata, dan v adalah simpangan baku pendapatan. Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung pengusaha tape semakin besar. Batas bawah pendapatan (L) menunjukkan nilai terendah yang mungkin akan diterima oleh pengusaha tape. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV 0,5 atau L 0 menyatakan bahwa pengusaha tape akan selalu terhindar dari kerugian. Sedangkan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti pengusaha tape berpeluang mengalami kerugian.
5 5 Nilai Tambah Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar menurut Alamsyah (2007) dapat dirumuskan sebagai berikut : NT = NO NI (10) Dimana NT adalah nilai tambah yang dihasilkan, NO adalah nilai output dan NI adalah nilai input. NO = (11) Dimana Y adalah jumlah produk, Hy adalah harga produk dan JBB adalah jumlah bahan baku yang digunakan. NI = (12) Dimana BB adalah jumlah biaya bahan baku yang digunakan, Blain adalah biaya selain bahan baku. Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk memberikan nilai tambah dan jika NT 0, maka produk tidak memberikan nilai tambah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identitas Responden dan Karakteristik Industri Identitas responden adalah gambaran umum dari responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi, status usaha serta lama mengusahakan. Tabel 1. Karakteristik Responden Pengusaha Tape No Uraian Rata-rata 1. Umur (thn) 57,26 2. Lama pendidikan (thn) 4,61 3. Jumlah anggota keluarga (org) 3,61 4. Jumlah anggota keluarga aktif 3,13 dalam produksi (org) 5. Lama mengusahakan (thn) 26,91 Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa umur rata-rata pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten adalah 57,26 yang berarti termasuk dalam umur produktif karena menurut Mantra (2003) penduduk umur termasuk dalam penduduk produktif. Rata-rata pendidikan formal yang ditempuh pengusaha tape adalah 4,61 tahun. Jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang dengan jumlah anggota keluarga aktif dalam kegiatan produksi rata-rata sebanyak 3 orang. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten telah dijalankan selama 26,91 tahun. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten terbagi menjadi dua macam status usaha yaitu usaha utama dan usaha sampingan. Tabel 2. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten No. Status Usaha Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Utama 20 86,96 2. Sampingan 3 13,04 Jumlah Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar industri tape skala rumah tangga di Kabupaten berstatus sebagai usaha utama yaitu sebesar 86,96 % atau 20 industri tape, sedangkan 3 industri tape atau 13,04 % berstatus sebagai usaha sampingan. Responden mengusahakan industri tape dengan berbagai macam alasan. Alasan responden mengusahakan industri
6 6 tape yang terbanyak yaitu sebesar 43,48% adalah karena industri tape merupakan usaha warisan dan karena tidak mempunyai pekerjaan lain (Tabel 3). Tabel 3. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten No Uraian Jumlah Persentase (orang) (%) Usaha warisan Menguntungkan ,48 13,04 3. Tidak mempunyai 10 43,48 pekerjaan lain Jumlah Modal Usaha Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha maupun untuk menjalankan usaha, seperti untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Seluruh responden industri tape skala rumah tangga dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 100% yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Jumlah Persentase No Uraian (orang) (%) 1. Modal sendiri Modal pinjaman - - Jumlah Pengadaan Bahan Baku Singkong merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam industri pembuatan tape. Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten menggunakan mekanisme pembelian borongan (tebasan) dengan harga Rp ,00 - Rp ,00 untuk digunakan sebagai bahan baku produksi selama satu bulan. Pengambilan singkong disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki masing-masing pengusaha tape atau dengan kata lain kuantitas pengambilan bahan baku hanya untuk satu kali produksi saja. Pengadaan Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan dalam industri tape adalah ragi. Ragi tape banyak dijual di pasar umum ataupun di pasar-pasar tradisional dengan kisaran harga yang bervariasi antara Rp2.000,00 hingga Rp3.500,00 per bungkus. Namun demikian responden usaha industri tape di Kabupaten lebih memilih untuk menggunakan ragi NKL dengan alasan ragi NKL memberikan cita rasa yang paling baik. Cita rasa yang baik yaitu menghasilkan produk tape yang manis, warna terang menarik, struktur yang lembut dan butiran ragi yang halus. Pemasaran Pemasaran produk industri tape di Kabupaten masih terbatas di dalam kota, yaitu dipasarkan di pasar-pasar yang ada di seperti Pasar Tawangsari, Pasar Polokarto, Weru, Krisak dan Nguter. Tabel 5. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten No Uraian Jumlah Persentase (orang) (%) 1. Dipasarkan sendiri 2. Lewat 0 0 pedagang Jumlah Sumber: Data Primer Terlihat bahwa 100% responden atau sebanyak 23 orang responden memasarkan tape yang dihasilkan dengan cara dipasarkan sendiri ke konsumen akhir (Tabel 5). Pemasaran biasa dilakukan setiap 2 hari sekali yaitu pada pasaran pon dan legi. Produsen lebih memilih untuk menjual langsung ke konsumen tanpa melalui
7 7 pedagang perantara dengan alasan untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Perhitungan Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Biaya Biaya merupakan sejumlah uang atau korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Karena dalam penelitian ini menggunakan konsep pendekatan pendapatan maka biaya dalam penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan (biaya variabel) sedangkan untuk biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, ataupun biaya tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan karena merupakan biaya yang tidak sebenarnya dikeluarkan oleh pengusaha tape rumah tangga. Tabel 6. Rata-rata Biaya Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Untuk Satu Kali Produksi No Uraian Fisik Biaya (Rp) Persentase (%) 1. Produksi Bahan Baku 71, ,53 Singkong(Kg) 3 Bahan Penolong Ragi (pack) 1, ,05 2. Bahan bakar 4, ,35 (ikat) 3. Pengemasan a.daun 6, ,35 pisang/plastik kecil (pack) b.plastik (pack) 3, ,47 4. Transportasi 1, ,5 9,31 Biaya yang ,5 100,00 dikeluarkan Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi adalah sebesar Rp ,5 dengan proporsi biaya terbesar berasal dari pengadaan bahan baku singkong yaitu sebesar Rp atau sebesar 43,53% dari biaya yang dikeluarkan (Tabel 6). Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Selama Satu Bulan Produksi Rata-rata per No Uraian responden/bulan Persentase Fisik Biaya (Rp) (%) 1. Produksi Bahan baku 1.075, ,78 46,18 singkong (Kg) Bahan penolong Ragi (pack) 24, ,13 7,42 2. Bahan bakar 68, ,27 (ikat) 3. Pengemasan a. Daunpisan g/plastik 100, ,97 kecil (pack) b. Plastik (pack) 52, ,61 8,06 4. Transportasi Bensin/Angk utan umum 16, ,75 10,02 (Liter) Jumlah ,57 100,00 Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam industri tape skala rumah tangga di Kabupaten dalam satu bulan produksi adalah sebesar Rp ,57 dengan proporsi biaya terbesar berasal dari pembelian bahan baku singkong yaitu sebesar Rp ,78 atau sebesar 46,16% dari total biaya yang dikeluarkan (Tabel 7). Biaya terkecil dikeluarkan untuk keperluan pembelian bahan penolong ragi yaitu sebesar Rp ,13 (7,42%). Penerimaan Penerimaan adalah keseluruhan nilai produk yang diterima yang merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi fisik dengan harga produk tersebut.
8 8 Tabel 8. Rata-rata Penerimaan pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten No. Uraian Jumlah 1. Output (Kg) 642,59 2. Harga satuan (Rp/kg) 3.913,04 Penerimaan (Rp) ,22 Besarnya hasil produksi rata-rata yang dihasilkan industri tape skala rumah tangga di Kabupaten dalam satu bulan sebesar 642,59 Kg (Tabel 8). Harga jual rata-rata tape sebesar Rp 3.913,04 sehingga penerimaan rata-rata yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp ,22. Pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total industri tape skala rumah tangga yang telah dikeluarkan. Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) ,22 2. Biaya total (Rp) ,57 Pendapatan (Rp) ,65 Rata-rata penerimaan yang diterima pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten selama satu bulan produksi adalah sebesar Rp ,22 dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp ,57 (Tabel 9). Pendapatan merupakan selisih (margin) antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan demikian dapat dihitung besarnya rata-rata pendapatan pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten adalah Rp ,65. rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efisien pengusaha dalam menjalankan usahanya khususnya dalam penggunaan masukan. Tabel 10. Efisiensi Usaha pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) ,22 2. Biaya total (Rp) ,57 Efisiensi 2,1 Nilai efisiensi usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten sebesar 2,1 (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan oleh pengusaha tape rumah tangga sudah efisien. Nilai R/C rasio 2,1 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian terlihat bahwa rata-rata penerimaan pengrajin tape skala rumah tangga di Kabupaten mampu menutup biaya total yang telah dikeluarkan dalam industri tape. Risiko Usaha Risiko usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten merupakan kemungkinan merugi yang dihadapi pengusaha industri tape dalam menjalankan usahanya yang dapat diketahui kemungkinannya. Besarnya risiko dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan koefisien variasi (CV) dan batas bawah pendapatan (L). Efisiensi Efisiensi adalah rasio antara output dengan input yang digunakan yang dimana
9 9 Tabel 11. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten No Uraian Jumlah 1. Pendapatan (E) ,65 2. Batas bawah pendapatan ,39 (L) 3. Simpangan baku ,63 pendapatan(v) 4. Koefisien variasi (CV) 0,36 Pendapatan rata-rata yang diterima oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten sebesar Rp ,65 dengan batas bawah pendapatan sebesar Rp ,39 (Tabel 11). Simpangan baku pendapatan sebesar Rp ,63. Koefisien variasi sebesar 0,36. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa usaha industri tape skala rumah tangga mempunyai nilai CV 0,5 atau L 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri tape di Kabupaten mempunyai risiko kecil, karena setidaknya pengusaha tape akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp ,39. Besarnya risiko yang harus ditanggung pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten dipengaruhi oleh berbagai risiko yang ada,yaitu : (1) risiko harga; (2) risiko produksi; dan (3) risiko pasar. Risiko harga Risiko harga yang dihadapi oleh pelaku usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten adalah pada waktuwaktu tertentu harga bahan baku mengalami fluktuasi harga. Adanya industri-industri pembuat produk keripik singkong ataupun tepung tapioka turut mempengaruhi ketersediaan bahan baku yang ada. Keterbatasan bahan baku akan berakibat pada terjadinya fluktuasi harga bahan baku singkong. Kenaikan harga bahan-bahan akan mengakibatkan biaya produksi industri tape skala rumah tangga di Kabupaten semakin meningkat sehingga akan berpengaruh pada menurunnya pendapatan yang akan diterima. Sementara itu harga jual tape cenderung selalu stabil. Pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten tidak mampu untuk menaikkan harga jual tape. Dengan demikian salah satu langkah yang dapat ditempuh pengusaha industri tape adalah dengan jalan memperkecil ukuran potongan tape dalam setiap bungkusnya dan tetap menjaga mutu tape yang dihasilkan apabila terjadi kenaikan harga bahan. Risiko produksi Risiko produksi adalah risiko adanya kemungkinan terjadi kegagalan produksi yang ditanggung pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten. Sebagai contoh kegagalan produksi meliputi rasa pahit/masam pada tape yang dihasilkan, sehingga merusak mutu produk tape yang dihasilkan. Keadaan cuaca/iklim secara tidak nyata turut mempengaruhi kegiatan produksi industri tape. Terlebih beberapa tahun terakhir cuaca semakin sulit diprediksi. Musim penghujan dapat mempengaruhi kualitas produksi tape yang dihasilkan. Oleh sebab itu pengrajin tape harus memperhatikan ketelitian dan senantiasa menjaga kebersihan selama kegiatan produksi baik dari alat ataupun dari bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak dan minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Kebersihan yang kurang terjaga akan mempengaruhi kualitas tape yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual dan penerimaan yang diperoleh produsen. Pada waktu musim penghujan, pengrajin tape harus memperhatikan kebersihan air yang digunakan. Penggunaan air yang telah terkena air hujan akan dapat mengakibatkan tape yang dihasilkan menjadi tidak manis. Hal tersebut tentunya akan menurunkan
10 10 mutu tape yang dihasilkan karena tape yang dihasilkan tidak berada pada kualitas prima, yang akan berpengaruh pada menurunnya harga jual dan penerimaan pengrajin tape. Risiko pasar Risiko pasar adalah ketidakpastian karena adanya perubahan kebiasaan masyarakat. Risiko pasar yang dihadapi pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten antara lain dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan / selera masyarakat. Kondisi permintaan pasar pada saat musim penghujan menjadi berkurang dibandingkan permintaan pada saat musim kemarau. Oleh sebab itu pengrajin tape akan menurunkan kuantitas produksi tape yang dihasilkan agar tidak mengalami kerugian karena terjadinya penurunan permintaan. Perhitungan Nilai Tambah Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi. Tabel 12. Nilai Tambah Per Bahan Baku Singkong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten No. Uraian Jumlah Jumlah tape yang dihasilkan (Kg) Harga jual tape (Rp) Jumlah bahan baku (Kg) Biaya bahan baku (Rp) 642, , , ,78 5. Biaya penolong (Rp) ,13 6. Biaya bahan bakar (Rp) ,39 7. Biaya pemasaran (Rp) ,39 8. Nilai produk (Rp/Kg) 2.337,16 9. Nilai input (Rp/Kg) 1.096,95 10 Nilai tambah per bahan 1.240,21 baku (Rp/Kg) Besarnya nilai produk yang dihasilkan pada industri tape adalah sebesar Rp 2.337,16 sedangkan nilai inputnya adalah sebesar Rp 1,096,95 (Tabel 12). Dengan demikian dapat diketahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan adalah sebesar Rp 1.240,21. Hal ini berarti bahwa pembuatan tape pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten memberikan tambahan sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan. Kendala Kendala yang dihadapi oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten meliputi turunnya permintaan tape pada saat musim penghujan, rendahnya harga jual, serta keterbatasan modal. Pada saat musim penghujan, terjadi penurunan permintaan tape. Hal ini terjadi karena adanya perubahan selera konsumen yang terjadi karena tape yang dihasilkan pada saat musim penghujan tidak semanis dibandingkan pada saat musim kemarau. Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu C. Suhu dingin akan membuat tape yang dihasilkan menjadi keras sedangkan suhu yang panas akan membuat tape yang dihasilkan menjadi lembek. Suhu yang dingin juga memperlambat proses fermentasi. Apabila mikroba bekerja tidak dalam suhu optimum maka akan mengakibatkan kerja mikroba dalam proses fermentasi menjadi terhambat sehingga penguraian molekul-molekul pati menjadi dekstrin dan gula sederhana tidak bisa maksimal. Hal inilah yang mengakibatkan hasil produksi tape yang diperoleh pada saat musim penghujan menjadi kurang manis. Sejauh ini pengrajin tape hanya melakukan pengurangan produksi tape pada saat musim penghujan untuk meminimalisir kerugian. Kendala ini dapat diatasi dengan diversifikasi produk dan perluasan pasar dengan bantuan sosialisasi dan pelatihan dari pemerintah daerah setempat, yaitu dengan memasarkan produk tape masuk ke pasar-pasar modern. Di pasar modern dapat dijumpai aneka makanan tape yang mampu menggugah minat dan selera konsumen
11 11 yang mana tidak hanya berasal dari daerah lokal saja, tapi berasal dari Jawa Timur. Salah satu diantara nya adalah tape Bondowoso. Tape tersebut menggunakan variasi kemasan dari besek, bambu, maupun kotak karton untuk menarik minat pelanggan, dengan seluruh bagian tape dibungkus dulu dengan daun pisang yang bertujuan untuk memunculkan aroma menggugah selera. Penggunaan besek sebagai pengemas merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan yang lebih lama, tidak cepat masam dibandingkan apabila menggunakan bahan plastik sebagai pengemas. Selain variasi kemasan, pengusaha tape rumah tangga di Kabupaten juga dapat mengadopsi variasi produk yang dilakukan pengusaha tape Bondowoso yaitu tape bakar. Pada produk tersebut, bagian tengah tape disisihkan yang kemudian diisi dengan gula merah, selai buah ataupun coklat, yang kemudian dioleskan dengan mentega dan selanjutnya dibungkus dengan daun pisang. Dengan adanya variasi produk tersebut diharapkan minat beli konsumen pada saat musim penghujan akan tetap stabil. Rendahnya harga jual dapat diatasi dengan memanfaatkan informasi pasar. Kendala dapat diatasi dengan cara pembentukan semacam kelompok usaha bersama yang mewadahi masing-masing produsen tape dalam memasarkan hasil produksi merek, sehingga diharapkan ada pertukaran informasi pasar yang mampu memberikan harga jual lebih baik sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Keterbatasan modal, adalah kendala yang sering dijumpai untuk kalangan usaha skala kecil terutama skala rumah tangga. Permasalahan ini dapat teratasi dengan adanya peran aktif dari pemerintah daerah, yaitu dengan memberikan pinjaman bergilir tanpa bunga, sehingga diharapkan usaha industri tape skala rumah tangga tetap dapat berproduksi dan berkembang yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Biaya total rata-rata yang dikeluarkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten adalah sebesar Rp ,57 per bulan. Penerimaan ratarata yang diperoleh sebesar Rp ,22 sehingga pendapatan rata-rata yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp ,65. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten memiliki nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 2,1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha industri tape ini sudah efisien. Setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten memiliki nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,36 dan nilai batas bawah pendapatan (L) sebesar Rp ,39. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko usaha yang harus ditanggung semakin besar demikian pula sebaliknya. Nilai koefisien variasi yang kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah pendapatan lebih dari nol menunjukkan bahwa usaha tape yang dijalankan berisiko kecil dengan jumlah pendapatan terendah yang dapat diperoleh pengusaha sebesar Rp ,39. Industri tape skala rumah tangga yang dijalankan memberikan nilai tambah per bahan baku sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.
12 12 Saran Dalam upaya menghadapi risiko dan upaya meningkatkan pendapatan usaha sebaiknya produsen tape membentuk semacam kelompok usaha bersama untuk mewadahi masing-masing pengusaha dalam memasarkan produk tape yang dihasilkan sehingga produsen tape rumah tangga akan lebih maksimal dalam memanfaatkan informasi pasar, dengan melakukan pemasaran produk ke daerah-daerah yang memberikan nilai jual lebih tinggi. Selain itu pengusaha sebaiknya melakukan pemasaran produk tidak hanya bergantung pada pasaran pon dan legi saja, tapi juga ke pasaran yang lain untuk meningkatkan pendapatan yang diterima. Untuk meningkatkan pendapatan usaha, produsen tape sebaiknya melakukan inovasi pengemasan dan perluasan pasar untuk meningkatkan penjualan produk, yaitu dengan melakukan variasi kemasan menggunakan besek atau bambu yang di dalamnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Penggunaan besek atau bambu merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan yang lebih lama dan tidak mudah berganti rasa menjadi masam. Sedangkan penggunaan daun pisang bertujuan untuk memberikan aroma yang menggugah selera. Sebaiknya pemerintah memberikan bantuan kredit bergilir bagi produsen tape untuk menguatkan permodalan, sehingga diharapkan industri tape skala rumah tangga di Kabupaten dapat bertahan dan berkembang karena usaha pembuatan tape di Kabupaten mampu memberikan nilai tambah produk. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, I. 2007, Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan, Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian, Volume 5 Edisi 1 Juni 2007, Universitas Sriwijaya, Palembang Wikipedia Tapai. Diakses dari pada tanggal 12 April Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Pengertian dan Klasifikasi Industri. Diakses pada tanggal 31 Agustus Hernanto, F Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Hidayat, N. 2009, Fermentasi, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Volume XX Edisi no Kuncoro, Mudrajad dan Anggito Abimanyu, 1995, "Struktur dan Kinerja Industri Indonesia dalam Era Deregulasi dan Debirokratisasi", Kelola (Gadjah Mada University Business Review), no.10/iv/1995. Kuncoro, Mudrajad dan Widjajanto, 2001, Analisis Pofil dan Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga, Studi Kasus di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 6 Edisi No Mantra, I.B Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Saragih, Bungaran Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia dan Agenda Pembangunan Ke Depan disampaikan dalam widyaloka kuliah tamu Universitas Brawijaya. Malang. Soekartawi Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta Surakhmad, W Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.
ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO
ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Suryanto, Mohd. Harisudin, R. R. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS
121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian
A. Metode Dasar Penelitian I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciNo. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56
No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) 3.405.545,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 Tabel 11. Rata-rata Nilai Tambah per Tenaga Kerja Industri
Lebih terperinciAGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal. 310 320 ISSN 2302-1713 ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Hedita Ashilina, Setyowati, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis
Lebih terperinciANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH
224 ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH (Analyze Break Even Point (BEP) And The Risk Of Snakehead Fish
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN
ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 4 (3) : 356-360, Juni 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU Analysis of Profitability Kacang Goyang in Prima Rasa Industry
Lebih terperinciKegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 5 (2) : 238-242, April 2017 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU Profitability Analysis of Tofu Business in Tofu Afifah Industry Palu
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh
22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan
Lebih terperinciANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : 1 Roroh Rohmanah, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Fitri Yuroh 1 Mahasiswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
Lebih terperinciANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)
Habitat Volume XXIV, No. 3, Bulan Desember 2013 ISSN: 0853-5167 ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu) BUSINESS ANALYSIS OF CASSAVA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Waris 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian
Lebih terperinciAnalisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Ishak Manggabarani 1, Baharuddin 2 Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG
1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 1 (3) : 301-306, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
Lebih terperinciANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI. Oleh: Nurul Khotimah H
ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI Oleh: Nurul Khotimah H 0813137 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 i ANALISIS USAHA
Lebih terperinciPENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)
PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) Income and Value Added of Robusta Ground Coffee in North Lebong Subdistrict Lebong
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT Karina Shafira*), Lily Fauzia **), Iskandarini ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto
Lebih terperinciCURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO
CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO Umi Barokah Jurusan Agrobisnis/Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UNS e-mail : har_umi10@yahoo.com
Lebih terperinciANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI
ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Hesty Suryanti, Minar Ferichani, dan Suprapto Program Studi Agribisnis Universitas
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciOleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RENTABILITAS AGROINDUSTRI TAHU BULAT (Studi Kasus Pada Perusahaan Tahu Bulat Asian di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)
ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang) Ulil Mar atissholikhah* Darsono** Eka Dewi Nurjayanti*** *Program Studi
Lebih terperinciKINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN
KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 1 (4) : 353-360, Oktober 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU Analysis Added Value Of Local Palu Onions To Become Fried
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu
J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 3 (5) :680-654, Oktober 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Revenue Analysis Of Banana Chips Industry In House hold Sofie
Lebih terperinciHasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04
Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR
ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR INCOME ANALYSIS OF PINEAPPLE CHIPS AND JACKFRUIT CHIPS AGROINDUSTRY IN KUALU NENAS
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI JURNAL ELSA FITRIDIA JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU
1 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU ANALYSIS OF INCOME AND VALUE ADDED OF CASSAVA TAPAI AGROINDUSTRY IN PEKANBARU CITY Ari Nurhayati Praptiwi 1, Ermi Tety
Lebih terperinciKAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI
KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,
Lebih terperinciABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI
ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED) BUAH PISANG MENJADI KRIPIK PISANG DI KELURAHAN BABAKAN KOTA MATARAM (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Kripik Pisang Cakra ) 1) IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Abstrak
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Oleh: Daud Hoerudin 1, Yus Rusman 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
J. Agroland 21 (2) : 115-121, Agustus 2014 ISSN : 0854-641X E-ISSN : 2407-7607 ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah
Lebih terperinciANALISIS USAHA MINUMAN INSTAN BERBASIS BIOFARMAKA (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI SUBUR LESTARI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN)
ANALISIS USAHA MINUMAN INSTAN BERBASIS BIOFARMAKA (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI SUBUR LESTARI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN) Anna Wahyu Setiawati, Sri Marwanti dan Agustono Program Studi Agribisnis
Lebih terperinciAnalisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 4, April-Juni 2014 ISSN: 2338-4603 Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU
ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Arif Budiman, Jum atri Yusri, Ermi Tety Agriculture faculty of Universitas Riau arifbudiman_agb08@yahoo.com (085278306914) ABSTRACT
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dikembangkannya sektor pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )
KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG Agus Muharam 1 ) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi agusmuharam@studdent.unsil.ac.id M. Iskandar Mamoen 2 ) Fakultas
Lebih terperinciANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)
ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Ahmad Nurussalam, 2 Yus Rusman, 3 Zulfikar Noormansyah 1 Mahasiswa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yaitu dengan mendiskripsikan, memaparkan dan menganalisis kondisi objektif dilapangan serta menggali
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan
Lebih terperinciAnalisis Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu di UKM Barokah Kabupaten Bone Bolango
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 4, April-Juni 2014 ISSN: 2338-4603 Analisis Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu di UKM Barokah Kabupaten Bone Bolango Supriyo Imran, Amelia Murtisari,
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)
ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Idin Hadwa, 2 Soetoro, 3 Zulfikar Noormansyah
Lebih terperinciAnalisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin
JSAI Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Sabaruddin Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo, Jambi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)
ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI DAN TITIK IMPAS USAHATANI JAMUR TIRAM DI KABUPATEN KARANGANYAR
ANALISIS EFISIENSI DAN TITIK IMPAS USAHATANI JAMUR TIRAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Fatahu Rohmat, Erlyna Wida Riptanti, Suprapto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin penting dan memiliki peranan sentral dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciMEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA
286 Memilih Usaha Kecil Dan Pengembangannya MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA Oleh Sri Wahyuningsih Abstract:Tulisan ini berusaha menjelaskan kiat memilih usaha kecil dan strategi pengembangannya.
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 2 (5) : 500-504, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Analysis of Revenue and Feasibility
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau
32 II. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING
VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian di dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keripik Ubi kayu Keripik singkong adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbiumbian yang mengandung pati. Biasanya keripik singkong melalui tahap penggorengan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonoanti. Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG (Studi Kasus pada Seorang Pengusaha Keripik Pisang di Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Irma Setiawati, 2 Dini Rochdiani, 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Sesuai dengan amanat garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa prioritas pembangunan
Lebih terperinciRENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT
RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT Fiqrul Hilmi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi fiqrulhilmi@gmail.com Tedi Hartoyo 2) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciSEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO
SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : 1829-9946 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO UMI BAROKAH Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam di daerah tropis, seperti Indonesia. Tanaman ini diduga berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Karakteristik antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki perbedaan
Lebih terperinciANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)
ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) Oleh: Yuri Tiara 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan pondasi utama dalam kehidupan ini karena hanya bidang pertanian yang mampu memberikan pangan kepada seluruh penduduk dunia. Tidak hanya memberikan pangan,
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : IDA MAESAROH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama
Lebih terperinciRENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi
e-j. Agrotekbis 1 (3) : 288-294, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perekonomian suatu negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan oleh adanya hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciSOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN
ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH KEDELAI DALAM USAHA PEMBUATAN TEMPE DI KELURAHAN TALANG JAWA KELURAHAN TALANG JAWA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Rosnaliza Testiana r.testiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS
Jurnal Pertanian ISSN 2087 4936 Volume 6 Nomor 1, April 2015 1 ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak
ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Fanky Soehyono 1), Dini Rochdiani 2), Muhamad Nurdin Yusuf 3) 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA
36 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Sukiman 1), Dumasari 2), dan Sulistyani Budiningsih 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Lebih terperinci