BAB I PENDAHULUAN. banyak menikmati hasil karya sastra dari negara Jepang tersebut. Di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. banyak menikmati hasil karya sastra dari negara Jepang tersebut. Di Indonesia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepangterkenal akan animasinyadan juga kemampuannya dalam membuat gambar animasi yang unik dan menarik. Perkembangan animasi Jepang telah meluas di seluruh dunia. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang telah banyak menikmati hasil karya sastra dari negara Jepang tersebut. Di Indonesia animasi Jepang sangat berkembang pesat. Animasi Jepang bisa dikatakan karya sastra yang paling sukses yang dimiliki negara ini. Plato dalam (file:///pengertian-sastra-menurut-para-ahli1.htm) menyatakan bahwa karya sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Dilihat dari pengertian karya sastra yang dipaparkan oleh ahli tersebut, sangat jelas bahwa animasi merupakansalah satu hasil dari karya sastra. Film animasi atau yang biasa disingkat animasi saja adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Gambar animasi Jepang sering menampilkan tokoh binatang seperti Doraemon dan Keropi.Tokoh binatang tersebut seolah-olah hidup dan berkarakter seperti manusia. Gambar animasi Jepang mempunyai bentuk karakter yang khas yang berbeda dari gambar animasi buatan Amerika atau negara barat lainnya. Selain itu

2 banyak orang yang mengatakan bahwa karakter animasi Jepang tersebut sangat tampan dan cantik. Oleh karena kelebihan yang dimiliki animasi Jepang, penulis bermaksud meneliti salah satu animasi dari negara Jepang tersebut yaitu animasi Doraemon. Tapi setiap sesuatu itu selalu memiliki hal positif atau hal negatif, dan begitu pula dengan film animasi Doraemon. Sehingga penulis bermaksud meneliti dari sudut pandang pengaruh yang diberikan animasi Doraemon terhadap responden. Doraemon adalah judul sebuah manga populer yang ditulisfujiko F. Fujio sejak tahun 1969 dan berkisah tentang kehidupan seorang anak pemalas kelas 5 sekolah dasar yang bernama Nobita yang didatangi oleh sebuah robotkucing bernama Doraemon yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya daripada harus menderita dari utang finansial yang akan terjadi pada masa depan yang disebabkan karena kebodohan Nobita. Setelah gagal dalam ulangan sekolahnya atau setelah diganggu oleh Giant dan Suneo, Nobita selalu mendatangi Doraemon untuk meminta bantuannya.dan Doraemon biasanya membantu Nobita dengan menggunakan peralatan-peralatan canggih dari kantong ajaibnya. Peralatan yang sering digunakan misalnya "baling-baling bambu" dan "Pintu ke Mana Saja". Karena Nobita sering berbuat terlalu jauh dalam menggunakan peralatannya sehingga ia sering pula terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar. Dan lagi-lagi Doraemon juga lah yang menyelesaikan masalah tersebut. Animasi Doraemon sangat terkenal dikalangan masyarakat, terutama bagi anakanak yang berada disekolah dasar dan juga bagi remaja yang baru saja menginjak sekolah menengah. Pada dasarnya anak-anak akan mudah terpengaruh oleh apa yang

3 dilihat dan didengarnya,baik itu pengaruh positif maupun negatif. Jika dilihat dari karakter-karakter tokoh yang ada dalam animasi Doraemon, sifat positif dan negatif yang ditonjolkan hampir sama. Oleh karena itu, semuanya tergantung penonton. Apakah ia mencontoh sifat positif atau sifat negatifnya. Jika ia mencontoh sifat positif, maka pengaruh terhadapnya juga positif. Dan begitu pula sebaliknya, jika mencontoh yang negatif maka pengaruh yang ditimbulkan juga akan negatif pula. Karena animasi Doraemon sangat terkenal di kalangan masyarakat sehingga penulis bermaksud untuk meneliti sejauh mana pengaruh animasi Doraemon terhadap siswa/siswi kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran. SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran adalah sebuah yayasan perguruan dimana penulis pernah bersekolah. Sehingga muncul niat untuk melakukan penelitian di Yayasan Perguruan tersebut. Kelas VII SMP merupakan pilihan yang tepat untuk penelitian ini, dikarenakan mereka telah dapat membaca dan mengerti kalimat dengan baik sehingga pada pengisian kuisoner (angket) yang diberikan kepada responden dapat diisi dengan baik. Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.dari hasil survei yang dilakukansebelumnya, siswa-siswi kelas VII berjumlah sekitar 200 orang. Yang terdiri dari 4 kelas.

4 1. 2 Rumusan Masalah Pengaruh animasi Jepang telah menyebar diseluruh Indonesia. Animasi Jepang sangat menarik perhatian generasi muda saat ini. Terlebih lagi media televisi sering menyiarkannya. Akhir-akhir ini animasi Doraemon sangat sering disiarkan disalah satu stasiun televisi swasta sehingga masyarakat dapat sering menontonnya. Dunia anak-anak sering disebut dunia meniru, karena anak-anak sering meniru apa yang dilihatnya. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat khususnya anak-anak dan remaja terpengaruh akan sifat negatif seperti yang dimiliki Nobita tokoh dalam Doraemon atau sifat positif yang ada dalam diri Doraemon. Animasi sangat digemari anak-anak dan remaja Indonesia yang memungkinkan akan mendapatkan pengaruh dari animasi tersebut. Penelitian dilakukan karena ada masalah yang harus dipecahkan. Tidak ada penelitian dilakukan tanpa adanya sebuah masalah yang akan dipecahkan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai-nilai positif dan negatif apa saja yang diberikan animasi Doraemon terhadap siswa/i kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran? 2. Bagaimana pengaruh animasi Doraemon terhadap siswa/i kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran?

5 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam sebuah penelitian pembatasan masalah sangat dibutuhkan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam penelitian nanti nya. Consuelo G.Sevilla, dkk (1993:18) menyatakan bahwa keterbatasan (limitation) adalah suatu fase atau aspek dari penyelidikan yang mungkin berpengaruh pada hasil studi, tetapi tidak dibawah kontrol peneliti. Jika para peneliti mengakui batasan yang jelas dan jujur, dapat membawa suatu studi menjadi terpercaya. Di dalam animasi Doraemon banyak terdapat masalah yang ditimbulkan oleh Nobita yang pada akhirnya melibatkan Doraemon sirobot kucing milik Nobita sendiri. Karena Doraemon memiliki kantung ajaib, jadi ia dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi Nobita dengan bantuan alat-alat yang dikeluarkan dari kantong ajaibnya itu. Sifat Nobita yang seperti itu merupakan sifat yang tidak seharusnya dimiliki karena itu bukan sifat yang baik. Sebaliknya, sifat yang dimiliki Doraemon adalah sifat positif. Doraemon selalu berusaha menjadi sahabat terbaik bagi Nobita dan berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Animasi ini juga banyak menampilkan adegan komedi yang membuat animasi ini sangat menarik. Selain dari alur cerita yang menarik, animasi Doraemon memiliki gambar yang cukup bagus yang menambah daya tarik pada animasi tersebut. Penikmat animasi Doraemon kebanyakan berasal dari anak-anak yang sedang duduk di sekolah dasar dan anak remaja yang baru saja menduduki sekolah menengah. Dengan melihat betapa populernya animasi Doraemon dikalangan siswa/i, sehingga peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana pengaruh yang diberikan animasi Doraemon kepada siswa/i kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran.

6 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Fahmi dalam (file:///pengertiananimasimultimediasmk20semarang.htm) menyatakan bahwa animasi berasal dari bahasa latin yaitu anima yang berarti jiwa, hidup, semangat. Sedangkan animasi secara utuh diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan bergantian ditampilkan. Animasi merupakan salah satu hasil karya satra. Ada beberapa pendapat tentang sastra dalam (file:///pengertian-sastra- Menurut-Para-Ahli1.htm ) yaitu : 1. Ahmad Badrun, berpendapat bahwa Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbollain sebagai alat, dan bersifat imajinatif. 2. Panuti Sudjiman, mendefinisikan sastra sebagai karya lisan atautulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan sepertikeorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, danungkapannya 3. Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra yaitu : a. Sastra adalah seni bahasa. b. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yangmendalam. c. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa. d. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalamsebuah bentuk keindahan. e. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaankemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengansentuhan kesucian, keluasan pandangan dalam bentuk

7 mempesona. Defenisi dari sastra yang diatas hanyalah sebagian kecil saja, masih banyak defenisi-defenisi lain tentang sastra. Dimasa kini, animasi merupakan karya sastra yang sangat digemari masyarakat dari anak-anak sampai dewasa. Animasi Doraemon adalah salah satunya. Animasi Doraemon ditulisoleh Fujiko F. Fujiosejak tahun 1969 yang menceritakan tentang kehidupan seorang anak pemalas kelas 5 sekolah dasar yang bernama Nobitayang didatangi oleh sebuah robotkucing bernama Doraemon yang datang dari abad ke-22. Dia dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya daripada harus menderita dari utang finansial yang akan terjadi pada masa depan yang disebabkan karena kebodohan Nobita.Setelahgagal dalam ulangan sekolahnya atau setelah diganggu oleh Giant dan Suneo, Nobita selalu mendatangi Doraemon untuk meminta bantuannya.dan Doraemon biasanya membantu Nobita dengan menggunakan peralatan-peralatan canggih dari kantong ajaibnya.peralatanyang sering digunakan misalnya "balingbaling bambu" dan "Pintu ke Mana Saja".Karena Nobitasering berbuat terlalu jauh dalam menggunakan peralatannya sehingga ia sering pula terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar. Dan lagi-lagi Doraemon juga lah yang menyelesaikan masalah tersebut. Dalam animasi tersebut banyak ditampilkan prilaku yang negatif dan juga positif yang dapat memberikan pengaruh terhadap konsumennya. Tetapi kembali kepada konsumen, sifat/prilaku mana yang akan diterapkan kepada dirinya. Biasanya, yang sangat mudah terpengaruh itu adalah anak-anak dan remaja. John Royce dalam

8 ( menjabarkan, perkembangan prilaku anak sangat dipengaruhi beberapa hal antara lain : lingkungan, keluarga dan konsumsi, baik konsumsi materi maupun non materi. 2. Kerangka Teori Sukaria Sinulingga (2011:31) menyatakan bahwa metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang bersifat kuantitatif. Filsafat positivisme memandang realita atau gejala dan fenomena sebagai sesuatu yang tetap, konkrit, teramati (observale), terukur (measurable), hubungan gejala bersifat sebab-akibat. Sesuai dengan prinsip dan metode ilmiah yang mendasari penelitian kuantitatif, penelitian dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Masalah didefenisikan sebagai gap antara apa dan situasi bagaimana yang diinginkan atau seharusnya dimiliki saat ini. Berhubung karena peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka data-data yang digunakan peneliti adalah data kuantitatif. P.Joko Subagyo (1997:106) menyatakan bahwa data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angkaangka atau memperbandingkan dari beberapa gambaran sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat/uraian. Erlina (2011:2) mengatakan bahwa data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam penelitian kuantitatif, biasanya dilakukan dengan menebarkan kuisoner ( angket ) kepada responden.

9 Ada beberapa pengertian angket menurut pakar/ ahli, yaitu : Neuman dalam Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah (2005:141) menyebutkan bahwa kuisoner adalah an instrument-...- that he/she uses to measures variabel. Sekaran dalam Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah (2005:141) mendefenisikan kuisoner seebagai preformulated written set of questions to which respondents record their annswer, usually within rather closely alternatives. Cholid Narbuko dan H.Abu Achmadi (1997:76 ) berpendapat bahwa kuisoner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Beberapa cara pemakaian angket, yaitu : 1. Kuisoner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden. 2. Kuisoner diisi sendiri oleh kelompok. 3. Wawancara melalui telepon. 4. Kuisoner yang dipost kan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko, untuk dikembalikan oleh responden setelah di isi. Disini peneliti akan menggunakan cara yang no.2 yaitu kuisoner di isi sendiri oleh kelompok dikarenakan seluruh murid dalam kelas VII tersebut dijadikan responden dan mereka mengisi kuisoner secara serentak. Selain dari cara pemakaiannya, angket juga bermacam-macam jenisnya. Macam-macam Kuisoner (angket) : 1. Menurut prosedurnya : a. Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada responden dan dijawab oleh responden. b. Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirim kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain.

10 Dilihat menurut prosedurnya, peneliti menggunakan prosedur yang pertama yaitu angket langsung. Karena peneliti langsung turun ke lapangan dan membagikan angketnya secara langsung. 2. Menurut jenis penyusun itemnya : Angket tipe isian, yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan mengisi format titik pada tiap pertanyaan, angket tipe isian menurut bentuknya dapat dibedakan lagi menjadi : 1. Angket terbuka, yaitu respondennya terbuka tentang masalah yang dipertanyakan. 2. Angket tertutup, yaitu angket yang diwajibkan oleh responden secara faktor-faktor tertentu. 3. Angket tipe pilihan, yaitu angket yang harus dijawab oleh responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jika dilihat dari jenis penyusun itemnya, peneliti memakai angket tipe pilihan agar responden dapat dengan mudah mengisi butir-butir yang ada didalam angket tersebut. Terlebih lagi didalam penelitian ini, peneliti menggunakan siswa/i yang masih duduk dikelas VII SMP. Dalam usia yang demikian akan sulit bagi mereka jika peneliti menggunakan angket terbuka yang mana responden menuliskan secara terbuka apa yang ada didalam pikiran mereka. Hasil dari penebaran angket akan berupa angka. Setelah angket disebar dan mendapatkan hasil, maka selanjutnya peneliti akan menganalisis hasil angket yang berupa angka tersebut. Pada metode penelitian kuantitatif, hal ini sangat penting untuk diperhatikan yaitu pada saat pengumpulan data. Analisis bertujuan untuk menjelaskan fenomena, kejadian atau prilaku; atau menerangkan apa yang menjadi latar belakang fenomena, kejadian atau prilaku itu

11 baik/buruk baik yang mengenai seseorang, kelompok orang, atau masyarakat. Angkaangka yang diperoleh dari hasil angket akan dijabarkan kedalam grafik agar pembaca mudah memahaminya. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melalukan penelitiannya. Tanpa adanya sebuah tujuan dalam penelitian, maka bisa dikatakan kalau itu bukan termasuk sebuah penelitian. Karena setiap penelitian memiliki tujuan didalamnya. Adapun tujuan penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui nilai-nilai positif dan negatif yang diberikan animasi Doraemon terhadap siswa/i kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran. 2. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh yang diberikan animasi Doraemon kepada siswa/i kelas VII SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Sebagai sebuah karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i dan masyarakat luas pada umumnya. 2. Melalui penelitian ini pembaca diharapkan dapat mengerti tentang penelitian lebih mendalam, khususnya dibidang karya sastra yang berupa animasi.

12 3. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian mahasiswa/i berikutnya yang sejenis dengan pnelitian ini. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagi pelajar dibidang sastra Jepang, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan tambahan mengenai kajian sastra, khususnya dibagian hasil karya kreatif dari negara Jepang. 2. Bagi peneliti sastra, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bandingan. 3. Bagi mahasiswa/i sastra Jepang, peniliti sangat berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu bentuk benda yang dapat menambah wawasan dalam bidang sastra. 1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian animasi Doraemon ini, peneliti akan menggunakan metode Deskriptif. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata di zaman sekarang (sedang berlangsung). Gay dalam Consuelo G.Sevilla dkk (1993:71) mendefenisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Untuk memperoleh informasi deskriptif, peneliti menggunakan cara yang paling umum digunakan yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan sikap dan pendapat dari suatu kelompok orang, dengan

13 cara meminta mereka untuk memberikan informasi yang penting. Informasi ini dapat kita peroleh melalui wawancara atau melalui survei. Dalam survai, informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisoner. Umumnya, pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisoner sebagai alat pengumpulan data pokok. Pada penelitian survai, penggunaan kuisoner (angket) merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuisoner tersebut akan terjelma dalam angkaangka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SISWA/I KELAS VII SMP SWASTA UMUM SENTOSA BP.MANDOGE KISARAN DAN ANIMASI DORAEMON 2.1 Siswa/i SMP Swasta Umum Sentosa Bp.Mandoge Kisaran Yayasan Perguruan Umum Sentosa adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Menurut Jallaludin Rahmat, Penelitian Deskriptif adalah Suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan teknologi yang sudah di kenal akrab oleh masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu negara maju di kawasan Asia adalah Jepang. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga disebagian besar Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka penyebarluasan informasi, pendidikan dan hiburan. Hampir setiap rumah tangga saat ini memiliki sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Kebudayaan kebudayaan tersebut sebagai contohnya ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Animasi atau lebih akrab disebut film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dalam situs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Berdasarkan klasifikasi tujuan penelitian, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Prasetyo dan Jannah 1 Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial di Indonesia telah diajarkan di semua tingkatan sekolah dasar dimana materi sejarah diajarkan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Khusus

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA. Oleh :

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA. Oleh : TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL FILSAFAT DASAR CINA FENG SHUI KAMAR NOBITA Oleh : Sisca Handayani Simamora 135110401111007 siscahandayanis@yahoo.com SASTRA CINA 2013 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartun Jepang atau biasanya disebut anime sangat digemari saat ini. Anime adalah animasi khas Jepang yang biasanya dicirikan melalui gambargambar berwarna-warni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang telah dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Melalui media televisi, film telah menjadi salah satu media massa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tedjo Narsoyo (2010:3), Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, teknologi komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi komunikasi memudahkan setiap orang untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompetisi program televisi yang dibuat oleh stasiun televisi menjadi sebuah perlombaan untuk mengambil simpati atau minat para audiens untuk melihat dan menyaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek, 1989: 3). Studi sastra merupakan` bagian yang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Musik adalah aktivitas budaya yang sangat akrab dengan kehidupan manusia. Dalam berbagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri, demikian pula dibidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif karya seni. Selain itu, karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Permasalahan ini relevan dengan bukti empiris yang. membaca atau mengerjakan soal-soal yang ada di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Permasalahan ini relevan dengan bukti empiris yang. membaca atau mengerjakan soal-soal yang ada di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang maksimalnya pemanfaatan media merupakan salah satu dari sekian banyak masalah dalam pembelajaran di sekolah termasuk pada mata pelajaran matematika. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latincommunis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana Allah SWT mengutus

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana Allah SWT mengutus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perintah untuk belajar, membaca, mengarang wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tingkat metodologi, sejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal membaginya menjadi 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama, karena manusia berkomunikasi setiap hari. Dimana manusia sebagai mahluk sosial yang saling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari analisis yang telah dilakukan pada bab III dan bab IV, penulis dapat

BAB V KESIMPULAN. Dari analisis yang telah dilakukan pada bab III dan bab IV, penulis dapat BAB V KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan pada bab III dan bab IV, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor apa saja yang membuat serial Super Sentai dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Isi yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra adalah proses karya budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang sampai Merauke dapat ditemukan keanekaragaman ciri khas budaya daerah masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan

BAB VI PENUTUP. Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan BAB VI PENUTUP Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan yang diperoleh setelah melakukan analisis dan interpretasi terhadap hasil penelitian, serta berisi pula saran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari- hari orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS Makalah Bahasa Indonesia Oleh: NAMA : KAHLIL GIBRAN ARDA YASSIN NIM : 004138322374193

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami

Lebih terperinci

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03)

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Utamy Mauludiyah 1200979713 PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan menggunakan teknik compositing visual effect yang berjudul The Cambo dengan tujuan animasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini banyak sekali media massa menayangkan hiburan kepada masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti, sinetron,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan (terhitung sejak tanggal 9 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu sastra merupakan ilmu yang menyelidiki karya sastra, beserta gejala yang menyertainya, secara ilmiah. Di samping teks karya sastra, juga semua peristiwa

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat. Ilustrasi dapat memperjelas teks atau kalimat terutama bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya masyarakat. Perkembangan media massa semakin pesat ketika terjadi perubahan dalam teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, zaman pun semakin maju, modern dan berkembang khususnya dalam bidang komunikasi. Adapun fungsi komunikasi yang utama adalah menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam

Lebih terperinci