BAB VI KONSEP PERANCANGAN BIOSKOP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KONSEP PERANCANGAN BIOSKOP"

Transkripsi

1 BAB VI KONSEP PERANCANGAN BIOSKOP 6.1. KONSEP METAFORA DALAM PERANCANGAN BIOSKOP Konsep Metafora Roll Film Terhadap Desain Aktivitas Adapun 2 (dua) hal yang ingin dicapai dalam pencapaian konsep metafora roll film dalam proyek perancangtan desain bioskop nantinya, antara lain yaitu penerapan roll film yang akan diwujudkan ke dalam desain aktivitas, serta penerapan roll film yang akan diterapkan dalam bentuk arsitektural yang keduanya akan dijabarkan sebagai berikut : Tabel 6.1. Konsep Aktivitas Roll Film Proses alur kerja roll film dalam proyektor. Sifat : Merapat merenggang, dinamis, bebas mengikuti alur dengan gerakan melengkung. Karakter : Struktur bentuk dasar geometri persegi Sederhana Perancangan Desain Aktivitas Proses pembentukan/pergerakan roll film akan diimplementasikan pada penzoningan kegiatan, berurutan sesuai prosesnya. Desain Bangunan Sifat dan karakter pada roll film akan diimplementasikan pada proses pembentukan bangunan dan karakter ruang Konsep Metafora Roll Film Terhadap Desain Aktivitas Di dalam proses alur kerja roll film dalam proyektor, ada beberapa tahapan yang terjadi di dalamnya, diantaranya film transisi, stock film, loop film, film gate, dll. Pada proses dan tahapan yang harus dilalui tersebut, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diolah dalam menciptakan proses desain aktivitas yang akan diterapkan pada proyek bioskop nantinya. Terlihat pada skema di bawah ini : 96

2 97 Film Transisi -/+ Stock Film (Output -) Stock Film (Input +) Loop Film (Film Keluar) Loop Film (Film Masuk) Plat/Gate (Film Tertutup) Plat/Gate (Film Terbuka) Gambar Tersaji (Film Menerus) Gambar 6.1. Diagram Mekanisme Roll Film Dalam Proyektor Sumber : Analisa Penulis Konsep Programatik Secara garis besar konsep programatik akan diilustrasikan menurut skema gambar di atas, dikarenakan pola aktivitas yang akan terjadi di dalam bioskop nantinya berdasarkan aktivitas alur kerja roll film dalam proyektor. Maka dari skema roll film pada proyektor yang muncul seperti yang dijelaskan di atas, maka selanjutnya adalah penerapan skema proses alur kerja roll film tersebut, pada aktivitas kegiatan yang akan dilakukan pada bioskop nantinya, didapatkan sebagai berikut :

3 98 Tabel 6.2. Konsep Programatik Mekanisme Roll Film Pada Metafora Dalam Kegiatan Proyektor Film Transisi -/+ Pengunjung yang berasal dari dalam atau luar gedung bioskop Stock Film (Input +) Aktivitas pengunjung di area publik space (entrance) sebelum masuk ke dalam gedung Loop Film (Film Masuk) Aktivitas pengunjung di dalam gedung bioskop (aktivitas persiapan sebelum masuk ke dalam ruang teater publik space ) Plate/Gate (Film Terbuka) Pengunjung berkumpul, tersebar dan memilih ruang yag telah disesuaikan Gambar Tersaji (Film Menerus) Pengunjung masuk ke dalam runag teater, dan menyaksikan pertunjukan Plate/Gate (Film Tertutup) Pengunjung berkumpul dan bersiap meninggalkan ruang teater (setelah pertunjukan) Loop Film (Film Keluar) Pengunjung meninggalkan area gedung bioskop, meninggalkan aktifitas di area gedung boskop Stock Film (Output -) Pengunjung keluar area bioskop, Aktifitas selesai Setelah mengetahui kegiatan yang terjadi secara garis besar di atas, kemudian ditentukan beragam aktivitas, yang disesuaikan di setiap kegiatan yang telah dikelompokan seperti tabel di bawah ini :

4 99 Tabel 6.3. Kegiatan Berdasarkan Metafora Roll Film Kegiatan Berdasarkan Metafora Program Kegiatan Roll Film Pengunjung yang berasal dari dalam Kegiatan Parkir atau luar gedung bioskop Aktivitas pengunjung di area publik space (entrance) sebelum masuk ke dalam gedung Aktivitas pengunjung di dalam gedung bioskop (aktivitas persiapan sebelum masuk ke dalam ruang teater publik space ) Pengunjung berkumpul, tersebar dan memilih ruang yang telah disesuaikan Pengunjung masuk ke dalam ruang teater, dan menyaksikan pertunjukan Pengunjung berkumpul dan bersiap meninggalkan ruang teater (setelah pertunjukan) Pengunjung meninggalkan area gedung bioskop, meninggalkan aktifitas di area gedung boskop Pengunjung keluar area bioskop, aktivitas selesai Layout Pola Kegiatan Dalam Kelompok Kegiatan Film Transisi Area -/+ Jalan-jalan di area lobby, café, melihat display LCD Membeli tiket, membeli makanan ringan, melihat jadwal pertunjukan film Mengantre masuk ke ruang teater, melihat display LCD, ruang tunggu Menonton pertunjukan teater Keluar ruangan teater, melihat display LCD Menuju area parkir, persiapan meninggalkan gedung bioskop Meninggalkan area bioskop Area ini sebagai area utama entrance bagi para pengunjung dari area luar area bioskop. Gambar 6.2. Konsep Pola Kegiatan Film Transisi Area -/+

5 100 Stock Film Area (Input +) Area ini adalah area masuk utama berupa lobby ataupun hall pengunjung dalam bangunan, di dalamnya terdapat juga area duduk ataupun display film yang sedang ditayangkan ataupun yang akan ditayangkan Gambar 6.3. Konsep Pola Kegiatan Stock Film Area (Input +) Loop Film Area (Input +) Area ini berupa area kegiatan persiapan sebelum masuk ruang bioskop, ruang yang terdapat di dalamnya antara lain ruang tunggu, penjualan tilet, cafetaria, dan jadwal pertunjukan bioskop. Gambar 6.4. Konsep Pola Kegiatan Loop Film Area (Input +)

6 101 Plate/Gate Area (Input +) Area ini berupa ruang tunggu, dan ruang display yang tersaji sesaat sebelum memasuki ruangan bioskop Gambar 6.5. Konsep Pola Kegiatan Plate/Gate Area (Input +) Gambar Tersaji Area Pertunjukan Teater Gambar 6.6. Konsep Pola Area Pertunjukkan Teater Plate/Gate Area (Output -) Area ini berupa alur keluar dari pertunjukan ataupun teater, area ini juga tersaji display film yang terdapat di dalam biskop

7 102 Gambar 6.7. Konsep Pola Plate/Gate Area (Output -) Loop Film Area (Output -) Area ini menuju area utama ataupun aktifitas setelah pertunjukan selesai, menuju area parkir kendaraan ataupun lobby keluar bioskop Gambar 6.8. Konsep Pola Loop Film Area (Output -)

8 103 Stock Film Area (Output -) Area parkir kendaraan, pengunjung keluar dari bioskop Gambar 6.9. Konsep Pola Stock Film Area (Output -) Konsep Metafora Roll Film Terhadap Desain Bangunan Sifat Bahan kimia yang diterapkan pada roll film dapat menghasilkan gambar positif (menunjukkan kepadatan yang dan warna yang sama seperti subyek) atau gambar negatif (dengan highlight gelap, bayangan terang dan, pada prinsipnya penambahan warna) Film pertama yang digelapkan oleh cahaya: film negatif. Film berikutnya menghasilkan gambar positif yang kemudian dikenal dengan nama reversal films (film yang ditarik ulang) ; memproses film transparan pada pita ini hingga dapat diproyeksikan ke layar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa sifat dari kegunnaan roll film sebagai berikut: Kepadatan/kerapatan subyek Unsur ini dapat diimplementasikan dalam kegiatan ruang yang dinamis, ruang ruang yang berliku-liku ataupun wujud ruang yang melengkung. Memiliki warna dominan gelap dan terang

9 104 Dalam desain bangunan dapat diwujudkan dalam memainkan warnawarna gelap dan terang seperti warna roll film yang didominasi warna merah maroon, hitam, abu-abu ataupun putih. Bersifat transparan Dapat diimplementasikan dengan material-material yang ringan seperti dominasi kaca ataupun unsur lain seperti polycarbonat. Gerak berulang, berputar, teratur, dinamis Bermain bentuk aktivitas ruang yang beralur meliuk ataupun berliku, tidak didominasi bentuk bentuk alur yang solid, seperti kotak atau persegi. Gambar Konsep Gambar Roll Film Karakter roll film : Struktur bentuk dasar geometri persegi Karakter ini dapat diwujudkan melalui kreasi bentuk dasar bangunan geometri terutama dasar bentuk bulat dan persegi Sederhana Bentuk ruang sederhana, sedikit ornamen dan ekstur tekstur yang rumit.

10 105 Gambar Konsep Gambar Roll Film

11 Gambar Konsep Analogi Bentuk dan Kegiatan Roll Film 106

12 107 Gambar Contoh Pengolahann Bentuk Roll Film

13 KONSEP POTENSI PENGOLAHAN SITE Peredaran Matahari Terbuka Tertutup Tertutup U Terbuka Gambar Konsep Peredaran Matahari Matahari memiliki intensitas tertinggi yaitu pada sore hari, pada bagian barat site akan terkena dampak sengatan matahari yang sangat tinggi, untuk mengatasi akan diberikan beberapa vegetasi dan shading untuk mengurangi intensitas matahari, bagian barat tetap menjadi prioritas sisi utama bangunan Bioskop, sehingga penanganan shading akan lebih diutamakan, bila shading maupun vegetasi dirasa masih kurang untuk mengurangi intensitas sengatan matahari maka, akan dilakukan organisasi ruang, bagian barat bagunan akan digunakan untuk ruang yang aktivitas di dalamnya sangat minim, sehingga tidak mengganggu aktivitas. Dengan pertimbangan wujud dan bentuk bangunan yang terencana, maka pemilihan shading dengan cara memberikan peneduh di atas area yang yang memerlukan perendam intensitas cahaya. Serta pemberian beberapa jenis vegetasi yang memiliki ketinggian yang cukup untuk mengadang sudut datangnya sinar matahari. Selain adanya shading, penempatan ruang juga akan diorganisir, pada bagian ruang yang terkena intensitas cahaya di sore

14 109 hari akan digunakan ruang yang tidak memiliki aktivitas yang tinggi, atau ruang yang terkena sinar matahari langsung digunakan sebagai ruang sirkulasi keluar dari teater, sehingga dengan kata lain ruang sirkulasi menjadi barrier Frekuensi Noise U Vegetasi Sumber Gambar Konsep Frekuensi Noise Untuk frekuensi noise, pada Site relatif tinggi sebab berada di tepi jalan raya secara langsung, sehingga kebanyakan kebisingan berasal dari suara kendaraan bermotor yang sedang melintas maupun berhenti, untuk mengatasi hal tersebut vegetasi akan berperan penting dalam meredam noise, namun bila dirasa masih kurang, maka akan menggunakan material bangunan yang dapat meredam noise maupun memantulkannya, sehingga noise dari luar Site, tidak

15 110 akan mengganggu aktivitas maupun kegiatan pengunjung yang berada di dalam gedung Bioskop. Café Area Lobby Gambar 5.16 Efek Vegetasi Terhadap Noise Sumber : Analisa Penulis Untuk perencanaan dan perancangan noise sama dengan metode pengurangan sinar matahari yaitu penggunaan vegetasi serta barrier ruang sirkulasi, selain itu juga penempatan ruang-ruang yang tinggi aktivitasnya (seperti lobby, café, dll) ditempatkan pada tepi bangunan untuk meredam noise dari site sekitar, dengan kata lain keramaian dari bangunan sendiri dapat meredam noise dari luar Site View Sekitar Site Ruang Terbuka Ruang Terbuka Gambar Konsep View Sekitar Site Pada view dengan tanda positif, merupakan view yang bagus, sebab view menunjukan keramaian kota Purwokerto dengan

16 111 banyaknya tempat perdagangan, untuk view dengan tanda negatif, merupakan view yang menuju perumahan-perumahan sekitar sehingga view yang terlihat hanyalah bangunan-bangunan dan atapatap bangunan, untuk sisi utama bangunan dan jalan masuk bangunan akan diletakkan pada sisi timur, sebab pada sisi ini memiliki view yang sangat potensial dan pada sisi ini pula bagunan sangat mudah ter-ekspos oleh pengguna jalan yang sedang melewati gedung Bioskop. Dengan mudah bangunan dilihat maka bangunan akan mudah dicari maupun didapati. Ruang Terbuka U Ruang Terbuka Sirkulasi Gambar Konsep View Sekitar Site U Gambar Konsep Sirkulasi

17 112 Site berada di jalan utama, pada bagian timur merupakan jalan menuju pusat kota Purwokerto, sedangkan pada bagian selatan terdapat jalan utama/arteri Dr. Angka. Dengan keadaan sirkulasi yang ada dapat ditetapkan sisi utama dan pintu masuk berada di bagian timur site, hal ini dikarenakan jalur yang ada terdapat 2 buah sehingga jalur untuk masuk ke dalam site lebih mudah karena jalan raya utama cukup lebar, serta tingkat keramaian yang ditimbulkan dapat ditekan dengan jalan raya yang lebar sehingga tidak mengganggu pengguna jalan raya yang lainnya. Rencana pintu masuk adalah 1 (satu) buah pada bagian selatan, akan dibuat jalan khusus dahulu agar tidak menyebabkan kemacetan, untuk jalan keluar juga direncanakan hanya ada 1 (satu) jalan keluar KONSEP SISTEM STRUKTUR DAN UTILITAS Konsep Struktur Bangunan yang menunjang aktivitas bioskop, berisi fungsifungsi yang mewadahi banyak kegiatan penunjang, dan pendukung kegiatan di dalam gedung bioskop, tentunya didasarkan bentuk bangunan yag dicapai nantinya. Mengingat bentuk yang akan dicapai menuntut bentuk yang atraktif dan menarik, maka struktur yang menjadi pilihan harus diperkirakan bentuk yang dicapai nantinya :

18 113 Form Finding Gambar Form Finding Sumber:

19 114 Gambar Form Finding Sumber: Bentuk bangunan yang akan diperkirakan nantinya adalah seperti yang terdapat pada presenden di atas dengan pengolahan metafora dan kombinasinya yang atraktif, diharapkan akan menghasilkan bentuk-bentuk baru yang menarik. Structure Finding Gambar Structure Finding Sumber: Penulis

20 115 Dari bentuk-bentuk yang telah diperkirakan sebelumnya maka didapat perkiraan struktur yang akan digunakan nantinya antara lain seperti : Pondasi yang akan digunakan adalah pondasi footplat karena struktur ini memiliki daya dukung yang baik dalam tanah, kemudian rangka truss system/rangka baja. Dan dengan penutup seperti karbon, kaca, fiber, ataupun polycarbonat. Gambar Circulation Sumber: Pada bagian sirkulasi yang akan diperkirakan nantinya, adalah sirkulasi yang didesain dinamis, dengan perkiraan analogi dan kegiatan roll film.

21 116 Cangkang berpola grid dengan elemen elemen berbentuk X terdiri dari empat tabung baja tahan karat Elemen elemen berbentuk X dijepitkan pada titik titik node sambungan Balok rangka batang segitiga yang terdiri dari komponen tabung dengan sambungansambungan las Panel panel kaca laminasi yang bergantung dari titik titik node sambungan Kaca laminasi dengan inlay tembus pandang pada rangka silang Truss rangka rangka dari tabung baja tahan karat berdiameter 48,3mm (2 inchi) Balok yang dipotong oleh sepasang kolom tabung baja berdiameter 114,3mm (4 ½ inchi) Jalusi kaca yang terpasang pada panel baja tahan karat Gambar potongan yang memperlihatkan dinding, di bagian kiri, penguat untuk rangka batang panjang berbentuk segitiga (segmen pertama dari suatu jalinan rangka saling-silang yang melengkung), dan rangka batang saling-silang standar yang ujung satunya ditopang oleh sebuah balok beton. Panel terakhir memiliki sirip-sirip kaca yang terpasang pada bingkai-bingkai baja tahan karat.

22 117 Baut berdiameter 20mm (3/4 inchi) dengan kapala baut counter sunk allen Lengan lengan penjepit bagian atas berbentuk bintang yang terbuat dari baja tahan karat Tabung baja tahan karat berdiameter 60,3mm (2 ½ inchi) x 5mm (1/4 inchi) Lengan lengan penjepit bagian bawah yang terbuat dari baja tahan karat Seperti sebuah perangkap tikus yang lebih baik, node sambungan yang menghubungkan elemen-elemen cangkang grid tersebut tampak sangat sederhana meskipun ini merupakan hasil dari sebuah proses desain yang panjang.

23 118 Batang batang vertikal Bangunan terbuat dari serangkaian kotak kaca yang disatukan dengan penjepit di ujung-ujungnya untuk membentuk struktur kubah. Detail penjepit (kiri) dan konstruksi dari modul kotak kaca : Pelat penutup atas dan bawah disekrup pada pelat atas penjepit Ujung ujung kaca yang dipotong miring pada sambungan untuk menghindari pembautan yang menembus kaca

24 119 Konstruksi modul (kotak kaca): lembaran lembaran tunggal atau dilaminasi dibuat di bagian atas dan bawah untuk menutup diafragma Modul berulang dengan ukuran x x 300 mm (4 x 4 x 1 kaki) Modul yang disatukan dengan penjepit pada titik titik node sambungan

25 120 Rangka batang utama yang diberi profil berjarak x 3000 mm (4 x 10 kaki) Ceruk longitudinal selebar mm (4 kaki) Cor besi daktail atau alumunium Tangkai Denah Tampak Denah Tampak Denah Tampak Node yang dicor ditempelkan untuk sekrup sekrup Beberapa ide lain yang diekplorasi oleh Tecniker dan Jiricna: suatu alternatif bagi kotak-kotak kaca (kiri atas) yang menggunakan bingkai baja yang

26 121 diberi penguat (atas kanan), dan serangkaian kemungkinan formasi-formasi rusuk (bawah) Konsep Sistem Utilitas A. Skema letak Array Speaker: Peletakan Array Speaker dengan cara digantung pada plafon. A B C D A, B masing-masing 2 Array Speaker (8 10 inch, 500 watt) C, D masing-masing 1 Array Speaker (8 10 inch, 250 watt) Gambar Sketsa Peletakan Array Speaker

27 122 Skema letak Subwoofer: Subwoofer terletak di lantai guna memaksimalkan perambatan gelombang bunyi. A B A, B masing-masing 1 Subwoofer (15 inch) Gambar Sketsa Peletakan Subwoofer Analisis Penerapan Sound Sistem Pada Ruang Theater Ruangan Theater Menggunakan Sistem Array Speaker dan Speaker Subwoofer, sedangkan pada bagian ruangan pada bagian plafon ruangan tidak seperti desain plafon biasa yang hanya

28 123 bentangan horizontal saja namunn akan dirancang dengan bentuk desain khusus sehingga dapat memantulkan gelombangg bunyi ke arah penonton secara sempurna. Bentang panjang dan lebar theater Gambar 6.26 Gambar Dimensi Ruang Sumber: Data Arsitek, edisi 33. Jilid 2. P. 146 Besar sudut pemancaran proyektor sebesar 38º, dengan lebar layar/screen 20,1 m, sudut 38º yang dihasilkan proyektor akan tepat di tangkap layar sebesar 20,1 m dengan jarak 30 m, sehingga dibutuhkan ruangan dengan besaran 23m x 30m, maka tuntutan luas ruangan untuk theater sebesar 690 m2.

29 124 Sketsa gambaran dimensi Gambar Sketsa Dimensi Ruang Theater Jarak minimal dari layar ke penonton Gambar Standar Dimensi Ruang Theater Sumber : Data Arsitek, edisi 33. Jilid 2. P.14 Berdasarkan ketinggian layar total yaitu 8,6 m + 1,2 m =9,8 meter dan ketinggian posisi mataa penonton terdepan saat duduk yaitu 1,420 meter dengan sudut pandang maksimal 30º ke titik tengah layar, yaitu

30 125 (8,6m/2) + 1,2 m = 5,5 meter didapatkan jarak minimal penonton dengan layar sejauh 9,532 m = 9,6 meter. Untuk tempat duduk terjauh didapatkan perhitungan dari THX yaitu penonton dapat melihat dengan sudut 36º, standar 36º berguna agar penonton dapat melihat film secara detail dan nyaman. Gambar Standar Kursi Terjauh Sumber: Dari perhitungan titik mata penonton terjauh yaitu 36º, serta kebutuhan ruang yang didapat dari perbandingan proyektor dan besar bentang layar maka didapati jarak mata terjauh adalah 30,5 m, sedangkan menurut sketsa jarak terjauh kursi penonton dari layar adalah 27 m, maka standar jarak terjauh tempat duduk sangat memadai, sehingga penonton dapat melihat film dengan nyaman. Penataan kursi pada bagian depan dipengaruhi oleh jangkauan besar sudut manusia dapat melihat dengan jelas yaitu 120º

31 126 maka kursi pada bagian samping kiri dan kanan bagian depan akan ditiadakan beberapa demi memenuhi standar kenyamanan mata penonton. Gambar Sketsa Tempat Duduk B. Konsep Jaringan Listrik Listrik bersumber dari PLN dan genset, sebelum listrik digunakan, listrik akan masuk pada nael yang berisikan swicth, yang berfungsi sebagai alat otomatis bila listrik dari PLN mati, maka genset secara otomatis dapat menggantikan tenaga yang diperlukan. C. Konsep Penghawaan Penghawaan menggunakan AC (Air Conditioner), sistem yang dipakai adalah sistem AC sentral, sehingga seluruh kebutuhan penghawaan dikontrol dalam 1 ruangan, namun pada ruang-ruang staff menggunakan AC split. Beberapa ruang akan menggunakan

32 127 kipas ekshaust yang berguna untuk mengeluarkan hawa panas, sehingga beban AC tidak terlalu berat. D. Konsep Jaringan Komunikasi Komunikasi digunakan untuk memberi pengumuman kepada penonton bioskop, selain itu jaringan komunikasi telepon sangat berguna dalam bagunan ini, yaitu untuk mempermudah dan memperlancar komunikasi antar staff. E. Konsep Plumbing Air bersumber dari PDAM serta sumur, untuk air bersih akan ditampung dengan bak penampungan yang berada di atap bangunan lalu sistem distribusi air bersih menggunakan sistem down feet, untuk air kotor akan menggunakan sistem septictank, sumur peresapan serta riool kota, sehingga air kotor tidak meluap dalam site. Area publik memiliki peran yang dalam menghasilkan limbah seperti air dalam MCK yang banyak menggunakan air bersih, maka untuk mengurangi limbah air tersebut diperlukan teknologi tepat untuk dapat menghemat air dalam upaya menjaga dan melindungi air yakni menggunakan waterless urinal. Gambar Waterless Urinal Sumber: F. Sistem Fire Protection Peralatan yang digunakan untuk bahaya kebakaran adalah alarm, springkler, hydrant, serta tabung pemadam kebakaran. Untuk

33 128 alarm setiap ruangan terdapat alarm, hal ini untuk memberikan peringatan pada seluruh pengunjung yang berada di dalam gedung. Sedangkan springkler digunakan diseluruh ruangan pula, dengan jarak antar springkler 3 m, untuk hydrant terdapat pada setiap lantai untuk lantai basement dan lantai dasar akan terdapat 2 buah hydrant, sedangkan pada lantai 1 direncanakan hanya terdapat 1 hydrant saja, sebab ruang yang ada di lantai 1 tidak terlalu komplek. G. Sistem Penangkal Petir Penangkal petir menggunakan sistem dynasphere 3000, akan diletakan di atap-atap bangunan. Gambar Penangkal Petir Dynasphere Sumber: H. Penggunaan Jenis Vegetasi Jenis vegetasi yang akan di gunakan adalah vegetasi yang dapat menjadi barrier dari noise jalan raya, serta dapat melindungi site dari sengatan matahari, namun jenis vegetasi yang dipilih tidak boleh menutupi fasade bangunan sebab, dilihat dari fungsi bangunan bioskop merupakan bangunan komersil sehingga fasade perlu untuk diperlihatkan guna nilai jual. Beberapa vegetasi yang akan digunakan adalah pohon palem, dengan daun yang lebar dapat menutupi beberapa bagian site dari sinar matahari tanpa menutupi bentuk fasade yang ada, serta tanamantanaman kecil yang berguna sebagai barrier noise dari jalan raya.

34 129 Gambar Macam Vegetasi Sumber: Dokumen Pribadi I. Persampahan Sampah Organik Sampah tanaman seperti daun dapat diolah dengan proses pembusukan dengan kompos untuk menghasilkan pupuk alami. Sampah Non-Organik Sampah seperti kertas dan plastik dipisahkan dan dapat dijual atau dikelola oleh pihak luar agar dapat didaur ulang kembali.

35

36

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP PENATAAN RUANG LUAR DAN DALAM Konsep penataan ruang luar dan dalam gedung bioskop 3 (tiga) dimensi adalah adanya hubungan antara ruang luar dan dalam,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Gedung Sinepleks di Kota Semarang bertujuan untuk mewujudkan suatu rancangan fasilitas hiburan dan rekreasi

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Konsep Dasar Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1. Primer sebagai pusat informasi dan edukatif, 2. Sekunder merupakan penjabaran fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN VI.1. Landasan Konseptual Sebagai sebuah planet kehidupan, Bumi memiliki beberapa lapisan penting yaitu: Atmosfer, Hidrosfer, Geosfer dan Biosfer. Dimana lapisanlapisan penting

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Rancangan Terhadap Tapak 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan Kedungkandang Kota Malang, karena kesesuian dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. BENTUK KEGIATAN DAN RUANG 5.1.1. Pelaku Kegiatan Pelaku utama kegiatan dalam Movie Square dimayoritaskan penduduk WNI yang tinggal di kota Yogyakarta, tidak hanya dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Besaran Ruang BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Dari pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan, didapatkan program ruang yang dibutuhkan Pusat Kesenian Kabupaten Wonosobo,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP LINGKUNGAN SEKITAR DAN DALAM TAPAK 5.1.1. Konsep Ruang Luar Jalan bulungan adalah daerah yang selalu ramai karena adanya area komersil seperti Blok M Plaza, maka dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam Konsep Perancangan Concert Hall ini, Dengan Tema Arsitektur Simbolik Maka Masa bangunan harus sesuai dengan Tema yang diambil dan menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar perancangan Pusat Seni Pertunjukan ini adalah mendesain suatu bangunan dengan fasilitas pertunjukan yang dapat berfungsi dengan baik secara sistem

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep exspresi bangunan Dasar pemikiran kesan dan penempilan bangunan : PENAMPILAN BANGUNAN Persepsi manusia Kesan Teknologi Arsitektur Iklim Kemajuan jaman Bahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu : BAB IV KONSEP IV.1. Konsep Dasar Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta 6.1. Konsep Perencanaan 6.1.1. Konsep Zoning Massa Berdasarkan hasil analisis pada Bab V, kawasan Studio Film di Yogyakarta terbagi atas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep dari akuarium terumbu karang ini didasari dari karakteristik laut. Dalam perancangan akuarium terumbu karang ini diharapkan mampu menyampaikan kekayaan

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada BAB III KONSEP 3.1. KONSEP EDUKASI PADA BANGUNAN Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada pengadaan space I ruang yang memungkinkan pengunjung memahami betul bagaimana sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep Sumber : Pemikiran Penulis Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center menggunakan tema Metafora Intangible Libasuttaqwa. Yang diperoleh dari hasil analisis yang kemudian disimpulkan(sintesis).

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang BABIV KONSEP DASAR PERANCANGAN 4.1. KONSEP PERENCANAAN TAPAK 4.1.1. Pencapaian Ke Site/Tapak Pencapaian ke site/tapak Pasar Kota Purbalingga dengan : 1. Pencapaian kendaraan pribadi. Pencapaian ke site

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius, BAB VI KONSEP VI.1. KONSEP PUSAT PERAWATAN ANJING DAN KUCING VI.1.1. Konsep Tapak Berdasar analisa tapak pada bab V maka analisa tapak diintisarikan menjadi konsep konsep tapak sebagai berikut: Peletakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berdasarkan uraian pada analisa sebelumnya yang didasarkan pada teori dan data, maka langkah selanjutnya adalah menjadikan analisa tersebut ke dalam konsep berupa pernyataan

Lebih terperinci