BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan perubahan perilaku seseorang yang dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses perubahan perilaku individu dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar individu. Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu contoh faktor eksternal yang dalam pelaksanaanya terdiri dari banyak komponen. Salah satu komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas adalah bahasa pengantar. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Pemerintah menerapkan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing peserta didik. Program imersi adalah salah satu inovasi program pendidikan yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Kelas imersi menggunakan bahasa Inggris pada semua mata pelajaran, kecuali pada mata pelajaran bahasa. Tujuan penyelenggaraan kelas imersi adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing sehingga dapat menghadapi persaingan di dunia internasional. Kemampuan yang perlu diperhatikan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada kelas imersi meliputi kemampuan menulis, berbicara, mendengarkan, dan perbendaharaan kata dalam bahasa asing. Siswa imersi membutuhkan waktu untuk dapat menguasai kemampuan bahasa asing agar dapat digunakan secara efektif. Siswa yang belum menguasai kemampuan tersebut dapat mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. 1

2 2 Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan terhadap perubahan perilaku siswa. Aktivitas belajar terdiri dari visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Aktivitas belajar dapat berupa interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Aktivitas belajar yang rendah dapat menghambat proses perubahan perilaku siswa, sedangkan aktivitas belajar yang tinggi dapat membantu proses pencapaian perubahan perilaku siswa Bahasa pengantar merupakan sarana interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses pembelajaran dapat terwujud melalui suatu aktivitas belajar di dalam kelas, sehingga bahasa pengantar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahasa pengantar juga ikut berperan terhadap pemerolehan hasil belajar siswa. SMA Negeri 4 Surakarta merupakan salah satu sekolah penyelenggara kelas imersi di Jawa Tengah. Dinas P&K Propinsi Jateng menyelenggarakan kelas imersi yang dalam penyelenggaraannya memerlukan persyaratan tertentu. Syarat yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan program imersi antara lain dari rancangan kelas. Rancangan kelas pada program imersi maksimal berisi 25 siswa sehingga guru dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi. Fasilitas kelas imersi harus memenuhi standar minimal fasilitas kelas reguler dan didukung fasilitas pendukung lain. Berdasarkan observasi pada program imersi di kelas X, terdapat 3 kelas imersi dengan jumlah siswa setiap kelas 20 orang. Siswa yang ingin belajar di kelas imersi harus melalui beberapa tahap seleksi. Siswa harus melalui tes tertulis berupa tes kemampuan bahasa Inggris, tes matematika, tes kemampuan IPA, dan wawancara. Sekolah penyelenggara program imersi harus mempunyai guru-guru yang berkompeten dalam berbahasa Inggris sehingga berhak mengajar di kelas imersi.

3 3 Dinas P & K Jawa Tengah memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Inggris. Pelatihan ini diberikan oleh dosen-dosen UNNES selama 1 tahun. Pelatihan dimaksudkan agar guru dapat mengajar kelas imersi dengan baik. Program imersi di SMA Negeri 4 Surakarta mempunyai kurikulum yang sama dengan kurikulum program reguler, tetapi menggunakan bahasa pengantar yang berbeda. Sekolah penyelenggara program kelas imersi juga harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Ruang kelas imersi di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kelas imersi mempunyai locker bag sebagai tempat menyimpan tas dan barang-barang siswa, sehingga proses belajar siswa lebih nyaman. Kelas imersi juga telah dilengkapi komputer dan LCD serta layar untuk menangkap slide yang akan ditayangkan. Melalui uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa sekolah yang menyelenggarakan kelas imersi harus memiliki kemampuan pendanaan yang lebih, baik pendanaan mandiri ataupun dari pemerintah. Pendanaan dalam penyelenggaraan kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta ini berasal dari pemerintah propinsi dan dari sumbangan wali murid. Administrasi antara program imersi dan program reguler berbeda, tetapi mempunyai bagian pengelolaan yang sama. Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, ingin diketahui implikasi dari penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas imersi ditinjau dari keaktifan belajar siswa. Maka dapat dirumuskan judul penelitian yang dikhususkan pada mata pelajaran biologi sebagai berikut: HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA.

4 4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran dapat menyebabkan siswa sulit menerima pelajaran karena perlu penyesuaian diri terhadap perubahan bahasa pengantar tersebut. 2. Siswa terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. 3. Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. 4. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkannya. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan dipahami maka perlu dibatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X program imersi semester II SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/ Obyek Penelitian a. Bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi dibatasi pada penggunaaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. b. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental, motor, menggambar dan emosional. c. Hasil belajar biologi pada materi ekosistem mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

5 5 D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta tarhadap hasil belajar siswa? 2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta? 3. Apakah ada interaksi antara bahasa pengatar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi terhadap hasil belajar siswa kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta. 2. Pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta. 3. Adanya interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Siswa a. Siswa dapat mengetahui pengaruh penggunaan bahasa pengantar dan aktivitas belajar terhadap hasil belajarnya. b. Siswa imersi dapat meningkatkan penguasaan bahasa asing dan aktivitas belajarnya untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. 2. Bagi Guru a. Memberikan masukan kepada guru imersi mengenai peranan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa. b. Memberikan masukan kepada guru mengenai pentingnya aktivitas belajar dalam proses pembelajaran.

6 6 c. Hasil penelitian dapat digunakan guru untuk memperbaiki hasil belajar siswa imersi terkait dengan bahasa pengantar dan aktivitas belajar di dalam kelas. 3. Bagi instansi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk meninjau pelaksanaan program imersi yang telah diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta. 4. Bagi Peneliti Dapat dijadikan bahan kajian penelitian sejenis tentang hasil belajar biologi kelas imersi ditinjau dari variabel lain.

7 7 a. Pengertian Bahasa Pengantar adalah: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bahasa Pengantar Pengertian bahasa menurut (2010) 1) Sistem lambang bunyi yang digunakan anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 2) Sarana yang digunakan untuk melakukan suatu percakapan. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berinteraksi dengan suatu percakapan. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa bahasa pengantar merupakan sarana yang digunakan untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran melalui suatu percakapan. Bahasa pengantar digunakan sebagai sarana penghubung interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta interaksi yang terjadi antar peserta didik melalui suatu percakapan sehingga terwujud suatu proses pembelajaran. b. Bahasa Pengantar dalam Pembelajaran Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pasal 33 menyebutkan bahwa : 1) Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. 2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan serta dalam penyampaian pengetahuan dan ketrampilan tertentu. 3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di Indonesia, sebagai upaya untuk 7

8 8 meningkatkan kemampuan berbahasa asing peserta didik. Contoh bahasa asing yang digunakan dalam pembelajaran di Indonesia adalah bahasa Inggris. c. Kendala Pembelajaran dengan Bahasa Asing Sebagai Bahasa Pengantar Kemampuan berbahasa asing merupakan syarat yang digunakan untuk mengidentifikasi kecakapan seseorang dalam menggunakan bahasa asing. Kemampuan berbahasa asing dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa terwujud dalam perubahan perilaku yang merupakan tujuan dari proses pembelajaran. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dapat terhambat jika pendidik dan peserta didik mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa asing tersebut. August and Hakuta (2002: 14) mengemukakan bahwa program imersi sering dikhawatirkan dapat membingungkan peserta didik baik dari segi pemahaman bahasa, maupun pengaruhnya terhadap proses pencapaian aspek kognitif siswa. Hal yang sama dikemukakan Elena Nicoladis (2008:167), bahwa banyak orang tua yang mengkhawatirkan program imersi dapat membingungkan anak-anak mereka. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sering dikhawatirkan dapat membingungkan peserta didik baik dari segi pemahaman bahasa maupun pencapaian aspek kognitif. Peserta didik yang kesulitan dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh terhadap proses pembelajarannya, sehingga dapat mempengaruhi aspek kognitif siswa yang merupakan salah satu aspek hasil belajar. Kesulitan tersebut berhubungan dengan peralihan bahasa yang digunakan. Siswa imersi membutuhkan penyesuaian terhadap peralihan bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran. Slavin (2008: ) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris terbatas membutuhkan waktu untuk mempelajari bahasa tersebut, sehingga dapat menggunakan secara efektif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Elena Nicoladis (2008:168) bahwa siswa imersi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan perubahan bahasa pengantar yang digunakan, sehingga dapat digunakan secara efektif melalui suatu percakapan.

9 9 Proses pembelajaran dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, akan berjalan secara efektif ketika pendidik dan peserta didik telah mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan bahasa pengantar yang digunakan. Siswa pada kelas bilingual dapat menyesuaikan bahasa pengantar mereka paling cepat dua tahun dan dapat mengkomunikasikan bahasa tersebut dalam percakapan. d. Program Imersi 1) Pengertian Program Imersi Istilah imersi menurut Kamus Inggris-Indonesia (2003: 312) berasal dari bahasa Inggris to immerse yang berarti mencelupkan, menyerap atau melibatkan secara mendalam. Program imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 6) adalah Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai pengantar. Bahasa asing yang digunakan pada kelas imersi adalah bahasa Inggris. Kelas Imersi di Jawa Tengah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar pada semua mata pelajaran, kecuali pada mata pelajaran bahasa. Penyelenggaraan program imersi di Jawa Tengah merupakan implementasi hasil studi banding Dinas P dan K Jawa Tengah ke negara bagian Queensland Australia pada bulan Juli sampai Agustus Dinas P & K Jawa Tengah mengemukakan bahwa, Delegasi Jawa Tengah mengunjungi Park Ridge State High School, sangat terkesan dengan kemampuan berbahasa Indonesia para siswanya yang mengambil kelas imersi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. 2) Landasan Hukum Program Imersi Dasar hukum penyelengaraan kelas imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 4-5) adalah : a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia b) Undang-Undang nomor 10 tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Tengah. c) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. d) Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah.

10 10 e) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. f) Peraturan Pemerintah nomor 38 Tahun 2007 tantang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi Daerah Provinsi Jawa Tengah. UUD 1945 pasal 31 ayat 3 berbunyi, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. UU Sisdiknas pasal 50 ayat 3 menyebutkan bahwa, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Berdasarkan landasan hukum tersebut Dinas P dan K Jawa Tengah menyelenggarakan imersi di beberapa sekolah. Hal ini tentunya perlu mendapatkan dukungan dari beberapa pihak termasuk sekolah penyelenggara dan masyarakat. 3) Maksud dan Tujuan Program Kelas Imersi Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 7-8) menyebutkan program imersi diselenggarakan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: a) Maksud penyelenggarakan program imersi anatara lain: (1) Meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya dalam rangka meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia menghadapi globalisasi. (2) Menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai daya saing global melalui punguasaan bahasa Inggris. (3) Melaksanakan amanah pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. b) Tujuan Penyelenggaraan Program Imersi adalah :

11 11 (1) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi para guru, tenaga kependidikan dan siswa. (2) Meningkatkan kompetensi lulusan siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. (3) Mengembangkan potensi sekolah beserta Sumber Daya Manusia yang dimiliki untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif. 4) Syarat Penyelenggaraan Program Kelas Imersi Syarat penyelenggaraan program imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 9-12) adalah : a) Mempunyai kompetensi kelulusan masing-masing pelajaran sukurangkurangnya mencapai nilai 7. b) Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. c) Mata pelajaran yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mencangkup : Matematika, kimia, fisika, biologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan Teknologi informasi dan Komunikasi. Mata pelajaran bahasa tidak menggunakan bahasa Inggris. Contoh mata pelajaran bahasa adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia. d) Tenaga pendidik mampu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. e) Rasio perbandingan guru dan siswa maksimal adalah 1:25. f) Memiliki sarana dan prasarana penunjang pembelajaran. Sekolah penyelenggara kelas imersi membutuhkan kesiapan yang memadai, yang meliputi kesiapan sumber daya manusia, sarana prasarana maupun pendanaan. Tenaga pendidik dan peserta didik harus mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif sebagai pengantar dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa harus memiliki nilai rata-rata 7 pada semua mata pelajaran. Sarana dan prasarana pada kelas imersi hendaknya dapat memperlancar kegiatan pembelajaran, sehingga sekolah penyelenggara membutuhkan kemampuan pendanaan yang lebih, baik pendanaan mandiri atau dari pemerintah. Pemerintah provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan pendanaan pada sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara.

12 12 2. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 23), adalah kegiatan, kesibukan dalam bekerja atau berusaha. Berdasarkan pengertian tersebut aktivitas belajar siswa dapat diartikan sebagai kegiatan dan kesibukan dalam proses pembelajaran. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pentingnya aktivitas menurut Sardiman A. M (2001: 93) bahwa aktivitas merupakan komponen utama terjadinya proses belajar, sehingga tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak dapat berlangsung. Prinsip dari suatu proses pembelajaran adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Perubahan tingkah laku merupakan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga perbedaan aktivitas belajar siswa dapat berpengaruh terhadap proses perubahan tingkah laku siswa. Peran serta siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya. Sardiman A.M (2001:94) mengemukakan bahwa pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan, pengalaman, dan penyelidikan yang dilakukan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Pendapat yang sama juga dikemukakan Paul Suparno, Rohandi, Sukadi, dan Kartono (2002: 42) bahwa Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktif dalam berpikir dan aktif dalam berbuat. Hubungan antara aktivitas fisik dan mental dikemukakan oleh Sardiman A. M (2001:98) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, yang dalam pelaksanaanya harus saling berkaitan. Proses pembelajaran membutuhkan peran serta siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas. Aktivitas terdiri dari aktivitas rohani yang melibatkan proses berfikir terhadap objek belajar, serta aktivitas teknis yang diwujudkan dalam perbuatan fisik sebagai respon terhadap objek belajar.

13 13 Aktivitas fisik dan mental harus berkaitan dalam suatu kegiatan belajar, sehingga dapat menghasilkan aktivitas belajar yang optimal. b. Pengelompokkan Aktivitas Belajar Jenis aktivitas belajar menurut Sardiman (2001: 99) terdiri dari 8 golongan sebagai berikut : 1) Visual activities Aktivitas visual merupakan aktivitas yang melibatkan organ indera mata. Aktivitas visual dapat terdiri dari aktivitas membaca, memperhatikan gambar maupun pekerjaan orang lain. Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis tertentu kepada suatu objek yang dilakukan secara sadar oleh indra untuk menyertai suatu aktivitas yang dilakukan, sehingga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh mata kemudian direspon sebagai aktivitas psikis. 2) Oral activities Aktivitas oral terdiri dari aktivitas bertanya, menyatakan, merumuskan, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening activities Mendengar merupakan kegiatan menangkap bunyi-bunyi dengan indera pendengar. Aktivitas mendengar merupakan aktivitas untuk memperoleh arti dari suatu objek yang didengarkan. Aktivitas mendengar terdiri dari aktivitas mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, maupun pidato. 4) Writing activities Aktivitas menulis dapat berupa kegiatan menulis cerita, karangan, mengerjakan laporan, angket, dan menyalin. 5) Drawing activities Aktivitas menggambar dapat berupa kegiatan menggambar, membuat grafik, maupun menggambar peta. 6) Motor activities Aktivitas yang termasuk dalam yang Motor activities adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

14 14 7) Mental activities Aktivitas mental dapat berupa kegiatan menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. Aktivitas tidak dapat terjadi tanpa adanya proses berfikir, sehingga aktivitas mental sangat berhubungan dengan aktivitas fisik. Kaitan antara aktivitas fisik dan mental akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. 8) Emotional activities Contoh dari aktivitas emosional adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. c. Faktor Yang Berperan Dalam Aktivitas Belajar Kualitas interaksi belajar mengajar bergantung pada intensitas kegiatan belajar mengajar guru dan intensitas kegiatan belajar siswa. Intensitas kegiatan tersebut dikemukakan oleh Gulo (2008:80) bahwa tujuan belajar tidak dapat tercapai jika guru dan siswa tidak mempunyai intensitas belajar mengajar yang tinggi. Thursan Hakim (2005: 38) mengemukakan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu yang lebih menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar ditentukan oleh intensitas aktivitas belajar yang telah dilakukan oleh siswa. Proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berlangsung dengan baik jika terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik yang terwujud dengan aktivitas yang seimbang. Aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa akan lebih maksimal jika terdapat minat, perhatian, dan motivasi yang sama kuat. Hubungan antara aktivitas dengan minat menurut Hendra Surya (2009: 2) bahwa aktivitas yang tidak didukung minat yang kuat dapat menimbulkan suatu penolakan dan pertentangan dari dalam batin seseorang untuk mengabaikan aktivitas tersebut. Pada proses pembelajaran terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Aktivitas belajar tersebut dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa, maka tujuan belajar akan lebih mudah tercapai.

15 15 3. Hasil Belajar Biologi a. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku. Perubahan perilaku tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Perubahan perilaku menurut Suhaenah Suparno (2000:2) merupakan hasil perubahan perubahan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya. Perubahan perilaku sebagai hasil proses belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar siswa, yang merupakan tolak ukur keberhasilan suartu proses pembelajaran. Definisi hasil belajar menurut Nana Sudjana (2002: 22) adalah Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sardiman A.M (2001: 19) mengemukakan bahwa, Proses belajar mengajar akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau hasil belajar. Belajar mempunyai tujuan pembelajaran yang berupa perubahan untuk memperbaiki suatu perilaku. Perubahan perilaku tersebut diwujudkan dalam hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengalami proses pembelajaran. b. Ranah Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan belajar siswa yang dapat diketahui besarnya dari hasil pengukuran. Alat untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar (achievement test). Pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dalam pemahaman siswa terhadap materi yang mancakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar siswa dibagi menjadi tiga yaitu: a) Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan sederhana terhadap faktafakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan tersebut terdiri dari enam aspek

16 16 yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu penerimaan, penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan bermuatan nilai; c) Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang terdiri dari lima aspek yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap, kegiatan fisik, dan komunikasi tidak berwacana. 1) Ranah Kognitif Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut adalah C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3 (penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh; C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. 2) Ranah Afektif Ella yulaelawati (2004: 62) menyatakan bahwa ranah afektif meliputi 5 tingkatan yaitu: A1 (penerimaan) merupakan kesadaran dan kepekaan atau bertoleransi terhadap suatu gagasan; A2 (penanggapan) merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan; A3 (perhitungan atau penilaian) merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu; A4 (pengaturan atau pengelolaan) merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki; A5 (bermuatan nilai) merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang

17 17 secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayati secara mendalam. 3) Ranah Psikomotor Kecakapan psikomotor ialah segala kegiatan jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya yang terbuka. Kecakapan psikomotor siswa merupakan perwujudan wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Ranah psikomotorik menurut Ella Yulaelawati (2004: 63-64) meliputi lima jenjang yaitu: P1 (gerakan refleks) merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus; P2 (gerakan dasar) merupakan pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk dari gerakan reflek dan gerakan kompleks; P3 (gerakan tanggap) merupakan penafsiran terhadap rangsang membuat orang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; P4 (kegitan fisik) merupakan kegiatan yang memerlukan kekutan otot, mental dan ketahanan; P5 (komunikasi tidak berwacana) merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Domain Psikomotor menurut Uno (2001: 10-13) adalah persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan; kesiapan, merupakan perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan pengalaman tertentu; gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model dan meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai menguasainya; gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga menampilakan suatu kemahiran; gerakan yang komplek adalah suatu gerakan yang ada pada tingkat keterampilan yang tinggi. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas dan baik belum bisa menjamin hasil belajar yang diperoleh dapat optimal (Sardiman A. M, 2001: 47). Hasil belajar

18 18 dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Lingkungan adalah salah satu contoh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Peranan lingkungan terhadap keberhasilan belajar menurut Thursan Hakim (2008: 19) bahwa Lingkungan dapat menunjang keberhasilan belajar, di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bimbingan asing dan kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah. Hendra Surya (2009: 26) mengemukakan bahwa siswa membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. B. Kerangka Berpikir Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah ditempuh dalam waktu tertentu. Hasil belajar dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Bahasa pengantar dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajarnya. Bahasa pengantar merupakan bahasa yang digunakan sebagai sarana interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa pengantar yang tidak digunakan secara efektif dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Aktivitas belajar siswa merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan dalam proses perubahan perilaku siswa. Aktivitas belajar adalah wujud interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan di dalam kelas maupun diluar kelas, yang bertujuan memperoleh pembelajaran. Intensitas aktivitas belajar siswa menunjukkan tinggi rendahnya kegiatan yang dilakukan siswa sebagai upaya untuk memperoleh perubahan

19 19 perilaku. Aktivitas belajar tinggi dapat diartikan bahwa kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses proses perubahan tingkah laku cukup tinggi. Aktivitas belajar rendah mempunyai maksud bahwa siswa mempunyai kegiatan yang rendah dalam proses perubahan tingkah laku. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar berperan terhadap proses perubahan perilaku siswa. Bahasa pengantar merupakan sarana interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses pembelajaran dapat terwujud melalui suatu aktivitas belajar di dalam kelas, sehingga bahasa pengantar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahasa pengantar juga ikut berperan terhadap pemerolehan hasil belajar siswa. Kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara sederhana dapat digambarkan pada skema di bawah ini : Y 1 B 1 Y 2 Y 3 Y 1 A 1 B 2 Y 2 Y 3 Y 1 B 3 Y 2 Y 3 A 1 B 1 Y 1 A 1 B 1 Y 2 A 1 B 1 Y 3 A 1 B 2 Y 2 A 1 B 2 Y 2 A 1 B 2 Y 3 A 1 B 3 Y 1 A 1 B 3 Y 2 A 1 B 3 Y 3 A Y 1 B 1 Y 2 Y 3 Y 1 A 2 B 2 Y 2 A 2 B 1 Y 1 A 2 B 1 Y 2 A 2 B 1 Y 3 A 2 B 2 Y 1 A 2 B 2 Y 2 A 2 B 2 Y 3 A 2 B 3 Y 1 A 2 B 3 Y 2 A 2 B 3 Y 3

20 20 Y 3 Y 1 B 3 Y 2 Gambar 1 : Skema Paradigma Penelitian Keterangan : A = Bahasa pengantar A 1 A 2 B B 1 B 2 B 3 Y 1 Y 2 Y 3 Y 3 = Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran = Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran = Aktivitas belajar siswa = Aktivitas belajar siswa tinggi = Aktivitas belajar siswa sedang = Aktivitas belajar siswa rendah = Ranah kognitif = Ranah afektif = Ranah psikomotor A 1 B 1 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah kognitif. A 1 B 1 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah afektif. A 1 B 1 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah psikomotor. A 1 B 2 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah kognitif. A 1 B 2 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah afektif.

21 21 A 1 B 2 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah psikomotor. A 1 B 3 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah kognitif. A 1 B 3 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah afektif. A 1 B 3 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah psikomotor. A 2 B 1 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah kognitif. A 2 B 1 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah afektif. A 2 B 1 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah psikomotor. A 2 B 2 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah kognitif. A 2 B 2 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah afektif. A 2 B 2 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah psikomotor.

22 22 A 2 B 3 Y 1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah kognitif. A 2 B 3 Y 2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah afektif. A 2 B 3 Y 3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah psikomotor. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap hasil belajar biologi. 2. Ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi. 3. Ada interaksi antara bahasa pengantar dalam pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa.

23 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta kelas X imersi. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Tahap persiapan, dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2009 sampai bulan Maret tahun 2010 meliputi penyusunan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah dan konsultasi instrumen penelitian. b. Tahap pelaksanaan, dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2010 meliputi semua kegiatan yang dilakukan dilapangan yaitu pengumpulan data dan analisis data. c. Tahap penyusunan laporan, dilaksanakan pada bulan Mei-selesai meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XA dan XB imersi SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/ Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Dari 3 kelas imersi dilakukan pemilihan secara acak dan diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Hasil pengambilan sampel diperoleh kelas XA imersi sebagai kelas kontrol dan kelas XB sebagai kelas eksperimen.

24 24 C. Teknik Pengumpulan 23 Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas 1) Bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi 2) Aktivitas belajar siswa b. Variabel Terikat 1) Hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut : a. Metode Dokumentasi Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester kelas X Imersi semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 mata pelajaran biologi yang digunakan untuk uji keseimbangan. b. Metode Angket Angket digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar ranah afektif menggunakan angket dalam bentuk ceklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek ( ) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut: SS : jawaban sangat setuju dengan skor 5 S : jawaban setuju dengan skor 4 TB : jawaban tidak berpendapat dengan skor 3

25 25 TS : jawaban tidak setuju dengan skor 2 STS : jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1 Pengukuran hasil belajar ranah psikomotorik dengan menggunakan angket dan observasi. Skor berupa skala penilaian yang tersaji dalam pernyataan ya dan tidak. Pengukuran ranah psikomotorik dengan observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar sebagai acuan untuk pengukuran dengan metode angket. c. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar biologi yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah kognitif. Tes berbentuk tes obyektif yaitu bentuk pilihan ganda. 3. Teknik Penyusunan Instrumen a. Pengukuran Ranah Kognitif Pengukuran ranah kognitif menggunakan test dengan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut: 1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum. 2) Pembuatan alat ukur sesuai indikator. 3) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan 4) Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup 6 jenjang kemampuan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), C6 (evaluasi) menurut Ella Yulaelawati (2004:5963). 5) Penyusunan item soal ranah kognitif. 6) Pengujian kesahihan item dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto ( 2002: 64-82). 7) Item diuji lagi dengan uji tingkat kesukaran item. b. Pengukuran Ranah Afektif Pengukuran ranah afektif menggunakan test dengan metode angket skala likert menurut Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut: SS : Sangat setuju dengan skor 5 S : Setuju dengan skor 4

26 26 TB : Tidak berpendapat dengan skor 3 TS : Tidak setuju dengan skor 2 STS : Sangat tidak setuju dengan skor 1 Ranah afektif menurut Ella Yulaelawati (2004:59-63) meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu A1 (menerima), A2 (merespon), A3 (penghargaan), A4 (mengorganisasikan) dan A5 (karakteristik). Uji kesahihan ranah afektif diukur dengan uji validitas dan reliabilitas dalam Suharsimi Arikunto ( 2002: ). c. Pengukuran Ranah Psikomotorik. Skor berupa skala penilaian yang tersaji dalam penyataan Ya dan Tidak. Pengukuran ranah psikomotorik dengan observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar, sebagai acuan untuk pengukuran dengan metode angket. Ranah psikomotorik menurut Ella Yulaelawati (2004: 59-63) meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu P1 (peniruan), P2 (manipulasi), P3 (kecermatan), P4 (artikulasi) dan P5 (naturalisasi). Uji kesahihan diukur dengan uji validitas dan reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: ). 4. Analisis Instrumen a. Uji Validitas Butir Soal Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: N R xy = 2 { N x Keterangan : R xy n X Y xy ( x)( y) ( x) }{ N y ( y) } : koefisien korelasi antara x dan y : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) : skor untuk butir ke-i : skor total (dari subyek uji coba) Jika harga r uv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika r uv > r tabel maka item petanyaan dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 72). Uji validitas tes try

27 27 out kognitif, afektif, psikomotorik, dan aktivitas belajar siswa secara lengkap disajikan pada Tabel 1 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 1. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa Penilaian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas Valid Invalid Kognitif Afektif Psikomotorik Aktivitas Belajar Siswa Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji validitas tes kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 21 soal sedang untuk item yang tidak valid (invalid) sebanyak 4 soal. Hasil uji validitas angket afektif menunjukkan item yang valid sebanyak 40 soal dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 10 soal. Hasil uji validitas angket psikomotor menunjukkan item yang valid sebanyak 46 soal dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 2 soal. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar menunjukkan item yang valid sebanyak 50 item dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 10 soal. b. Reliabelitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder- Richardson (K-R 20) dalam Budiyono (2003:69) adalah sebagai berikut : r 11= n n 1 Dengan : n p S 2 S 2 pq indeks reliabelitas instrumen = cacah butir instrumen = proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i q = 1- p i, i = 1,2,...,n = variansi total Kualifikasi koefisien reliabilitas menurut Hamzah B. Uno (2001:144) adalah sebagai berikut: Harga r xy 1 Harga r xy 0,99-0,81 Harga r xy 0,80-0,61 : korelasi sempurna : korelasi sangat tinggi : korelasi tinggi

28 28 Harga r xy 0,60-0,41 Harga r xy 0,40-0,21 : korelasi sedang : korelasi rendah Harga r xy 0,20-Negatif: Sangat rendah Hasil uji reliabelitas tes try out kognitif, afektif, psikomotorik, dan aktivitas belajar siswa secara lengkap disajikan pada tabel 2 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 2. Rangkuman Uji Reliabelitas Hasil Tes Try Out Siswa. Penilaian Jumlah Indeks Keputusan Uji Item Reliabilitas Kognitif Korelasi tinggi Afektif Korelasi sangat tinggi Psikomotor Korelasi sangat tinggi Aktivitas Belajar Siswa Korelasi sangat tinggi Berdasarkan tebel di atas menunjukkan bahwa hasil uji reliabelitas tes kognitif diperoleh r 11 = yang berarti bahwa koefisien reliabelitas soal tes kognitif tinggi. Hasil uji reliabelitas angket afektif diperoleh r 11 = hal ini berarti koefisien reliabelitas angket afektif sangat tinggi. Hasil uji reliabelitas angket psikomotorik diperoleh r 11 = hal ini berarti koefisien reliabelitas angket psikomotorik sangat tinggi. Hasil uji reliabelitas angket aktivitas belajar siswa diperoleh r 11 = hal ini berarti koefisien reliabelitas angket aktivitas belajar siswa sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabelitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel untuk digunakan. c. Analisis Butir soal 1) Daya Pembeda Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Suharsimi Arikunto (2002: ) mengemukakan bahwa untuk mengetahui daya beda butir soal digunakan rumus untuk mengetahui indeks diskriminasi sebagai berikut: Keterangan :

29 29 J Y B A B B : Jumlah peserta tes : banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah : skor total (dari subyek uji coba) : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2002:218) adalah sebagai berikut: D : : jelek (poor) D: : cukup (satisfactory) D: : baik (good) D: : baik sekali (excellent) D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif dibuang Butir soal yang dipakai adalah yang mempunyai nilai D baik dengan indeks dan baik sekali dengan indeks Hasil uji daya beda tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 3. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa. Ranah Penilaian Jumlah Item Item yang dibuang Kognitif 21 0 Berdasarkan tebel di atas menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal yang mempunyai indeks deskriminasi baik sebanyak 21 soal. Tidak terdapat item yang mempunyai indeks deskriminasi buruk dan negatif, sehingga tidak ada soal yang harus dibuang. 2) Tingkat Kesukaran

30 30 Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus : Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar J x = Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2002:208) Soal yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002:210) adalah soal yang mempunyai indeks kesukaran pada interval 0.30 P < Soal yang mempunyai indeks kesukaran di luar interval tersebut dibuang. Hasil uji taraf kesukaran tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 4 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 4. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa. Ranah Penilaian Jumlah Item Item yang dibuang Item yang dipakai Kognitif Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh soal yang mempunyai indeks kesukaran baik pada interval 0.30 P< 0.70 sebanyak 21 soal. Tidak terdapat item yang berada diluar interval 0.30 P <0.70. D. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen semu ini Randomized Control Only Design. Tabel 5. Desain Penelitian Randomized Control Only Design Group Treatment Post Test Eksperimen Group (R) X T 2

31 31 Control Group (R) - T 2 Keterangan: X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran T 2 (R) : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol : Random assigment (pemilihan kelompok secara random) E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik menggunakan analisis variansi dua jalan. Analisis variansi dua jalan memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas. 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui keseimbangan sampel penelitian. Uji keseimbangan pada penelitian ini menggunakan uji t dalam Sudjana (2004:151) dengan prosedur sebagai berikut: a. Hipotesis H 0 : µ 1 = µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama) H 1 : µ 1 µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda) b. Taraf signifikan (α) = 0,05 c. Statistik uji yang digunakan : Keterangan : t : t hitung : mean dari sampel kelompok eksperimen : mean dari sampel kelompok kontrol n 1 n 2 : ukuran sampel kelompok eksperimen : ukuran sampel kelompok kontrol

32 32 S p : variansi : d. Keputusan uji Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Sumber t hitung t tabel Kriteria Keputusan uji H 0 Y -0,23 1,684 t hitung < t tabel Diterima Tabel di atas menunjukkan bahwa keputusan uji H 0 diterima. Hal tersebut menjelaskan bahwa kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. a. Uji Normalitas 2. Uji Prasyarat Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dalam Budiyono (2004:171). 1) Statistik Uji L = Maks 2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05 3) Keputusan Uji H 0 diterima jika L lilifors < L tabel H 0 ditolak jika L lilifors > L tabel b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dalam Budiyono (2004 : ) dengan prosedur sebagai berikut : 1) Statistik Uji yang digunakan : Dengan : k = banyaknya populasi f = derajat kebebasan RKG = N- k N = cacah semua pengukuran

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA Skripsi Oleh: Triliana Nurprikawati K4306012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 197, Bendosari, Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri 5 Karanganyar yang beralamat di Jln. Lawu No. 368, Karanganyar pada kelas VIII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Tempat Subjek, Dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi experimental

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, Sampel, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa Program Keahlian Kontrol Proses SMK Negeri 1 Kota Cimahi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 84), pre eksperimental design seringkali dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang dilakukan. Uraian ini meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG. PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG Dian Arima Gusti 1, Iing Rika Yanti 2, Silvi Trisna 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental, kelompok yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini akan mendapatkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Menurut Juliansyah Noor penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. 1 Pendekatan yang dilakukan berbentuk Posttest-Only Control Design,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Se-Gugus Diponegoro Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 6 SD. Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se-Gugus Gajah Mada Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 8 SD.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). R&D merupakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap tujuan penelitian ini, perlu dijelaskan definisi operasional dibawah ini : 1. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah di dalam judul skripsi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Pada penelitian ini, jenis yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental) yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan eksperimen bentuk quasi eksperimental design, kelompok kontrol tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan kelas X tahun pelajaran 2012/2013 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode penelitian dalam makna yang lebih luas bisa berarti rancangan penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus s.d. 26 September 2013. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Menurut Azwar (2010: 5) jenis-jenis penelitian dapat dibagi menjadi dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 31 Banjaran-Bandung. Dengan alamat Jalan Pajagalan no.115 Banjaran-Bandung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 31 Banjaran-Bandung. Dengan alamat Jalan Pajagalan no.115 Banjaran-Bandung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di sekolah islam swasta yaitu Pesantren Persatuan Islam 31 Banjaran-Bandung.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian dilaksanakan selama dua kali yaitu yang pertama pada tanggal 22 April 2014 dan yang kedua pada tanggal 15 Mei 2014 di Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research) yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN STRATEGI JOEPARDY GAME

BAB IV PENGGUNAAN STRATEGI JOEPARDY GAME BAB IV PENGGUNAAN STRATEGI JOEPARDY GAME DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN FIKIH MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III DI MI MIFTAHUL ULUM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode pembelajaran aktif (active learning) yang dimaksud dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode pembelajaran aktif (active learning) yang dimaksud dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Metode pembelajaran aktif (active learning) yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan istilah penggabungan dua metode yang termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Kliningan No.6 Buah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang merupakan metode eksperimen berdesain posttest-only control design, karena tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dan jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu prosedur untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan menempatkan obyek secara

Lebih terperinci

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

(Luhut Panggabean, 1996: 31) BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Baturetno Wonogiri tahun ajaran 015/016 pada bulan September-Oktober 015. B. Metode Penelitian Metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau percobaan semu yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul,

Lebih terperinci

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, penyusunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh siswa kelas X IPA semester genap pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari strategi pembelajaran Tandur terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Pendekatan penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam kelangsungan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) kuantitatif yang dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu prosedur untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment Design dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik STT Dharma Iswara Madiun. 2. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaaan tertentu (Sugiyono, 2012:3). Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Keefektifan Penerapan Kombinasi Metode Numbered Head Together dan Index Card Match dalam meningkatkan Hasil Belajar Aspek Kognitif Akidah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Okt Sep Agu Jul Jun Mei Apr Mar Feb BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sambungmacan kelas XI IPA semester genap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yaitu metode eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas VIII di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metode berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi adalah cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2010-2011 yang beralamat di Jalan Baja Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 33 Metode penelitian juga merupakan suatu proses pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mengarah pada penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang mempunyai maksud mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode eksperimen yang berdesain posttest-only control design, karena tujuan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metode berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi adalah cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 A III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang besar manfaatnya bagi penulis yang akan memberikan pokok-pokok yang akan penulis teliti, sehingga memudahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Metode yang

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini sedang dalam kondisi kritis dan memprihatinkan. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga ketiadaan visi serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Pada bab ini peneliti akan mengkaji beberapa pokok bahasan diantaranya deskripsi data, analisis data, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. A. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis quasi experiment. Sedangkan disain penelitian yang akan diterapkan berupa static group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Lokasi dari penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Kota Bandung, jalan Ciliwung No. 4 Bandung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya yaitu penelitian kuantitatif. Menurut Sutama (2015: 43) penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) kuantitatif yang dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu prosedur untuk menyelidiki

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN (Pada Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 MOJOGEDANG Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok (kelas) yang dibedakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment. Penelitian quasi experiment dengan pertimbangan bahwa metode kuasi eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan adalah metode studi eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sisitematis, logis dan teliti didalam melakukan kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman

Lebih terperinci

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Eksperimen : O X O 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen terdapat

Lebih terperinci