SEBARAN NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEBARAN NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU ABSTRAK"

Transkripsi

1 SEBARAN NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU Jurusan Menejemen Sumberdaya Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran kandungan nitrogen anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Nitrogen/DIN) di perairan dan menentukan hubungan konsentrasi DIN di perairan sungai terhadap perairan pesisir. Penentuan sample dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebaran nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut rata-rata yang ditemukan di perairan sungai (0,926 mg/l), jauh lebih besar dibandingkan nilai kandungan rata-rata nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir laut (0,385 mg/l). Hubungan antara nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut di perairan sungai terhadap nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir laut menunjukkan bahwa 90,05% variasi nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir dapat dijelaskan oleh variasi nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut yang terdapat di perairan sungai. Kata Kunci: Nitrogen anorganik terlarut, Sebaran DIN, Perairan Pesisir ABSTRACT The objectives of this study were to determine the distribution of dissolved inorganic nitrogen (DIN) content in the waters, and determine the connection DIN concentration in river waters to coastal waters. Determination of the sample was done by purposive sampling. The results showed the distribution of dissolved inorganic nitrogen content average founded in the waters of the river (0.926 mg/l), more than the value of the average content of dissolved inorganic nitrogen in coastal areas waters (0.385 mg/l). The relationship between the dissolved inorganic nitrogen content in the river waters to the content of dissolved inorganic nitrogen in coastal waters showed that 90.05% variation of dissolved inorganic nitrogen in coastal waters can be explained by variations of dissolved inorganic nitrogen contained in the river waters. Keywords: Dissolved Inorganic Nitrogen, DIN Distribution, Coastal Waters of 88

2 PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pembangunan di Kota menyebabkan terjadinya peningkatan berbagai aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat Kota akan berpengaruh terhadap peningkatan buangan limbah yang masuk ke sistem perairan, salah satunya adalah senyawa nitrogen. Semakin besar populasi penduduk maka semakin banyak volume limbah yang akan dibuang ke lingkungan perairan yang pada akhirnya dapat menyebabkan tekanan pada perairan pesisir. Dikatakan kontribusi bahan pencemar organik dalam limbah cair yang berasal dari aktivitas manusia mencapai 75% dari limbah cair total (Putnam et al, 2010). Senyawa nitrogen anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Nitrogen/DIN) di perairan merupakan salah satu senyawa polutan yang berpotensi menimbulkan penyuburan pada perairan yang dapat menimbulkan gangguan sistem perairan. Senyawa tersebut di perairan terdapat dalam tiga bentuk utama yang berada dalam keseimbangan yaitu nitrat, nitrit dan amonium. Keberadaan nitrogen di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan limbah cair yang berasal dari kegiatan domestik, industri, bahan peledak, pirotehnik dan pemupukan (Islam, 2005). Peningkatan senyawa nitrogen yang berasal dari antropogenik yang masuk ke dalam sistem perairan pesisir dan laut di daerah tropis terus berlangsung, menurut Wilkinson & Salvat (2012) untuk nitrogen yang berasal dari penguraian bahan organik yang dilepaskan dari sungai sebesar 65% masuk ke sekitar perairan pesisir. Pembuangan beban nitrogen ke lingkungan perairan pesisir menyebabkan terjadinya eutrofikasi, sehingga mengakibatkan terganggunya keseimbangan sistem perairan pesisir yang pada akhirnya berdampak buruk terhadap ekosistem perairan pesisir. Dampak negatif penurunan kualitas lingkungan perairan akibat eutrofikasi dapat menurunkan produktivitas hayati perairan, kerusakan ekosistem perairan dan penurunan nilai estetika (Duda, 2006). Terganggunya keseimbangan sistem perairan akibat pencemaran, diduga dapat menyebabkan komponen biologis di dalamnya akan mengalami perubahan bahkan terganggu dan dapat mengancam fungsi ekologi ekosistem perairan pesisir lainnya. Masalah tersebut akan semakin kompleks bila ditemukan di perairan pesisir pulau kecil. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pulau kecil yang sangat rendah dalam menerima beban limbah. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh buangan limbah nitrogen yang masuk ke lingkungan perairan pesisir, maka diperlukan upaya pengendalian pencemaran limbah organik di lingkungan perairan yang menjadi sumber peningkatan kandungan senyawa nitrogen anorganik terlarut yang masuk ke sistem perairan. Hal ini mendorong perlunya dilakukan suatu kajian tentang sebaran kandungan nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir Kota dan hubungan kandungan nilai nitrogen anorganik terlarut di perairan sungan terhadap perairan pesisir. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir wilayah Kota dari bulan April sampai bulan September Penentuan sample dilakukan secara purposive sampling. Titik pengambilan sample 89

3 Nitrat (mg/l) ditentukan pada lokasi hulu tepatnya di muara sungai dan lokasi hilir tepatnya di perairan pesisir laut dengan jarak berkisar meter dari muara sungai. Pengambilan sample air di muara sungai dan di perairan pesisir dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali ulangan dengan interval waktu satu bulan. Pengambilan sample air dilakukan pada kedalaman 0 m dan 5 m dan dilakukan secara komposit. Pengambilan sample air dilakukan pada waktu air surut dengan menggunakan botol Nansen. Contoh air dimasukkan ke dalam botol dan disimpan dalam coolbox, selanjutnya di analisis di laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Nitrogen Anorganik Terlarut di Perairan a. Sebaran Nitrat (NO 3 -N) di Perairan Sungai dan Pesisir Nitrat merupakan bentuk utama senyawa nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman air (makrophyta) dan algae. Nitrat-nitrogen mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Effendi, 2003). Peningkatan senyawa nitrat di perairan laut disebabkan oleh masuknya limbah domestik ke perairan yang umumnya mengandung banyak nitrat. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Hasil pengamatan terhadap nilai kandungan nitrat pada perairan sungai yang terdapat di wilayah, lebih tinggi dibandingkan kandungan nilai nitrat di perairan pesisir laut. Nilai kandungan nitrat di perairan sungai berkisar antara 0,101 0,659 mg/l, sedangkan di perairan pesisir antara 0,038-0,296 mg/l. Kecenderungan nilai pengamatan untuk perairan sungai menunjukkan kandungan nitrat yang cenderung tinggi pada perairan yang padat aktivitas penduduk (Gambar 1). 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000 Sei Ular Sei Ladi Sei Carang Tg.Unggat Sei Jang Dompak Sungai Pesisir Gambar 1. Sebaran kandungan nitrat pada perairan sungai dan pesisir Gambar 1 terlihat kandungan nitrat (NO 3 ) rata-rata di perairan sungai adalah sebesar 0,326 mg/l. Nilai ratarata kandungan nitrat tertinggi ditemukan di perairan Sungai Tanjung Unggat yaitu sebesar 0,659 mg/l, selanjutnya nilai rata-rata tertinggi ke dua dan ke tiga terdapat pada perairan Sungai Ladi sebesar 0,472 mg/l dan Sungai Jang sebesar 0,318 mg/l. Selanjutnya Sungai Ular dan Sungai Carang memiliki nilai kandungan nitrat rata-rata sebesar 0,214 mg/l dan 0,195 mg/l. Sedangkan kandungan nitrat ratarata terendah ditemukan pada perairan Sungai Dompak hanya sebesar 0,101 mg/l. Tingginya kandungan nitrat di perairan Tanjung Unggat disebabkan tingginya masukan nitrat baru (new nitrate) dari lingkungan sekitarnya. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat di sepanjang Sungai Tanjung Unggat merupakan kawasan padat pemukiman penduduk, serta banyak ditemukan hotel dan restoran. Menurut Boyd (1990) adanya aktivitas masyarakat urban dapat memberi kontribusi bahan organik yang banyak mengandung senyawa nitrat (NO 3 ). Disamping itu adanya pengaruh faktor turbulensi yang dapat mengangkat senyawa nitrat (NO 3 ) dari dasar kolom air terutama pada perairan yang dangkal. Pernyataan ini didukung oleh Mann and Lazier (1991) yang mengatakan bahwa pada kedalaman yang kecil adanya 90

4 turbulensi dapat mengangkut nutrien dari dasar kepermukaan perairan. Nilai kandungan senyawa nitrat pada perairan sungai di wilayah yang memiliki sebaran tertinggi 0,659 mg/l mengindikasikan bahwa di perairan sungai tersebut sangat berpotensi terjadinya eutrofikasi. Penjelasan ini didukung dengan adanya pernyataan bahwa suatu perairan menunjukkan kadar nitrat lebih dari 5 mg/l (> 5 mg/l), maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air lainnya secara pesat (blooming). Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, maka kadar nitrat dapat mencapai mg/l (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Dengan demikian, nilai nitrat pada masing-masing perairan sungai di wilayah digolongkan dalam dua kategori, yaitu perairan Sungai Tanjung Unggat sudah tergolong pada perairan yang tercemar bahan antropogenik, sehingga perlu perhatian khusus untuk menanggulangi kondisi tersebut. Kategori yang ke dua, termasuk perairan Sungai Ular, Sungai Ladi, Sungai Carang, Sungai Jang dan Sungai Dompak memiliki nilai kandungan nitrat masih dalam batas yang cukup aman bagi biota laut meskipun mengarah terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan tetapi tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Kandungan nilai nitrat (NO 3 ) ratarata tertinggi pada perairan pesisir ditemukan di perairan pesisir Tanjung Unggat yaitu sebesar 0,296 mg/l, selanjutnya kandungan nitrat tertinggi ke dua ditemukan di perairan pesisir sekitar Sungai Ladi dengan nilai rata-rata sebesar 0,283 mg/l. Pada perairan pesisir sekitar Sungai Jang, pesisir Sungai Carang dan pesisir Sungai Ular memiiki kandungan nitrat yang nilainya hampir sama yaitu masingmasing sebesar 0,130 mg/l, 0,115 mg/l dan 0,101 mg/l. Nilai kandungan nitrat terendah berikutnya ditemukan dilaut sekitar pelabuhan dan perairan pesisir Sungai Dompak (selat Dompak) dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,053 mg/l dan 0,038 mg/l. Sedangkan nilai kandungan nitrat terendah ditemukan di laut sekitar Selat Riau hanya sebesar 0,021 mg/l. Nilai tersebut relatif besar jika dibandingkan dengan standar kandungan nitrat (NO 3 ) di laut karena menurut Millero dan Shon (1992) kandungan nitrat di laut berkisar antara 0,0001-0,5000 mg/l. Tingginya kandungan nitrat di perairan pesisir Tanjung Unggat dan pesisir Sungai Ladi disebabkan oleh masuknya limbah domestik berasal dari aktivitas masyarakat kota yang dapat terurai umumnya mengandung banyak nitrat. Nitrat (NO 3 ) merupakan jenis nitrogen yang paling dinamis dan dominan pada daerah limpasan, masukan sungai, keluarnya air tanah dan deposisi atmosfir ke laut (Kirchman, 2000 dalam Wibowo, 2007). Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan, maka menurut Effendi (2003) nitrat adalah nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman algae. Suton, 1974 dalam Wibowo, 2007 menyatakan bahwa konsentrasi nitrat di suatu perairan dipengaruhi proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi di perairan merupakan proses oksidasi senyawa ammonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autrotof yang melalui proses mikrobiologi menjadi nitrat melalui senyawa tengah nitrit. Dimana proses nitrifikasi terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap pertama merubah ammonia (NH 3 ) menjadi nitrit (NO 2 ) dan tahap ke dua merubah nitrit (NO 2 ) menjadi nitrat (NO 3 ). 91

5 Nitrit (mg/l) b. Sebaran Nitrit (NO 2 ) di Perairan Sungai dan Pesisir Nitrit (NO 2 ) di perairan merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi dan merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisma air. Senyawa nitrit biasanya tidak bertahan lama dalam perairan dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amonia dan nitrat (Alaerst dan Santika, 1997 dalam Sedyowati, 2005). Keberadaan nitrit di perairan menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah (Effendi, 2003). Nilai rata-rata pengamatan terhadap kandungan nitrit pada perairan sungai di berkisar antara 0,006-0,366 mg/l memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan kandungan nitrit di perairan pesisir laut yaitu berkisar antara 0,004-0,220 mg/l (Gambar 2). 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 Sei Ular Sei Ladi Sei Carang Tg.Unggat Sei Jang Dompak Sungai Pesisir Gambar 2. Sebaran konsentrasi nitrit pada perairan sungai dan pesisir Gambar 2 memperlihatkan nilai kandungan nitrit pada perairan sungai yang paling tertinggi ditemukan di Sungai Ladi (0,366 mg/l), dan tertinggi berikutnya ditemukan pada Sungai Tanjung Unggat dan Sungai Ular yang masing-masing memiliki nilai rata-rata sebesar 0,302 mg/l dan 0,278 mg/l. Perairan Sungai Carang dan Sungai Jang memiliki nilai kandungan nitrit sebesar 0,073 mg/l dan 0,029 mg/l. Sedangkan nilai kandungan nitrit rata-rata terendah ditemukan di Sungai Dompak hanya sebesar 0,006 mg/l. Keberadaan nitrit di perairan menggambarkan berlangsungnya proses biologi perombakan bahan organik dengan kandungan oksigen terlarut sangat rendah (Effendi, 2003). Kandungan nitrit tertinggi untuk perairan pesisir di temukan pada kawasan perairan pesisir Tanjung unggat dengan nilai rata-rata sebesar 0,220 mg/l. Nilai kandungan nitrit tertinggi ke dua ditemukan di perairan pesisir laut Sungai Carang yaitu sebesar 0,100 mg/l, selanjutnya pesisir laut kawasan Sungai Ladi dan pesisir Sungai Ular adalah sebesar 0,054 mg/l dan 0,021 mg/l. Pada perairan kawasan pesisir Sungai Jang dan laut sekitar pelabuhan memiliki nilai kandungan nitrit rata-rata adalah sebesar 0,019 mg/l dan 0,012 mg/l. Sedangkan nilai kandungan nitrit terendah ditemukan pada perairan laut Selat Dompak dan laut sekitar Selat Riau yaitu hanya 0,004 mg/l. Diketahui nitrit di perairan alami ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, kadarnya lebih kecil dari pada nitrat, karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) dari amonia menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi, dan antara nitrat menjadi gas nitrogen melalui proses denitrifikasi yang berlangsung pada kondisi anaerob. Selain itu, adanya perbedaan kandungan nitrit di perairan disebabkan oleh pergantian musim yang mengakibatkan perubahan suhu dan keberadaan oksigen terlarut di perairan (Nybakken, 1992). c. Sebaran Amonium (NH 4 + ) di Perairan Sungai dan Pesisir Amonium di perairan berasal dari dekomposisi bahan organik dan ekskresi organisme (Goldman dan Horne, 1983). Dalam keadaan anaerobik, nitrat diubah oleh bakteri menjadi nitrit dan kemudian menjadi amonia yang dapat bersenyawa dengan air membentuk amonium. Hasil pengamatan diketahui nilai rata-rata 92

6 Amonium (mg/l) kandungan amonium di perairan sungai adalah sebesar 0,424 mg/l menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kandungan amonium di perairan pesisir laut (0,201 mg/l). Lebih lanjut kandungan amonium pada masing-masing perairan sungai dan pesisir wilayah Kota dapat di lihat pada Gambar 3. 1,400 1,200 1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000 Sei Ular Sei Ladi Sei Carang Tg.Unggat Sei Jang Dompak Sungai Pesisir Gambar 3. Sebaran konsentrasi ammonium pada perairan sungai dan pesisir Gambar 3 menunjukkan kandungan amonium di perairan sungai dengan nilai rata-rata tertinggi ditemukan di perairan Sungai Tanjung Unggat yaitu sebesar 1,182 mg/l. Nilai kandungan amonium tertinggi ke dua ditemukan di perairan Sungai Carang sebesar 0,817 mg/l, selanjutnya terdapat pada perairan Sungai Jang sebesar 0,239 mg/l. Pada perairan Sungai Dompak dan Sungai Ladi ditemukan nilai rata-rata kandungan amonium sebesar 0,119 mg/l dan 0,103 mg/l. Sedangkan nilai kandungan amonium terendah ditemukan di perairan Sungai Ular yaitu hanya sebesar 0,084 mg/l. Tingginya nilai kandungan amonium di perairan Sungai Tanjung Unggat disebabkan tingginya aktivitas proses penguraian bahan organik oleh bakteri dan mikro organisme lain, sehingga membentuk senyawa amonia beraksi dengan air (H 2 O) membentuk senyawa amonium. Keberadaan ion ammonium di perairan sering berfluktuasi tergantung kadar oksigen terlarut, selain itu ph dan suhu perairan juga sangat mempengaruhi. Pada peeairan pesisir, hasil pengamatan menunjukkan rata-rata nilai kandungan amonium tertinggi terdapat di perairan pesisir laut Tanjung Unggat yaitu sebesar 0,618 mg/l. Nilai rata-rata kandungan amonium tertinggi ke dua dan ke tiga ditemukan pada perairan pesisir laut Sungai Carang dan pesisir Sungai Jang masing-masing sebesar 0,299 mg/l dan 0,222 mg/l, serta perairan pesisir Sungai Ladi sebesar 0,131 mg/l. Pada perairan pesiisr laut Selat Dompak dan pesisir laut sekitar pelabuhan menunjukkan nilai rata-rata kandungan amonium yang hampir sama yaitu masing-masing sebesar 0,104 mg/l dan 0,103 mg/l. Sedangkan nilai ratarata kandungan amonium terendah ditemukan di perairan Laut Selat Riau yaitu hanya sebesar 0,063 mg/l. Tingginya nilai kandungan amonium di kawasan perairan pesisir Tanjung Unggat disebabkan tingginya masukan bahan organik dari aliran sungai yang mudah terurai (baik mengandung unsur nitrogen maupun tidak). Namun demikian, kadar amonium dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah dengan cepat. Menurut Hela dan Laevastu (1970), semakin tinggi ph dan suhu, semakin tinggi persentase pembentukan amonium di dalam perairan. Sedangkan salinitas bersifat sebaliknya, semakin tinggi salinitas, kandungan amonium bebas cenderung makin rendah. Distribusi vertikal kadar amonium semakin tinggi dengan pertambahan kedalaman laut dan sejalan dengan semakin rendahnya oksigen, sedangkan distribusi kadar ammonium semakin tinggi menuju ke arah pantai dan muara sungai. d. Sebaran DIN di Perairan Sungai dan Pesisir Nilai kandungan DIN (nitrogen anorganik terlarut atau Dissolved Inorganik Nitrogen (DIN) di perairan merupakan penjumlahan nilai kandungan nitrat (NO 3 -N), nitrit (NO 2-93

7 DIN (mg/l) N) dan amonium (NH 4 + ) dapat dipergunakan sebagai indikator pencemaran antropogenik pada perairan, diketahui bahwa ke tiga senyawa tersebut adalah senyawa yang dapat mengakibatkan terjadinya pengayaan (eutrofikasi) sistem perairan (Damar 2003), dan diperkuat oleh Humborg et al., (2003) Dissolved inorganic nitrogen (DIN) adalah gabungan senyawa nitrat, nitrit dan amonium yang terukur di perairan. Hasil pengamatan ditemukan nilai rata-rata kandungan senyawa DIN yang diperoleh selama pengamatan antar masing-masing lokasi menunjukkan variasi nilai yang relatif besar. Diketahui nilai rata-rata total DIN di perairan sungai adalah sebesar 0,926 mg/l, nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan nilai rata-rata kandungan DIN di perairan pesisir laut yaitu sebesar 0,385 mg/l (Gambar 4). Nilai rata-rata kandungan DIN di perairan pesisir laut (0,385 mg/l), memiliki nilai dengan kisaran sedang apabila dibandingkan dengan nilai kandungan DIN di perairan pesisir Pulau Sagar dan Pulau Lothian dengan nilai DIN sebesar 0,750 mg/l dan 0,238 mg/l (Mandal et al., 2012). Namun apabila dibandingkan dengan nilai konsentrasi DIN di perairan Teluk Yeoga di Korea yaitu sebesar 1,53 mg/l (Lee et al., 2008), maka konsentrasi DIN di Perairan pesisir laut masih tergolong relatif rendah. 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Sei Ular Sei Ladi Sei Carang Tg.Unggat Sei Jang Dompak Sungai Pesisir Gambar 4. Sebaran konsentrasi DIN pada perairan sungai dan pesisir Gambar 4 memperlihatkan kondisi DIN pada masing-masing perairan sungai terdapat nilai rata-rata kandungan DIN tertinggi yang ditemukan di perairan Sungai Tanjung unggat yaitu sebesar 2,142 mg/l. Nilai kandungan DIN tertinggi ke dua dan ke tiga ditemukan di perairan Sungai Carang dan Sungai Ladi yaitu sebesar 1,085 mg/l dan 0,941 mg/l. Pada perairan Sungai Jang dan Sungai Ular ditemukan nilai rata-rata kandungan DIN yang hampir sama yaitu sebesar 0,586 mg/l dan 0,576 mg/l. Nilai ratarata kandungan DIN terendah ditemukan di perairan Sungai Dompak hanya sebesar 0,225 mg/l. Tingginya kandungan DIN di perairan Sungai Tanjung Unggat menggambarkan bahwa pada perairan tersebut banyak mengandung bahan organik yang berasal dari limbah antropogenik hasil aktivitas di daratan Kota yang terbawa masuk ke perairan melalui aliran sungai, sehingga dimungkinkan proses nitrifikasi berlangsung cukup tinggi membentuk senyawa nitrit dan nitrat yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap nilai kandungan DIN di perairan. Damar (2003) menjelaskan limbah domestik yang diproduksi oleh aktivitas manusia di perkotaan sebagian besar menyumbangkan limbah nitrogen anorganik dalam bentuk amonium sedangkan aktivitas pertanian sebagian besar menyumbangkan limbah anorganik dalam bentuk nitrat. Sebaliknya nilai kandungan DIN yang cukup rendah pada perairan Sungai Dompak disebabkan masih rendahnya masukan bahan organik yang berasal dari limbah domestik. Hal ini terkait dengan kondisi alami Sungai Dompak yang masih sedikit pemukiman penduduk dan sangat jauh dari berbagai aktivitas masyarakat kota, serta disepanajang aliran sungai terdapat vegetasi mangrove dengan hamparan yang masih luas yang ditetapkan 94

8 Konsentrasi Nitrat di Pesisir (mg/liter) Konsentrasi Amonium di Pesisir (mg/liter) menjadi kawasan lindung oleh pemerintah Kota. Hubungan Konsentrasi Nitrogen anorganik Terlarut di Perairan Hubungan antara konsentrasi nitrat di perairan sungai dengan konsentrasi nitrat di pesisir dapat dijelaskan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan hasil persamaan Y, dengan koefisien determinasi sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa 83,5% variasi konsentrasi nitrat di perairan pesisir disebabkan oleh variasi konsentrai nitrat di sungai, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Gambar 5). Hubungan antara konsentrasi ammoniun di perairan sungai dengan konsentrasi amonium di perairan pesisir dapat dijelaskan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan hasil persamaan Y, dengan koefisien determinasi sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa 90,05% variasi konsentrasi amonium di perairan pesisir dapat dijelaskan oleh variasi konsentrai amonium di perairan sungai, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain pada perairan (Gambar 6) y = x R 2 = y = x R 2 = Konsentrasi Amonium di Sungai (mg/liter) Konsentrasi Nitrat di Sungai (mg/liter) Gambar 5. Hubungan konsentrasi nitrat di perairan Hubungan sungai antara dan konsentrasi pesisir nitrit di perairan sungai dengan konsentrasi nitrit di perairan pesisir dijelaskan dengan persamaan regresi yang dihasilkan yaitu Y, dengan koefisien determinasi sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi nitrit di perairan pesisir hanya bisa dijelaskan oleh variasi konsentrai nitrit di sungai sebanyak 16,96%, sedangkan jumlah persentase yang lebih besar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain di perairan. Rendahnya nilai persentase hubungan konsentrasi nitrit di pesisir oleh nitrit di perairan sungai disebabkan karena senyawa nitrit bersifat tidak stabil. Gambar 6. Hubungan kandungan Amonium di perairan sungai dan pesisir Hubungan antara nilai kandungan nitrogen anorganik terlarut (DIN) di perairan sungai dengan nilai kandungan DIN di perairan pesisir laut dapat dijelaskan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan hasil persamaan Y, dengan koefisien determinasi sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa 90,05% variasi nilai kandungan DIN di perairan pesisir dapat dijelaskan oleh variasi nilai kandungan DIN di perairan sungai, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain pada perairan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lee et al. (2008) bahwa konsentrasi nitrogen anorganik terlarut dan materi organik di perairan laut akan meningkat apabila terjadi peningkatan masukan load atau beban nitrogen anorganik dari perairan sungai yang bermuara ke laut (Gambar 7). 95

9 Konsentrasi DIN di Pesisir (mg/liter) y = x R 2 = Konsentrasi DIN di Sungai (mg/liter) Gambar 7. Hubungan konsentrasi DIN di perairan sungai dan pesisir KESIMPULAN 1. Sebaran kandungan nitrogen anorganik terlarut rata-rata yang ditemukan di perairan sungai wilayah (0,926 mg/l), jauh lebih besar dibandingkan nilai kandungan ratarata nitrogen anorganik terlarut di perairan pesisir laut (0,385 mg/l). 2. Hubungan antara antara nila kandunan nitrogen anorganik terlarut (DIN) di perairan sungai terhadap nilai kandungan DIN di perairan pesisir laut dapat dijelaskan dengan persamaan Y dengan koefisien determinasi sebesar, menunjukkan bahwa 90,05% variasi nilai kandungan DIN di perairan pesisir dapat dijelaskan oleh variasi nilai kandungan DIN di perairan sungai. DAFTAR PUSTAKA Boyd CE Water Quality in Warm Water Fish Pond. Auburn University Agricultural Experimenta Station. Auburn Alabama. Duda, A.M., Policy, Legal and Institutional reform for Public Partnerships Needed to Sustain Large Marine Ecosystems of East Asia. Ocean and Coastal Management 49: Effendi H Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Goldman CR and AJ Horne Limnology. New York: Mc Graw Hill Book Company. Humborg C, Danielsson A, Sjoberg B, Green M Nutrient lan-sea fluxes in oligothropic and Pristine estuaries of the Gulf of Bothnia, Baltic Sea. Estuarine, Coastal and Shelf Science 56 : Islam MS Nitrogen and phosphorus budget in coastal and marine cage aquaculture and impacts of effluent loading on ecosystem: review and analysis towards model development. Marine Pollution Bulletin 50: Lee DI et al Coastal Environmental Assessment and Management by Ecological Simulation inyeoja Bay, Korea. Estuarine, Coastal and Shelf Science 80: Mann KH, Lazier JRN Dynamic of Marine Ecosystem. Biological- Physical Interaction in The Oceans. Blackwell Scientific Publications. Oxford Mandal S, Ray S, Ghosh PB Comparative study of mangrove litter nitrogen cycling to the adjacent estuary through modelling in pristine and reclaimed islands of Sundarban mangrove ecosystem, India. Procedia Environmental Sciences 13 : Millero FS and Sohn ML Chemical Oceanography. London: CRC Press. Nybakken JW Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Putnam LA, Gambrell RP, Rusch KA CBOD 5 treatment using the marshland upwelling sistem. Ecological Engineering 36: Wilkinson C and Salvat B Coastal Resource Degradation in the tropics: Does the tragedy of the commons apply for coral reefs, mangrove forest and seagrass beds. Marine Pollution Bulletin 64:

FLUKS NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

FLUKS NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, PROPINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK FLUKS NITROGEN ANORGANIK TERLARUT DI PERAIRAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, PROPINSI KEPULAUAN RIAU Febrianti Lestari 1), Ario Damar 2), Kadarwan Soewardi 3) & Luky Adrianto 4) Masuknya nitrogen

Lebih terperinci

Kajian Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Kajian Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Dinamika Maritim Coastal and Marine Resources Research Center, Raja Ali Haji Maritime University Tanjungpinang-Indonesia Volume 6 Number 1, August 2017 Original Research Paper 1 st National Seminar of

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN SIDOARJO

SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN SIDOARJO JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 384-391 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta Hasil pengamatan lapangan nitrat, amonium, fosfat, dan DO bulan Maret 2010 masing-masing disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO Indah Wahyuni Abida 1) 1) Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Abstract Lapindo mud loading in Porong river will cause change chemical

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan 2.2. Ekosistem Mengalir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan 2.2. Ekosistem Mengalir 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 2.368 juta km 3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama

Lebih terperinci

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2) PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2) ABSTRACT This study was conducted in April-May 2013 in the inner marine waters of the eastern

Lebih terperinci

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara Muh. Farid Samawi *, Ahmad Faisal, Chair Rani Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 438-447 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose DISTRIBUSI KONSENTRASI NITROGEN ANORGANIK TERLARUT PADA SAAT PASANG DAN SURUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK

KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 635-640 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN PENCEMARAN KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI SUNGAI PASAR BANGGI KABUPATEN REMBANG

ANALISA BEBAN PENCEMARAN KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI SUNGAI PASAR BANGGI KABUPATEN REMBANG ANALISA BEBAN PENCEMARAN KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI SUNGAI PASAR BANGGI KABUPATEN REMBANG Oleh : Siti Rudiyanti, Heni Nur Halimah, dan Haeruddin PS MSP, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Dumai ditinjau dari Aspek Fisika, Kimia dan Biologi

Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Dumai ditinjau dari Aspek Fisika, Kimia dan Biologi Dinamika Lingkungan Indonesia, Juli Juli 2016, p 75-80 p 107-112 ISSN ISSN 2356-2226 Dinamika Lingkungan Volume 3, Indonesia 3, Nomor 2 21 Analisis Kualitas Perairan Muara Sungai Dumai ditinjau dari Aspek

Lebih terperinci

DINAMIKA NITROGEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CILIWUNG

DINAMIKA NITROGEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CILIWUNG 1151 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 DINAMIKA NITROGEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CILIWUNG Devi Dwiyanti Suryono *) dan Setyo S. Moersidik **) *) Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002).

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir 7 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir Secara ekologis wilayah pesisir adalah suatu kawasan yang merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan. Wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA Analisis Kadar Nitrat dan... Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta (Kusumaningtyas, D.I.) ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 406-415 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose SEBARAN NITRAT DAN FOSFAT SECARA HORIZONTAL DI PERAIRAN PANTAI KECAMATAN TUGU,

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) 87 STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) Infa Minggawati dan Lukas Fakultas Perikanan Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG F1 08 Nurul Latifah 1)*), Sigit Febrianto 1), Churun Ain 1) dan Bogi Budi Jayanto 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk

Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk Dwi Fajar Wicaksono, Bambang Rahadi W, Liliya Dewi Susanawati Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas

Lebih terperinci

CONCENTRATION OF CHLOROPHYL-a IN THE SOLOK PULAU LAKE, TANJUNG BALAM VILLAGE, SIAK HULU SUB DISTRICT, KAMPAR DISTRICT, RIAU PROVINCE ABSTRACT

CONCENTRATION OF CHLOROPHYL-a IN THE SOLOK PULAU LAKE, TANJUNG BALAM VILLAGE, SIAK HULU SUB DISTRICT, KAMPAR DISTRICT, RIAU PROVINCE ABSTRACT CONCENTRATION OF CHLOROPHYL-a IN THE SOLOK PULAU LAKE, TANJUNG BALAM VILLAGE, SIAK HULU SUB DISTRICT, KAMPAR DISTRICT, RIAU PROVINCE By : Petrus Juandatua Sirait 1,Asmika Harnalin Simarmata 2, Clemens

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG Anna Rejeki Simbolon Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Kristen Indonesia annarejekisimbolon@gmail.com Abstract Cituis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS DAN SEBARAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

KOMPOSISI JENIS DAN SEBARAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PESISIR KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU KOMPOII JI DA BARA KOITM MAGROV DI KAAA PIIR KOTA TAJUGPIAG, KPULAUA RIAU Febrianti Lestari Jurusan Menejemen umberdaya Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. -mail: febs_lestary78@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Penentuan carrying capacity dalam lingkungan dapat didekati secara biologi dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan konsep ekologi

Lebih terperinci

KONSENTRASI NITRAT DAN BAHAN ORGANIK TOTAL PADA SAAT PASANG DAN SURUT DI MUARA SUNGAI DEMAAN JEPARA

KONSENTRASI NITRAT DAN BAHAN ORGANIK TOTAL PADA SAAT PASANG DAN SURUT DI MUARA SUNGAI DEMAAN JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 528 534 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KONSENTRASI NITRAT DAN BAHAN ORGANIK TOTAL PADA SAAT PASANG DAN SURUT DI MUARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 19-23. April 2016. ISSN : 2460-9226 AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan materi yang paling berlimpah, sekitar 71 % komposisi bumi terdiri dari air, selain itu 50 % hingga 97 % dari seluruh berat tanaman dan hewan terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karbon organik merupakan unsur yang penting selain hidrogen, oksigen serta nitrogen dan dalam bentuk senyawa merupakan dasar bagi semua kehidupan. Sumber bahan organik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

STATUS MUTU KUALITAS AIR LAUT PANTAI MARUNI KABUPATEN MANOKWARI

STATUS MUTU KUALITAS AIR LAUT PANTAI MARUNI KABUPATEN MANOKWARI STATUS MUTU KUALITAS AIR LAUT PANTAI MARUNI KABUPATEN MANOKWARI Water Quality Of Maruni Beach Manokwari Regency Harry N. Silalahi 1, Marhan Manaf 1, Alianto 1* 1 Jurusan Perikanan, FPIK UNIPA, Manokwari,

Lebih terperinci

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP Wiwid Prahara Agustin 1, Agus Romadhon 2, Aries Dwi Siswanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 39 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Terumbu Karang di Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Terumbu Karang Pulau Belanda Kondisi terumbu karang di Pulau Belanda berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media

Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media By Fahri Muhammad 1), Syafriadiman 2), Niken Ayu Pamukas 2) Laboratory of Environmental Quality

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) 1) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki

Lebih terperinci

PENGUKURAN KADAR AMONIA DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PROVINSI PAPUA

PENGUKURAN KADAR AMONIA DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PROVINSI PAPUA Pengukuran Kadar Amonia di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua (Bintoro, A., & Apriyadi) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Keberadaan amonium di alam dapat berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa protein. Senyawa ini perlu didegradasi menjadi gas nitrogen (N2) karena amonium menyebabkan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

KUALITAS NUTRIEN PERAIRAN TELUK HURUN, LAMPUNG

KUALITAS NUTRIEN PERAIRAN TELUK HURUN, LAMPUNG J.Tek.Ling Vol.7 No. 2 Hal. 140-144 Jakarta, Mei 2006 ISSN 1441 318X KUALITAS NUTRIEN PERAIRAN TELUK HURUN, LAMPUNG Arif Dwi Santoso Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari PENENTUAN PARAMETER PALING DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI FITOPLANKTON PADA MUSIM KEMARAU DI PERAIRAN PESISIR MAROS SULAWESI SELATAN 1 Rahmadi Tambaru 1, Enan M. Adiwilaga 2, Ismudi

Lebih terperinci

Kandungan Logam Berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya, Provinsi Sumater Utara

Kandungan Logam Berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya, Provinsi Sumater Utara 48 L. Grace et al. / Maspari Journal 02 (2011) 48-53 Maspari Journal 02 (2011) 48-53 http://masparijournal.blogspot.com Kandungan Logam Berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

Dimas Aditia Tjahyo Nugroho Adji Keywords: spatial analysis, water quality, nitrate, nitrite, ammonia

Dimas Aditia Tjahyo Nugroho Adji Keywords: spatial analysis, water quality, nitrate, nitrite, ammonia ANALISIS KERUANGAN KUALITAS AIRTANAH BEBAS PADA PERSEBARAN KANDUNGAN UNSUR NON ALAMI (Kasus : Kandungan Nitrat (NO 3 - ), Nitrit (NO 2 - ), dan Amoniak (NH 3 ) di Kecamtan Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN TAMBAK UDANG INTENSIF TERHADAP KUALITAS FISIK-KIMIA PERAIRAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

DAMPAK KEGIATAN TAMBAK UDANG INTENSIF TERHADAP KUALITAS FISIK-KIMIA PERAIRAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 5, No. 1, Februari 2014 ISSN : 2086-3861 DAMPAK KEGIATAN TAMBAK UDANG INTENSIF TERHADAP KUALITAS FISIK-KIMIA PERAIRAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO IMPACT OF THE

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):69-76 ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN ANALYSIS OF HEAVY METAL CADMIUM (Cd) AND MERCURY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik Kimiawi dan Biologi Perairan Dari hasil penelitian didapatkan data parameter fisik (suhu) kimiawi (salinitas, amonia, nitrat, orthofosfat, dan silikat) dan

Lebih terperinci

DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 2 /Desember 2016 (45-50) DINAMIKA NUTRIEN DENGAN SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Nopa Firmansyah 1, Yudi Nurul Ihsan 2, Lintang Permatasari Y 3 Program

Lebih terperinci

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG Yonik Meilawati Yustiani, Astri Hasbiah *), Muhammad Pahlevi Wahyu Saputra

Lebih terperinci

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities. Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas perairan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi sebelum menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar

Lebih terperinci

DINAMIKA KANDUNGAN NUTRIEN ANORGANIK TERLARUT SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL PADA PERAIRAN ESTUARI SUNGAI PORONG DAN SUNGAI WONOKROMO

DINAMIKA KANDUNGAN NUTRIEN ANORGANIK TERLARUT SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL PADA PERAIRAN ESTUARI SUNGAI PORONG DAN SUNGAI WONOKROMO DINAMIKA KANDUNGAN NUTRIEN ANORGANIK TERLARUT SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL PADA PERAIRAN ESTUARI SUNGAI PORONG DAN SUNGAI WONOKROMO RENDY ELIA SORMIN SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu yang paling hangat dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi termasuk manusia. Pelepasan gas-gas yang disebabkan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting.

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting. 1 I. PENGANTAR A. Latar Belakang Budidaya ikan merupakan usaha pemeliharaan ikan pada kondisi lingkungan yang terkontrol pada seluruh atau sebagian siklus hidupnya (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT 77 VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT Abstrak Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)

Lebih terperinci