BAB I PENDAHULUAN. Syndrome (AIDS) adalah salah satu penyakit kronis dan juga penyakit yang
|
|
- Teguh Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah salah satu penyakit kronis dan juga penyakit yang bersifat fatal (Feist, 2010), yang saat ini melanda seluruh dunia. Penyakit ini tidak mengenal batas negara dan juga menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia sendiri epidemi AIDS berlangsung hampir 20 tahun namun diperkirakan masih akan berlangsung terus dan memberikan dampak yang tidak mudah diatasi (Alman, dalam Taylor, 2009) AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virus ini menyerang sel darah putih (CD4) yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh dan merusaknya serta menjadikannya tempat berkembang biak dan menghasilkan HIV baru. Tanpa kekebalan tubuh, manusia mudah diserang penyakit, tubuh lemah tidak mampu melawan penyakit sehingga penderita dapat meninggal dunia akibat penyakit ringan sekalipun seperti influenza atau pilek biasa. Individu dengan AIDS rentan terjangkit penyakit yang mengancam (Sarafino, 1998). Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap berbagai masalah fisik yang terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh. Penderita akan rentan terhadap berbagai penyakit terutama penyakit infeksi (infeksi opportunistic) seperti TB paru, pneumonia, herpes simpleks/zoster, diare kronis, hepatitis C, sarkoma
2 kaposi, limpoma, infeksi gastrointestinal, infeksi/kelainan neurologik (Ignatavicius & Bayne, 1991; Bare & Smeltzer; Depkes R.I., 2003). Penanganan terhadap penyakit ini telah ada, akan tetapi sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Para ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS, dan obat itu disebut sebagai Antiretroviral Agents (ARV). Akan tetapi, obat ini tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya dapat memperlambat pertumbuhan HIV pada tahap awal (Taylor, 2006). Depkes RI tahun 2005 memprediksi pada tahun 2010 penderita HIV/AIDS akan mencapai hingga orang. Dan data menunjukkan sampai Maret 2009 tercatat orang pengidap HIV dan AIDS. Jumlah tersebut diyakini masih jauh dari jumlah sebenarnya dan masih akan terus meningkat (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2009). Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional sampai 30 Desember 2009, rerata kasus HIV/AIDS adalah 8,15 per penduduk. Tingkat usia penderita kasus HIV/AIDS 49,57% berada pada rentang umur tahun. Sementara 29,84% rentang umur tahun dan 8,71% pada usia antara tahun (Rinda, 2010). Project Officer Global Fund Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Andi Ilham Lubis mengatakan dari laporan yang diterima Dinkes Sumut selama Juni 2010 lalu, tercatat 2260 penderita HIV/AIDS di Sumut. Rinciannya, penderita HIV sebanyak 884 orang dan AIDS sebanyak orang. Sedangkan pada Juli 2010, terjadi peningkatan menjadi orang, dimana penderita HIV 909 orang dan AIDS orang (Adela Eka, 2010)
3 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang-orang yang secara positif didiagnosa terinfeksi virus HIV. ODHA adalah seseorang yang yang setelah menjalankan tes atau pemeriksaan darah dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS (Tuapattinaja, 2004). Orang-orang yang mungkin tertular virus HI ini tidak memandang usia, dan latar belakang. Semua orang bisa saja terinfeksi oleh virus ini. Akan tetapi ditemukan kelompok berisiko tinggi seperti pengguna napza suntik (penasun), pekerja seks (pria & wanita), waria, dan lelaki suka lelaki. Angka prevalensi HIV pada penasun cukup tinggi di Surabaya (56%), Medan (56%), Jakarta (55%), dan Bandung (43%). Angka prevalensi HIV pada waria sangat tinggi di Jakarta (34%), Surabaya (25,2%) dan Bandung (14%). Angka prevalensi HIV wanita penjaja seks (WPS) tertinggi terdapat di Papua 15,9%, berikutnya Bali 14,1%, Batam 12,3%, Jawa Barat 11,6%, Jakarta 10,2%, Jawa Tengah 6,6%, Jawa Timur 6,5%, dan Medan 6,1% (Rinda, 2010). Sementara laporan Departemen Kesehatan tentang situasi perkembangan kasus HIV/AIDS mengungkapkan, cara penyebaran virus ini secara kumulatif diketahui melalui heteroseksual yang mencapai persentase 49,7%, disusul IDU (Injection Drugs Use) penggunaan jarum suntik pengidap narkoba secara bergantian 40,7% dan hubungan seksual sesama laki-laki 3,4% (Rinda, 2010). Sejak ditemukannya penyakit AIDS (Acquired Imuno Deficiency Syndrome) dan virus penyebabnya HIV (Human Imunodeficiency Virus), muncul dampak yang begitu luas bagi individu dengan HIV/AIDS dan juga di masyarakat dan dampak yang ditimbulkan adalah dampak negatif seperti masalah fisik, psikososial, emosional dan spiritual pada ODHA (Bare & Smeltzer, 2002).
4 Individu yang positif terinfeksi HIV, salah satu masalah ditunjukkan dengan perubahan karakter psikososial yaitu: hidup dalam stres, depresi, merasa kurangnya social support, dan perubahan perilaku (WHO dalam Nasronudin, 2004). ODHA menjalani kehidupannya terasa sulit karena dari segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan perkembangan penyakitnya, tekanan emosional dan stres psikologis yang dialami karena dikucilkan oleh keluarga dan teman karena takut tertular, serta adanya stigma sosial dan diskriminasi di masyarakat. Wolcott, dkk (dalam Ader, 1991) mengemukakan bahwa penderita HIV/AIDS menghadapi situasi hidup dimana mereka sering menghadapi sendiri kondisinya tanpa dukungan dari teman dan keluarga yang memberi dampak kecemasan, stres, depresi, rasa bersalah dan pemikiran. Dewasa ini pandangan masyarakat terhadap ODHA sudah sedikit mengalami perkembangan ke arah positif. Akan tetapi sebagian besar masyarakat masih memberikan stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS. Faktorfaktor yang menimbulkan stigma dan diskriminasi di masyarakat adalah karena penyakit HIV/AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang tepat mengenai penyakit HIV/AIDS dan adanya kepercayaan dimasyarakat bahwa penyakit ini adalah merupakan suatu hukuman atas perbuatan yang melanggar moral atau tidak bertanggungjawab sehingga penderita HIV/AIDS itu pantas untuk menerima perlakuan-perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan, sehingga penderita HIV harus dihindari (Sarafino, 2006).
5 Ketakutan karena pengalaman dan kemungkinan mendapat stigma dan diskriminasi menambah beban pikiran dan kecemasan ODHA. Hal ini membuat mereka memiliki penilaian yang kerap kali salah terhadap orang yang mendekati mereka. Ketakutan mendapat stigma justru membuat mereka sendiri menstigma diri sendiri bahwa mereka akan direndahkan dan dikucilkan. Pikiran negatif ini membuat mereka cenderung untuk menarik diri dan menghindari pergaulan dengan orang lain bahkan menghambat mereka untuk mencari dukungan sosial yang dapat membantu mereka mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini jugalah yang membuat fenomena HIV/AIDS termasuk dalam fenomena gunung es. Dimana kasus HIV/AIDS yang muncul kepermukaan masih sangat sedikit tetapi sesungguhnya masih begitu banyak penderita HIV/AIDS yang tidak terdata dan tidak pernah diketahui (Sahabat Senandika, Yayasan Spiritia, No. 12, November 2003). Hidup seorang ODHA sangat tertekan, karena hidupnya sudah divonis tidak akan lepas dari virus yang akan senantisa bersarang dalam tubuhnya, juga trauma yang diperoleh dari masyarakat. Orang dengan HIV/AIDS akan merasa hidupnya tidak berarti. Pandangan dan harapan masa depan menjadi suram dan gelap dimana hasil dari segala sesuatunya menjadi sangat buruk, yang dapat memicu usaha untuk bunuh diri (Preau, dkk., 2008). Di tengah kondisi seperti itu, individu diharapkan memiliki sikap positif dari dalam dirinya untuk mampu bertahan dengan tetap memiliki harapan-harapan yang baik akan masa depan, bahkan dengan penyakit yang dihadapinya. Individu yang memiliki pola pandang positif, memiliki harapan masa depan yang baik
6 meskipun dengan banyak tantangan dan kemalangan dikenal dengan individu yang memiliki optimisme (Scheier & Carver, dalam Snyder, 2002) Optimisme merupakan sikap selalu memiliki harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Dengan kata lain optimisme adalah cara berpikir atau paradigma berpikir positif (Carver & Scheier 1993). Orang yang optimis adalah orang yang memiliki ekspektasi yang baik pada masa depan dalam kehidupannya. Masa depan mencakup tujuan dan harapan-harapan yang baik dan positif mencakup seluruh aspek kehidupannya (Scheier & Carver, dalam Snyder, 2002) Optimisme dapat mengarahkan seseorang untuk mengatasi stres lebih efektif dan menurunkan resiko jatuh sakit (Scheiver, dkk,, 1994, dalam Taylor, 2009). Sikap optimis akan membuat individu untuk mengambil langkah yang lebih efektif, aktif dan persisten yang mungkin dapat memperbaiki prospek jangka panjang terhadap penyesuaian psikologis dan kesehatan (Segerstom, dkk., dalam Taylor, 2009). Adanya sikap yang optimis telah terbukti melindungi dari berbagai penyakit lain seperti penyakit jantung koroner (Kubzansky, Sparrow, Voconas, & Kawachi, 2001), efek samping dari treatmen kanker (demoor et al., 2006), depresi pada usia paruh baya (Bromberger & Matthews, 1996), kematian karena kanker pada lansia (Schulz, dkk., 1996), hilangnya fungsi pulmonari (Kubzansky et al., 2002). Untuk penderita HIV, usaha yang diperlukan adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang diperankan oleh sel darah putih (CD4), sementara virus menghancurkannya. Tetapi dengan adanya optimisme ditemukan bahwa adanya
7 penurunan laju pertumbuhan virus dalam tubuh dan terjadi peningkatan CD4 (Joel, dkk., 2004). ODHA yang memiliki sikap optimis, lebih mampu untuk mengatasi stres yang dihadapinya. Seorang yang optimis akan lebih aktif dan mengatasi stess yang dialaminya dengan problem-focused coping dan juga memiliki perencanaan penuh. Sikap optimis akan cenderung untuk menerima realitas dari kondisi stressful, juga mencoba melihat sisi positif dari situasi yang buruk tersebut untuk mengambil dan mempelajari sesuatu dari hal tersebut. Sikap optimis menjadi mediator terhadap kesehatan individu, dimana ketika memiliki kemampuan untuk menemukan arti dari pengalamannya, maka akan memperlambat penurunan CD4 nya, dan tingkat kematian pun akan berkurang (Bower, dkk., dalam Taylor, 2009). Optimisme berhubungan dengan strategi coping yang aktif. Optimisme memprediksi sikap positif dan kecenderungan untuk merencanakan penyelesaian, mencari informasi, membangun banyak relasi untuk mendapat dukungan dan membentuk kembali situasi buruk untuk melihat aspek positifnya. Orang yang optimis tidak menganut fatalisme, menyalahkan diri sendiri, dan menghindar. Mereka juga tidak fokus pada aspek negatif dari situasi atau mencoba menekan simptom-simptomnya. Sebaliknya orang yang optimis akan menerima situasi yang tidak dapat diubah daripada mencoba lari dari situasi tersebut (Scheier & Carver, dalam Snyder, 2002). Akan tetapi pada kenyataanya, sebagian besar penderita HIV positif (HIV+) dijumpai menunjukkan sikap yang bertolak belakang, yaitu sikap pesimis, terkhusus ketika di awal mengetahui status sebagai ODHA. Berbagai reaksi yang
8 menunjukkan sikap pesimis mereka seperti keinginan untuk bunuh diri dan merasa tidak ada harapan lagi. Orang yang pesimis cenderung untuk melakukan penolakan dan mencari jalan keluar dengan coping yang salah seperti menarik diri dan menggunakan obat-obat terlarang (Scheier & Carver, dalam Snyder, 2002). Sama halnya seperti penderita penyakit lain, orang dengan dengan HIV/AIDS juga membutuhkan dukungan sosial. Dan dewasa ini, orang dengan HIV/AIDS sudah lebih mendapat perhatian dari orang-orang terdekatnya, masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan yang positif dimana berbagai social support diberikan kepada orang dengan HIV/AIDS supaya dapat berdaya dan menjalani kehidupannya. Dukungan sosial ini merupakan faktor eksternal menjadi pelindung bagi individu (Vollmann, dkk., 2007) Social support sangat penting untuk ODHA. Social support adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan yang dirasakan atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau kelompok (Sarafino, 2006). Emery dan Oltmanns (2000) mengatakan bahwa social support merupakan bantuan secara emosional dan langsung yang diberikan kepada seseorang. Dukungan ini bisa berasal dari pihak manapun yang merupakan significant others bagi orang yang menghadapi masalah atau situasi stres, seperti orang tua, pasangan, sahabat, rekan kerja ataupun dokter dan komunitas organisasi. Social support dapat bersumber dari keluarga, sahabat, tetangga, teman kerja, dan orang lain (DiMatteo, M. Robin, 1991). Anggota keluarga dan sahabat dapat memberikan bantuan dengan menunjukkan perhatian, empati dan dukungan secara emosional (emotional or
9 esteem support), sumber-sumber fisik dan bantuan secara langsung seperti meminjamkan uang, membantu merawat anak, dll (instrumental or tangible support), bantuan berupa saran-saran, petunjuk, informasi dan nasehat (informational support), serta dukungan dengan mendamping (companionship support) (Sarafino, 2006). Social support dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana social support mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan stres. Stres yang tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat memperburuk kondisi kesehatan dan menyebabkan penyakit. Tetapi social support yang diterima oleh individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres akan membantu individu mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatannya (Baron & Byrne, 2000). Kondisi ini dijelaskan oleh Sarafino (2006) bahwa berinteraksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu mengenai kejadian tersebut, dan ini akan mengurangi potensi munculnya stres baru atau stres yang berkepanjangan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa social support yang diterima subjek tersebut ternyata berdampak positif terhadap aspek kesehatan, psikologis, sosial dan pekerjaan subjek, sehingga hal tersebut dapat membantu subjek dalam meningkatkan kesehatan guna memerangi virus HIV. Bukti mengindikasikan bahwa optimisme dan social support memiliki korelasi (Boland and Cappeliez, dkk., 1997, dalam Optimism, social support, and adjustment in African American women with breast cancer). Pada penderita
10 penyakit kronis seperti kanker payudara, optimisme dan social support saling berkaitan secara positif, social support menjadi mediator terhadap optimisme dan penyesuaian hubungan, sebagaimana juga optimisme membuat individu membangun lebih banyak relasi dan meningkatkan social support pada kondisi yang stres (Brissette et al. 2002; Dougall et al dalam dalam Optimism, Social Support, And Adjustment In African American Women With Breast Cancer). Demikian halnya dengan ODHA, social support yang mereka rasakan akan membantu mereka dalam menghadapi masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya sama seperti pada penyakit kronis lainnya. Akan tetapi mengingat bahwa selain HIV/AIDS adalah penyakit kronis, penderita HIV/IDS juga merasakan stigma sosial yang membuat mereka sulit berinteraksi dengan orang lain, sehingga peneliti hendak mengukur keterkaitan antara social support yang mereka rasakan dengan kecenderungan mereka untuk memiliki harapan positif yaitu hasil yang baik dan menyenangkan dalam kehidupannya mendatang. Berbagai bentuk social support diterima oleh ODHA dari hubungannya dengan orang lain. Social support seperti emotional support, informational support, instrumental or tangible support, dan companionship support akan membantu ODHA menghadapi stres. Social support mengurangi stres, dan membantu individu untuk mengatasi tuntutan dan akibat penyakit yang serius (Wortman & House, 1987). Jenis dukungan sosial diatas menjelaskan kelengkapan atau tersedianya bantuan dan penghiburan dari seorang kepada yang lain. Tetapi faktanya,
11 keuntungan dan manfaat social support muncul dari persepsi bahwa dukungan sosial tersebut dibutuhkan dan tepat. Kejadian stressful yang berbeda menciptakan kebutuhan yang berbeda, dan dukungan sosial paling efektif ketika kebutuhan akan dukungan sosial dan jenis dukungan sosial yang diberikan tepat dan sesuai (Taylor, 2009). Martin (dalam Sarafino, 2006) menemukan bahwa pasien penderita kanker menerima emotion/esteem support, informational dan tangible support. Akan tetapi pasien kanker merasa bahwa dari semua dukungan yang diterima, emotion/esteem support lebih dapat menolong dalam masalah. Dukungan sosial tidak bermanfaat jika bentuk dukungan sosial yang diberikan bukan yang dibutuhkan. Dukungan emosional paling penting ketika datang dari orang-orang terdekat, sementara dukungan informasi dan nasihat diberikan oleh seseorang yang ahli, (Taylor, 2009). Dengan demikian, seseorang yang membutuhkan penghiburan dari anggota keluarga tetapi justru menerima nasihat, berarti bukan mendukung tetapi membuat situasi stres semakin lebih buruk (Darkof & Taylor, dalam Taylor, 2009). Kurik dan Mahler (dalam Sheridan & Radmacher, 1989) menemukan bahwa pasien operasi bypass koroner yang telah menikah dan pasangannya mengunjungi dengan teratur, sembuh lebih cepat dari pada mereka yang jarang dikunjungi oleh pasangannya dan mereka yang belum menikah. Social support akan bermanfaat jika diberikan dan diterima pada waktu dan kondisi seseorang membutuhkan bentuk dukungan tersebut. Penderita membutuhkan jenis dukungan yang berbeda pada waktu yang berbeda selama kondisi mengalami penyakit. Dukungan tangible seperti membawa/mengantar ke
12 tempat medis dibutuhkan diwaktu tertentu dan waktu yang lain dukungan emosional adalah yang paling penting (Taylor, 2009). Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) awalnya tidak menerima keadaannya. Saat mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS, orang dengan HIV/AIDS menjadi pendiam, menutup diri dari keluarga dan lingkungannya, hopeless, helplessness dan memiliki keinginan untuk bunuh diri. Saat seperti ini, kepuasan akan dukungan emosional yang dirasakan akan melindungi dari emosi-emosi negatif karena stres yang dialami (Sarafino, 2006). Dukungan berupa informasi yang diperoleh juga sangat membantu ODHA untuk memahami penyakitnya dan membantunya untuk mencari cara mengatasi dan bertahan. Dukungan informasi mengurangi stres karena mendapat informasi sehubungan dengan simptom AIDS. Juga kehadiran internet dirasakan menjadi sumber yang penting sebagai sumber informasi bagi ODHA (Hay, dkk., dalam Taylor, 2009). Demikian halnya dengan penderita HIV/AIDS, kepuasan akan social support yang mereka rasakan akan membantu mereka dalam menghadapi kondisi stres yang mereka hadapi dan ini akan memediasi optimisme pada ODHA. Dan kepuasan yang dirasakan atas bentuk-bentuk dukungan sosial dari interaksi dengan orang lain juga akan membatu ODHA semakin optimism dalam menjalani kehidupannya. Penelitian pada berbagai penyakit kronis mengindikasikan bahwa social support berhubungan dengan kondisi kesehatan dan juga optimisme penderita penyakit yang dialami. Akan tetapi penelitian ini hendak menguji hubungan social support dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS mengingat bahwa selain
13 HIV/AIDS adalah penyakit kronis, penderita HIV/IDS juga merasakan stigma sosial yang membuat mereka sulit berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu peneliti hendak mengukur keterkaitan antara social support yang mereka rasakan dengan kecenderungan mereka untuk memiliki harapan positif yaitu hasil yang baik dan menyenangkan dalam kehidupannya mendatang. Selain itu, penelitian ini juga hendak mengukur hubungan antara bentukbentuk social support dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS. Berbagai bentuk social support tersebut seperti social support instrumental, emosional/penghargaan, informatif, dan pendampingan. Telah banyak penelitian yang mengidentifikasikan social support sebagai faktor pelindung bagi individu. Pada dasarnya semua dibutuhkan oleh individu, namun, bentuk social support apa yang berhubungan dengan optimisme orang dengan HIV/AIDS belum banyak dibahas. Kepuasan yang dirasakan akan bentuk social support ketika berinteraksi dengan orang lain tentunya akan berhubungan dengan bagaimana pandangan ODHA terhadap kehidupannya sehingga dapat mengatasi dan meresponi permasalahan yang dihadapi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah ada hubungan antara social support dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)? 2. Apakah ada hubungan antara bentuk-bentuk social support dengan optimisme orang dengan HIV/AIDS (ODHA)?
14 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara social support dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan mengukur juga hubungan antara bentuk-bentuk social support dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis Memperkaya referensi ilmiah dalam bidang kesehatan mental mengenai optimisme pada orang dengan HIV/AIDS. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah optimisme pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 2. Manfaat praktis a. Memberikan informasi kepada para ODHA mengenai keterkaitan antara optimisme dalam diri mereka dengan social support yang dirasakan. b. Memberikan informasi dan referensi bagi masyarakat secara luas, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah sebagai pihak di luar ODHA untuk dapat memberikan social support yang berkaitan dengan optimisme pada orang dengan HIV/AIDS c. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kondisi penderita HIV/AIDS, hubungan bentuk-bentuk social support dengan optimisme ODHA, sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam upaya membantu dan memberdayakan orang dengan HIV/AIDS.
15 E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian serta manfaat penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang optimisme, dan teori social support. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional dari optimisme, social support, emotional or esteem support, instrumental or tangible support, informational support, companionship support, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur, metode analisa data serta hasil uji coba alat ukur penelitian. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil penelitian yang meliputi hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil utama penelitian, hasil tambahan dan pembahasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran penyempurnaan penelitian berikutnya.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan menginfeksi tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang orang orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciHIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) menjadi agenda penting baik dikalangan kedokteran maupun dikalangan politisi
Lebih terperinci2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunice
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah Tidak ada asap tanpa adanya api, tentu tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sebuah sindrom
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sebuah sindrom yang menyerang sistem imun manusia yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan masalah kesehatan global baik di negara maju maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab Negara dan pemerintah yang kemudian dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan Negara Republik Indonesia (Kemenkes, 2006) menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).
Lebih terperinci2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS.Sejak pertama
Lebih terperinci2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran warga negara dalam terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara adalah penting hukumnya. Pemerintahan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengkhawatirkan masyarakat karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini juga memiliki
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi yang diakibatkan oleh virus HIV ini dapat menyebabkan defisiensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini berkembang secara pandemik. Masalah-masalah
Lebih terperinciFaktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar Esse Puji 1, Sri Syatriani 2, Bachtiar 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Makassar, Indonesia Introduction
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immunne Deficiency Syndrome) merupakan kondisi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah AIDS (Acquired Immunne Deficiency Syndrome) merupakan kondisi dimana individu yang menderitanya memiliki kemungkinan kematian yang sangat tinggi (Sarafino,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebutan AIDS, adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau lebih dikenal dengan sebutan AIDS, adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciH.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok
H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan.
Lebih terperinci57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations
Lebih terperinci# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki tubuh yang sehat dan terbebas dari segala jenis penyakit merupakan harapan bagi setiap individu, karena kesehatan merupakan salah satu aset yang sangat penting
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit
Lebih terperinciPERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI
PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten yang terletak diujung timur pulau jawa yang mempunyai nilai potensial dan sangat strategis karena berdekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Bukti dari adanya epidemi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) ditemukan pada pertengahan antara musim semi dan musim dingin di tahun 1980. Antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]
PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan sangat ditakuti di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
Lebih terperinci