BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa sebagai kebanggaan, lambang identitas, alat perhubungan di masyarakat daerah perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dan warga negara supaya terus hidup dan dipakai sebagai bahasa ibu oleh masyarakat Jawa pada khususnya maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal itu sebagai salah satu langkah dalam menjalankan amanah Undang-Undang Dasar Bahasa Jawa merupakan salah satu dari ratusan bahkan ribuan bahasa daerah yang telah hidup dan berkembang selama berabad-abad di Indonesia. Di dalam hubungannya dengan kedudukan bahasa Indonesia, bahasa Jawa berkedudukan sebagai bahasa daerah. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah (Halim,1976:145). Menurut Poedjosoedarma (2001:37) bahasa Jawa sebagai bahasa yang memiliki tradisi sastra dan mempunyai martabat yang tinggi. Koentjaraningrat (1994:20) menyatakan bahwa bahasa Jawa sudah memiliki tradisi kesusasteraan sejak abad ke 8. Namun perkembangannya, bahasa Jawa semakin kehilangan perannya sejak dialihkan fungsinya sebagai bahasa daerah. Bahasa Jawa semakin hari semakin menurun frekuensi pemakaiannya dalam kehidupan bermasyarakat. 1

2 2 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gejala menurunnya minat masyarakat Jawa terhadap pemakaian bahasa Jawa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pengaruh globalisasi (Fernandez,1993:2), dan kedua yaitu pengaruh modernisasi yang mendorong kemajuan teknologi (Poedjosoedarma, 1979:61). Kedua faktor penyebab menurunnya minat masyarakat Jawa terhadap pemakaian bahasa Jawa tersebut adalah faktor eksternal bahasa yang memungkinkan munculnya perubahan. Terdapat sejumlah faktor yang berperan sangat besar dalam menentukan kelangsungan hidup suatu bahasa. Satu di antaranya adalah kebijakan bahasa yang digariskan oleh pemerintah yang dilaksanakan lewat lembaga yang paling berkompeten dalam bidang kebahasaan di antaranya yaitu Pusat Pembinaan Bahasa ataupun Balai Bahasa di setiap daerah. Menurut Wijana (2006:30) secara jujur dalam hal ini perlu kirannya diakui bahwa garis kebijakan ini memiliki nilai positif. Dengan adanya garis kebijakan inilah berjuta-juta rakyat Indonesia dari etnis yang sangat beragam sekarang ini memiliki bahasa persatuan, bahkan hanya bahasalah sekarang yang mungkin mempersatukan bangsa ini di tengah tengah konflik etnik yang akan membawa ke ambang kehancuran. Tidak dapat dibayangkan keadaannya bila bangsa ini menggunakan beberapa bahasa sebagai bahasa resmi. Hanya saja memang pelaksanaan garis kebijakan yang semata-mata menekankan pembinaan dan pengembangan bahasa nasional, tanpa secara serius melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah akan lambat laun menyebabkan semakin melemahnya peranan bahasa daerah, dan pada akhirnya akan membawa kepunahan bagi bahasa daerah itu. Hal ini secara tidak langsung

3 3 merupakan perampasan hak hidup masyarakat pendukung bahasa-bahasa lokal bersangkutan. Untuk melakukan pembuktian minat masyarakat Jawa terhadap pemakaian bahasa Jawa, salah satunya dengan cara meneliti campur kode dan alih kode di suatu kelompok masyarakat. Penelitian ini akan meneliti peristiwa campur kode dan alih kode pada anak-anak. Hal ini disebabkan anak-anak adalah pelangsung dan penerus dalam rangka pelestarian pemakaian bahasa Jawa. Dapat dikatakan, jika anak-anak menggunakan bahasa Jawa dengan baik, maka kelangsungan hidup bahasa Jawa akan tetap terus hidup dan berkembang. Namun sebaliknya, jika kurang baik dan tidak ada usaha yang serius dalam menangani hal tersebut maka dikhawatirkan kelangsungannya akan terganggu. Jika dibiarkan terus-menerus, bisa dimungkinkan bahasa Jawa tidak akan lagi dipakai sebagai alat komunikasi oleh generasi penerus masyarakat Jawa. Baik atau kurang baik dalam menggunakan bahasa Jawa dapat diambil hal positifnya, yaitu dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai bahan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan penggunaan bahasa Jawa. Tahap perkembangan bahasa seorang adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dan m elalui berbagai tahapan. Masing-masing tahapan selalu mengalami perkembangan ke arah bentuk bahasa yang lebih sempurna. Perkembangan bahasa anak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi bahasa di lingkungan, sehingga anak dalam perkembangannya akan mengenal bahasa lingkungan. Dalam lingkungan tersebut anak berinteraksi dan menggunakan

4 4 bahasa untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar. Interaksi yang terjadi menggunakan bahasa dengan berbagai macam bentuk dan ragam bahasa menurut keperluan bahasa dan lawan berbahasa. Jadi, lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, masyarakat sekitar rumah, sekolah, dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap campur kode dan alih kode dalam percakapan pada anak-anak. Penelitian campur kode dan alih kode pada percakapan anak-anak dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Atfal (disingkat = TK ABA) di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Diharapkan usia siswa TK dapat mewakili usia anak-anak. Pemilihan lokasi penelitian di TK ABA yaitu karena menurut data dari BPS dalam gabungan riset bersama Pemda Kulon Progo menunjukkan TK ABA merupakan TK yang jum lahnya terbanyak di kecamatan Wates, jadi dengan mengambil sampel di TK ABA diharapkan dapat mewakili anak-anak di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di lapangan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini meneliti campur kode dan alih kode dalam percakapan siswa TK ABA di Kecamatan Wates. Dalam penelitian ini akan melihat peristiwa campur kode dan alih kode yang terjadi dalam percakapan. Selain itu juga melihat pengaruh yang melatar belakangi kemunculan situasi campur kode dan alih kode.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini mengkaji fenomena kebahasaan dalam hal campur kode dan alih kode dari sudut pandang sosiolinguistik. Untuk membatasi agar penelitian ini lebih terarah maka masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut. a. Bagaimana kondisi wilayah di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dan TK ABA dalam mempengaruhi campur kode dan alih kode? b. Bagaimana campur kode dan alih kode yang muncul dalam percakapan siswa TK ABA di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dan apa saja faktor yang mempengaruhinya? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mengetahui kondisi wilayah Kecamatan Wates dan TK ABA yang ada di daerah tersebut. b. Mengetahui kemunculan campur kode dan alih kode dalam percakapan siswa TK ABA di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dan faktor yang mempengaruhinya.

6 6 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Karena keterbatasan peneliti maka dari beberapa masalah dan tujuan penelitian di atas, ruang lingkup dibatasi pada siswa TK ABA di kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. Data yang diambil dari 6 TK ABA yang berada di kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo, yaitu TK ABA Kauman, TK ABA Gadingan, TK ABA Dobangsan, TK ABA Kasatriyan, TK ABA Bendungan, TK ABA Serangrejo. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang akan dibagi dalam dua kategori, yaitu manfaat penelitian secara teoritis dan praktis Manfaat Teoretis Campur kode dan alih kode adalah sebuah cabang ilmu linguistik yang menjelaskan tentang peralihan penggunaan satu bahasa ke bahasa lain. Secara teoretis, penelitian ini akan memberikan sebuah pengetahuan baru dalam bidang ilmu linguistik yang mengkaji campur kode dan alih kode dalam percakapan anak-anak. Lebih dari itu, penelitian ini juga merupakan salah satu upaya untuk pengembangan bidang makro linguistik dalam ranah kebudayaan seperti apa pengaruh sosial terhadap penggunaan bahasa anak-anak Manfaat Praktis Seorang akademisi sudah sewajarnya menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi, penelitian, pengajaran, pengabdian. Penelitian ini merupakan

7 7 salah satu bentuk implikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut sehingga secara langsung memberikan manfaat praktis. Ditambah lagi penelitian ini dibuat bukan sebagai sebuah manfaat material tetapi lebih pada manfaat imaterial, yaitu share knowledge atau apa saja yang harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa di TK. Selain itu juga sebagai masukkan bahas pengajaran bahasa Jawa pada anak dan pengayakan materi pembelajaran bahasa Jawa. 1.6 Tinjuan Pustaka Berikut adalah beberapa temuan pustaka yang dija dikan acuan untuk mendukung penelitian ini. Berisi tentang penelitian yang melibatkan anak-anak sebagai bahan kajian penelitian dan penelitian tentang alih kode dan campur kode. Purwo (1989) mengadakan penelitan tentang perkembangan bahasa anak dari lahir sampai prasekolah. Penelitian ini mengungkapkan bahwa memasuki usia enam tahun anak sudah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar dan sudah siap untuk mempelajari bahasa tulis. Lebih spesifik lagi anak usia enam tahun sudah memiliki kemampuan dasar berbahasa yaitu berbicara, membaca, menyimak, dan menulis. Walaupun kemampuannya masih terbatas tidak seperti orang dewasa. Purwo (1991) meneliti tentang perkembangan pragmatik dan tata bahasa anak. Penelitian tersebut pengungkapkan bahwa anak tidak sekedar meniru mentah-mentah model bahasa yang digunakan oleh orang dewasa melainkan mempunyai kaidah tersendiri dalam menyusun bahasa. anak-anak memiliki cara tersendiri dalam menyusun tata bahasa. Model-model yang disusun tidak serta merta seperti tata bahasa orang dewasa, akan tetapi maksud dari bahasa tersebut

8 8 seperti yang dimaksudkan oleh orang dewasa. Pengaruh lingkungan dalam hal ini orang dewasa sangat mempengaruhi anak-anak dalam menyusun tata bahasa. Dardjowijoyo (2000) mengadakan pengamatan dan pengkajian pemerolehan bahasa mulai tahun pertama hingga tahun kelima usia cucunya, Echa. Dardjowijoyo (2005:49-50) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada anak usia 4-5 tahun, anak telah mengalami berbagai perkembangan dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan pragmatik. Dalam fonologi, anak usia TK telah menguasai hampir semua bunyi bahasa Indonesia. Dari segi morfologi, anak usia lima tahun tampak telah mengembangkan verba dengan lebih cepat dan lebih produktif dari pada kategori lain, dan ragam bahasa yang dipakai masih tetap informal meskipun sudah mulai muncul bentuk-bentuk formal. Dari segi sintaksis, anak mulai menguasai frasa dan kalimat meskipun sebagian besar masih bertipe kalimat tunggal. Perkembangan leksikon anak yang bertambah dengan pesat tersebut disebabkan karena fakta masukan dari lingkungan termasuk di dalamnya sosialisasi dengan teman sebaya. Selain itu adalah kemampuan anak yang dapat membedakan hal-hal di alam sekitarnya dengan lebih baik. Bolonyai (1999) dalam International Jurnal of Bilingualism menulis artikel berjudul In - Between Language: languages Shif/Maintenance in Childhood Bilingualism. Bolonyai mengutarakan konsekuensi struktural kontak intensif dalam perkembangan bahasa 1 dan bahasa 2 pada suatu lingkungan. Hal yang akan terjadi anak-anak akan mengalami perkembangan bahasa yang lebih dominan pada bahasa 2.

9 9 Kepirianto (2002) dengan judul penelitian Bahasa Tutur Anak Pada Masyarakat Bilingual Studi Kasus Anak Umur 8 Tahun. Penelitian ini merupakan studi kasus pada sebuah keluarga di Kota Semarang Jawa Tengah. Subyek penelitian ini yaitu, 2 orang anak peneliti yang bernama Ulfa dan Titin. Penelitian ini mendeskripsikan pemerolehan bahasa tutur anak meliputi pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, dan variasi tutur. Bahasa tutur anak bilingual itu mirip dengan bahasa tutur yang dipakai masyarakat di lingkungan anak. Namun, terkadang bahasa tutur anak masih seperti bahasa tutur yang dituturkan ketika anak masih kecil. Pemerolehan fonologi bahasa tutur anak mirip dengan bahasa orang dewasa. Pemerolehan morfologi bahasa tutur sudah dikuasai oleh anak. Pemerolehan sintaksis pada anak masih belum sempurna dan bersifat informal. Variasi tutur anak yaitu ragam informal dengan tutur ringkas. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya register untuk menyatakan berbagai tujuan dan topik. Selain itu juga ditemukan alih kode sebagai akibat tutur bilingual pada anak. Prihandini (2002) meneliti tentang Penggunaan Bahasa Anak-Anak TK 0 (nol) kecil TK Syuhada Yogyakarta umur 4-5 tahun dalam hal tingkat penggunaan bahasa bidang fonologi, morfosintaksis, dan leksikal. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak memperoleh 3 bahasa yaitu, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Arab. Namun demikian, anak-anak belum mampu untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, khususnya antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. B ahasa arab digunakan dalam doa dan salam. Dalam hal ini, nampaknya lingkungan sangat berperan pengaruhnya. Tipe -tipe bahasa yang diperoleh tergantung bahasa apa yang ada di lingkungannya. Bahasa

10 10 Indonesia banyak digunakan dalam ragam informal. Dalam bahasa Jawa, tingkat ngoko paling banyak digunakan karena anak-anak berada dalam suasana informal dan mereka bicara dengan teman-teman sebaya. Pada bidang fonologi, anak-anak telah memperoleh pola bunyi yaitu, vokal, konsonan dan struktur suku kata. Sedangkan untuk morfosintaksis anak-anak telah memperoleh tentang afiksasi dan reduplikasi. Tipe afiksasi yaitu, prefiks, infiks, dan konfiks. Nicoladis dan Genesce ( 1999) dalam Parental Discourse and Code Mixing in Bilingual Chlidren melakukan penelitian di Montreal. Mereka meneliti lima anggota keluarga bilingual Perancis-Inggris sejak berusia 2,0-2,6 tahun. Penelitian tersebut dipusatkan pada dua hal. Pertama, meneliti tentang hubungan antara gaya tanggapan orang tua dan kecepatan campur kode anak. Kedua, meneliti pengaruh suatu tanggapan tertentu terhadap campur kode anak dalam percakapan berikutnya. Rahardi (1996) dalam tesisnya yang berjudul Kode dan Alih Kode Dalam Wacana Jual Beli Sandang pada Masyarakat Tutut Bilingual dan Diglasik di Wilayah Kodya Yogyakarta mengungkapkan bentuk dan arah alih kode yang dilakukan oleh para penjual pakaian serta menjelaskan alasan beralih kode. Subyek penelitian adalah para penjual sandang di Yogyakarta. Menurut Widjajakusumah (1981) dalam Chaer (2010: ) terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dikarenakan 12 faktor, yaitu kehadiran orang ketiga, perpindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis, beralihnya suasana berbicara, ingin dianggap terpelajar, ingin menjauhkan jarak, menghindarkan adanya bentuk kasar dan halus dalam bahasa Sunda,

11 11 mengutip pembicaraan orang lain, terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia, mitra berbicaranya lebih mudah, berada di tempat umum, menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda, dan beralih media /sarana berbicara. Penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda juga dikarenakan 12 faktor, yaitu, perginya orang ketiga, topiknya beralih dari hal teknis ke hal nonteknis, suasana beralih dari resmi ke tidak resmi dan dari situasi kesundaan ke keindonesiaan, merasa ganjil untuk tidak berbahasa Sunda dengan orang sekampung, ingin mendekatkan jarak, ingin beradab-adab dengan menggunakan bahasa Sunda halus dan berakrab-akrab dengan bahasa Sunda kasar, mengutip dari peristiwa bicara lain, terpengaruh lawan bicara yang berbahasa Sunda, perginya generasi muda, merasa di rumah sendiri, ingin menunjukkan bahasa pertamanya, dan beralih bicara biasa tanpa alat-alat seperti telepon. Berdasarkan paparan di atas beberapa penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam kaitannya tentang penelitian bahasa anak-anak terutama tentang penelitian campur kode dan alih kode dalam percakapan siswa TK ABA di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. 1.7 Kerangka Teori Dalam penelitian ini akan menggunakan teori utama dan teori sekunder untuk menganalisis data yang ditemukan sebagai sebuah upaya untuk menjawab rumusan masalah di atas. Penelitian ini menggunakan teori-teori sosiolinguistik. Kridalaksana (1993:201) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan

12 12 perilaku sosial. Menurut Chaer (2010:2) definisi sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan obyek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya. Siapa yang berbicara, yang mana ba hasa itu, dan kapan (Fishman, 1975:15). Dalam kajian sosiolinguistik, ada beberapa teori yang melingkupinya seperti alih kode dan campur kode. Pada penelitian ini teori alih kode atau campur kode akan dijadikan teori utama. Kode menurut Kridalaksana (1993:87) adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, sistem bahasa dalam suatu masyarakat, atau variasi tertentu dalam suatu bahasa. Kode menurut Poedjosoedarmo (1982:30) adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai cirri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Jadi, dalam kode itu terdapat unsur bahasa, seperti kalimat, kata, morfem, dan fonem. Kode berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1982:30). Dalam sebuah bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan varian bahasa itu. Bagi masyarakat bilingual

13 13 atau multilingual, inventarisasi kode itu menjadi lebih luas dan mencakup varian dua bahasa atau lebih (Poedjosoedarmo, 1982:30). Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa yang digunakan dalam situasi percakapan seperti berubahnya dari ragam santai ke ragam resmi atau sebaliknya, dan bisa juga dari satu bahasa ke bahasa lain (Chaer, 2010: 106). Sedangkan campur kode pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan alih kode, yaitu perubahan ragam bahasa. Namun, untuk menjelaskan perbedaan yang secara signifikan antara alih kode dan campur kode belum bisa ditarik secara tegas. Untuk penjelasan mengenai campur kode mengikuti Fasold (1984) yang menawarkan kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dan alih kode. Kalau seseorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode, tetapi apabila satu klausa jelas-jelas memiliki unsur gramatika satu bahasa dan klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika lain, maka peristiwa itu disebut alih kode (Chaer, 2010: ). Campur kode dan alih kode dianggap sebagai sebuah teori yang sesuai untuk melihat fenomena berbahasa pada anak di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia memiliki bahasa Nasional sebagai bahasa pemersatu dan bahasa-bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia merupakan m asyarakat yang bilingual karena di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa pemerintahan, bahasa formal, bahkan bahasa pengantar dalam institusi pendidikan. Namun, karena setiap daerah memiliki bahasa sendiri sehingga seorang anak terdidik dan berkembang dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat bil ingual

14 14 cenderung melakukan alih kode maupun campur kode dalam tuturannya. Edwards (1995:56) mengutarakan pendapat Bloomfield, Weinreich, dan Haugen perihal bilingualisme. Bloomfield mengatakan bahwa bilingualisme merupakan hasil dari proses pembelajaran suatu bahasa asing selain bahasa ibunya. Weinreich mendefinisikan bilingualisme semata-mata sebagai penggunaan dua bahasa secara bergantian. Sementara itu, Haugen berpendapat bahwa bilingualisme diawali dengan kemampuan untuk menghasilkan ujaran yang lengkap dan bermakna dalam bahasa kedua. Oleh karena itu, alih kode dan campur kode merupakan sebuah fenomena kebahasaan yang sering terjadi dalam masyarakat bilingual. 1.8 Metode Penelitian Berdasarkan tahap dan pelaksanaannya, metode penelitian ini terdiri dari cara penyediaan data, cara analisis, dan cara pemaparan hasil data (Sudaryanto, 1992: 57). Hal tersebut merupakan metode paling mendasar dalam sebuah penelitian linguistik Metode Pengumpulan Data Cara penyediaan atau pengumpulan data penelitian ini dengan mencari data dari TK ABA yang berada di kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. Langkah awal proses pengumpulan data dengan cara observasi tanpa partisipasi, yaitu mengamati situasi kebahasaan siswa tanpa berkomunikasi dengan siswa. hal tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan diri supaya siswa akrab dengan peneliti dan nantinya ketika pengambilan data siswa tidak canggung dengan peneliti. Cara penyediaan atau pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

15 15 pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat sedemikian rupa, terdiri dari 11 pertanyaan. Pertanyaan nomer satu berisi tentang perkenalan identitas siswa, sedangkan pertanyaan nomer 2 sampai 11 berisi tentang pertanya an yang berhubungan dengan gambar supaya mudah dipahami oleh siswa. Siswa diminta untuk mengamati gambar, kemudian siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi gambar tersebut. Gambar yang disajikan sebagai bahan pemerolehan data berhubungan dengan fenomena yang tidak asing dengan kehidupan mereka, seperti gambar binatang, makanan, maupun aktifitas anakanak. Bahasa yang digunakan dalam beberapa pertanyaan tersebut menggunakan bahasa Jawa campuran (krama, krama inggil, dan ngoko). Hal tersebut disebabkan karena untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan siswa, selain itu juga untuk mendekatkan jarak antara peneliti dan siswa. contoh bahasa Jawa campuran (krama dan ngoko) seperti pada contoh (1) berikut ini. Peneliti Siswa : Digatekke nggih gambar niki! Kewan napa sing nembe penekan ing uwit niku? Coba dilihat gambar ini! Binatang apakah yang sedang memanjat pohon itu? : Munyuk maem apel merah. Monyet memakan apel merah Penggunaan kata krama inggil m isalnya pirsa lihat dalam pertanyaan dimaksudkan untuk mbasakke (memberikan pengajaran pada siswa untuk belajar krama inggil). Contoh bahasa Jawa campuran (krama inggil dan ngoko) dapat dilihat pada percakapan (3) berikut ini. Peneliti : Dipirsani gambar iki! Kewan apa sing lagi mabur iki? lihatlah gambar ini! Binatang apa itu?

16 16 Siswa : Kupu-kupu Penggunaan bentuk bahasa tersebut sebagai alat implementasi observasi peneliti masuk ke dalam kehidupan bahasa anak untuk menggali kemampuan berbahasa anak secara natural. Jawaban pertanyaan yang diperoleh dari siswa tersebut direkam dan dicatat kemudian dijadikan sebagai data untuk dianalisis menggunakan teori campur kode dan alih kode Metode Analisis Data Setelah data dikum pulkan secara cukup untuk mendapatkan gambaran umum tentang konsep campur kode dan alih kode, kemudian data tersebut dianalisis sesuai dengan rumusan masalah penelitian, yaitu dengan klasifikasi temuan data, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan. ini. Berikut adalah contoh analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian (1)Percakapan antara peneliti dengan Adnan Mustafa Peneliti Siswa Peneliti Siswa : Digatekke nggih gambar niki! Kewan napa sing nembe penekan ing uwit niku? Coba dilihat gambar ini! Binatang apakah yang sedang memanjat pohon itu? : Munyuk maem apel merah. Monyet memakan apel merah : Liyane kewan sing penekan niku, cobi disebutke kewan liyane? Selain binatang yang memanjat pohon itu, coba sebutkan binatang yang lain : Pitik ro anake pitik. Ayam dengan anak ayam Pada percakapan (1) yaitu percakapan antara peneliti dan Adnan Mustafa (Siswa TK ABA Kauman) terjadi peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

17 17 Adnan Mustafa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Percakapan tersebut menunjukan adanya campur kode bahasa Indonesia yang berwujud kata, yaitu merah. Merah dalam bahasa Jawa adalah abang (ngoko) atau abrit (krama). (2) Percakapan antara peneliti dengan Rahma Yunita Andriyani. Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa : sinten namine, adhik? Siapa nama adik? : Rahma. Rahma : Jangkepe? Nama lengkap? : Rahma Yunita Andriyani. Rahma Yunita Andriyani. : Sakniki umure adhik pinten? Sekarang umur adik berapa? : Lima tahun. Lima tahun : Pinten sedulure? Berapa bersaudara? : Pira ya? Satu, aku thok mas. Berapa ya? Satu, aku saja mas. Pada percakapan (2) yaitu percakapan antara peneliti dan Rahma Yunita Andriyani (siswa TK ABA Kauman) terjadi peristiwa alih kode yang dilakukan oleh Rahma Yunita Andriyani dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Percakapan tersebut menunjukan adanya alih kode bahasa Indonesia yang berwujud frasa, yaitu lima tahun. Hal tersebut dimasukkan ke dalam peristiwa alih kode karena peneliti selalu menggunakan kode bahasa Jawa, akan tetapi dalam menjawab pertanyaan dari peneliti, Rahma Yunita Andriyani beralih kode menggunakan kode bahasa Indonesia. Lima tahun dalam bahasa Jawa adalah limang taun (ngoko) atau gangsal taun (krama).

18 Metode Penyajian Data Setelah data dianalisis, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan dengan menjabarkan keseluruhan penjelasan dari rumusan masalah yang ada, yaitu dengan menyajikan bentuk campur kode dan alih kode yang dilakukan siswa TK ABA di kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil penyajian data di dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa bab, yaitu: BAB I merupakan pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. BAB II berisi tentang deskripsi singkat kondisi kecamatan Wates. BAB III berisi tentang penjelasan campur kode dan alih kode dalam percakapan siswa TK ABA dan faktor yang mempengaruhinya. BAB IV merupakan kesimpulan dan saran dari BAB I sampai BAB III, dan juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang vital dan utama dalam hidup. Karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan bahasa bahasa. Selain dari suku bangsa asli Indonesia, terdapat suku bangsa asing yang berdiam di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling berinteraksi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan serta pengalamannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam mempertahankan hidupnya manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Interaksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah 71 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang alih kode dan campur kode, sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa merupakan suatu kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia dalam bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal yang penting dilakukan oleh manusia karena secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NETI USPITA WATI NIM 100388201300 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Buol merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi tengah yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol,

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BERBAHASA JAWA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH PERMATA HATI BERBAH SLEMAN SKRIPSI

CAMPUR KODE BERBAHASA JAWA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH PERMATA HATI BERBAH SLEMAN SKRIPSI CAMPUR KODE BERBAHASA JAWA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH PERMATA HATI BERBAH SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komuniksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengamen atau mereka lebih suka disebut dengan musisi jalanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengamen atau mereka lebih suka disebut dengan musisi jalanan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia yang memiliki bermacam macam suku bangsa, dengan sendirinya juga memiliki bermacam macam bahasa. Selain dari suku bangsa asli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Lazimnya, manusia tersebut jarang memperhatikan peranan bahasa itu sendiri dan lebih sering menganggapnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang

Lebih terperinci

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sering digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebagian besar kegiatan berkomunikasi didominasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relavan Penelitian mengenai multilingualisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa pesan lisan, maupun

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana resmi maupun tidak resmi, selalu terikat oleh suatu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa peranan bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK. PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan peranannya sangat penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya kebudayaan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci