BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Merger dan Akuisisi Warren J. Keegen dalam bukunya Global Marketing Management mengatakan bahwa pengembangan usaha secara internasional dapat dilakukan dengan sekurangnya lima macam cara yaitu dengan cara ekspor, melalui pemberian lisensi, dalam bentuk franchising (waralaba), pembentukan perusahaan patungan (joint ventures), dan total ownership atau pemilikan menyeluruh, yang dapat dilakukan melalui direct ownership (kepemilikan langsung) ataupun melalui merger dan akuisisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi menjadi salah satu cara untuk mengembangkan atau memperluas suatu usaha. Terutama bagi perusahaan yang ingin cepat berkembang dalam waktu yang relatif singkat. Konsep merger dan akuisisi sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha yaitu relatif dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan pengembangan usaha lainnya yang cenderung banyak memakan waktu dan biaya. Dengan melakukan merger dan akuisisi, seorang pengusaha dapat lebih cepat dan mudah menguasai suatu usaha tanpa harus merintis sebuah usaha dari awal dan tidak menutup kemungkinan dapat menanggung risiko kegagalan usaha. Namun cukup dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada baik yang sudah besar atau sedang berkembang.

2 Merger dan akuisisi memiliki hubungan positif dengan bisnis di suatu negara. Artinya, pada saat keadaan bisnis dan ekonomi suatu negara lagi booming, maka pada prinsipnya merger dan akuisisi pun banyak dilakukan. Sebaliknya pada saat ekonomi dalam keadaan resesi, maka kegiatan merger dan akuisisi pun menurun. Hal ini dinilai wajar, karena merger dipandang sebagai salah satu cara untuk memperluas usaha yang tentu memerlukan biaya dan modal, di mana biaya dan modal tersebut akan segan dikeluarkan orang jika prospek bisnis di suatu negara tersebut tidak baik. Pada abad ke sembilan belas, kelahiran merger sebagai suatu bentuk pengembangan usaha telah memperoleh pengakuan dan bentuknya di Amerika Serikat. Dengan melakukan merger dan akuisisi, pengusaha diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan, memperoleh harta kekayaan tidak berwujud, termasuk hak atas kekayaan intelektual dan sumber daya manusia yang diperlukan, melakukan diversifikasi usaha secara cepat, serta untuk mengubah industri usahanya. Selanjutnya Coyle dalam bukunya Mergers and Acquisitions juga mengatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan sebagai bagian dari strategi pengembangan perusahaan. Dalam Mergers and Acquisitions, Coyle (2000:2) juga mengatakan bahwa pada prinsipnya merger dan akuisisi tidak jauh berbeda. Keduanya terjadi pada saat dua atau lebih pelaku usaha bergabung secara operasional, baik untuk keseluruhan maupun sebagian usaha mereka. Perbedaan yang pokok terletak pada tiga hal utama: 1. Ukuran relatif dari masing-masing perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi;

3 2. Kepemilikan dari usaha yang digabungkan tersebut; 3. Kontrol manajemen dari usaha yang digabungkan tersebut. Sama halnya dengan Wiriastari (2010) mengatakan bahwa merger dan akuisisi pada prinsipnya sama yaitu dalam membicarakan tentang penggabungan usaha (business combination), sehingga kedua istilah ini sering dibicarakan secara bersama, karena itu dapat dipertukarkan (interchangeable) Merger Dalam pengertian yang luas merger meliputi juga pengertian dari konsolidasi dan akuisisi bisnis. Merger merupakan suatu bentuk penggabungan dua badan usaha, di mana badan usaha yang satu bubar secara hukum, dan yang lainnya tetap exist/ada dengan nama yang sama (Widjaja, 2002:47). Tetapi kata bubar disini bukan mengartikan seluruh aset, hak dan kewajiban badan hukum yang bubar tersebut menjadi hilang, melainkan diambil alih oleh perusahaan yang masih tetap ada. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas juga menggunakan istilah penggabungan untuk pengertian merger. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut : Skema Merger Perusahaan A B Keterangan : A : Perusahaan yang akan melakukan merger B : Perusahaan target merger A/B : Perusahaan yang dibubarkan/melebur (Fuady, 1999:1)

4 Dalam bukunya Mergers and Acquisitions-Business Strategies for Accountants, Morris mengemukakan sekurangnya lima alasan pokok mengapa perusahaan melakukan merger: 1. Faster growth; 2. Vertical integration; 3. Acquisition of intangibles and personel; 4. Portfolio investment; 5. Change in industries (Morris, 2000:3). Klasifikasi Merger Merger dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : a. Dilihat dari segi jenis usaha dari perusahaan-perusahaan, merger dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut : 1. Merger Horizontal 2. Merger Vertikal 3. Merger Kon-Generik 4. Merger Konglomerat b. Dilihat dari segi tata cara bagaimana merger dilakukan, merger dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut : 1. Merger dengan Likuidasi dan Jual Beli Aset 2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi 3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi c. Dilihat dari segi variasinya, merger dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :

5 1. Merger Sederhana (Simple Merger) 2. Merger Praktis (Practical Merger) 3. Merger Segitiga (Triangular Merger) 4. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular) 5. Merger Anak Induk 6. Merger Kepanjangan Tangan (Arm s Length) 7. Merger De Facto d. Dilihat dari segi analisis keuangan, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut : 1. Merger Permodalan Murni 2. Merger Operasional e. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, merger dibagi ke dalam dua kategori sebagai berikut: 1. Merger dengan Metode Pembelian (Purchase Method) 2. Merger dengan Metode Pooling of Interest Akuisisi Undang-undang tentang Perseroan Terbatas menggunakan istilah pengambilalihan untuk pengertian akuisisi, sehingga secara hukum akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya yang biasanya dilakukan dengan membeli saham perusahaan yang akan diambil alih. Berbeda dengan merger, pada akuisisi tidak ada perusahaan yang melebur ke perusahaan lainnya. Jadi, setelah terjadi akuisisi kedua perusahaan

6 masih tetap exist, hanya kepemilikannya yang berubah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam skema berikut : Skema Akuisisi Perusahaan A B Keterangan : A : Perusahaan pengakuisisi B : Perusahaan target akuisisi (yang diakusisisi oleh perusahaan A) A dan B tetap exist setelah akuisisi terjadi (Fuady, 1999:3) Jika menurut Widjaja (2002:45) akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan dan kontrol menajemen oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Sedangkan merger hanya pengambilalihan sebuah perusahaan tanpa diikuti pengambilalihan kontrol manajemennya. Kontrol adalah kata kunci yang membedakan merger dari akuisisi (Coyle, 2000:2). Akuisisi dapat terjadi secara keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi secara keseluruhan terjadi jika yang diambil alih adalah seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih. Sedangkan akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100%. Adapun akuisisi dapat diklasifikasikan juga sebagi berikut: Klasifikasi Akuisisi Dalam perkembangannya akuisisi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : a. Dilihat dari Segi Jenis Usaha Dilihat dari segi jenis usaha perusahaan yang terlibat dalam transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut :

7 1. Akuisisi Horizontal 2. Akuisisi Vertikal 3. Akuisisi Konglomerat b. Dilihat dari Segi Lokalisasi Dilihat dari segi lokalisasi antara perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan target, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Akuisisi Eksternal 2. Akuisisi Internal c. Dilihat dari Segi Objeknya Dilihat dari segi objek dari transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Akuisisi Saham 2. Akuisisi Aset 3. Akuisis Kombinasi 4. Akuisisi Bertahap d. Dilihat dari Segi Motivasi Dilihat dari segi motivasi mengapa akuisisi dilakukan, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Akuisisi Strategis 2. Akuisisi Finansial

8 e. Dilihat dari Segi Divestitur Dilihat dari segi divestitur, yakni dengan melihat peralihan aset/saham/manajemen dan perusahaan target kepada perusahaan pengakuisisi, maka akuisisi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Take Over 2. Freezeouts Metode Pembayaran Merger dan Akuisisi Ada beberapa bentuk pembiayaan terhadap merger dan akuisisi antara lain namun tidak terbatas pada hal ini, yaitu: 1. Pembiayaan dari uang kas, yang dalam hal ini dapat diambil dari hasil go public, 2. Pinjaman komersil/sindikasi, 3. Pengisuan surat sanggup (promissory notes, bonds, atau promes), 4. Pengeluaran saham portepel (right issue), 5. Penyetoran saham tambahan/dana segar dari pemilik. Dilihat dari sumber pendanaannya, pembiayaan terhadap merger dan akuisisi dapat berasal dari : 1. Private Placement Dalam hal ini sumbernya dari investor kelembagaan atau bukan. Investor kelembagaan dalam hal ini misalnya perusahaan asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan sebagainya. 2. Public Market Hal ini dilakukan melalui pasar modal yaitu dengan proses go public.

9 3. Penerbitan Surat Berharga Penerbitan surat berharga, seperti bonds, notes, convertible bonds, atau sarana debt financing lainnya, juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi merger dan akuisisi. Seiring waktu dikenal juga suatu metode tertentu untuk pembayaran terhadap merger dan akuisisi yaitu metode pembayaran secara bertahap (deffered payment plan) yang sering juga disebut pembayaran secara earn out. Prinsipnya pembayaran dilakukan dengan dua tahap yaitu pembayaran awal, yakni dengan pembayaran tunai atau dengan saham, dan pelunasan, dilakukan setelah perusahaan yang bersangkutan berhasil menaikkan pendapatannya Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi Beberapa alasan mengapa suatu perusahaan lebih menginginkan pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisisi dibandingkan dengan pertumbuhan internal adalah sebagai berikut: 1. Kemungkinan perusahaan menginginkan diversifikasi untuk menurunkan risiko yang diakibatkan pengaruh musim (seasonal business). 2. Harapan perusahaan akan memperoleh sinergi dari merger dengan perusahaan lainnya. Misalnya tingkat penghasilan akan lebih besar diterima jika bergabung dengan perusahaan lainnya dibandingkan dengan penghasilan masing-masing perusahaan secara individual. Biasanya sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger yang bersifat horizontal disebabkan karena terjadinya skala kemampuan ekonomi yang semakin besar (large scale economies).

10 3. Merger memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh apa yang tidak dapat diperolehnya secara sendiri, contohnya bakat manajemen yang lebih superior atau kapabilitas riset. 4. Kemungkinan perusahaan akan dapat memperbaiki kapabilitas dalam menghimpun dana karena bergabung dengan perusahaan yang memiliki kemampuan likuiditas aset yang lebih besar dan utang rendah (financial synergy). 5. Pendapatan bersih (net income) perusahaan besar yang baru dapat mengkapitalisasi pada tingkat yang lebih rendah, yang mengakibatkan nilai pasar sahamnya lebih tinggi. Saham perusahaan besar biasanya lebih mempunyai prospek pasar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut akan meningkatkan price per earning (P/E ratio) saham tersebut. 6. Ada kemungkinan untuk membiayai aktivitas lebih baik dengan akuisisi apabila pembiayaan ekspansi internal tidak memungkinkan. Misalnya, mengakuisisi perusahaan lain, apabila dengan menukar saham akan lebih murah dibandingkan jika harus membangun pabrik baru yang memerlukan pembayaran cash dan memerlukan biaya yang besar. 7. Merger dapat mengakibatkan return on investment (ROI) akan lebih baik jika nilai pasar perusahaan yang diakuisisi lebih rendah daripada replacement cost yang terjadi. 8. Melalui merger suatu perusahaan yang mengalami kerugiaan dalam pengoperasiannya akan dapat tertolong oleh perusahaan yang mengakuisisi, biasanya dari segi harga, tetapi juaga memperoleh manfaat dari pajak yang dapat

11 diperhitungkan kemudian. Perusahaan yang mengakuisisi akan mempergunakan tax credit tersebut sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah Tujuan Merger dan Akuisisi Merger dan akuisisi mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan sinergi perusahaan. Sering disebut bahwa rumus yang berlaku adalah = 5. Kelebihan satu dari rumus tersebut karena adanya tambahan sinergi atau yang dapat juga disebut dengan gain. Dalam setiap melakukan merger dan akuisisi, pastinya yang diharapkan adalah adanya gain yang selalu positif. Dengan nilai gain yang positif inilah merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan perusahaan yang sedang sakit. Adanya tambahan sinergi ini disebabkan karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari dilakukannya merger dan akuisisi yaitu, sebagai berikut: (1) Pertimbangan Pasar Salah satu tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah untuk memperluas pangsa pasar seperti menghasilkan mata rantai produksi yang lengkap, memperluas distribusi produk dalam satu area, atau memperluas area distribusi. (2) Penghematan Distribusi Sistem distribusi tunggal seperti salesmen, dealers, retail outlets dan transportation facilities, seringkali dapat menangani dua produk sehingga dapat menghemat biaya daripada mereka yang hanya menangani produk tunggal. (3) Diversifikasi Dimaksudkan untuk mengecilkan risiko yang akan dihadapi jika hanya memiliki satu usaha saja. Karena itu, dibuatlah penganekaragaman jenis usaha, untuk

12 meminimalkan risiko terhadap pasar tertentu dan/ atau untuk dapat bersaing dengan usaha-usaha di bidang lain yang baru tumbuh. (4) Keuntungan Manufaktur Banyak keuntungan dapat diterima dengan menggabungkan dua unit manufaktur atau lebih. Segi-segi kelemahan dapat diperkuat, overcapacity dapat dihilangkan, dan overhead dapat dikurangi serta problem-problem yang bersifat temporer karenanya dapat dipecahkan. (5) Riset and Development (R & D) Biaya-biaya Riset and Development (R & D) dapat dikurangi karena terbukanya kesempatan untuk menggunakan laboratorium, pendidikan dan sebagainya secara bersama. (6) Pertimbangan Finansial Dapat meningkatkan earning per share dan memperbaiki image di pasar dan mencapai stabilitas dan sekuriti finansial. (7) Pemanfaatan Excess Capital Dapat saling memanfaatkan excess capital masing-masing perusahaan. (8) Pertimbangan Sumber Daya Manusia Dapat saling melengkapi di bidang SDM anatara perusahaan yang kekurangan/mempunyai kelemahan di bidang SDM dengan perusahaan lain yang SDM nya lebih baik. (9) Kecanggihan dan Otomatisasi Perkembangan bisnis menuju penggunaan sarana yang semakin canggih dan otomatisasi membutuhkan biaya tinggi dan kemampuan SDM yang tangguh.

13 Perusahaan-perusahaan kecil akan sulit mengikuti perkembangan ini kecuali dengan membesarkan diri, antara lain dengan cara melakukan merger dan akuisisi. Selain itu, masih ada keuntungan-keuntungan lain dari dilakukannya merger dan akuisisi, seperti menghemat pajak jika merger dan akuisisi dengan perusahaan yang sedang merugi, dan sebagainya. Ada beberapa sasaran umum sehingga dilakukannya suatu merger, yaitu sebagai berikut: (1) Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pasar. (2) Untuk Meningkatkan Efisiensi. (3) Untuk Mengembangkan Inovasi Baru. (4) Sebagai Alat Investasi. (5) Sebagai Sarana Alih Teknologi. (6) Mendapatkan Akses Internasional. (7) Untuk Meningkatkan Daya Saing. (8) Memaksimalkan Sumber Daya. (9) Menjamin Pasokan Bahan Baku. (Fuady 1999:57) Pada umumnya banyak badan usaha yang melakukan merger dan akuisisi dengan harapan dapat meningkatkan daya saingnya, menciptakan efisiensi dalam produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah, dan meningkatkan kinerja finansial Sinergi Perusahaan-perusahaan melibatkan diri dalam merger dan akuisisi karena berbagai alasan. Merger dan akuisisi yang efektif sebenarnya dapat : (1) berguna

14 sebagai platform pertumbuhan perusahaan, (2) menyebabkan meningkatnya pangsa pasar, (3) memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of scale (yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam produk; penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional) dan penghematan cakupan atau economies of scope (yakni keuntungan yang didapat melalui pemanfaatan sumber-sumber daya suatu unit untuk mencakup pengoperasian unit lainnya, dan (4) mengurangi pengeluaran-pengeluaran organisasional dengan cara menghapuskan penggandaan dan mentransfer pengetahuan di antara dan antar unit-unit bisnis dan/ atau alur produk individu. Sinergi dapat diartikan sebagai kemampuan dua atau lebih unit atau perusahaan untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerja sama daripada yang bisa mereka capai dengan kerja sendiri-sendiri. Secara umum, sinergi dianggap memberi keuntungan perusahaan pengakuisisi melalui dua sumber: (1) meningkatnya efisiensi operasi yang didasarkan pada penghematan skala dan cakupan, dan (2) pemanfaatan bersama dua atau lebih keahlian. Dalam hal manajerial, sinergi ada ketika para manejer menemukan cara bagi perusahaaan gabungan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai total yang mereka ciptakan saat beroperasi sebagai entitas independen. Bagi pemegang saham, sinergi ada bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mereka peroeh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka sendiri. Beberapa kalangan mencatat bahwa hal ini sulit dicapai oleh perusahaan

15 karena pemegang saham bisa membuat variasi posisi kepemilikan mereka secara lebih murah dengan cara mengelompokkan saham di sejumlah perusahaan Abnormal Return Salah satu yang menjadi tujuan investor melakukan investasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return adalah imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sehingga ketika investor ingin menanamkan modalnya maka harus memperhatikan dan menghitung return yang akan diterimanya. Oleh karena itu ketika perusahaan ingin melakukan merger dan akuisisi, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah return yang akan diterima perusahaan. Apakah ada perbedaan return yang diterima antara sebelum dengan setelah dilakukannya merger dan akuisisi atau dengan kata lain apakah ada peningkatan return yang diterima. Karena hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Ketika perusahaan berencana atau sudah melakukan merger dan akuisisi hal ini akan membuat pasar akan bereaksi karena dilakukannya merger dan akuisisi tersebut. Salah satu reaksi pasar tersebut dapat dilihat melalui perubahan harga saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Jika harga saham mengalami perubahan hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran perusahaan juga mengalami perubahan. Perubahan tingkat kemakmuran perusahaan tersebut dapat diukur melalui abnormal return yang diterima. Abnormal return adalah kelebihan dari return

16 yang sesungguhnya diterima terhadap return normal. Dimana menurut Darlis dan Zirman (2011) mangatakan bahwa abnormal return positif terjadi jika return sesungguhnya (actual return) lebih besar daripada return yang diharapkan investor (expected return). Return sesungguhnya adalah selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan adalah return yang diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang. Dimana untuk mendapatkan hasilnya return yang diharapkan ini harus diestimasi. Return ini sendiri dapat dihitung menggunakan data historis. Ada tiga metode yang secara luas digunakan dalam penelitian studi peristiwa untuk menentukan abnormal return yaitu: 1. Mean Adjusted Model 2. Market Model 3. Market Adjusted Model Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model disesuaikan pasar (market adjusted model). Menurut Wiriastari (2010) bahwa dimana dalam model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Menurut Jogiyanto (dalam Wiriastari, 2010) abnormal return dihitung dengan Market Adjusted Abnormal Return, yaitu merupakan selisih return saham yang dihitung dari return individual dikurangi return ekspektasi. AR it = R it E(R it )

17 Dimana: AR it = Abnormal return dari masing masing saham i pada hari ke-t R it = Return Saham i pada hari ke-t E(R it ) = Return Ekspektasi pada hari ke-t Untuk mencari return saham individual pada periode t (R it ) adalah selisih antara harga saham i pada periode t dengan periode sebelumnya (t 1), dibagi dengan harga saham pada t 1. Rumusnya sebagai berikut: R it = P it P it 1 P it 1 Dimana: R it = Return saham i pada saat t P it = Harga saham i pada saat t P it-1 = Harga saham i pada saat t 1 Sedangkan untuk mencari return ekspektasi pada hari ke-t E(R it ) adalah selisih antara IHSG periode t dengan t 1 dibagi dengan IHSG pada bulan t 1. Rumusnya sebagai berikut: E(R it ) = I mt I mt 1 I mt 1 Dimana: E(R it ) = Return Ekspektasi pada saat t I mt = IHSG pada saat t I mt-1 = IHSG pada saat t-1

18 Kinerja Keuangan Saviera (2012) mengatakan bahwa keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dinilai dengan melihat kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangannya. Dimana untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya. Laporan keuangan adalah informasi akuntansi yang melihatkan gambaran seberapa besar kekayaan perusahaan dan penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksitransaksi ekonomi apa saja yang dilakukan perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan tersebut. Pada umumnya laporan keuangan sebuah perusahaan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas. Penggunaan laporan keuangan ini sendiri digunakan untuk berbagai macam tujuan. Salah satunya digunakan untuk melakukan analisis keuangan yang menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan perusahaan, baik yang lalu atau sekarang serta ekspektasinya di masa depan. Selain itu tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan setiap kekuatan yang dapat menjadi keunggulan suatu perusahaan. Jika analisis ini dilakukan oleh pihak luar perusahaan, investor maupun masyarakat, dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi dengan kata lain sebagai penentuan keputusan investasi yang terbaik dan paling menguntungkan.

19 Menurut Syafri (dalam aprilita, 2013) karena sulitnya memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya, maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan seperti : a. Analisis common size b. Analisis indek c. Analisis rasio keuangan Analisisi rasio keuangan merupakan salah satu alat utama yang digunakan untuk menganalisis keuangan suatu perusahaan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui angka-angka rasio keuangan tersebut, para calon investor dapat mengetahui baik mengenai seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan, seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan, bagaimana tingkat efisiensi penggunaan aset perusahaan yang dimana data yang diperoleh harus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Chen dan Shimerda (1981) mengatakan bahwa rasio keuangan terbukti berperan penting dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan dapat digunakan untuk memprediksi keberlangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio saham, dan rasio solvabilitas. Sama halnya dengan menurut Aprilita et al (2013) yaitu pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam penelitian ini didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada dan pada umumnya telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Jadi dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio

20 solvabilitas. Rasio likuiditas dilihat dari current ratio. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity dan return on asset. Sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio dan debt to equity ratio Rasio Likuiditas Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Current Ratio (CR) Rasio ini untuk melihat berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumusnya sebagai berikut: Current Ratio = Aktiva Lancar Utang Lancar Rasio Profitabilitas Rasio ini untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Return on Equity (ROE) Return on Equity atau return on net worth untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio

21 ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, jika utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Adapun rumusnya sebagai berikut: Return on Equity (ROE) = b. Return on Asset (ROA) Laba setelah Pajak Modal Sendiri Rasio ini untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Adapun rumusnya sebagai berikut: Return on Asset (ROA) = Laba Bersih Total Aktiva Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas adalah rasio yang melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Debt Ratio (DR) Debt Ratio yaitu untuk melihat aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang atau modal yang berasal dari pihak luar. Semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan tersebut dalam kaitannya atas kemampuan membayar kewajibannya kepada kreditor. Adapun rumusnya sebagai berikut: Debt Ratio = Total Utang Total Aktiva

22 b. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio yaitu rasio yang menjelaskan kemampuan perusahaan menutupi seluruh utangnya dengan modal sendiri. Adapun rumusnya sebagai berikut: Debt to Equity Ratio = Total Utang Total Modal Sendiri Penelitian Terdahulu Penelitian untuk melihat dampak merger dan akuisisi terhadap abnormal return dan/atau kinerja keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Darlis dan Zirman (2011) meneliti mengenai reaksi pasar dan kinerja keuangan akibat dari publikasi akuisisi pada perusahaan pengakuisisi di BEI tahun Hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum akuisisi dengan dua tahun setelah akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Pada sisi return saham, avarage abnormal return pada perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan menjelang dan sesudah peristiwa akuisisi. Begitu pun terhadap Nababan et al (2013) dalam penelitian mereka yang berjudul Analysis of Relationship Between Market and Long Term Performance on Acquisitions mendapat hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa pihak perusahaan pengakuisisi menerima negative abnormal return yang signifikan di sepanjang tanggal akuisisi. Hal ini mengindikasikan bahwa peristiwa

23 akuisisi menghasilkan return yang lebih rendah dari predicted return yang diprediksikan oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan pengakusisi dalam jangka panjang, digunakan proxy yakni ROA, ROE, OPM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja sebelum dan sesudah akuisisi. Sedangkan Astria (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal atas pengumuman merger dan akuisisi dengan menggunakan indikator abnormal return. Periode penelitian yaitu tahun , periode peristiwanya sepuluh hari sebelum dan sepuluh hari sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan abnormal return pada periode sebelum-sesudah peristiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Saviera (2012) untuk mengetahui pengaruh aktivitas merger dan akuisisi terhadap kinerja operasional dan kinerja pasar perusahaan yang diproksikan oleh rasio-rasio keuangan seperti current ratio, total asset turnover, debt equity ratio, net profit margin, return on equity, return on asset, dan tobin s q ratio. Sinergi diukur dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi tidak menghasilkan sinergi bagi perusahaan dan hanya debt equity ratio yang mengalami penurunan signifikan.

24 Sedangkan penelitian yang dilakukan di luar Indonesia seperti yang dilakukan oleh Jianyu Ma et al (2009) yang meneliti untuk melihat abnormal return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang melakukan akuisisi di sekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi pada sepuluh pasar saham yang terdapat di pasar Asia yaitu China, India, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat ekspektasi positif dari cumulative abnormal returns (CAR) dalam tiga peristiwa jendela yang berbeda yaitu dua hari (0, 1) jendela pengamatan, tiga hari (-1, +1) jendela pengamatan, dan empat hari (-2, +2) jendela pengamatan. Hal tersebut mengartikan bahwa pengumuman merger dan akuisisi memberi dampak yang signifikan Kerangka Konseptual Merger dan akuisisi dilakukan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Lebih tepatnya, bahwa transakasi ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis melalui penggabungan sumber-sumber daya dua unit atau dua perusahaan. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari aktivitas merger dan akuisisi ketika merger atau akuisisi tersebut dapat menciptakan sinergi. Dimana sinergi tersebut terkait dengan penciptaan nilai. Pada intinya merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan pasar akan menerima dengan baik terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan tersebut. Untuk melihat apakah pasar bereaksi dengan baik atau tidak terhadap kegiatan merger dan akuisisi yang dilakukan dapat dilihat dari perubahan harga

25 saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut. Darlis dan Zirman (2011) menyatakan bahwa perubahan terhadap harga saham menunjukkan adanya perubahan tingkat kemakmuran pemegang saham yang diukur dengan abnormal return positif yang diperoleh pemegang saham. Berarti dalam hal ini jika merger dan akuisisi telah dilakukan diharapkan pemegang saham memperoleh abnormal return positif. Terdapat perbedaan jika abnormal return dibandingkan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan Meta (2009) menyatakan bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari kinerja keuangannya dimana kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Untuk rasio likuiditas dilihat dari current ratio (CR). Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham karena akan berhubungan dengan harga saham dan dividen yang akan diterima. Untuk rasio profitabilitas dilihat dari return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). Rasio solvabilitas adalah rasio yang menjelaskan

26 kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula beban perusahaan untuk membayar pokok utang dan biaya bunga yang berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk rasio solvabilitas dilihat dari debt ratio (DR) dan debt to equity ratio (DER). Diharapkan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi, perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya dapat lebih baik lagi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Adapun hubungan yang terjadi antar variabel yang diteliti dapat dirangkum ke dalam kerangka konseptual sebagai berikut: Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan merger dan akuisisi tahun Sebelum Merger dan Akuisisi Sesudah Merger dan Akuisisi Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan : Abnormal Return Abnormal Return Kinerja Keuangan dilihat dari Rasio Keuangan : 1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity (ROE) 3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio (DER) 1. Current Ratio (CR) 2. Return on Equity (ROE) 3. Return on Asset (ROA) 4. Debt Ratio (DR) 5. Debt to Equity Ratio (DER) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

27 2.3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang diteliti. Untuk menjawab perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Abnormal Return Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan b. Kinerja Keuangan Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan H1 : Ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan nasional memiliki peranan penting untuk memacu. pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendapatan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan nasional memiliki peranan penting untuk memacu. pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendapatan nasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan nasional memiliki peranan penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu pendapatan nasional dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha di antara perusahaanperusahaan yang ada semakin erat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan tersebut dapat terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut suatu perusahaan untuk dapat selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat terus bertahan, memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini dengan kemajuan teknologi dan telekomunikasi serta kemajuan pada sektor lain yang mempengaruhi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi telah mendorong entitas bisnis melakukan strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih berkembang. Strategi bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang begitu cepat menuntut perusahaan untuk melakukan inovasi dengan merancang berbagai macam strategi jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu dengan cara jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai salah satu sarana penghimpun dana dari masyarakat sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang terhimpun digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi persaingan usaha semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut suatu perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko yang seringkali sulit diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi resiko tersebut

Lebih terperinci

BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA. topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang

BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA. topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang 9 BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu yang mengambil topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang merger/akuisisi

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Untuk mengukur dan menganalisa kondisi fundamental suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi yang modern saat ini, eksistensi pasar modal yang terdapat di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, maupun jasa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. Pengembangan perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal adalah suatu penanaman modal yang diberikan oleh perseorangan atau perusahaan atau organisasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu keunggulan melalui strategi kepemimpinan pasar (market leadership),

BAB 1 PENDAHULUAN. satu keunggulan melalui strategi kepemimpinan pasar (market leadership), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi persaingan dunia usaha menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi yang dimilikinya agar dapat mempertahankan eksistensinya di pasar atau bertumbuh

Lebih terperinci

Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER

Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER Ekspansi: Merger 2 EKSPANSI Ekspansi atau perluasan usaha dapat dilakukan secara internal atau eksternal. Perusahaan dikatakan melakukan ekspansi internal jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Globalisasi sekarang persaingan perdagangan semakin ketat sehingga menuntut untuk setiap perusahaan untuk lebih kreatif dalam mengembangkan usahanya. Globalisasi

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri yang pesar membawa implikasi pada persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman yang mengambil topik mengenai literasi keuangan antara lain penelitian : 2.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi komputer dan komunikasi yang semakin canggih telah menciptakan persaingan yang ketat antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya saja dengan

BAB I PENDAHULUAN. memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya saja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat di dunia usaha menuntut setiap perusahaan untuk bertahan pada setiap kondisi, serta bisa berkembang dan berdaya saing tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya globalisasi, kemajuan teknologi dan komunikasi serta adanya perdagangan bebas yang saat ini terjadi mengakibatkan adanya perubahan lingkungan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain : 2.1. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain : 2.1.1. Hamidah danmanasye

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik mengenai Dampak Merger atau Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan antara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh perkembangan pasar modal yang ada di Indonesia, investor tertarik dengan saham yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1, 2012 : 1,3, dalam Denny (2014) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha di antara perusahaan yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi perusahaan dalam menghimpun dana untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. Saham yang dijual di pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era pasar bebas dan globalisasi persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat. Setiap perusahaan ditantang untuk dapat merancang strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Merger dan Akuisisi 2.1.1.1. Pengertian Merger dan Akuisisi Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka melakukan ekspansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas dan globalisasi, perkembangan dan persaingan dunia bisnis di Indonesia semakin pesat. Hal tersebut menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Tergabung Di Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2014:07) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dapat menghasilkan laba dan juga mengalami kerugian dalam aktivitasnya. Laba yang diperoleh perusahaan ada dalam dua bentuk yaitu diinvestasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pengertian merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam

Lebih terperinci

: AYU ASTREA NINGSIH B.

: AYU ASTREA NINGSIH B. ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memasuki pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan semakin kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manufaktur merupakan sektor industri yang penting di lingkup perekonomian Indonesia, jumlah perusahaannya yang sangat besar dibagi menjadi sektor-sektor, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (www.sahamok.com). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia sejak tahun 1997 mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari 56 emiten pada tahun 1989 menjadi 288 emiten pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas yang memungkinkan penyebaran informasi kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha diantara perusahaan yang semakin ketat menuntut. perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaannya agar

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha diantara perusahaan yang semakin ketat menuntut. perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaannya agar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha diantara perusahaan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaannya agar dapat bertahan dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan pasar yang dibutuhkan oleh para investor yang inginmenginvestasikan dananya, baik dalam bentuk investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus menerus melakukan pengembangan, salah satunya yaitu melakukan perluasan atau ekspansi dalam usahanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin meningkat, tidak hanya dalam satu sektor industri melainkan juga terjadi antara sektor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan ekspansi. Ekspansi bisnis terbagi menjadi 2 (dua) jenis,

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan ekspansi. Ekspansi bisnis terbagi menjadi 2 (dua) jenis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis serta perdagangan bebas yang terjadi secara cepat pada era globalisasi mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam mengevaluasi kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Horne dan Machowicz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harta ataupun modal baik pada aset riil maupun aset finansial pada suatu unit

BAB I PENDAHULUAN. harta ataupun modal baik pada aset riil maupun aset finansial pada suatu unit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan untuk menanamkan harta ataupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak korban diberbagai negara Asia tenggara, seperti Singapura, Thailand Malaysia bahkan mengimbas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, bidang keuangan menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 2014 mengalami peningkatan sekitar 6-7 persen. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Assets (ROA) Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci