PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH GADING SERPONG TERHADAP TINDAKAN BULLYING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH GADING SERPONG TERHADAP TINDAKAN BULLYING"

Transkripsi

1 PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH GADING SERPONG TERHADAP TINDAKAN BULLYING NAMA KELOMPOK : KACANG POLONG CLAUDIA JESICA YOSUA WIRA ADI NUGROHO KLAUDIA ROSELINE KEVIN REYNALDO FENDY WIJAYA KEVIN DJATI UTOMO NILAI PRESENTASI : 90 Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Hayati Universitas Surya Tangerang 2015

2 KATA PENGANTAR Sungguh besar rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatnya makalah PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH GADING SERPONG TERHADAP TINDAKAN BULLYING ini telah selesai dengan tepat waktu. Tim penulis ingin berterima kasih kepada pihak - pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini, pihak - pihak tersebut adalah : 1. Aryaning Arya Kresna, S.Fil., M.Hum sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan yang turut membimbing Tim Penulis dalam menyelesaikan makalah ini; 2. teman - teman NFT A 2014 yang dengan sukarela memberikan nilai presentasi yang memuaskan; 3. teman - teman dan kerabat Surya University yang ikut membantu menyebarkan kuesioner; 4. para responden yang meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner. Tim Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, namun diharapkan kekurangan yang ada dalam makalah ini menjadi sesuatu pembelajaran yang baik. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membawa dampak yang positif dan berguna bagi masyarakat. Akhir kata, Tim Penulis memohon maaf apabila terdapat kata - kata yang kurang berkenan. Tangerang, Juni 2015 Tim Penulis i

3 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iii Bab I Pendahuluan - Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori dan Hukum o Hak Asasi Manusia... 2 o Bullying... 3 o Undang-undang HAM dan Bullying Metode Penelitian... 4 Bab II Isi - Penilaian Siswa terhadap Perlindungan Bullying oleh Pihak Sekolah Kasus Perlakuan dan Korban Bullying di SMP Gading Serpong... 7 Bab III Penutup - Simpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran ii

4 Daftar Tabel Tabel 2.1 Nilai Rata-Rata Kepuasan Siswa... 5 Tabel 2.2 Bullying pada Setiap Sekolah... 9 Daftar Gambar Gambar 2.1 Penilaian Kepuasan Siswa terhadap Perlindungan Akan Bullying... 5 Gambar 2.2 Grafik Bullying teradap Jenis Kelamin... 7 Gambar 2.3 Diagram Perlakuan Bullying... 8 Gambat 2.4 Diagram Korban Bullying... 9 iii

5 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Tindakan bullying merupakan permasalahan yang mendarah daging dan telah menjadi tradisi pada setiap institusi, sekolah, maupun organisasi setempat. Kasus bullying di Indonesia pada sektor sekolah sudah menjadi permasalahan yang cukup akut. Anak indonesia terutama pada tingkat sekolah menengah pertama mengalami berbagai dampak kekerasan fisik, mental maupun seksual yang tercatat mencapai angka 84% dari keseluruhan Indonesia (Bhatia, Achyut, Khan, & Walia, 2014). Berita yang dimuat media Kompas mencatat bahwa kekerasan anak di Indonesia telah masuk pada tahap darurat. Angka kekerasan anak terus mengalami peningkatan. Kawasan Jabodetabek pada 2010 mencapai kasus, pada tahun 2011 naik menjadi kasus, demikian pada 2012 naik lagi menjadi kasus dan pada 2013 melonjak menjadi kasus (Qodar & Nafisyul, 2015). Berbagai kasus bullying terjadi di Indonesia dan telah menjadi sorotan massa seperti kasus yang dialami oleh Bullying yang dilakukan oleh anak dapat dikategorikan sebagai delinkuensi anak atau kenakalan anak yang melanggar moral masyarakat (Adilla 2009). Penelitian mengenai bullying menunjukkan bahwa tindakan bullying mulai meningkat sejak anak menduduki tingkat SMP (Adilla 2009). Namun, bullying tidak bisa hanya dilihat dari pelaku dan korban tapi dari pihak pelindung dan pembimbing pun mampu menjadi salah satu variable penentu peningkatan bullying. Pada penelitian ICRW menunjukkan bahwa perlakuan bullying yang telah terlacak dan diketahui baik oleh pihak guru maupun orang tua, dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan yang bersifat normal. Kekurangan kesadaran oleh pihak tersebut berdampak pada kesulitan belajar yang dilaporkan anak dan tingkat kesedihan dan depresi yang tinggi yang dialami oleh siswa SMP (Bhatia, Achyut, Khan, & Walia, 2014). Pihak sekolah perlu memberikan sikap yang tegas dalam menangani bullying. Sekolah lebih dinilai berdasarkan cara pengajarannya dibandingkan mendidik siswanya menjadi sesuatu/ seseorang. Maka dari itu, iklim sekolah dan guru menjadi sosok yang penting dalam penentuan kenyamanan belajar siswanya yang akan berpengaruh dengan sangat signifikan (Novianti, 2008). Sekolah dituntut untuk memberikan kenyamanan bagi siswa nya baik secara sosial, fisik maupun emosional. Guru 1

6 yang merupakan pemegang kuasa di kelas dan secara langsung menjadi mediator terbaik antara murid dengan sekolah menjadi faktor utama penentu perkembangan psikis siswa. Sekolah perlu memiliki beberapa strategi yang baik dalam mengatasi permasalahan kekerasan dan bullying yang mampu secara langsung dinilai oleh siswa dan orang tua secara terbuka. Beberapa faktor yang dapat dinilai adalah, tingkat pengawasan terhadap siswa, pemberian disiplin yang konsekuen dan tegas, komunikasi yang baik antara orang tua dan guru, pemberian hak siswa mengembangkan talenta dan keterampilan, guru menjadi panutan dan contoh yang baik, dan perlunya diadakan pengajaran keterampilan sosial, manajemen konflik dan pendidikan karakter (Novianti, 2008). Rumusan masalah 1. Bagaimana peran beberapa pihak sekolah di Gading Serpong dalam mengurangi tindakan bullying terhadap siswa? 2. Apakah penanganan sekolah-sekolah terhadap kasus bullying pada siswa sudah cukup baik dinilai dari para siswa? 3. Apakah pihak sekolah sudah memberikan proteksi terhadap bullying? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran beberapa pihak sekolah di Gading Serpong dalam mengurangi tindakan bullying terhadap siswa, menganalisis penanganan sekolah - sekolah terhadap kasus bullying pada siswa, dinilai dari para siswa sendiri dan menganalisis apakah pihak sekolah sudah memberikan proteksi terhadap bullying. Landasan Teori dan Hukum 1.1 Hak Asasi Manusia Sebagai warga negara, setiap manusia di dunia memiliki hak dan kewajiban dalam dirinya. Pengertian dari hak adalah wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Kresna). Hak selalu berhubungan dengan hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah sebuah konsep bahwa manusia memiliki kewenangan hakiki atas dirinya sendiri (Kresna). Sedangkan menurut Undang - Undang nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, hak 2

7 asasi manusia merupakan pemberian Tuhan yang wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi, baik oleh negara, hukum, pemerintah maupun setiap orang demi harkat dan martabat manusia. Hal ini menunjukkan, bahwa setiap manusia juga memiliki kewajiban dalam menjaga hak asasi manusia tersebut. 1.2 Bullying Salah satu bentuk dari hak asasi manusia adalah Bullying. Bullying berasal dari bahasa Inggris (Bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. Bullying bisa dilakukan dimana saja termasuk di sekolah. Berdasarkan Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) bullying di sekolah dianggap sebagai perilaku agresif sebagai tanda kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang kali oleh seseorang atau sekelompok yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan untuk menyakiti orang tersebut (Dra. Ehan, M.Pd., Bullying dalam Pendidikan : 2011). Bullying menyebabkan korban merasa tertekan bahkan trauma. Segala bentuk perilaku baik secara fisik, verbal maupun mental yang berdampak rasa takut, rasa tertekan, dan rasa tertindas merupakan bentuk dari bullying. Namun, jika perilaku tersebut tidak berdampak apapun terhadap korban, maka hal tersebut tidak termasuk sebagai bullying. Bullying dapat dikategorikan menjadi lima berdasarkan Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001): 1. Kontak Fisik Langsung 2. Kontak Verbal Langsung 3. Perilaku non - verbal Langsung 4. Perilaku non - verbal Tidak Langsung 5. Pelecehan seksual Bullying berdasarkan Ross (2008) secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kekerasan langsung dan kekerasan tidak langsung. Kekerasan langsung adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kekerasan fisik, seperti : memukul, menusuk, menjambak, mencubit, mencakar. Sedangkan kekerasan tidak langsung berupa menakuti, mengintimidasi dan mengisolasi korban dari lingkungan sosial. Hal ini bervariasi, seperti : menyebarkan gosip, menolak bersosialisasi dengan korban dan membully orang yang mau bersosialisasi dengan korban (Ross.2008) 3

8 1.3 Undang - undang HAM dan Bullying Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 pasal 1 mengenai Hak Asasi Manusia adalah bahwa setiap manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki Hak Asasi Manusia yang melekat dalam dirinya, dan setiap manusia mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi hak asasi tersebut. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak adalah anugrah Tuhan yang patut dijunjung tinggi hak asasi manusianya. Orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara wajib untuk melindungi hak - hak anak. Dalam hal ini, pihak sekolah adalah salah satu bagian dari masyarakat yang harus melindungi hak - hak anak. Metode penelitian Metode penelitian menggunakan metode survey deskriptif dan verifikasi: 1. Pembagian kuesioner terhadap 20 siswa SMPK Bapak Penabur, 20 siswa SMP Pahoa, 20 siswa SMP Tarakanita Gading Serpong, 20 siswa Stella Maris Internasional, dan 20 siswa SMP Tunas Bangsa. 2. Studi Pustaka. Pendekatan penelitian dengan penelitian kualitatif deskriptif 4

9 BAB II ISI Hasil dan Pembahasan 1. Penilaian siswa terhadap perlindungan bullying oleh pihak sekolah Gambar 2.1 Penilaian Kepuasan Siswa terhadap Perlindungan akan Bullying Tabel 2.1 Nilai Rata-Rata Kepuasan Siswa Nama Sekolah Nilai rata-rata penilaian oleh siswa SMPK Penabur 2,4 SMP Stella Maris 2,77 SMP Tunas Bangsa 2,29 SMP Pahoa 2,71 SMP Tarakanita 2,93 Pada penelitian ini, penulis mengkategorikan tindakan bullying ke dalam tujuh tindakan yang mewakili perilaku bullying siswa yaitu mengejek, memukul, melecehkan, mengancam, mengerjai, menghina dan mengucilkan. Penilaian siswa akan penanganan pihak sekolah dengan angka 1 yang menunjukkan penanganan yang amat baik sampai angka 5 yang menunjukkan penanganan yang amat buruk. Berdasarkan diagram di atas, 5

10 secara umum siswa SMP dari masing masing sekolah merasa puas dengan perlindungan pihak sekolah terhadap tindakan bullying. Hal ini terlihat dari diagram 2.1. Sekolah dengan rata - rata tingkat kepuasan baik adalah SMPK BPK Penabur dan SMP Tunas Bangsa dan sekolah dengan pendapat cukup puas terhadap perlindungan sekolah adalah sekolah SMP Pahoa, SMP Stella Maris International dan SMPK Tarakanita. Pada kasus mengejek di sekolah SMP BPK Penabur, siswa memberikan nilai mean sebesar 2,35 ± 0,81 terhadap kepuasan penanganan oleh sekolah akan mengejek. Sekolah dinilai baik dalam menangani kasus mengejek. Pada keempat sekolah lainnnya sekolah dinilai cukup dalam melayani kasus pengejekan. Deviasi yang besar pada data dapat dikarenakan keraguan siswa dalam mengisi kuesioner atau belum tersebarnya perlindungan atau penanganan oleh sekolah dengan baik. Kasus pengejekan kerap terjadi pada kalangan siswa, namun sering dianggap sebagai joke sehingga tidak menjadi perhatian khusus dari tiap pihak sekolah. Pada penanganan kasus pemukulan, pelecehan, mengancam, dan mengerjai dinilai baik serta pada parameter menghina nama dan mengucilkan dinilai cukup. Rata rata penilaian siswa sebesar 2,4 menandakan bahwa SMPK Penabur dinilai baik oleh para siswa dalam menangani kasus bullying. Nilai terbaik ada pada penanganan pelecehan 2,15 ± 1,46 dan nilai terburuk ada pada penanganan kasus pengucilan 2,7 ± 1,49. Pada sekolah SMP Stella Maris, kasus yang penanganannya dinilai baik adalah kasus pelecehan dengan nilai 1,75 ± 1,09. Pada kasus yang lainnya dinilai cukup untuk memenuhi kepuasan siswa atas perlindungan oleh pihak sekolah. SMP Stella Maris memiliki nilai rata-rata 2,77 dan dinilai cukup oleh siswa. Perbedaan yang mencolok pada SMP Stella Maris dapat dikarenakan perbedaan budaya yang signifikan. SMP Stella Maris yang merupakan sekolah internasional dengan sebagian besar siswa yang merupakan warga negara luar negri dengan kebudayaan yang berbeda. Perbedaan kebudayaan dan gaya hidup dapat memberikan dampak pada bullying secara spesifik karena adanya perbedaan adat dan kebiasaan (Rigby 2007). Kasus melecehkan di sekolah SMP Tunas Bangsa memiliki nilai terendah yakni 1,6 ± 0,73 atau dinilai baik oleh para siswanya terhadap perlindungan akan pelecehan dan berbagai bentuknya. Kasus pelecehan pada masa SMP perlu perhatian khusus dari pihak sekolah karena pada masa SMP adalah siswa pada masa pubertas dan sangat rawan terhadap berbagai. Pelecehan dapat terjadi dibagi berdasarkan obyek yang dilecehkan 6

11 yakni ras dan seksual yang terjadi bisa dikarenakan intimidasi dan pelepasan hasrat untuk melecehkan siswa (Rigby 2007). Pada penanganan kasus mengejek, mengerjai dan menghina dinilai cukup dan pada penanganan kasus melecehkan, mengancam, memukul dan mengucilkan dinilai baik. SMP Tunas Bangsa memiliki nilai 2,29 atau ternilai baik oleh para siswa nya dalam menangani kasus bullying. Nilai terburuk ada pada penangan kasus mengerjai 2,7 ± 0,84 dan menghina nama 2,7 ± 1,00. Pada SMP Pahoa, kasus pemukulan atau kekerasan fisik dinilai baik oleh para siswa dengan nilai mean sebesar 2,25 ± 1,65. Kasus kekerasan fisik adalah kasus yang paling menjadi dominasi atau momok utama dalam hal bullying. Kasus kekerasan fisik seringkali disebabkan terjadinya dominasi dan penguasaan akan individu tertentu (Rigby 2007). Jika dibandingkan dengan kasus lainnya, dinilai cukup oleh siswa SMP Pahoa. Namun kasus melecehkan menjadi pengecualian, karena kasus melecehkan seringkali menjadi perhatian utama dari berbagai pihak bahkan pada pihak siswa sekalipun. Ratarata keseluruhan pada SMP Pahoa adalah 2,71 atau dinilai cukup. Pada SMP Tarakanita, nilai yang terendah adalah pada kasus melecehkan 1,9 ± 1,22 dengan indikasi dinilai baik oleh para siswa. Untuk kasus lainnya, dinilai cukup oleh para siswa. Pada umumnya sekolah akan lebih perhatian dan lebih mempertimbangkan keamanan akan pelecehan di SMP. Namun masih kurangnya perhatian pada kasus lain berdampak pada kurang nya rasa aman siswa dari ancaman berbagai tidakan bullying. SMP Tarakanita memiliki nilai tertinggi dari semua sekolah yakni 2, Kasus Perlakuan dan Korban Bullying di SMP Gading Serpong Gambar 2.2 Grafik Bullying terhadap Jenis Kelamin 7

12 Berdasarkan jenis kelaminnya, total sampel penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 64 laki - laki dan 36 perempuan. Dari Grafik 2.1 dapat disimpulkan bahwa laki - laki lebih rentan terhadap perilaku bullying, termasuk ke dalam perilaku melakukan bullying dan menjadi korban bullying. Perbandingan antara pelaku bullying dengan korban bullying memiliki persentase yang hampir sama pada sampel laki - laki, sedangkan pada responden perempuan, 61% responden perempuan melakukan bullying dan hanya 36% yang pernah menjadi korban bullying. Hal ini dapat diindikasikan juga karena pada penelitian ini terdapat sampel laki - laki dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sampel perempuan. Menurut Rigby 2007, Laki - laki memiliki persentase yang lebih besar untuk menjadi pelaku dan korban bullying daripada perempuan. Menurut Amalia, laki - laki melakukan bullying dengan berbagai alasan seperti tradisi, balas dendam akibat perlakuan yang sama, ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban berperilaku sesuai yang tidak diharapkan, dan mendapatkan kekuasaan (Amalia 2010). Gambar 2.3 Diagram Perlakuan Bullying Secara umum, tindakan atau perlakuan bullying di SMP di Gading Serpong dapat digambarkan dengan diagram 2.3 tentang perlakuan bullying siswa SMP di Gading Serpong. Sebagian besar siswa melakukan bullying dalam bentuk ejekan sebesar 27,28%. Tindakan mengejek sudah menjadi hal yang biasa yang dilakukan di kalangan siswa. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya pendidikan moral dalam keluarga yang mengakibatkan 8

13 siswa menjadi mudah untuk berperilaku yang tidak selayaknya. Selain itu, peran dari teman dan lingkungan sekitarnya mendukung siswa untuk melakukan tindakan yang tidak benar. Gambar 2.4 Diagram Korban Bullying Secara umum korban bullying dapat dijelaskan dalam diagram 2.4 Sebagian besar siswa menerima ejekan sebesar 37,38% dan sebesar 34,35% belum pernah mengalami tindakan bullying. Tabel 2.2 bullying pada setiap sekolah Nama Sekolah SMPK Penabuk SMP Stella Maris SMP Tunas Bangsa SMP Pahoa Kasus bullying Korban bullying Bullying oleh pihak sekolah Pelaporan bullying oleh siswa Pelaporan bullying oleh pihak sekolah

14 SMP Tarakanita Sementara itu, jika dilihat dari masing - masing sekolah, kasus bullying paling banyak terjadi di SMP Pahoa. Hal ini sesuai dengan penilaian siswa SMP Pahoa yang menyatakan cukup puas dengan nilai rata - rata sebesar 2,71. Kasus bullying yang terjadi di setiap sekolah berbanding terbalik dengan laporan yang diterima pihak sekolah. Dari seluruh responden yang diberikan kuesioner, hampir semua responden tidak melaporkan tindakan bullying ke pihak sekolah karena takut akan ancaman teman dan hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah. 10

15 BAB III Penutup Simpulan Tindakan bullying masih banyak terjadi di sekolah menengah pertama swasta di Gading Serpong. Tindakan bullying yang umum dilakukan atau terjadi adalah tindakan pengejekan. Tindakan bullying lainnya adalah tindakan pemukulan, pengucilan, dan penghinaan nama. Dari semua responden yang pernah melakukan bullying ataupun dibully hanya sebagian kecil yang pernah dilaporkan ataupun melaporkan tindakan bullying tersebut. Walau tingkat pengaduan lebih kecil jauh dibanding tingkat perlakuan bullying, para siswa mengaku sudah cukup puas terhadap penanganan sekolahnya terhadap bullying, meski tidak terhadap semua tindakan bullying yang terjadi. Saran Ada baiknya siswa - siswi SMP Swasta di Gading Serpong lebih peduli terhadap teman - teman dan lingkungan di sekitar mereka agar tindakan bullying dapat diminimalisir. Sekolah dapat menggelar seminar mengenai bullying dan mengajak siswa untuk mengkampanyekan tindakan anti bullying, supaya siswa lebih memahami, mengerti, dan memperhatikan sesama siswa. 11

16 Daftar Pustaka Adilla, N. (2009). Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia, Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying SMA Negeri 82 Jakarta. Jakarta: Repository UIN. Anna, L. K. (Penyunt.). (2015, Februari 27). 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan Sekolah. Dipetik Maret 26, 2015, dari Kompas: a.pernah.alami.kekerasan.di.sekolah Auliani, P. A. (Penyunt.). (2014, Mei 7). Indonesia Darurat Kekerasan pada Anak. Dipetik Maret 26, 2015, dari erasan.pada.anak Ehan. (2011). Bullying dalam Pendidikan. Kinannti, A. A. (2014, Desember 30). Komnas PA: 2014, Jumlah Anak yang Jadi Pelaku Kekerasa Naik 10 Persen. Diambil kembali dari Detik: jumlah-anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persen Qodar, N. (2015, Maret 15). Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah. Dipetik Maret 26, 2015, dari Reza, H. (2014). Peran Komsi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam Mengatasi kekerasan Seksual terhadap Anak. Jakarta: Repository UINJKT. Diambil kembali dari 0Reza.FSHpdf Rigby, K. (2007). Bullying in schools and what to do about it. Australia: Acer Press. SMA Don Bosco Kesulitan Buktikan Kasus Bullying. (2012, Juli 28). Diambil kembali dari Tempo: Turmudi. (2008). Mengenali Kekerasan dalam Pendidikan dan Upaya Meniadakannya atau Memperkecil Resiko Tindak Kekerasan. Yasin, J. (2014). Hak Azazi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara dalam Hukum Positif Indonesia. 12

17 Lampiran Angket Bullying Umur : Sekolah : Jenis Kelamin : 1. Apakah Anda pernah melakukan tindakan bullying di sekolah? ( ya / tidak ) Jika ya, bentuk bullying apa yang Anda lakukan. Apakah anda pernah ketahuan/dilaporkan ke pihak sekolah? ( ya / tidak ) Jika ya, sanksi/ disiplin apa yang Anda terima. 2. Apakah Anda pernah mengalami tindakan bullying di sekolah? ( ya / tidak ) Jika ya; tindakan bullying apakah yang Anda alami? Apakah Anda pernah melaporkannya terhadap pihak sekolah? ( ya / tidak ) 3. Apakah pihak sekolah ( guru dan petugas lainnya) pernah melakukan tindakan bullying terhadap Anda? ( ya / tidak ) Jika ya, apakah Anda melaporkannya ke pihak sekolah? ( ya / tidak ) Tabel berikut menandai penilaian Anda terhadap penanganan dari pihak sekolah terhadap jenis - jenis bullying yang pernah Anda alami, lihat dan ada di sekitar Anda. Penilaian menggunakan angka 1-5 dengan tingkat; 1 ( Amat Baik ) : Pihak sekolah langsung menindaklanjuti setelah dilakukan pelaporan dan memberikan pengawasan yang ketat secara individual. 2 ( Baik ) : Pihak sekolah langsung menindaklanjuti setelah dilakukan pelaporan, namun tidak memberikan tindakan pencegahan lebih lanjut. 3 ( Cukup ) : Pihak sekolah mendata kejadian dan menindaklanjuti pada lain waktu, kemudian memberikan / tidak memberikan tindakan pencegahan lebih lanjut. 4 ( Buruk ) : Pihak sekolah hanya mendata kejadian tanpa melakukan tindakan lanjutan. 13

18 5 ( Amat Buruk ) : Pihak sekolah tidak mempedulikan laporan dan hanya memberi nasihat pada pelapor. Penanganan dari Pihak Sekolah Jenis bullying Mengejek/mengolok-olok Memukul/ kekerasan Melecehkan (seksual) Mengancam Mengerjai (langsung dan tidak langsung) Menghina nama (keluarga/ kerabat) Mengkucilkan Apakah menurut anda tindakan bullying yang dilakukan di sekolah sudah ditangani pihak sekolah dengan baik? (Ya/Tidak) Apakah anda puas dengan pemberian sanksi tersebut? (Ya/Tidak) `Jika tidak, seharusnya bagaimana? Pertanyaan Wawancara untuk siswa: 1. Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? 2. Bagaimana tindakan pihak sekolah ketika mengetahui adanya kasus bullying? 3. Bagaimana menurut anda tentang proteksi sekolah terhadap bullying? 14

19 Transcript Wawancara Wawancara 2 orang Siswa SMP Tarakanita Fendy : Apakah kalian pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa 1 : pernah melihat Siswa 2 : pernah mengalami Fendy : Apakah Kalian pernah melaporkan ke pihak sekolah? Siswa 1 : Saya pernah Siswa 2 : pernah Fendy : Bagaimana tindakan sekolah? Langsung merespon? Siswa 1 : langsung direspon, langsung gurunya datang Fendy : menurut kalian, apakah sekolah kalian memberikan perlindungan yang baik tidak mengenai bullying? Siswa 1: Sejak ditegur bullying udah ga ada Wawancara siswa SMP Pahoa Fendy : Apakah kamu tahu tentang bullying? Siswa : Tau Fendy : Apakah kamu pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Pernah melihat tindakan bullying, tetapi belum pernah mengalami Fendy : Apakah kamu pernah melapor ke pihak sekolah? Siswa : Pernah Fendy : Menurut kamu bagaimana tindakan sekolah terhadap tindakan bullying? Siswa : Siswa tersebut akan terkena hukuman dan minus poin, lalu ketemu kepala sekolah dan orang tua dipanggil ke sekolah Fendy : menurut kamu, Apakah penanganan pihak sekolah sudah bagus atau masih kurang? Siswa : Sudah cukup bagus Wawancara siswa SMP Pahoa Fendy : Apakah anda tahu tentang bullying? Siswa : Tahu Fendy : Apakah kalian pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Pernah melihat tapi tidak mengalami Fendy : Selanjutnya, Apakah anda pernah melaporkan ke sekolah? 15

20 Siswa : Belum pernah Fendy : Menurut kalian apakah tindakan SMP Pahoa ini sudah baik? Siswa : Baik Wawancara siswa SMP Stella Maris Yosua : Apakah kamu pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Pernah Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? Siswa : Diberikan peringatan Yosua : Bagaimana menurut kamu penanganan sekolah terhadap bullying? Siswa : Baik Wawancara siswa SMP Stella Maris Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Tidak pernah Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? Siswa : Setiap kasus bullying akan dilaporkan kepada pengawas, pengawas tersebut yang akan memberikan hukuman Yosua : Bagaimana menurut anda penanganan sekolah terhadap bullying? Siswa : Tidak terlalu ketat Yosua : Bisa dijelaskan bagaimana tidak terlalu ketat? Siswa : Misalnya kalau meledek, kalau pengawasnya ada ya ditanganin, kalau ga ada ya tidak ditangani Wawancara siswi SMPK Penabur GS Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? Siswi : Melihat pernah, mengalami tidak Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? Siswi : dihukum Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying? Siswi : cukup baik Wawancara siswi SMPK Penabur GS Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? Siswi : Pernah melihat tapi ga pernah mengalami Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? 16

21 Siswi : ditegur, kalau keterlaluan diberikan sanksi Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying? Siswi : lumayan baik Wawancara siswa SMPK Tunas Bangsa Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Pernah Yosua : Apakah anda pernah melaporkan ke pihak sekolah? Siswa : Pernah Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? Siswa : diberi tahu muridnya, diberikan sanksi hukuman Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying? Siswa : Sudah baik Wawancara siswa SMPK Tunas Bangsa Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying? Siswa : Pernah melihat, belum pernah mengalami Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying? Siswa : langsung ditanggapi Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying? Siswa : Sudah cukup baik 17

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah remaja merupakan suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan membawa kehancuran bagi remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

BAB I PENDAHULUAN. Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,. BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di hadapannya.dari masalah yang ringan seperti mencontek

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan tetapi, sekarang ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar. ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG Ijime adalah gangguan yang berisi ejekan, penindasan, perendahan martabat, atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delors, 1996: 22), bahwa terdapat empat pilar pendidikan yaitu learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. Delors, 1996: 22), bahwa terdapat empat pilar pendidikan yaitu learning to know, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan diharapkan dapat terjalin di lingkungan Sekolah Dasar. Mengacu kepada keputusan Komisi Internasional bagi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan sebuah tahap perkembangan manusia dimana seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini adalah masa krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying sudah lama terjadi tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih hangat diperbincangkan dan belum menemukan titik terang. Keberadaan bullying

Lebih terperinci

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan dapat muncul dimana saja, seperti di rumah, di sekolah, maupun masyarakat. Kekerasan yang terjadi di sekolah dikenal dengan sebutan aksi bullying.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena situasi ini dapat mempengaruhi semua dimensi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena situasi ini dapat mempengaruhi semua dimensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut stres dalam kehidupannya. Menurut Hidayat (2009) stres merupakan suatu keadaan seseorang yang mengalami beban atau tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Bullying Pengertian perilaku bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu definisi yang diakui secara universal,

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi ) PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi ) Putri Wardhani 1 Muh. Mansyur Thalib Ridwan Syahran ABSTRAK

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Anak a. Pengertian Anak adalah aset bagi suatu bangsa, negara dan juga sebagai generasi penerus yang akan memperjuangkan cita-cita bangsa dan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara, 1922).

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara, 1922). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan pondasi kehidupan. Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.485,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Surat Keterangan. Korban. Pelanggaran HAM Barat. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001A/PER.KOMNAS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa. 12 BAB I Pendahuluan I.A Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak pula golongan dewasa. Remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini fenomena kekerasan sudah menjadi suatu tradisi yang melekat dalam masyarakat Indonesia. Tak seharipun media massa melewatkan pemberitaan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang remaja ditemukan gantung diri di kamar mandi akibat diejek temantemannya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang remaja ditemukan gantung diri di kamar mandi akibat diejek temantemannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seorang remaja ditemukan gantung diri di kamar mandi akibat diejek temantemannya sebagai anak tukang bubu (Pelita, 2012). Ejek-mengejek dianggap sebagai hal yang biasa

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 860 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGANAN TINDAK

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING) MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : TIYAS MAWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hakhak sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH I. UMUM Salah satu kewenangan Pemerintah Aceh yang diamanatkan dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah

Lebih terperinci

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Nama Kelompok: 1. Rizeki Amalia 2. Setiawan Hartanto 3. Rizki Saputra 4. Sarah Julianti 5. Yessy Dwi Yulianti 6. Yuniar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi

Lebih terperinci

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah

BULLYING DALAM PENDIDIKAN. Oleh Ehan Raehan Miskyah BULLYING DALAM PENDIDIKAN Oleh Ehan Raehan Miskyah 1.Pengertian Bullying Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. School Bullying: Sebagai perilaku agresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara sadar untuk melakukan perbaikan dan perubahan perilaku, pengalaman serta pengetahuan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan perilaku, pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Banyak

Lebih terperinci

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. perolehan dari lokasi penelitian, yaitu di Pondok Pesantren Teknologi Riau.

BAB III PENYAJIAN DATA. perolehan dari lokasi penelitian, yaitu di Pondok Pesantren Teknologi Riau. BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan data yang menulis perolehan dari lokasi penelitian, yaitu di Pondok Pesantren Teknologi Riau. Adapun data yang menulis paparkan disini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja merupakan tahap perkembangan individu yang ditandai dengan transisi atau peralihan antara masa anak dan dewasa, meliputi perubahan biologis, kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci