LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Transkripsi

1 Kode Judul : X. 210 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT KEMENTERIAN / LEMBAGA : KEMENTERIAN PERTANIAN Peneliti / Perekayasa : 1. Prof (R). Dr. Abdullah M. Bamualim, MSc 2. Dr. Wirdahayati R.B, MSc 3. Ir. Edy Mawardi, MP 4. Ir. Asmak INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

2

3 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Pokok Permasalahan 3. Maksud dan Tujuan 4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan b. Fokus Kegiatan c. Bentuk Kegiatan BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Perkembangan Kegiatan b. Kendala Hambatan Pelaksanaan Kegiatan 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran b. MekanismePengelolaan Anggaran c. Rancangan dan Pengelolaan Aset d. Kendala Hambatan Pelaksanaan Administrasi Manajerial BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode Proses b. Indikator Keberhasilan c. Perkembangan dan Hasil Kegiatan Litbangyasa 2. Potensi Pengembangan ke Depan a. Kerangka Pengembangan ke Depan b. Strategi Pengembangan ke Depan BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan dan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi b. Indikator Perkembangan Sinergi c. Perkembangan Sinergi Koordinasi 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil BAB V. PENUTUP 1. Kesimpulan a. TahapanPelaksanaan Kegiatan dan Anggaran b. Metode Pencapaian Target Kinerja c. Potensi Pengembangan ke Depan d. Sinergi Kelembagaan Program e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 2. Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan b. Keberlanjutan Dukungan Program RISTEK DAFTAR PUSTAKA Hal

4 DAFTAR TABEL 1. Ringkasan kajian dari jenis teknologi pakan, sasaran kelompok tani, jenis usaha peternakan sapi dan lokasi kajian. Halaman Ringkasan pelaksanaan kajian pada tiga kelompok tani di tiga 15 kabupaten. 3. Karakteristik usia peternak Tingkat pendidikan peternak Kepemilikan lahan perkebunan sawit yang dimiliki peternak sapi Pekerjaan utama peternak sapi responden Pendapatan rata-rata peternak pertahun dari usaha kebun sawit, 21 berternak sapi dan pendapatan peternak dari semua usahanya 8. Rata-rata alokasi waktu responden melaksanakan kegiatan berkebun 21 sawit 9. Rata-rata alokasi waktu responden melaksanakan kegiatan Berternak 21 Sapi 10. Rata-rata alokasi waktu responden melaksanakan kegiatan tanaman 22 pangan 11. Sistem pemeliharaan sapi Hasil ikutan tanaman sawit yang telah dimanfaatkan peternak 22 3

5 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Grafik pertumbuhan berat badan sapi Keltan Saiyo Sakato, Pasbar Grafik pertumbuhan berat badan sapi Keltan Sinar Maju Jaya Grafik pertumbuhan berat badan sapi Keltan Gelora 25 4

6 BAB 1. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Konsumsi daging per kapita masyarakat Indonesia pada tahun tahun 2010 sekitar 7 kg/kapita/tahun yang didominasi oleh daging ayam pedaging diikuti oleh daging sapi sekitar 2 kg/kapita. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat berakibat pada terjadinya peningkatan konsumsi daging sapi. Walaupun hasil sensus sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 cukup menggembirakan, yakni mencapai 14,8 juta ekor, namun kemampuan produksi sapi potong lokal masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar sehingga apabila terjadi kenaikan konsumsi daging sapi sebesar 1 kg/kapita berarti diperlukan tambahan pemotongan sapi sekitar sejuta ekor sapi lokal. Pada hakekatnya, Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang besar dan sangat berpotensi untuk meningkatkan pengembangan sapi potong nasional. Sebagian besar (91%) ternak sapi potong dalam negeri dihasilkan oleh peternakan sapi rakyat dengan skala usaha 1-3 ekor/peternak. Dengan demikian, pengembangan usaha peternakan sapi potong sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi pemerintah yaitu pro poor, pro job dan pro growth. Memperhatikan kondisi usaha peternakan sapi potong tersebut, maka perlu diupayakan pengembangannya agar sesuai kondisi sumberdaya alam yang tersedia. Secara umum, masalah utama pengembangan peternakan sapi potong di Sumatera Barat (Sumbar), sebagaimana yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia lainnya, adalah rendahnya kualitas dan kuantitas pakan. Sapi potong membutuhkan hijauan dengan kualitas dan kuantitas yang terjamin. Pemanfaatan sumberdaya pertanian sebagai pakan alternatif menjadi pilihan untuk mengantisipasi berkurangnya produksi hijauan rumput alam akibat pengaruh musim dan alih fungsi lahan. Selama ini, sumberdaya sisa hasil pertanian belum digunakan secara optimal sehingga manfaatnya secara ekonomis belum dirasakan. Tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit di wilayah Sumbar, kini telah mencapai seluas ha, di antaranya ha sawit telah menghasilkan. Beberapa hasil ikutan dan produk tanaman sawit adalah pelepah sawit, lumpur sawit (Solid), dan bungkil inti sawit (BIS). Pelepah sawit adalah hasil ikutan tanaman sawit yang terbesar dan dapat berperan sebagai pengganti hijauan rumput, sedangkan Solid merupakan hasil ikutan pabrik kelapa sawit yang menghasilkan crude palm oil 5

7 (CPO). Kandungan gizi Solid cukup tinggi (protein sekitar 13%). BIS merupakan sumber pakan berkualitas yang sebagian besar diekspor ke luar negeri, kandungan proteinnya sekitar 15% dan harganya cukup bersaing, Berdasarkan potensi sumberdaya alamnya, populasi dan produksi sapi potong di wilayah Sumbar memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan lebih jauh lagi. Sejalan dengan program tersebut, BPTP Sumbar sebagai institusi penelitian di daerah, berperan dalam kegiatan pendampingan dan penyediaan teknologi. Proposal ini dibuat dalam rangka memasyarakatkan teknologi pakan ternak berbasis hasil ikutan tanaman sawit. Tujuan pengkajian ini adalah: (a) Memperoleh informasi tentang peternakan sapi potong di kawasan sentra produksi tanaman sawit, (b) Adaptasi teknologi maju dalam pemberian pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit dan menyosialisasikannya sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong, (c) Mengevaluasi pemanfaatan teknologi pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit bagi sapi potong, 2. POKOK PERMASALAHAN Masalah utama pengembangan peternakan sapi potong di Sumbar adalah rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang berakibat pada rendahnya tingkat produktivitas sapi potong lokal. Kenyataannya, potensi pakan lokal yang tersedia cukup besar, terutama yang berasal dari hasil ikutan tanaman sawit. Dewasa ini, Sumbar memiliki areal kebun kelapa sawit sekitar ha, termasuk seluas ha yang telah berproduksi. Hal ini memperlihatkan adanya potensi yang besar untuk menyediakan sumber pakan bagi sapi potong dengan kualitas memadai, seperti: pelepah dan daun sawit dengan produksi sebanyak 1 juta ton, Solid sebanyak ton yang berpotensi dikonsumsi oleh ekor sapi, serta bungkil inti sawit (BIS) dengan produksi sebanyak ton per tahun yang mampu dikonsumsi oleh ekor sapi (Buharman, 2011). Hasil sensus sapi potong di Sumbar memperlihatkan bahwa populasinya hanya sekitar ekor, data ini jauh menurun dibanding data populasi tahun-tahun sebelumnya yakni sekitar ekor. Mengingat potensi sumberdaya alam yang cukup besar, khususnya perkebunan sawit, maka relatif mudah untuk meningkatkan populasi sapi potong di wilayah Sumbar. Salah satu cara mengembangkan sapi potong adalah dengan cara memperluas rumah tangga usaha yang memelihara 6

8 ternak sapi, disamping meningkatkan produksi sapi potong. Hal ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah Sumbar yakni Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP). Dalam GPP, berupaya meningkatkan populasi dan produksi sapi potong melalui program Satu Petani Satu Sapi (SPSS). Sejalan dengan program tersebut, BPTP Sumbar sebagai institusi penelitian di daerah berperan sebagai pendamping dan penyedia teknologi. Proposal ini dibuat dalam rangka memasyarakatkan teknologi pakan ternak berbasis hasil ikutan tanaman sawit. 3. MAKSUD DAN TUJUAN Tujuan kegiatan pengkajian ini didasarkan pada hasil penelitian pada tahuntahun sebelumnya. Dalam tahun 2010 dan 2011 BPTP Sumbar telah melaksanakan pengkajian tentang pemanfaatan hasil ikutan dan by-product tanaman sawit di beberapa lokasi di Sumbar. Oleh karena itu, jenis teknologi yang diterapkan bervariasi, tergantung pada kelompok sasaran, dukungan peralatan, dan jenis ternak yang diusahakan. Pada tahap pertama pendekatan yang ditempuh pada akhir kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji) adalah melakukan diseminasi melalui Temu lapang. Melalui temu lapang diinformasikan hasil litkaji yang merupakan motivasi bagi penentu kebijakan dan para petani yang berada di sekitar lokasi kegiatan. Pada tahap berikutnya dilakukan pendekatan melalui sosialisasi kepada penentu kebijakan di daerah, khususnya instansi terkait. Pada umumnya Pemerintah Daerah (Pemda) setempat menginginkan agar para petani menerapkan teknologi pertanian yang unggul dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Masalah utama dalam aplikasi teknologi pakan berbasis hasil ikutan sawit adalah ketersediaan alat pendukung seperti alat pencacah (Chopper) serta jauh dekatnya lokasi pabrik CPO sebagai penghasil Solid dan pabrik pengolah BIS. Oleh karena itu, dukungan peralatan oleh Pemda setempat merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan teknologi pakan. 4. METODOLOGI PELAKSANAAN a. Lokus Kegiatan Kajian ini merupakan kajian terapan yang dilaksanakan pada tiga kabupaten di Sumatera Barat. Pemilihan lokasi berdasarkan infomasi Dinas terkait dan diutamakan kelompok tani yang berada pada kawasan Gerakan Pensejahteraan 7

9 Petani (GPP) ataupun satu petani satu sapi (SPSS) oleh Pemda Provinsi Sumbar. Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan pada lokasi kegiatan integrasi sapi-sawit yang dilaksanakan melalui bantuan pusat dan daerah. Oleh karena itu, kegiatan ini difokuskan pada tiga kabupaten sentra tanaman sawit di Sumatera Barat, yakni: Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya. Pelaksanaan pengkajian berlangsung selama 8 (delapan) bulan dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan September b. Fokus Kegiatan Pemanfaatan teknologi pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi potong di wilayah sentra produksi kelapa sawit Sumatera Barat. c. Bentuk Kegiatan Kajian ini merupakan kajian terapan pemanfaatan teknologi pakan berbasis sawit kepada ternak sapi di daerah GPP berbasis sawit. Sebelum perlakuan kajian terapan terlebih dahulu dilaksanakan survai pendahuluan terhadap peternak untuk melihat tingkat pendapatan, pengetahuan dalam berternak, serta sejauh mana tingkat adopsi peternak dalam memanfaatkan teknologi pakan berbasis sawit. 8

10 BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian ini dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yakni (i) Koordinasi dengan instansi terkait, (ii) Kegiatan survai, dan (iii) Kegiatan kajian pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit pada sapi potong. a. Perkembangan Kegiatan (i) Koordinasi dengan Instansi terkait: Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat Dari hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan Propinsi Sumbar diperoleh data populasi ternak sapisebanyak ekor (hasil sensus tahun 2011). Sementara itu Sumbar memiliki areal kebun kelapa sawit cukup luas yakni sekitar ha, daerah yang menjadikan sawit sebagai komoditas unggulannya dan terdapat ternak sapi potong dengan jumlah yang cukup terdapat di tiga kabupaten, yaitu: Pasaman Barat, Dharmasraya dan Sijunjung. Populasi Sapi potong di Dharmasraya sebanyak ekor dengan produksi daging kg/tahun, Pasaman Barat hanya sebanyak ekor dengan produksi daging kg/tahun, sementara itu Sijunjung terdapat sebanyak ekor dengan produksi daging kg/tahun. Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pasaman Barat Hasil Koordinasi dengan Dinas Peternakan serta Dinas Perkebunan Pasaman Barat didapatkan informasi bahwa Pasaman Barat memiliki perkebunan sawit seluas ha, sekitar ha termasuk perkebunan inti dan plasma, sementara sisanya adalah perkebunan rakyat. Di Pasaman Barat terdapat sebanyak 13 pabrik kelapa sawit (PKS), namun hanya lima di antaranya yang aktif dengan kapasitas produksi masing-masing pabrik sebesar 40 hingga 80 ton CPO per jam. Informasi lain yuang diperoleh adalah Kecamatan dan Nagari yang termasuk wilayah GPP yang memiliki komoditas tanaman sawit dan ternak sapi potong adalah Nagari Kinali dan Luhak nan Duo. Selain itu juga didapatkan informasi Kecamatan / Nagari Kinali merupakan kawasan GPP yang cukup banyak populasi sapi dan tanaman sawitnya. Di kecamatan tersebut terdapat pabrik pengolahan sawit yang menghasilkan Solid yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Berdasarkan survai yang dilaksanakan dalam penentuan peternak kooperator maka terpilih kelompok tani Saiyo Sakato di Jorong Wonosari, Kecamatan Kinali, dikarenakan lokasi kelompok ini berada cukup dekat dengan pabrik pengolahan sawit penghasil Solid. 9

11 Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Dharmasraya Dari hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Dharmasraya didapatkan informasi luas perkebunan sawit ha dengan produksi mencapai ton CPO di beberapa pabrik pengolahan sawit. Dharmasraya memiliki beberapa daerah GPP, namun daerah yang berbasis sawit tidak lagi masuk wilayah GPP karena tingkat perekonomian masyarakatnya dinilai tergolong kelas menengah ke atas, namun ada beberapa nagari seperti Sikabau yang memiliki peternak sapi potong dan areal kebun sawit yang terbatas, serta di daerah Sitiung B, Nagari Sungai Duo, yang masih merupakan wilayah GPP memiliki peternak sapi potong dengan areal kebun sawit yang memadai. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sijunjung Sementara itu hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sijunjung didapatkan informasi luas perkebunan sawit ha, daerah GPP yang paling luas area kebun sawitnya adalah Kecamatan Kamang Baru yang mencapai ha, di Kecamatan Kamang Baru ini terdapat beberapa Nagari yang memiliki peternak sapi potong di antaranya adalah Nagari Kunangan Parit Rantang (Kunpar) dan Nagari Muara Takuang. Kabupaten Sijunjung tidak memiliki pabrik pengolahan sawit, namun jarak lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) masih cukup dekat dengan lokasi Nagari Kunpar yang berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya, dimana sebagian anggota kelompok Sinar Maju Jaya tersebut bekerja pada PKS tersebut. (ii). Survai Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit Survai pendasaran dilakukan pada usaha sapi potong rakyat dengan fokus pada lokasi sentra tanaman sawit. Dalam survai ini diamati pola budidaya sapi, skala usaha, sumber pakan, pemanfaatan hasil ikutan sawit, produksi ternak, dan pendapatan peternak. Juga dikumpulkan informasi lokasi GPP, ketersediaan alat chopper, keberadaan bantuan integrasi sapi-sawit dan lokasi pabrik CPO. Jumlah peternak yang disurvai telah terlaksana sebanyak 30 peternak pada tiap lokasi kegiatan. Pemilihan kooperator ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan setempat dan peninjauan ke lapangan. Kooperator yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria: kooperatif, lokasi mudah dijangkau, mempunyai komitmen kuat meluangkan waktu serta tenaga demi kelancaran kegiatan, dan 10

12 bersedia menerapkan teknologi pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan sapi potong. Survai ini dilaksanakan pada tiga kabupaten sentra tanaman sawit, yaitu: Pasaman Barat, Sijunjung dan Dharmasraya. Responden yang menjadi objek survai ini adalah peternak sapi di kawasan perkebunan sawit masing-masing sebanyak 30 sampel/ kabupaten. Survai dilaksanakan sebelum penetapan petani kooperator. (iii). Kajian pemanfaatan dan pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit Kajian pengembangan teknologi pakan sapi berbasis hasil ikutan tanaman sawit terdiri dari pakan yang berasal dari pelepah sawit, Solid dan bungkil inti sawit (BIS). Kajian pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit mencakup uji coba teknologi dan sosialisi teknologi pakan sapi potong yang terdiri dari pemberian pelepah sawit, Solid dan bungkil inti sawit (BIS). Pada awal kegiatan pengkajian ini, telah terlihat adanya potensi pemanfaatan teknologi pakan sapi potong berbasis tanaman sawit. Sebagai contoh, di Kabupaten Pasaman Barat, lokasi pengkajian berada dekat dengan pabrik kelapa sawit (PKS) yang menghasilkan hasil ikutan Solid dan dijual dengan harga Rp 30/kg. Pada kabupaten Pasaman Barat ini terpilih peternak kooperator kelompok tani Saiyo Sakato di Jorong Wonosari Kecamatan Kinali dikarenakan kelompok ini berlokasi cukup dekat dengan pabrik pengolahan sawit penghasil Solid dengan materi percobaan 15 ekor sapi Bali betina dengan perlakuan pakan Solid ditambah rumput dan 15 ekor sapi Bali betina dengan perlakuan pakan Solid ditambah Pelepah sawit sebagai hijauan, hasilnya menunjukkan peningkatan berat badan sapi yang cukup stabil. Di Kabupaten Sijunjung, sebagian petani kooperator di Kelompok Tani Sinar Maju Jaya bekerja pada pabrik kelapa sawit yang terletak hanya sekitar 10 menit dari tempat tinggal petani. Peternak sudah mulai memanfaatkan Solid sebagai pakan sapi. Materi pengkajian yang digunakan adalah 6 ekor sapi potong dan 6 ekor sapi pembibitan. Kemajuan yang didapatkan adalah pertumbuhan berat badan sapi yang diberikan pakan dari hasilikutan tanaman sawit cukup baik. Di Kabupaten Dharmasraya terpilih Kelompok Tani Gelora yang terletak di Sitiung Blok B. Kelompok ini memelihara 10 ekor induk sapi PO dan 7 ekor anak sapi dalam kandang komunal, serta yang dipelihara oleh anggota lainnya yang 11

13 tersebar pada masing-masing rumah sebanyak 43 ekor. Lokasi kelompok ini berada di tengah-tengah areal tanaman sawit. Kelompok ini memiliki alat mesin chopper sehingga dapat lebih maksimal dalam mengolah pelepah sawit sebagai pengganti pakan hijauan. Melihat antusiasme kelompok ini dalam mengintegrasikan sapi dengan tanaman sawit dan kegiatan ini cukup memberikan kontribusi positif dalam perkembangan usaha ternak sapi, TVRI telah menjadikan kegiatan ini menjadi tempat peliputan acara Pelangi Nusantara pada tanggal 16 agustus 2012 lalu. b. Kendala Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Sejauh ini pelaksanaan kegiatan berjalan cukup baik dan lancar, hanya yang masih menjadi hambatan adalah ketersediaan hasil ikutan pabrik sawit berupa Solid yang tidak tersedia di semua lokasi kajian. Selain di Kabupaten Pasaman Barat yang tersedia Solid dengan harga yang relatif murah, kurang dari Rp 100/kg franko pabrik, di Kabupaten Sijunjung dan Dharmasraya Solid tidak diperjual-belikan karena digunakan sendiri oleh pabrik untuk pemupukan tanaman sawitnya. 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Pada Termin I, anggaran lebih banyak difokuskan pada perjalanan dinas untuk berkoordinasi dengan Dinas Terkait di level Provinsi dan Kabupaten. Terutama dalam rangka sosialisasi kegiatan, survai petani dan persiapan kegiatan pengembangan teknologi. Selanjutnya pengadaan beberapa bahan yang diperlukan di lapangan seperti pengadaan bungkil sawit, Solid, bahan pembuatan silase pelepah/daun sawit dan bahan untuk perbaikan kandang. Pada Termin I dialokasikan anggaran sebesar Rp. 60 juta yang telah digunakan untuk: Perjalanan dinas sebesar Rp (46,5%); Belanja gaji/honorarium pelaksana sebesar Rp (42,7%); Lain-lain Rp (5,5%); Bahan Rp (3,3%). Pada Termin II, anggaran lebih banyak difokuskan pada kegiatan lapangan di tingkat Kabupaten dan memonitor pelaksanaan kegiatan pada kelompok tani di tiga Kabupaten yaitu Pasaman Barat, Sijunjung dan Dharmasraya. Termasuk pengadaan bahan yang diperlukan di lapangan dan pembayaran honorarium peneliti dan gaji upah di lapangan. 12

14 Pada Termin II dialokasikan anggaran sebesar 50% dari total dana atau sebesar Rp. 100 juta yang digunakan untuk: (i) Perjalanan dinas sebesar Rp (32,66%); (ii) Belanja gaji/honorarium pelaksana sebesar Rp (29,65%); (iii) Bahan Rp (30,16%), dan (iv) Lain-lain sebesar Rp (7,55%). b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Anggaran dikelola melalui sistem keuangan BPTP Sumatera Barat sesuai dengan aturan anggaran pemerintah. Di BPTP Sumbar telah dibentuk Tim Pengelola Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai No.214a/KU.330/I.10.3/2/ 2012, tanggal 10 Pebruari c. Rancangan dan Pengelolaan Aset Dalam kegiatan kegiatan ini tidak ada pengadaan aset penelitian, sehingga tidak dilakukan rancangan pengelolaan aset. d. Kendala - Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Secara umumnya, tidak terdapat kendala atau hambatan yang berarti dalam pengelolaan anggaran 13

15 BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode Proses Pengkajian ini melaksanakan dua tahap kegiatan yang meliputi: (i) Kegiatan survai, dan (ii) Kegiatan kajian pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit pada sapi potong. (i). Survai Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit Survai pendasaran dilakukan pada usaha sapi potong rakyat dengan fokus pada lokasi sentra tanaman sawit. Dalam survai ini diamati pola budidaya sapi, skala usaha, sumber pakan, pemanfaatan hasil ikutan sawit, produiksi ternak, dan pendapatan peternak. Jumlah peternak yang disurvai sebanyak 30 peternak pada tiap lokasi kegiatan (Kabupaten). Pemilihan kooperator berdasarkan koordinasi dengan Dinas terkait dan peninjauan ke lapangan. Persyaratan kooperator antara lain: kooperatif, lokasi mudah dijangkau, berkomitmen waktu dan tenaga melaksanakan kegiatan, bersedia membuat surat perjanjian. (ii). Kajian pemanfaatan dan pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit Kajian pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit. Kegiatan ini mencakup uji coba teknologi dan sosialisi teknologi pakan sapi potong yang terdiri dari pemberian pelepah sawit, Solid dan bungkil inti sawit (BIS). Perlakuan yang diaplikasikan pada kegiatan kedua merupakan pengembangan hasil penelitian yang dirakit sesuai dengan kondisi setempat. Alokasi perlakuan pada ternak menjadi tahap selanjutnya dimana ternak sapi ditimbang dan diberikan pakan dengan hasil ikutan tanaman sawit yang merupakan hasil kajian BPTP Sumbar pada tahun sebelumnya (Wirdahayati et al., 2011). Perlakuan yang diberikan berupa: (i) Ternak diberi hijauan pelepah sawit, (ii) Ternak diberi hijauan pelepah sawit dan 2 kg Solid/ekor, dan (iii) Ternak diberi hijauan pelepah sawit dan 1 kg BIS/ekor. Pemberian hijauan dan pelepah sawit sebagai pakan ternak dilakukan pagi hari dua jam setelah pemberian konsentrat (Solid dan BIS). Perlakuan pakan terhadap ternak sapi diaplikasikan selama 3 bulan di tiap lokasi. Jenis teknologi bervariasi tergantung pada kelompok sasaran, dukungan peralatan, target ternak dan lokasi pelaksanaan kajian pengembangan teknologi. 14

16 Rencana semula, perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok seperti yang disajikan dalam Tabel 1. Namun setelah mengamati kondisi di lapangan pada masing-masing kelompok, maka perlakuan yang diberikan dimodifikasi seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 1. Ringkasan kajian terdiri dari jenis teknologi pakan, sasaran kelompok tani, jenis usaha peternakan sapi dan lokasi kajian. No Jenis pemberian teknologi 1. hijauan pelepah + 2 kg Solid/ekor 2. hijauan pelepah + 2 kg Solid/ekor Sasaran kelompok tani Dekat lokasi pabrik CPO Jauh dari lokasi pabrik CPO kg BIS/ekor*) Jauh-dekat lokasi pabrik CPO Dukungan peralatan Chopper Chopper Chopper Jenis usaha ternak Perbibitan (20 ekor sapi induk) Perbibitan (20 ekor sapi induk) Perbibitan/penggemukan (20 ekor sapi) Lokasi (Kabupaten) Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya *) Keterangan: Untuk sapi induk diberi 1 kg BIS/ekor/hari; sedangkan untuk sapi penggemukan diberikan 2 kg BIS/ekor/hari. Tabel 2. Ringkasan pelaksanaan kajian pada tiga kelompok tani di tiga kabupaten. No Jenis pemberian teknologi 1. a. Hijauan rumput + 2 kg Solid/ekor b. Hijauan rumput + 1 kg bungkil 2. Silase btg pelepah + 2 kg Solid/ekor Jumlah ternak (ekor) jantan + 15 induk kg BIS/ekor*) 10 induk PO + 1 jantan dewasa + 7 anak sapi Dukungan peralatan Chopper kurang memadai Tersedia Chopper Tersedia Chopper Sasaran kelompok tani Dekat dengan pabrik CPO (tersedia Solid) Dekat pabrik CPO (sesekali peroleh Solid) Agak jauh dari pabrik CPO (tidak tersedia Solid) Lokasi (Kabupaten) Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya Perkembangan ternak sapi diamati dengan jalan mengamati pertumbuhan ternak, konsumsi pakan, dan aspek reproduksi pada sapi induk selama tiga bulan. Pakan hasil ikutan tanaman sawit diberikan setiap hari selama periode introduksi. Pra perlakuan dilaksanakan selama 15 hari, hal ini bertujuan agar sapi mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan perlakuan pakan. Sedangkan alat bantu yang digunakan meliputi timbangan ternak, mesin chopper, dan alat pendukung lainnya. Analisis usahatani dilakukan untuk menilai potensi keuntungan yang dapat diperoleh petani dalam upaya meningkatkan pendapatannya. Data yang didapatkan dari pelaksanaan kegiatan diolah secara statistik untuk ditarik kesimpulan dari hasil pengamatan. 15

17 b. Indikator Keberhasilan (i). Survai Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit Didapatkannya informasi mengenai kharakteristik peternak sapi yang meliputi usia peternak, tingkat pendidikan, pekerjaan utama Didapatkannya informasi mengenai tingkat kesejahteraan peternak yang meliputi kepemilikan lahan, kepemilikan ternak, pendapatan dari hasil berternak sapi dan usaha lainnya Didapatkannya informasi mengenai sistem usaha peternakan yang dilakukan peternak yang meliputi manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan (ii). Kajian pemanfaatan dan pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit Aplikasi rekomendasi pengembangan teknologi pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong baru terlaksana pada tingkat lingkungan Kelompok Tani kooperator. Terlaksana kegiatan Temu Lapang pada saat periode akhir kajian ini guna memperluas sosialisasi pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit sebagai sumber pakan sapi potong di Sumatera Barat. Publikasi minimal dua tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal/prosiding nasional atau daerah mengenai pengembangan teknologi pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong. c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa (i). Survai Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit Survai ini dilaksanakan pada 3 Kabupaten sentra tanaman sawit yaitu; Pasaman Barat, Sijunjung dan Dharmasraya. Responden yang menjadi objek survai ini adalah peternak sapi di kawasan perkebunan sawit sebanyak 30 sampel per kabupaten. Survai dilaksanakan sebelum penetapan petani kooperator. Informasi yang didapatkan dari hasil survai disajikan dalam Tabel 3-12 berikut ini. 16

18 Tabel 3. Karakteristik usia peternak No Usia peternak Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya tahun 13,4% 13,4% 25,0% tahun 43,3% 63,3% 55,0% 3. > 50 tahun 43,3% 23,3% 20,0% Data pada Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa peternak sapi potong di tiga kabupaten rata-rata berada di atas usia produktif, hal ini menandakan bahwa produktivitas usaha ternak sapi dari segi tenaga kerja cukup terpenuhi. Tabel 4. Tingkat pendidikan peternak No Tingkat Pendidikan Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. Tamat SD 60 % 20,0 % 20,0 % 2. Tamat SMP 30 % 60,0 % 60,0 % 3. Tamat SMA 10 % 16,7 % 20,0 % 4 Perguruan tinggi - 3,3% - Dilihat dari segi tingkat pendidikan, rata-rata peternak sapi potong di Kabupaten Pasaman Barat hanya tamat SD, sedangkan di Kabupaten Sijunjung dan Dharmasraya mayoritas tamat SLTP, hal ini akan mempengaruhi pengetahuan peternak dalam manajemen usaha peternakan dan tata cara pemeliharaan ternak. Tabel 5. Kepemilikan lahan perkebunan sawit yang dimiliki peternak sapi No Luas Kebun sawit milik sendiri Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. < 1 ha 10 % 30,0 % 35,00 % ha 90 % 20,0 % 60,00 % 3. > 3 ha ,00 % 4. Tidak memiliki kebun sawit - 50,0% - Data pada Tabel 5 di atas menyajikan bahwa rata-rata peternak sapi daerah GPP di kabupaten Pasaman Barat dan Dharmasraya memiliki kebun sawit yang luasnya sekitar 1 sampai 3 ha, di Kabupaten Sijunjung mayorotas petani tidak memiliki kebun sawit tapi hanya bekerja sebagai buruh kebun sawit, Hal ini menandakan bahwa tiga kabupaten ini cocok untuk dijadikan daerah pengembangan integrasi Sapi dengan tanaman sawit. 17

19 Tabel 6. Pekerjaan utama peternak sapi responden No Pekerjaan Utama Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. Petani/pekebun 96,6% 90,0% 55,0% 2. Peternak sapi ,0% 3. Pedagang 3,4% 6,7% 35,0% 4. Pegawai / karyawan - 3,3% - Data pada Tabel 6 terlihat bahwa mayoritas peternak sapi adalah petani atau pekebun dan tidak ada yang menjadikan berternak sapi menjadi pekerjaan utamanya, berternak sapi dilakukan sebagai usaha sampingan sembari bertani dan berfungsi sebagai tabungan atau investasi. Tabel 7. Pendapatan rata-rata peternak pertahun dari usaha kebun sawit, berternak sapi dan pendapatan peternak dari semua usahanya No Pendapatan Rata-rata per tahun (Rp) Hasil Kebun sawit (%) Hasil Berternak sapi (%) Semua Pendapatan (%) 1. < Rp.5 Juta 23,3% 60,0% - 2. Rp juta 26,7% 25, 0% - 3. Rp Juta 16,7% 15,0% 26,7% 4. > Rp.15 juta 33,3% - 73,3% Terlihat data pada Tabel 7 di atas bahwa penghasilan peternak sapi di tiga kabupaten ini dari kebun sawit yang mereka miliki, memberikan hasil lebih tinggi dari usaha berternak sapi potong, kebanyakan peternak responden mendapatkan penghasilan di atas Rp 15 juta/ tahun, sedangkan mayoritas peternak sapi potong mendapatkan penghasilan di bawah Rp 5 juta/tahun dari usaha sapi potongnya. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha sapi potong masih dilaksanakan sebagai usaha sampingan yang belum memberikan kontribusi maksimal dalam menambah pendapatan petani peternak. Tabel 8. Rata-rata alokasi waktu responden melaksanakan kegiatan berkebun sawit No. Alokasi waktu Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. < 1 jam 26, 7% 30,0% 30,0% jam 53,3% 53,3% 53,3% jam 20,0% 16,7% 16,7% 18

20 Tabel 9. Rata-rata alokasi waktu responden melaksanakan kegiatan beternak sapi No. Alokasi waktu Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. < 1 jam 3,3% 3,3% 10,0% jam 66,7% 66,7% 65,0% jam 30,0% 30,0% 25,0% jam Tabel 10. Rata-rata alokasi waktu responden dalam kegiatan tanaman pangan No. Alokasi waktu Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1. < 1 jam 23,3% 23,3% 25,0% jam 63,3% 63,3% 60,% jam 13,4% 13,4% 15,0% jam Dari Tabel 8, 9 dan 10 di atas terlihat bahwa alokasi waktu peternak responden untuk melaksanakan usaha beternak sapi setiap hari cukup banyak memakan waktu terutama dalam hal pencarian pakan berupa hijauan rumput. Hal ini menandakan bahwa peternak masih melaksanakan pemberian pakan sapi secara tradisional. Tabel 11. Sistem pemeliharaan sapi No Sistem pemeliharaan Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1 Dikandangkan siang malam 50,0% 60,0% 70,0% 2 Dikandangkan malam saja, siang 46,7% 40,0% 30,0% dilepas 3 Tidak dikandangkan 3,3% - - Data mengenai sistem pemeliharaan sapi yang disajikan pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa masih banyak responden yang melepas sapinya pada siang hari untuk merumput dan pada pagi atau sore harinya menyabitkan rumput untuk makanan sapinya di kandang. 19

21 Tabel 12. Hasil ikutan tanaman sawit yang telah dimanfaatkan peternak No Hasil ikutan tanaman sawit Pasaman Barat Sijunjung Dharmasraya 1 Pelepah/daun Sawit Segar 16,7% 20,0% 40,0% 2 Bungkil Inti Sawit (BIS) 3,3% Solid (lumpur sawit) - 20,0% - 4 Belum pernah memakai 80,0% 60,0% 60,0% Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa masih sangat minim peternak sapi di daerah tanaman sawit yang memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan ternak sapi mereka. Mayoritas peternak sapi ini cenderung mencarikan rumput segar sebagai pakan utama sapi mereka. Dari data survai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan sapi potong yang dilaksanakan oleh peternak setempat masih banyak memakai cara tradisional dan belum memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit sebagai sumber pakan yang melimpah di daerah mereka. Cara berternak yang tradisional tentu saja mengharuskan peternak mencarikan pakan hijauan berupa rumput yang banyak menghabiskan waktu, tenaga serta biaya. Oleh karena itu, beternak sapi masih menjadi usaha sampingan karena keuntungannya jauh lebih rendah dibanding dengan usaha perkebunan. (ii). Kajian pemanfaatan dan pengembangan teknologi pakan hasil ikutan tanaman sawit Kegiatan pengkajian pada kelompok Saiyo Sakato di Pasaman Barat diberi perlakuan pakan menjadi dua perlakuan yaitu : (i). 15 ekor sapi induk diberikan perlakuan pakan hijauan rumput ditambah pelepah dan daun sawit + 1 kg BIS/ekor/hari, (ii). 15 ekor sapi induk diberikan perlakuan pakan hijauan rumput ditambah pelepah dan daun sawit + 2 kg Solid/ekor/hari. Dari kedua perlakuan tersebut dilakukan pengamatan terhadap konsumsi pakan serta dilakukan penimbangan berat badan sapi setiap 14 hari sekali. Dari hasil penimbangan didapatkan data hasil penimbangan sesuai dengan grafik yang disajikan dalam Gambar 1. 20

22 Keterangan: BB = Berat Badan penimbangan Gambar 1. Grafik pertumbuhan berat badan sapi Kelompok Tani Saiyo Sakato, Pasaman Barat Keterangan : Perlakuan 1 : 15 ekor diberikan perlakuan pakan hijauan rumput ditambah pelepah dan daun sawit + Solid Perlakuan 2 : 15 ekor diberikan perlakuan pakan hijauan rumput ditambah pelepah dan daun sawit + 2 kg Bungkil Inti Sawit (BIS) BB1 - BB7 : Berat badan (BB) penimbangan setiap 14 hari Dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa sapi yang diberikan perlakuan pakan dari hasil ikutan tanaman sawit berupa Solid dan BIS mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan, penurunan grafik yang terjadi pada perlakuan 1 pada penimbangan ke-5 dan ke-6 terjadi karena adanya ternak sapi yang melahirkan, sehingga berat badannya turun, namun pada umumnya ternak sapi Bali yang telah mengkonsumsi Solid dan BIS mengalami peningkatan berat badan yang cukup baik yankni mencapai rata-rata sebesar 0,36 kg/hari. Sedangkan hasil pengamatan pada Kelompok Sinar Maju Jaya, Nagari Kunangan Parik Rantang, Kabupaten Sijunjung, memperlihatkan bahwa ternak sapi cukup menyenangi Solid dan memberikan efek yang cukup baik bagi pertumbuhan ternak jika dilihat secara kasat mata, namun Solid yang diberikan masih dalam jumlah terbatas dan tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena solid dimanfaatkan untuk memupuk tanaman sawit milik perusahaan dan belum diizinkan untuk dikonsumsi masyakat sekitar. 21

23 Dari hasil penimbangan disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik pertumbuhan berat badan sapi Simmental Jantan Keltan Sinar Maju Jaya, Kabupaten Sijunjung Sapi pada kelompok tani Sinar Maju Jaya pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yang terdiri dari hijauan berupa campuran rumput dan silase pelepah yang dikupas ditambah. Apabila tersedia maka Solid diberikan sebanyak 1-2 kg/ekor. Biasanya pakan yang diberikan selalu habis dimakan oleh sapi. Dari Gambar 2 di atas terlihat kenaikan berat badan yang cukup signifikan pada Sapi Simmental jantan setelah sapi diberikan perlakuan pakan yang ditambah dengan Solid dengan kenaikan mencapai 0,67 kg/hari. Sementara itu di Kelompok Tani Gelora, Sitiung Blok B, Kabupaten Dharmasraya, Kelompok ini memelihara sapi jenis PO sebanyak 10 Ekor betina, 1 ekor jantan dan memiliki 7 ekor anak. Perlakuan pakan yang diberikan berupa pelepah dan daun sawit di chopper ditambah dedak padi, bungkil sawit sebanyak 1 kg/ekor. Apabila tersedia, maka Solid diberikan sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Perkembangan berat badan sapi kelompok ini dapat diamati pada Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Grafik pertumbuhan berat badan sapi Keltan Gelora, Kab.Dharmasraya 22

24 Dari grafik Gambar 3 di atas terlihat bahwa pertumbuhan berat badan sapi setelah diberikan perlakuan pakan dari hasil ikutan tanaman sawit juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Penurunan yang terjadi pada penimbangan BB-5 dan BB-8 terjadi karena ada induk sapi PO yang baru melahirkan. Hal ini menandakan bahwa hasil ikutan tanaman sawit cukup baik untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi. Dampak lain dari pemberian hasil ikutan tanaman sawit, khususnya silase pelepah sawit pada sapi PO, menghemat tenaga petani dalam mengumpulkan hijauan rumput dan menghasilkan pertumbuhan ternak yang cepat sehingga fungsi reproduksi berjalan normal. (ii) Dampak Sosial Ekonomi Dari ke tiga lokasi pengkajian tersebut, peternak yang menjadi kooperator merasa sangat terbantu dengan adanya pengkajian ini karena mendapatkan informasi penting mengenai pemanfaatan hasil ikutan dari tanaman sawit yang selama ini terbuang. Pelepah sawit yang selama ini terbuang ternyata bisa digunakan sebagai pengganti hijauan rumput yang dapat menghemat waktu dan tenaga untuk mencari hijauan rumput. Dengan demikian, adanya teknologi pengolahan pelepah sawit menjadi silase dan hijauan segar, dapat menghemat waktu dan tenaga peternak dalam mencari hijauan rumput dan tidak harus mengumpulkannya setiap hari. Sementara itu dari pemanfaatan Solid sebagai pakan konsentrat berbiaya murah yang terbukti cukup efektif dalam meningkatkan berat badan sapi, peternak cukup mengeluarkan biaya pembelian Solid sebesar Rp 30/kg dari pabrik yang memproduksinya ditambah dengan biaya transportasi, sehingga harga solid hanya sekitar Rp.100/kg. Ini jauh lebih murah dibanding dengan konsentrat lainnya seperti dedak yang harganya sekitar Rp /kg. Selain itu Solid yang menjadi limbah pembuangan pabrik bisa termanfaatkan tanpa mengotori lingkungan sekitarnya. (iii) Temu Lapang Kegiatan temu lapang telah dilaksanakan di Kelompok Tani Gelora, Sitiung Blok B, Kabupaten Dharmasraya pada tanggal 20 September Temu lapang ini dihadiri oleh anggota kelompok tani dan beberapa kelompok tani di 23

25 sekitar lokasi pengkajian. Disamping itu, Ketua Kelompok Tani Saiyo Sakato dari Kabupaten Pasaman Barat dan Kelompok tani Sinar Maju Jaya dari Kabupaten Sijunjung turut menghadiri Temu Lapang tersebut. Pada temu lapang ini didiseminasikan hasil kajian dan inovasi teknologi yang didapatkan kepada petani peternak di lokasi kawasan sawit yang diharapkan dapat memudahkan peternak dalam mengelola peternakan sapi sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan peternak sapi. Acara temu lapang ini dihadiri oleh Bupati Dharmasraya beserta instansi terkait, yang memberi apresiasi pada kegiatan pengkajian tersebut. 2. Potensi Pengembangan ke Depan a. Kerangka Pengembangan ke Depan Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan kajian ini, terdapat rencana pengembangan ke depan yang meliputi: Kegiatan sosialisai yang lebih luas tentang pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit bagi sapi potong di daerah sentra perkebunan tanaman sawit Diperlukan kajian yang lebih mendalam pengembangan teknologi pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit bagi sapi potong yang lebih komersial. b. Strategi Pengembangan ke Depan Langkah awal adalah membuat ringkasan hasil kajian yang perlu disampaikan kepada Dinas dan Instansi terkait di kebupaten dimana kegiatan ini dilaksanakan dan dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera barat. Mengupayakan agar hasil kajian yang potensial dapat disosialisasikan secara lebih luas pada sentra perkebunan sawit di wilayah Sumatera Barat. Perlu upaya dan solusi besama Pemda setempat dalam penyediaan hasil ikutan pabrik kelapa sawit agar dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi milik masyarakat sekitar lokasi pabrik. 24

26 BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan dan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Melalui pengkajian ini telah dilakukan koordinasi dengan Dinas terkait pada tiga kabupaten tempat dilaksanakan kegiatan ini. Terutama dalam menentukan lokasi kegitan di lapangan agar sesuai dengan program daerah Sumatera Barat di lokasi pengembangan Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP). Koordinasi dengan Kelembagaan - Program terkait dilaksanakan dalam bentuk Sosialisasi kegiatan teknologi pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit kepada instansi terkait. Termasuk dalam bentuk koordinasi dalam rangka penyelesaian masalah yang dihadapi dalam suplai bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan pabrik kelapa sawit (PKS) seperti ketersediaan Solid sebagai sumber bahan pakan yang murah bagi peternak yang berada di sekitar lokasi PKS. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Tersosialisikannya kegiatan teknologi pakan berbasis hasil ikutan tanaman sawit kepada instansi terkait dan instansi terkait berperan aktif dalam mendukung kelancaran pengkajian c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Perkembangan sinergi koordinasi kelembagaan terlihat dari antusiasme Dinas setempat dan kelompok untuk mempelajari dan menerapkan teknologi penggunaan hasil ikutan tanaman sawit sebagai sumber pakan sapi potong. Terutama teknologi pemanfaatan Solid dan pembuatan silase pelepah sawit. Dalam hal penyelesaian masalah, ketika Kelompok Tani Sinar Maju Jaya yang berada di Kabupaten Sijunjung mengalami kesulitan untuk memperoleh Solid maka melalui koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sijunjung dibuat surat permintaan Solid bagi kelompok tani tersebut. Disamping itu dilakukan kunjungan oleh Dinas, Peneliti dan Ketua Kelompok Tani ke pabrik yang bersangkutan. 25

27 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Kegiatan pengkajian ini telah melakukan pendekatan dan sosialisasi dengan instansi terkait khususnya dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat dan Dinas terkait di kabupaten seperti Dinas Peternakan dan Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian setempat. Pendekatan dengan instansi terkait sangat penting untuk menyebar-luaskan teknologi dan hasil Litbangyasa yang telah dihasilkan oleh Institusi Penelitian, baik yang berasal dari Pusat maupun dari Daerah. Melalui keterlibatan instansi terkait, maka penerapan teknologi di lapangan dapat didukung secara bersama-sama. Termasuk informasi keuntungan ekonomis yang dapat diraih melalui penerapan teknologi oleh para petani peternak. ` b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Instansi terkait diharapkan dapat menyediakan Alsintan dalam mendukung program ini. Di masa depan diharapkan dapat dihasilkan dukungan regulasi dalam rangka penyediaan hasil ikutan tanaman sawit yang bisa dimanfaatkan oleh peternak sebagai sumber pakan murah c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Terdapat dua kendala dan hambatan dalam pemanfaatan hasil Litbangyasa di lokasi pengkajian, yaitu: (i) Belum tersedianya peralatan Alsintan, berupa Chopper, dan (ii) Belum tersedia secara maksimal hasil ikutan kelapa sawit berupa Solid bagi petani di sekitar pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu di lokasi yang terbatas alsintan-nya maka pengembangan teknologi masih dibatasi pada pemanfaatan hasil ikutan agro-industri sawit berupa pemanfaatan Solid dan bungkil inti sawit. Pemanfaatan daun dan pelepah sawit hanya terbatas pada lokasi dimana tersedia alat pencacah hijauan (Chopper). 26

28 BAB V. PENUTUP 1. KESIMPULAN Sumatera Barat memilki potensi sumber daya yang cukup besar untuk memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan sapi. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa pengembangan teknologi pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan ternak sapi potong cukup menjanjikan untuk dikembangkan di wilayah sentra produksi sawit. Hasil kajian percepatan pengembangan teknologi pemanfaatan pakan sapi potong berbahan baku hasil ikutan kelapa sawit, dapat direkomendasikan kepada para stakeholder dan end-users. Hasil pengkajian ini dapat mendorong berkembangnya teknologi penyediaan pakan bermutu dalam rangka meningkatkan produksi sapi potong dan pendapatan masyarakat petani sesuai dengan harapan program GPP di Sumbar. Di sisi lain, efisiensi produksi tanaman sawit pun dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan ternak. a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Pengkajian ini dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan yang meliputi (i) Pelaksanaan survei (Kegiatan 1), dan (ii) Kajian pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit pada sapi potong (Kegiatan 2). Hasil Kegiatan 1, memperlihatkan bahwa usaha peternakan sapi potong oleh peternak setempat masih memakai cara tradisional dan belum memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. cara berternak yang tradisional mengharuskan peternak mencarikan pakan hijauan berupa rumput yang banyak menghabiskan waktu, tenaga serta biaya. Hasil Kegiatan 2, memperlihatkan bahwa (i) sapi yang diberikan perlakuan pakan dari hasil ikutan tanaman sawit berupa Solid dan BIS mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan, (ii) ternak sapi menyenangi produk Solid dan memberikan efek yang cukup baik bagi pertumbuhan, dan (iii) Pemberian hasil ikutan tanaman sawit, khususnya silase pelepah sawit pada sapi PO, dapat menghemat waktu dan tenaga petani dalam mengumpulkan hijauan rumput dan menghasilkan pertumbuhan ternak yang cepat sehingga fungsi reproduksi berjalan normal. Anggaran dikelola melalui sistem keuangan BPTP dan disesuaikan dengan aturan anggaran pemerintah. Di BPTP Sumbar telah dibentuk Tim Pengelola 27

29 Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai No.214a/KU.330/I.10.3/2/2012 tanggal 10 Pebruari b. Metode Pencapaian Target Kinerja Produk target yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: Adaptasi teknologi maju agar lebih berpeluang untuk diadopsi petani, peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan skala kecil. Hal ini dilakukan dengan cara menghasilkan teknologi maju untuk pemanfaatan pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit, melalui: (i) Rekomendasi pengembangan teknologi pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong di Sumbar. (ii) Sosialisasi formulasi ransum berbasis tanaman sawit untuk sapi potong sesuai dengan kondisi setempat. (iii) Publikasi sebanyak minimal dua tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal/prosiding nasional atau daerah. c. Potensi Pengembangan ke Depan Berdasarkan hasil survai dan kegiatan kajian di tiga kabupaten tersebut maka terdapat potensi pengembangan sapi potong dengan memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. Hal ini bervariasi antar kabupaten tempat dilaksanakan kajian tersebut. (i) Kabupaten Pasaman Barat: Potensi untuk mengembangkan sapi induk lokal dengan memanfaatkan produk Solid yang dapat diperoleh dari PKS dengan harga yang relatif murah. (ii) Kabupaten Sijunjung: Potensi untuk mengembangkan sapi penggemukan (simental dan sejenis) dan sapi perbibitan (sapi bali) dengan memanfaatkan silase isi pelepah daun sawit. Pemanfaatan Solid masih terbentur pada izin pabrik (PKS). Oleh karena itu, diperlukan intervensi Pemerintah Daerah agar PKS dapat memberi kelonggaran bagi petani yang berada di sekitar pabrik untuk pemanfaatan secara terbatas dari produk Solid yang dihasilkannya. (iii) Kabupaten Dharmasraya: Potensi untuk mengembangkan sapi penggemukan sapi perbibitan (sapi PO) dan usaha penggemukan dengan 28

30 memanfaatkan silase daun sawit. Telah ada minat pihak perbankan untuk memodali usaha penggemukan sapi di lokasi kajian tersebut. Pemanfaatan Solid belum dapat diaplikasi karena masalah yang sama dengan di Kabupaten Sijunjung. d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Sinergi koordinasi kelembagaan - program ke depan perlu dilaksanakan dengan melibatkan Instansi pemerintah, masyarakat petani, pihak pemberi modal (perbankan), perusahaan perkebunan dan instansi penghasil teknologi (Ristek-Litbang). Dalam hal ini masing-masing pihak terkait berperan sesuai dengan tupoksinya agar sinergisme berjalan sesuai harapan, yaitu: Pemerintah berperan dalam fungsi koordinatif, masyarakat sebagai pengguna hasil ikutan tanaman perkebunan sekaligus sebagai penyuplai pupuk organik bagi perusahaan perkebunan, perbankan memberi kemudahan dalam penyediaan modal yang prospektif, perusahaan perkebunan memudahkan hasil ikutan tanaman sawit dimanfaatkan petani, dan terakhir teknologi tepat guna dibantu oleh penghasil teknologi. Diharapkan ke depannya terjalin lebih erat lagi sinergi dengan instansi terkait di daerah serta dengan kelompok tani agar informasi teknologi ini dapat diterima secara luas di masyarakat Sumatera Barat, khususnya yang berada di daerah berbasis sawit. e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbagyasa Hasil dari pengkajian ini diharapkan nantinyadiadopsi oleh kelompok tani di daerah berbasis sawit. Sosialisasinya diharapkan melalui kegiatan temu lapang di masing-masing lokasi pengkajian dengan mengundang kelompok tani lain agar pemanfaatan hasil pengkajian ini dapat berkembang di kelompok lain. Apalagi setelah Temu Lapang dilaksanakan, maka kehadiran Bupati Dharmasraya mengharapkan agar dapat diterapkan hasil kajian dalam skala usaha yang lebih luas di daerah. 29

31 2. SARAN a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Diperlukan upaya diseminasi dan penyuluhan yang kontinyu untuk menyebar-luaskan hasil kajian pengembangan teknologi pemanfaatan pakan sapi potong berbasis sumberdaya lokal oleh instansi terkait. Keberlanjutan koordinasi dengan instansi terkait, khususnya dalam menfasilitasi petani agar dapat memperoleh akses terhadap hasil ikutan tanaman sawit yang diproduksi oleh pabrik kelapa sawit, terutama untuk komoditas Solid. b. Keberlanjutan Dukungan Program RISTEK Kajian seperti ini masih memerlukan upaya sosialisasi yang cukup panjang sebelum dapat diterapkan secara luas pada wilayah perkebunan sawit. Oleh karena itu, kajian sejenis masih terus diperlukan di berbagai lokus dengan dampak utama adalah tersosialisasinya teknologi integrasi ternak sapi dengan tanaman sawit. Kegiatan kajian yang masih memerlukan dukungan Program Ristek adalah upaya penerapan teknologi pada skala usaha komersial di lapangan. 30

KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT

KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT Dr. Abdullah M. Bamualim,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT

PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT (Oil Palm By Products as Beef Cattle Feeds in West Sumatera) Jefrey M Muis, Wahyuni R, Ratna AD, Bamualim AM Balai Penggkajian

Lebih terperinci

logo lembaga [ X.291] Ir. Annas Zubair, M.Si Serli Anas, S.Pt Dwi Rohmadi, S.Pt Jaka Sumarno, STP Sukarto

logo lembaga [ X.291] Ir. Annas Zubair, M.Si Serli Anas, S.Pt Dwi Rohmadi, S.Pt Jaka Sumarno, STP Sukarto logo lembaga [ X.291] KAJIAN PEMBERIAN PAKAN KULIT KAKAO FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI Ir. Annas Zubair, M.Si Serli Anas, S.Pt Dwi Rohmadi, S.Pt Jaka Sumarno, STP Sukarto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Kode Penelitian : SIDa Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Nama Penelitian : 1. Baiq Tri Ratna Erawati, SP, MSc

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat) INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat) Ermin Widjaja PENDAHULUAN Luas perkebunan di Kalimantan Tengah berkembang dengan pesat dari 712.026 Ha pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU Ketersediaan rumput alam yang semakin terbatas dengan kualitas yang kurang memadai sudah saatnya peternak berpindah

Lebih terperinci

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012 [I.26] PENGEMBANGAN INTEGRASI SAPI PADA PERKEBUNAN SAWIT DI KALIMANTAN TIMUR Ir. Wirdateti, M.Si Prof. Gono Semiadi Dra. Hellen Kurniati Hadi Dahruddin, S.Si Yuli Sulistya Fitriana, S.Si Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 27 POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT FERDINAL RAHIM Fakultas Peternakan Universitas Andalas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Kajian Inovasi Integrasi Tanaman Ternak melalui Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit untuk Meningkatkan Produksi Sapi Lokal Sumatera Barat

Kajian Inovasi Integrasi Tanaman Ternak melalui Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit untuk Meningkatkan Produksi Sapi Lokal Sumatera Barat Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2015 Vol. 17 (2) ISSN 1907-1760 Kajian Inovasi Integrasi Tanaman Ternak melalui Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Sawit untuk Meningkatkan Produksi Sapi Lokal Sumatera

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak Agro inovasi Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

X.250 KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT

X.250 KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT X.250 KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT TOMMY PURBA, STP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SAPI SIMENTAL YANG DIBERI PAKAN HASIL IKUTAN INDUSTRI SAWIT DI SUMATERA BARAT

RESPON PERTUMBUHAN SAPI SIMENTAL YANG DIBERI PAKAN HASIL IKUTAN INDUSTRI SAWIT DI SUMATERA BARAT RESPON PERTUMBUHAN SAPI SIMENTAL YANG DIBERI PAKAN HASIL IKUTAN INDUSTRI SAWIT DI SUMATERA BARAT (Response of Simmental Growth Feed of Palm Oil By-Product in Sumatera Barat) Ratna AD, Hendri Y, Bamualim

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT DAN PAKAN IKAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA DAN IKAN

PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT DAN PAKAN IKAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA DAN IKAN Kode : B.12 PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT DAN PAKAN IKAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA DAN IKAN Dra. Adria Priliyanti Murni Dra. Lydia Andini, M.Si Ir. Suharyono, M.Rur.Sci Ir. Firsoni,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN

KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT PENDAHULUAN Sistem Integrasi Ternak dan Kelapa Sawit telah berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

Judul Kegiatan : Penggunaan pakan berbasis produk samping industri sawit pada sistem perbibitan sapi model Grati dengan tingkat kebuntingan 65%

Judul Kegiatan : Penggunaan pakan berbasis produk samping industri sawit pada sistem perbibitan sapi model Grati dengan tingkat kebuntingan 65% Kode Kegiatan : 1.02.02. (X.3) Judul Kegiatan : Penggunaan pakan berbasis produk samping industri sawit pada sistem perbibitan sapi model Grati dengan tingkat kebuntingan 65% Nama Peneliti : Umi Adiati

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 2010 KABUPATEN KECAMATAN DESA Kepahiang Dusun Kepahiang KELOMPOK

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan pangan protein hewani bagi manusia. Akan tetapi jika tidak didukung dengan produktivitas ternak akan terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING BALAI PENELITIAN TERNAK 2012 Bidang Fokus : Ketahanan Pangan Jenis Insentif : Paket Insentif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring PENDAHULUAN Latar Belakang Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, pendapatan per kapita, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kecukupan gizi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN KODE JUDUL: X.206 INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN KEMENTRIAN PERTANIAN Peneliti/Perekayasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-menerus

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO Cathrien A. Rahasia 1, Sjenny S. Malalantang 2 J.E.M. Soputan 3, W.B. Kaunang 4, Ch. J.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT

X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT Dwi Purnamawati Widiastuti, SP, M.Sc Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

X.156 PENGEMBANGAN MODEL NERACA AIR LAHAN KERING BERIKLIM KERING UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN

X.156 PENGEMBANGAN MODEL NERACA AIR LAHAN KERING BERIKLIM KERING UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN X.156 PENGEMBANGAN MODEL NERACA AIR LAHAN KERING BERIKLIM KERING UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, MS Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA Nurwindah Pujilestari, S.Si., M.Si. Kharmila Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH Nani Yunizar 1), Elviwirda 1), Yenni Yusriani 1) dan Linda Harta 2) 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL Firman RL Silalahi 1,2, Abdul Rauf 3, Chairani Hanum 3, dan Donald Siahaan 4 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging

Lebih terperinci

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya» Proposal Masa Depan Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya» CONTOH PROPOSAL USAHA PROPOSAL USAHA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PETERNAKAN BUDI DAYA SAPI

Lebih terperinci

PENERAPAN SIDa UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN SIDa UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI SUMATERA UTARA PENERAPAN SIDa UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI SUMATERA UTARA oleh : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara WORKSHOP NASIONAL KEBIJAKAN IPRK UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH / NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi Yudi Setiadi Damanik, Diana Chalil, Riantri Barus, Apriandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci