RAHASIA SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA 1. Umum. SISTEM TENAGA PENGGANTI BAB I PENDAHULUAN a. Hasil pelaksanaan tugas organisasi ditentukan oleh alat peralatan yang lengkap dan metode yang baik serta personel yang mampu dan mahir, tepat sesuai dengan kebutuhan. Dalam organisasi TNI AD alat peralatan, tenaga manusia dan metode yang digunakan harus dipelihara dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dalam setiap situasi dan kondisi siap digunakan. b. Tenaga manusia sebagai unsur terpetning dalam setiap satuan TNI AD, senantiasa dipelihara, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas agar mampu melaksanakan tugasnya secara berlanjut dan berhasil guna. Untuk itu setiap satuan yang membutuhkan tenaga karena adanya lowongan/kekosongan jabatan, dapat mengajukan permintaan ke satuan atas dalam batas-batas otorisasi kekuatan yang diijinkan. Satuan atas sedapat mungkin memngusahakan untuk memenuhi dari sumber-sumber yang tersedia melalui prosedur dan tata cara permintaan yang teratur. c. Dalam keadaan tidak operasional pengisian lowongan/kekosongan jabatan dipenuhi dengan cara permintaan dan pendistribusian tenaga dalam rangka penjagaan kekuatan dan pelaksnaan pembinaan trenaga manusia (man power management), sedangkan dalam keadaan operasi satuan-satuan di dalam suatu wilayah tertentu diselenggarakan dalam rangka sistem penggantian tenaga. Sistem penggantian tenaga merupakan salah satu aspek penting dalam rangka sistem bantuan administrasi. Oleh karena itu kelancaran pelaksanaan sistem penggantian tenaga dalam setiap eselon akan menentukan berhasilnya pelaksanaan bantuan administrasi bagi suksesnya tugas satuan. 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajaran dalam rangka mendukung proses belajar mengajar. b. Tujuan. Agar siswa mengerti tentang Sisgati dan mampu mengaplikasikannya di satuan. RAHASIA

2 2 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan tata ururt sebagai berikut: a. Pendahuluan. b. Ketentuan Umum Sisgati. c. Administrasi Sisgati. d. Tata cara menghitung. e. Penutup. f. Evaluasi. 4. Referensi. a. Petunjuk pelaksanaan latihan tentang peranan dan fungsi Ajudan Jenderal (Banmin Ajen) bagi satuan tempur dasar TNI AD. b. Buku petunjuk tentang Sistem Tenaga Pengganti. 5. Pengertian-pengertian. a. Banmin adalah segala usaha dan kegiatan secara berencana, terarah dan berdaya guna dalam berbagai sumber nasional baik material maupun kekuatan manusia dan sumber lain untuk mendukung operasi. b. Daerah belakang (rahkang) adalah daerah yang terpisah dari daerah operasi untuk menghasilkan dan merehabilitasi peralatan dan personel yang diperlukan bagi kegiatan-kegiatan pertahanan. Daerah ini harus dikuasi penuh dan sebaiknya harus diusahakan untuk menguasai daerah belakang musuh. Daerah belakang ini digunakan sebagai landasan penyelenggaraan logistik satuan. c. Daerah komunikasi (rahkom) adalah daerah daratan, lautan dan udara yang diperlukan untuk menyelenggarakan bantuan administrasi bagi operasi secara keseluruhan. d. Kerugian administrasi yaitu ketegori dari kerugian personel meliputi pemindahan satuan ke kesatuan lain, ke rumah tahanan, absen tanpa ijin, melarikan diri, personel yang dirotasi dan personel yang dibebaskan. e. Kerugian bukan tempur adalah suatu kategori dari kerugian personel yang meliputi bukan tempur, hilang bukan tempur, diungsikan, sakit dan lika-luka bukan akibat dari pertempuran. f. Kerugian personel yaitu merupakan kerugian dari keseluruhan jumlah penderita yang dikembalikan untuk tugas dalam mandala. Kerugian bersih hanya digunakan untuk perhitungan ditingkat mandala dan dipakai sebagai dasar untuk perkiraan

3 3 personel yang duiperlukan dari daerah pedalaman untuk kekeuatan mandala atau kategori pengurangan kekuatan yang ditugaskan dalam satuan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan musuh, kecelakaan, penyakit dan tindakan administrasi. g. Kerugian tempur. Kerugian tempur adalah kategori kerugian personel yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan gugur dalam pertempuran, mati karena luka-luka dalam pertempuran atau tertawan musuh. h. Kesatuan adalah kemiliteran yang susunan organisasinya bersifat tetap dan mempunyai tabel organisasi dan perlengkapan (TOP). i. Satuan adalah: 1) Unit, badan kemiliteran yang tersusun organisasinya yang bersifat tetap dengan tabel organisasi dan perlengkapannya (TOP). 2) Bagian terkecil yang utuh. 3) Bagian terkecil sebagai alat ukur atau perbandingan. j. Tenaga manusia (man power) adalah tenaga personel yang dinyatakan dalam istilah jumlah laki-laki dan wanita yang tersedia atau yang dibutuhkan oleh TNI. k. Tenaga pengganti (replacement) adalah orang/perorangan yang ditugaskan atau diperuntukan penugasan guna mengisi lowongan dalam suatu organisasi. BAB II KETENTUAN UMUM SISTEM TENAGA PENGGANTI 6. Umum. a. Seperti unsur organisasi lainnya, unsur tenaga manusia dalam penggunaannya mengalami penyusutan, dibandingkan dengan unsur organisasi lainnya, tenaga manusia merupakan unsur yang paling praktis, sulit penggantiannya dan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Untuk itu perlu disusun suatu sistem pengantian dan latihan, distribusi dan penggunaan personel dengan dasar rencana kebijaksanaan, prosedur dan organisasi. b. Pada masa tidak opersi penyusutan dapat diperkirakan jauh sebelumnya dan relatif lebih pasti, oleh sebab itu penggantian tenaga dilaksanakan berdasarkan rencana jangka panjang dalam pembinaan tenaga manusia yang lebih mengutamakan ketepatan. c. Pada operasi dinamika operasi menyebabkan penyusutan personel sulit diperkirakan, oleh sebab itu penggantian tenaga dilaksanakan berdasarkan rencan yang lebih mengetamakan kecepatan sehingga kebutuhan dapat segera dipenuhi.

4 4 7. Ketentuan Umum Tenaga Pengganti. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga penganti, maka setiap organisasi dalam menentukan langkahnya selalu berpedoman pada ketentuan tentang penyusutan dan penentuan kebutuhan tenaga penganti dan lain sebagainya yang telah ditetapkan guna memperlancar proses pelaksanaan sistem penggantian. a. Penyusutan personel. Dalam mengulangi setiap bentuk hekekat ancaman umumnya dan kondisi fisik prajurit pada khususnya, personel TNI AD, tidak sesuai dengan TOP/DSPP dan akan menyulitkan satuan/kesatuan yang bersangkutan di dalam menyelenggarakan tugas pokoknya. Penyusutan tersebut dapat terjadi pada masa tidak operasi maupun pada masa operasi. Penyusutan personel meliputi: 1) Penyusutan personel pada masa tidak operasi dokategorikan sebagai berikut: a) Kerugian administrasi antara lain: (1) Pemindahan personel ke kesatuan lain. (2) Melarikan diri. (3) Absen tanpa ijin. (4) Dalam status tahanan. (5) Rotasi. (6) Pemisahan. b) Kerugian bukan disebabkan tindakan administrasi misalnya meninggal dan sakit. 2) Penyusutan personel pada masa operasi dikategorikan sebagai berikut: a) Kerugian tempur terdiri dari: (1) Gugur dalam pertempuran. (2) Mati karena luka dalam pertempuran. (3) Ditawan musuh. (4) Hilang dalam pertempuran. (5) Diinterinir oleh negara lain. (6) Luka dalam pertempuran (masuk rumah sakit). (7) Sakit karena radio aktif/gas. b) Kerugian bukan tempur antara lain: (1) Luka atau tewas karena latihan bukan yang tidak dalam rangka tuhas tempur.

5 5 (2) Sakit dan luka bukan karena pertempuran. c) Kerugian administrasi yaitu kerugian personel yang tercantum dalam subpasal di atas. b. Penentuan kebutuhan tenaga pengganti. Penentuan kebutuhan ini meliputi: 1) Penyusutan personel berarti terjadi lowongan-lowongan yang harus segera diisi untuk memelihara dan menjaga agar kekuatna dan kemamppuan satuan/kesatuan tersebut tetap utuh dan seimbang. 2) Pada masa tidak operasi kebutuhan tenaga pengganti ditentukan berdasarkan laporan kekuatan dan mutasi, rencana pengembangan kekuatan dan rencana pengembangan personel dan kebijaksanaan personel lainnya. 3) Pada masa operasi kebutuhan tenaga pengganti ditentukan berdasarkan laporan kerugian personel dan atau perkiraan yang dibuat selama operasi. 4) Perkiraan kerugian, meliputi: a) Pengalaman kerugian yang diperoleh dari operasi yang lalu harus dicatat dan dipelihara. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat perkiraan korban atau perkiraan kebutuhan tenaga pengganti untuk operasi yang akan datang, setelah dimodifikasikan dengan cara menilai dan membandingkan kondisi masa lalu dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan kondisi yang akan dihadapi. b) Selain operasi data kerugian dikumpulkan dan dikomplikasikan, dinilai dan dirubah menjadi tabel kerugian yang akan dapat digunakan sebagai dasar untuk perkiraan kebutuhan tenaga pengganti. Analisa data kerugian dibuat oleh Mako tingkat Kotama ke atas untuk digunakan oleh kesatuan/satuan bawahan. c) Kerugian administrasi karena terjadi perubahan/penentuan untuk kebijaksanaan personel, tidak dapat digunakan untuk bahan perkiraan jangka panjang. 5) Perkiraan kebutuhan tenaga pengganti. a) Pada dasarmya perkiraan kerugian dan perkiraan kebutuhan tenaga pengganti adalah sama, selain mereka yang gugur, hilang atau ditawan musuh, mereka yang diungsikan di rumah sakit di daerah komunikasi atau daerah belakang segera dikeluarkan dari administrasi organisasi dan dari daftar kekuatan, kemudian secara otomatis dimasukan dalam administrasi rumah sakit (kesehatan) yang bersangkutan, selanjutnya segera mengajukan tenaga pengganti yang baru.

6 6 b) Dalam hubungannya dengan pengantian tenaga, perkiraan kerugian dari kesatuan/satuan (divisi/brigade) oleh Kotama digunakan untuk dasar perencanaan sistem penggantian tenaga dan alokasi distribusi tenaga pengganti. Perkiraan tentang personel dalam wilayah/mandala operasi yang kembali dari rumah sakit dan yang akan dilatih/dididik kembali untuk mengisi kebutuhan tenaga pengganti bagi sauan tempur dan satuan batalyon harus menjadi bahan pertimbangan oleh komando operasi sehingga dapat diketahui kebutuhan tenaga pengganti dalam mandala operasi sehingga kebutuhan tenaga pengganti dalam mandala operasi didasarkan kepada jumlah kerugian dan jumlah personel yang dapat diperoleh mandala dalam operasi itu sendiri. 6) Laporan kerugian personel. Laporan kerugian personel antara lain meliputi: a) laporan kerugian bertujuan untuk: (1) Memberikan data kepada berbagai badan yang bersangkutan di Mabes TNI serta Mako satuan bawahan. Keterangan-keterangan kerugian yang dibutuhkan untuk dikomplikasi dari tabel kerugian, perkiraan kebutuhan tenaga dan pembuat perhitungan kekuatan personel. (2) Memberi data kepada badan pelaksana fungsi Ajen tentang terjadinya kerugian yang dapat digunakan untuk menyelesaikan administrasi selanjutnya. b) Badan-badan yang dapat digunakan untuk menilai kembali kebenaran laporan kerugian antara lain: (1) Satuan pencatatan pemakan. (2) Instansi kesehatan (laporan-laporan). (3) Provoost (laporan-laporan mengenai strangler atau personel yang absen tanpa ijin dan sebagainya) (4) Perwira rohani (laporan penguburan). (5) Dinas posmil (pos yang mengurusi laporan korban/sensor). (6) Ringkasan harian personel (kasharpers) dan aporan periodek SU-3/SI Sumber Tenaga Pengganti dan Prinsip-prinsip Gati. a. Sumber tenaga penganti. Tenaga-tenaga pengganti dapat diperoleh dari daerah belakang yaitu tenaga-tenaga pengganti yang datang dari daerah belakang yagn berasal dari satuan atas, mereka telah mendapatkan latihan-latihan dengan baik termasuk latihan-latihan kejuruan tertentu. Tenaga pengganti yang berasal dari daerah sendiri yaitu tenaga-tenaga pengganti yang tersedia di daerah sendiri yang terdiri dari:

7 a. Personel yang sembuh dari sakit/luka-luka. 7 b. Personel yang ditugaskan kembali dari instansi-instansi tahanan disiplin, status tawanan dan status hilang. c. Personel kelebihan karena tidak dipergunakan lagi oleh satuan dan pengurangan kekuatan-kekuatan organik dari satuan. d. Personel kesatuan-kesatuan pelayanan yang dilatih kembali untuk tugas-tugas tempur. e. Personel yang tersedia karena penugasan di dalam daerah. f. Personel yang masuk dinas militer dalam daerah. b. Prinsip-prinsip. Penyelenggaraan sistem tenaga pengganti TNI AD senantiasa didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Dapat diterapkan dalam berbagai macam operasi/tempur. 2) Tenaga pengganti benar-benar dipergunakan untuk mengganti kerugian-kerugian sebagai akibat dari pertempuran dan kerugiankarugian lain dalam operasi kecuali dengan ijin Komando atas. 3) Tenaga pengganti harus didasarkan pada hasil penelitian personel secara terus menerus untuk menjamin ketepatan penugasan. 4) Program-program latihan dan penugasan bagi tenaga pengganti harus disusun secara tepat dan cepat. 9. Badan Penyelenggara Tenaga Pengganti. Badan utama yagn bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tenaga pengganti adalah: 1) Staf personel (Spers), pembantu pimpinan dalam perencanaan serta pengawasan masalah yang bersangkutan dengan tenaga pengganti. 2) Badan Ajudan Jenderal di tingkat pusat/daerah dan lapangan, memelihara pencatatan kekuatan status personel yang menjadi dasar pembuatan perkiraan kebutuhan tenaga pengganti, menyiapkan permintaan personel untuk diajukan ke kesatuan atas dan menuyiapkan permintaan pendistribusiannya. 3) Penggantian harus didasarkan kepada hasil penelitian personel secara terus menerus untuk menjamin ketepatan penugasan. 10. Permintaan dan Distribusi Tenaga Pengganti 1) Permintaan tenaga pengganti, meliputi:

8 8 1) Permintaan tenaga pengganti ialah alat untuk memebrikan dengan segera kebutuhan personel dari data kesatuan yang bersangkutan pada eselon Komando yang lebih tinggi. Permintaan tenaga pengganti menjadi dasar untuk mengambil tindakan yang bersangkutan dengan pemberian tenaga pengganti untuk mengisi kekurangan personel yang diakibatkan oleh berbagai sebab. 2) Dasar permintaan tenaga pengganti. a) Permintaan tenaga pengganti dilakukan untuk: (1) Mengisi kekurangan kekuatan personel agara sesuai dengan TOP/DSPP. (2) Mengganti kerugian. (3) Mengganti personel yang akan dikembalikan ke daerah belakang dalam rangka rotasi /giliran penugasan. (4) Memenuhi kebutuhan berdasarkan perkiraan kerugian. b) Permintaan tenaga pengganti hanya meliputi macam personel yang terdapat pada TOP/DSPP. c) Setiap permintaan tetap berlaku sampai dipenuhi atau dibatalkan. 3) Tanggung jawab untuk menyiapkan dan memproses permintaan tenaga pengganti. a) Pada tingkat Brigade ke atas, meliputi: (1) Pejabat-pejabat personel dari tingkat Kasi-3/Pers, Brigade hingga Aspers Kasad mempunyai tanggung jawab staf untuk menyediakan dan mengganti tenaga serta mengawasi pelaksanaannya. (2) Badan pelaksana fungsi Ajen bertanggung jawab terhadap terselenggaranya sistem permintaan dalam lingkungan satuan serta pengeluaran peraturan khusus yang bersangkutan dengan penggantian tenaga sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan instruksi yang diterima setiap saat dari staf personel. Tanggung jawab tersebut meliputi: (a) Permintaan dan koreksi terhadap kopi permintaan yang diterima. (b) atas. Menyusun dan pengakuan permintaan ke kesatuan

9 9 (c) Pemeliharaan catatan yang dibutuhkan mengenai kekuatan status dan sebagainya. (d) Tindak lanjut dari permintaan. b) Pada tingkat Brigade ke bawah. Pejabat-pejabat personel mempunyai tangngung jawab staf untuk menyediakan dan pembagian tenaga penganti, mengawasi pelaksanaan sistem permintaan dan menjamin kebenaran permintaan yagn diajukan apakah sudah sesuai dengan ketentuan Komando atasan. 4) Ketentuan-ketentuan permintaan tenaga pengganti. a) Permintaan tenaga penganti di daerah pertempuran diajukan harian, sedangkan di daerah komunikasi diajukan bulanan dan untuk satuan tempur di daerah istirahat/aman diajukan sesuai kebutuhan. b) Permintaan tenaga pengganti harus menggunakan formulir yang ditentukan. c) Dalam keadaan khusus satuan di daerah pertempuran pengajuannya dapat menggunakan telepon dan radio tetapi dilengkapi dengan permintaan formulir. 2) Distribusi tenaga pengganti. Terbatasnya tenaga pengganti yang tersedia dihadapkan kepada sifat pertempuran yang sulit diramalkan, menyebabkan sering terjadinya permintaan tenaga pengganti melebihi persediaan. Oleh karena itu penentuan distribusi perlu dipertimbangkan dan dikendalikan dengan sistem alokasi dan prioritas. 1) Alokasi, meliputi: a) Alokasi tenaga pengganti dimulai dari Komando atas yang mencakup keseluruhan kebutuhan diseluruh daerah operasi sesuai dengan keadaan strategi jumlah dan kualitas pengganti yang tersedia serta pengangkutannya. b) Alokasi tenaga pengganti selanjutnya bagi satuan/kesatuan di dalam daerah operasi dibuat oleh Komandan/Panglima (staf intel, staf perencana dan staf operasi) berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (1) Kekurangan personel yang sekarang. (2) Tenaga pengganti yang tersedia di tempat penampungan tenaga pengganti (Rindam/Dodik/Dolat/Satlat). (3) Tenaga pengganti yang diramalkan. (4) Perkiraan mereka yang kembali dari rumah sakit.

10 10 (5) Saran-saran Komandan satuan/kesatuan bawahan tentang satuan/kesatuannya. (6) Nasehat tentang pelayanan teknik dfan administrasi dari perwira staf khusus. 2) Prioritas. Dalam sistem ini cara pemenuhan ditentukan oleh Panglima/ Komando setelah mempertimbangkan saran dari staf personeol, staf operasi, staf logistik yang didasarkan pada situasi personel dan taktis. Sistem ini dilaksanakan bila terdapat kekurangan persediaan tenaga pengganti atau belum pasti jumlah tanbahannya. 11. Evaluasi. a. Pada masa tidak operasi penyusutan personel dapat diperkirakan jauh sebelumny adan relatif lebih pasti. Uraikan mengapa? b. Sebutkan tujuan diadakannya tenaga pengganti di lingkungan TNI AD! c. Uraikan tujuan adanya laporan kerugian personel! d. Sumber tenaga pengganti dapat diperoleh dari daerah belakang dan daerah sendiri. Uraikan cara memperoleh tenaga penganti daerah sendiri! BAB III ADMINISTRASI SISGATI 12. Umum. Tujuan tenaga pengganti di tingkat Kodam/Divisi adalah untuk memelihara kekuatan kesatuan dalam jajaran Kodam/Divisi selama dalam masa pertempuran, personel pengganti harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. 13. Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Pengganti Ditingkat Kodam/Divisi. Badan/lembaga/instansi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam bidang penggantian tenaga sebagai berikut: 1) Staf umum 3/Pers Kodam/Divisi. 1) Membuat perkiraan kerugian personel (kirrugpers) secara terus menerus sebagai dasar perencanaan permintaan dan distribusi tenaga pengganti. 2) Perumusan kebijaksanaan tenaga pengganti. 3) Koordinasi dengan satuan atas, staf umum lainnya dan kesatuan di bawahnya.

11 11 4) Laporan secara terus menerus kepada Panglima. 5) Setelah berkonsultasi dengan Staf-2/Ops mengusulkan kepada Panglima/Kas tentang alokasi tenaga pengganti. 6) Memberikan alokasi dan rencana distribusi tenaga pengganti yang disetujui kepada badan Ajen Kodam/Divisi. 2) Badan Ajen Kodam. 1) Pemeliharaan data kekuatan satuan dan tenaga pengganti. 2) Administrasi personel tenaga pengganti. 3) Penyelenggaraaan dan pengawasan tata permintaan dan distribusi. 4) Penyelenggaraan akomodasi dan perawatan. 5) Koordinasi dengan Rindam/Instansi latihan lainnya dalam lingkungan Kodam untuk penampungan, orientasi dan klasifikasi. 3) Badan Ajen Divisi. 1) Pemeliharaan data kekuatan satuan/kesatuan tenaga pengganti. 2) Administrasi personel tenaga pengganti. 3) Penyelenggaraan dan pengawasan tata cara permintaan dan distribusi. 4) Penyelenggaraan akomodasi dan perawatan. 5) Koordinasi dengan Kodam untuk penggunaan, fasilitas latihan di Rindam atau Instansi latihannya. 4) Rindam/Instansi latihan lainnya. 1) Menyelenggarakan penampungan, latihan dan orientasi sesuai tugas dan situasi yang dihadapi. 2) Menyelenggarakan Santi Aji tentang Bintal, sejarah dan tradisi satuan dimana yang bersangkutan ditempatkan. 3) Mengirimkan/mengantarkan tenaga pengganti kepada satuan/kesatuan pemakai sesuai dengan keputusan/perintah Panglima. 14. Saluran Tenaga Pengganti Di Lingkungan Kodam/Divisi. 1) Saluran permintaan tenaga pengganti. 1) Permintaan tenagas pengganti dari satuan/kesatuan organik/bp diajukan ke Brigade berdasarkan kerugian nyata.

12 12 2) Ajen Brigade menghimpun, mengolah dan menyiapkan permintaan pengganti ke Komando atas. Permintaan tengganti dibuat berdasarkan: a) Perkiraan kebutuhan tenaga pengganti sebelum situasi. b) Jumlah personel dan macam kejujuran yang diminta satuan/kesatuan bawah. 3) Badan Ajen Kodam/Divisi menghimpun, mengolah dan menyiapkan permintaan tenaga pengganti ke Komando operasi atasan. Permintaan tenaga pengganti Kodam/Divisi dibuat berdasarkan perkiraan kebutuhan tenaga pengganti sebelum operasi dan jumlah personel dan macam kejujuran yang dimninta oleh Brigade. 2) Saluran distribusi tenaga pengganti. Badan Ajen Kodam/Divisi berdasarkan perintah Panglima mendistribusikan tenaga pengganti yang diperoleh kepada Ajen Brigade dan selanjutnya Ajen Brigade mendistribusikan tenaga pengganti yang membutuhkan. 3) Sumber utama tenaga pengganti Brigade. 1) Sumber utama pengganti untuk Brigade adalah personel yang berasal dari Komando atasan (Kodam/Divisi) dan personel yang berasal dari lingkungan Brigade itu sendiri. 2) Sifat penggantian. Penggantian tenaga dapat bersifat sebagai pengisian yaitu penugasan tenaga pengganti untuk mengisi organisasi yang belum pernah ada pejabatnya. Penggantian adalah penugasan tenaga pengganti untuk mengisi lowongan dalam organisasi karena personel. 3) Tugas dan tanggung jawab. Badan/instansi utama yang membantu Komandan Brigade di dalam perencanaan dan pelaskanaan sistem penggantian tenaga Brigade adalah: a) Pasi-3/Pers, mempunyai tugas dan tanggung jawab antara laian: (1) Membuat perkiraan kerugian tenaga secara terus menerus. (2) Mengatur/merencanakan penggantian tenaga dalam hal: (a) (b) (c) (d) Tata cara permintaan. Distribusi. Penyediaan tenaga-tenaga pengganti. Penuygasan kembali ke satuan semula. (e) Pembagian yang seimbang dari personel-personel ahli dan pimpinan.

13 13 (3) Koordinasi dengan seksi-seksi lainnya, seperti satuan/kesatuan bawahan (Batalyon, satuan/kesatuan BP) dan badan Ajen eselon lapangan. (4) Secara terus menerus melaporkan kepada Komandan Brigade. (5) Mengusulkan distribusi tenaga pengganti bagi satuan/kesatuan bawahan kepada Komandan Brigade U.p. Kasbrig untuk mendapatkan keputusan b) Ajudan Jenderal Brigade/Perwira Ajen Brigade mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) Pemeliharaan data kekuatan satuan dan tenaga oengganti. (2) Administrasi personel. (3) Penyelenggaraan sistem permintaan tenaga pengganti. (4) Pelaskanaan distribusi tenaga pengganti ke kesatuan bawahan sesuai keputusan/perintah Komandan Brigade. c) Seksi tenaga pengganti (sisgaganti). Sisgaganti mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagia berikut: (1) Penyelenggaraan akomodasi dan perawatan bagi tenaga pengganti. (2) Pengiriman tenaga pengganti ke tempat tujuan. (3) Pemeriksaan perlengkapan terhadap tenaga pengganti. (4) Pemeliharaan tata tertib dan disiplin. (5) Mengatur penyelenggaraan kegiatan penggantian tenaga dalam Brigade, beberapa perwira staf mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain: (a) Kasi-2/Operasi. Kasi-2/Ops mempunyai tugas dan tanggung jawab mengajukan saran distribusi tenaga pengganti satuan/kesatuan bawahan kepada Komandan Brigade U.p. Kasbrig dan menyusun program latihan untuk tenag apengganti Brigade serta mengawasi pelaksanaannya. (b) Kasi-4/Logistik Brigade. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan perbekalan, fasilitas rawatan rumah sakit, pengangkutan dan pelayanan logistik lainnya untuk kepentingan tenaga pengganti.

14 14 (c) Pejabat-pejabat lain termasuk perwira staf, memberikan bantuan dan fasilitas dalam bidang masingmasing sesuai dengan yang diperlukan oleh sisgaganti dalam rangka kegiatan penggantian tenaga. 15. Prosedur Tenaga Pengganti Brigade. 1) Ketentuan umum. 1) Sisgaganti Brigade mampu menampung/menyediakan 100 orang tenaga pengganti baik bintara/tamtama, tenaga pengganti perwira dari Komando atasan diatur tersendiri oleh Brigade. 2) Tenga pengganti tidak boleh tergesa-gesa dikirim ke medan pertempuran walaupun sangat dibutuhkan, mereka harus ditampung di sisgaganti kurang lebih 2 x 24 jam untuk orientasi dan latihan, kemudian dikirim ke satuan pada waktu satuan dalam status cadangan. 3) Tenga pengganti dilatih dengan mengutamakan fisik, menembak, kesehatan lapangan, disiplin, samaran. Lubang perlindungan dan taktik satuan kecil. 4) Selama dalam pertempuran harus disahakan agar mereka merasa sebagai anggota dari Komando di mana ditempatkan serta percaya diri sendiri bahwa ia akan mampu mendukung tugas sdatuan/kesatuannya. 5) Penggantian tenaga bagi satuan/kesatuan organik. Fasilitas Brigade dapat digunakan untuk memproses tenaga pengganti satuan/kesatuan BP. Dalam pelaskanaan agar dipisahkan antara yang organik dengan yang BP. 6) Korban tempur yang masih mampu untuk bertugas harus segera dikembalikan ke satuan/kesatuan semula tanpa melalui seksi tenaga pengganti. 2) Saluran permintaan. Proses oermintaan ternaga pengganti sebagai berikut: 1) Peleton/Kompi yang kekurangan personel mengajukan permintaan tenaga pengganti kepada Kasi-3/Pers Batalyon. 2) Pasi-3/Pers Batalyon segera melaporkan kebutuhan tenaga pengganti ini kepada Komandan Batalyon selanjutnya Pasi-3/Pers Batalyon mengajukan kebutuhan tenaga pengganti kepada Brigade. 3) Atas hasil koordinasi dengan Pasi-3/Pers batalyon mengajukan kebutuhan tenaga pengganti kepada Brigade. a) Apabila disetujui segera Komandan Detasemen Markas/Ajen Brigade diperintahkan untuk menyelesaikan administrasi dan sisgaganti mengantarkan/menyerahkan tenaga pengganti kepada satuan/kesatuan.

15 15 b) Apabila tidak disetujui maka Kasi-3/Pers Brigade membuat rencana distribusi baru sesuai dengan pengarahan Komadan. 4) Apabila pengajuan dari Batalyon tidak dapat dipenuhi karena tidak cukup persediaan tenaga pengganti, maka: a) Komandan Brigade menentukan prioritas dalam pendistribusiannya. b) Kasipers Brigade mengajukan permintaan ke Komandan atasan. 3) Saluran pengiriman dan penerimaan tenaga pengganti. 1) Tenaga pengganti dikirim kepada atau dijemput oleh Brigade sesuai dengan alokasi Komandan atasan, antara lain: a) Ajen Brigade, bertugas: (1) Menyelesaikan administrasi personel atenaga pengganti. (2) Melaporkan kepada pimpinan jumlah tenaga pengganti yang tersedia dan efektif menurut keahlian kejujuran militernya. b) Sisgaganti, bertugas: (1) Mengurus akomodasi. (2) Memberikan orientasi/latihan yang diperlukan. (3) Mengurus perlengkapan. (4) Memelihara tata tertib dan disiplin. (5) Mengurus penjemputan dari satuan/kesatuan atasan. (6) Mengurus pengiriman ke tempat tujuan. 2) Tenaga pengganti dikirim ke batalyon (diterima oleh Pasi-3/Pers Batalyon) selanutnya didistribusikan kepada Peleton/Kompi sesuai dengan instruksi Komandan Batalyon. 4) Prosedur penerimaan di tingkat Batalyon. Pada waktu menerima pemberitahuan bahwa tenaga pengganti akan tiba atau harus diambil, maka Pasi- 3/Pers batalyon melaporkan/mengadakan koordinasi dengan: 1) Komandan Batalyon untuk keputusan terakhir tentang dsitribusi tenaga pengganti. 2) Pasi-1 Batalyon untuk Briefing mengenai pengamanan. 3) Pasi-2 Batalyon agar tetap mengetahui keadaan terakhir personel.

16 16 4) Pasi-4 Batalyon untuk mengurus angkutan, penyimanan barang-barang perlengkapan khusus dan sebagainya. 5) Perwira rohani untuk pembinaan mental. 6) Komadan Kompi Markas untuk keperluan perawatannya. 16. Evaluasi. 1) Uraikan secara singkat tentang masalah administarsi yang dihadapai dalam angka penyaluran tenaga pengganti! 2) Jelaskan fungsi badan Ajen dalam rangka penyelengaraa permintaan personel pengganti tenaga! 3) Uraikan saluran-saluran permintaan tenaga pengganti! 4) Uraikan prosedur penyaluran tenaga pengganti di tingkat Brigade! BAB IV TATA CARA PENGHITUNGAN TENAGA PENGGANTI 17. Umum. Sebelum pelaksanaan permintaan, pengiriman ataupun penyaluran tenaga pengganti, seharusnya seorang yang bertugas untuk mengurus hal tersebut haruslah seseorang yang benar-benar telah menguasai cara dan teknik penyaluran dan mampu menghitung jumlah personel yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan yang tercantum dalam TOP/DSPP satuan. 18. Penghitungan Tenaga Pengganti. 1) Tulis dukungan tenaga pengganti dari Komando atas dengan memperhatikan waktu penerimaannya. 2) Perhatikan penambahan/pengurangan personel sesuai keadaan khusus lanjutan (kasusla). 3) Hitung jumlah kekuatan organik, antara lain: 1) Kekuatan TOP (lihat tabel atau kasusla). 2) Kekuatan nyata. 3) Kekuatan kesiapan operasi. 4) Kekurangan untuk memenuhi kekuatan operasi adalah kekuatan kesiapan operasi - kekuatan nyata misalnya (C ).

17 17 4) Hitung kekuatan organik yang BP. 1) Kekuatan TOP (lihat tabel atau kasusla). 2) Kekuatan nyata terkadang kekuatan nyata sekaligus kekuatan kesiapan operasi. 3) Kekuatan kesiapan operasi. 4) Kekurangan untuk memenuhi kesiapan operasi adalah kekuatan kesiapan operasi sampai denganh kekuatan nyata misalnya (C ). 5) Kebutuhan personel untuk memenuhi kekuatan awal operasi adalah C + C atau dinyatakan dengan tabel sebagai berikut: NO SATUAN KUAT NYATA TOP Organik BP Jumlah A B Lihat Kasusla Lihat lampiran/kasusla f. Hitung kekuatan awal Ops sesuai kasusla (X% x B ) misal C g. Kebutuhan Gati untuk memenuhi kekuatan awala adalah (C A) misal D h. Hitung perkiraan korban selama operasi prosentase lihat tabel. NO TIPE OPS TABEL KORBAN UNTUK OPERASI Kurang dari 15 hari BRIGADE DEPAN Korban Korban non tempur tempur Jml BRIGADE CAD Korban Korban non tempur tempur Jml NON BRIGADE Korban tempur Korban non tempur 1. RANG a. Hari 1 3,8 0,3 4,1 0,4 0,3 0,7 0,5 0,1 0,6 b. Hari berikutnya 3,2 0,3 3,5 0,3 0,3 0,6 0,4 0,1 0,5 2. HAN/HAM BAT a. Hari 1 1,9 0,3 2,2 0,3 0,3 0,6 0,4 0,1 0,5 b. Hari berikutnya 1,0 0,3 1,3 0,3 0,3 0,6 0,3 0,1 0,4 Jml

18 i. Cara menghitung: contoh Brigif depan dalam pertahanan. 18 1) Korban tempur hari 1 = 1,9% x C Korban tempur hari 2 = 1% x ( C E ) Korban tempur hari 3 = 1% x ( C E F ) Total korban tempur selama 3 hari adalah E + F + G 2) Korban non tempur hari 1 = 0,3% x C = H Korban non tempur hari 2 = 0,3% x ( C H ) = I Korban tempur hari 3 = 0,3% x ( C H I ) = J Total korban non tempur selama 3 hari adalah H + F + J 3) Total korban selama 3 hari operasi adalah ( E + F + G ) + ( H + I + J ) = K. 4) Apabila hanya ditanya perkiraan korban saja maka penghitungan prosentase langsung dijumlah antara korban tempur dan non tempur (sesuai contoh di atas). Korban hari 1 = 2,2% x C = L Korban hari 2 = 1,3% X ( C L ) = M Korban hari 3 = 1,3% x ( C L M ) = N Total korban selama 3 hari operasi adalah ( L + M + N ) = K j. Jadi kebutuhan Gati untuk memenuhi kekuatan awal adalah ( D dukungan Gati Ko atas) bila terpisah antara kebutuhan Gati untuk kekuatan awal dan perkiraan korban. k. Kebutuhan seluruh Gati untuk pemenuhan kekuatan awal dan perkiraan korban adalah ( D + K ) dukungan Gati dari ko atas. 19. Evaluasi. 1) Uraikan tata cara penghitungan tenaga pengganti untuk kekuatan Organik dan BP! (lihat tabel). 2) Jelaskan cara menghitung perkiraan korban selama operasi! (prosentase lihat tabel). 3) Buatlah tabel ringkasan personel yang siswa ketahui!

19 RAHASIA 19 BAB V EVALUASI AKHIR PELAJARAN 20. Evaluasi Akhir. a. Teori. 1) Jelaskan tujuan penggantian tenaga ditingkat Kodam/Divisi-1! 2) Sifat penggantian tenaga adalah pengisian dan penggantian. Uraikan yang dimaksud dengan pengisian! 3) Salah satu ketentuan umum prosedur penggantian tenaga ditingkat Brigade adalah penggantian tenaga bagi satuan/kesatuan BP harus mendapat perhatian yang sama dengan satuan/kesatuan organik, mengapa demikian? 4) Dalam penggantian tenaga pelaksanaan pengurusnya menjadi tanggung jawab perwira personalia. Sebutkan tugas perwira staf lainnya! 5) Uraikan secara singkat tentang masalah administarsi yang dihadapai dalam angka penyaluran tenaga pengganti! 6) Jelaskan fungsi badan Ajen dalam rangka penyelengaraa permintaan personel pengganti tenaga! 7) Uraikan saluran-saluran permintaan tenaga pengganti! 8) Pada masa tidak operasi penyusutan personel dapat diperkirakan jauh sebelumnya dan relatif lebih pasti. Uraikan mengapa? 9. Sebutkan tujuan diadakannya tenaga pengganti di lingkungan TNIAD! 10. Uraikan tujuan adanya laporan kerugian personel! 11. Sumber tenaga pengganti dapat diperoleh dari daerah belakang dan daerah sendiri. Uraikan cara memperoleh tenaga penganti daerah sendiri! b. Praktek. - Pasis dapat mengerjakan cara penghitungan Gati dengan benar. BAB VI PENUTUP 21. Demikian Naskah Departemen ini disusun untuk kepentingan Lembaga Pendidikan, sebagai pedoman bagi Gumil dan Siswa dalam rangka mendukung proses belajar mengajar pada pendidikan Sesarcab. Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal RAHASIA Didik Hartanto, S.IP Kolonel Caj NRP 28879

20 Bentuk C.I Kepada Yth PERMINTAAN TENAGA PENGGANTI NO MACAM KUALIFIKASI JUMLAH KET PERSONEL PENGGANTI KEJURUAN KEBUTUHAN Formulir permintaan tenaga pengganti A.n. Komandan - Dari Yon ke Brig Kasipers - Dari Brig ke Kodam

21 BLANKO PERMINTAAN TENAGA PENGGANTI NO MACAM GATI JML KUAT NAMA PKT NRP NIP KUALIFIKASI KEJURUAN TGL TIBA SUMBER ASAL SAT SEMULA KET

22 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup dan Tata Urut Referensi Pengertian-pengertian... 2 BAB II PERKIRAAN TENAGA PENGGANTI 6. Umum Ketentuan Umum Tenaga Pengganti Sumber Tenaga Pengganti dan Prinsip Gati Badan Penyelenggaraan Tenaga Pengganti Permintaan dan Distribusi Tenaga Pengganti Evaluasi BAB III ADMINISTRASI SISGATI 12. Umum Tugas dan Tanggung Jawab Saluran Gati dalam Lingkungan Kodam/Divisi Prosedur Tenaga Pengganti Brigade Evaluasi BAB IV TATA CARA PENGHITUNGAN TENAGA PENGGANTI 17. Umum Penghitungan Tenaga Pengganti Evaluasi BAB V EVALUASI AKHIR PELAJARAN 20. Soal Uraian BAB VI PENUTUP Lampiran-lampiran 21. Penutup... 20

23 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDNA JENDERAL NASKAH DEPARTEMEN Nomor: tentang SISGATI untuk SUSFUNGPERS DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN DANPUSDIKAJEN KODIKLAT TNI AD NOMOR KEP / / / 2008 TANGGAL 2008 DILARANG MEMPERBANYAK ATAU MENGUTIP TANPA IJIN DANPUSDIKAJEN RAHASIA

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 POSMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pembinaan administrasi umum

Lebih terperinci

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENGETAHUAN BINTEMAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Sumber daya

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen. RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 LAPORAN KEKUATAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tata cara laporan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PAPAN NAMA BADAN/JABATAN DAN CAP DINAS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum.

Lebih terperinci

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS

Staf 3 / Personil. Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Staf 3 / Personil Kapten Kav Nasrokin FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 3 / PERS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan keterangan yang diperlukan tentang personel. 2. Membuat perkiraan

Lebih terperinci

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 NIKGARLAT SATSIKMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Setiap komandan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran XI Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP PENULISAN, PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEJARAH

Lebih terperinci

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT KODIKLAT Lampiran III Keputusan Dankodiklat TNI AD Nomor : Kep / 106 / III / 2010 Tanggal : 10 Maret 2010 SISTEM PEMBINAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman

Staf 2 / Operasi. Fungsi Umum. digariskan oleh Komandan. oleh Komandan. Kapten Kav Budiman Staf 2 / Operasi Kapten Kav Budiman FUNGSI UMUM, FUNGSI ORGANIK, TANGGUNG JAWAB, DAN TUGAS POKOK STAF 2 / OPS Fungsi Umum. 1. Mengumpulkan dan meyediakan keterangan tentang keadaan taktis. 2. Mengadakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL TEKNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Seorang Pelatih harus menguasai tentang Pembinaan latihan disatuaannya sehingga mutu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kekuatan Personel. PNS. TNI. Pelaporan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK IDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PELAPORAN

Lebih terperinci

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA 1 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA 1 PUSAT KESENJATAAN INFANTER PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif Nomor : Kep/ 55 / XII / 2011 Tanggal : 18 Desember 2011 TEHNIK PENYELENGARAAN LATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / / 2010 Tanggal 2010 PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pemisahan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ( No.1256, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Taruna/Taruni Akademi TNI. Beasiswa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG BEASISWA KEPADA TARUNA/TARUNI

Lebih terperinci

KAJIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KODAM DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KODAM DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN MARS BESAR ANGTAN DARAT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO JIAN Tentang LIAISON OFFICER (LO) TNI AL DAN TNI AU DI KO DAN KOSTRAD JAJARAN TNI AD BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Kodam dan Kostrad sebagai komando utama

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2109, 2014 KEMENHAN. Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Tenaga Profesi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN PEMELIHARAAN MATERIIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II

BUKU PETUNJUK TEKNIK. tentang GELADI POSKO II KONFIDENSIAL TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT No. 203.21-121912 PT : KDL 3.14 BUKU PETUNJUK TEKNIK tentang GELADI POSKO II DISAHKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN KASAD NOMOR SKEP/ / / 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu segera koordinasi di antara melaksanakan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1318, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembangunan. Pertahanan Negara. Perencanaan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1955 TENTANG GABUNGAN KEPALA-KEPALA STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu segera melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai koordinasi

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba No.77, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Tunjangan Pengamanan Persandian. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN TUNJANGAN

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK

OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK OPTIMALISASI DISTRIBUSI JALUR LOGISTIK DI SATUAN PERAWATAN TEPBEK XII-44-A/PTK F. INDRA TRI JAYANTO Bekangdam XII/Tanjungpura Email: findra.mm29@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KEPADATARUNA/TARUNI AKADEMI TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN AKADEMI MILITER DI LUAR NEGERI

TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KEPADATARUNA/TARUNI AKADEMI TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN AKADEMI MILITER DI LUAR NEGERI KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KEPADATARUNA/TARUNI AKADEMI TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK MENGIKUTI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Taruna/Taruni Akademi TNI. Pendidikan Militer di Luar Negeri. Pedoman Beasiswa. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 FORMULIR

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 FORMULIR RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 FORMULIR BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Untuk tercapainya suatu pekerjaan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III BIMBINGAN ROHANI (BIMROH) DI KODAM V BRAWIJAYA SURABAYA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KELUARGA. A. Gambaran Umum Kodam V Brawijaya Surabaya

BAB III BIMBINGAN ROHANI (BIMROH) DI KODAM V BRAWIJAYA SURABAYA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KELUARGA. A. Gambaran Umum Kodam V Brawijaya Surabaya BAB III BIMBINGAN ROHANI (BIMROH) DI KODAM V BRAWIJAYA SURABAYA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KELUARGA A. Gambaran Umum Kodam V Brawijaya Surabaya Komando daerah militer atau biasa disingkat Kodam V Brawijaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010

Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Pegawai

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Lembaga Kepresidenan adalah sebuah lembaga yang menjadi titik sentral dari pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Indonesia, oleh karena

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1959 TENTANG MILITERISASI KEPOLISIAN NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan penyelenggaraan ketertiban, keamanan umum serta pertahanan dianggap perlu

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP DINAS JAGA DI PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP DINAS JAGA DI PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran II Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP DINAS JAGA DI PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a.

Lebih terperinci

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG STANDARDISASI PELAYANAN ADMINISTRASI PERMOHONAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 2 TAHUN 213 TENTANG SISTEM PELAPORAN KEKUATAN PERSONEL KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIi, KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

ORGAS AJEN BAB I PENDAHULUAN

ORGAS AJEN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / /2010 Tanggal 2010 ORGAS AJEN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 2009 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA I. UMUM TNI merupakan suatu profesi Warga Negara yang mengaktualisasikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Administrasi. Instansi. Susunan Organisasi. TNI. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR No PA: SET-01 PETUNJUK ADMINISTRASI TENTANG ADMINISTRASI UMUM TNI

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR No PA: SET-01 PETUNJUK ADMINISTRASI TENTANG ADMINISTRASI UMUM TNI TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR No. 104.03.171203 PA: SET-01 PETUNJUK ADMINISTRASI TENTANG ADMINISTRASI UMUM TNI DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN PANGLIMA TNI NOMOR KEP/685/IX/2013 TANGGAL 10 SEPTEMBER

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN POKOK-POKOK ORGANISASI DAN PROSEDUR STAF UMUM TENTARA NASIONAL INDONESIA (POP SUM TNI) POKOK-POKOK

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Presiden dan Wakil Presiden

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. No.121, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1375, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Persiapan Pensiun. Penyaluran. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Komoditi Militer. Standardisasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Denma Mabes TNI Sesuai surat keputusan nomor Skep / 89 / IX / 2001 tanggal 10 September 2001 tentang pemberlakuan buku petunjuk teknis ( Bujuknis)

Lebih terperinci

Keadaan khusus lanjutan I (Kasusla I)

Keadaan khusus lanjutan I (Kasusla I) Keadaan umum (Kaum) Paldam X/L sebagai Balakdam disamping melaksanakan tugas pokok sesuai fungsi utamanya juga melaksanakan fungsi organik militer dan pembinaan di satuannya. Dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian/Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian/Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem No.558, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Santuan dan Tunjangan Cacat. Prajurit TNI. Pemberian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa terpeliharanya stabilitas nasional

Lebih terperinci

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK TNI DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.461, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Standar Militer. Alat. Komunikasi. Elektronik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MILITER INDONESIA

Lebih terperinci

Latar belakang pembentukan

Latar belakang pembentukan Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang ketiga dimensi waktu sekaligus, masa lampau masa kini dan masa yang akan datang dalam suatu kesatuan. Penulisan peristiwa bersejarah diharapkan

Lebih terperinci

RAHASIA 1 HIBURAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA 1 HIBURAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PENDAHULUAN RAHASIA 1 KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 HIBURAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran I Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP PENGAMANAN DAN KETERTIBAN PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 60 TAHUN 1983 (60/1983) TENTANG POKOK-POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1600,2014 KEMENHAN. Pegawai. Cuti. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 61 2013 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1493, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tanda Penghargaan. Bela Negara. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 20132013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKBA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran umum berikut menjelaskan sejarah umum organisasi Puskes TNI,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran umum berikut menjelaskan sejarah umum organisasi Puskes TNI, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Puskes TNI. Gambaran umum berikut menjelaskan sejarah umum organisasi Puskes TNI, visi dan misi, Struktur dan uraian tugas dari Puskes TNI. 4.1.1.Sejarah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN

LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER BAGIAN PENELITIAN LAPORAN SURVEI SOSIAL/PENELITIAN TENTANG PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT JAKARTA 2016 1 PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP KENDARAAN ANTAR JEMPUT PERSONEL PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

PROSEDUR TETAP KENDARAAN ANTAR JEMPUT PERSONEL PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH Lampiran V Keputusan Kapusjarah TNI Nomor Kep/19/ V/2014 Tanggal 8 Mei 2014 PROSEDUR TETAP KENDARAAN ANTAR JEMPUT PERSONEL PUSJARAH TNI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci