UNSUR RETORIKA DALAM NOVEL MAESTRO KARYA ALEX SUHENDRA (TINJAUAN STILISTIKA) Oleh Sri Marintan Marpaung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNSUR RETORIKA DALAM NOVEL MAESTRO KARYA ALEX SUHENDRA (TINJAUAN STILISTIKA) Oleh Sri Marintan Marpaung"

Transkripsi

1 UNSUR RETORIKA DALAM NOVEL MAESTRO KARYA ALEX SUHENDRA (TINJAUAN STILISTIKA) Oleh Sri Marintan Marpaung ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsur-unsur retorika; berupa pemajasan, penyiasatan dan pencitraan dengan tinjauan stilistika pada novel Maestro karya Alex Suhendra. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, mengutamakan makna dan konteks, menuntut peran peneliti yang tinggi. Sumber data novel Maestro karya Alex Suhendra. Berdasarkan hasil penelitian novel Maestro, adapun unsur- usur retorika yang terdapat dalam novel Maestro yaitu: (1) bentuk pemajasan berdasarkan unsur retorika yang terdapat pada novel Maestro yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. (2) bentuk penyiasatan struktur yang terdapat pada novel Maestro yaitu, repetisi, anafora, pararelisme, asidenton, polisidenton, antithesis, dan aliterasi, sedangkan klimaks, antiklimaks, dan pertanyaan retoris tidak terdapat pada novel Maestro. (3) bentuk-bentuk pencitraan yang terdapat pada novel Maestro yaitu citraan penglihatan, pendengaran, citraan gerak, citraan rabaan, dan citraan penciuman. Kata Kunci: sastra, novel, retorika, stilistika PENDAHULUAN Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani dalam kehidupan dengan pengungkapan lewat bahasa. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan sekedar cerita khayal dari pengarang saja, melainkan wujud dari proses kreativitas pengarang ketika menggali dan menuangkan ide yang ada dalam pikirannya. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Rosmawati, 2008: 17). Karya sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap berbagai fenomena kehidupan masyarakat. Sehingga hasil karya itu tidak hanya dianggap sekedar cerita penghayal semata, melainkan perwujudan dari kreativitas pengarang dalam menggali gagasannya. Karya sastra digunakan pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang hal yang dirasakannya atau dihadapinya; yang berhubungan dengan kehidupan manusia, masyarakat, dan lingkungan dengan penuh bunga-bunga dan aroma. Karenanya, peneliti diharapkan mampu menangkap keindahan didalamnya (Endraswara, 2011: 68). Keindahan yang dimaksud adalah ciptaan pengarang dengan seperangkat bahasa. Karya sastra merupakan

2 perwujudan pikiran ke dalam bentuk tulisan melalui bahasa. Pada bahasa sastra tanda dan simbolisme kata-kata merupakan hal yang dipentingkan. Melalui eksplorasi bahasa yang khas, pengarang menampilkan aspek keindahan yang optimal. Bahasa di dalam karya sastra adalah bukan bahasa seperti yang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa dalam karya sastra lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan efek estetis, dan untuk kepentingan itulah, maka bahasa dalam karya sastra disiasati dan dimanipulasi sedemikian rupa sehinga berbeda dengan bahasa nonsastra. Gaya penulisan seorang pengarang dapat dipelajari atau dikaji dalam stilistika. Secara garis besar stilistika adalah cabang linguistik yang mempelajari gaya bahasa. Menurut Lecch & Short, stilistika adalah pengertian studi tentang style, kajian terhadap wujud performansi kebahasan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2002: 279). Style, gaya bahasa dalam karya sastra merupakan sarana sastra yang turut memberikan kontribusi signifikan dalam memperoleh efek estetik dan penciptaan makna. Studi tentang style tersebut sebenarnya dapat digunakan dalam berbagai penggunaan ragam bahasa, tidak dibatasi pada ragam bahasa sastra saja. Namun, ada kecenderungan analisis stilistika lebih sering digunakan dalam ragam bahasa sastra yang bertujuan untuk menemukan unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra yang akan dikaji. Pada karya sastra, style dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan mengeksploitasi, memanipulasi, dan memanfaatkan segenap bahasa. Yang dimaksud retorika dalam penelitian ini adalah unsurunsur kebahasaan dan makna yang digunakan oleh pengarang di dalam mengungkapkan ide dan gagasannya secara jelas dan indah sehingga akan tercipta wacana efektif dan khas. Corak sarana retorika tiap karya sastra sesuai dengan gaya bahasa pengarangnya. Masing-masing pengarang memiliki nilai estetis yang berbeda dalam setiap karyanya. Semakin piawai seorang pengarang dalam bermain-main kata, akan semakin indah bahasanya. Hal itu terlihat, misalnya pada novel Maestro. Dalam novel ini, Alex Suhendra sebagai penulis bercerita tentang perjalanan kehidupan seorang seniman, khususnya teaterawan. Suhendra seorang sastrawan yang berkecimpung di dunia teater. Suhendra sudah terbiasa bergelut di bidang keaktoran dan penyutradaraan, selain itu juga Suhendra menyalurkan darah seninya pada bidang musik dengan menjadi salah satu personil band yang juga tidak lepas dari pengaruh dunia teater. Hal ini menginspirasinya untuk menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk tulisan dengan mencoba menulis sebuah novel. Dengan kata lain, kehidupannya yang bergelut di dunia teater mendorong dan menginspirasinya untuk menulis novel. Suhendra mengemas novelnya dengan apik melalui permainan bahasa. Dari segi pemakaian bahasa, novel ini sangat menarik untuk diteliti karena dalam mencapai efek

3 estetisnya banyak memanfaatkan unsur retorika. Selanjutnya, pada novel Maestro, pengarang menceritakan kehidupan seorang teaterawan melalui balutan bahasa yang dikemas oleh pengarangnya dengan sentuhan romantis sehingga menarik untuk dinikmati. Novel Maestro ini juga termasuk novel serius, sehingga diperlukan konsentrasi yang tinggi, kemauan, serta memahami bahasa yang digunakan. Novel sarat dengan nilai estetis dan nilai sastra yang tinggi. Hal ini tak lepas dari pengaruh kehidupan Suhendra yang bergelut dalam dunia teater. Sebagaimana kita ketahui drama dalam bentuk teater sangat berbeda dengan drama-drama televisi pada umumnya. Panggung dunia teater lebih banyak memanfaatkan bahasa-bahasa yang mengandung nilai sastra yang tinggi sehingga terkadang sulit untuk dipahami oleh orang awam dan membutuhkan pemahaman khusus dalam menilainya. Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti merasa tertarik dan ingin mendalaminya dan mengupas lebih mendalam dan lebih memahami isi dari novel Maesto karya Alex Suhendra ini. Peneliti memanfaatkan kajian stilistika melalui pendeskripsian unsur-unsur retorika sebagai objek penelitian. Peneliti ingin mengupas lebih dalam dengan menganalisis wacana novel, yaitu bentuk pemajasan, bentuk penyiasatan dan bentuk-bentuk citraannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra melalui analisis dokumen berupa studi pustaka. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analsis isi. Tujuan content analysis adalah peneliti mencari kedalaman makna yang ada dalam dokumen atau arsip yang diteliti. Dengan demikian, peneliti ini akan menyajikan laporan peneltian yang berisi kutipan-kutipan data untuk mendeskripsikan bagaimana pemanfaatan unsur-unsur retorika dengan tinjauan stilistika pada novel Maestro karya Alex Suhendra. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006: 157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata, tindakan, dan sumber data tertulis. Sumber data penelitian ini adalah dokumen. Sumber data dokumen yaitu berupa novel Maestro karya Alex Suhendra. Penerbit ANDI, cetakan pertama, Yogyakarta, 2009, yang terdiri dari 314 halaman. Dan disertai jurnal-jurnal, buku-buku, dan artikel-artikel yang mempunyai relevansi untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil penelitian sebagai objek penelitiannya adalah data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dari novel Maestro karya Alex Suhendra.

4 Instrumen utama dalam peneltian ini adalah peneliti sendiri dengan instrument pembantu yaitu tabel temuan data, dengan mendeskripsikan atau mencatat, memberi tanda pada bagian-bagian yang merupakan unsur-unsur retorika dalam novel Maestro. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data pada novel Maestro karya Alex Suhendra adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan unsur-unsur retorika pada novel, dengan cara mendeskripsikan teksteks yang mengandung unsur retorika yang kemudian disusul dengan analisis data teks melalui teknik kajian pustaka dan teknik catat. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap yaitu proses pengumpulan data, proses penyeleksian data, proses menganalisis data yang telah diseleksi, dan terakhir membuat laporan penelitian. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Beragam aspek unsur-unsur retorika dapat diteliti dengan kajian stilistika dalam novel Maestro, misalnya pemajasan (bahasa figuratif), penyiasatan struktur, dan pencitraan. Peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada ke tiga unsur tersebut; 1) pemajasan, yang diklasifikasikan dalam 7 gaya bahasa, 2) penyiasatan struktur, yang diklasifikan dalam 10 gaya bahasa, 3) pencitraan, yang diklasifikasikan pada 5 bentuk citraan. Bentuk Pemajasan Menciptakan unsur kepuitisan dalam sebuah prosa dapat dimanfaatkan salah satu sarana kebahasaan, yaitu bahasa bermajas. Majas merupakan salah satu gaya bahasa yang banyak digunakan dalam teks-teks sastra. Adapun gaya bahasa pemajasan berdasarkan unsur retorika yang terdapat pada novel Maestro yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. Berikut ini akan diilustrasika pemajasan simile dan metafora yang terdapat dala novel Maestro : 1) Rambutnya mengurai dilekukan punggung yang begitu sempurna itu, seperti air tejun yang jatuh tengkurap dalam palung sungai penuh lumut di bebatuan(maestro: 113). 2) Dia seorang kutu buku. Hampir semua buku dalam perpustakaannya yang sebesar gudang beras itu dilahapnya. (Maestro: 57). Pada data (1) keindahan rambut dari tokoh wanita tersebut diibaratkan seperti air terjun, rambutnya digambarkan lurus dan memiliki gelombang halus dibawahnya yang dinyatakan pada konteks yang jatuh tengkurap dalam palung yang bermakna memiliki

5 gelombang arus pada permukaan palung. Data-data diatas merupakan contoh bentuk gaya bahasa simile yang terdapat pada novel Maestro yaitu berupa penggunaan kata seperti, karena membandingkan dua hal secara eksplisit atau menyatakan sesuatu sama dengan hal lain dengan menggunakan kata pembanding. Bentuk simile yang terdapat pada novel Maetro yaitu hanya menggunakan kata perbandingan seperti, yang berupa perumpamaan pada makhluk hidup, dan pada benda. Sedangkan pada data (2) di atas juga dapat dikategorikan sebagai majas metafora karena membandingkan orang lain dengan seekor kutu buku. Kalimat di atas merupakan sebuah bentuk perbandingan antara hewan pengerat dan manusia. Adapun kata dia dalam kalimat di atas ialah tokoh yang perankan oleh Om Sangkoro sedang kutu buku adalah sejenis hewan pengerat yang gemar melahap/mengerat buku hingga buku tersebut menjadi rusak dan hancur. Adapun makna dari kalimat dia seorang kutu buku adalah Om Sangkoro merupakan seeseorang yang sangat gemar membaca buku sehingga memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang dunia panggung. Pada data pertama diatas pengarang menggunakan sebuah bentuk perbandingan antara hubungan sosial manusia, dengan hewan yang ditandai dengan kata adalah, sedangkan pada data kedua membandingkan manusia dengan hewan pengerat yang ditandai dengan kata seorang yang dipergunakan secara implisit (tak langsung) dengan tidak menyertakan kata-kata pembandingnya. Selanjutnya juga terdapat majas personifikasi dan metonimia. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas personifikasi dan metonimia dalam novel Maestro ; 3) Satu pemantik huruf bergerak memukul kertas. Pitanya masih berfungsi. Huruf M menancap di kertas (Maestro: 20). 4) Om Sangkoro mengeluarkan semua barang-barangku dari dalam bagasi Volkswagen kuningnya, lalu dengan sedikit susah payah, kuangkat sendiri barang bawaanku menaiki semenan anak tangga hingga sampai di latai dua (Maestro:15). Data (3) di atas termasuk dalam majas personifikasi karena ditemukan kata acuannya bukan manusia akan tetapi diberi ciri insani. Pada data (3) di atas kata bergerak dan memukul merupakan tindakan yang dapat dilakukan manusia untuk tujuan-tujuan tertentu. Kata pemantik dalam kalimat diatas merupakan kata benda. Namun pemantik adalah sebuah bagian dari mesin tik yang berfungsi untuk membentuk atau merangkai kata menjadi huruf dengan bantuan manusia. dalam kalimat ini diibaratkan seperti manusia yang dapat bergerak dan memukul kertas. Sedangkan data (4) di atas juga dapat dikategorikan sebagai majas

6 metonimia karena menggunakan nama yang sudah terkenal pada benda tersebut. Volkekswagen pada kalimat di atas merupakan kendaraan roda empat atau disebut juga dengan mobil dan dikenakan di luar dari pada tubuhnya. Mobil tersebut bermerek Volkswagen, dan telah dikenal secara meluas she hingga lebih sering disebutkan mereknya. Adapun makna kalimat data di atas adalah tokoh Sangkoropada novel digambarkan sedang mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobilnya. Selain itu juga terdapat majas sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas sinekdoke, hiperbola, dan paradoks dalam novel Maestro ; 5) Aku adalah segalanya dalam panggung dan segalanya dalam panggung adalah diriku (Maestro: 25). 6) Tapi, kemudian tibalah giliranku: sebuah pertunjukan monolog perdana, membuat mata semua orang, bahkan senior-seniorku melongo dengan iler yang terus menerus menetes dari sela-sela taring mereka yang mulai karatan dan siap patah kapan saja. Sejak itu aku adalah seorang aktor teater (Maestro: 25). 7) Aku berdandan seperti ini setiap hari. Kemana pun dan kapan pun. Aku juga selalu mengenakan pakaian-pakaian yang diprosuksi wanita. Aku cantik. Aku sadar terlalu anggun sebagai laki-laki. Orientasi seksualku masih normal tentu saja. Tapi aku malas pacaran (Maestro:34) Kalimat data (5) di atas dapat dikategorikan sebagai sinekdoke pras pro toto yang mana aku (sebagian) dan segalanya (keseluruhan), totum pro parte yang mana segalanya dalam panggung (keseluruhan) dan diriku (untuk sebagian). Makna kalimat tersebut ialah tokoh utama merasa memiliki segala keahlian dalam dunia panggung atau teater dan sebaliknya; segalanya dalam dunia teater telah dia kuasai. Pada kalimat pertama yang mengandung pemajasan sinekdoke di atas, hanya memanfaatkan sinekdoke pras pro toto yaitu sebagian untuk mewakili keseluruhan. Pada data (6) tersebut di atas menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung suatu pernyataan yang melebih-lebihkan dari keadaan yang sebenarnya. Kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai hiperbola sebab pernyataan di atas sangat dilebihlebihkan dari segi jumlah, dengan menyatakan senior-seniorku yang merupakan orang-orang yang lebih berpengalaman dari si tokoh utama yaitu Makkah. Sedangkan sela-sela taring

7 mereka yang mulai karatan dan siap patah, yang dimaknai dengan orang-orang yang iri sekaligus terkagum-kagum dengan penampilan Makkah. Sedangkan pada data (7) di atas memiliki empat kalimat paradoks sekaligus, dikategorikan sebagai paradoks karena mengandung pertentangan makna yang banyak. Keempat kalimat bercetak miring diciptakan oleh pengarang untuk menggambarkan banyaknya paradoks yang dalam kalimat-kalimat tersebut. Adapun makna dari kalimat pertama di atas adalah aku juga selalu mengenakan pakaian-pakaian yang diprduksi wanita yaitu tokoh aku (Makkah) adalah seorang laki-laki yang gemar memakai pakaian perempuan. Makna dari kalimat dua di atas adalah aku cantik adalah menganggap dirinya memiliki kecantikan seperti seorang wanita, meskipun dia adalah lelaki. Selanjutnya kalimat ke tiga adalah aku sadar aku terlalu anggun sebagai laki-laki yang bermakna meskipun dia seorang laki-laki namun Makkah memilki keanggunan seperti layaknya seorang wanita. Dan pada kalimat terakhir orientasi seksualku masih normal tentu saja, tapi aku malas pacaran, yang bermakna Makkah mengakui dirinya sebagai pria normal, hanya saja dia enggan untuk berpacaran karena tidak ingin terikat pada orang lain. Kalimat-kalimat diatas memiliki banyak pertentangan, tokoh utama (Makkah) membandingkan dirinya dengan wanita meskipun pada kenyataannya, dia adalah seorang lelaki normal. Bentuk Penyiasatan Struktur Selain pemajasan juga terdapat penyiasatan struktur dalam unsur retorika. Pembicaraan tentang struktur kalimat sebagai bagaian dari retotika ini lebih ditujukan pada bangunan struktur kalimat yang menonjol tersebut, struktur yang barang kali merupakan suatu bentuk penyimpangan untuk memeperoleh efek tertentu khususnya efek estetis dan efeknya terhadap pembaca. Adapun bentuk penyiasatan struktur yang terdapat pada novel Maestro ini yaitu, repetisi, anafora, pararelisme, asidenton, polisidenton, antitesis, dan aliterasi. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas repetisi, anafora, dan pararelisme dalam novel Maestro ; 8) Hari-hari sepulang sekolah dan hari minggu menjadi hari-hari yang begitu sunyi, tanpa tembang, tanpa kisah Kresna, dan kreta kencana, tanpa Arjuna dan bidadari penggoda, tanpa Abimanyu dan tubuhnya yang berubah menjadi landak saat kematiannya tiba, dan juga tanpa Parikesit (Maestro: 5). 9) Seperempat wajahnya menatapku, seperempat lagi tersaput bayangan lampu studio, seperempat lainnya terbingkai dalam rambut putihnya, dan seperempat terakhir

8 bersembunyi entah dimana mirip adegan perpisahan di film-film bisu era Charlie Chaplin (Maestro: 161). 10) Aku rindu rumah. Aku rindu Madinah. Aku rindu Eyang Putriku yang telah tiada (Maestro:230). Kalimat data (8) di atas dapat dikategorikan sebagai repetisi sebab terdapat perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan yaitu dengan mengulang kata hari. Pengulangan ini memberikan tekanan pada kata tersebut bahwa hari-hari yang dilewatinya begitu sunyi dan sepi semenjak nenek Makkah meninggal. Selain itu juga terdapat perulanga kata tanpa yang mana perulangansini member tekanan pada kata tersebut dia (Makkah) lewati tanpa kisah dongeng. Jadi makna kalimat tersebut ialah Makkah meras kesungyian sejak neneknya meninggal, sebab tidak ada lagi yang mendongeng dan menembang untuk dirinya dan adiknya (Madinah). Jenis repetisi yang dipakai dalam konteks ini adalah, repetisi yang berada diawal dan ditengah. Sehingga penekanannya terasa pada awal kalimat dan tengah kalimat. Ilustrasi data (9) diatas juga merupakan penyiasatan struktur anafora karena terdapat perulangan pada kata pertama dalam satu kalimat. Pengulangan ini memberikan tekanan yang merupakan konsdisi sebahagian dari tubuh dan posisi posisi sesorang. Tokoh yang digambarkan adalah Raya. Adapun makan kalimat dari kutipan di atas adalah tokoh Raya dengan posisi berdiri dan yang tampak hanya setengah dari bagian tubuhnya. Bentuk anafora yang terdapat pada penelitian ini adalah anafora yang berupa perulangan awal kalimat dan perulangan kalimat-kalimat berikutnya. Sedangkan data (10) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai pararelisme sebab gagasan yang ingin disampaikan dibungkus dengan pola yang mirip, yang mana memakai pola S-P-O. Melalui pola ini lebih mempermudah pembaca untuk mengerti maknanya. Bentuk pararelisme yang terdapat pada penelitian ini adalah pararelisme yang berupa pengulangan ungkapan yang sama pada satu kalimat, dan pengulangan pengungkapan pada kalimat-kalimat berikutnya. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas asidenton,dan polisidenton dalam novel Maestro ; 11) Akhirnya kulepas sabuk pengaman, membuka pintu, menutupnya kembali, lalu berdiri dibelakangnya (Maestro:82).

9 12) Dan warna siripnya yang gemerlapan menarik perhatianku untuk terus melihat gambar-gambar dan beberapa nama latin dari spesies dan genusnya yang aku yakin sangat sulit dibaca dan dihafalkan orang kebanyakan (Maestro:145). Data (11) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai asidenton sebab kata kulepas, membuka, dan menutup, merupakan kata-kata yang memiliki posisi yang sederajat, yang seharusnya dihubungkan dengan kata sambung atau konjungsi. Meskipun tidak dihubungkan dengan kata sambung, tetapi makna kalimat tersebut dapat diterima. Makna kalimat tersebut adalah mengilustrasikan kegiatan seseorang, sembari melepas, membuka dan menutup sabuk pengamannya lalu kembali berdiri di belakang pintu. Dan pada data (12) gaya bahasa polisidenton merupakan kebalikan dari asidenton, yakni dihubungkan satu sama lain dengan kata penghubung seperti memakai kata sambung dan untuk menekankan maknanya. Selain itu juga terdapat majas antitesis dan alitersai. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas antitesis dan aliterasi dalam novel Maestro ; 13) Aku semakin jauh dari mela, tapi semakin dekat dengan Tiffani (Maestro:185). 14) tak ada dengung ngung ngung ngung ngung (Maestro:230). Sedangkan pada data (13) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai antitesis sebab yang digunakan berlawanan arti. Konteks semakin jauh dan semakin dekat merupakan dua hal yang berlawanan arti, semakin jauh merupakan keadaan yang berjarak dan saling menghindar, sedangkan semakin dekat adalah keadaan yang semakin rapat dan intim. Penyiasatan struktur terakhir ditunjukkan pada data (14) di atas yang dapat dikategorikan sebagai aliterasi sebab karena memilki kesamaan fonem yang berada di tengah, awal dan akhir kata. Makna dari kalimat ini yaitu bunyi dengung yang dipertegas dengan pengulangan fonem-fonem tersebut di atas. Bentuk Pencitraan Unsur yang ketiga pada retorika adalah pencitraan. Pencitraan adalah kumpulan citra, yang digunakan untuk melukiskan gambaran angan dari panca indera yang dituang dalam bentuk karya sastra baik dengan mempergunakan bahasa kias maupun deskripsi secara harfiah. Bentuk-bentuk pencitraan yang terdapat pada novel Maestro yaitu citraan penglihatan, pendengaran, citraan gerak, citraan rabaan dan citraan penciuman. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari citraan penglihatan, pendengaran, dan gerak dalam novel Maestro ;

10 15) Lampu neon terus berkedip. Kadang menyilaukan, kadang temaram, dan hanya sebentar ia menyala terang. Saat itulah aku bisa melihat keseluruhan isi kamar, menyeramkan (Maestro:18). 16) Ia mencetek saklar, tapi bunyinya tak kudengar karena suara bersinku (Maestro:17). 17) Satu pemantik huruf bergerak memukul kertas (Maestro:20). Data (15) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai citraan penglihatan sebab pengarang berusaha menggambarkan suasana kamar yang menyeramkan, dengan kondisi lampu yang tidak stabil, kadang hidup dan mati. Melalui penggambaran tersebut pembaca seolah-olah dapat melihat suasana kamar yang menyeramkan yang disebabkan oleh pencahayaan yang remang-remang. Selanjutnya pada data (16) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai citraan pendengaran sebab pengarang ingin menggambarkan bunyi dari saklar yang dihidupkan namun tertimpa oleh kerasnya suara dari bersin si tokoh utama. Melalui gambaran tersebut pembaca mampu membayangkan seolah-olah mendengar bunyi cetekan saklar dan bunyi suara bersin yang menimpanya. Dan pada data (17) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai citraan gerak sebab melalui gambaran ini pembaca dapat membayangkan pemantik huruf yang mampu bergerak untuk memukul kertas. Selain itu juga terdapat majas sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. Berikut ini akan dipaparkan ilustrasi dari penggunaan majas asidenton, polisidenton, antithesis dan aliterasi dalam novel Maestro ; 18) Aku bisa merasakan panas menyengat kulitku (Maestro:147). 19) Aku mencium aroma perasan kulit jeruk bali, wangi detergen, plastic, musilago, dan sumbu kompor yang terbakar (Maestro:299). Data (18) kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai citraan rabaan sebab melalui gambaran ini pengarang menggambarkan panas pada kulit yang disebabkan oleh sengatan cahaya matahari sehingga pembaca dapat membayangkan seolah-olah merasakan panas kulit akibat sengatan matahari. Sedangkan data (19) pada kalimat di atas dapat dikategorikan sebagai citraan penciuman sebab melalui penggambaran ini pembaca seolah-olah dapat mencium aroma perasan kulit jeruk bali, wangi detergen, plastik, musilago, dan sumbu kompor yang terbakar seperti yang dilukiskan pada tokoh utama.

11 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa novel Maestro menggunakan unsur-unsur retorika berupa bentuk pemajasan, bentuk penyiasatan struktur, dan bentuk pencitraan. Adapun unsur- usur retorika yang terdapat yaitu; 1) bentuk pemajasan berdasarkan unsur retorika yang terdapat pada novel Maestro yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke, hiperbola, dan paradoks. 2) bentuk penyiasatan struktur yang terdapat pada novel Maestro yaitu, repetisi, anafora, pararelisme, asidenton, polisidenton, antitesis dan aliterasi. Sedangkan klimaks, antiklimaks, dan pertanyaan retoris tidak terdapat pada novel Maestro. 3) bentuk-bentuk pencitraan yang terdapat pada novel Maestro yaitu citraan penglihatan, pendengaran, citraan gerak, citraan rabaan dan citraan penciuman. Pemanfaatan bentuk-bentuk retorika membuat pengungkapan maksud menjadi lebih menarik, lebih hidup, dan lebih mengesankan. Selain itu, keunikan atau kekhasan pemilihan dan pemakaian kosa kata pada novel Maestro juga membuat deskripsi cerita tersebut menjadi semakin menarik dan memiliki nilai estetik, sehingga hal tersebut membuat syle tersendiri yang menjadi ciri khusus Alex Suhendra dalam menuangkan setiap ide melalui karya sastranya. Selain itu latar kehidupan pengarang sebagai teaterawan atau aktor dalam panggung teater juga berperan serta dalam mewujudkan kekhasan kosakata dan pemilihan gaya yang diungkapkan melalui deskripsinya. Hendaknya hasil penelitian ini dapat masukan yang bermanfaat baik pihak-pihak terkait untuk mengikatkan pemahaman tetang sastra khususnya bagi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu hendaknya masyarakat khusus yang meminati sastra turut serta membaca novel ini, sebab di dalam karya novel ini terkandung nilai-nilai estetis dan penuh makna. Dan dengan adanya novel ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan inspirasi bagi pengarang-pengarang novel atau karya sastra lainnya, untuk meningkatkan karya sastrnya. Karena novel Maestro sendiri di dalamnya memiliki manfaat pembelajaran bersastra yaitu membantu keterampilan bahasa, membuka wasasan tentang stilistika, dan memengembangkan cipta dan rasa dengan bahasa-bahasa yang romantis. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa Aminuddin Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Bandung: IKIP Semarang Press Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS

12 Keraf, Gorys Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Manurung, P Metodologi Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka Publishing Napitupulu, Delvi Telaah Prosa. Medan: FBS Unimed Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkaji Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press Purba, Antilan Stilistika: Kaji Bahasa Karya Sastra. Medan: FBS Unimed Purba, Antilan : Telaah Prosa. Medan: FBS Unimed Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Uraian Sederhana tentang Gaya Bahasa atau Majas. Jakarta: Indonesia Tera Sinurat, Tingkos Diktat: STILISTIKA. Medan. Unimed Susanto, Dwi Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS Siswanto, Wahyudi Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Waluyo, Herman J Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga Wellek Rene dan Austin Waren Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum WS, Hasanuddin Membaca Dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung: Angkasa Bandung Yuwana Setya, dkk Pendekatan Stilistik Dalam Puisi Jawa Modern Dialek Using. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Sumber lain; Stilistika. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 no.2. URL: di unduh 26 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! 1. Diskusikan bersama kelompok Anda permajasan dan penyiasatan struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi sesamanya. Kedudukan bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peran yang sangat penting, karena

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi, seni dan penciptaan. Bahasa yang digunakan dalam sastra mengemban fungsi utama sebagai fungsi

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan wujud dari gagasan dan pemikiran seseorang, wujud dari sastra itu sendiri adalah berupa karya yang berbentuk tulisan atau karangan. Gagasan seseorang

Lebih terperinci

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar.

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar. KARAKTERISTIK TEMA DAN GAYA BAHASA PUISI PADA AKUN INSTAGRAM @PUISILANGIT SEBAGAI WUJUD LAHIRNYA PUJANGGA MILENIAL DAN RELEVANSINYA DENGAN MEDIA AJAR SASTRA DI PERGURUAN TINGGI Theresia Pinaka Ratna Ning

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU Nirwana Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP nirwana@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ALIMUN AKBAR SIREGAR NIM 090388201020 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA A. Pendahuluan Salah satu objek dalam studi sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra, yaitu kritik sastra. Kritik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Oleh. ELOK DWI RATNA WULANDARI 06340011 PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS KBSP V

PROSIDING SEMNAS KBSP V SARANA RETORIKA DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEE DAN ALTERNATIF PENGAJARAN SASTRA DI SMA Rahmawati Yoga Pamungkas Mahasiswa Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Titik Wahyuni Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

STILISTIKA DALAM NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE

STILISTIKA DALAM NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh selpiyani@unigal.ac.id, hjniarohayati@unigal.ac.id ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Pada hakikatnya karya sastra merupakan karya seni yang bersifat kreatif. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat disebut sebagai hidangan yang sangat lezat bagi penikmat yaitu masyarakat. Sastra dihidangkan oleh sastrawan dengan keindahan kata dan kalimat yang

Lebih terperinci

ANALISIS STILISTIKA PADA NOVEL BIDADARI-BIDADARI BUMI KARYA GANDA PEKASIH ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS STILISTIKA PADA NOVEL BIDADARI-BIDADARI BUMI KARYA GANDA PEKASIH ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS STILISTIKA PADA NOVEL BIDADARI-BIDADARI BUMI KARYA GANDA PEKASIH ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Eka Sumiati NIM 110388201028 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stilistika merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang aspek gaya atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta.

PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta. PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA Febriadi Herliyandri Pratama 1), M. Atar Semi 2), dan Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan maka peneliti yang sifatnya ilmiah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR Oleh: Sepini Pitria Lina 1, Atmazaki 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: SepiniPitria@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra berkembang pesat dewasa ini,sastra dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Perkembangan sastra dengan ruang lingkup pembaca anak-anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengungkapkan suatu ide, pemikiran dan gagasan. Ide, pemikiran, dan gagasan

Lebih terperinci