BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga"

Transkripsi

1 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga diperoleh data sebagaimana di paparkan berikut ini : Sekolah dan Keadaan Guru Ilmu Sosial pada Jurusan IPS di SMA Kota Salatiga Setelah penulis turun ke lapangan, penulis menemukan sejumlah sekolah dan keadaan guru mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS di Kota Salatiga seperti pada tabel Tabel Keadaan SMA Salatiga Menurut Jumlah Guru Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS di SMA Kota Salatiga Jumlah guru mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS di Kota Salatiga Sekolah Jumlah Geograf Sosiolog Ekonomi - Sejarah i i akuntansi 1. SMA N SMA N SMA N MAN SMA Kristen SMA Kristen SMA Muhammadiyah SMA Theresiana SMA LAB(*) Jumlah

2 40 Keterangan (*) Peneliti tidak mendapatkan data di SMA LAB. Hal ini di mungkinkan karena di SMA LAB sedang banyak kegiatan sekolah sehingga guru guru merasa tidak sempat mengisi angket yang saya berikan. Oleh karena itu, populasinya hanya delapan SMA. Guru dihitung menurut mata pelajaran utama yang diampu. Misalnya seorang sarjana sejarah tetapi guru tersebut disuruh mengajar pada mata pelajaran sejarah dan sosiologi maka yang dihitung hanya guru sejarah atau seorang sarjana PPKn yang ditugasi mengajar pada mata pelajaran utama sejarah dan mata pelajaran tambahan kewarganegaraan maka yang dihitung sebagai guru sejarah. Kota Salatiga terdapat delapan Sekolah Menengah Atas yang terdiri atas tiga SMA Negeri yaitu SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, dan SMA Negeri 3 ; satu Madrasah Aliyah Negeri yaitu MAN serta empat SMA Swasta yaitu SMA Kristen 1, SMA Kristen 2, SMA Muhammadiyah, dan SMA Theresiana Ada tiga puluh empat guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS di Kota Salatiga yang terdiri dari sembilan guru geografi, tujuh guru sosiologi, sembilan guru sejarah dan sembilan guru ekonomi akuntansi.

3 Penggunaan Sumber Bahan Ajar Guru Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS SMA Kota Salatiga. Penggunaan sumber bahan ajar guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS SMA kota Salatiga seperti pada tabel Tabel Keragaman Sumber Bahan Ajar yang digunakan oleh Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS SMA Kota Salatiga Menurut Mata Pelajaran Utama yang diampu Guru Mapel Ekonomi Utama Sosiologi Sejarah Geografi Akuntansi Sumber Bahan Ajar 1. Jurnal v v v v 2. Laporan Hasil Penelitian v v v v 3. Internet v v v v 4. Kalangan Profesional Buku Teks v v v v 6. Pakar Bidang Studi Lingkungan v v v v 8. Penerbitan Berkala v v v v 9. Media Audio Visual v v v v 10. Buku Kurikulum v v v v 11. Buku Referensi v - v v Jumlah Berdasarkan Tabel 4.1.2, menunjukkan bahwa penggunaan sumber bahan ajar merata oleh semua guru sosiologi, geografi, sejarah dan

4 42 ekonomi akuntansi. Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS sudah bisa dikatakan beragam karena sudah menggunakan lebih dari delapan sumber bahan ajar Keragaman Sumber Bahan Ajar Menurut Pengampu Mata Pelajaran Tabel berikut ini menunjukkan sumber bahan ajar yang digunakan oleh masing - masing guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS di SMA kota Salatiga. Tabel Frekuensi Keragaman Sumber Bahan Ajar yang digunakan Oleh Guru Ilmu Sosial pada Jurusan IPS Guru ilmu sosial Ekonomi Sosiologi Sejarah Geografi Akuntansi Jumlah Sumber bahan ajar 1. Jurnal Laporan Hasil Penelitian Internet Kalangan Profesional Buku Teks Pakar Bidang Studi Lingkungan Penerbitan Berkala Media Audio Visual Buku Kurikulum Buku Referensi

5 43 1. Guru mata pelajaran sosiologi. Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru sosiologi yaitu tujuh guru memakai internet, buku teks dan buku kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Hal ini bisa dipahami, khususnya buku kurikulum yang selalu menjadi pedoman dalam mengajar. Hal menarik berikutnya adalah laporan hasil penelitian, buku referensi dan jurnal kurang dimanfaatkann oleh guru sosiologi. Sumber ini hanya dipakai oleh dua tiga orang guru saja dari tujuh orang guru sosiologi. Melihat kenyataan tersebut dapat dibayangan betapa kering dan statisnya bahan ajar sosiologi kepada para siswa. Ada kemungkinan hal ini di sebabkan karena guru mata pelajaran terlalu fokus pada penyiapan peserta didik menempuh UAN daripada menyiapkan peserta didik untuk bisa mandiri dalam kehidupan masyarakat, utamanya manakala mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. 2. Guru mata pelajaran sejarah. Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru sejarah yaitu sembilan guru menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Guru guru sejarah memakai sumber tersebut karena mudah di peroleh, sesuai dengan kompetensi dasar dan efektif dan efisien baik waktu maupun biaya.

6 44 Penggunaan lingkungan sebagai sumber bahan ajar dipakai oleh delapan guru sejarah dari sembilan guru sejarah. Ini berarti lingkungan sudah digunakan seoptimal mungkin sebagai sumber bahan ajar. Penggunaan jurnal sebagai sumber bahan ajar hanya dimanfaatkan oleh tiga orang guru sejarah, serta penggunaan laporan hasil penelitian hanya digunakan oleh empat guru saja. 3. Guru mata pelajaran geografi Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru geografi yaitu sembilan guru sudah menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Pemakaian jurnal dan laporan hasil penelitian kurang dimanfaatkan oleh guru geografi. Sumber bahan ajar tersebut hanya dipakai oleh dua orang guru geografi saja, karena materi terlalu luas dan kurang sesuai dengan lingkungan belajar siswa. 4. Guru mata pelajaran ekonomi akuntansi Berdasarkan Tabel 4.1.3, menunjukkan bahwa semua guru ekonomi akuntansi yaitu sembilan guru memakai internet, buku teks dan buku kurikulum. Guru ekonomi akuntansi memakai sumber tersebut karena mudah di peroleh, sesuai dengan kompetensi dasar, efektif dan efisien baik waktu maupun biaya. Penggunaan lingkungan sebagai sumber bahan ajar dipakai oleh delapan guru ekonomi akuntansi. Guru guru mungkin mengajak

7 45 siswa ke pasar, lalu mereka dilatih bagaimana cara bertransaksi atau bagaimana terbentuknya pasar. Berdasarkan temuan dan analisis data pada tabel 4.1.3, nampak bahwa secara keseluruhan dari 34 guru ilmu sosial jurusan IPS paling banyak menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum sebagai sumber bahan ajar. Ada 26 guru ilmu sosial jurusan IPS menggunakan lingkungan sebagai sumber bahan ajar, dan di susul lagi oleh 24 guru ilmu sosial jurusan IPS menggunakan media audio visual sebagai sumber bahan ajar. Penggunaan kalangan profesional dan pakar bidang studi yang tidak pernah dipakai oleh seorang gurupun. Seharusnya, mengingat perubahan sosial budaya yang begitu cepat sejak era reformasi serta meningkatnya otonomi daerah dan konflik sosial pada berbagai kelompok dan strata dalam masyarakat, sehingga pakar bidang studi dan kalangan profesional perlu dimanfaatkan. Barangkali yang menjadi hambatannya adalah terbatasnya waktu sedangkan materi cukup banyak Keragaman sumber bahan ajar kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS Setelah peneliti terjun ke lapangan, maka peneliti mendapatkan data yang terkait dengan keragaman sumber bahan ajar guru mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS.

8 46 Tabel Keragaman sumber bahan ajar kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS Kadar Keragaman Frekuensi Persen Beragam Cukup Beragam Kurang beragam Total Berdasarkan data pada Tabel 4.1.4, menunjukkan bahwa ada lima belas guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada tiga belas guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam kategori beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Hanya ada enam guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam kategori kurang beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar Keragaman sumber bahan ajar per kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS Mengingat kehidupan sosial kemasyarakatan sudah menyatu sebagai sebuah kenyataan / fenomena sosial, maka dalam pengembangan bahan ajar tiap mata pelajaran perlu diperkaya dengan materi dari cabang cabang ilmu sosial lainnya sepanjang ada kaitannya. Itu berarti guru harus selalu melacak bahan ajar dari berbagai sumber bahan ajar dan disesuaikan dengan dinamika masyarakat itu sendiri. Melalui keragamanan sumber bahan ajar maka terbuka peluang memperoleh data dan informasi dari kelompok ilmu

9 47 sosial lainnya tetapi tidak di ajarkan tersendiri seperti hukum, psikologi sosial, filsafat dan lain lainnya. Tabel Keragaman sumber bahan ajar per kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS Mata Keragaman Pelajaran KB Jumlah CB ( %) Ilmu Sosial B ( %) (%) Guru (cukup pada (Beragam) (Kurang Beragam) Jurusan IPS Beragam) Sosiologi 3 ( 8.82%) 2 ( 5.88%) 2 (5.88%) 7 Sejarah 3 ( 8.82%) 5 (14.70%) 1 (2.94%) 9 Geografi 3 ( 8.82%) 4 (11.76%) 2 (5.88%) 9 Ekonomi Akuntansi 4 (11.76%) 4 (11.76%) 1 (2.94%) 9 13 (38.23%) 15 (44.12%) 6 (17.65%) 34 (100%) Berdasarkan data pada Tabel 4.1.5, menunjukkan bahwa ada tiga guru sosiologi termasuk kategori beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada lima guru sejarah termasuk kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada empat guru geografi termasuk kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada empat guru ekonomi akuntansi termasuk kategori beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar dan ada empat guru ekonomi akuntansi termasuk kategori cukup beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar

10 Intensitas Sumber Bahan Ajar Menurut Pengampu Mata Pelajaran Keragaman sumber bahan ajar sudah terlihat pada tabel sebelumnya. Namun kalau hanya saja kalau berhenti pada keragaman saja tidak begitu bermakna mengingat ada sumber bahan ajar yang selalu digunakan tetapi ada pula yang mungkin hanya sekali dipakai selama satu semester. Tentu hal ini akan memberikan kesan yang berbeda terhadap kreatifitas guru dan kekayaan materi yang diajarkan. Oleh sebab itu, didalam keragaman tersirat juga intensitas penggunaan masing masing sumber bahan ajar. Intensitas disini terkait dengan seberapa sering sumber bahan ajar itu digunakan oleh guru mata pelajaran.

11 49 Tabel Intensitas Sumber Bahan Ajar Guru Ilmu Sosial Pada Jurusan IPS di SMA Guru Ilmu Sosial Sosiologi Sejarah Geografi Ekonomi - Akuntansi Intensitas Jumlah Sumber Bahan Ajar I CI KI I CI KI I CI KI I CI KI 1. Jurnal Laporan Hasil Penelitian Internet Kalangan Profesional Buku Teks Pakar Bidang Studi Lingkungan Penerbitan Berkala 9. Media Audio Visual 10. Buku Kurikulum 11. Buku Referensi

12 50 Keterangan : I = Intens: Apabila digunakan dalam 13 kali pertemuan atau lebih CI = Cukup Intens : Apabila digunakan antara 7 12 kali pertemuan KI = Kurang Intens : Apabila digunakan kurang dari 7 kali pertemuan 1. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru sosiologi Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru sosiologi yaitu tujuh guru sosiologi memakai internet, buku teks dan buku kurikulum dengan penggunaannya secara intens. Pemakaian ke tiga sumber tersebut karena sumber tersebut mudah diperoleh dan banyak terdapat diperpustakaan sekolah, apalagi sekarang sekolahan sudah banyak fasilitas WIFI sehingga banyak murid ataupun guru yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Pemakaian jurnal oleh tiga orang guru masih dikatakan kurang intens dan pemakaian laporan hasil penelitian oleh dua orang guru dikatakan kurang intens. Pemakaian ke dua sumber tersebut kurang intens karena jurnal dan laporan hasil penelitian agak sulit di dapatkan. Hal tersebut dikarenakan sekolah tidak pernah melengkapi koleksi perpustakaan dengan jurnal maupun laporan hasil penelitian. 2. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru sejarah Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa penggunaan internet dan buku teks di kalangan guru sejarah dikatakan intens. Sejarah merupakan mata pelajaran yang mempelajari masa lalu, maka penggunaan

13 51 buku teks sebagai satu satunya sumber sangat wajar. Informasi yang ada dalam buku teks merupakan informasi tahun sebelumnya. Penggunaan sumber bahan ajar lingkungan dikalangan guru sejarah masih kurang intens, karena hanya dua guru sejarah yang memakai lingkungan secara cukup intens sebagai sumber bahan ajar, sedangkan enam guru masih kurang intens dalam penggunaan lingkungan sebagai sumber bahan ajar. 3. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru geografi Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru geografi yaitu sembilan guru geografi menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum dikalangan guru geografi sudah digunakan secara intens. Penggunaan penerbitan berkala masih dikatakan kurang intens, karena yang memakai sumber tersebut hanya lima orang dan dilihat dari segi keseringannya empat orang termasuk kategori kurang intens dalam penggunaan sumber bahan ajar tersebut. Ada dua guru geografi yang memakai jurnal namun yang memakai jurnal secara cukup intens hanya satu guru saja. Penggunaan jurnal secara intens dapat melatih peserta didik untuk menganalisis data yang valid. 4. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar guru ekonomi akuntansi Berdasarkan Tabel 4.1.6, menunjukkan bahwa semua guru ekonomi akuntansi intens dalam penggunaan sumber bahan ajar internet dan buku teks. Buku kurikulum sudah dipakai oleh semua guru ekonomi akuntansi tetapi yang menggunakan secara intens hanya empat orang. Ada

14 52 delapan guru ekonomi yang memakai lingkungan sebagai sumber bahan ajar, namun yang penggunannya cukup intens hanya tiga orang saja. Ini berarti tiga orang guru tersebut sudah mengajak siswa untuk terjun langsung ke kehidupan sosial masyarakat. Ada dua guru ekonomi yang memakai jurnal secara cukup intens. Penggunaan jurnal secara cukup intens dapat melatih peserta didik untuk menganalisis data yang valid. Kita ketahui bahwa ekonomi berhubugan dengan keadaan sosial masyarakat yang dinamis Intensitas Penggunaan Sumber Bahan Ajar Seluruh Guru Ilmu Sosial Tabel menyajikan data tentang rangkuman intensitas penggunaan sumber bahan ajar seluruh guru ilmu sosial pada jurusan IPS. Tabel Frekuensi Intensitas Sumber Bahan Ajar Guru Ilmu Sosial Sumber Bahan Ajar Intensitas I CI KI Jumlah 1. Jurnal Laporan Hasil Penelitian Internet Kalangan Profesional Buku Teks Pakar Bidang Studi Lingkungan Penerbitan Berkala Media Audio Visual Buku Kurikulum Buku Referensi - 7-8

15 53 Berdasarkan pada Tabel 4.1.7, menunjukkan bahwa sumber bahan ajar yang intens digunakan adalah internet dan buku teks. Penggunaan internet dan buku teks intens digunakan karena kedua sumber tersebut mudah didapatkan dan diakses oleh siswa. Oleh karena itu, bisa dimaklumi kalau guru mata pelajaran terpusat hanya pada kedua sumber tersebut. Penggunaan buku kurikulum dikalangan guru ilmu sosial jurusan IPS sudah dikatakan intens. Ada 33 guru yang memakai buku kurikulum yaitu 17 guru pemakaiannya secara intens dan 16 guru pemakaiannya cukup intens. Penggunaan jurnal oleh guru ilmu sosial pada jurusan IPS tiga orang guru dalam kategori cukup intens dan sembilan guru dalam kategori kurang intens. Ada 11 guru ilmu sosial pada jurusan IPS yang menggunakan laporan hasil penelitian, namun dari segi intensitasnya dikatakan kurang intens Frekuensi Tatap Muka dalam Mengajar Semester I 2011/2012 Dalam satu tahun ada minggu efektif kegiatan sekolah. Data yang ada di lapangan menunjukkan jumlah tatap muka antara kali dalam satu semester. Hal tersebut bisa disebabkan guru berhalangan hadir karena sakit, urusan keluarga,rapat atau hal lain yang menyebakan guru harus mengosongkan jam pelajaran.

16 54 Tabel Jumlah Tatap Muka Selama Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2011 Jumlah Tatap Muka Jumlah Guru Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS > 16 kali - = 16 kali 18 < 16 kali 16 Total 34 Berdasarkan Tabel 4.1.8, frekuensi tatap muka dalam mengajar ada 18 guru mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS yang menggunakan tatap muka selama semester 1 tahun ajaran 2011/ kali tatap muka. Ada 16 guru mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS yang menggunakan tatap muka selama semester 1 tahun ajaran 2011/2012 kurang dari 16 kali tatap muka. 4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Menurut Stopsky dan Sharon (1994), masyarakat merupakan laboratoriumnya ilmu sosial. Oleh sebab itu, setiap kegiatan pembelajaran ilmu sosial harus mampu mengcover realitas masyarakat dimana pembelajar hidup dalam kesehariannya. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis, sebagai salah satu dampak dari kemajuan revolusioner dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghadirkan the hight tech dalam setiap aspek kehidupan manusia, khususnya dalam jaringan informasi dan telekomunikasi menghadirkan warna

17 55 baru hubungan kemanusiaan dan segala aspek kehidupannya. Bagi kalangan pembelajar ilmu sosial, kecenderungan ini harus dapat ditangkap dan digunakan sebagai dasar perancangan dan pengaplikasian prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah Keragaman Sumber Bahan Ajar Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial pada Jurusan IPS Pada dasarnya guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS sudah bisa dikatakan beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Ada 15 orang guru ilmu sosial pada jurusan IPS dalam kategori cukup beragam. Itu artinya guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS sudah menggunakan lima sampai tujuh sumber bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan sumber bahan ajar merata oleh semua guru sosiologi, geografi, sejarah dan ekonomi akuntansi. Ke empat guru tersebut dominan menggunakan internet, buku teks dan buku kurikulum. Padahal dengan menggunakan ke tiga sumber tersebut masih kurang efisien. Penetapan delapan sumber bahan ajar dianggap sudah memadai dalam upaya memperkaya bahan ajar baik kedalaman maupun keluasannya. Penggunaan lima sumber bahan ajar atau kurang dari lima sumber dianggap kualitas bahan ajar tidak terjamin dalam upaya merangsang siswa berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif

18 56 sebagaimana sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL SP) SMA/MA/SMALB/Paket C. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP) SMA/MA/SMALB/Paket C pada butir 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 maka guru guru mata pelajaran dituntut untuk dapat menggunakan berbagai sumber bahan ajar dalam pengajaran. Guru harus melatih siswa agar siswa dapat berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan. Misalnya pemahaman terhadap geografi akan membantu pebelajar dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, termasuk keterampilan-keterampilan dalam menjalin kerjasama dengan orang lain di lain daerah atau benua secara demokratis, sehingga sangat penting menggunakan globa dan peta untuk membantu pebelajar mengerti tentang belahan dunia lain, selain dimana mereka hidup dalam kesehariannya. Guru guru mata pelajaran menggunakan buku teks sebagai sumber bahan ajar yang utama mungkin dikarenakan materi bahan ajar yang harus disampaikan kepada murid banyak sedangkan waktu yang ada sedikit padahal materi bahan ajar itu harus habis dalam satu semester. Apalagi untuk kelas tiga waktu yang ada itu lebih sedikit namun materi yang disampaikan lebih banyak karena guru harus meriview materi dari kelas satu sampai kelas tiga. Orientasi guru adalah bagaimana siswa tersebut lulus ujian bukan bagaimana materi

19 57 terserap oleh siswa. Disini, guru mengajarkan ilmu bukan hanya untuk sukses ujian nasional, tetapi pembelajaran yang bermakna. Siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini guru mengajarkan bahwa fungsi belajar untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu luaran hasil belajar adalah siswa cerdas bukan hanya siswa mendapat nilai betul secara mutlak. Namun guru juga menekankan usaha pencapaian nilai tersebut melalui cara benar dan menghidarkan diri dari sikap menghalalkan semua cara. Aspek kejujuran usaha berpikir pada diri siswa lebih dihargai sebagai proses belajar. Hal yang perlu mendapat perhatian ke depan adalah penggunaan kalangan profesional dan pakar bidang studi yang tidak pernah dipakai oleh seorangpun guru sosiologi. Seharusnya, mengingat perubahan sosial budaya yang begitu cepat sejak era reformasi serta meningkatnya otonomi daerah dan konflik sosial pada berbagai kelompok dan strata dalam masyarakat, sehingga pakar bidang studi dan kalangan profesional perlu dimanfaatkan. Barangkali yang menjadi hambatannya adalah terbatasnya waktu sedangkan materi cukup banyak Intensitas Penggunaan Masing - Masing Sumber Bahan Ajar Guru kelompok mata pelajaran ilmu sosial pada jurusan IPS sudah bisa dikatakan beragam dalam penggunaan sumber bahan ajar. Namun dalam penggunaannya belum merata, mungkin hanya digunakan sekali atau dua kali saja dalam satu semester.

20 58 Keragaman sumber bahan ajar dikatakan sudah sangat beragam tetapi kalau ada satu atau beberapa sumber kurang intens penggunaannya maka kontribusi sumber itu dalam rangka peningkatan kualitas belajar siswa relatif kurang. Baik guru sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi akuntansi selalu menggunakan internet buku teks dan buku kurikulum. Mereka menggunakan sumber bahan ajar secara intens dalam satu semester. Kalau guru sosiologi, geografi dan ekonomi akuntansi hanya menggunakan sumber bahan ajar secara intens karena ke tiga mata pelajaran tersebut masuk dalam ujian nasional sehingga guru guru mengejar target ujian nasional yaitu semua siswa lulus. Dengan konsekuensi waktu terbatas dengan materi ajar yamg luas. Intensitas penggunaan sumber bahan ajar baik guru sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi akuntansi masih kurang intens dalam hal penggunaan sumber bahan ajar seperti jurnal, laporan hasil penelitian dan linkungan. Memang penggunaan ke tiga sumber tersebut kurang intens, tetapi kita tidak bisa langsung mengkritik bahwa guru tersebut kurang kreatif dalam penggunaan sumber bahan ajar. Penggunaan sumber sumber bahan ajar harus memperhatikan kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang akan dicapai.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:72) penelitian eksploratif bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:72) penelitian eksploratif bertujuan untuk 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian eksploratif. Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:72) penelitian eksploratif bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat syarat. Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

SKRIPSI. Disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat syarat. Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi. KERAGAMAN SUMBER BAHAN AJAR DAN INTENSITAS PENGGUNAANNYA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA KELOMPOK MATA PELAJARAN ILMU SOSIAL PADA JURUSAN IPS DI SMA KOTA SALATIGA SKRIPSI

Lebih terperinci

I. Kata Pengantar Kepada Yth. Bapak/Ibu Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial Jurusan IPS Di Tempat

I. Kata Pengantar Kepada Yth. Bapak/Ibu Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial Jurusan IPS Di Tempat 64 65 I. Kata Pengantar Kepada Yth. Bapak/Ibu Guru Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Sosial Jurusan IPS Di Tempat Dengan hormat. Guna melengkapi tugas akhir skripsi di Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Keguruan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 1Salatiga

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 1Salatiga Lampiran 1 Kepada Yth. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 1Salatiga KUESIONER PENELITIAN Di Tempat Dengan Hormat, Perkenankan dengan ini saya selaku mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW yang tenlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka. mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka. mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Mulyasa (2010:21), KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumentasi dan teknik analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, sumber daya manusia berkualitas yang dihasilkan institusi pendidikan merupakan motor penggerak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. antara seseorang dengan sumber belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran,

1. PENDAHULUAN. antara seseorang dengan sumber belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran, 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 Farida Nurhasanah Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 PERMEN NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI Materi minimal dan Tingkat kompetensi minimal untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal 2 Memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan pada perguruan tinggi yang selalu berhasil memenuhi kuota

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan pada perguruan tinggi yang selalu berhasil memenuhi kuota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan pada perguruan tinggi yang selalu berhasil memenuhi kuota mahasiswa baru disetiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lingkup bahan ajar ekonomi di SMA cukup luas, sehingga tidak bisa dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan tahun

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Pengelolahan pendidikan harus berorientasi bagaimana menciptakan perubahan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan perubahan dan pertumbuhan kehidupan ke arah yang lebih kompleks. Kemajuan teknologi juga membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mempengaruhi berbagai segi kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi dalam situasi global. Hal tersebut menjadi alasan penting bagi Indonesia untuk melakukan reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013 Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013 Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai sarana untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran fisika ditinjau dari model tugas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa SMP.

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran fisika ditinjau dari model tugas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa SMP. Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran fisika ditinjau dari model tugas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa SMP Oleh : Kristanto K 2303043 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan suatu kenyataan bahwa pendidikan hampir di semua negara di dunia mendapatkan tempat yang strategis dalam pembangunan. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media komunikasi adalah suatu media ataupun alat bantu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media komunikasi adalah suatu media ataupun alat bantu yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media komunikasi adalah suatu media ataupun alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini tentang penyelesaian tugas pada mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah Plus) Salatiga inidiperoleh data yang mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 UUD 45. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 perubahan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 UUD 45. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 perubahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hak azasi manusia sebagaimana yang diatur di dalam pasal 31 UUD 45. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 perubahan, khususnya pada alinea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas IPS 3 untuk Mata Pelajaran Ekonomi diampu oleh Dra, Yuliati Eko Atmojo,

BAB I PENDAHULUAN. kelas IPS 3 untuk Mata Pelajaran Ekonomi diampu oleh Dra, Yuliati Eko Atmojo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMA Negeri 02 Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri yang berada di Salatiga. SMA Negeri 02 terletak di pinggiran Kota Salatiga, walaupun demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial untuk tujuan membentuk warga negara yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek kehidupan manusia merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia telah ditetapkan melalui Masterplan Pendidikan Riau 2020, di mana sektor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan adapat dilihat dari perolehan nilai hasil belajar siswa.nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila

Lebih terperinci

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, yang dimulai sejak lahir. Dalam proses perkembangannya, manusia memerlukan pendidikan, melalui proses ini manusia

Lebih terperinci

BABI PENDABULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan memiliki peluang

BABI PENDABULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan memiliki peluang A. LA TAR BELAKANG MASALAH BABI PENDABULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait dengan aturan-aturan kehidupan maupun pengembangan sarana kehidupan. Maka dari itu, setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan simpulan mengenai kemampuan siswa dalam memahami teks bahasa Inggris dan pengaruh

Lebih terperinci

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL STUDI SITUS DI SMA 1 CEPU KABUPATEN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universita Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bab ini difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok Bermain atau yang biasa disingkat dengan KB termasuk dalam pendidikan yang tidak formal dan berada dibawah TK. Waktu belajar mereka hanya beberapa jam sehari

Lebih terperinci

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN 1 Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional (acuan khusus di SMP N I Karangdowo tahun pelajaran 2006/2007) Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K5402043 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang terdiri dari, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian pentingnya, matematika juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting untuk menunjang kemajuan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari penyelenggaraan pendidikan yang diadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dilakukan melalui pendidikan bermutu yang diatur dalam

Lebih terperinci

ISSN E-ISSN Volume 11 Nomor 2 (2017) UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER

ISSN E-ISSN Volume 11 Nomor 2 (2017) UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 13 UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER DI Fahrudi Ahwan Ikhsan, Fahmi Arif Kurnianto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kesadaran manusia tentang pentingnya pendidikan maka di zaman saat ini, negara kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan hanya dengan menempuh pendidikan tertentu maka manusia dapat menguasai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil belajar di mana keberhasilan atau tingkat penguasaan mahasiswa yang dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan pendidikan. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara Indonesia, pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Meningkatkan kecerdasan akan lebih mendorong

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut 1 I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bagian pendahuluan mencakup beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawan. Pernyataan yang sudah cukup umum didengar tersebut tersirat bahwa sejarah memerankan peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program pembelajaran kepada siswa. Siswa dididik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena segala pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan faktor yang diperoleh dari dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Dalam proses pembelajaran didunia pendidikan

Lebih terperinci

Oleh : ARLINDA IKAWATI A

Oleh : ARLINDA IKAWATI A PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 NGADILUWIH KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pada dasarnya pelaksanaan belajar-mengajar ada istilah yang disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang tersebut mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information Communication and Technology (ICT) merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh individu, sehingga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci