SERI TESTIMONI: LUSI PUSAT UNGGULAN STUDI MUD VOLCANO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SERI TESTIMONI: LUSI PUSAT UNGGULAN STUDI MUD VOLCANO"

Transkripsi

1 0

2 POKOK-POKOK BAHASAN I. PROLOG Pendahuluan dari Simposium Internasional Ilmiah Lusi Mei 2011: Tiga Isu Aktual menjadi perhatian utama Simposium Lusi: Tujuan Umum dan Strategis: Menyaksikan dan Memaknai Perubahan Mendasar Bencana Lusi dan Strategi Penanggulangannya: Faktual perubahan mendasar perilaku dan intensitas semburan: Memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui wahana Kali Porong: Perubahan paradigma semburan Lusi yang Tidak fokus pada Pemicu Lusi: Pembahasan makalah ilmiah, bervariasi dari aspek makro sampai ke mikro: Kemajuan pada pemahaman sistem Lusi: Penyamaan persepsi masih banyak diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan: II. BENANG MERAH PEMAHAMAN MENDASAR UNTUK STUDI LUSI KE DEPAN: A. Perkembangan baru yang signifikan: Lusi sebagai sistem hidro-termal yang baru lahir; Landasan untuk penelitian sistem hidrotermal; Hubungan sistem saluran busur magmatic. B. Temuan baru yang paling signifikan Sistem Lusi: Sistem hidrotermal yang baru Lahir Kaitan langsung dengan komplek volkanik: Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal: * Studi perilaku Lusi ke depan: * Prospek energi panas bumi (energi hijau): * Kemajuan pemahaman sistem hidrotermal dan hubungan dengan volkanik: C. Lusi bukan mud volcano yang umum: 1

3 D. Perbedaan dengan mud volcano yang umum (type mud volcano); E. Karakteristik Gunung Lumpur yang umum; F. Lusi bukan sebagai gunung lumpur yang umum (Atype mud volcano); G. Kaitan langsung hubungan sistim saluran Lusi dengan sistem busur magmatik: H. Langkah pemahaman pemicu Lusi dan perkembangan ke depan: I. Komposisi awal gas bermula metan mikroba (CH4) berasal dari biogenik: J. Komposisi gas pasca 2006 berubah berasal dari termogenik: K. Isotop helium dan karbon, berasal dari reaksi temperatur tinggi: L. Indikasi sumber fluida Lusi dari hasil turunan selubung: M. Jalur ke luar fluida Lusi berasal dari sumber yang dalam: N. Sumber fluida berada pada kedalam 4400m: O. Sumber cairan dari eksternal: P. Sumber cairan eksternal bukan dari Formasi Kujung: Q. Skenario baru sumber fluida dari dalam dan sumber panas dari gunung magmatik: R. Mendorong sumber fluida dari proses karbonisasi kerogen, dehidrasi: S. Tingginya aliran panas, hadirnya helium selubung dan dominasi gas CO2: T. Perubahan mode dari kondisi tekanan dan suhu tinggi menjadi suhu tinggi tekanan rendah: U. Indikasi transportasi yang cepat dan transpor jarak jauh: V. Peran yang lebih luas dari volkanik di busur depan yang lokasinya berdekatan: W. Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010) semi-periodik, semburan di dominasi oleh uap air: X. Perilaku geyser, penurunan volume lumpur, stabilitas sumber lumpur: Y. Perilaku semburan, dominasi pusat semburan dan semburan kecil dengan siklus yang kembar dan sendiri: 2

4 III. HASIL-HASIL SIGNIFIKAN MENDUKUNG ISU AKTUAL TEMATIK A. Loyc (ASU) Memperkuat pemahaman Perilaku semburan Geyser Lusi Memantau siklus semburan Geyser Pemahaman komposisi gas di permukaan untuk sistem saluran bawah permukaan Untuk memahami frekuensi geyser dan aspek panas: Pemantauan menerus melalui video dan pencitraan panas B. Tanikawa Perkuatan sumber fluida Dalam, Temuan Penting litium Nilai konsentrasi Litium mendekati yang ada di Ujuni Salt Bolivia Analogi air asin kaya Litium dihasilkan sistem hidrotrmal sekala tektonik Temuan Litium memperkuat Lusi sebagai sistem hidrotrmal Pengendali mekanisme pembentukan litium kindisi hidrotermal: Lithium Story Paradigma Baru, Prospek penambangan Litium dari sumber cairan untuk bahan bateri Pentingnya pemahaman Geohistori sedimen Pemahaman mekanisme overpressures di cekungan Anomali Plot versus kedalaman Sumber utama lumpur dari Formasi Kalibeng Atas Formasi Kalibeng atas secara mekanik lemah, dapat memicu sistem Lusi Penurunan viskositas lumpur dampak masukan cairan eksternal Kesimpulan diperlukan fluida dari sumber dalam untuk menjelaskan perbandingan air/lumpur yang tinggi C. Hilairy Hartnett Membandingkan geokimia carian Lusi dengan yang lainnya Cairan Lusi Rumit, cenderung carian dari sumber dalam Cairan Lusi yang panas beda dengan air laut, ada kemiripan dengan sumber gunung lumpur tua 3

5 Lumpur Lusi mempunyai hubungan dengan alterasi dari volkanik Isu Aktual interaksi dengan magmatik, sumber panas dalam, vulkanisme lumpur Diperlukan studi lanjutan memodel interaksi air-batuan pada suhu tinggi D. Guntoro Mineral deuterium bukti cairan Lusi dari sumber magmatik Anomali komposisi air 70% dan lumpur 30%, bukan tipe gunung lumpur yang konvensional Lokasi Lusi dalam kontek tektonik Indonesia Keberadaan gas H2S berasal dari fluida dalam yang menembus Formasi Kujung: Sedimentasi busur belakang Kontroversi sumber gas H2S Formasi Kujung ditembus dari bawah Lusi Tipe Proses sedimentasi di busur belakang Pengendapan sedimen di busur belakang cepat meningkatkan overpressure Lumpur dan air berasal dari sumber yang berbeda Cairan dari bawah mendorong lumpur Kalibeng Atas ke Permukaan Penekanan Lusi sebagai suatu sistem hidrotermal dan bukan semburan mud volcano yang lumrah E. Tingay Pemahaman awal sumber air eksternal yang mengenalikan Lusi berumur 23 Juta tahun dari Formasi Kunjung? Kandidat yang paling mungkin sumber air adalah Formasi Porong-1 atau Formasi Prupuh lebih muda 7 tahun: Kontroversi sumber air eksternal Lusi sumber dalam versus dari Formasi Prupuh menjadi Isu Aktual kedepan: Perubahan batupasir klastik volkanik menjadi batuan beku volkanik: Penentuan satuan batuan dan implikasinya terhadap mekanisme aliran fluida melalui rekahan: Arah struktur utama NW-SE sebagai patahan utama melalui Lusi: 4

6 Isu aktual yaitu sumber air, struktur rekahan bawah permukaan, evolusi dan perkembangannya; Saran studi ke depan Seismik 3D. Magnetotelurik, Geokimia, pemantauan sumur dan tiltmeter: a). Studi seismik 3D/4D (yaitu, sebuah studi seismik 3D dalam jendela dengan aktu yang berbeda); b). Magnetotelurik untuk mengidentifikasi cairan dan jalur mereka terhubung pada kedalaman; c). Studi geokimia tambahan; d). Sumur pemantauan untuk mendapatkan konstrain dari dua sifat fisik yang sangat penting (permeabilitas dan porositas) yang mengontrol aliran, dan e). Tiltmeters mencatat deformasi di permukaan. F. Kadurin (Rusia) Menampilkan struktur 3-D dan mengusulkan sistem Poligon; Identifikasi struktur patahan, diapir, struktur lumpur purba; Sistem Poligon untuk memonitoring dinamika struktur pada kedalaman Lusi. G. Amanada Clarke, USA Memahami antara perilaku Lusi dan aspek gempabumi: Gunung Merapi dan Semeru merespon Gempabumi Yogyakarta: Hubungan Lusi dengan gempabumi bersumber jauh: Analogi Gempa Oaxaca di Meksiko Ada korelasi kuat kegempaan dengan sistem panasbumi dan hidrotermal: Lusi sebagai sistem alami dihasilkan dari geodinamika yang komplek: Pemicu Lusi sepenuhnya murni alami: Hal-hal penting dapat diringkas sebagai berikut: Proses Tektonik Lempeng, hasil dari sistem Busur Sunda; Pembentukan cekungan busur belakang diisi sedimen yang cepat; Pengendapan sediman yang cepat membentuk lapisan overpressure; Transformasi sedimen kaya organisme menjadi gas alam, kerogen dan minyak bumi: 5

7 Gunung lumpur sebagai indikator yang bair untuk terjebaknya minyak dan gas bumi; Sumber lumpur Lusi lapisan dengan overpressure dan di bawah konsolidasi dan proses tektonik jangka panjang; Bukti terdapatnya gunung lumpur yang alami di Jawa Timur mendukung semburan Lusi adalah sistem alam. H. Satyana, BP MIGAS Hubungan jatuhya kerajaan Jawa Kuno dan semburan gunung lumpur; Spekulasi didasarkan revelansi hubungan langsung dengan semburan Lusi; Berkembangnya beberapa mud volcano purba di wilayah sekitarnya; Semburan terjadi secara spontan dengan analogi Lusi dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan pengeboran local; Pemodelan secara Numerik dari Lusi menjadi bagian cukup mendasar: Panjang Umur Semburan Lusi. I. Presentasi dua studi pemodelan oleh Davies dan Rudolph I.a. Model Davies, USA Penerapan simulasi Monte-Carlo; Panjang umur semburan Lusi 26 Tahun I.b. Rudolph et. al. Mempresentasikan hasil dari model, dimana lumpur juga lolos melalui geometri sederhana Hubungan dengan Proses Pembentukan Kaldera: Sumber lumpur telah setabil, semburan berlanjut karena diduga adanya fluide dari sumber dalam; Semburan Lusi telah berubah ke sistem geyser, sedikit dengan tanpa material lumpur yang disemburkan; Mencegah terjadinya kaldera, yang dikaitkan dengan amblesan. 6

8 IV. HARAPAN KEDEPAN DARI BENCANA KE MANFAAT Apakah masih ada harapan dari bencana Lusi: A. Prospek panas bumi: Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal yang baru lahir: Besarnya pasokan air panas berhubungan dengan komplek gunung api: Kemungkinan pengembangan Lusi sebagai sumber energi hijau: B. Proses tumbuhnya ekonomi lokal pemanfaatan Bateri Litium: Menyimpan energi hijau dari kompek panas bumi C. Fakta Lusi sebagai GeoHeritage yang Langka: Mendukung Geo Park Lahirnya sistem hidrotermal yang baru 7

9 PARADIGMA BARU PENANGGULANGAN BENCANA LUSI DARI KONTROVERSI MENJADI KEBERSAMAAN MENCARI SOLUSI YANG HOLISTIK SERI LUSI LABORTORIUM ALAM PUSAT STUDI MUD VOLCANO DI INDONESIA DAN DUNIA I. PROLOG I. Pendahuluan dari Simposium Internasional Ilmiah Lusi Mei 2011 Pada ulang tahun semburan Lumpur Sidoarjo (LUSI) yang ke 5 tahun (29 Mei 2011), BPLS bekerjasama dengan HSF (Australia) telah dapat melaksanakan suatu Simposium Ilmiah Internasional Lusi (Selanjutnya Simposium Lusi). Pada Simposium Lusi, telah dihadiri oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin, praktisi dari berbagai penjuru dunia, termasuk para pejabat dari berbagai Institusi Pemerintah Indonesia. Pada hari pertama 25 Mei 2016 Simposium Lusi, telah dilaksanakan di Lusi mud volcano. Diawali dengan peninjauan lapangan ke pelabuhan Nelayan tradisional di Tlocor, yang berlokasi di muara Kali Porong. Ditujukan untuk lebih memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui Kali Porong. Sedangkan even peninjauan dan foto bersama di Tugu Aku Cinta Lingkungan (TACL) di Tlocor, mempunyai makna sebagai suatu 8

10 komitmen bahwa BPLS dalam melaksanakan misi nasional Penanggulangan Bencana Kebumian Lusi (Bencana Lusi). Akan senantiasa memperhatikan aspek Lingkungan (environmental friendly), dengan memperkecil dampak lingkungan yang mungkin terjadi. II. Tiga Isu Aktual menjadi perhatian utama Simposium Lusi Tiga aspek utama yang dibahas, yaitu: (1) Kondisi aktual Lusi mud volcano pada umumnya; (2) Khususnya pemahaman saat itu (the current state of understanding), terhadap sistem Lumpur Sidoarjo LUSI (Lusi system), dan (3) Mengusulkan serangkaian kegiatan penelitian dan strategi mitigasi bencana ke depan (propose future research and mitigation strategies). III. Tujuan Umum dan Strategis: A). Menyaksikan dan Memaknai Perubahan Mendasar Bencana Lusi dan Strategi Penanggulangannya Tujuan dilaksanakannya Simposium Lusi 2011, adalah agar para peserta dari manca negara yang peduli terhadap Bencana Kebumian Lusi. Dapat menyaksikan secara langsung, terhadap terjadinya suatu perubahan mendasar dari sistem Semburan Geyser Lusi. Yang sekaligus berperan sebagai pengendali mekanisme utama Bencana Lusi. B). Faktual perubahan mendasar perilaku dan Intensitas semburan 9

11 Dimana intensitas semburannya telah menurun signifikan, dari kondisi sebelumnya (tahun ). Sebagaimana yang umum diketahui sebagai suatu semburan dahsyat yang merusak (violence and destructive). Antara lain dicirikan dengan intensitas semburan rata-rata m 3 /hari, bahkan pernah mencapai puncaknya pada Desember 2006 sebesar m 3 /hari. C). Memaknai sistem pengaliran Lusi ke Laut melalui wahana Kali Porong Disamping itu para peserta juga diharapkan dapat mengamati secara langsung, terhadap sistem pengaliran Lusi ke laut melalui Kali Porong. Dimana di bagian hulunya (PAT) telah dikerahkan peralatan utama kapal keruk, serta peralatan pendukung lainnya. Selanjutnya dari outlet di Kali Porong, Lusi mengalir secara alami. Diharapkan masuk sampai ke palung dalam di Selat Madura, dengan menggunakan mekanisme dari Kali Porong yang memiliki energinya sendiri (tanpa mekanisasi). IV. Perubahan paradigma semburan Lusi yang Tidak fokus pada Pemicu Lusi Meskipun saat itu perhatian dari masyarakat luas umumnya masih terus berlanjut, terkait penyebab pemicu semburan Lusi (Causing and trigerring Lusi eruption). 10

12 Namun para ilmuwan yang berpatisipasi pada Simposium Lusi, telah berkomitmen untuk lebih memfokuskan perhatiannya, pada pemahaman terhadap sistem Lusi yang sekarang (Currently Lusi mud volcano system). Sehingga tidak lagi memusatkan perhatiannya pada apa pemicu atau inisiasiya (trigger and causing). 11

13 V. Pembahasan makalah ilmiah, bervariasi dari aspek makro sampai ke mikro: Pada Simposium Ilmiah Internasional Lusi ini yang dilaksanakan pada 26 Mei 2011 di Surabaya, telah presentasikan 13 makalah ilmiah. Dengan substansi ilmiah, mencakup berbagai topik yang cukup luas dari dimensi makro sampai nano. VI. Debat Lusi bisa saja muncul kembali, Dari temuan yang dipresentasikan: Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pada perdebatan pemicu LUSI, di masa depan masih dapat muncul kembali. Karena isu pemicu semburan Lusi masih sangat mendapatkan perhatian dari banyak pihak. Hal ini, sebagai implikasi terhadap adanya penemuan ilmiah baru dan khususnya dari hasil penelitian yang disajikan pada Simposium Lusi Cakupan bahasan makalah ilmiah yang dimulai dari yang menjangkau sekala ribuan kilometer, yaitu dikenal dengan aspek tektonik regional. Sampai ke skala nano meter, dari dimensi partikel lumpur. Juga termasuk studi berbasis pemodelan numerik, diantaranya yang signifikan terkait panjang umur semburan Lusi dari berbagai parameter. VII. Kemajuan pada pemahaman sistem Lusi Topik makalah yang ditampilkan pada Simposium Lusi 2011, berkisar dari yang telah dihasilkan berbagai kegiatan penelitian Lusi selama ini. 12

14 Sehingga dengan jelas telah menunjukkan adanya suatu kemajuan yang cukup signifikan (significant progress). Khususnya dalam upaya, untuk lebih memahami sistem mud volcano Lusi ini (in understanding this system). VIII. Penyamaan persepsi masih banyak diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan: Namun demikian, juga dimaknai pada akhir Simposium Lusi, bahwa masih diperlukan banyak lagi pekerjaan ilmiah ke depan. Sebagaimana yang disampaikan para pemakalah, sebagai suatu rekomendasi, pada bagian penutup dari presentasi terkait. 13

15 II. BENANG MERAH PEMAHAMAN MENDASAR UNTUK STUDI LUSI KE DEPAN : Dapat dirangkai suatu benang merah dari hal-hal penting yang ditemukan pada hampir semua presentasi dari makalah terkait. Dimana telah memberikan landasan yang kokoh bagi studi pada masa depan (sets a solid foundation for future studies). A. Perkembangan baru yang signifikan: a). Lusi sebagai sistem hidro-termal yang baru lahir Tampaknya LUSI telah menjadi suatu sistem hidro-termal yang baru lahir (new-born hydro-thermal system). Dimana hal tersebut (Lusi suatu sistem hidrotermal), pada hakekatnya merupakan suatu fenomena geologi yang jarang terjadi (a geologic rarity). Sehingga menawarkan banyak kemungkinan ke depan (offers many possibilities for both assessing its future). b). Landasan untuk penelitian sistem hidrotermal Salah satunya akan menyediakan suatu landasan untuk suatu riset mendasar (providing a platform for basic research) pada sistem hidro-termal (in hydrothermal systems). c). Hubungan sistem saluran busur magmatik Dalam kaitan ini adalah sangat mendasar, untuk dimaknai hubungan Lusi dengan sistem saluran magmatik (links to magmatic plumbing) dari busur vulkanisme (arc volcanism). B. Temuan baru yang paling signifikan Sistem Lusi: Sistem hidrotermal yang baru Lahir Temuan konsepsi baru yang dinilai paling signifikan (most significant new finding). Pasca even Debat Lusi di Afrika Selatan Oktober 2008, adalah tentang sistem LUSI 14

16 (the LUSI system). Sebagaimana yang telah diusulkan oleh Mazzini dari hasil studi geokimianya (geochemical studies). Studi Mazzini telah menyediakan suatu bukti yang cukup kuat (studies provide strong evidence), bahwa LUSI adalah sistem hidrotermal yang baru lahir (that LUSI is a newborn hydrothermal system). a). Kaitan langsung dengan komplek volkanik: Selanjutnya diusulkan bahwa Lusi mempunyai hubungan yang langsung (a direct link), dengan komplek vulkanik Arjuno Welirang yang ada didekatnya (to the nearby Arjuno-Welirang volcanic complex). b). Implikasi Lusi sebagai sistem hidrotermal: Jika gagasan-gagasan kedepan ini dapat diverifikasikan (merupakan hal penting), sehingga hal ini akan mempunyai implikasi penting pada: o Studi perilaku Lusi ke depan: Mempunyai implikasi yang Luas (this has major implications) terhadap studistudi perilaku Lusi ke depan (for the future behavior of LUSI). o Prospek energi panas bumi (energi hijau) Kemungkinan untuk eksploitasi energi panas bumi (possible geothermal energy exploitation), dan o Kemajuan pemahaman sistem hidrotermal dan hubungan dengan volkanik Kemungkinan beberapa kemajuan mendasar dalam pemahaman kita (some fundamental advances in our understanding) tentang sistem hidro-termal dan saluran vulkanik (hydro-thermal systems and volcanic plumbing). C. Lusi bukan mud volcano yang umum Hasil analisis kimia oleh Mazzini dari semburan lumpur dan air (erupting mud and waters) telah menunjukkan suatu identifikasi. Bahwa LUSI yang sebelumnya ditentukan sebagai suatu gunung lumpur yang umum (identifying LUSI as a mud volcano), namun hal ini mungkin menjadi kurang tepat (probably a misnomer). 15

17 D. Perbedaan dengan mud volcano yang umum (type mud volcano) Karena sifat sistem Lusi mud volcano ini sangat berbeda (Atype mud volcano), daripada yang biasanya umum disebut-sebut sebagai suatu tipe gunung lumpur (type mud volcano). E. Karakteristik Gunung Lumpur yang umum Gunung lumpur secara tradisional umumnya mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu: o Temperatur yang dingin (Traditional mud volcanoes are cold), o Gradien panas bumi rendah (low geothermal gradients), dan o Frekuensi semburan yang jarang (infrequent in eruptions). F. Lusi bukan sebagai gunung lumpur yang umum (Atype mud volcano) Namun pada LUSI, sangat berbeda dari mud volcano yang umumnya sebagaimana disampaikan terdahulu, yaitu: o Memiliki gradien panas bumi yang sangat tinggi (very high geothermal gradients), o Komposisi gas yang disemburkan didominasi oleh CO2 (CO2-dominated), dan o Merupakan suatu sistem semburan lumpur yang bertahan sangat lama (a very long-lasting) dengan pola semburan seperti geyser (geyser-like eruption system). G. Kaitan langsung hubungan sistim saluran Lusi dengan sistem busur magmatik Perubahan pada karakteristik ini, cukup bermakna. Karena hal itu berarti bahwa sistem saluran LUSI (LUSI s plumbing system) secara langsung terkait dengan busur vulkanik, yang lokasinya berdekatan (is directly linked with the adjacent volcanic arc). H. Langkah pemahaman pemicu Lusi dan perkembangan ke depan Dengan demikian pemahaman ini yang sangat bernilai merupakan suatu langkah besar ke depan (the future step). 16

18 Dalam upaya pemahaman kita tentang kemungkinan bagaimana semburan LUSI telah dipicu, dan perspektif kemana selanjutnya Lusi akan bergerak dari posisinya saat itu (what next Lusi). I. Komposisi awal gas bermula metan mikroba (CH4) berasal dari biogenik Mazzini melaporkan dari hasil analisis geokimia, bahwa dominasi gas saat awal kejadian dari semburan LUSI (dominant gas from LUSI), adalah metana mikroba (microbial methane (CH4)) yang berasal dari biogenik (of biogenic origin). J. Komposisi gas pasca 2006 berubah berasal dari termogenik Selanjutnya komposisi gas setelah tahun 2006, telah berubah menjadi lebih berasal dari sumber termogenik (thermogenic origin). K. Isotop helium dan karbon, berasal dari reaksi temperatur tinggi Analisis lebih lanjut terhadap isotop helium dan karbon (analyses of helium and carbon isotopes). Telah menunjukkan hasil yang konsisten dengan suatu reaksi, yang berlangsung pada suhu yang tinggi (high temperature reaction). L. Indikasi sumber fluida Lusi dari hasil turunan selubung Hal ini telah mengindikasikan, bahwa sumber fluida Lusi adalah hasil turunan dari selubung bumi (fluid source is mantle-derived). M. Jalur ke luar fluida Lusi berasal dari sumber yang dalam Hal ini selanjutnya telah mengimplikasikan bahwa jalur keluar cairan Lusi (Lusi fluid pathway from a source). Berasal dari sumber yang jauh lebih dalam (much deeper history), daripada yang diasumsikan sampai saat ini (than assumed to date). N. Sumber fluida berada pada kedalam meter Mazzini menunjukkan bahwa sumber fluida berada pada kedalaman sekitar 4400 m. 17

19 Yaitu suatu batuan sumber dari satuan batuan serpih Ngimbang (the Ngimbang source rock Unit). O. Sumber cairan dari eksternal Hal ini konsisten dengan adanya suatu kebutuhan (the need for an) atas fakta bahwa semburan lusi berlangsung secara berlanjut. Dengan intensitas luar biasa, yaitu adanya suatu cairan dari sumber eksternal (external fluid source). P. Sumber cairan eksternal bukan dari Formasi Kujung Hal ini sekaligus juga mengesampingkan pemahaman, bahwa sumber cairan eksternal berasal dari satuan batugamping Kujung (Kujung limestone formation of guilt as the external fluid source). Q. Skenario baru sumber fluida dari dalam dan sumber panas dari gunung magmatik Mazzini mengusulkan suatu skenario baru untuk sistem ini (a new scenario for this system). Dimana intrusi magma (magmatic intrusion), berasal dari tetangga dekatnya yaitu gunung magmatik Arjuno Welirang. Dimana selanjutnya menyediakan sumber panas langsung (provides a direct heat source). R. Mendorong sumber fluida dari proses karbonisasi kerogen, dehidrasi Sehingga mendorong terjadinya sumber cairan (the fluid source) berasal dari proses dekarbonisasi dan dehidrasi kerogen (kerogen decarbonization and dehydration). S. Tingginya aliran panas, hadirnya helium selubung dan dominasi gas CO2 18

20 Hal ini konsisten dengan hasil pengamatan terhadap tingginya aliran panas (high heat flow) dan sistem didominasi gas CO2 dengan keberadaan dari helium mantel (mantle helium). T. Perubahan mode dari kondisi tekanan dan suhu tinggi menjadi suhu tinggi tekanan rendah Aspek yang menarik dari model ini adalah, bahwa pengamatan menunjukkan telah terjadi peralihan dari kondisi awalnya tekanan tinggi, suhu tinggi (high-pressure, hightemperature conditions). Beralih menjadi kondisi suhu tinggi dan tekanan rendah (to high temperature, lowpressure conditions). U. Indikasi transportasi yang cepat dan transpor jarak jauh Hal ini menyiratkan adanya suatu moda transportasi yang cepat pada jarak jauh (rapid transport over large distances). Sehingga diasumsikan aliran dari daerah sumber didominasi oleh rekahan (fracturedominated flow). V. Peran yang lebih luas dari volkanik di busur depan yang lokasinya berdekatan Hasil kajian Mazzini tersebut selanjutnya memungkinkan untuk peningkatan skala permasalahan, menjadi konteks yang lebih luas lagi (allow an upscaling of the problem to a larger context). Yaitu peran penting yang telah dimainkan (the role played by) oleh busur vulkanik, yang lokasinya berdekatan the adjacent volcanic arc). W. Perubahan semburan lusi sebagai siklus geyser (2010) semiperiodik, semburan di dominasi oleh uap air Dukungan pengamatan untuk hipotesis ini (Observational support for this hypothesis) adalah, bahwa perilaku LUSI telah berubah pada tahun 2010 menjadisuatu sistem geyser (geyser system). 19

21 Dengan siklus erupsi semi-periodik (semi-periodic eruption cycles) dan dengan material yang disemburkan pada setiap siklus sebagian besar adalah uap air. X. Perilaku geyser, penurunan volume lumpur, stabilitas sumber lumpur Perilaku geyser (Geyser behavior), dan penurunan volume lumpur yang diekstrusikan (reduction in extruded mud volumes). Menunju ke sebuah sumber cairan dengan berkedudukan yang dalam (deep source of fluid). Dan beberapa stabilitas struktural dari lapisan lumpur (some structural stability of the mud layer). Y. Perilaku semburan, dominasi pusat semburan dan semburan kecil dengan siklus yang kembar dan sendiri LUSI masih didominasi oleh semburan (LUSI is still dominated by eruptions) di pusat kawah (in the central crater). Tetapi juga diidentifikasi adanya anak kepundan atau bubble (but subsidiary vents are also identified) yang memancarkan semburan kecil, dengan siklus mereka sendiri (emitting smaller eruptions and with their own cycles). 20

22 III. HASIL-HASIL SIGNIFIKAN MENDUKUNG ISU AKTUAL TEMATIK A. Loyc (ASU) 21

23 Dengan perekaman selang waktu urutan citra termal (a time-lapse sequence recording thermal) dan pandangan visual (visual images). Dilakukan dari menara observasi yang baru selesai di dibangun (Tower P 42) yang menghadap ke semburan LUSI. c). Untuk memahami frekuensi geyser dan aspek panas Usaha masa depan dengan model LUSI juga akan membutuhkan kendala pada sifat termal LUSI. Untuk itu Loycd dan koleganya telah menunjukkan hasil studi termal mereka, dan menjelaskan bahwa bahwa pengamatan lanjutan diperlukan untuk lebih memahami lagi terhadap frekuensi geyser dan aspek panas yang terkait. Citra termal, dengan instalasi yang direncanakan pada bulan Agustus 2011, akan berperan dalam mengukur aspek suhu semburan uap air, dan mengukur laju aliran dan struktur termal. d). Pemantauan menerus melalui video dan pencitraan panas Sebuah film berselang selang waktu menunjukkan dengan jelas bahwa pemantauan terus menerus melalui video atau thermal imaging dapat diolah untuk menghasilkan suatu seri-waktu frekuensi semburan, dengan perhatian khusus pada respon geyser gempa terdekat atau jauh. B. Tanikawa (JAMSTEC) Perkuatan sumber fluida Dalam, Temuan Penting Litium: Pengamatan terhadap bukti lebih lanjut untuk sumber fluida yang dalam (evidence for a deep fluid source). Telah digambarkan oleh Tanikawa dengan temuan pentingnya, bahwa cairan telah diperkaya Lithium (fluids are Lithium-enriched). a). Nilai konsentrasi Litium mendekati yang ada di Ujuni Salt Bolivia Tanikawa menunjukkan bahwa nilai konsentrasi Litium (Lithium concentrations). Mendekati dengan yang ada di Uyuni salt flat di Bolivia, dimana merupakan 50-70% pemasok dunia dari unsur penting ini. 22

24 b). Analogi air asin kaya Litium dihasilkan sistem hidrotrmal sekala tektonik Dalam kaitan ini telah diperkirakan, bahwa air asin yang kaya Lithium (Lithium rich brines) di Bolivia salt flat. Kemungkinan juga dihasilkan dari suatu sistem hidrotermal dengan skala tektonik (a tectonic-scale hydrothermal system). c). Temuan Litium memperkuat Lusi sebagai sistem hidrotrmal Dimana bila benar, hal ini akan semakin menguatkan padangan dari Mazzini (2011). Bahwa LUSI telah lebih mengarah sebagai suatu sistem hidrotermal (LUSI be designated a hydro-thermal system). Dalam kaitan ini, bukan sebagai suatu gunung lumpur yang biasanya (instead of a mud volcano). d). Pengendali mekanisme pembentukan Litium kondisi hidrotermal: Lithium Story 23

25 Penjelasan sederhana dari cairan yang diperkaya Lithium (simple explanation of Lithium-enriched fluids). Adalah bahwa ia dicirikan pada suhu rendah (low temperature), lithium diserap ke mineral lempung (lithium is absorbed into clay minerals). Sementara bila di bawah kondisi-kondisi hidrotermal, proses desorpsi termal merilis Li + (thermal desorption releases Li+), ke dalam cairan hidrotermal (into the hydrothermal fluids). e). Paradigma Baru, Prospek penambangan Litium dari sumber cairan untuk bahan baterei: Dalam suatu pernyataan yang bersifat melihat ke depan, untuk suatu peralihan LUSI dari bencana menuju suatu peluang (for turning LUSI from disaster to opportunity). Tanikawa mengusulkan ke depan, suatu kegiatan pertambangan Litium berasal dari sumber cairan (Tanikawa proposes mining the Lithium from the fluids), untuk mendapatkan kemanfaatan ekonomi pada masyarakat for economic gain to the community). f). Pentingnya pemahaman Geohistori sedimen Selain menyampaikan suatu sejarah tentang litium (the lithium story), Tanikawa et. al. juga telah menghadirkan pendekatan yang sangat berbasis pada fisika (a very physics-based approach) untuk mengatasi masalah ini to this addressing this problem). g). Pemahaman mekanisme overpressures di cekungan Dalam hal ini eksperimen laboratorium dan pemodelan (laboratory experiments and modeling) telah dilakukan. Untuk mencoba memahami mekanisme, dimana overpressures telah berkembang pada cekungan sedimen (sedimentary basin). Sejarah sedimen dan sifat litologi (history and lithologic properties), memegang peran penting karena dapat mengontrol sifat dari sistem aliran (control the flow properties of the system). 24

26 Baik dari segi fluida overpressure pada kedalaman (fluid overpressure at depth). Maupun struktur permeabilitas (the permeability structure) yang telah memerangkap overpressure tersebut (trapped the overpressure). h). Anomali Plot versus kedalaman Tanikawa menunjukkan suatu plot yang menarik (showed an intriguing plot). Dimana litologi LUSI tampaknya telah menyimpang secara substansial (the lithology of LUSI deviates substantially), dari kurva pemadatan yang khas (from the typical compaction curves). Yaitu dicirikan oleh berkurangnya porositas terhadap kedalaman (the loss of porosity with depth), dari suatu cekungan sedimen (sedimentary basins). i). Sumber utama lumpur dari Formasi Kalibeng Atas Selanjutnya telah diitunjukkan bahwa Formasi Kalibeng (the Kalibeng formation), kemungkinan besar berperan sebagai sumber lumpur (presumably the source of the mud). Karena memiliki porositas yang lebih signifikan daripada yang diperkirakan, dari suatu sistem pemadatan (compacting system). Disamping itu bahwa ekspansi termal dari hasil cairan entrained (thermal expansion of the entrained fluids). Telah menghasilkan suatu tekanan fluida (fluid pressure) yang mendekati tekanan batuan (close to that of the rock pressure). j). Formasi Kalibeng atas secara mekanik lemah, dapat memicu sistem Lusi Sehingga dimaknai, bahwa batuan pada lapisan ini (the rock in this layer) secara mekanik lemah. Atau bahkan dengan kekuatan geser nol, jika tekanan fluida sama dengan tekanan batuan (even zero strength in shear if fluid pressure equals rock pressure). Bahkan dengan masukan yang kecil dari cairan eksternal (a minor input of external fluid), ia dapat menggoyahkan stabilitas atau memicu sistem (could destabilize or trigger the system). 25

27 k). Penurunan viskositas lumpur dampak masukan cairan eksternal Tanikawa juga menunjukkan, bahwa viskositas lumpur menurun secara signifikan (mud viscosity decreases substantially), sebagai fungsi dari fraksi padat (as a function of the solid fraction). Dengan efek, bahwa masuknya cairan akan mengurangi fraksi padat (reduce the solid fraction). Disamping itu memungkinkan lumpur, mengalir jauh lebih mudah (allow the mud to flow much more easily). Sebagai konsekuensi (at the consequently) viskositas yang jauh lebih rendah (much lower viscosity). l). Kesimpulan diperlukan fluida dari sumber dalam untuk menjelaskan perbandingan air/lumpur yang tinggi Tanikawa sampai pada kesimpulan yang sama dengan Mazzini, dengan menggunakan suatu penalaran. Bahwa sumber eksternal fluida diperlukan (an external source of fluid is needed) untuk menjelaskan perbandingan dari air/lumpur (to explain the water/mud ratios). Fluida haruslah berasal dari suatu sumber yang dalam (the fluids must be deep), karena konsentrasi yang tinggi dari litium (because of the high concentrations of Lithium). C. Hilairy Hartnett A). Membandingkan geokimia carian Lusi dengan yang lainnya Dalam studi geokimia lainnya, Hilairy Hartnett dan koleganya dari ASU, USA telah menggunakan hasil geokimia cairan LUSI (geochemical results of LUSI fluids). Untuk perbandingan dengan gunung lumpur lainnya (for comparison with other mud volcanoes). Sedangkan air permukaan (surface waters), digunakan untuk melacak asal mula dari cairan (to trace the origin of the fluids) yang mengendalikan LUSI (driving LUSI). 26

28 B). Cairan Lusi Rumit, cenderung carian dari sumber dalam Kesimpulan bahwa asal-usul cairan Lusi adalah 'rumit'( it is complicated ). Namun tetap memberikan beberapa petunjuk penting (nonetheless provided some important clues), terhadap asal-usul dari cairan (for the origin of the fluids). Dalam hal ini, tampaknya konsisten dengan model yang diusulkan sebelumnya oleh Mazzini bahwa fluida berasal dari sumber yang dalam (seems consistent with the Mazzini model of a deep origin). C). Cairan Lusi yang panas beda dengan air laut, ada kemiripan dengan sumber gunung lumpur tua Tanpa masuk ke rincian, esensi dari temuan mereka adalah bahwa cairan panas (the fluids are hot), sangat berbeda dari air laut (quite different from sea water). Sedangkan dari kandungan isotop hidrogen dan oksigen (from hydrogen and oxygen isotopes), adalah sangat mirip dengan gunung lumpur tua/purba yang sebelumnya telah dipelajari (very similar to the older mud volcanoes studied). Hal ini menunjukkan bahwa cairan apapun sebagai pengendali LUSI (indicates that whatever fluids are driving LUSI). 27

29 Mungkin sama dengan yang mengendalikan gunung lumpur purba (probably the same as that driving paleo volcanoes). D). Lumpur Lusi mempunyai hubungan dengan alterasi dari volkanik Dengan menghubungkan ke proses yang layak dari penyebab magmatik (probably the same as that driving ancient volcanoes). Hasil analisis dari mineralogi lempung telah menunjukkan, bahwa LUSI memiliki persentase lebih tinggi dari mineral lempung yang berasal dari mud volcano yang lebih tua lainnya. Dalam hal ini adalah mud volcano Kalang Anyar yang memiliki kuarsa lebih signifikan (which has substantially more quartz), tetapi implikasi dari hal ini masih tidak jelas. Hartnett et. al., telah mengusulkan dari analisis elemen jejak (trace element analyses), bahwa lempung di LUSI merupakan alterasi dari volkanik. E). Isu Aktual interaksi dengan magmatik, sumber panas dalam, volkanisme lumpur Pengamatan ini menempatkan sisi lain terkait hipotesis-hipotesis: Tentang interaksi kompleks antara vulkanisme magmatik (the complex interactions between volcanism), Sumber panas dalam (deep heat sources), dan Volkanisme lumpur (mud volcanism). F). Diperlukan studi lanjutan memodel interaksi air-batuan pada suhu tinggi Pekerjaan tambahan masih diperlukan untuk memodelkan interaksi air-batuan pada suhu tinggi (to model the high temperature water-rock interactions). Sebagaimana yang juga disarankan oleh desporption suhu tinggi dari Litium (by the high temperature desporption of lithium) disampaikan oleh Takinawa, dan sumber yang dalam (deep source) diusulkan oleh Mazzini. D. Guntoro A). Mineral deuterium bukti cairan Lusi dari sumber magmatik: 28

30 Melaporkan bahwa kehadiran mineral Deuterium (the presence of Deuterium), dapat memberikan bukti lebih banyak lagi (provides yet more) terhadap asal usul magmatik untuk cairan LUSI (for a magmatic origin for the LUSI fluids). B). Anomali komposisi air 70% dan lumpur 30%, bukan tipe gunung lumpur yang konvensional Sedangkan 70% air dan 30% lumpur (dan laju aliran yang sangat tinggi), adalah suatu yang bukan tipikal untuk gunung lumpur konvensional (atypical for conventional mud volcanoes). C). Lokasi Lusi dalam kontek tektonik Indonesia Guntoro memberikan ringkasan komprehensif terkait dengan lumpur vulkanisme (a comprehensive summary of mud volcanism). Disamping itu juga membahas lokasi LUSI dalam konteks skala yang lebih besar yaitu tektonik Indonesia (Jawa)(Indonesian-Java tectonics). D). Keberadaan gas H2S berasal dari fluida dalam yang menembus Formasi Kujung: Sedimentasi busur belakang Kontroversi sumber gas H2S: 29

31 Pengamatan adanya pertentangan tentang gas H2S (contradicting observations of H2S gas), kemungkinan berasal dari formasi Kujung. Namun di sisi lain, formasi Kujung sendiri, dimaknai tidak ditembus oleh sumur eksplorasi BJP-1. E). Formasi Kujung ditembus dari bawah Hal ini menunjukkan, bahwa Formasi Kujung telah ditembus dari arah bawah (that the Kujung formation was penetrated from below). Sehingga bukan bergerak dari atas, dari suatu sumber cairan yang dalam (deep source of fluid). F). Lusi Tipe Proses sedimentasi di busur belakang Semua pengamatan, dari anomali gravitasi untuk rasio lumpur cairan (gravity anomalies to fluid mud ratios) kehadiran Deuterium (to the presence of Deuterium). Telah mendasari Guntoro untuk menyimpulkan, bahwa LUSI adalah hasil dari tipe proses-proses sedimentasi (LUSI is a result of typcial sedimentation processes) di cekungan busur belakang (in back-arc basins). G). Pengendapan sedimen di busur belakang cepat meningkatkan overpressure Dalam cekungan busur belakang (back-arc basin), kecepatan sedimentasi dan pemerangkapan dan penguburan cairan (fast sedimentation rates trap and bury fluids) berlangsung dengan cepat. Dimana meningkatkan terhadap tekanan (increase in pressure), ketika terdapat penambahan pasokan sedimen di atasnya (as additional sediments are supplied above). H). Lumpur dan air berasal dari sumber yang berbeda Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lumpur dan cairan (the mud and fluid) berasal dari dua sumber yang berbeda (come from two different sources). Hal ini telah menyiratkan bahwa mekanisme yang layak untuk memicu (a viable triggering mechanism) Karena adanya masukkan cairan (is the influx of fluids) yang berasal dari bawah ke Formasi Kujung. 30

32 I). Cairan dari bawah mendorong lumpur Kalibeng Atas ke Permukaan Dalam skenario ini, cairan telah meningkatkan H2S sepanjang perjalanannya (the fluids up H2S along the way). Dimana selanjutnya mendorong lumpur dari Kalibeng Atas (drives the mud from the Upper Kalibeng) menuju permukaan t(owards the surface). J). Penekanan Lusi sebagai suatu sistem hidrotermal dan bukan semburan mud volcano yang lumrah: Penentuan ulang bahwa LUSI sebagai suatu sistem hidrotermal (Re-designating LUSI as a hydrothermal system). Namun bukan sebagai suatu semburan lumpur yang lumrah (not a mud volcano), adalah bukan satu-satunya saran tentang terminologi yang dikenal pada umumnya untuk sistem ini. E. Tingay A). Pemahaman awal sumber air eksternal yang mengendalikan Lusi berumur 23 Juta tahun dari Formasi Kunjung? 31

33 Tingay dan kolega telah menunjukkan bahwa selama ini penamaan yang digunakan untuk karbonat Formasi Kujung (that the oft-named Kujung carbonate formation). Cenderung menduga bahwa sumber air eksternal yang mengendalikan LUSI, adalah berumur 23 Juta tahun (alleged source of external water driving LUSI, is 23 Ma). B). Kandidat yang paling mungkin sumber air adalah Formasi Porong-1 atau Formasi Prupuh lebih muda 7 tahun Sedangkan usulan mereka sebagai kandidat yang paling mungkin untuk sumber dengan karakteristik yang yang sangat overpressure tersebut, adalah dari Formasi Porong-1, dengan umur sekitar 7 Jt lebih muda dari Formasi Kujung. C). Kontroversi sumber air eksternal Lusi sumber dalam versus dari Formasi Prupuh menjadi Isu Aktual ke depan Pertentangan terhadap sumber cairan eksternal (conflicting source of external fluid), sebagaimana yang diidentifikasikan sebagai sumber yang dalam (identified as a deep source) oleh Mazzini/Tanikawa/ Guntoro, dan Formasi Porong-1 oleh Tingay, perlu dijelaskan lebih lanjut dalam studi masa depan. D). Perubahan batupasir klastik volkanik menjadi batuan beku volkanik Perubahan signifikan lain yang diusulkan Tingay adalah bahwa lapisan batupasir klastik volkanik yang berada di atas satuan karbonat (volcano-clastic sands just above the carbonates), haruslah diredifinisi kembali (should be re-named). Untuk lebih mencerminkan bahwa lapisan tersebut, jauh lebih mungkin berasal dari batuan beku volkanik (volcanics of igneous origin). Klaim ini muncul dari hasil analisis data dari inti bor (of the cuttings from the drill core), yang terdiri dari andesit, dasit, dan welded tuffs (consisted of andesite, dacite, and welded tuffs). Tingay berpendapat bahwa penentuan satuan sebelumnya sebagai pasir vulkanik (the original designation as volcanic sands), telah muncul hanya karena kenampakannya seperti pasir (arose simply because they looked like sand). 32

34 Mereka tampak seperti pasir, sehingga begitu sulit untuk mengebor pada lapisan batuan beku tersebut yang awalnya keras dan kompeten, selanjutnya telah pecah menjadi ke partikel berukuran pasir. E). Penentuan satuan batuan dan implikasinya terhadap mekanisme aliran fluida melalui rekahan Penentuan ulang ini tidak hanya semata karena pasir vulkanik sangat permeabel (volcanic sands are very permeable), dan deskripsi aliran melalui mereka digambarkan oleh aliran Darcian melalui media berporositas menengah (porositas 20-25%). Sedangkan batuan beku vulkanik, bagaimanapun, memiliki porositas jauh lebih rendah (<9%)(igneous volcanics, however, have much lower porosity (<9%)). Sedangkan aliran fluida melalui mereka didominasi adalah rekahan (fluid flow through them is fracture dominated). Artinya, aliran didominasi rekahan (fracture-dominated flow) akan melibatkan aliran lokal melalui rekahan yang sangat permeabel. Sebaliknya tidak ada aliran yang kuat, perbedaan penting untuk menggambarkan dan pemodelan dari tekanan tinggi mengendalikan aliran fluida (modeling of high-pressure driven fluid flow). F). Arah struktur utama NW-SE sebagai patahan utama melalui Lusi Tingay juga telah menggunakan argumen geo-mekanik, untuk menunjukkan bahwa arah utama NW-SE. Sebagai patahan utama dimana melalui LUSI sehingga menyembur. Hal ini sepenuhnya konsisten dengan yang diprediksi oleh teori Andersonian untuk strike-slip faulting dalam didominasi, dengan arah NS tegangan maksimum tektonik medan horisontal. Selain itu, perkembangan selanjutnya diamati dari sistem berarah NW-SE, juga konsisten untuk slip pada antitetis patahan-patahan strike-slip yang dikenakan pembebanan bidang-jauh yang sama (far-field loading). Mengidentifikasi dan membatasi orientasi tegangan horisontal maksimum (the orientation of the maximum horizontal stress) adalah penting untuk setiap studi pemodelan numerik lanjutan dari hidro-mekanik pada sistem ini (hydromechanics of this system). 33

35 G). Isu aktual yaitu sumber air, struktur rekahan bawah permukaan, evolusi dan perkembangannya Menurut Tingay beberapa dari pertanyaan-pertanyaan penting yang masih timbul untuk dijawab, adalah: 1) Dimana adalah sumber air? 2) Apa struktur rinci dari jaringan rekahan bawah permukaan menyediakan jalur cairan, dan 3) Bagaimana struktur berevolusi, dan bagaimana cara berkembang sekarang? H). Saran studi ke depan Seismik 3D. Magnetotelurik, Geokimia, pemantauan sumur dan tiltmeter: Tingay menyarankan studi masa depan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, termasuk: 1) Studi seismik 3D/4D (yaitu, sebuah studi seismik 3D dalam jendela dengan aktu yang berbeda); 2) Magnetotelurik untuk mengidentifikasi cairan dan jalur mereka terhubung pada kedalaman; 3) Studi geokimia tambahan; 4) Sumur pemantauan untuk mendapatkan konstrain dari dua sifat fisik yang sangat penting (permeabilitas dan porositas) yang mengontrol aliran, dan 5) Tiltmeters mencatat deformasi di permukaan. F. Kadurin (Rusia) 34

36 A). Menampilkan struktur 3-D dan mengusulkan sistem Poligon Kadurin et. al. menggunakan jaringan geofisika (disebut poligon) untuk mendeteksi kegempaan, selanjutnya Tim Rusia telah dapat membangun struktur 3D dari GIS 3-D. Tim Rusia sebelumnya telah membangun suatu pandangan 3D dari bawah permukaan, dengan menafsirkan penampang seismik refleksi 2D yang tersedia sebelum terjadinya LUSI. B). Identifikasi struktur patahan, diapir, struktur lumpur purba Dengan model GIS 3-D telah dapat diidentifikasikan beberapa bangunan struktur yaitu sejumlah patahan, diapirs, dan apa yang mereka klaim sebagai struktur lumpur purba (paleo mud structure) yang berada pada kedalaman. Sehingga memberikan implikasi, bahwa LUSI merupakan suatu struktur geologi yang telah menyembur di masa lalu. C). Sistem Poligon untuk memonitoring dinamika struktur pada kedalaman Lusi Dengan usulan penerapan sistem Poligon untuk mengatur LUSI, diharapkan akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan terkait tentang postur struktur di kedalaman. 35

37 Dimana sistem Poligon ini, sebelumnya telah dipasang di Rusia dan di sekitar Istambul dimana menunjukkan kemampuan dalam inisiatif tersebut. Jika sistem ini diinstal dalam hubungannya dengan usulan seismik 3D, maka banyak data yang akan diperoleh dan banyak pelajaran yang akan dapat dipetik dari sistem ini G. Amanada Clarke a). Memahami antara perilaku Lusi dan aspek gempabumi: Data ini akan menjadi sangat penting untuk menentukan adanya hubungan antara perilaku LUSI dan berbagai tingkat getaran tanah yang ditimbulkan oleh gempabumi. Respon LUSI pada getaran tanah, selalu berada pada pusat dari perdebatan antara pemicu pengeboran atau dipicu oleh gempa Yogyakarta. b). Gunung Merapi dan Semeru merespon Gempabumi Yogyakarta: Karya Amanda Clarke dan rekan menunjukkan bahwa kedua gunung berapi yaitu Merapi dan Semeru, telah menanggapi terhadap gempa bumi yang terjadi 36

38 dengan pusat di Yogyakarta. Ditunjukkan oleh adanya peningkatan fluks panas, dalam beberapa hari setelah gempa. Hal ini jelas bahwa pencarian (dan menemukan) dengan menerapkan metoda penginderaan jauh termal untuk gerakan tanah dan proses tektonik lainnya. Merupakan suatu pendekatan yang kuat, dan tentu saja akan menghasilkan banyak pengamatan yang menarik. Amanda telah menunjukkan bahwa perubahan tekanan statis miniscule, sedangkan perubahan stres dinamis, meskipun lebih besar, masih hanya pada urutan puluhan kpa. Masa depan mencoba untuk model Nevertheless, korelasi antara respon sistem terbuka Merapi dan Semeru terhadap gempa bumi Yogyakarta yang kuat, sehingga diperlukanpenjelasan berbasis fisika. c). Hubungan Lusi dengan gempabumi bersumber jauh: Analogi Gempa Oaxaca di Meksiko Clarke et. al. melaksanakan suatu studi yang berbeda dengan lainnya, untuk mencoba melihat hubungan LUSI pada sistem yang khusus dimana telah dipicu oleh gempa bumi dari sumber jauh. Untuk itu telah dipresentasikan suatu hasil dari studi pemicu kegempaan jauh dalam merespon terjadinya gempa Oaxaca di Meksiko M6.4. Dalam kaitan ini ukuran dan lokasi, gempa ini tidak spektakuler, namun banyak gempa bumi yang dipicu di Amerika Utara (seribu beberapa km). Menariknya, korelasi terbaik antara gempa Oaxaca dan kegempaan telah memicu vulkanisme muda, hidrotermal dan cairan yang kaya diubah, sebagaimana deskripsi LUSI seperti disimpulkan oleh Mazzini. d). Ada korelasi kuat kegempaan dengan sistem panasbumi dan hidrotermal Hasil dari studi Oaxaca konsisten dengan yang pertama mengamati studi kegempaan dipicu setelah gempa tahun 1992, yang menunjukkan bahwa kegempaan berkorelasi kuat dengan sistem panas bumi dan hidrotermal (misalnya Long Valley, CA, dan Cosos, CA). 37

39 Ini adalah hasil yang sangat menarik dan penting, dan yang harus lebih mengejar, baik dalam memahami fisika di balik korelasi ini, dan pengamatan di masa depan ditargetkan untuk menentukan bagaimana korelasi tersebut. Hasil temuan ini dapat ditempatkan pada kontek yang lebih besar dari tektonik regional (These new findings can be put into the larger context of the regional tectonics). e). Lusi sebagai sistem alami dihasilkan dari geodinamika yang komplek Sehubungan dengan hal tersebut laporan terkait dengan tektonik daerah (the tectonics of the region) telah dipresentasikan oleh Profesor. Dr. Sukendar Asikin (ITB). Dimana telah menempatkan Lusi sebagaimana apa yang dimaknasi (put LUSI into the context to which it belongs) sebagai suatu sistem alam (a natural system). Dihasilkan dari gsuatu eodinamika yang komplek dari wilayah tersebut (as a result of the complex geodynamics of the region). f). Pemicu Lusi sepenuhnya murni alami Hal ini salah satu cara memberikan bukti tentang apa yang telah memicu LUSI (what triggered LUSI), dimana disebutnya bahwa LUSI sepenuhnya murni alami (LUSI exists for purely natural reasons). g). Hal-hal penting dapat diringkas sebagai berikut Proses Tektonik Lempeng, hasil dari sistem Busur Sunda Subduksi dari Lempeng Australia di bawah lempeng Sunda (Subduction of the Australian Plate beneath the Sunda plate) telah menghasilkan fenomena pengangkatan, vulkanisme, dan pemekaran di busur belakang (di mana LUSI berada) (produces uplift, volcanism, and back-arc spreading). Pembentukan cekungan busur belakang diisi sedimen yang cepat Pemekaran menghasilkan penurunan di busur belakang (Spreading results in subsidence in the back-arc). 38

40 Dimana sedimen yang tererosi, secara cepat menumpuk ke dalam cekungan (eroding sediments quickly pile into the basin). Pengendapan sediman yang cepat membentuk lapisan overpressure Jika intensitas sedimentasi lebih cepat dari keluaran, sehingga cairan dapat melarikan diri (sedimentation is faster than the entrained fluids can escape). Mengubur lapisan overpressured (buried layers of overpressured) dan terbentuk dibawah konsolidasi pada kedalaman (underconsolidated form at depth). Transformasi sedimen kaya organis menjadi gas alam, kerogen dan minyak bumi: Karena sedimen yang kaya organis dikubur dan dimatangkan oleh suhu bumi (buried and cooked through the geotherm). Sehingga mereka berubah menjadi gas alam (they transform to natural gas). Dimana pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi lagi (at higher temperatures and pressures), dapat berubah menjadi kerogen dan akhirnya ke minyak (to kerogen and finally to oil). Gunung lumpur sebagai indikator yang baik untuk terjebaknya minyak dan gas bumi Inilah sebabnya mengapa perusahaan-perusahaan minyak tertarik pada lokasi tersebut, karena biasanya gunung lumpur adalah indikator yang baik (typically mud volcanoes are a good indicator) untuk terjebaknya gas dan minyak (for trapped gas and oil). Karena dapat menandai suatu daerah dengan proses sedimentasi (mark regions of the sedimentation processes) yang dapat untuk produksi sebagai bahan bakar fosil (amenable to fossil fuel production). Sumber lumpur Lusi lapisan dengan overpressure dan di bawah konsolidasi dan proses tektonik jangka panjang: 39

41 Sumber lumpur (source of mud) LUSI adalah salah satu lapisan-lapisan dengan tekanan berlebih dan di bawah konsolidasi (overpressured and underconsolitated layers). Dimana dihasilkan dari skala besar (result from large-scale) dan proses tektonik jangka panjang (long-term tectonic processes). Bukti terdapatnya gunung lumpur yang alami di Jawa Timur mendukung semburan Lusi adalah sistem alam: Bukti untuk gunung lumpur yang alami di wilayah ini telah dikenal secara baik (Evidence for natural mud volcanoes in the region is well-established). Sehingga dapat mendukung terhadap gagasan bahwa fenomena semburan Lusi adalah sistem alami (this is a natural system). H. Satyana (BP-MIGAS) 40

42 a). Hubungan jatuhya kerajaan Jawa Kuno dan semburan gunung lumpur Satyana menyajikan suatu kemungkinan hubungan antara jatuhnya kerajaan Jawa kuno dengan semburan gunung berapi didekatnya. b). Spekulasi didasarkan revelansi hubungan langsung dengan semburan Lusi Meskipun spekulasi yang menarik dalam dirinya sendiri, itu adalah spekulasi, dan satu-satunya relevansi langsung dengan semburan LUSI saat ini. c). Berkembangnya beberapa mud volcano purba di wilayah sekitarnya Sebagaimana bukti geologis dari mud volkanisme purba yang berkembang di dekatnya (neighboring geologic evidence of ancient mud volcanism). Dimana gunung lumpur yang besar berkembang di beberapa lokasi di wilayah tersebut (large mud volcanoes are ubiquitous in the region). d). Semburan terjadi secara spontan dengan analogi Lusi dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan pengeboran lokal: Aspek yang menarik dari sejarah ini adalah bahwa semburan terjadi secara spontan (tanpa pengeboran) (that historical eurptions occurred spontaneously). Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dianalogikan, bahwa LUSI akhirnya akan terjadi (LUSI would have ultimately happened) dengan atau tanpa bantuan dari pengeboran local with or without an assist from local drilling). e). Pemodelan secara Numerik dari Lusi menjadi bagian cukup mendasar: Panjang Umur Semburan Lusi Pemodelan secara numerik dari LUSI sampai saat ini masih cukup mendasar (Numerical modelling of LUSI to date is still fairly rudimentary), dengan banyak ruang untuk kemajuan dan kecanggihan dari model-model. I. Presentasi dua studi pemodelan oleh Davies et. al. dan Rudolph et. Al 41

43 Bertujuan untuk menilai dari sudut pandang probabilistik (aimed to assess from a probabilistic standpoint), terhadap berapa lama LUSI akan menyembur how long LUSI might erupt). a). Model Davies, USA. * Penerapan simulasi Monte-Carlo: Kedua model menggunakan teknik yang disebut simulasi Monte-Carlo (a technique called Monte-Carlo simulations). Dimana pada dasarnya ada hal ketidakpastian untuk menetapkan sifat material yang tidak diketahui (for assigning material properties to the unknowns), dibatasi dalam batas-batas yang wajar (constrained within reasonable limits). Jenis penelitian ini berguna untuk mendapatkan probabilitas, karena ribuan simulasi yang dilakukan dengan beberapa hasil yang lebih mungkin daripada yang lain. 42

44 * Panjang umur semburan Lusi 26 Tahun Mengasumsikan suatu model pengeringan dari sumber cairan bersumber dari batugamping Kujung (assumes a model of draining the Kujung limestone fluid source), yang mengalir melalui suatu pipa vertikal (vertical through a vertical pipe). Menggunakan volume yang diamati di permukaan,sebagai kriteria penolakan/penerimaan untuk termasuk hasil pemodelan ke dalam analisis statistik. Davies juga menyatakan menemukannya hal yang membingungkan bahwa kurang dari 400 simulasi dari model yang realisasi memenuhi kriteria penerimaan dari pencocokan volume ekstrusi. Hal ini menunjukkan bahwa model konseptual cacat (this indicates that the conceptual model is flawed), namun demikian, hasil penelitian ini memperkirakan bahwa sekitar 26 tahun adalah jawaban dengan probabilitas tertinggi. Davies mengatakan bahwa hal ini mungkin berlebihan (probably an overestimate), dan pengamatan masa depan akan membantu membatasi pemodelan untuk realisasi ke masa depan. b). Rudolph et. al. 43

45 * Mempresentasikan hasil dari model, dimana lumpur juga lolos melalui geometri sederhana (mud also escaped through the simplified geometry) dari pipa melingkar of a circular pipe). Tetapi aspek yang menarik dari pendekatan mereka adalah bahwa aspek hidro - mekanis dan persamaan H2O - CO2 - CH4 dari kondisi ini juga dimasukkan. Dalam model ini, sumber cairan eksternal (external fluid source) diperlukan untuk mendorong sistem, tetapi kegagalan geser dari batas antara lumpur cair dan lumpur padat (shear failure of the boundary between liquid mud and solid mud) telah dimasukkan untuk memungkinkan erosi mekanik dari daerah sumber (was included to allow mechanical erosion of the source region). Sehingga dengan demikian rongga berkembang (thus a growing cavity) yang mempengaruhi penurunan (that influence both subsidence), secara terus-menerus meningkatkan sumber lumpur dari lapisan (perpetually increasing source of mud from the layer). 44

EVALUSI DAN ANALISIS ISU AKTUAL DINAMIKA POSTUR DAN PERILAKU SEMBURAN LUSI MENUJU WHAT NEXT? LUSI 9 TAHUN (29 Mei )

EVALUSI DAN ANALISIS ISU AKTUAL DINAMIKA POSTUR DAN PERILAKU SEMBURAN LUSI MENUJU WHAT NEXT? LUSI 9 TAHUN (29 Mei ) 0 LUSI 9 TAHUN, 29 MEI 2006-2015 9 TAHUN TRAGEDI BENCANA GEMPABUMI YOGYAKARTA, TERPAUT 2 HARI DENGAN BENCANA MUD VOLCANO LUSI 4 TAHUN SIMPOSIUM INTERNASIONAL LUSI 25 MEI 2011 MENDEKATI "GOLDEN TIME 2015"!

Lebih terperinci

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 62

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 62 LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 62 BAGIAN 4 Mud Volcano atau Underground Blow Out? Gambar 34. Memperlihatkan Posisi Bab 2 yang mengangkat kontroversi pemicu Lupsi antara

Lebih terperinci

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir] III.1. Komponen Sistem Panasbumi Menurut Goff & Janik (2000) komponen sistem panasbumi yang lengkap terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CBM (Coal Bed Methane) atau Gas Metan Batubara pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu kandidat alternatif pemenuhan kebutuhan energi fosil, dimana reservoir-reservoir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur - 100 Bujur Timur. Provinsi Sumatera memiliki luas total sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Mouchet dan Mitchell (1989), menyatakan bahwa pada suatu formasi batuan di bawah permukaan terdapat berbagai jenis tekanan yang akan mempengaruhi operasi pengeboran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

Overpressure dan Geomekanik Daerah Deepwater pada Lapangan Verde, Selat Makassar Sarah Sausan (37322) BAB I PENDAHULUAN

Overpressure dan Geomekanik Daerah Deepwater pada Lapangan Verde, Selat Makassar Sarah Sausan (37322) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN II.1. Latar Belakang Penelitian Overpressure merupakan istilah untuk mendeskripsikan tekanan fluida dalam pori-pori batuan bawah permukaan (tekanan pori) yang lebih tinggi dari normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1. BAB II TINJAUAN GEOLOGI 2.1. Struktur Geologi Proses terjadinya sumber panas bumi di Indonesia merupakan hasil dari interaksi tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak

BAB I PENDAHULUAN. belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Jawa Timur bagian Utara merupakan salah satu cekungan busur belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak dan gas). Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi

Lebih terperinci

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal Sistem Hidrothermal Proses Hidrothermal Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hydrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile Geodinamika bumi 9. GEODINAMIKA Geodinamika adalah cabang ilmu geofisika yang menjelaskan mengenai dinamika bumi. Ilmu matematika, fisika dan kimia digunakan dalam geodinamika berguna untuk memahami arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daerah Penelitian Lapangan penelitian merupakan bagian dari daerah pengeboran laut Kompleks Terang Sirasun Batur (TSB), yang berada di bagian Barat dari daerah TSB pada Kangean

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deep water channel merupakan salah satu fasies di lingkungan laut dalam dengan karakteristik dari endapannya yang cenderung didominasi oleh sedimen berukuran kasar

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK

Lebih terperinci

PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA

PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA 0 SEPULUH TAHUN SEMBURAN LUSI PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA KATA KUNCI Semburan Lusi mud volcano telah berumur sepuluh tahun (29 Mei 2006-2016); Pelajaran berharga untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan aspek tektoniknya, Indonesia berada pada jalur tumbukan tiga lempeng besar dengan intensitas tumbukan yang cukup intensif. Tumbukan antar lempeng menyebabkan

Lebih terperinci

MENGUNJUNGI LOKASI KAWAH LUSI MUD VOLCANO PADA HUTNYA DAN TERDEKAT DENGAN TERBENTUKNYA PUNGGUNGAN OKSIGEN

MENGUNJUNGI LOKASI KAWAH LUSI MUD VOLCANO PADA HUTNYA DAN TERDEKAT DENGAN TERBENTUKNYA PUNGGUNGAN OKSIGEN MENGUNJUNGI LOKASI KAWAH LUSI MUD VOLCANO PADA HUTNYA DAN TERDEKAT DENGAN TERBENTUKNYA PUNGGUNGAN OKSIGEN 29 mei 2013, 7 Tahun Lusi: Dinamika Postur dan Perilaku Semburan Lusi di utara Dome P25, selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sribudiyani (2003), menyatakan Cekungan Jawa Timur Utara sudah sejak lama diketahui sebagai salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kawasan Barat Indonesia.

Lebih terperinci

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik Created By: ASRAWAN TENRIANGKA ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N 1. JENIS LEMPENG Berdasarkan jenis bahan batuan pembentuknya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang Lapangan panas bumi Kamojang terletak 42 km arah tenggara kota Bandung, Jawa Barat. Lapangan ini membentang pada deretan pegunungan

Lebih terperinci

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Totok Gunawan (2004) geografi pada dasarnya merupakan kajian mengenai geosfera serta komponen-komponennya secara terpadu, holistik dan sistematis dalam konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.

Lebih terperinci

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 45

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 45 LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 45 BAGIAN 3 Kisah Drama Si Lusi Gambar 27. Alur pikir dan Kata Kunci Drama Si Lusi (Diringkas dari Basuki 2008). Drama Si Lupsi merupakan

Lebih terperinci

TEORI LEMPENG TEKTONIK

TEORI LEMPENG TEKTONIK TEORI LEMPENG TEKTONIK ABSTRAK Teori tektonik lempeng merupakan teori yang sangat penting untuk dipelajari, karena teori ini mampu menjelaskan teka-teki geologi yang sebelumnya masih menjadi perdebatan

Lebih terperinci

MODEL KAVITASI IRRADIASI GELOMBANG ULTRASONIK PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAKTANAMAN MENJADI BIODIESEL

MODEL KAVITASI IRRADIASI GELOMBANG ULTRASONIK PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAKTANAMAN MENJADI BIODIESEL BIDANG ILMU ENERGI LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL TAHUN II MODEL KAVITASI IRRADIASI GELOMBANG ULTRASONIK PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAKTANAMAN MENJADI BIODIESEL Oleh: Dr.Ir. BAMBANG SUSILO, M.Sc.Agr

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhtumbuhan (komposisi utamanya karbon, hidrogen, dan oksigen), berwarna coklat sampai hitam, sejak

Lebih terperinci

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik

Lebih terperinci

SEPULUH TAHUN DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI

SEPULUH TAHUN DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI 0 SEPULUH TAHUN DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI Kemajuan, Tantangan, dan Perspektif ke Depan Gambar 1: (Atas) foto lapangan perbandingan semburan Lusi saat kelahirannya (2006) dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN IV.1 Model Geologi Model geologi daerah penelitian dibuat berdasarkan data sumur, peta geologi permukaan terdahulu, dan kegempaan mikro. Untuk data lithologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy Indonesia yang secara umum terletak di wilayah South Mahakam, sebelah tenggara dan selatan dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori 1 BAB I PENDAHALUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari lapangan-lapangan baru yang dapat berpotensi menghasilkan minyak dan atau

Lebih terperinci

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION MAGMA GENERATION Bab III : AND SEGREGATION VOLCANIC SYSTEM Parfitt, 2008 Chapter 3 : Magma Generation and Segregation MEKANISME PELELEHAN MAGMA Temperatur di mana pelelehan pertama dimulai pada batuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses sedimentasi merupakan suatu proses yang pasti terjadi di setiap daerah aliran sungai (DAS). Sedimentasi terjadi karena adanya pengendapan material hasil erosi

Lebih terperinci

II. GEOLOGI REGIONAL

II. GEOLOGI REGIONAL 5 II. GEOLOGI REGIONAL A. Struktur Regional dan Tektonik Cekungan Jawa Timur Lapangan KHARIZMA berada di lepas pantai bagian selatan pulau Madura. Lapangan ini termasuk ke dalam Cekungan Jawa Timur. Gambar

Lebih terperinci

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty,

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty, Pengertian Dinamika Geologi Dinamika Geologi Dinamika Geologi merupakan semua perubahan geologi yang terus-menerus terjadi di bumi, baik karena proses eksogen maupun proses endogen. Ribka F. Asokawaty

Lebih terperinci

GAS BIOGENIK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAGI MASYARAKAT DAERAH TERPENCIL DI WILAYAH PESISIR SISTEM DELTA SUNGAI BESAR INDONESIA.

GAS BIOGENIK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAGI MASYARAKAT DAERAH TERPENCIL DI WILAYAH PESISIR SISTEM DELTA SUNGAI BESAR INDONESIA. GAS BIOGENIK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAGI MASYARAKAT DAERAH TERPENCIL DI WILAYAH PESISIR SISTEM DELTA SUNGAI BESAR INDONESIA Hananto Kurnio Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan hkurnio@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Cekungan Jawa Barat Utara merupakan cekungan sedimen Tersier yang terletak tepat di bagian barat laut Pulau Jawa (Gambar 2.1). Cekungan ini memiliki penyebaran dari wilayah daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Platform Musi terletak di Sub-Sub Cekungan Palembang Selatan, merupakan bagian dari Cekungan Sumatra Selatan. Cekungan Sumatra Selatan diketahui sebagai salah satu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU M. Imron Rosyid *), Siti Zulaikah **), Samsul Hidayat **) E-mail: imronpoenya@yahoo.com

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Gambaran Umum Daerah penelitian secara regional terletak di Cekungan Sumatra Selatan. Cekungan ini dibatasi Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan Untuk merealisasikan perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani oleh direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dengan

Lebih terperinci

Potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di. Panas Bumi dan Teknologi BAB IV. Reservoir. 4.1 Reservoir Panas Bumi

Potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di. Panas Bumi dan Teknologi BAB IV. Reservoir. 4.1 Reservoir Panas Bumi BAB IV Reservoir Panas Bumi dan Teknologi Potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Sayangnya, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu kendalanya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation dan kick sering terjadi saat pemboran dilakukan oleh PT. Pertamina EP Asset 3 di Lapangan MRFP

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGERTIAN TANAH Apa itu tanah? Material yang terdiri dari

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT Oleh : Edy Purwoto, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi yang cukup besar, baik dari jumlah minyak dan gas yang telah diproduksi maupun dari perkiraan perhitungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''- 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Penelitian Tempat penelitian secara administratif terletak di Gunung Rajabasa, Kalianda, Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Jawa Timur merupakan salah satu cekungan minyak yang produktif di Indonesia. Dari berbagai penelitian sebelumnya, diketahui melalui studi geokimia minyak

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013

KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013 KEBENCANAAN LUSI MUD VOLCANO 2013 IMPLIKASI DAN PERSPEKTIF KE DEPAN Dikontribusikan oleh: Hardi Prasetyo Oktober 2013 1. Kondisi Saat Ini dan Permasalahan 1.1 Umum 1.2 Potret Kebencanaan Lusi Saat Ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN 6. 1 Hilang Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas bumi disuatu daerah diperlukan perhitungan kehilangan panas alamiah. Hal ini perlu dilakukan

Lebih terperinci

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk menafsirkan perkembangan cekungan. Perlu diingat bahwa

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan

Lebih terperinci

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan Assesment/ sistem penilaian KONTRAK KERJA/KULIAH 1. Mahasiswa harus hadir minimal 75 % kuliah 2. Hadir tepat waktu, tidak boleh terlambat dari jadwal yang telah

Lebih terperinci

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 107

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 107 LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 107 BAGIAN 7 Nilai Ekonomi Lumpur Sidoarjo Umum Gambar 57. Ilustrasi memperlihatkan pemanfaatan lusi ke depan, dengan fokus Lupsi dimanfaatkan

Lebih terperinci

Bab III Gas Metana Batubara

Bab III Gas Metana Batubara BAB III GAS METANA BATUBARA 3.1. Gas Metana Batubara Gas metana batubara adalah gas metana (CH 4 ) yang terbentuk secara alami pada lapisan batubara sebagai hasil dari proses kimia dan fisika yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOLOGI REGIONAL Cekungan Jawa Barat Utara yang terletak di sebelah baratlaut Pulau Jawa secara geografis merupakan salah satu Cekungan Busur Belakang (Back-Arc Basin) yang

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat lebih dari 1800 gunung lumpur yang tersebar di dunia (Dimitrov, 2002). Mayoritas distribusi dari gunung lumpur terdapat di benua Asia, Eropa, dan Amerika.

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI 9 KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI BI2001 Pengetahuan Lingkungan Proses geologi Sumberdaya mineral & dampak penggunaannya Energi tak terbarukan Efisiensi energi & energi terbarukan Solusi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9 ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT Arif Fatahillah 9 fatahillah767@gmail.com Abstrak. Pasir merupakan salah satu material yang sangat berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan perekonomian secara global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi pada suatu negara. Salah satunya adalah nilai tukar uang yang tidak stabil, hal tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lintasan Dan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam cakupan peta 1212 terdiri dari 44 lintasan yang terbentang sepanjang 2290 km, seperti yang terlihat pada peta

Lebih terperinci

GEOFISIKA GEOFISIKA

GEOFISIKA GEOFISIKA Tujuan GEOFISIKA Memperkenalkan GEOFISIKA sebagai salah satu elemen / aspek dalam Ilmu Kebumian, dan perannya dalam dalam Teknologi Sumber Daya Bumi pemahaman fenomena alam mitigasi bencana kebumian Dr.

Lebih terperinci

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN TIMBUNAN

PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER A SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN TIMBUNAN PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN TIMBUNAN RINGKASAN PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN

Lebih terperinci

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara I N. Astawa, I W. Lugra dan M. Wijayanegara Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan no. 236, Bandung 40174

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi

Lebih terperinci

PERUBAHAN MENDASAR POSTUR LUSI UTARA (P68-P69), 13 JANUARI 2013

PERUBAHAN MENDASAR POSTUR LUSI UTARA (P68-P69), 13 JANUARI 2013 PERUBAHAN MENDASAR POSTUR LUSI UTARA (P68-P69), 13 JANUARI 2013 DEFORMASI TERJADI DENGAN INTENSITAS DAN KEUNIKAN LUAR BIASA, NAMUN KARENA TEMPATNYA YANG CUKUP REMOTE (TERPENCIL) TIDAK BANYAK DIKETAHUI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas bumi terbesar (p otensi cadangan dan potensi diketahui), dimana paling tidak terdapat 62 lapangan

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG Edy Purwoto, Yuanno Rezky, Robertus S.L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisa Data Litologi dan Stratigrafi Pada sumur Terbanggi 001, data litologi (Tabel 4.1) dan stratigrafi (Tabel 4.2) yang digunakan untuk melakukan pemodelan diperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSEMBAHAN...iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv KATA PENGANTAR...vi SARI...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xv BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang dioperasikan oleh Atlantic Richfield Bali North Inc (ARCO),

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis.

PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN. Tesis. PENGEMBANGAN KURVA t-z PADA TANAH PASIRAN BERDASARKAN HASIL UJI GESER LANGSUNG DENGAN APLIKASI PADA PONDASI BOR BER-INSTRUMEN Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Magister

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT

KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT KONTROL STRUKTUR TERHADAP PENYEBARAN BATUAN VOLKANIK KUARTER DAN GUNUNGAPI AKTIF DI JAWA BARAT Edy Sunardi Laboratorium Sedimentologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi Rembang yang ditunjukan oleh Gambar 2. Gambar 2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi

Lebih terperinci