KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Project Management Unit (PMU), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Project Management Unit (PMU), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum."

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT (JUFMP / JEDIP) JAKARTA 2009

2 KATA PENGANTAR Pemerintah Indonesia telah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia untuk membiayai pekerjaan pengerukan dan perbaikan sebagian besar bagian dari sistem drainase yang ada di Jakarta. Salah satu proyek yang diusulkan adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative-JEDI yang termasuk dalam Proyek Mitigasi Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigation Project-JUFMP) yang bertujuan untuk mengurangi timbunan endapan di saluran pengendali banjir. Endapan tersebut dapat mengurangi kapasitas tampung menjadi setengah kali dari kapasitas desain. Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metodemetode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek. Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah: 1. Banjir Kanal Cengkareng Drain; 2. Saluran Drainase Ciliwung - Gunung Sahari; 3. Saluran Drainase Sentiong Sunter; 4. Banjir Kanal Sunter; dan 5. Waduk Melati. Mengingat kegiatan pengerukan ini akan berdampak positif maupun negatif penting terhadap komponen lingkungan hidup Fisik Kimia, Hayati, Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat, maka sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang ada, sejak dini perlu dilakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, serta Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pengerukan Saluran dan Waduk di DKI Jakarta Fase I (dalam rangka JUFMP/JEDIP) yang telah ditetapkan oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakata, sesuai dengan Surat Keputusan No. 48/KA/ tertanggal 9 November Atas bantuan, masukan dan saran serta koreksi dari semua pihak terutama Tim Teknis dan Komisi Amdal Provinsi DKI Jakarta, sehingga Dokumen ANDAL ini dapat tersusun kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Desember 2009 Project Management Unit (PMU), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ i ]

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL. iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR PETA.. vi DAFTAR LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN...I LATAR BELAKANG...I TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN...I Tujuan...I Manfaat Kegiatan...I PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT...I-4 BAB II RENCANA KEGIATAN... II INDENTITAS PEMRAKARSA KEGIATAN DAN PENYUSUN ANDAL... II Pemrakarsa Kegiatan... II Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan... II Indentitas Penyusun Studi Amdal... II URAIAN RENCANA KEGIATAN... II Lokasi Kegiatan... II Tahapan Kegiatan... II Tahap Pra Operasi... II Tahap Operasi... II Tahap Pasca Operasi... II ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL... II KEGIATAN LAIN DI SEKITAR PROYEK... II-19 BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL...III KOMPONEN TATA RUANG... III Sistem Pengembangan Pengendalian Banjir di Provinsi DKI Jakarta... III Sistem Pengembangan Pengendalian Banjir di Wilayah Kota Administrasi... III Sungai dan Sistem Drainase Utama... III Umum... III Sistem Sungai... III Bangunan-bangunan Pelengkap.... III Drainase Utama... III Bangunan Pelengkap... III Waduk... III-11 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ ii ]

4 Kawasan Drainase Internal... III KOMPONEN GEOFISIK KIMIA... III Iklim... III Curah Hujan... III Temperatur Udara... III Penyinaran Matahari... III Arah dan Kecepatan Angin... III Kualitas Udara dan Kebauan... III Kualitas Udara Ambien... III Kebauan... III Kebisingan... III Topografi... III Formasi Geologis dan Tanah... III Kualitas Air Permukaan... III Kualitas Sedimen... III KOMPONEN HAYATI... III Biota Darat... III Flora Darat... III KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA... III Gambaran Umum Responden... III Demografi... III Jumlah Penduduk & Tingkat Kepadatan... III Pendidikan... III Agama dan Tempat Beribadah... III Sosial Ekonomi... III Mata Pencaharian... III Pendapatan dan Pengeluaran Responden... III Sosial Budaya... III Budaya... III Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pengerukan Sungai... III Persepsi Masyarakat terhadap Sungai dan Banjir... III Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Rencana Pengerukan Sungai... III Aspirasi dan Harapan Masyarakat terhadap Rencana Pengerukan Sungai... III Transportasi... III KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT... III Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat... III-44 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ iii ]

5 Pola Penyakit... III Kesehatan Lingkungan... III Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat... III Pola Penyakit... III Kesehatan Lingkungan... III Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara... III Pola Penyakit... III Kesehatan Lingkungan... III-54 BAB IV RUANG LINGKUP STUDI...IV DAMPAK PENTING YANG DITELAAH...IV Proses Pelingkupan...IV Identifikasi Dampak Potensial...IV Evaluasi Dampak Potensial...IV Prioritas Dampak Penting hipotetik...iv Hasil Proses Pelingkupan...IV BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN...IV Lingkup Batas Wilayah Studi...IV Batas Proyek...IV Batas Ekologis...IV Batas Sosial...IV Batas Administratif...IV Batas Waktu Kajian...IV-15 BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING... V IDENTIFIKASI DAMPAK... V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING... V Tahap Pra Operasi... V Perencanaan Teknis... V Sosialisasi Proyek/Amdal... V Tahap Operasi... V Rekrutmen/Mobilisasi Tenaga Kerja... V Mobilisasi Bahan dan Alat... V Pengaturan Transportasi/Lalu Lintas... V Pengerukan... V Pemisahan/penumpukan dan Pengeringan Material Keruk... V Pengangkutan Material Keruk dan Sampah... V Tahap Pasca Operasi... V Pemeliharaan Pengerukan (Maintenance Dredging)... V-16 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ iv ]

6 BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING...VI TELAHAAN TERHADAP DAMPAK PENTING...VI Tahap Pra Operasi...VI Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan...VI Tahap Operasi...VI Dampak Terhadap Fisik Kimia...VI Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan...VI Tahap Pasca Operasi...VI Dampak Terhadap Fisik Kimia...VI Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan...VI DASAR PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN...VI Tujuan Dasar Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)...VI Pendekatan Penyusunan Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan...VI DASAR RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)...VI Tujuan Dasar Rencana Pemantauan Lingkungan...VI Instansi Pemantauan Lingkungan...VI-13 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ v ]

7 DAFTAR TABEL Tabel I-1 Tabel II-1 Tabel II-2 Tabel II-3 Tabel II-4 Tabel II-5 Tabel II-6 Tabel II-7 Tabel III-1 Tabel III-2 Tabel III-3 Tabel III-4 Tabel III-5 Tabel III-6 Tabel III-7 Tabel III-8 Tabel III-9 Tabel III-10 Tabel III-11 Tabel III-12 Tabel III-13 Tabel III-14 Tabel III-15 Tabel III-16 Tabel III-17 Tabel III-18 Tabel III-19 Tabel III-20 Tabel III-21 Tabel III-22 Tabel III-23 Daftar Perundang-undangan yang Terkait...I-4 Tenaga Ahli Penyusun Studi AMDAL... II-2 Jumlah dan Nama Jembatan yang Melintasi masing-masing LokasiKegiatan Pengerukan... II-3 Batas-Batas Administrasi dari Lokasi Kegiatan... II-6 Karakteristik Lokasi Pengerukan... II-7 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan... II-14 Jenis-jenis Peralatan yang Akan Digunakan di setiap Lokasi Pengerukan... II-14 Metode Pengerukan Per Lokasi... II-15 Sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta Di bawah tanggung jawab Pemerintah Pusat... III-8 Pintu Air, Sipon dan Jaringan (PIPWS-CC)... III-10 Saluran Utama dibawah Pengawasan Pemda DKI... III-10 Bangunan pelengkap pada Sistem Drainase... III-11 Waduk/Stasiun Pompa (DKI)... III-11 Curah Hujan di Wilayah Studi Periode III-12 Data Temperatur Udara Bulanan ( o C) Periode III-13 Data Rata-rata Penyinaran Matahari Bulanan di Wilayah DKI Jakarta Periode III-13 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata bulanan (Knot) Stasiun Tanjung Priok, Periode III-14 Analisis Kualitas Udara... III-15 Hasil Analisis Tingkat Kebauan di Lokasi Studi... III-16 Hasil Pengukuran Kebisingan di Lokasi Studi... III-17 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Waduk Melati... III-19 Gambar Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Cengkareng Drain... III-20 Hasil Analisis kualitas air di Lokasi Sungai Ciliwung-Gunung Sahari... III-21 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Sungai Sunter... III-22 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Sungai Sentiong-Sunter... III-23 Karakteristik Sedimen... III-26 Hasil Analisis Kandungan Logam Berat dalam Sedimen... III-27 Hasil Analisis TCLP Logam dan Anorganik... III-28 Hasil Analisis TCLP Organik... III-29 Distribusi Responden per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan S ungai dan Waduk di DKI Jakarta dalam JUFMP/JEDIP Fase 1... III-31 Jumlah Penduduk per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1... III-32 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ vi ]

8 Tabel III-24 Tabel III-25 Tabel III-26 Tabel III-27 Tabel III-28 Tabel III-29 Tabel III-30 Tabel III-31 Fasiltas Pendidikan per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1... III-34 Fasilitas Tempat Beribadah per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1... III-35 Bidang pekerjaan (mata pencaharian) Kepala Keluarga per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1... III-37 Pekerjaan Responden... III-39 Rata-rata Pendapatan Usaha Keluarga/Bulan... III-39 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah-tidaknya Terkena Banjir... III-40 Persepsi Responden terhadap Dampak Negatif Pengerukan Sungai... III-41 Hasil Perhitungan v/c Rasio Transportasi di Sekitar Lokasi Kegiatan... III-44 Tabel III-32 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun III-44 Tabel III-33 Tabel III-34 Tabel III-35 Tabel III-36 Tabel III-37 Tabel III-38 Tabel III-39 Tabel III-40 Tabel III-41 Tabel III-42 Tabel III-43 Tabel III-44 Tabel III-45 Tabel III-46 Tabel III-47 Tabel III-48 Tabel III-49 Tabel III-50 Tabel III-51 Keluhan Masyarakat Di Wilayah Studi Jakarta Barat Tahun III-45 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun III-46 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut Kecamtan Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun III-46 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat... III-47 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun III-47 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat... III-47 Perlakuan terhadap Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat... III-48 Tempat Pembuangan Sampah di Wilayah Studi Jakarta Barat... III-48 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes aegypti, Menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun III-48 Keadaan Jentik Aedes aegypti di Sekitar Rumah di Wilayah Studi Jakarta Barat... III-49 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Tanah Abang Jakarta Pusat, Tahun III-49 Keluhan Responden di Wilayah Studi Jakarta Pusat tahun III-50 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kecamatan,Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun III-50 Kebiasaan Cuci Tangan dengan Sabun Sesudah Buang Air Besar... III-51 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Pusat tahun III-51 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat tahun III-51 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun III-52 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat... III-52 Perlakuan terhadap Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat... III-52 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ vii ]

9 Tabel III-52 Tabel III-53 Tabel III-54 Tabel III-55 Tabel III-56 Tabel III-57 Tabel III-58 Tabel III-59 Tabel IV-1 Tabel IV-2 Tabel IV-3 Tabel IV-4 Tabel V-1 Pembuangan Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat... III-53 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes aegypti Menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun III-53 Keberadaan jentik Aedes aegypti di Wilayah Studi Jakarta Pusat... III-53 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun III-54 Keluhan Masyarakat di Wilayah StudiJakarta Utara Tahun III-54 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Puskesmas, Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun III-55 Kebiasaan Cuci Tangan dengan Sabun Sesudah Buang Air Besar Di Wilayah Studi Jakarta Utara... III-55 Keberadaan jentik Aedes aegypti di wilayah Studi Jakarta Utara... III-56 Matriks Identifikasi Dampak Potensial antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan Tahap Pra Operasi, Operasi dan Pasca Operasi...IV-6 Matriks EvaluasiDampak Penting Hipotetik antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan Tahap Pra Operasi, Operasi dan Pasca Operasi...IV-10 Urutan Prioritas Dampak Penting Hipotetik...IV-11 Jumlah Kelurahan dan Kecamatan yang termasuk Wilayah Studi...IV-15 Matriks Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk JEDI Fase 1... V-17 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ viii ]

10 DAFTAR GAMBAR Gambar II-1 Gambar II-2 Gambar II-3 Gambar III-1 Gambar III-2 Salah Satu Jenis Alat Pengerukan Backhoe (mechanical) Dredge... II-5 Alat Keruk Model Crane-Mounted Clamshell Bucket... II-5 Salah Satu Bentuk Alat Pengerukan dengan Sistem Hidrolik (Portable cutterhead hydraulic pipeline dredge) (sumber: Dredging Supply Company Inc.)... II-6 Daerah Aliran Sungai yang Terdapat di DKI Jakarta... III-3 Diagram Pembagian Kewenangan Kelembagaan untuk Sungai-sungai, Drainase dan Muaranya di DKI Jakarta... III-8 Gambar IV-1 Tahapan Proses Pelingkupan...IV-1 Gambar IV-2 Diagram Proses Pelingkupan (Focusing) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta...IV-12 Gambar VI-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk JEDI Fase 1...VI-15 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ ix ]

11 DAFTAR PETA Peta I-1 Peta II-1 Peta II-2 Peta II-3 Peta II-4 Peta II-5 Peta III-1 Peta III-2 Lokasi Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta dalam Rangka Program JEDI Fase 1...I-8 Lokasi Kegiatan Pengerukan Banjir Kanal Cengkareng Drain... II-8 Lokasi Kegiatan Pengerukan Saluran Drainase Ciliwung Gn. Sahari... II-9 Lokasi Kegiatan Pengerukan Saluran Drainase Sentiong - Sunter... II-10 Lokasi Kegiatan Pengerukan Banjir Kanal Sunter (Bagian Hilir)... II-11 Lokasi Kegiatan Pengerukan Waduk Melati... II-12 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Banjir Kanal Cengkareng Drain... III-57 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Saluran Drainase Ciliwung Gn. Sahari... III-58 Peta III-3 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Saluran Drainase Sentiong - Sunter... III-59 Peta III-4 Peta III-5 Peta IV-1 Peta IV-2 Peta IV-3 Peta IV-4 Peta IV-5 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Banjir Kanal Sunter (Bagian Hilir)... III-60 Lokasi Pengambilan Sampel di Lokasi Waduk Melati... III-61 Batas Wilayah Studi di Lokasi Banjir Kanal Cengkareng Drain...IV-16 Batas Wilayah Studi di Lokasi Saluran Drainase Ciliwung Gn. Sahari...IV-17 Batas Wilayah Studi di Lokasi Saluran Drainase Sentiong - Sunter...IV-18 Batas Wilayah Studi di Lokasi Banjir Kanal Sunter (Bagian Hilir...IV-19 Batas Wilayah Studi di Lokasi Waduk Melati...IV-20 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ x ]

12 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SURAT REKOMENDASI DOKUMEN KERANGKA ACUAN ANDAL (KA- ANDAL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA JUFMP/JEDIP FASE 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAPORAN HASIL SOSIALISASI AMDAL DALAM RANGKA KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA JUFMP/JEDIP FASE 1 HASIL ANALISIS LABORATORIUM Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ xi ]

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah DKI Jakarta merupakan pusat politik dan ekonomi Indonesia, dengan populasi melebihi 24 juta. Wilayah Kota Jakarta sendiri berpenduduk sekitar 9 juta merupakan Daerah Khusus Ibukota (DKI). DKI terletak di delta Sungai Ciliwung dan sekitar 40% dari wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Setiap tahun, sebagian besar bagian kota mengalami banjir di musim hujan, umumnya dari bulan November hingga bulan April. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh banjir di Ibu Kota telah menjadi isu Nasional akibat kerugian keuangan yang besar dan berdampak pada masyarakat di wilayah Jakarta. Dalam rangka mengurangi besarnya kerugian dan kerusakan akibat banjir, Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi serangkaian saluran pengendali banjir, saluran pembuangan dan waduk yang memerlukan perbaikan dalam waktu yang mendesak. Rehabilitasi bangunan ini akan mengurangi risiko banjir dan membawa manfaat langsung terhadap lebih dari satu juta orang yang tinggal dan bekerja di daerah-daerah rawan banjir. Pemerintah Indonesia telah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia untuk membiayai pekerjaan pengerukan dan perbaikan sebagian besar bagian dari sistem drainase yang ada di Jakarta. Salah satu proyek yang diusulkan adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative-JEDI yang termasuk dalam Proyek Mitigasi Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigation Project-JUFMP) yang bertujuan untuk mengurangi timbunan endapan di saluran pengendali banjir. Endapan tersebut dapat mengurangi kapasitas tampung menjadi setengah kali dari kapasitas desain. Salah satu kegiatan di dalam proyek JEDI adalah pekerjaan pengerukan ke 16 struktur drainase. Pemrakarsa proyek ini adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Departemen Pekerjaan Umum serta Pemerintah Jakarta (DKI), dengan tanggung jawab untuk: 1. Tiga saluran drainase nasional di bawah kewenangan Ditjen Cipta Karya: (i) Tanjungan, (ii) Angke Hilir, dan (iii) Cideng-Thamrin. 2. Tiga banjir kanal di bawah kewenanganan Ditjen SDA: (i) Cengkareng Drain, (ii) Banjir Kanal Barat; dan (iii) Sunter. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-1 ]

14 3. Lima saluran drainase (DPU DKI): (i) Ciliwung-Gunung Sahari, (ii) Sentiong-Sunter, (iii) Grogol-Sekretaris, (iv) Pakin-Kali Besar-Jelakeng, dan (v) Krukut-Cideng. 4. Lima waduk (DPU DKI): (i) Waduk Pluit, (ii) Waduk Sunter Utara, (iii) Waduk Sunter Selatan, (iv) Waduk Sunter Timur III, dan (v) Waduk Melati Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metodemetode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir. Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah (Peta I-1) adalah: 1. Banjir Kanal Cengkareng Drain; 2. Saluran Drainase Ciliwung - Gunung Sahari; 3. Saluran Drainase Sentiong Sunter; 4. Banjir Kanal Sunter; dan 5. Waduk Melati. Mengingat kegiatan pengerukan ini akan dapat berdampak positif maupun negatif penting terhadap komponen lingkungan hidup baik Fisik Kimia, Hayati, Sosial Ekonomi Budaya maupun Kesehatan Masyarakat, maka sejak dini perlu dilakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Penyusunan Dokumen AMDAL sebelumnya mengikuti persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya Pasal 15 untuk Penilaian Dampak Lingkungan (AMDAL di Indonesia), kebutuhan untuk setiap kegiatan atau proyek dengan potensi dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup. Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Selain itu, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Saat penyusunan studi berlangsung Undang-Undang No. 23 tahun 1997 telah diganti dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya Pasal Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-2 ]

15 22 sampai dengan Pasal 32. Namun peraturan-peraturan dibawahnya yang merupakan penjabaran dari UU No. 32 tahun 2009 belum ada, sehingga masih menggunakan peraturan-peraturan yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 23 tahun Berkaitan dengan pekerjaan pengerukan, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 11 tahun 2006 menentukan bahwa setiap kegiatan pemeliharaan pengerukan di kota akan memerlukan AMDAL jika mengeruk melebihi volume m 3. Persyaratan ini sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 2863 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL di Provinsi DKI Jakarta. Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap pengerukan dengan volume lebih dari m 3 harus memiliki Dokumen AMDAL. Sedangkan total volume pengerukan proyek JEDI Fase 1 sebesar m 3. Proses penyusunan dokumen AMDAL dilakukan berdasarkan petunjuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, serta Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pengerukan Saluran dan Waduk di DKI Jakarta Fase I (dalam rangka JUFMP/JEDIP) yang telah ditetapkan oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakata,sesuai dengan Surat Keputusan No. 48/KA/ tertanggal 9 November Pada saat ANDAL ini disusun kegiatan proyek belum dimulai. 1.2 TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN Tujuan Tujuan dari proyek adalah untuk: (i) mengatasi dampak banjir tahunan di DKI melalui prioritas perbaikan dan pengerukan yang ada di saluran pengendali banjir, saluran dan waduk pembuangan, dan (ii) memberikan keahlian teknis melalui pelatihan kerja untuk memperkuat kapasitas kemampuan DKI dan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) untuk mengoperasikan dan memelihara sistem pengendalian banjir sesuai dengan standar internasional. Kegiatan pengerukan Fase 1 ditujukan untuk memulai pelaksanaan proyek, dan memungkinkan untuk menguji konsep rekayasa untuk pengerukan endapan, pengangkutan dan pembuangan, serta untuk memantau dan mengelola dampak lingkungan yang mungkin terjadi Manfaat Kegiatan Manfaat utama dari kegiatan pengerukan Fase 1 adalah untuk mengurangi besaran kerugian dari banjir tahunan di beberapa wilayah yang paling padat Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-3 ]

16 di bagian Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Manfaat lainnya adalah perbaikan keseluruhan fungsi sistem drainase. 1.3 PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) ini seperti tercantum dalam Tabel I-1 Daftar Perundang-undangan yang Terkait di bawah ini. Tabel I-1 Daftar Perundang-undangan yang Terkait Peraturan Undang Undang Undang Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043) Undang Undang No. 51 prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya (Lembaran Negara tahun 1960 No. 158 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106) Undang Undang No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak hak atas Tanah dan Benda benda yang ada di Atasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1961 No 283, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324) Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419) Undang undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647) Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377) Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125) Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran negara Republik Indonesia nomor 68, Tahun 2007) Undang Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemeritah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) Undang Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No 61, Tambahan Penjelasan Penggunaan lahan kegiatan pengerukan mengacu pada peraturan ini. Berkenaan dengan penggunaan/ bantaran sungai/saluran drainase sebagai rumah rumah liar dapat mengacu pada peraturan ini. Berkenaan dengan kepemilikan bantaran sungai/saluran drainase yang di atasnya didirikan bangunan bangunan dapat mengacu pada peraturan ini. Pemrakarsa kegiatan perlu untuk mengacu pada peraturan ini ketika berurusan dengan konservasi dan ekosistem sumber daya alam di sekitar sungai. Kegiatan proyek akan mengacu peraturan ini berkaitan dengan pengelolaan wilayah perairan Semua kegiatan pengerukan yang akan mempengaruhi sumber daya air harus sesuai dengan peraturan ini. Kegiatan pengerukan harus memperhatikan peraturan ini terutama dalam hal kebijakan dalam pemerintahan daerah tentang pembangunan regional Lokasi kegiatan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ada. Berhubungan dengan penyediaan infrastruktur kota Jakarta sebagai ibukota Negara termasuk saluran sistem drainasenya. Berkenaan dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah dan hak dan kewajiban masyarakat umum untuk Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-4 ]

17 Peraturan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 4846) Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025 Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 31, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3815) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2009 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 32, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3816) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 59, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3838) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 86, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No 3853) Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 190, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3910) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2001 No. 153, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 4161) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembar Negara No. 45 tahun 2004, Tambahan Lembar Negara No. 4385) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, Tentang Rencana Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833 Penjelasan memberikan, memperoleh dan menggunakan informasi. Sebagai acuan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah yang ditimbulkan dari kegiatan proyek Kegiatan mobilisasi peralatan pengerukan dan kegiatan pengakutan material keruk ke lokasi penimbunan akan mengacu pada peraturan ini. Kegiatan yang akan dilakukan harus mengikuti peraturan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Peraturan ini berhubungan dengan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan kegiatan ini. Peraturan ini berhubungan dalam kegiatan pengelolaan pencemaran dan kerusakan laut Kegiatan yang menimbulkan dampak harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan harus dilaksanakan terhadap dampak dampak yang disebabkan oleh kegiatan kegiatan proyek. Peraturan peraturan ini berhubungan dengan pengendalian emisi dan polutan yang dihasilkan kegiatan pengerukan sungai dan pengangkutan material keruk. Material keruk dari hasil pengerukan yang dikategorikan sebagai limbah B3 akan mengikuti peraturan ini. Kegiatan memiliki potensi dampak terhadap kualitas air; sehingga harus memenuhi baku mutu kualitas air yang telah ditentukan di dalam peraturan ini. Penggunaan lahan untuk kegiatan proyek akan mengikuti peraturan ini Sebagai acuan kewenangan pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Lokasi kegiatan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ada. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-5 ]

18 Peraturan Penjelasan Keputusan/Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kebisingan harus dikelola dan dipantau untuk KEP 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat memenuhi baku mutu kebisingan yang berlaku. Kebisingan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 45/MENLH/II/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber Sumber Air. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 tahun1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air Keputusan Menteri Perhubungan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan Keputusan Kepala Bapedal Keputusan Kepala BAPEDAL No. 056/BAPEDAL/03/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP Tingkat kebauan harus dikelola dan dipantau untuk memenuhi baku mutu tingkat kebauan yang berlaku. Polusi udara harus dikelola dan dipantau. Hasil pemantauan harus diklasifikasikan berdasarkan Indeks Pencemar Udara. Pembuangan limbah ke laut akan disesuaikan dengan baku mutu air laut. Pelaksanaan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL RPL) dilaporkan secara berkala megikuti petunjuk yang tertera di peraturan ini Peraturan ini, menggantikan peraturan sebelumnya yaitu keputusan No. 09 Tahun 2000, tentang pedoman dalam penyusunan dokumen KA, ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif. Kegiatan pengerukan sungai dalam rangka program JEDI dipertimbangkan menyebab kan dampak penting terhadap lingkungan, sehingga harus menyiapkan dokumen AMDAL sesuai dengan peraturan ini. Dokumen AMDAL harus dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL sesuai tata kerja yang berlaku. Pengendalian dan pemantauan kualitas air dari kegiatan proyek mengacu pada peraturan ini Mengingat areal yang dilalui sungai sungai, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan peraturan ini. Pemanfaatan sungai yang ada disekitar harus memperhatikan peraturan ini. Air bersih yang digunakan oleh kegiatan untuk kebutuhan sehari hari pekerja harus dipantau untuk memenuhi baku mutu yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan ini. Aktivitas proyek yang akan memobilisasi alat alat berat dan pengangkutan material keruk dengan menggunakan jalan umum, implementasinya akan merujuk pada peraturan ini. Skala ukuran dampak yang dinyatakan dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan mengacu pada peraturan ini. Limbah berbahaya yang dihasilkan oleh kegiatan harus disimpan dan dikumpulkan mengacu pada peraturan ini. Limbah berbahaya yang dihasilkan kegiatan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-6 ]

19 Peraturan 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 299/BAPEDAL/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL Keputusan Kepala BAPEDAL No. 124 Tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK. 726/AJ.307/DRJD/2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan Peraturan Daerah DKI Jakarta Perda No. 05 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan di Wilayah DKI Jakarta Perda No. 06 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Sungai dan Danau serta Penyeberangan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Peraturan Daerah Nomor. 01 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Jangka Menengah Daerah (RKJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Keputusan Gubernur DKI Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta Peraturan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; Penjelasan harus diberi label dan ditandai mengacu pada peraturan ini. Komponen sosial merupakan bagian yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan proyek pengerukan sungai. Komponen kesehatan masyarakat merupakan bagian yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan proyek pengerukan sungai. Proses pelibatan masyarakat dan keterbukaan informasi yang dilaksanakan dalam proses AMDAL harus mengacu kepada peraturan ini. Jika aktivitas akan memobilisasi alat alat berat dengan menggunakan jalan umum, implementasinya akan merujuk pada peraturan ini. Sebagai acuan pengelolaan kebersihan lingkungan selama proyek berjalan Sebagai acuan Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan lalu lintas Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas udara Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan kamtibmas Kegiatan pengerukan sungai merupakan salah satu kegiatan yang telah tercantum dalam RPJMD DKI Jakarta Peraturan ini digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas air permukaan Peraturan ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan sosialisasi amdal Peraturan ini digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien dan kebisingan Peraturan ini digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen AMDAL Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan limbah cair domestik Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ I-7 ]

20 106 42'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E KOSAMBI BARAT KOSAMBI TIMUR KOSAMBI BARAT KOSAMBI DA D A P Java Sea Upper Sunter Floodways KAMAL SEGARAMAKMUR TARUMA KALI BARU 6 6'0"S 6 6'0"S Sentiong-Sunter Drain Laut Jawa Cengkareng Drain Floodway KOJA TANJUNG PRIUK TANJUNG PRIUK KAMAL MUARA BENDA NDA MARUNDA Ciliwung-Gunung Sahari Floodway TARUMA CILINCING LAGOA TEGAL ALUR PLUIT PENJARINGAN KEBON BAWANG RAWABADAK UTARA SEMPER TIMUR WARAKAS KAPUK MUARA TUGU UTARA KOJA ANCOL CILINCING SEMPER BARAT SUNGAI BAMBU TANJUNG PRIOK RAWABADAK SELATAN 6 8'0"S 6 8'0"S PAPANGO PADEMANGAN PENJARINGAN KALI DERES PADEMANGAN BARAT PEGADUNGAN ROA MALAKA TUGU SELATAN PEKOJAN PEJAGALAN KAPUK PINANGSIA SUNTER AGUNG PADEMANGAN TIMUR MANGGA DUA SELATAN TAMBORA JEMBATAN LIMA GLODOKMANGGA BESAR TANGKI TAMBORA PUSAKARAKYAT TARUMAJAYA SUKA PURA ROROTAN TAMAN SARI JELAMBAR BARU GUNUNG SAHARI UTARA KREDANG KALIDERES CENGKARENG KEAGUNGAN JEMBATAN BESI KEDAUNG KALI ANGKE CENGKARENG TIMUR SAWAH BESAR TAMAN SARI KARANG ANYARKARTINI TANAH SERAL DURI UTARA WIJAYA KESUMA KALIANYAR DURI SELATAN JELAMBAR SUNTER JAYA KELAPA GADING BARAT KRUKUT PUSAKARAKYAT TARUMAJAYA MAPHAR SERDANG GUNUNG SAHARI SELATAN KEBON KOSONG KELAPA GADING GROGOL 6 10'0"S RAWA BUAYA GROGOL PETAMBURAN KEMAYORAN DURI PULO KEBON KELAPA PETOJO UTARA SEMANAN SUMUR BATU KEMAYORAN UTAN PANJANG PASAR BARU PUSAKARAKYAT TARUMAJAYA CEMPAKA BARU KEDOYA UTARA DURI KOSAMBI TANJUNG DUREN UTARA CAKUNG BARAT PETOJO SELATAN GAMBIR KETAPANG TANAH TINGGIKAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT CIPONDOH INDAH KOTA BAMBU SELATAN KWITANG KAMPUNG BALI KEBON JERUK 6 12'0"S RAWA SARI CIKINI GONDANGDIA SLIPI PETAMBURAN PARUNG JAYA KENARI KEBON MELATI KEBON JERUK Waduk Melati JATI UTAN KAYU UTARA MENTENG KARET TENGSIN KELAPA DUA KAYU MANIS UTAN KAYU SELATAN PAL MERIEM SETIA BUDI GROGOL UTARA '0"E '0"E PISANGAN BARU 0 TEBET KARET SEMANGGI SUKABUMI SELATAN '0"E CIPINANG MANGGARAI '0"E KARET KUNINGAN KAMPUNG MELAYU BALI MESTER CIPINANG MUARA RAWA BUNGA CIPINANG BESAR UTARA MENTENG ATASMANGGARAI SELATAN BUKIT DURI JATINEGARACIPINANG BESAR SELATAN '0"E ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN '0"E DUREN SAWIT LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA PROGRAM JEDI FASE 1 Legenda Kelurahan Boundary Road Batas Kelurahan Jalan Toll Road Jalan Cukai Km KALI BARU BEKASI BARAT MALAKA SARI MALAKA JAYA PONDOK KOPI '0"E '0"E '0"E Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision Legend 1.25 PULO GEBANG KLENDER Peta LOCATION OF RIVERS AND WADUK DREDGING IN DKI JAKARTA, RELATED TO PHASE 1 OF JEDI PROJECT [ MEDAN SATRIA PENGGILINGAN PISANGAN TIMUR SETIA BUDI KARET KEBAYORAN LAMA JOGLO JATINEGARA PASAR MANGGIS GELORA KARANG TIMUR PONDOK PUCUNG KARANG TENGAH PEDURENAN JATINEGARA KAUM KEBON MANGGIS GUNTUR BENDUNGAN HILIR SUKABUMI UTARA RAWAMANGUN MATRAMAN PEGANGSAAN TANAH ABANG SRENGSENG PULO GADUNG PASEBAN MENTENG PALMERAH KARANG MULYA MERUYA SELATAN UJUNG MENTENG RAWA TERATE CAKUNG KEBON KACANG MERUYA UTARA CILEDUG PULO GADUNG JOHAR BARU SENEN PALMERAH KEMBANGAN JOHAR BARU KRAMAT KEBON SIRIH KOTA BAMBU UTARA KEMANGGISAN PETIR PONDOK BAHAR KAYU PUTIH CEMPAKA PUTIH KEDOYA SELATAN KEMBANGAN SELATAN CEMPAKA PUTIH TIMUR GALUR SENEN JATI PULO TANJUNG DUREN SELATAN GONDRONG CAKUNG TIMUR BUNGUR CIDENG DURI KEPA CIPONDOH KELAPA GADING TIMUR HARAPAN MULYA GAMBIR TOMANG KEMBANGAN UTARA KENANGA PEGANGSAAN DUA 6 10'0"S ANGKE 6 12'0"S CENGKARENG BARAT I /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation Laut Jawa Java Sea Jakarta Utara GGG RFN Jakarta Barat Northeren Jakarta Western Jakarta Jakarta Pusat Central Jakarta ERM Jakarta Timur Eastern Jakarta Dredging Canal Locations Jakarta Selatan Lokasi Pengerukan Southern Jakarta Kecamatan Boundary Batas Kecamatan Railway River Jalan Kereta Api Sungai DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Area Proyek Project Area

21 BAB II RENCANA KEGIATAN 2.1 INDENTITAS PEMRAKARSA KEGIATAN DAN PENYUSUN ANDAL Pemrakarsa Kegiatan Nama Pemrakarsa : Project Management Unit (PMU), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum Alamat Kantor : Jl. Patimura No. 20 Kebayoran Baru, Telepon Nomor : (021) Facsimile Nomor : (021) Gedung Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan Penanggung Jawab : Ir. Widagdo, Dipl.HE Jabatan : Direktur Sungai, Danau dan Waduk (selaku Kepala PMU JUFMP/JEDI Project) Alamat Kantor : Jl. Patimura No. 20 Kebayoran Baru, Telepon Nomor : (021) Facsimile Nomor : (021) Gedung Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Indentitas Penyusun Studi Amdal Nama Instansi : PT Environmental Resources Management Indonesia (PT ERM Indonesia) Alamat Kantor : Wisma Aldiron Dirgantara Suite Telepon Nomor : (021) Faximile Nomor : (021) Jl. Gatot Subroto Kav. 72 Jakarta Penanggung Jawab : Robert McDonough Jabatan : Penanggung Jawab Tim penyusun studi AMDAL dapat dilihat pada Tabel II-1. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-1 ]

22 Tabel II-1 Tenaga Ahli Penyusun Studi AMDAL No Nama Jabatan Keahlian 1 DR. K. Susanto Kusumahadi, MS. Ketua Tim Doktor Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sertifikat Penyusun AMDAL 2. Dr. Yahya Husin, BSc., MS Anggota Doktor Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sertifikat AMDAL A dan B 3. Ir. Firdaus Anggota Teknik Sipil Transportasi 4. Dr. Nurul Leksmono, Msc Anggota Ahli Kualitas Udara PhD in Air Quality Management, University of the West of England, Bristol, Ir. Hafid Hadi Anggota Ahli Hidrologi Sertifikat AMDAL A dan B 6. Rafeldy Noviar, SSi Anggota Ahli Biologi Sertifikat AMDAL A 7. Drs. Achmad Kosasih Anggota Ahli Sosekbud 8. Drs. Supriyanto Margono, MSi. Anggota Ahli Kesehatan Masyarakat Sertifikat AMDAL A dan B 2.2 URAIAN RENCANA KEGIATAN Berdasarkan studi dari WJEMP DKI dan Pusat , keberadaan banjir kanal, saluran drainase dan waduk (termasuk saluran dan stasiun pompa) memerlukan kegiatan peremajaan/rehabilitasi yang mendesak (yakni pengerukan dan pembangunan tanggul). Kegiatan pengerukan akan mengurangi jumlah endapan yang menempati setengah dari kedalaman yang diperlukan untuk mengurangi banjir dan akan mengurangi waktu disain operasi dari 25 tahun menjadi 2 tahun. Selain pengerukan, perbaikan tanggul dan peremajaan pompa juga diperlukan. Pada tahun 2004, dari hasil survai terhadap empat saluran drainase utama memberikan hasil berupa tingginya tingkat sedimentasi, juga ditemukan beberapa bagian tanggul yang memerlukan rehabilitasi/perbaikan. Di beberapa tempat, ketinggian tanggul perlu ditinggikan agar dapat menahan laju banjir. Di tempat lain, arah aliran air perlu dinormalisasi atau perlu dilakukan penguatan tanggul untuk mencegah longsor dan masuk ke saluran yang baru dikeruk. 1 Outline Plan for Major Drainage and Small Lakes Management in Jabodetabek-Bopunjur Area, WJEMP Pusat 3-10, Nippon Koei and Kwarsa Hexagon, June Drainage Management for Jakarta: Priority Assistance, WJEMP DKI 3-8, Louis Berger Inc. and PT. Indah Karya (Persero), April 2004 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-2 ]

23 Proyek pengerukan JEDI Fase 1 akan berkonsentrasi pada 4 sungai/saluran drainase/banjir kanal dan 1 waduk yang telah dipilih di wilayah Jakarta yang material keruknya akan ditempatkan pada lokasi penempatan (disposal area) yang telah ditetapkan, yaitu terdiri dari: 1. Banjir kanal di bawah kewenangan Ditjen Sumber Daya Air: (i) Cengkareng Drain, dan (ii) Sunter. 2. Saluran drainase di bawah kewenangan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta: (i) Ciliwung-Gunung Sahari, (ii) Sentiong-Sunter 3. Waduk di bawah kewenangan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta:: (i) Waduk Melati Kegiatan pengerukan akan meliputi kegiatan pengerukan itu sendiri, pengolahan (pemilahan, pengeringan), pengangkutan dan pembuangan material yang telah dikeruk. Pekerjaan pengerukan yang akan dilakukan di berbagai lokasi akan memiliki perbedaan dalam hal jenis atau ukuran alat keruk dan metode pengerukan, serta jenis dan /atau alat pengangkutan material keruk. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan kondisi antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Kendala yang cukup mengganggu kelancaran dan penggunaan metode pengerukan adalah banyaknya jembatan yang melintas di masing-masing saluran drainase/banjir kanal yang akan dilakukan pengerukan. Dari hasil inventarisasi jumlah jembatan yang melintasi lokasi proyek dapat dilihat pada Tabel II-2. Tabel II-2 Jumlah dan Nama Jembatan yang Melintasi masing-masing LokasiKegiatan Pengerukan No Nama Lokasi Nama Jembatan/Lokasi 1. Pantai Indah Timur (muara) 2. Marina Indah 3. Pantai Indah Utara 4. Pantai Indah Selatan 1. Cengkareng Drain 5. Kapuk Raya 6. Bumi Cengkareng Indah 7. Daan Mogot 8. K.A. Kembangan Utara 9. Pertemuan Kali Pesanggrahan 1. M. Karang Bolong 8 (Puri Marina ) 2. Pelabuhan Ratu (Puri Marina) 3. Laks. R.E. Martadinata 4. Mangga Dua 5. K.A. Pisang Batu 2. Ciliwung Gn. Sahari 6. Dr. Suratmo 7. Mangga Besar 8. Kartini 9. Samanhudi 10. Pasar Baru 11. Pos 3. Sentiong Sunter 1. Raya Ancol Baru 2. Laks. R.E. Martadinata Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-3 ]

24 No Nama Lokasi Nama Jembatan/Lokasi 3. Griya Utama 4. Danau Sunter Selatan 5. Sunter Jaya 6. Bendungan Jago 7. Kemayoran Gempol 8. Utan Panjang (Kali Baru 6) 9. Letjen Suprapto 1. Jampea (Cilincing Raya) 2. Cikanjang 3. Cibanteng 4. Plumpang Raya 4. Sunter (bagian hilir) 5. Boulevard Artha Gading 6. Raya Boulevard Barat 7. Tabah Raya 8. Teratai 9. Boulevard Kelapa Gading Sumber: Sinotech, 2009 Pada dasarnya, kegiatan pengerukan adalah kegiatan mengangkat endapan/material yang berada di dasar permukaan atau endapan yang sudah jenuh di suatu lokasi dan memindahkannya ke lokasi lain. Terdapat dua kategori utama alat keruk (yakni mekanis dan hidrolis) dengan konfigurasi yang berbeda-beda, untuk memfasilitasi proses pengangkatan material dari dasar dan pengangkutannya ke lokasi pembuangan. Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai jenis alat keruk. Alat keruk mekanis: Alat keruk mekanis pada umumnya menggunakan beberapa jenis alat penampung untuk proses penggalian atau pemindahan endapan, dengan cara dikerek dan ditumpahkan. Pada umumnya alat keruk mekanis memiliki kapasitas angkut sebesar 1 m 3 sampai lebih dari 40 m 3. Alat keruk meknis dapat melakukan pekerjaan pengerukan terhadap materialmaterial yang paling kompak dan terkonsolidasi seperti sedimen, karang, dan batu. Pada Gambar II-1 dan Gambar II-2 menunjukkan alat keruk pada anjungan mengambang yang digunakan untuk mengeruk material di Banjir Kanal Jakarta di bawah pengawasan DKI Jakarta. Gambar II-2 menunjukkan alat keruk yang digunakan dalam proses pengerukan di bagian hilir saluran pembuangan Angke. Jenis peralatan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengeruk dan penggali material yang berada di dasar permukaan. Suatu alat keruk mekanis dapat melakukan pekerjaan mengeruk material kemudian memasukkannya, secara hidrolik, ke dalam kendaraan pengangkut untuk selanjutnya diangkut menuju lokasi pembuangan. Alat angkut yang biasa digunakan adalah tongkang, truk, ban berjalan. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-4 ]

25 Gambar II-1 Salah Satu Jenis Alat Pengerukan Backhoe (mechanical) Dredge Gambar II-2 Alat Keruk Model Crane-Mounted Clamshell Bucket Alat keruk hidrolik: Pada umumnya alat keruk hidrolik bekerja menggunakan metode pompa sentrifugal untuk membuat arus air dan endapan menjadi slurry (campuran air dan endapan). Proses pembuangan kemudian dilakukan dengan menggunakan pipa dengan ukuran diameter umumnya berkisar antara 200 mm hingga 1000 mm. Sub-kelas pipa alat keruk ditentukan oleh keberadaan alat mekanis dan/atau alat tambahan hidrolis yang digunakan untuk melepaskan dan memasukan material yang telah dikeruk dari dasar ke bagian penyedot. Pada Gambar II-3 ditunjukkan salah satu jenis alat pengerukan secara hidrolik, biasanya terdiri dari sebuah badan kapal, dan mesin pompa Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-5 ]

26 utama, tangga, pipa sedotan, cutterhead, spuds, dan peralatan hoisting dan hauling. Cutterhead yang berputar untuk mengeluarkan bahan dari bagian bawah dan air yang mengalir ke dalam mulut sedotan memasukan endapan sedotan ke dalam pipa. Setelah mengalir pada pengisapan melalui pipa dan pompa, material pengerukan mengalir melalui pipa untuk keluarnya penempatan material keruk. Gambar II-3 Salah Satu Bentuk Alat Pengerukan dengan Sistem Hidrolik (Portable cutterhead hydraulic pipeline dredge) (sumber: Dredging Supply Company Inc.) Untuk kegiatan pengerukan saluran drainase dan waduk (JEDI Fase 1) hanya akan menggunakan alat keruk mekanik, dengan mempertimbangkan kondisi saluran pengendali/sungai dan waduk serta material keruk Lokasi Kegiatan Lokasi proyek pengerukan saluran drainase/banjir kanal dan waduk di DKI Jakarta dengan batas-batas administrasi daerah yang dilewati seperti tertera pada Tabel II-3. Tabel II-3 Batas-Batas Administrasi dari Lokasi Kegiatan No. Nama Kelurahan Nama Kecamatan I. Cengkareng Drain 1 Kapuk Muara Penjaringan Jakarta Utara 2 Kamal Muara 3 Kapuk 4 Kedaung Kaliangke Cengkareng Jakarta Barat 5 Cengkareng Timur 6 Rawa Buaya Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-6 ]

27 No. Nama Kelurahan Nama Kecamatan 7 Kembangan Utara Kembangan Jakarta Barat 8 Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta Barat II. Sungai Ciliwung Gn. Sahari (Pintu Air Ps. Baru Marina Ancol) 1 Pasar Baru 2 Kartini 3 Karang Anyar Sawah Besar Jakarta Pusat 4 Gn. Sahari Utara 5 Gn. Sahari Selatan 6 Mangga Dua Selatan 7 Pademangan Barat Pademangan Jakarta Utara 8 Ancol III. Sungai Sentiong Sunter (Jembatan Kramat Sentiong Muara Kali Ancol) 1 Bungur 2 Utan Panjang 3 Serdang Kemayoran Jakarta Pusat 4 Harapan Mulya 5 Kebon Kosong 6 Sunter Jaya Tanjung Priok Jakarta Utara 7 Sunter Agung 8 Pademangan Timur Pademangan Jakarta Utara IV. Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading Muara) 1 Kelapa Gading Barat Kelapa Gading Jakarta Utara 2 Kelapa Gading Timur 3 Rawa Badak Selatan 4 Rawa Badak Utara 5 Lagoa Koja Jakarta Utara 6 Koja 7 Lagoa V. Waduk Melati 1 Kebon Melati Tanah Abang Jakarta Pusat 2 Kebon Kacang Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2009 Untuk lebih jelasnya lokasi-lokasi saluran drainase/banjir kanal dan waduk yang akan dilakukan kegiatan pengerukan dalam program JEDI Fase 1 dapat dilihat pada Peta II-1 sampai dengan Peta II-5. Sedangkan karakteristik dari lokasi-lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel II-4. Tabel II-4 Karakteristik Lokasi Pengerukan No Lokasi Pengerukan Lebar (m) Kedalaman (m) 1 Cengkareng Drain ,7 2,0 2 Ciliwung Gn. Sahari ,7 3 Sentiong Sunter ,7 2,0 4 Sunter Bagian Hilir ,7 1,2 5 Waduk Melati 8 ha 2,0 Sumber: Sinotech, 2009 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-7 ]

28 106 45'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Java Sea Laut Jawa 6 6'0"S 6 6'0"S 6 5'0"S 6 5'0"S 6 4'0"S 6 4'0"S / TANJUNG PRIUK 6 7'0"S KAMAL MUARA / / / / KAPUK MUARA PLUIT ANCOL A Jl. Toll Pelabuhan SUNGAI BAMBU TANJUNG PRIUK WARAKAS Waduk Cincin 6 7'0"S PAPANGO 6 8'0"S CENGKARENG TIMUR KAPUK / / PEJAGALAN PENJARINGAN PADEMANGAN BARAT ROA MALAKA PEKOJAN PINANGSIA PADEMANGAN TIMUR MANGGA DUA SELATAN TAMBORA JEMBATAN LIMA ANGKE GLODOKMANGGA BESAR TANGKI SUNTER AGUNG SUNGAI BAMBU 6 8'0"S 6 9'0"S CENGKARENG TIMUR KEDAUNG KALI ANGKE WIJAYA KESUMA JELAMBAR BARU JEMBATAN BESI KREDANG TANAH SERAL DURI UTARA KEAGUNGAN TAMAN SARI KARANG ANYARKARTINI GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Bar SUNTER JAYA 6 9'0"S 6 10'0"S RAWA BUAYA / / KEMBANGAN UTARA KEDOYA UTARA JELAMBAR TANJUNG DUREN UTARA GROGOL KALIANYAR DURI SELATAN TOMANG DURI PULO CIDENG KRUKUT PETOJO UTARA MAPHAR KEBON KELAPA PASAR BARU GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG KEMAYORAN BUNGUR UTAN PANJANG HARAPAN MULYA CEMPAKA BARU SUMUR BATU KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S DURI KEPA PETOJO SELATAN GAMBIR SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR TANJUNG DUREN SELATAN JATI PULO TANAH TINGGIKAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KEMBANGAN SELATAN KEDOYA SELATAN KOTABAMBU SELATAN KOTABAMBU UTARA KAMPUNG BALI KEBON SIRIH KWITANG KRAMAT JOHAR BARU 6 11'0"S 6 12'0"S MERUYA UTARA KEBON JERUK KEMANGGISAN PALMERAH SLIPI PETAMBURAN KEBON KACANG KEBON MELATI GONDANGDIA MENTENG CIKINI KENARI PEGANGSAAN PASEBAN RAWA SARI UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN 6 12'0"S MERUYA SELATAN SRENGSENG KELAPA DUA SUKABUMI UTARA KARET TENGSIN BENDUNGAN HILIR SETIA BUDI GUNTUR PASAR MANGGIS KEBON MANGGIS PISANGAN TIMUR PISANGAN BARU 6 13'0"S JOGLO SUKABUMI SELATAN GROGOL UTARA GELORA KARET SEMANGGI KARET KARET KUNINGAN MANGGARAI KAMPUNG MELAYU RAWA BUNGA MENTENG ATAS MANGGARAI SELATAN BALI MESTER BUKIT DURI 6 13'0"S KEREO PETUKANGAN UTARA '0"E ULUJAMI CIPULIR '0"E GROGOL SELATAN '0"E GUNUNG '0"E SELONG SENAYAN KUNINGAN BARAT RAWA BARAT '0"E MENTENG DALAM KUNINGAN TIMUR TEBET TIMURKEBON BARUBIDARA CINA CIPINANG CEMPEDAK TEBET BARAT '0"E '0"E '0"E ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DREDGING LOCATION OF CENGKARENG DRAIN FLOODWAY LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN BANJIR KANAL CENGKARENG DRAIN Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) -SurveyLapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision II /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Jakarta Barat Western Jakarta Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Legend Legenda Road Jalan Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal [ Km Area Proyek Project Area Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

29 106 50'0"E '0"E '0"E '0"E TANJUNG PRIUK Java Sea Laut Jawa TANJUNG PRIUK A 6 7'0"S 6 7'0"S 6 6'0"S 6 6'0"S KEBON BAWANG WARAKAS / / ANCOL Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU 6 8'0"S / PADEMANGAN BARAT 6 8'0"S PINANGSIA / PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG MANGGA DUA SELATAN MANGGA BESAR TANGKI / 6 9'0"S / GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat 6 9'0"S TAMAN SARI KARANG ANYAR KARTINI KEBON KOSONG SUNTER JAYA MAPHAR KRUKUT / GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG 6 10'0"S PETOJO UTARA KEBON KELAPA / / PASAR BARU KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S PETOJO SELATAN GAMBIR / BUNGUR HARAPAN MULYA CEMPAKA PUTIH TIMUR KAYU PUTIH '0"E SENEN TANAH TINGGI KRAMAT '0"E GALUR CEMPAKA PUTIH BARAT '0"E '0"E Legend Legenda DREDGING LOCATION OF CILIWUNG - GUNUNG SAHARI FLOODWAY LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN SALURAN DRAINASE CILIWUNG - GUNUNG SAHARI Road Jalan ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision II /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM [ Km Jakarta Barat Western Jakarta Area Proyek Project Area Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta

30 106 50'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Laut Jawa Java Sea TANJUNG PRIUK KOJA TANJUNG PRIUK A 6 7'0"S 6 7'0"S 6 6'0"S 6 6'0"S / WARAKAS KEBON BAWANG RAWABADAK UTARA ANCOL Jl. Toll Pelabuhan / Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN 6 8'0"S PADEMANGAN BARAT 6 8'0"S PADEMANGAN TIMUR / SUNTER AGUNG MANGGA DUA SELATAN 6 9'0"S GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat 6 9'0"S KARTINI / SUNTER JAYA MAPHAR GUNUNG SAHARI SELATAN / / KEBON KOSONG SERDANG KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S PASAR BARU KEMAYORAN / UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU 6 10'0"S BUNGUR HARAPAN MULYA KELAPA GADING TIMUR GAMBIR SENEN KWITANG KRAMAT / GALUR CEMPAKA PUTIH BARAT TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH TIMUR KAYU PUTIH PULO GADUNG '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DREDGING LOCATION OF SENTIONG - SUNTER FLOODWAY LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN SALURAN DRAINASE SENTIONG - SUNTER Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision II /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Laut Jawa Java Sea Jakarta Barat Western Jakarta Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Legend Legenda Road Jalan Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal [ Km Area Proyek Project Area Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

31 106 51'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E 6 6'0"S 6 7'0"S 6 6'0"S Java Sea Laut Jawa A TANJUNG PRIUK TANJUNG PRIUK / / KOJA / LAGOA KALI BARU CILINCING 6 7'0"S KEBON BAWANGRAWABADAK UTARA ANCOL WARAKAS SEMPER TIMUR Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU / RAWABADAK SELATAN TUGU UTARA SEMPER BARAT 6 8'0"S PADEMANGAN BARAT TUGU SELATAN 6 8'0"S PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG / SUKA PURA 6 9'0"S GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat SUNTER JAYA / ROROTAN 6 9'0"S KELAPA GADING BARAT GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG 6 10'0"S KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU KELAPA GADING TIMUR PEGANGSAAN DUA 6 10'0"S PASAR BARU SENEN BUNGUR HARAPAN MULYA GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR CAKUNG BARAT CAKUNG TIMUR TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KRAMAT KWITANG KEBON SIRIH JOHAR BARU PULO GADUNG RAWA TERATE 6 11'0"S RAWA SARI CIKINI GONDANGDIA KENARI PASEBAN UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN JATI 6 12'0"S MENTENG PEGANGSAAN KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN JATINEGARA KAUM JATINEGARA PENGGILINGAN 6 12'0"S GUNTUR KEBON MANGGIS PISANGAN TIMUR CIPINANG PULO GEBANG PASAR MANGGIS PISANGAN BARU MANGGARAI 6 13'0"S KAMPUNG MELAYUBALI MESTER CIPINANG BESAR UTARACIPINANG MUARA MENTENG ATAS MANGGARAI SELATAN RAWA BUNGA BUKIT DURI CIPINANG BESAR SELATAN KLENDER MALAKA SARI MALAKA JAYA PONDOK KOPI 6 13'0"S '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Legend Legenda DREDGING LOCATION OF SUNTER FLOODWAY (LOWER) LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN BANJIR KANAL SUNTER (BAGIAN HILIR) Road Jalan Toll Road Jalan Cukai ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) -SurveyLapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision II /09/09 [ Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Km Jakarta Barat Western Jakarta Area Proyek Project Area Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

32 106 49'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Laut Jawa Java Sea TANJUNG PRIUK TANJUNG PRIUK A 6 7'0"S 6 7'0"S PLUIT KEBON BAWANG WARAKAS PENJARINGAN ANCOL Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU 6 8'0"S PEKOJAN ROA MALAKA PINANGSIA PADEMANGAN BARAT RAWABADAK SELATAN 6 8'0"S PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG MANGGA DUA SELATAN TAMBORA JEMBATAN LIMA GLODOKMANGGA BESAR TANGKI 6 9'0"S KREDANG KEAGUNGAN JEMBATAN BESI TANAH SERAL DURI UTARA TAMAN SARI KARANG ANYAR KARTINI GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat SUNTER JAYA 6 9'0"S KALIANYAR DURI SELATAN KRUKUT MAPHAR GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S DURI PULO PETOJO UTARA KEBON KELAPA PASAR BARU KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU 6 10'0"S TOMANG CIDENG BUNGUR HARAPAN MULYA JATI PULO PETOJO SELATAN GAMBIR SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KOTA BAMBU SELATAN KAMPUNG BALI KEBON SIRIH KWITANG KRAMAT JOHAR BARU PULO GADUNG 6 11'0"S KOTA BAMBU UTARA KEBON KACANG GONDANGDIA CIKINI RAWA SARI 6 12'0"S SLIPI PETAMBURAN KEBON MELATI Waduk Melati MENTENG KENARI PEGANGSAAN PASEBAN UTAN KAYU UTARA KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN RAWAMANGUN JATI 6 12'0"S BENDUNGAN HILIR GELORA KARET TENGSIN SETIA BUDI KARET '0"E GUNTUR '0"E PASAR MANGGIS KEBON MANGGIS MANGGARAI '0"E PISANGAN BARU '0"E PISANGAN TIMUR '0"E CIPINANG ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DREDGING LOCATION OF WADUK MELATI LOKASI KEGIATAN PENGERUKAN WADUK MELATI Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision II /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Laut Jawa Java Sea Jakarta Barat Western Jakarta Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Legend Legenda Road Jalan Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal [ Km Area Proyek Project Area Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

33 2.2.2 Tahapan Kegiatan Secara teknis uraian kegiatan pengerukan saluran drainase/banjir kanal dan waduk di DKI Jakarta dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu tahap pra operasi, operasi dan pasca operasi. Uraian kegiatan-kegiatan pada masing-masing tahapan seperti tertera di bawah ini: Tahap Pra Operasi Pada tahap pra operasi, kegiatan yang akan dilakukan mencakup antara lain: a) Kegiatan Perencanaan Teknis Pekerjaan penyusunan perencanaan teknis saat disusunnya studi AMDAL masih berlangsung, sehingga informasi yang disampaikan dalam dokumen akan menyesuaikan dengan informasi yang diterima dari hasil studi perencanaan teknis. b) Sosialisasi Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar lokasi kegiatan dan instansi terkait lainnya. Untuk sosialisasi AMDAL JEDI Fase 1 telah dilakukan di Gedung Nyi Ageng Serang pada tanggal 19 Agustus Tahap Operasi Pada tahap operasi, kegiatan yang akan dilakukan mencakup antara lain: a) Mobilisasi tenaga kerja Pada kegiatan operasional pengerukan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pengerukan di satu lokasi pengerukan diperkirakan berjumlah 53 orang. Pekerja staff, baik dari kontraktor maupun sub kontraktor umumnya tidak menetap di dalam lokasi proyek melainkan melakukan mobilitas pulang pergi setiap hari, sedangkan pekerja harian menetap dengan menempati bangunan sementara (Basecamp) di lokasi/sekitar proyek. Perincian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel II-5. Rekrutmen tenaga kerja kegiatan pengerukan dan penunjangnya akan dilakukan oleh kontraktor pengerukan dan akan dilibatkan tenaga kerja setempat apabila kualifikasi dan ketrampilan yang diperlukan sesuai. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-13 ]

34 Tabel II-5 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan Kegiatan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Jumlah (orang) 1. Site engineer 1 2. Surveyor 1 Pengerukan 3. Mandor 1 4. Operator alat berat 4 5. Pekerja kasar 5 Pengangkutan Penempatan material keruk Office 1. Supervisor 2. Sopir 3. Kenek 4. Pekerja kasar 1. Supervisor 2. Mandor 3. Operator alat berat 4. Pekerja kasar 1. Logistik 2. Administrasi 3. Bengkel Jumlah tenaga kerja 53 Sumber: Hasil analisis Tim Konsultan (2009) b) Mobilisasi peralatan kerja (alat berat) Pihak kontraktor akan melakukan kegiatan mobilisasi peralatan kerja yang didatangkan ke lokasi pengerukan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Jenis-jenis peralatan yang akan digunakan akan menyesuaikan dengan lokasi pengerukan. Jenis-jenis peralatan yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel II-6. Tabel II-6 Jenis-jenis Peralatan yang Akan Digunakan di setiap Lokasi Pengerukan No Jenis Peralatan 1 Floating excavator (besar atau kecil) 2 Land excavator (besar atau kecil) 3 Crane shovel (besar atau kecil) 4 Floating crane shovel (besar atau kecil) 5 Dump truk 6 Perahu/ponton 7 Floating decks/barges 8 Landing barges 9 Geo bags Sumber: Sinotech (2009) Pelaksanaan pengerukan di seluruh lokasi pengerukan akan memperhatikan kondisi iklim (pada saat musim penghujan maupun kemarau). Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-14 ]

35 c) Pengaturan transportasi/lalu lintas Kegiatan pengaturan lalu lintas dimulai dengan pengaturan dari mobilisasi peralatan kerja memasuki area kerja. Setelah kegiatan pengerukan dimulai, akan dilakukan pengaturan mobilisasi dari truktruk pengangkut material keruk menuju lokasi disposal area dan truk yang masuk ke dalam lokasi pengerukan. Selain iu juga dilakukan pengaturan parkir bagi truk-truk yang menunggu membawa material keruk dan kendaraan proyek lainnya di sekitar lokasi proyek. d) Pengerukan Kegiatan pengerukan saluran drainase/banjir kanal dan waduk akan menggunakan peralatan mekanik seperti excavator atau crane shovel sesuai dengan kondisi lokasi pengerukan. Alat excavator tersebut akan ditempatkan di atas perahu/ponton apabila tingkat kedalaman dari lokasi pengerukan memungkinkan. Metode pengerukan yang akan dilaksanakan perlokasi disesuaikan dengan kondisi dari badan air tersebut. Untuk lebih jelasnya metode pengerukan dari masing-masing lokasi dapat dilihat pada Tabel II-7. Tabel II-7 Metode Pengerukan Per Lokasi No Lokasi dan Metode Pengerukan Panjang Pengerukan (m) Volume Pengerukan (m 3 ) 1 Cengkareng Drain a. Segmen Bagian Muara (Muara Jembatan Karang Bolong: Floating Excavator/Floating Crane Shovel (model besar) b. Segmen sisanya: Floating excavator (model besar) dan Land excavator 2 Ciliwung Gn. Sahari a. Segmen pada lokasi yang sempit: Floating excavator (model kecil) b. Land excavator (model kecil jika memungkinkan) 3 Sentiong Sunter a. Segmen pada lokasi muara (pasang surut laut): Floating excavator dan Land Excavator (model besar) b. Segmen sisanya: Floating excavator (model kecil) dan Land Excavator (jika memungkinkan) 4 Sunter Bagian Hilir a. Seluruh segmen: Floating excavator + Land Excavator (model besar) atau Crane shovel (darat/di air) 5 Waduk Melati a. Floating excavator + Floating Crane shovel (model besar) Jumlah material keruk Sumber: Sinotech, 2009 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-15 ]

36 e) Pemisahan material keruk Sebelum dimasukkan ke dalam kantong (geo bag) material keruk akan melalui proses pemisahan, yaitu untuk memisahkan limbah padat kota dari bahan yang kiranya dapat dibuang. Tergantung pada ketersediaan ruang di dekat lokasi pengerukan, proses pemisahan dapat juga dilakukan di luar lokasi tersebut, yaitu setelah pengangkutan ke lokasi pembuangan. Dalam jangka panjang, pembentukan stasiun permanen untuk lokasi pemisahan dan /atau pengolahan material keruk akan memberi keuntungan dalam mendukung kegiatan pemeliharaan saluran. Pada teknologi pemisahan, teknik yang digunakan dalam operasi pertambangan yang berhasil telah diadaptasi untuk menghapus puing dan sampah dari bahan pengerukan. Contoh dari teknologi ini termasuk layar abu-abu, vibrating layar dan trommels. Saat ini telah dilakukan proyek percontohan untuk kegiatan pemisahan material keruk dengan menggunakan model royaty pemisah (trommel). Kegiatan pemilahan ini nantinya juga akan memperhatikan kondisi iklim (pada saat musim penghujan maupun kemarau). f) Penumpukan dan pengeringan material keruk Setelah dilakukan pemisahan dari material yang besar-besar, selanjutnya material keruk tersebut akan dimasukkan dalam kantong besar (geo bag) yang telah disediakan. Penggunaan kantong geo bag ini selain untuk menampung material keruk, juga berperan dalam proses pengeringan, karena material cairan yang ada di dalam kantong akan keluar dengan sendirinya. Penempatan kantong-kantong geo bag akan disesuaikan dengan ketersediaan lahan di darat apabila memungkinkan. Jika tidak terdapat lahan di darat, maka penempatan kantong-kantong ini akan ditempatkan di atas sungai/floating deck. Kegiatan pengeringan/penirisan lumpur akan memperhatikan kondisi iklim (pada saat musim penghujan maupun musim kemarau) g) Pengangkutan material keruk Setelah material keruk relatif sudah kering, kantong-kantong geo bag akan diangkut ke dalam dump truk untuk dibawa ke lokasi disposal area. Kondisi fisik lingkungan dan jarak antara lokasi penempatan material keruk (disposal area) dengan lokasi pengerukan bervariasi hingga jarak 20 kilometer. Dump truck tersebut akan diberi lapisan kedap dan penutup sehingga diharapkan tidak ada ceceran material keruk yang mengotori jalan-jalan yang dilalui. Tanggung jawab pemrakarsa dalam pengangkutan material keruk hanya sampai Kawasan Ancol, sedangkan pengelolaan di dalam Kawasan Ancol menjadi tanggung jawab PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, sehingga kegiatan dan dampak di Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-16 ]

37 disposal area tidak dikaji dalam andal ini. Kegiatan pengangkutan material keruk nantinya juga akan memperhatikan kondisi iklim (pada saat musim penghujan maupun kemarau). Pengangkutan sampah hasil pemisahan dari lumpur akan diangkut ke lokasi pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang bekerjasama dengan swasta yang mempunyai ijin dari Dinas Kebersihan dan/atau bekerjasama dengan Sudin Kebersihan Wilayah/Kota Administrasi. Pengangkutan hasil kerukan dilakukan oleh truk pengangkut yang dilengkapi dengan shield untuk mencegah ceceran lumpur tumpah ke jalan. Selain itu diatur rute transportasi truk yang mengangkut hasil pengerukan sebanyak 5 ritasi/kendaraan/hari (rute yang sama juga berlaku untuk truk yang kembali dari lokasi penempatan material keruk). Perkiraan rute-rute yang akan dilalui untuk masing-masing lokasi pengerukan adalah sebagai berikut: Cengkareng Drain; Jalan Daan Mogot Tol Jl. Laks. R.E. Martadinata Ancol Sungai Ciliwung Gn Sahari; Jalan Gunung Sahari Jl. Laks. R.E. Martadinata Ancol Sungai Sentiong Sunter; Jalan Utan Panjang Jl. Bunyamin Sueb Jl. Laks. R.E. Martadinata Ancol Sunter Drain bagian hilir Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Yos Sudarso Jl. Laks. R.E. Martadinata Ancol Waduk Melati; Jl. Kebon Kacang Jl. KH. Mas Mansyur Jalan Cideng Jl. KH. Hasyim Ashari Jl. Juanda Jl. Gunung Sahari Jl. Laks. R.E. Martadinata Ancol. h) Lokasi penempatan material pengerukan Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan, lokasi penempatan material keruk (disposal area) yang saat ini telah siap adalah di lokasi rencana disposal area Ancol Barat Bagian Timur Tahap I seluas ± 119 Ha. Pemda DKI Jakarta melalui Surat Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1776/ tanggal 25 Agustus perihal Lokasi Pembuangan Lumpur/Dumping Site Hasil Kerukan 13 Sungai/Waduk di DKI Jakarta menetapkan areal reklamasi Ancol Barat Bagian Timur sebagai Dumping Site/Disposal Area untuk menampung hasil pengerukan 13 sungai dan 6 waduk di DKI Jakarta. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta telah menyetujui Updating RKL dan RPL Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-17 ]

38 Pengembangan Kawasan Ancol Barat Bagian Timur seluas Ha berdasarkan Surat No. 02/Andal/ tanggal 30 Maret 2009 i) Pembersihan dan penataan lahan Setelah kegiatan pengerukan dan pengangkutan material keruk telah selesai dilakukan, maka selanjutnya akan dilakukan kegiatan penataan lahan dengan melakukan pembersihan dari sisa-sisa pengerukan dan pengembalian sarana dan prasarana (seperti pagar, tanaman hias) akan dikembalikan seperti semula Tahap Pasca Operasi Kegiatan pada tahap pasca operasi berupa: a) Demobilisasi peralatan Demobilisasi kendaraan dan peralatan akan dilakukan secara bertahap dari lokasi pengerukan dan lokasi disposal area ke lokasi yang telah ditentukan oleh kontraktor. b) Demobilisasi tenaga kerja Sebelum dilakukan demobilisasi tenaga kerja, pihak kontraktor akan terlebih dahulu memberi tahu kepada para tenaga kerja. Mobilisasi tenaga kerja ini dilakukan setelah semua pihak telah menjalankan kewajibannya dan menerima haknya. c) Pemeliharaan/maintenance dredging Kegiatan pemeliharaan badan sungai dan waduk harus dilakukan secara rutin, mengingat tingkat pengendapan material ke dalam dasar sungai pada umumnya berlangsung cepat, sehingga apabila tidak dilakukan pengerukan secara rutin, maka kapasitas daya tampung badan sungai akan dapat berkurang dan resiko banjir menjadi lebih tinggi. Kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta Fase 1 dalam rangka JUFMP/JEDIP dijadwalkan akan dimulai pada bulan Juni-Juli 2010 dengan lama kegiatan selama 1 tahun. 2.3 ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL Kajian alternatif yang dipertimbangkan di dalam kegiatan pengerukan sungai dan waduk dalam rangka penanggulangan banjir di DKI Jakarta. Alternatif-alternatif yang ada akan dipilih tetap akan mempertimbangkan aspek lingkungan, teknologi dan ekonomi. Semua alternatif-alternatif tersebut akan dipertimbangkan sebelum memilih yang paling tepat, Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-18 ]

39 menguntungkan dan biaya-efektif, pengolahan, desain dan usaha pengurangan dampak yang digabungkan dengan desain proyek. Alternatif lokasi pengerukan Pemilihan lokasi-lokasi sungai dan waduk yang akan dilakukan kegiatan pengerukan pada kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta fase 1 dalam rangka penanggulangan banjir didasarkan pada lokasi yang memiliki dampak lingkungan dan sosial yang relatif kecil. Alternatif metode pengerukan Pemilihan metode pengerukan yang akan dilakukan akan mempertimbangkan kondisi lokasi pengerukan dan lingkungan sekitarnya (site specific). Pada beberapa lokasi akan menggunakan metode dengan excavator atau shovel yang diletakan di atas ponton (barge) dan metode dengan menggunakan excavator dan shovel yang ukuran kecil. Alternatif pengangkutan material keruk Pengangkutan material keruk akan menggunakan truk yang akan dilapasi oleh shield yang berguna untuk mencegah jatuhnya ceceran tanah/lumpur ke jalan dan lingkungan sekitar yang dilalui oleh truk. Rute-rute perjalanan truk akan memperhatikan batasan terhadap kelas jalan yang akan dilalui dan titik-titik kemacetan. Alternatif tanpa adanya proyek Apabila kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta dalam rangka untuk menanggulangi banjir ini tidak dapat dilaksanakan, maka resiko banjir dapat lebih luas. Hal ini disebabkan kapasitas tampung air sungai yang melintasi Jakarta sudah tidak dapat menampung aliran air dari wilayah hulu. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi air pasang laut yang dapat menghambat aliran air menuju laut. Sedangkan apabila kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta dapat dilaksanakan, diharapkan daya tampung sungai dapat meningkat 50% dari daya tampung sekarang, sehingga diharapkan wilayah banjir yang terjadi di DKI Jakarta dapat dikurangi. 2.4 KEGIATAN LAIN DI SEKITAR PROYEK Kegiatan yang terdapat di sekitar lokasi-lokasi wilayah studi dapat dikemukakan secara umum berupa kegiatan usaha sektor informal dan sektor formal serta kegiatan-kegiatan di pemukiman penduduk. Termasuk kegiatan usaha informal antara lain berupa usaha penyebrangan sungai ( eretan ), pengumpul cacing (umpan memancing atau makanan ikan), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-19 ]

40 usahatani hortikultur sayuran pada bantaran sungai, pengumpul plastik/barang bekas berperahu, angkutan ojek sepeda motor dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan usaha informal tersebut merupakan usahausaha di permukaan sungai serta di bantaran sungai. Di luar kegiatan ini, di sekitar muara-muara sungai lokasi kegiatan ditemukan juga kegiatan nelayan dan pengolahan ikan. Sementara itu, kegiatan usaha formal antara lain usaha perdagangan dan pasar traditional, perkantoran, industri dan pergudangan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan umumnya dengan bantuan sejumlah karyawan yang dapat ditinggal di sekitar lokasi proyek maupun di luarnya. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan usaha formal, baik pengangkutan penumpang maupun barang, digunakan alat-alat transportasi sehingga telah menciptakan kegiatan khusus lain. Apalagi karena setiap wilayah kajian juga merupakan daerah perlintasan bagi kegiatan daerah-daerah lain di sekitarnya. Waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sangat bervariasi, ada yang siang hari atau malam hari. Jangka waktu kegiatan dapat dikatakan sepanjang waktu selama 24 jam setiap harinya, atau mulai dari pagi hingga pagi hari berikutnya dan seterusnya. Kegiatan penduduk pada pemukiman di sekitar lokasi proyek, yang berpotensi terkena dampak kegiatan proyek. Sebagaimana umumnya, kegiatan penduduk di wilayah pemukiman sekitar lokasi proyek melakukan berbagai kegiatan harian, seperti bekerja, sekolah, berdagang, industri dan sebagainya. BANJIR KANAL CENGKARENG DRAIN Berdasarkan hasil kajian awal, di sekitar wilayah lokasi Sungai Cengkareng/Cengkareng Drain dihuni oleh sekitar 824 orang yang menghuni sekitar 535 bangunan. Berdasarkan penggunaan bangunan, kegiatan yang terdapat di sekitar lokasi, antara lain adalah perdagangan (54,8 persen), perumahan (24,3 persen), fasilitas umum (3,4 persen) dan penggunaan campuran seperti rumah toko, rumah kantor (17,5 persen). Kegiatan khusus di pinggir sungai antara lain adalah pasar tradisional Kemiri, kegiatan usaha informal seperti pengumpul cacing umpan ikan, usaha perahu penyebrangan eretan serta kegiatan usaha pertanian hortikultur. SALURAN DRAINASE CILIWUNG GUNUNG SAHARI Di sekitar sungai Ciliwung Gunung Sahari berdiri berbagai bangunan semi permanen dan permanen, yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan perdagangan/usaha serta perkantoran. Dengan demikian, kegiatan penduduk di sekitar lokasi, selain para pengusaha, sebagian besar adalah para karyawan dan buruh. Jumlah penduduk yang kemungkinan langsung terdampak kegiatan proyek relatif sedikit, yaitu Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-20 ]

41 di sekitar kelurahan Gunung Sahari Utara dan Selatan serta Pademangan Barat. SUNGAI SUNTER SENTIONG Lokasi pemukiman di sekitar sungai ini relatif padat, dimana jumlah orang yang diperkirakan sekitar 3,264 orang dengan jumlah bangunan sekitar 816 unit yang sebagian besar berupa bangunan rumah tinggal. Penggunaan bangunan di sekitar lokasi proyek antara lain untuk kegiatan perdagangan (1,05 persen), perumahan (69,25 persen) fasilitas umum (2,25 persen) dan penggunaan campuran seperti ruko dan rukan (27,15 persen). Kegiatan warga di sekitar lokasi proyek antara lain adalah karyawan/buruh, montir, pedagang di pasar tradisional setempat. Pasarpasar tradisional di sekitar lokasi proyek adalah Pasar Sunter, Pasar Serdang dan Pasar Sunter Mas. Beberapa jenis usaha yang banyak dilakukan masyarakat sekitar terutama industri pembuatan tahu, penjualan bahan bangunan dan pedagang bunga (florist). SUNGAI SUNTER BAGIAN HILIR Berdasarkan lokasinya, sungai ini dapat dibagi atas tiga ruas, yaitu (a) mulai gerbang perumahan Kelapa Gading di Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Laksmana Yos Sudarso, (b) Simpang Cempaka Putih Jl. Laksamana Yos Sudarso sampai dengan simpang Plumpang, dan (c) ruas antara Simpang Plumpang Jalan Cilincing Raya. Di sekitar lokasi padat dengan kegiatan warga, terutama pada ruas (b) dan ruas (c). Hal ini bahkan mengakibatkan tertutupnya/makin sempitnya jalan inspeksi di sepanjang ruas-ruas sungai tersebut. Ruang diantara tanggul sungai dengan jalan inspeksi banyak digunakan oleh masyarakat sekitar untuk penanaman tanaman hias, kandang ayam, kantor RT/RW/Pos Hansip dan tempat bersantai atau menjadi halaman. Di beberapa tempat digunakan juga sebagai tempat pembuangan sampah dan kegiatan pemulung. WADUK MELATI Lokasi waduk ini dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi perkantoran dan perhotelan serta perdagangan. Kegiatan ekonomi di sekitar lokasi proyek sebanyak 78 persen adalah perdagangan, sedang yang lainnya berupa karyawan dan buruh. Dapat dikatakan bahwa rencana proyek di lokasi ini relatif tidak dihadapkan pada masalah sosial. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ II-21 ]

42 BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL Kegiatan pengerukan sungai dan waduk proyek dalam JUFMP/JEDIP Fase 1, terdapat di 3 (tiga) Kota Administrasi yang meliputi: Jakarta Pusat (Sentiong-Sunter, Ciliwung-Gn. Sahari dan Waduk Melati), Jakarta Utara (Ciliwung-Gn. Sahari dan Sunter Drain) dan Jakarta Barat (Cengkareng Drain). Rona lingkungan awal di sekitar lokasi rencana kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.1 KOMPONEN TATA RUANG Secara geografis Jakarta yang merupakan Ibu Kota Negara terletak di muara banyak sungai (13 sungai) di antaranya (Sungai Mokervart, Angke, Pasanggrahan, Ciliwung, Cideng, Krukut, Grogol, Sekretaris, Cipinang, Sunter, Buaran, Cakung) yang merupakan rawa-rawa (Rawa Badak, Buaya, Jati, Mangun dan lain lain). Dataran rendah dengan elevasi -1,0 sampai dengan + 3,0, Jakarta Pusat sampai Jakarta Utara merupakan tempat genangan air (retension basin), karena air tidak bisa keluar secara gravitasi tertahan air pasang. DAS ke 13 sungai di atas membentuk wilayah sungai (gabungan sungai) yang berbentuk kipas kerucut (gunung) dengan mahkota puncak Sub DAS Ciliwung (±150 km 2 ). Bentuk wilayah sungai demikian sebenarnya mengindikasikan secara alamiah Jakarta seharusnya tidak banjir, karena air hujan dari hulu akan tersebar luas (melebar) ke hilir / muara. Hal tersebut menjadikan penetapan pusat kegiatan kerajaan Jayakarta yang selanjutnya berubah Batavia (Jaman Belanda) dan terakhir menjadi Jakarta (Gambar III-1). Perkembangan terkini, Jakarta tidak mempunyai muara dan rawa yang memadai. Rawa terakhir menjadi pusat pemukiman / bisnis seperti Pantai Indah Kapuk dan Kelapa Gading, Jakarta juga tidak mempunyai bantaran sungai, bahkan alur utama menyempit akibat aktivitas penduduk Jakarta yang hampir 10 juta jiwa. Jakarta tidak mempunyai sarana prasarana drainase yang cukup. Di bagian tengah DAS sungai-sungai yang bermuara di Jakarta adalah kota Depok, Kabupaten/Kota Bogor, juga padat penduduk dan pusat pertumbuhan, pusat pemukiman di Cibubur, Sawangan, Bekasi dan lainlain, yang menyebabkan situ dan lembah serta kawasan terbuka / lindung Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-1 ]

43 (daerah resapan air) hilang akibat beralih fungsi menjadi lahan/bangunan kedap air. Pada bagian hulu DAS Ciliwung yang mencakup wilayah Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) saat ini telah menjadi pusat Villa (bertumbuh 1000 Villa sejak tahun 2000), serta pemukiman umum, yang menjadikan DAS Ciliwung tidak lagi mempunyai daerah tangkapan air atau resapan, sebagai pengendali bahaya banjir dan kekeringan bagi Jakarta. Dari uraian di atas dapat disimpulkan wilayah Jakarta secara geografis sebenarnya sangat menguntungkan/strategis (right place) dekat air (muara/laut) sebagai pusat kegiatan (permukiman, pemerintahan, bisnis) dan akses keluar/ke dalam, akan tetapi akibat pengunaan lahan (DAS dan wilayah Jakarta) yang tidak terkendali, Jakarta tidak lagi mempunyai daya dukung dalam pengendalian banjir baik banjir lokal maupun kiriman. Berdasarkan dokumentasi yang tersedia, Kota Jakarta dilanda banjir pada tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1996, 2002 dan Banjir di Jakarta yang terjadi pada tahun 1996 selain menggenangi hampir seluruh penjuru kota juga menjadi tragedi nasional yang menjadi perhatian dunia. Banjir besar ini dipercaya sebagai banjir lima tahunan yang akan berulang setiap lima tahun. Pada awal 2002 banjir melanda Jakarta dan sekitarnya dan pada awal 2007 banjir kembali melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan cakupan wilayah genangan yang lebih luas. Terjadinya banjir di Jakarta, pada dasarnya disebabkan oleh: Luapan air sungai karena aliran air dari hulu yang melebihi kapasitas sungai; Tidak memadainya fungsi saluran drainase serta semakin berkurangnya daerah resapan untuk Jakarta; Sulitnya pemeliharaan sungai karena sebagian bantaran sungai telah digunakan sebagai areal permukiman; Pola pengelolaan sampah yang buruk dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam kebersihan lingkungan; dan Kerusakan lingkungan daerah tangkapan air di bagian hulu sungai akibat pemanfaatan yang kurang terkendali. Dengan demikian, wilayah kota Jakarta daratan rawan terhadap banjir. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-2 ]

44 Sumber: Basin Water Resources Management Planning (BWRMP) Project Gambar III-1 Daerah Aliran Sungai yang Terdapat di DKI Jakarta Sistem Pengembangan Pengendalian Banjir di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta pasal 21, pengembangan sistem prasarana wilayah, khususnya sistem pengendalian banjir di DKI Jakarta akan dilakukan, yaitu: (1) Pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase diarahkan untuk: a. Menciptakan lingkungan kota yang bebas banjir dan genangan air; b. Menata daerah aliran atau koridor 13 sungai utama sebagai bagian penting dari unsur kota dengan menjadikannya sebagai orientasi kawasan; c. Mengoptimalkan dan memadukan fungsi jaringan saluran makro, sub makro, mikro, dan lokasi tampungan air (waduk/situ) dalam pengelolaan sistem kawasan. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-3 ]

45 (2) Pengembangan prasarana pengendalian banjir ditujukan untuk meningkatkan kapasitas prasarana pengendalian banjir 100 tahunan dengan tetap mempertimbangkan debit minimal aliran mantap beserta kualitasnya. (3) Pengembangan prasarana dilakukan melalui: a. Normalisasi aliran 13 sungai; b. Penyempurnaan sistem aliran Kanal Barat dan Cengkareng Drain untuk bagian barat; c. Penyempurnaan sistem aliran Cakung Drain, Sungai Sunter, dan pembangunan Banjir Kanal Timur untuk bagian timur; d. Penyempurnaan dan penambahan sistem polder terutama pada bagian utara. (4) Penataan kembali sempadan sungai sejalan dengan penataan sungai menurut fungsinya yaitu sebagai pengendali banjir, drainase, dan penggelontor. (5) Pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi situ-situ sebagai lokasi tempat penampungan air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan atau palung secara terbatas. (6) Rasio badan air yang mencakup saluran, kali, sungai, banjir kanal, situ, dan waduk tahun 2010 seluas 4,92% dari luas wilayah Kota Jakarta. (7) Pengembangan prasarana pengendali banjir. (8) Pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang merupakan saluran umum. (9) Badan air berupa saluran, kali, sungai, banjir kanal, situ dan waduk tidak dapat diubah peruntukannya. Berdasarkan arahan pengembangan sistem prasarana wilayah, khususnya untuk pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase diarahkan melalui: a. Peningkatan kapasitas dan daya tampung prasarana pengendalian banjir 100 tahunan untuk Banjir Kanal Barat menjadi 500 m 3 /detik, peningkatan daya tampung Cengkareng Drain menjadi 510 m 3 /detik, pembangunan saluran penghubung sungai Sunter-Cakung dengan kapasitas 220 m 3 /detik, dimulainya pelaksanaan Banjir Kanal Timur dengan kapasitas 370 m 3 /detik, optimalisasi dan normalisasi 13 sungai utama serta pengembangan sistem polder pada kawasan rendah; b. Penataan kembali kawasan sempadan sungai bebas dari bangunan dan menjadikan sungai sebagai bagian dari halaman depan (front yard); c. Peningkatan kapasitas saluran makro, sub makro, saluran mikro dan lokasi penampungan air yang ada melalui pengerukan secara berkala; Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-4 ]

46 d. Pembangunan dan pengembalian fungsi situ-situ dan waduk sebagai lokasi tempat penampungan air; e. Kerjasama antar pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana/sarana pengendalian banjir dan penataan sungai terutama dalam hal pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan hasilnya Sistem Pengembangan Pengendalian Banjir di Wilayah Kota Administrasi Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta pasal 70, dan Buku Profil Penataan Ruang Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003 pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di masing-masing Kota Administrasi seperti diuraikan di bawah ini: A. Kota Administrasi Jakarta Pusat Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di Kota Administrasi Jakarta Pusat, yaitu: 1. Peningkatan kapasitas Kali Ciliwung, Kali Sentiong, Kali Malang, Kali Item, Kali Mati; 2. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan masalah genangan air terutama di kawasan Sawah Besar, Mangga Besar, Mangga Dua dan Jati Pinggir; 3. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di Banjir Kanal, Kali Duri dan Kali Ciliwung; 4. Peningkatan kapasitas sungai saluran penghubung dan saluran lingkungan serta pengembangan sistem Polder pada areal dataran rendah. B. Kota Administrasi Jakarta Utara Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di Kota Jakarta Utara, yaitu : 1. Peningkatan kapasitas Kali Cakung Drain, Kali Cakung Lama, Kali Ciliwung, KaliKamal; 2. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan genanganan Terutama di kawasan jalan tol Sediyatmo, kawasan Pluit, Kelapa Gading, Tugu Utara, 3. Penataan Kebon Bawang, Rawa Badak dan Pademangan; 4. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di kamal,banjir Kanal, Kali Sunter, Kali Cakung dan Kali Ciliwung; Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-5 ]

47 5. Peningkatan kapasitas sungai, saluran dan penghubung dan saluran lingkungan serta pengembangan sistem Polder pada areal dataran rendah; 6. Pembangunan tangkapan air di Penjaringan; C. Kota Administrasi Jakarta Barat Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di Kota Jakarta Barat, yaitu : 1. Peningkatan kapasitas Kali Mookervart, Kali Tubagus Angke, Kali Sepah, Kali Banjir Kanal dan Kali Grogol; 2. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan genangan air terutama di kawasan Pal Merah, Jelambar, Kapuk Muara, Kamal Tegal Alur, Kamal, Tegal Alur, Kedaung Angke dan Rawa Buaya; 3. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di bantaran Kali Mookervart, Kali Tubagus Angke, Kali Grogol dan Kali Banjir Kanal; 4. Peningkatan kapasitas sungai, saluran penghubung dan saluran lingkungan serta Pengembangan sistem Polder pada areal dataran rendah; 5. Pembangunan tangkapan air di kawasan Kembangan dan Kali Deres; D. Kota Administrasi Jakarta Selatan 1. Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir Kota Jakarta Selatan, yaitu : 2. Peningkatan kapasitas Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru dan Kali Ciliwung; 3. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan genangan air terutama di kawasan Bintaro, Ulujami, Ciledug Raya, Petogogan, Gandaria dan BukitDuri; 4. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di bantaran kali Ciliwung, kali Pesanggrahan, kali Grogol dan kali Baru; 5. Peningkatan kapasitas sungai saluran penghubung dan saluran lingkungan serta pengembangan sistem Polder pada areal dataran rendah; 6. Pembangunan tangkapan air di kawasan Pasar Minggu, Cilandak, Jagakarsa dan Kebayoran Lama. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-6 ]

48 E. Kota Administrasi Jakarta Timur Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir Kota Jakarta Timur, yaitu : 1. Peningkatan kapasitas Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, kali Sunter dan kali Jati Kramat; 2. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran menyelesaikan genangan air terutama di kawasan Kampung Rambutan, kampung Makasar, Kebon Pala, Dewi Sartika, Otista Raya, Kebon Nanas, Cipinang Jaya, Cipinang Muara dan Pondok Bambu; 3. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di bantaran Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter dan Kali Jati Kramat; 4. Peningkatan kapasitas sungai, saluran penghubung dan saluran lingkungan serta pengembangan sistem Polder pada areal dataran rendah; 5. Pembangunan tangkapan air di kawasan Halim Perdana Kusuma, Pasar Rebo, Cilangkap dan Ciracas Sungai dan Sistem Drainase Utama Umum Jaringan Drainase di DKI Jakarta terdiri dari banyak Sungai besar dan kecil dan saluran drainase termasuk bangunan-bangunan pelengkapanya. Untuk keperluan proyek ini maka perlu di tentukan pembagian tanggung jawab secara kelembagaan terhadap sungai dan jaringan drainase tersebut. Secara garis besar tanggung jawab tersebut ada pada dua institusi yang berbeda yaitu : a. Pemerintah Pusat (KIMPRASWIL-Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane ( PIPWS-CC ) bertanggung jawab terhadap sungai-sungai dan saluran drainase utama yang mengalir melalui wilayah DKI Jakarta. b. Pemerintah Daerah (DKI Jakarta) bertanggung jawab terhadap sistem saluran drainase Utama dan internal. Sungai atau sistem drainase utama terdiri dari satu atau beberapa anak sungai yang mempunyai satu muara ke Laut Jawa. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-7 ]

49 Gambar III-2 Diagram Pembagian Kewenangan Kelembagaan untuk Sungaisungai, Drainase dan Muaranya di DKI Jakarta Sistem Sungai Uraian ringkas sistem sungai yang ada di bagi menjadi sub-sistem di uraikan di bawah ini sedangkan daftar sungai-sungai yang ada di tunjukan pada Tabel III-1 dan sesuai dengan diagram bagan sungai Gambar III-2. Tabel III-1 Sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta Di bawah tanggung jawab Pemerintah Pusat No Name Sungai No sesuai Gambar III 2 1 Mookervaart [1] 2 Angke [2] 3 Pesanggrahan [3] 4 Grogol [4] 5 Krukut [5] 6 Ciliwung [6] 7 Cipinang [7] 8 Sunter [8] 9 Buaran [9] 10 Jatikramat [10] 11 Cakung [11] 12 Cenkareng Draiain* [12] 13 Sodetan Grogol [13] Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-8 ]

50 No Name Sungai No sesuai Gambar III 2 14 Cakung Drain* [14] 15 Western Banjir Canal* [15] 16 Eastern Banjir Canal*(under construction) * Drainase Utama dianggap sebagai sungai. Sistem Cengkareng Pada bagian barat Wilayah DKI, Sudetan Grogol, Angke dan Pesanggrahan bergabung menjadi satu dan mengalir melalui Cengkareng drain yng bermuara di laut Jawa. Kali Mookervaart dari Sungai.Cisadane juga bergabung ke Cengkareng Drain. Sistem Banjir Kanal Barat Hampir seluruh aliran banjir Sungai.Ciliwung di alirkan ke Banjir Kanal Barat melalui Pintu Air Banjir Manggarai. Sungai-sungai Krukut di bendung Krukut dan bagian hilir Kali Angke disalurkan juga ke Banjir Kanal Barat dengan sistem gravitasi. Disini perlu di catat bahwa Sungai Ciliwung di hulu Bendung Manggarai termasuk Banjir Kanal Barat menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat (PIPWS-CC). Sedangkan bagian hilir Sungai Ciliwung dari Manggarai ke arah utara merupakan Saluran drainase yang mengalirkan air banjir lokal ke laut Jawa. Bagian ini menjadi tanggung jawab Pemda DKI. Sistem Sunter Kali Cipinang bergabung dengan Kali Sunter di daerah rendah yang mengalir secara gravitasi kehilir ke laut Jawa di daerah Pelabuhan Tanjung Priok Pada sistem ini bermacam-macam pintu di operasikan untuk mengatur muka air di musim kering dan musim hujan. Sistem Cakung Jati Kramat dan Buaran bergabung dan membentuk Kali Buaran, selanjutnya Kali Buaran mengalir ke hilir bergabung dengan Cakung Drain yang merupa kan Sungai Buatan untuk mengairkan aliran Sungai Cakung Lama. Cakung Drain mengairkan air banjir ke laut Jawa. Saat ini Banjir Kanal Timur sedang dalam tahap pembangunan. Untuk jangka panjang Banjir Kanal Timur akan menampung semua aliran banjir dari daerah hulu untuk bagian Timur DKI Jakarta seperti Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali.Jati Kramat dan Kali Cakung, dan mengalirkanya melalui perbatasan DKI Jakarta ke Laut Jawa. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-9 ]

51 Bangunan-bangunan Pelengkap. Bangunan-bangunan yang di tunjukan dalam Tabel III-2 di bawah ini menjadi tanggung jawab PIPWS-CC. Tabel III-2 Pintu Air, Sipon dan Jaringan (PIPWS-CC) No.* Pintu/Sipon/Saringan (PIPWS CC) (1) Pintu Air Cengkarang Drain (2) Pintu Air Manggarai I (3) Pintu Air Karet I (4) Pintu Air Pulo Gadung (5) Pintu Air Pondok Pinang (6) Pintu Air Sunter (7) Pintu Air Polor (8) Pintu Air Koneng (9) Pintu pintu Air dari Kanal Tarum Barat yang mengatur pengaliran air ke sungai/saluran di hilir (10) Pintu Air Cakung Drain Catatan: * Nomor Sesuai yang di tunjukan dalam Gambar III Drainase Utama Sistem drainase utama di operasikan dengan Pompa, Pintu pengatur, sipon dan pintu penguras. Saluran Drainase utama ini menjadi tanggung jawab Pemda DKI Jakarta. Diagram Saluran drainase utama yang di bagi menjadi sub sistem ditunjukan pada Gambar III-2. Daftar Saluran utama dengan penomeran sesuai dengan lay out di tunjukan pada Tabel III-3 di bawah ini. Tabel III-3 Saluran Utama dibawah Pengawasan Pemda DKI No.* Saluran Drainase Utama (DKI) No. Saluran Utama (DKI) (1) Kali Sepak (18) Kali Baru Barat (2) Kali Ulujami (19) Saluran Kalibata (3) Kali Maruya (20) Sodetan Bali Matraman (4) Kali Mookevart (21) Kali Ciliwung Bawah (5) Kali sekretaris (22) Kali Ciliwung Gunung Sahari (6) Kali Pluis (23) Kali Ciliwung Gajah Mada (7) Kali Grogol (24) Kali Anak Ciliwung (8) Sodetan Grogol Sekretaris (25) Kali Baru Timur (9) Kali Jelambar (26) Kali Ancol (10) Kali Duri (27) Kali Sentiong Sunter (kali Item) (11) Kali Muara Karang (28) Kali Cakung Lama (12) Kali Ciragil (29) Kali Mati (13) Kali Mampang (30) Kali Pademangan Barat (14) Kali Cideng (31) Kali PademanganTimur (15) Kali Jelakeng (32) Kali Kamal (16) Kali Besar (33) Kali Tanjugan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-10 ]

52 No.* Saluran Drainase Utama (DKI) No. Saluran Utama (DKI) (17) Kali Krukut Bawah (34) Kali Angke (lower section) (35) Kali Blencong Note: * Nomor di tandai pada Gambar. III Bangunan Pelengkap Pada saluran Drainase utama terdapat bangunan-bangunan pelengkap seperti pintu pengatur, sipon, saringan dan lain-lain. Bangunan-bangunan ini di pelihara dan di operasikan oleh Pemda DKI. Daftar bangunanbangunan tersebut di tunjukan pada Tabel III-4. Tabel III-4 Bangunan pelengkap pada Sistem Drainase. No.* Pintu /Syphon/Trash Rack (DKI) No. Pintu/Syphon/Trash Rack (DKI) (1) Pintu Air Pasar Ikan (10) Pintu Air Kampung Gusti (2) Saringan Sampah Teluk Gong (11) Pintu Air Jembatan Dua (3) Pintu Air Syphon Pluit (12) Pintu Air Jembatan Merah (4) Pintu Air Bendungan Jago I & II (13) Pintu Air Bunderan Grogol (5) Pintu Air Manggarai II (14) Pintu Air Cideng (6) Pintu Air Krukut (15) Pintu Air Bunderan Grogol (7) Pintu Air Capitol (Istiqlal) (16) Syphon Kali Cideng (8) Pintu Air Tangki (17) Syphon Teluk Gong (9) Pintu Air Kali Duri (18) Saringan Sampah Gunung Sahari (19) Various gates, siphons and trashracks Note: * * Nomor di tandai pada Gambar III Waduk Waduk yang paling besar di wilayah DKI Jakarta adalah Waduk Pluit (Luas 80 ha). Waduk lain yang telah di rancang di sepanjang Kali Sunter (di sebelah selatan pelabuhan Udara Halim) dengan luas total 110 ha, sampai saat ini baru tahap 1 (5 ha) yang di bangun. Di samping waduk tersebut di atas terdapat waduk-waduk yang lebih kecil yang di kenal dengan nama situ-situ. Kebanyakan di lengkapi dengan stasiun pompa dan berlaku sebagai waduk. Daftar waduk dan penomoran sesuai gambar peta di tunjukan pada Tabel III-5, sedangkan lokasinya seperti di tunjukan pada Gambar III-2. Tabel III-5 Waduk/Stasiun Pompa (DKI) No. * Waduk/ Stasiun Pompa No. Waduk/ Stasiun Pompa (1) Waduk dan Pompa Tomang Barat (10) Pompa Istana (2) Waduk dan Pompa Grogol (11) Pompa Mangga Dua Utara (3) Waduk dan Pompa Rawa Kepa (12) Waduk dan Pompa Sunter Timur I (4) Waduk dan Pompa Pluit (13) Waduk dan Pompa Sunter Timur III (5) Waduk dan Pompa Muara Angke (14) Waduk dan Pompa Sunter Barat Utara (6) Waduk dan Pompa Setiabudi Barat (15) Waduk Sunter Barat Selatan (7) Waduk dan Pompa Setiabudi Timur (16) Waduk dan Pompa Teluk Gong Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-11 ]

53 No. * Waduk/ Stasiun Pompa No. Waduk/ Stasiun Pompa (8) Pompa Pondok Bandung (17) Waduk dan Pompa Ancol (9) Pompa Cideng (18) Waduk Melati (19) Various basins and pumps in DKI Jakarta Note: * Nomor sesuai Gambar III Kawasan Drainase Internal Kawasan Drainase Internal yang mengalirkan air banjir ke sistem utama atau Sungai atau Drainase dengan jalan di Pompa di namakan daerah polder. Kebanyakan daerah polder berlokasi di bagian Utara wilayah DKI. Semua Polder yang ada di pelihara dan di operasikan oleh Pemda DKI. 3.2 KOMPONEN GEOFISIK KIMIA Iklim Curah Hujan Data curah hujan bersumber dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan pada Tabel III-6. Tabel III-6 Curah Hujan di Wilayah Studi Periode Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : BMG Stasiun Tanjung Priok ( ) Curah Hujan (mm) Dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok tersebut di atas terlihat bahwa curah hujan bulanan tertinggi jatuh pada bulan Januari dengan rata-rata sebesar 416 mm, sedang curah hujan bulanan terkecil jatuh pada bulan Agustus dengan rata-rata sebesar 32 mm. Berdasarkan data curah hujan tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terjadi perbedaan curah hujan rata-rata bulanan yang mencolok antara musim kemarau dengan penghujan. Menurut penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson, termasuk iklim tipe A basah karena curah hujan rata-rata bulanannya lebih besar dari 100 mm. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-12 ]

54 Temperatur Udara Data temperatur udara bersumber dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan pada Tabel III-7. Tabel III-7 Data Temperatur Udara Bulanan ( o C) Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan Maksimum Minimum Rata rata 29,8 30,2 31,0 32,8 32,9 32,8 32,7 32,5 32,4 32,6 32,6 31,4 Sumber : BMG Stasiun Tanjung Priok, ( ) 22,8 22,8 23,4 24,0 24,2 24,3 23,7 23,4 21,9 22,3 22,8 22,8 25,8 26,4 26,6 27,5 27,6 27,6 27,3 27,2 27,0 27,1 27,1 26,2 Berdasarkan data temperatur udara di atas terlihat bahwa temperatur ratarata bulanan tertinggi jatuh pada bulan Agustus (30,6 0 C) dan terendah pada bulan Desember dan Februari (28,5 0 C). Berdasarkan data curah hujan dan temperatur udara bulanan dapat ditentukan tipe iklim setempat sesuai dengan klasifikasi tipe iklim menurut Koppen, termasuk tipe iklim Af yaitu tipe iklim hujan tropis Penyinaran Matahari Data mengenai penyinaran matahar bersumber dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan pada Tabel III-8. Tabel III-8 Data Rata-rata Penyinaran Matahari Bulanan di Wilayah DKI Jakarta Periode Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : BMG Stasiun Tanjung Priok ( ) Penyinaran Matahari (mm) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-13 ]

55 Arah dan Kecepatan Angin Data arah dan kecepatan angin rata-rata bulanan bersumber dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok, sebagaimana disajikan pada Tabel III-9. Tabel III-9 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata bulanan (Knot) Stasiun Tanjung Priok, Periode Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1998 W/01 W/02 N/02 NE/02 N/02 W/03 E/03 E/03 E/02 NW/03 W/02 NE/ NW/02 S/03 NW/02 W/04 N/03 E/02 NE/04 E/02 NE/03 N/03 N/03 SW/ W/02 W/02 W/03 W/03 NE/02 E/04 E/04 NE/03 S/04 S/04 E/03 SW/ NW/04 NW/04 W/03 NE/03 NE/02 E/03 E/04 E/04 S/03 E/03 S/03 SE/ NW/03 W/03 W/04 E/04 E/03 E/04 NE/03 NE/04 NW/03 N/01 S/02 SE/ W/02 W/03 W/04 SW/03 N/03 E/03 E/04 NE/04 N/04 N/01 W/04 W/ W/03 N/03 NE/03 NW/03 E/02 E/02 NE/02 NE/02 NE/02 NE/02 N/02 W/ W/03 N/02 W/02 N/03 E/02 N/03 E/02 N/03 NE/02 N/02 N/02 N/ W/03 W/02 W/03 N/02 N/03 N/03 NE/02 N/04 N/03 N/03 N/03 N/ W/03 W/04 SW/02 N/03 N/03 N/03 NE/03 N/04 N/03 N/03 N/03 N/03 Sumber : Stasiun Meteorologi Stasiun Tanjung Priok Jakarta, ( ) Keterangan arah : N = dari utara SW = dari barat daya NE = dari timur laut W = dari barat E = dari timur NW = dari barat laut SE = dari tenggara Kec = Knot = mil/jam S = dari selatan Berdasarkan data arah dan kecepatan angin tersebut di atas terlihat bahwa bulan Desember sampai dengan Maret angin cenderung dari arah barat, pada bulan April dan Mei angin cenderung arah timur laut, sedangkan bulan Juni hingga September angin cenderung dari arah timur, Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1 hingga 4 knot Kualitas Udara dan Kebauan Kualitas Udara Ambien Pengukuran terhadap kualitas udara ambien dilakukan pada bulan November 2009 sebanyak lima titik untuk mewakili wilayah studi. Hasil analisis dari contoh udara ambien ditampilkan dalam Tabel III-10. Hasil analisis dibandingkan dengan standar maksimum yang diperbolehkan sebagaimana dipersyaratkan dalam SK Gub DKI Jakarta N tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Berikut ini hasil analisis dari parameter yang dianalisis antara lain SO 2, CO, O 2, O 3, HC, TSP, Pb. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-14 ]

56 Tabel III-10 Analisis Kualitas Udara NO. PARAMETER 1 Sulfur Dioksida (SO 2 ) ***) 2 Karbon Monoksida (CO) BAKU HASIL SATUAN MUTU*) µg/nm 3 21,84 19,28 26,96 25,88 21, µg/nm µg/nm µg/nm 3 3 Nitrogen Dioksida 400 µg/nm 3 18,04 16,05 23,50 21,19 22,21 (NO 2 ) ***) 150 µg/nm 3 4 Oksidan (O 3 ) ***) 200 µg/nm 3 23,89 17,20 21,56 21,74 23,19 5 Hidrokarbon (HC) 160 µg/nm Debu (TSP) 7 Timbal (Pb) 8 Amonia (NH 3 ) ***) 9 Hidrogen Sulfida (H 2 S) 230 µg/nm 3 µg/nm µg/nm 3 µg/nm 3 0,08 < 0,03 0,04 0,04 0,07 2 **) ppm 0, , , , , ,02 **) ppm 0,00093 < 0, , ,00098 < 0,00072 Ket : *) = SK Gub DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta **) = KepMENLH No. 50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan ***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25 C, 76 cmhg) Hasil pengukuran terhadap parameter lingkungan, udara ambient semuanya berada dibawah baku mutu lingkungan dan untuk parameter kebauan yang digambarkan oleh NH3 dan H2S juga dibawah baku mutu lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut rona lingkungan diareal studi dapat dikatakan baik dari sisi udara ambient. Parametrer kualitas udara yang sudah mendekati baku mutu SK Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 adalah debu (TSP) yang berkisar antara µg/nm3 dari baku mutu sebesar 230 µg/nm 3. Secara rinci hasil pengukuran untuk parameter SO2, NOx, debu dijelaskan sebagai berikut: a) SO 2 Nilai konsentrasi SO 2 udara ambient di lima lokasi pengamatan di wilayah studi pada pengamatan bulan November 2009 masih memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan SK Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 (365 μg/m³). Nilai konsentrasi SO 2 pada pengamatan berkisar antara 18,28 26,96 µg/nm 3. b) NO 2 Seperti halnya nilai konsentrasi SO 2, nilai NO 2 pada pengamatan bulan November 2009 berkisar 16,05 23,50 μg/nm³ (siang). Nilai tersebut masih memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan SK Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 (400 μg/m³). Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-15 ]

57 c) Debu Debu yang diukur pada pengamatan bulan November 2009 adalah TSP (total partikulat tersuspensi). Secara umum nilai konsentrasi debu udara ambien masih memenuhi baku mutu lingkungan berdasarkan SK Gub. DKI Jakarta No. 551 tahun 2001, TSP (total partikulat tersuspensi) masih memenuhi mutu lingkungan Kebauan Hasil pengukuran kebauan dengan parameter CH3SH (Metil merkaptan) dan (CH 3 ) 2 S (Metil merkaptan) berdasarkan KEP.50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan yang dikur di loma lokasi pengukuran semua masih memenuhi baku mutu tingkat kebauan. Hasil pengukuran diuketahui bahwa metil merkaptan dengan nilai 0, ,00182 ppm dan untuk metil sulfida adalah 0, ,00505 ppm. Secara rinci hasil analisis parameter tingkat kebauan ditampilkan pada Tabel III-11. Tabel III-11 Hasil Analisis Tingkat Kebauan di Lokasi Studi Parameter No. Lokasi Sampling Metil Merkaptan (CH 3 SH) Metil Sulfida (CH 3 ) 2 S 1. Waduk Melati (WMU 1) 0, ,00101 Sungai Cengkareng Drain ( SCU 1) 0, ,00505 Sungai Ciliwung Gunung Sahari (GSU 1) 0, ,00111 Sungai Kanal Sunter (KSU 1) 0, ,00098 Sungai Sentiong Sunter (SSU 1) 0, ,00103 Baku Mutu *) 0,002 0,01 Keterangan : *) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan Kebisingan Wilayah studi yang saat ini merupakan fasilitas umum, yaitu berupa kawasan perkantoran perdagangan, kawasan perumahan - pemukiman, dan kawasan perdagangan dan jasa. Hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di lima lokasi mengambarkan bahwa di semua lokasi tersebut baik untuk kawasan perumahan pemukiman, perkantoran - perdangan dan perdagangan jasa sudah melebihi baku mutu tingkat kebisingan. Nilai kebisingan di kawasan perumahan adalah 57,0 60,5 (Cengkareng Drain), kawasan perkantoran dan perdagangan adalah 65,7 67,2 (Gunung Sahari, Kanal Sunter, dan Sentiong Sunter). Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-16 ]

58 Tabel III-12 Hasil Pengukuran Kebisingan di Lokasi Studi NO. Lokasi Pengukuran Kode HASIL *) db(a) 1 Waduk Melati WMK 1 67,2 WMK 2 65,7 2 Sungai Cengkareng Drain SCK 1 60,5 SCK 2 57,0 3 Sungai Ciliwung Gunung Sahari GSK 1 75,7 GSK 2 75,7 4 Sungai Kanal Sunter KSK 1 74,2 KSK 2 57,1 5 Sungai Sentiong Sunter SSK 1 75,8 SSK 2 75,6 Keterangan : *) = Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu Pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik. SK Gub DKI Jakarta No. 551 tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta Topografi Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain: S. Ciliwung, S. Grogol, S. Krukut, S. Angke, S Pesanggrahan dan S. Sunter Formasi Geologis dan Tanah Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada Jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m - 15 m. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-17 ]

59 3.2.6 Kualitas Air Permukaan Kualitas air dapat dikelompokkan dalam beberapa sifat yaitu sifat fisika, kimia dan mikrobiologi. Hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan Kep Gub DKI Jakarta No. 582/1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta. Lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan dilakukan pada masingmasing lokasi yang akan dilakukan kegiatan pengerukan yaitu Waduk Melati (WMA 1 dan WMA 2), Cengkareng Drain (SCA 1, SCA 2, dan SCA 3), Sungai Ciliwung-Gunung Sahari (GSA 1, GSA 2, dan GSA 3), Kanal Sunter (KSA 1, KSA 2, dan KSA 3) dan Sungai Sentiong-Sunter (SSA 1, SSA 2, dan SSA 3). Hasil uji laboratorium terhadap kualitas air permukaan dari lokasilokasi seperti ditunjukkan pada Tabel III-13 sampai dengan Tabel III-17. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-18 ]

60 Tabel III-13 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Waduk Melati No PARAMETER SATUAN Baku Mutu *) WMA 1 WMA 2 A. FISIKA 1 Suhu (Insitu) **) 0 C Normal 33,7 30,2 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/l Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm B. KIMIA 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,0005 < 0,0005 < 0, Arsen (As) mg/l 0,050 < 0,005 < 0,005 3 Boron (B) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 4 Kadmium (Cd) mg/l 0,010 < 0,003 < 0,003 5 Kobalt (Co) mg/l 0,020 < 0,02 < 0,02 6 Khromium VI (Cr 6+ ) mg/l 0,050 < 0,01 < 0,01 7 Mangan (Mn) **) mg/l 1,0 0,51 0,39 8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,9 50,7 9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/l 3,0 1,0 1,0 10 ph (Insitu) **) 6,0 8,5 8,69 7,89 11 Selenium (Se) mg/l 0,050 < 0,002 < 0, Seng (Zn) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 13 Nikel (Ni) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 14 Sulfat (SO 4 ) **) mg/l ,1 25,6 15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1,25 2,50 2,69 2,29 16 Tembaga (Cu) **) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 17 Timbal (Pb) mg/l 0,10 < 0,01 < 0,01 18 Sodium Absortion Ratio (SAR) 10,0 18,0 1,7 1,6 19 Minyak & lemak mg/l Nihil < 0,2 1,5 20 Detergen (MBAS) mg/l 0,50 0,70 0,51 21 Phosphat (PO 4 P) **) mg/l 0,50 2,83 1,84 22 Nilai Permanganat (KMnO 4 ) **) mg/l 25,0 94,1 47,5 23 BOD 5 mg/l COD **) mg/l C. MIKROBIOLOGI 1 Koliform Tinja Jml/100ml Total Koliform Jml/100ml Keterangan : *) = KEP GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995 Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan **) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN < = Lebih kecil Pengambilan sample pada tanggal 12 November 2009 Hasil analisis PT. UNILAB PERDANA Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-19 ]

61 Tabel III-14 Gambar Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Cengkareng Drain No PARAMETER SATUAN Baku Mutu *) A. FISIKA 1 Suhu (Insitu) **) SCA 1 SCA 2 SCA 3 0 C Normal 30,6 30,0 28,2 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/l Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm B. KIMIA 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0, Arsen (As) mg/l 0,050 < 0,005 < 0,005 < 0,005 3 Boron (B) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 4 Kadmium (Cd) mg/l 0,010 < 0,003 < 0,003 < 0,003 5 Kobalt (Co) mg/l 0,020 < 0,02 < 0,02 < 0,02 6 Khromium VI (Cr 6+ ) mg/l 0,050 < 0,01 < 0,01 < 0,01 7 Mangan (Mn) **) mg/l 1,0 < 0,02 < 0,02 < 0,02 8 Garam Alkali (Na) % 50,0 49,3 49,5 50,2 9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/l 3,0 3,8 3,4 2,8 10 ph (Insitu) **) 6,0 8,5 7,51 7,67 7,75 11 Selenium (Se) mg/l 0,050 < 0,002 < 0,002 < 0, Seng (Zn) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 0,01 13 Nikel (Ni) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 14 Sulfat (SO 4 ) **) mg/l ,8 19,2 27,2 15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1,25 2,50 0,53 0,51 2,44 16 Tembaga (Cu) **) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 17 Timbal (Pb) mg/l 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 18 Sodium Absortion Ratio (SAR) 10,0 18,0 0,8 0,9 1,1 19 Minyak & lemak mg/l Nihil < 0,2 < 0,2 < 0,2 20 Detergen (MBAS) mg/l 0,50 0,10 0,06 0,07 21 Phosphat (PO 4 P) **) mg/l 0,50 0,06 1,23 0,29 22 Nilai Permanganat (KMnO 4 ) **) mg/l 25,0 13,4 14,9 17,3 23 BOD 5 mg/l COD **) mg/l C. MIKROBIOLOGI 1 Koliform Tinja Jml/100ml Total Koliform Jml/100ml Keterangan : *) = KEP GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995 Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan **) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN < = Lebih kecil Pengambilan sample pada tanggal 12 November 2009 Hasil analisis PT. UNILAB PERDANA Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-20 ]

62 Tabel III-15 Hasil Analisis kualitas air di Lokasi Sungai Ciliwung-Gunung Sahari No PARAMETER SATUAN Baku Mutu *) A. FISIKA 1 Suhu (Insitu) **) GSA 1 GSA 2 GSA 3 0 C Normal 30,1 30,1 31,5 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/l Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm B. KIMIA 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0, Arsen (As) mg/l 0,050 < 0,005 < 0,005 < 0,005 3 Boron (B) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 4 Kadmium (Cd) mg/l 0,010 < 0,003 < 0,003 < 0,003 5 Kobalt (Co) mg/l 0,020 < 0,02 < 0,02 < 0,02 6 Khromium VI (Cr 6+ ) mg/l 0,050 < 0,01 < 0,01 < 0,01 7 Mangan (Mn) **) mg/l 1,0 < 0,02 < 0,02 < 0,02 8 Garam Alkali (Na) % 50,0 49,8 50,8 50,5 9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/l 3,0 2,8 2,8 2,0 10 ph (Insitu) **) 6,0 8,5 7,75 7,91 7,81 11 Selenium (Se) mg/l 0,050 < 0,002 < 0,002 < 0, Seng (Zn) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Nikel (Ni) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 14 Sulfat (SO 4 ) **) mg/l ,4 54,2 53,4 15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1,25 2,50 0,51 3,27 0,07 16 Tembaga (Cu) **) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 17 Timbal (Pb) mg/l 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 18 Sodium Absortion Ratio (SAR) 10,0 18,0 0,9 1,4 1,4 19 Minyak & lemak mg/l Nihil < 0,2 < 0,2 < 0,2 20 Detergen (MBAS) mg/l 0,50 0,10 0,11 0,12 21 Phosphat (PO 4 P) **) mg/l 0,50 0,13 0,51 0,40 22 Nilai Permanganat (KMnO 4 ) **) mg/l 25,0 16,8 18,7 21,6 23 BOD 5 mg/l COD **) mg/l C. MIKROBIOLOGI 1 Koliform Tinja Jml/100ml Total Koliform Jml/100ml Keterangan : *) = KEP GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995 Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan **) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN < = Lebih kecil Pengambilan sample pada tanggal 13 November 2009 Hasil analisis PT. UNILAB PERDANA Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-21 ]

63 Tabel III-16 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Sungai Sunter No PARAMETER SATUAN Baku Mutu *) A. FISIKA 1 Suhu (Insitu) **) KSA 1 KSA 2 KSA 3 0 C Normal 30,5 30,0 29,9 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/l Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm B. KIMIA 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0, Arsen (As) mg/l 0,050 < 0,005 < 0,005 < 0,005 3 Boron (B) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 4 Kadmium (Cd) mg/l 0,010 < 0,003 < 0,003 < 0,003 5 Kobalt (Co) mg/l 0,020 < 0,02 < 0,02 < 0,02 6 Khromium VI (Cr 6+ ) mg/l 0,050 < 0,01 < 0,01 < 0,01 7 Mangan (Mn) **) mg/l 1,0 0,34 < 0,02 < 0,02 8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,7 51,1 50,6 9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/l 3,0 2,0 2,0 2,0 10 ph (Insitu) **) 6,0 8,5 7,89 7,89 7,86 11 Selenium (Se) mg/l 0,050 < 0,002 < 0,002 < 0, Seng (Zn) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Nikel (Ni) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 14 Sulfat (SO 4 ) **) mg/l ,4 40,4 44,4 15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1,25 2,50 0,60 1,49 3,41 16 Tembaga (Cu) **) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 17 Timbal (Pb) mg/l 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 18 Sodium Absortion Ratio (SAR) 10,0 18,0 1,2 1,3 1,3 19 Minyak & lemak mg/l Nihil 0,8 < 0,2 < 0,2 20 Detergen (MBAS) mg/l 0,50 1,34 0,20 0,11 21 Phosphat (PO 4 P) **) mg/l 0,50 0,56 0,51 0,56 22 Nilai Permanganat (KMnO 4 ) **) mg/l 25,0 26,0 25,4 26,9 23 BOD 5 mg/l COD **) mg/l C. MIKROBIOLOGI 1 Koliform Tinja Jml/100ml Total Koliform Jml/100ml Keterangan : *) = KEP GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995 Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan **) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN < = Lebih kecil Pengambilan sample pada tanggal 13 November 2009 Hasil analisis PT. UNILAB PERDANA Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-22 ]

64 Tabel III-17 Hasil Analisis Kualitas Air di Lokasi Sungai Sentiong-Sunter No PARAMETER SATUAN Baku Mutu *) A. FISIKA 1 Suhu (Insitu) **) SSA 1 SSA 2 SSA 3 0 C Normal 30,4 30,3 27,3 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l Zat padat tersuspensi (TSS) **) mg/l Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm B. KIMIA 1 Air Raksa (Hg) mg/l 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0, Arsen (As) mg/l 0,050 < 0,005 < 0,005 < 0,005 3 Boron (B) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 4 Kadmium (Cd) mg/l 0,010 < 0,003 < 0,003 < 0,003 5 Kobalt (Co) mg/l 0,020 < 0,02 < 0,02 < 0,02 6 Khromium VI (Cr 6+ ) mg/l 0,050 < 0,01 < 0,01 < 0,01 7 Mangan (Mn) **) mg/l 1,0 0,13 0,05 0,12 8 Garam Alkali (Na) % 50,0 50,9 50,4 58,8 9 Oksigen terlarut (DO) insitu mg/l 3,0 2,0 2,0 1,8 10 ph (Insitu) **) 6,0 8,5 7,92 8,00 8,01 11 Selenium (Se) mg/l 0,050 < 0,002 < 0,002 < 0, Seng (Zn) mg/l 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Nikel (Ni) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 14 Sulfat (SO 4 ) **) mg/l ,9 63,8 112,5 15 Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1,25 2,50 1,12 3, Tembaga (Cu) **) mg/l 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 17 Timbal (Pb) mg/l 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 18 Sodium Absortion Ratio (SAR) 10,0 18,0 1,4 1,3 3,5 19 Minyak & lemak mg/l Nihil 0,4 < 0,2 < 0,2 20 Detergen (MBAS) mg/l 0,50 3,40 0,57 0,36 21 Phosphat (PO 4 P) **) mg/l 0,50 1,34 0,78 1,03 22 Nilai Permanganat (KMnO 4 ) **) mg/l 25,0 30,7 28,3 36,5 23 BOD 5 mg/l COD **) mg/l C. MIKROBIOLOGI 1 Koliform Tinja Jml/100ml Total Koliform Jml/100ml Keterangan : *) = KEP GUB. KDKI JAKARTA No. 582/1995 Baku Mutu Gol D : Pertanian dan Usaha Perkotaan **) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP 195 IDN < = Lebih kecil Pengambilan sample pada tanggal 13 November 2009 Hasil analisis PT. UNILAB PERDANA Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-23 ]

65 Dari Tabel III-13 sampai dengan Tabel III-17 hasil analisis laboratorium di atas, dapat dilihat bahwa parameter COD, BOD, minyak-lemak, detergen dan zat organik di beberapa lokasi sampling menunjukkan nilai yang melampaui baku mutu yang ditetapkan oleh Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582 tahun Hasil pengukuran ph di semua lokasi sampling menunjukkan nilai yang masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keasamaan lingkungan perairan masih berada dalam kondisi normal. Baku mutu COD yang ditetapkan oleh Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582 tahun 1995 adalah 30 mg/l. Dari Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai yang melampaui baku mutu di hampir semua lokasi sampling kecuali di SCA 1 dan SCA 2 (Sungai Cengkareng drain). Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai BOD yang masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu 20 mg/l di hampir semua lokasi sampling kecuali di Waduk Melati dan SSA-3 (Sungai Sentiong-Sunter). Hasil analisis kandungan zat organik yang ditunjukkan dalam nilai permangat memperlihatkan nilai yang berada di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu 25 mg/l di hampir semua lokasi sampling. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan pencemar organik yang cukup tinggi yang dapat diakibatkan oleh akumulasi limbah buangan domestik atau kegiatan lain di sekitar lokasi sampling. Hasil analisis kandungan mikrobiologi untuk semua lokasi sampling menunjukkan nilai yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582 tahun Kandungan TSS merupakan salah satu indikator kualitas air yang berhubungan dengan tampilan fisik dan sifat kekeruhan. TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik ini selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian, atau kegiatan rumah tangga. Hasil analisis TSS disemua lokasi sampling menunjukkan nilai yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-24 ]

66 3.2.7 Kualitas Sedimen Data-data mengetahu kualitas sediment di sungai/saluran dan waduk di DKI Jakarta menggunakan data dari hasil studi Preliminary Assessment of Sediment Quality oleh World Bank terhadap 18 sungai/saluran dan waduk di DKI Jakarta yang telah dilakukan tahun Analisis laboratorium terhadap sampel tersebut meliputi karakteristik sifat fisik dan kimia, diantaranya ukuran partikel, total metal, kandungan hidrokarbon, dan TCLP. Dikarenakan Indonesia belum memiliki baku mutu untuk kualitas sedimen, hasil analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan standar dari Badan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (US EPA R9 PRG) untuk kualitas tanah di area pemukiman dan industri, Pedoman Kualitas Lingkungan Belanda (Dutch Environmental Quality Guidelines) untuk kualitas tanah di area pemukiman, Standar Kualitas Tanah untuk daerah industri Korea Selatan (SEPA) dan Pedoman kualitas material hasil keruk Australia dan New Zealand (National Ocean Disposal Guidelines for Dredged Material, Interim Sediment Quality Guidelines). Hasil karakteristik sediment berdasarkan distribusi ukuran partikel menunjukkan bahwa sebagian besar sediment merupakan lempung berlanau yang mengandung sedikit pasir dan kerikil (Tabel III-18). Kandungan logam dalam sampel yang diambil pada umumnya masih berada di bawah standar, kecuali untuk logam arsenik yang berada di atas baku mutu yang ditetapkan oleh US EPA, namun masih berada dalam ambang batas standar yang lain (Tabel III-19). Berdasarkan hasil tes TCLP, semua parameter analisis menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999, yang mengindikasikan bahwa sedimen yang berasal dari kelima lokasi yang akan dikeruk tidak akan mencemari lingkungan yang diakibatkan dari proses pelindian (Tabel III-20 dan Tabel III-21). Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-25 ]

67 Tabel III-18 Karakteristik Sedimen Lokasi Distribusi Partikel Lempung Lanau Pasir Kerikil Total bahan organik Tipe Sedimen % 2.1.a (Cengkareng Drain) 65 31,6 3,4 4,20 Lempung berlanau 2.1.b (Cengkareng Drain) 28,7 52,7 16,1 2,5 3,85 Lanau berlempung dan pasir 2.3.a (Kanal Sunter) 35,0 41,3 21,2 2,5 4,23 Lanau berlempung dan pasir 2.3.b (Kanal Sunter) 49,5 42,3 5,3 2,9 4,09 Lempung berlanau 2.3.c (Kanal Sunter) 44,0 31,7 19,8 4,5 8,15 Lempung berlanau 2.3. (Kanal Sunter) 45,8 41,9 12,0 0,4 6,75 Lempung berlanau 3.4.a (Ciliwung Gunung Sahari) 35,8 29,3 27,9 6,9 7,39 Lanau berlempung dan pasir 3.4.b (Ciliwung Gunung Sahari) 46,4 32,1 20,7 0,9 7,27 Lanau berlempung dan pasir 3.5.a (Sentiong Sunter) 26,2 27,6 38,0 8,2 9,40 Lanau berlempung dan pasir 3.5.b (Sentiong Sunter) 25,8 28,4 43,6 2,1 8,48 Lanau berlempung dan pasir 4.2 (Waduk Melati) 35,7 23,4 30,9 10,0 13,77 Lanau berlempung dan pasir Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) [ III-26 ] Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP)

68 Tabel III-19 Hasil Analisis Kandungan Logam Berat dalam Sedimen Logam PARAMETER Arsenik Barium Berillium Boron Kadmium Kromium Tembaga Timbal Raksa Nikel Seleniu m Perak Seng TPH PAH PCB Pestisida Satuan mg/kg Limit deteksi laboratorium , a (Cengkareng Drain) 5 a,b , e b (Cengkareng Drain) 11 a,b , a (Kanal Sunter) 2 a,b , b (Kanal Sunter) 8 a,b , c (Kanal Sunter) 4 a,b , d (Kanal Sunter) 3 a,b c,e , a (Ciliwung Gn.Sahari) 6 a,b , e 3.4.b (Ciliwung Gn.Sahari) 11 a,b , e 3.5.a (Sentiong Sunter) 3 a,b , e 0,1 3.5.b (Sentiong Sunter) 4 a,b , c 4.2 (Waduk Melati) 2 a,b c USEPA R9 PRG (tanah di kawasan industri) a USEPA R9 (tanah di kawasan pemukiman) b DIV S c # Korea SEPA (tanah di kawasan industri) d 50 Australia (NODGDM; ISQGs ANZECC/ ARMCANZ) e 70 Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008) 1, # 15# *** 21*/ 0,74** 3,9*/ 0,22** Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-27 ]

69 Tabel III-20 Hasil Analisis TCLP Logam dan Anorganik TCLP Logam TCLP Anorganik PARAMETER Arsenik Barium Boron Kadmium Kromium Tembaga Timbal Raksa Selenium Perak Seng Sianida bebas Florida Nitrat/ Nitrit Nitrit Satuan mg/l Limit deteksi laboratorium 0, ,05 0,5 0,1 0,5 0,05 0,05 0,2 0,05 0, a (Cengkareng Drain) 0, a (Kanal Sunter) 1 1, d (Kanal Sunter) 1 2, a (Ciliwung Gunung Sahari) 1 2, a (Sentiong Sunter) 4.2 (Waduk Melati) 1 3,99 PP No. 85/ Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-28 ]

70 Tabel III-21 Hasil Analisis TCLP Organik TCLP ORGANIC PARAMETER Aldrin + Dieldrin Benzen Karbon tetraklorida Klordan Kloro benzen Kloroform m Kresol o Kresol p Kresol Total Kresol 2,4 D 1,4 Dikloro benzen 1,2 Dikloro etena 1,1 Dikloro etilen 2,4 Dinitro toluen Endrin Heptaklor + Heptaklor epoksida Hexakloro benzen Hexakloro butadien Hexakloro ethan Lindan Metoksi klor Metil etil keton Metil parathion Nitrobenzen Nitrilo asam asetat Pentakloro fenol Pridin Parathion Total PCB Tetrakloro etena (PCE) Toksafen Trikloro etena Trikloro metan 2,4,5 Triklorofenol 2,4,6 Triklorofenol 2,4,5 TP (Silvex) Vynil klorida Satuan mg/l Limit deteksi laboratorium 2.1.a (Cengkareng Drain) 0,01 0,005 0,005 0,005 0,005 0,02 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,01 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,05 0,005 0,005 0,005 0,01 0,005 0, a (Kanal Sunter) 2.3.d (Kanal Sunter) 3.4.a (Ciliwung Gunung Sahari) 3.5.a (Sentiong Sunter) 4.2 (Waduk Melati) PP No. 85/ ,07 0,5 0,5 0, ,5 0,5 0,7 0,13 0,02 0,008 0,13 0,5 3 0, , ,5 0,3 0,7 0,5 0, ,2 Sumber: Preliminary Assessment of Sediment Quality, World Bank (2008) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-29 ]

71 3.3 KOMPONEN HAYATI Biota Darat Flora Darat Pada lokasi studi, pada umumnya dijumpai vegetasi buatan (tanaman budidaya). Selain itu terdapat juga tanaman yang berfungsi sebagai peneduh di sepanjang jalan dan taman kota serta tanaman hias di perkarangan rumah penduduk. Berbagai jenis tanaman peneduh yang dapat dijumpai antara lain: angsana (Pterocarpus indicus), mahoni (Swietania macrophylla), akasia (Acacia auriculiformis), johar (Cassia siamea), bambu (Bambusa sp), dadap merah (Erythrina sp), bintaro (Carbera odallam), kelapa (Cocos nucifera), beringin (Ficus benyamina), tanjung (Mimosops elengi), kirai payung (Filicium decipens), glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan ketapang (Terminalia catappa). Sedangkan jenis-jenis tanaman hias dan budidaya yang tampak di wilayah studi antara lain: palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem raja (Reystonia regia), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), biola cantik (Ficus lyrata), puring (Codiaeum variegatum), oleander (Nerium oleander), teh-tehan (Acalypha microphylla), soka (Ixora sp), kamboja (Plumeria sp), jambu air (Eugenia aquea), jambu biji (Psidium guqjava), belimbing (Averrhoa carambola), mangga (Mangifea indica), nangka (Arthocarpus heterophylla), dan pisang (Musa sp). 3.4 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Berdasarkan wilayah administrasi, areal kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta dalam rangka proyek JUFMP/JEDIP Fase 1 terdiri dari: (1) Cengkareng Drain, (2) Sungai Ciliwung Gn Sahari (Pintu Air Pasar Baru Marina Ancol), (3) Sungai Sentiong Sunter (Jembatan Jl. Soeprapto- Kali Ancol), (4) Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading Muara), dan (5) Waduk Melati terletak di 32 kelurahan, 12 kecamatan, dan 3 kota admimistratif (Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara). Penelaahan kondisi sosial ekonomi dan budaya di wilayah studi dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data demografi, fasilitas, infrastruktur dan lainnya yang diperoleh melalui BPS (Badan Pusat Statistik) dan sumber lainnya. Data primer diperoleh melalui survai dan wawancara dengan penduduk di 32 (tiga puluh dua) kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan dan 3 kota administratif, dengan jumlah sampel (responden) sebanyak 140 (seratus empat puluh) kepala keluarga. Jumlah responden per kelurahan antara 4 5 kepala Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-30 ]

72 keluarga, dengan distribusi responden sebagaimana tertuang pada Tabel III-22. Tabel III-22 Distribusi Responden per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan S ungai dan Waduk di DKI Jakarta dalam JUFMP/JEDIP Fase 1 Kecamatan Kelurahan Jumlah Responden (org) Cengkareng Drain 1 Penjaringan 1 Kapuk Muara 4 Jakut 2 Kamal Muara 4 2 Cengkareng 3 Kapuk 4 Jakbar 4 Kedaung Kaliangke 4 5 Cengkareng Timur 4 6 Rawa Buaya 4 3 Kembangan 7 Kembangan Utara 5 Jakbar 4 Kebon Jeruk Jakbar 8 Kedoya Utara 5 Sungai Ciliwung Gn Sahari (Pintu Air Psr Baru Marina Ancol 5 Sawah Besar 9 Pasar Baru 4 Jakpus 10 Kartini 4 11 Karanganyar 4 12 G. Sahari Utara 4 13 G Sahari Selatan 4 14 Mangga Dua Selatan 4 6 Pademangan 15 Pademangan Barat 5 Jakut 16 Ancol 5 Sungai Sentiong Sunter (Jembatan Jl. Soeprapto Kali Ancol) 7 Kemayoran 17 Bungur 4 Jakpus 18 Utan Panjang 4 19 Serdang 4 20 Harapan Mulya 4 21 Kebon Kosong 4 8 Tanjung Priok 22 Sunter Jaya 5 Jakut 23 Sunter Agung 5 9 Pademangan 24 Pademangan Timur 5 Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading Muara) 10 Koja 25 Koja 4 Jakut 26 Lagoa 4 27 Rawa Badak Utara 4 28 Rawa Badak Selatan 5 11 Kelapa Gading 29 Kelapa Gading Barat 5 Jakut 30 Kelapa Gading Timur 5 Waduk Melati 12 Tanah Abang 31 Kebon Melati 5 Jakpus 32 Kebon Kacang 5 Jumlah Total 140 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-31 ]

73 3.4.1 Gambaran Umum Responden Responden terdiri dari 124 laki-laki (88,6%) dan 26 wanita (11,4%), berusia antara tahun, dengan rata-rata usia 47 tahun. Bila dilihat dari etnis, responden berasal dari etnis Betawi, Jawa, Sunda, Batak, Melayu, Padang dan Lampung. Pendidikan responden terdiri dari Tidak tamat SD (1,4%), SD (10,7%), SLTP (15,7%), SLTA (50%) dan Perguruan Tinggi (21,6%) dan sebagian besar muslim (98.6%). Pekerjaan utama responden sebagian besar dalam bidang jasa (63,6%), disusul kemudian sebagai pedagang (21,4%), dan lainnya 12,9%. Responden sebagian besar (95%) menyatakan tinggal menetap di Jakarta, dengan rincian telah menetap di Jakarta lebih dari 5 tahun (58,6%), sejak lahir (35%), dan hanya 5,7% yang telah tinggal di Jakarta antara 1-5 tahun Demografi Jumlah penduduk DKI Jakarta sekitar (Maret, 2009), namun pada siang hari angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu jiwa Jumlah Penduduk & Tingkat Kepadatan Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi menurut administrasi pemerintahan dapat dilihat pada Tabel III-23 berikut: Tabel III-23 Jumlah Penduduk per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1 Kecamatan Kelurahan Area (Ha) Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa/Ha) Cengkareng Drain Penjaringan, Jakarta Utara 1 Kapuk Muara 2 Kamal Muara 1.053, , ,05 6,38 Cengkareng, Jakarta Barat 3 Kapuk 4 Kedaung Kaliangke 5 Cengkareng Timur 6 Rawa Buaya 562,68 281,35 451,50 406, ,91 95,74 118,58 74,60 Kembangan, Jakarta Barat 7 Kembangan Utara 364, ,18 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 8 Kedoya Utara 314, ,15 Sungai Ciliwung Gn Sahari (Pintu Air Psr Baru Marina Ancol) 9 Pasar Baru 189, ,09 10 Kartini 57, ,30 Sawah Besar, Jakarta 11 Karanganyar 51, ,68 Pusat 12 G. Sahari Utara 190, ,54 13 Mangga Dua Selatan 129, ,78 Pademangan, Jakarta Utara 14 Pademangan Barat 15 Ancol 353,35 377, ,92 46,06 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-32 ]

74 Kecamatan Kelurahan Area (Ha) Sungai Sentiong Sunter (Jembatan Jl. Soeprapto Kali Ancol) Senen, Jakarta Pusat 16 Bungur 17 G Sahari Selatan 153,00 18 Utan Panjang 54,00 Kemayoran, Jakarta 19 Serdang 82,00 Pusat 20 Kebon Kosong 116,00 21 Harapan Mulya 53,0 Tanjung Priok, Jakarta 22 Sunter Jaya 458,17 Utara 23 Sunter Agung 702,26 Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa/Ha) 124,75 493,22 318,78 184,87 41,46 127,14 89,49 Pademangan 24 Pademangan Timur 261, ,18 Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading Muara) 25 Koja 327, ,56 Koja, Jakarta Utara 26 Lagoa 27 Rawa Badak Utara 28 Rawa Badak Selatan 157,53 133,38 101, ,35 281,32 329,37 Kelapa Gading, Jakarta Utara Waduk Melati Tanah Abang, Jakarta Pusat 29 Kelapa Gading Barat 30 Kelapa Gading Timur 31 Kebon Melati 32 Kebon Kacang 650,00 355,00 126,00 71, ,71 118,39 162,56 240,72 Sumber : Kec. Penjaringan Dalam Angka 2008, Kec. Cengkareng Dalam Angka 2008, Kec. Kembangan Dalam Angka 2008, Kec. Kebon Jeruk Dalam Angka 2008, Kec. Sawah Besar Dalam Angka 2008, Kec. Pademangan Dalam Angka 2008, Kec. Koja Dalam Angka 2008, Kec. Kelapa Gading Dalam Angka 2008, Kec. Tanah Abang Dalam Angka Berdasarkan tabel tersebut di atas, kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Karanganyar (Jakarta Pusat) sebesar 515 jiwa per ha, disusul kemudian oleh Kelurahan Utan Panjang (Jak-Pus), Lagoa (Jak-Ut), dan Rawa Badak Selatan (Jak-Ut). Sebaliknya, kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan Kamal Muara (Jak-Utara) sebesar 6 jiwa per ha disusul kemudian oleh Kelurahan Kapuk Muara (Jak-Ut) sebesar 20 jiwa per ha Pendidikan Pendidikan di DKI Jakarta tersedia dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-ac sampai yang gedungnya sudah akan rubuh khususnya di tingkat SD dan SMP. Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda. Ketersediaan fasilitas dan tenaga pendidikan memberikan gambaran tingkat pengembangan sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan intelektualitas, mengembangkan kompetensi dan kepribadian. Sehubungan dengan itu, ketersediaan fasilitas dan guru di wilayah kajian proyek pada Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-33 ]

75 umumnya cukup memadai, hal ini dapat dilihat sebagaimana tertuang dalam Tabel III-24. Berdasarkan tabel tersebut, hampir setiap kelurahan memiliki fasilitas pendidikan khususnya SD s.d SLTA, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Dengan demikian, warga DKI selayaknya minimal telah mengenyam pendidikan tsb, apalagi pemerintah DKI Jakarta telah membebaskan biaya sekolah dengan mewajibkan warganya untuk mengikuti wajib belajar. Tabel III-24 Fasiltas Pendidikan per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1 KECAMATAN KELURAHAN SD SLTP SLTA PT N S N S N S N S Cengkareng Drain 1 Penjaringan 1 Kapuk Muara Jakut 2 Kamal Muara Cengkareng 3 Kapuk Jakbar 4 Kedaung Kaliangke Cengkareng Timur Rawa Buaya Kembangan 7 Kembangan Utara Jakbar 4 Kebon Jeruk Jakbar 8 Kedoya Utara S Ciliwung Gn Sahari 5 Sawah Besar 9 Pasar Baru Jakpus 10 Kartini Karanganyar G. Sahari Utara Mangga Dua Selatan 6 Pademangan 14 Pademangan Barat Jakut 15 Ancol S Sentiong Sunter 7 Senen 16 Bungur 8 Kemayoran 17 Utan Panjang Jakpus 18 Serdang Harapan Mulya Kebon Kosong G Sahari Selatan Tanjung Priok 22 Sunter Jaya 10 8 Jakut 23 Sunter Agung Pademangan 24 Pademangan Timur Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-34 ]

76 KECAMATAN KELURAHAN SD SLTP SLTA PT N S N S N S N S S Sunter Bagian Hilir 10 Koja 25 Koja 6 1 Jakut 26 Lagoa Rawa Badak Utara Rawa Badak Selatan 11 Kelapa 29 Kelapa Gading Gading Barat Jakut 30 Kelapa Gading Timur Waduk Melati 12 Tanah Abang 31 Kebon Melati Jakpus 32 Kebon Kacang ` Agama dan Tempat Beribadah Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2008, komposisi penganut agama di kota ini adalah sebagai berikut: Islam 83 %, Kristen Protestan 6,2 %, Katolik 5,7 %, Hindu 1,2 % dan Buddha 3,5 % Berbagai tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan musala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan sangat mungkin di setiap kelurahan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Lapangan Banteng. Di seberangnya terletak Gereja Katedral Jakarta. Masih dalam lingkungan di dekatnya terdapat bangunan Gereja Imanuel bagi umat Kristen Protestan. Sebagian besar penduduk DKI Jakarta adalah muslim, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sarana ibadah umat Islam (masjid dan mushala) yang tersebar merata di setiap kelurahan wilayah studi (Tabel III-25). Tabel III-25 Fasilitas Tempat Beribadah per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1 KECAMATAN KELURAHAN FASILITAS TEMPAT PERIBADATAN Cengkareng Drain 1 Penjaringan 1 Kapuk Muara Jakut 2 Kamal Muara 2 Cengkareng 3 Kapuk Jakbar 4 Kedaung Kaliangke Cengkareng Timur Rawa Buaya Kembangan Jakbar 7 Kembangan Utara Kebon Jeruk Jakbar 8 Kedoya Utara S Ciliwung Gn Sahari 5 Sawah Besar 9 Pasar Baru Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-35 ]

77 KECAMATAN KELURAHAN FASILITAS TEMPAT PERIBADATAN Jakpus 10 Kartini 11 Karanganyar 12 G. Sahari Utara 13 Mangga Dua Selatan 6 Pademangan 14 Pademangan Barat Jakut 15 Ancol S Sentiong Sunter 7 Senen 16 Bungur 8 Kemayoran 17 Utan Panjang 7 19 Jakpus 18 Serdang Harapan Mulya Kebon Kosong G Sahari Selatan Tanjung Priok 22 Sunter Jaya Jakut 23 Sunter Agung 6 Pademangan 24 Pademangan Timur S Sunter Bagian Hilir 10 Koja 25 Koja Jakut 26 Lagoa 27 Rawa Badak Utara 28 Rawa Badak Selatan 11 Kelapa Gading 29 Kelapa Gading Barat Jakut 30 Kelapa Gading Timur Waduk Melati 12 Tanah Abang 31 Kebon Melati Jakpus 32 Kebon Kacang Sumber : Kec. Penjaringan Dalam Angka 2008, Kec. Cengkareng Dalam Angka 2008, Kec. Kembangan Dalam Angka 2008, Kec. Kebon Jeruk Dalam Angka 2008, Kec. Sawah Besar Dalam Angka 2008, Kec. Pademangan Dalam Angka 2008, Kec. Koja Dalam Angka 2008, Kec. Kelapa Gading Dalam Angka 2008, Kec. Tanah Abang Dalam Angka Keterangan: 1 Mesjid, 2 Langgar/musholla, 3 Gereja, 4 Pura, 5 Vihara, 6 Kuil/Kelenteng Sosial Ekonomi Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di sekitar lokasi proyek sangat bervariasi, mulai dari wirausaha skala mikro hingga besar, pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang eceran hingga pedagang grosir dan besar, pengelola jasa pelayanan umum dan sebagainya. Selain sebagai ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta juga merupakan pusat perekonomian Indonesia. Bahkan pasar Tanah Abang telah menjadi supplier beberapa jenis komoditi bagi banyak pedagang dari Philippine bahkan beberapa negara Afrika. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-36 ]

78 Bidang pekerjaan (mata pencaharian) para kepala keluarga di kelurahan wilayah studi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III-26. Tabel III-26 Bidang pekerjaan (mata pencaharian) Kepala Keluarga per Kelurahan di 12 Kecamatan Wilayah Proyek Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Fase 1 KECAMATAN KELURAHAN BIDANG PEKERJAAN PENDUDUK Cengkareng Drain 1 Penjaringan 1 Kapuk Muara Jakut 2 Kamal Muara Cengkareng 3 Kapuk Jakbar 4 Kedaung Kaliangke Cengkareng Timur Rawa Buaya Kembangan 7 Kembangan Utara Jakbar 4 Kebon Jeruk Jakbar 8 Kedoya Utara S Ciliwung Gn Sahari 5 Sawah Besar 9 Pasar Baru Jakpus 10 Kartini 11 Karanganyar 12 G. Sahari Utara 13 Mangga Dua Selatan 6 Pademangan 14 Pademangan Barat Jakut 15 Ancol S Sentiong Sunter 7 Senen 16 Bungur 8 Kemayoran 17 Utan Panjang Jakpus 18 Serdang 19 Harapan Mulya 20 Kebon Kosong 21 G Sahari Selatan 9 Tanjung Priok 22 Sunter Jaya Jakut 23 Sunter Agung Pademangan 24 Pademangan Timur S Sunter Bagian Hilir 10 Koja 25 Koja Jakut 26 Lagoa Rawa Badak Utara Rawa Badak Selatan Kelapa Gading 29 Kelapa Gading Barat Jakut 30 Kelapa Gading Timur Waduk Melati 12 Tanah Abang 31 Kebon Melati Jakpus 32 Kebon Kacang Sumber : Kec. Penjaringan Dalam Angka 2008, Kec. Cengkareng Dalam Angka 2008, Kec. Kembangan Dalam Angka 2008, Kec. Kebon Jeruk Dalam Angka 2008, Kec. Sawah Besar Dalam Angka 2008, Kec. Pademangan Dalam Angka 2008, Kec. Koja Dalam Angka 2008, Kec. Kelapa Gading Dalam Angka 2008, Kec. Tanah Abang Dalam Angka Keterangan: 1 Pertanian, 2 Industri, 3 Bangunan, 4 Perdagangan, 5 Transportasi & Komunikasi, 6 Keuangan & Perbankan, 7 Pemerintahan, 8 Jasa jasa, 9 Lainnya. Sebagian data tidak tersedia. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-37 ]

79 Sebagaimana dikemukakan di dalam laporan Social Impact Assessment Phase-I Sub-Project*) karakteristik mata pencaharian penduduk di kelurahankelurahan wilayah Proyek JEDI Phase-I, dapat dikelompokkan sebagai berikut: c. Mata pencaharian sebagai buruh banyak dilakukan oleh warga yang tinggal di; Jalur Ciliwung-Gunung Sahari: di Kelurahan Pademangan Barat (70%), Ancol (47%) dan Pasar Baru (37%); Kedoya Utara (40%); Kapuk Muara (68%); dan Jalur Sunter Sentiong di Kelurahan Harapan Jaya (55%), Sunter Jaya (70%) dan Kelurahan Sunter Agung (47%). Jalur Diversion Grogol Sekretaris di Kelurahan Tanjung Duren Utara (58%), Jalur Banjir Kanal Barat, terutama di Kelurahan Pluit (65%) Kedaung Kali Angke (58%), dan Jalur Lower Angke di Kelurahan Kapuk (80%) d. Mata pencaharian sebagai pedagang paling banyak ditemui pada Jalur Ciliwung-Gunung Sahari di Kelurahan Pasar baru (45%) dan Kartini (60%); dan Waduk Melati di Kelurahan Kebon Melati (78%). e. Mata pencaharian sebagai pengusaha dapat ditemui pada Jalur Banjir Kanal Barat di Kelurahan Kapuk Muara (100%); Jalur Diversion Grogol Sekretaris di Kelurahan Duri Kepa (45%); Jalur Lower Angke di Kelurahan Wijaya Kusuma (45%) dan Pejagalan (30%); Jalur Sunter Sentiong di Kelurahan Bungur (25%) dan Sunter Agung (27%). f. Mata pencaharian sebagai pegawai negeri dapat ditemui pada Jalur Sunter Sentiong di Kelurahan Bungur (26%) dan Kebon Kosong (32%). Khusus penduduk yang sangat berpotensi terkena dampak langsung kegiatan proyek, pada umumnya berasal dari kelompok penduduk berpenghasilan rendah. Mereka umumnya memanfaatkan bantaran kali atau delta sungai dan di atasnya mendirikan bangunan sederhana sebagai rumah. Mata pencaharian kelompok penduduk ini bekerja dalam sektor informal, antara lain sebagai penyedia jasa perahu penyebrangan, pemulung berperahu, tukang parkir/sender perahu, bengkel perbaikan perahu, nelayan dan buruh nelayan, penjual makanan dan warung berperahu, pengolahan tempe, penjaga MCK, buruh cuci dan setrika, buruh pengupas kerang dan sebagainya Pendapatan dan Pengeluaran Responden Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa pekerjaan utama responden sebagian besar adalah dalam bidang jasa (63,6%) dan pedagang (21,4%). Hasil ini dapat dilihat pada Tabel III-27. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-38 ]

80 Tabel III-27 Pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah Persen Jasa Pedagang Lainnya Abstain 3 2 Jumlah Sumber: data primer, terolah Pendapatan rata-rata kepala keluarga adalah Rp per bulan dengan pendapatan anggota keluarga (isteri dan anak) sebesar Rp per bulan. Rincian rata-rata pendapatan usaha keluarga responden per bulan dapat dilihat pada Tabel III-28. Tabel III-28 Jenis Usaha Nelayan Rata-rata Pendapatan Usaha Keluarga/Bulan Rata rata Pendapatan Usaha Keluarga/Bulan Suami Istri anak lainnya Jasa Pedagang Lainnya Sumber: data primer, terolah Sesuai dengan pendapatan tersebut (Tabel III-28), responden membelanjakannya untuk kehidupan sehari-hari rata-rata sebesar Rp per bulan, yang digunakan antara lain untuk keperluan belanja makanan, non makanan (sekolah, kesehatan, listrik, rekreasi), dan kegiatan sosial (iuran, amal dan sumbangan sosial) Sosial Budaya Budaya Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugal. Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayahwilayah yang ada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Budaya Betawi Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-39 ]

81 pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pengerukan Sungai Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, 28% responden menyatakan sudah tahu tentang rencana proyek pengerukan sungai, 24,3% kurang mengetahui serta 44,3% tidak tahu. Responden yang mengetahui adanya rencana proyek tersebut menyatakan bahwa informasinya tersebut diperoleh dari teman, aparat kelurahan, RT dan RW serta dari petugas pengairan. Dari 140 responden, 95% diantaranya menyatakan setuju dengan rencana pengerukan sungai di wilayah mereka. Alasan mengapa mereka menyetujui rencana pengerukan sungai tsb antara lain: agar air menjadi lebih bersih, sampah terangkat, aliran air lebih lancar, mencegah/mengurangi banjir, karena sudah dangkal & banyak lumpur, untuk kebersihan lingkungan, saluran air tersumbat dan bau Persepsi Masyarakat terhadap Sungai dan Banjir Responden menyatakan bahwa kondisi umum air sungai di wilayah mereka saat ini sudah kotor & berbau (77,1%) dan 37,9% menyatakan tidak menyehatkan. Kondisi air sungai yang kotor, bau dan tidak menyehatkan tersebut disebabkan karena tercampur lumpur, saluran tertutup bangunan, arus air kurang lancar karena saluran menyempit dan kurang pemeliharaan. Selama responden tinggal di Jakarta, sebagian besar (91,9%) menyatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya pernah terkena banjir. (Tabel III-29). Tabel III-29 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah-tidaknya Terkena Banjir. Lingkungan tempat tinggal terkena banjir Jumlah Persen Ya ,3 Tidak 11 7,9 Abstain 4 2,9 Jumlah Sumber: data primer, terolah Banjir pernah terjadi sejak tahun 1977 hingga 2009, namun yang paling banyak dialami responden adalah kejadian banjir pada tahun 2007 (32,9%), 2009 (20,7%), dan 2008 (14,3%), dengan kondisi banjir terbesar pada tahun Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-40 ]

82 Persepsi Masyarakat terhadap Dampak Rencana Pengerukan Sungai Sebagian besar responden (98,6%) menyatakan bahwa kegiatan pengerukan sungai akan berdampak positif bagi masyarakat. Dampak positiv tersebut antara lain berupa peluang kerja di proyek, peluang usaha, setelah proyek selesai maka lingkungan bisa bebas banjir, setelah proyek selesai lingkungan lebih bersih / lebih menyehatkan, dan lingkungan lebih tertib. Selain dampak positif, responden juga mengemukakan kemungkinan timbulnya dampak negatif. Dampak negatif menurut responden adalah sebagai berikut (Tabel III-30): Tabel III-30 Persepsi Responden terhadap Dampak Negatif Pengerukan Sungai Dampak Negatif Jumlah Persen Kehilangan tempat usaha 7 5 Lingkungan tambah kotor (berlumpur, berdebu) Berisik karena penggunaan alat alat berat 17 12,1 Kegiatan sehari hari masyarakat terganggu 19 13,6 Jalan tambah macet 15 10,7 Kemungkinan tergusur 4 2,9 Lainnya 2 1,4 Abstain 13 9,3 Jumlah Sumber: data primer, terolah Aspirasi dan Harapan Masyarakat terhadap Rencana Pengerukan Sungai Berkenaan dengan rencana pengerukan sungai di wilayah mereka, responden menyampaikan aspirasi dan harapannya sebagai berikut: pengerukan agar dilaksanakan sesuai dengan usulan warga dengan mengerjakan pekerjaan tersebut tidak setengah-setengah; masyarakat ikut dilibatkan dalam pengawasan kegiatan pengerukan; pengerukan tidak dilakukan secara sembarangan, harus ada koordinasi dengan pengurus RT, RW dan kelurahan ataupun dewan kelurahan; dan juga koordinasi dengan departemen pekerjaan umum selaku penanggung-jawab proyek pengerukan. Secara lebih jelas, aspirasi dan harapan masyarakat adalah sebagai berikut: a. Dalam pelaksanaan pengerukan, responden menyarankan waktunya siang hari, dan sebagian lainnya malam hari, disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Hal ini diusulkan agar kegiatan pengerukan sedikit mungkin mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat setempat khususnya dan masyarakat pengguna jalan pada umumnya. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-41 ]

83 b. Responden juga berharap, sebelum kegiatan pengerukan dilaksanakan harus dilakukan koordinasi tersebih dahulu dengan Dewan Kelurahan atau Pemerintahan Kelurahan setempat, dan juga ke masyarakat secara luas. Hal ini untuk memberikan informasi secara terbuka tentang kegiatan tersebut, dan agar peran masyarakat setempat dalam hal pengawasan kegiatan pengerukan dapat dilibatkan. c. Koordinasi yang jelas antara penanggung jawab proyek dengan dewan kelurahan maupun pemerintahan setempat diharapkan dapat terwujud dengan baik, agar bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat segera diselesaikan atau ditindaklanjuti. d. Responden menginginkan agar selama dan setelah kegiatan pengerukan, tidak terjadi pengotoran di lingkungan setempat, terutama ceceran lumpur maupun sampah hasil pengerukan. e. Setelah kegiatan pengerukan selesai, responden bersedia memelihara sungai di sekitar mereka dengan kerja bakti secara berkala di lingkungan RT/RW masing masing agar aliran drainase lancar, demikian juga dalam hal pembuangan sampah. f. Pengerukan dan pembersihan sampah agar dilakukan secara berkala, guna mengurangi frekuensi kejadian banjir di wilayah mereka Transportasi Gambaran informasi awal mengenai kondisi lalu lintas di masing-masing lokasi proyek adalah sebagai berikut: Banjir Kanal Cengkareng Drain Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Daan Mogot) tergolong padat karena dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,82-0,90. Badan jalan di Daan Mogot terdiri dari 2 lajur yang dibatasi oleh median jalan dengan masing-masing lajur mempunyai 3 jalur yang 1 jalurnya digunakan sebagai jalur Bus Transjakarta. Kondisi jalan Daan Mogot pada umumnya masih baik dan banyak dilalui oleh truk-truk trailer atau truk yang mengangkut barang dari dan menuju luar kota dari pabrik-pabrik yang berada di sepanjang jalan Daan Mogot. Saluran Drainase Ciliwung-Gn. Sahari Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Gunung Sahari) tergolong padat karena dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,78-0,88. Seperti Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-42 ]

84 halnya jalan Daan Mogot, kondisi jalan Gunung Sahari juga mempunyai 2 lajur yang dibatasi oleh median jalan dengan masing-masing lajur mempunyai 3 jalur yang 1 jalurnya digunakan sebagai jalur Bus Transjakarta. Pada sisi Barat dari saluran drainase ini terdapat Jalan Kartini yang mempunyai 2 lajur jalan dengan 1 lajur jalan yang tidak dibatasi oleh median jalan dengan lebar jalan sekitar 6 meter. Pada jalan Kartini ini terdapat kumpulan usaha pedagang ikan hias yang cukup banyak dan didatangi oleh masyarakat (+ 89 kios), sehinigga berpotensi menambah jumlah kendaraan yang melintas. Saluran Drainase Sentiong-Sunter Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Suprapto- Kemayoran-Sunter) tergolong cukup padat karena sebagian dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan tersebut pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,70-0,85. Banjir Kanal Sunter Bagian Hilir Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Kelapa Gading- Priok) tergolong cukup padat-padat karena sebagaian jalur dilintasi oleh jalur Bus Transjakarta. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,72-0,94. Pada sebagian jalur kanal yang cukup mendapat perhatian adalah pada lokasi sekitar Pasar Ular, Tanjung Priok yang merupakan pusat belanja masyarakat yang mempunyai lebar jalan yang kurang memadai sehingga tingkat jumlah kendaraan yang melintas cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kemacetan pada saat kendaraan operasional pengerukan beroperasi. Waduk Melati Saat ini kondisi lalu lintas di sekitar lokasi proyek (jalan Kebun Kacang- Cideng-Pasar Baru) tergolong cukup padat-padat karena dilintasi oleh jalur busway. Berdasarkan laporan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan saat ini V/C rasio badan jalan pada jam sibuk pagi dan sore berkisar antara 0,74-0,90. Pada lokasi Waduk Melati dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan Apartemen pada lokasi-lokasi tertentu masih terdapat areal yang dapat digunakan sebagai lokasi penempatan material keruk dan parkir kendaraan operasi pengerukan. Perincian selengkapnya perhitungan v/c di sekitar lokasi kegiatan adalah sebagai berikut: Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-43 ]

85 Tabel III-31 Hasil Perhitungan v/c Rasio Transportasi di Sekitar Lokasi Kegiatan Lokasi Dari Arah v/c Rasio Pagi Siang Sore Cangkareng Drain Barat 0,85 0,83 0,90 (Jl. Daan Mogot) Timur 0,89 0,85 0,83 S. Ciliwung Gn. Sahari (Jl. Gn. Selatan 0,88 0,79 0,87 Sahari) Utara 0,80 0,78 0,88 S. Sentiong Timur 0,84 0,72 0,83 S.Sunter (Jl. Suprapto)) Barat 0,80 0,70 0,85 Kanal Sunter Bag. Barat 0,77 0,85 0,93 Hilir (Jl. Perintis Kemerdekaan) Timur 0,90 0,72 0,94 Waduk Melati (Jl. Barat 0,90 0,78 0,88 Kebon Kacang) Timur 0,87 0,74 0,89 Sumber: Diolah dari data sekunder (2009) 3.5 KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat Pola Penyakit 1. Sepuluh penyakit terbanyak Pola penyakit di wilayah Jakarta Barat pada umumnya adalah penyakit menular dan penyakit tidak menular dan tersebar di seluruh Puskesmas. Sebagai gambaran bahwa laporan sepuluh penyakit terbanyak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 menunjukkan bahwa penyakit yang menempati urutan pertama adalah penyakit Infeksi akut Pernafasan. Sebaran penyakit menurut urutannya dapat dilihat pada Tabel III-32 berikut : Tabel III-32 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun No Penyakit Jumlah Penyakit Jumlah Penyakit Jumlah 1 ISPA ISPA ISPA Penyakit lainnya Penyakit Penyakit lainnya lainnya 3 Penyakit kulit Penyakit kulit Gangguan infeksi infeksi neurotik 4 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Darah Tinggi Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Darah Tinggi Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Darah Tinggi Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-44 ]

86 No Penyakit Jumlah Penyakit Jumlah Penyakit Jumlah Penyakit kulit alergi 6 Penyakit kulit alergi 7 Penyakit lain saluran pernafasan atas Gangguan neurotik Penyakit lain saluran pernafasan atas Penyakit kulit infeksi Diare Diare Penyakit kulit alergi 9 Gangguan neurotik Penyakit lain saluran pernafasan atas Diare Ginggivitis dan penyakit periodontal Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat Tahun Infeksi penyakit usus lainnya Berdasarkan hasil survey terhadap 36 Responden responden yang tinggal di wilayah Jakarta Barat, pada umumnya masyarakat mengeluh adanya gangguan kesehatan dalam bentuk batuk, gatal kulit, ingusan, liver, panas dingin dan sakit kepala. Keluhan tersebut dapat dilihat dalam Tabel III-33 berikut: Tabel III-33 Keluhan Masyarakat Di Wilayah Studi Jakarta Barat Tahun 2009 No Jenis Keluhan Jumlah penderita Persen 1 Batuk 1 2,7 2 Gatal kulit 3 8,3 3 Ingusan 2 5,6 4 Liver 1 2,7 5 Panas dingin 11 30,5 6 Sakit Kepala 18 50,2 Jumlah Sumber: data primer, terolah Kesehatan Lingkungan 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada tahun 2008 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak KK dan yang ber PHBS sebanyak KK (94,68%). Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan yaitu (99%) dan Taman Sari 943 ( 58,97%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-34 berikut : Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-45 ]

87 Tabel III-34 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2008 No Kecamatan Rumah tangga Jumlah dipantau Ber PHBS % 1 Cengkareng 2 Grogol Petamburan Tambora 4 Taman sari Kebon Jeruk Palmerah 7 Kembangan 8 Kalideres Jumlah Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat Tahun 2008 Salah satu kegiatan dari rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat adalah cuci tangan dan berdasarkan hasil survey terhadap 26 responden menunjukkan bahwa seluruhnya (100%) menyatakan mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar. 2. Akses Air Bersih Berdasarkan laporan yang ada, bahwa sumber air bersih yang dipergunakan oleh penduduk di wilayah Jakarta Barat adalah berasal dari ledeng, Sumur Pompa tangan, Sumur gali, penampungan air hujan, dan air kemasan. Terbanyak penduduk menggunakan air bersih bersumber dari ledeng yaitu sebesar 62,95 %. Cakupan air bersih di wilayah Jakarta Barat baru mencapai 19,58 % artinya baru sekitar 19,58 % penduduk Jakarta Barat memperoleh air bersih. Penduduk paling banyak yang mempunyai akses terhadap air bersih adalah yang tinggal di Kecamatan Kembangan (100%) dan Kecamatan Palmerah (63,36%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-35 berikut. Tabel III-35 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut Kecamtan Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah Keluarga Akses air Bersih % 1 Cengkareng ,36 2 Grogol Petamburan ,14 3 Tambora ,7 4 Taman sari ,76 5 Kebon Jeruk ,58 6 Palmerah ,36 7 Kembangan Kalideres ,85 Jumlah ,58 Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat Tahun 2008 Berdasarkan hasil studi di wilayah kerja Jakarta Barat, sumber air yang digunakan masyarakat, baik untuk keperluan mandi, cuci, kebersihan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-46 ]

88 maupun keperluan lainnya, sebagian besar menggunakan sarana air bersih dari PDAM (85%). Sumber air bersih lainnya adalah berupa sumur. Jenis sumber air dapat dilihat pada Tabel III-36 berikut: Tabel III-36 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat No Sumber air Jumlah % 1 PDAM 22 84,6 3 Sumur 4 15,4 J u m l a h Sumber: data primer, terolah Ketersediaan jamban keluarga dan tempat sampah Berdasarkan pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan Jakarta Barat, kepemilikan/ akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dan tempat sampah adalah 89 % dan 67%. Pola sebaran jumlah keluarga yang akses terhadap jamban dan tempat sampah menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel III-37 berikut: Tabel III-37 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2008 No Kecamatan Jamban Tempat Sampah Jml KK diperiksa Jml KK Memiliki % KK memiliki Jml KK diperiksa Jml KK Memiliki % KK memiliki 1 Cengkareng Grogol Petamburan 3 Tambora Taman sari Kebon Jeruk Palmerah Kembangan Kalideres Jumlah Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Barat Tahun 2008 Khusus untuk daerah studi di wilayah Jakarta Barat, dari 26 responden menunjukkan bahwa lokasi buang air besar pada umumnya menggunakan WC milik sendiri sebanyak 22 Keluarga ( 85%), dan MCK Umum sebanyak 4 Keluarga (15%) (Tabel III-38). Tabel III-38 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat No Sarana b.a.b Jumlah % 1 WC milik sendiri WC Umum 4 15 J u m l a h Sumber: data primer, terolah Pada umumnya masyarakat di wilayah studi tidak melakukan pemisahan antara jenis-jenis sampah yang ada (85%) sedang sisanya (15%) melalukan pemisahan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel III-39 berikut : Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-47 ]

89 Tabel III-39 Perlakuan terhadap Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Barat No Perlakuan Jumlah % 1 Pemilahan Tidak ada perlakuan J u m l a h Sumber: data primer, terolah Pada umumnya masyarakat di wilayah dari 26 responden pada umumnya melakukan pembuangan sampah di tong sampah sendiri/kantong plastik yaitu sebanyak 22 keluarga (85%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel III-40 berikut: Tabel III-40 Tempat Pembuangan Sampah di Wilayah Studi Jakarta Barat No Jenis tempat sampah Jumlah % 1 Tempat pembuangan sampah umum Tong sampah sendiri kantong plastic J u m l a h Sumber: data primer, terolah Pemantauan Lingkungan terhadap Jentik Aedes Hasil pemantauan rumah terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti menunjukkan bahwa jumlah rumah yang dipantau sebanyak rumah dan jumlah rumah yang dinyatakan bebas jentik sebanyak (89%) keadaan tersebut adalah tidak sesuai dengan target nasional yaitu 95%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-41 berikut : Tabel III-41 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes aegypti, Menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Barat, Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah Rumah yang diperiksa Jumlah rumah yang bebas jentik % rumah yang bebas jentik 1 Cengkareng Grogol Petamburan Tambora Taman sari Kebon Jeruk Palmerah Kembangan Kalideres Jumlah Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Bartat Tahun 2008 Berdasarkan hasil survey terhadap 26 responden tentang keberadaan jentik nyamuk menunjukkan bahwa di sekitar rumah sebanyak 25 (96,2%) rumah ditemukan adanya jentik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-42 berikut : Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-48 ]

90 Tabel III-42 Keadaan Jentik Aedes aegypti di Sekitar Rumah di Wilayah Studi Jakarta Barat Keadaan jentik Jumlah % Ada Tidak ada 1 4 Jumlah Sumber: data primer, terolah Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat Pola Penyakit 1. Sepuluh penyakit terbanyak. Sebagai gambaran bahwa laporan sepuluh penyakit terbanyak khususnya seperti terlihat di Puskesmas Tanah Abang menunjukkan bahwa sebanyak jiwa, dari jumlah tersebut paling banyak adalah penderita infeksi akut pernafasan atas yaitu sebanyak jiwa ( 53%) dan terkecil adalah penderita gingifitis dan prodental yaitu sebanyak jiwa ( 3%). Sebaran penyakit menurut urutannya dapat dilihat pada Tabel III-43 berikut: Tabel III-43 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Tanah Abang Jakarta Pusat, Tahun No Nama Penyakit Jumlah Nama Penyakit Jumlah Nama Penyakit Jumlah 1 Infeksi akut Infeksi akut Infeksi akut Pernafasan atas Pernafasan atas Pernafasan atas 2 Penyakit lainnya Pulpa/Jaringan 6549 Pulpa/Jaringan peripikal peripikal 3 Diare Penyakit pada 6112 Penyakit pada sistem otot sistem otot 4 Pulpa/Jaringan Hipertensi 5762 Hipertensi peripikal 5 Penyakit pada Diare 5583 Diare sistem otot 6 Hipertensi Penyakit kulit 3755 Penyakit kulit infeksi infeksi 7 Penyakit Kulit Gastritis 3497 Gastritis Infeksi 8 Kulit Alergi Kulit Alergi 2543 Kulit Alergi Penyakit rongga Penyakit rongga 2304 Penyakit rongga mulut mulut mulut 10 Gastritis Gingifitis dan 2289 Gingifitis dan Prodental Prodental Jumlah Jumlah Jumlah Sumber data : Laporan tahunan 2006, 2007, 2008, BLUD Puskesmas Tanah Abang Berdasarkan hasil survey terhadap 33 responden yang tinggal di wilayah Jakarta Pusat, pada umumnya masyarakat mengeluh adanya gangguan kesehatan dalam bentuk batuk, pusing, dan lain-lain. Keluhan tersebut dapat dilihat dalam Tabel III-44 sebagai berikut: Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-49 ]

91 Tabel III-44 Keluhan Responden di Wilayah Studi Jakarta Pusat tahun 2009 No Jenis Keluhan Jumlah penderita % 1 Batuk 1 1,9 2 Berak berak 1 1,9 3 Campak 1 1,9 4 Demam tinggi 2 3,7 5 Gatal kulit 1 1,9 6 Ingusan 3 5,6 7 Jantung 1 1,9 8 Lambung 1 1,9 9 Liver 1 1,9 10 Panas dingin 8 14,8 11 Pegal linu 1 1,9 12 Pusing 10 18,5 13 Demam ringan 1 1,9 14 Typus 1 1,9 Jumlah Sumber: data primer, terolah Kesehatan Lingkungan 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada tahun 2007 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai target setiap kecamatan telah ditetapkan sebanyak 210 rumah tangga yang dipantau. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa dari 1680 Rumah tangga yang dipantau terdapat 515 (30,65%) rumah tangga yang berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber PHBS). Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan Kemayoran yaitu 95 (45,24 %) rumah tangga ber PHBS dan terkecil adalah Kecamatan Johar Baru yaitu 41 (19,52%) Rumah tangga ber PHBS. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-45 berikut: Tabel III-45 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Kecamatan,Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun 2007 No Kecamatan Rumah tangga Jumlah dipantau Ber PHBS % 1 Gambir ,14 2 Sawah Besar ,71 3 Kemayoran ,24 4 Senen ,86 5 Cempaka Putih ,48 6 Menteng ,24 7 Tanah Abang ,05 8 Johar Baru ,52 Jumlah ,65 Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007 Tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan khususnya berkaitan dengan kebiasaan cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar berdasarkan hasil survey terhadap 51 responden menunjukkan bahwa 90,2 % menyatakan melakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-46 berikut: Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-50 ]

92 Tabel III-46 Kebiasaan Cuci Tangan dengan Sabun Sesudah Buang Air Besar Perlakuan Jumlah % Tidak cuci tangan 5 10 Cuci tangan Jumlah Sumber: data primer, terolah Akses Air Bersih Berdasarkan laporan yang ada, bahwa sumber air bersih yang dipergunakan oleh penduduk di wilayah Jakarta Pusat adalah berasal dari ledeng, Sumur Pompa tangan, Sumur gali, penampungan air hujan, dan air kemasan. Terbanyak penduduk menggunakan air bersih bersumber dari ledeng yaitu sebesar 88,79 %. Cakupan air bersih di wilayah Jakarta Pusat baru mencapai 52,63 % artinya baru sekitar 52,63 % penduduk Jakarta Pusat memperoleh air bersih. Penduduk paling banyak adalah yang tinggal di kecamatan Johar Baru dan Kecamatan Gambir yaitu lebih dari 80%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-47 berikut: Tabel III-47 Persentase keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Pusat tahun 2007 No Kecamatan Jumlah Keluarga Akses air Bersih % 1 Gambir ,76 2 Sawah Besar ,8 3 Kemayoran ,47 4 Senen ,81 5 Cempaka Putih ,67 6 Menteng ,32 7 Tanah Abang ,94 8 Johar Baru ,98 Jumlah ,63 Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007 Berdasarkan hasil studi di wilayah kerja Jakarta Pusat, sumber air yang digunakan masyarakat, baik untuk keperluan mandi, cuci, kebersihan maupun keperluan lainnya, sebagian besar menggunakan sarana air bersih dari PDAM (63,0%). Sumber air bersih lainnya adalah berupa mata air dan sumur. Jenis sumber air dapat dilihat pada Tabel III-48 berikut : Tabel III-48 Sumber Air Bersih Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat tahun 2009 No Sumber air Jumlah % 1 PDAM 34 63,0 2 Mata air 7 13,0 3 Sumur 13 24,1 J u m l a h Sumber: data primer, terolah Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-51 ]

93 3. Ketersediaan jamban keluarga dan tempat sampah Berdasarkan pemeriksaan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, kepemilikan/ akses rumah tangga terhadap jamban keluarga dan tempat sampah adalah 87 % dan 100 %. Data tersebut berdasar Dari hasil pemeriksaan terhadap rumah tangga, pola sebaran jumlah keluarga yang akses terhadap jamban hasil pemeriksaan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel III-49 berikut: Tabel III-49 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan, Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun 2007 Jamban Tempat Sampah No Kecamatan Jml KK Jml KK % KK Jml KK Jml KK % KK diperiksa Memiliki memiliki diperiksa Memiliki memiliki 1 Gambir Sawah Besar Kemayoran Senen Cempaka Putih 6 Menteng Tanah Abang Johar Baru Jumlah Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007 Khusus untuk daerah studi di wilayah Jakarta Pusat, lokasi buang air besar pada umumnya menggunakan WC milik sendiri yaitu sebanyak 47 (90%) sedangkan lainnya ada yang menggunakan MCK umum dan sungai. Jenis sarana tempat buang air besar dapat dilihat pada Tabel III-50 berikut: Tabel III-50 Sarana Buang Air Besar Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat No Sarana b.a.b Jumlah % 1 WC milik sendiri Sungai MCK Umum 4 8 J u m l a h Sumber: data primer, terolah Tentang cara pembuangan sampah pada umumnya masyarakat di wilayah studi tidak melakukan pemisahan antara jenis-jenis sampah yang ada (75%) sedang sisanya (25%) melalukan pemisahan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel III-51 berikut: Tabel III-51 Perlakuan terhadap Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat No Perlakuan Jumlah % 1 Pemilahan Tidak ada perlakuan J u m l a h Sumber: data primer, terolah Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-52 ]

94 Kebiasaan masyarakat membuang sampah paling banyak adalah dikumpulkan di tempat sampah atau tong sampah sendiri yaitu 37 keluarga (72,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-52 berikut : Tabel III-52 Pembuangan Sampah Penduduk di Wilayah Studi Jakarta Pusat No Pembuangan Jumlah % 1 Tempat sampah umum Lubang gali sendiri Tong sampah J u m l a h Sumber: data primer, terolah Pemantauan Lingkungan terhadap Jentik Aedes Wilayah DKI Jakarta adalah endemis penyakit Demam Berdarah, dimana sebagai vektornya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam rangka melakukan pengendalian terhadap penyakit DBD maka dilakukan pemantauan terhadap jentik Aedes aegypti di rumah-rumah penduduk. Hasil pemantauan rumah terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti menunjukkan bahwa jumlah rumah yang dipantau sebanyak dan jumlah rumah yang dinyatakan bebas jentik sebanyak (95%). Keadaan tersebut adalah sesuai dengan target nasional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-53 berikut: Tabel III-53 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes aegypti Menurut Kecamatan Di Wilayah Jakarta Pusat, Tahun 2007 No Kecamatan Jumlah Rumah yang diperiksa Jumlah rumah yang bebas jentik % rumah yang bebas jentik 1 Gambir Sawah Besar Kemayoran Senen Cempaka Putih Menteng Tanah Abang Johar Baru Jumlah Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat Tahun 2007 Hasil survey tentang keradaan jentik Aedes aegypti di lingkungan rumah menunjukkan bahwa 88% rumah ditemukan jentik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel III-54 berikut: Tabel III-54 Keberadaan jentik Aedes aegypti di Wilayah Studi Jakarta Pusat Keadaan Jumlah % Ada jentik Tidak ada jentik 6 12 Jumlah Sumber: data primer, terolah Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-53 ]

95 3.5.3 Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara Pola Penyakit Pola penyakit di wilayah Jakarta Utara pada umumnya adalah penyakit menular dan penyakit tidak menular dan tersebar di seluruh Puskesmas. Sebagai gambaran bahwa laporan sepuluh penyakit terbanyak menunjukkan bahwa penyakit terbanyak nomor urut pertama adalah Infeksi akut Pernafasan atas yaitu sebanyak jiwa (43,9%). Sebaran penyakit menurut urutannya dapat dilihat pada Tabel III-55 berikut: Tabel III-55 Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun 2007 No Nama Penyakit Jumlah % 1 Infeksi akut Pernafasan atas Diare Penyakit Pd sistem Otot & Jaringan Pengikat Penyakit Kulit Alergi Penyakit Kulit Infeksi Penyakit darah Tinggi Penyakit lain pd pernafasan atas Gingivitis & Penyakit Periodental Penyakit Pulpa & Jaringan Peripikal Penyakit lainnya Total Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara Tahun 2007 Berdasarkan hasil survey terhadap 26 responden yang tinggal di wilayah Jakarta Utara, pada umumnya masyarakat mengeluh adanya gangguan kesehatan dalam bentuk batuk, gatal kulit, dan lain-lain. Keluhan tersebut dapat dilihat dalam Tabel III-56 berikut: Tabel III-56 Keluhan Masyarakat di Wilayah StudiJakarta Utara Tahun 2009 No Jenis Keluhan Jumlah penderita % 1 Batuk Gatal kulit Ingusan Liver Panas dingin Pusing Jumlah Sumber: data primer, terolah Kesehatan Lingkungan 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada tahun 2007 telah dilakukan pemantauan terhadap Rumah Tangga yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai target setiap kecamatan telah ditetapkan sebanyak 210 rumah tangga yang dipantau. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa dari 840 Rumah tangga yang dipantau Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-54 ]

96 terdapat 211 (25,12%) rumah tangga yang berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber PHBS). Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan Tanjung Priok yaitu 70 (33 %) rumah tangga ber PHBS dan terkecil adalah Kecamatan Penjaringan yaitu 32 ( 15%) Rumah tangga Ber PHBS. Untuk jelasnuya dapat dilihat pada Tabel III-57 berikut : Tabel III-57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Puskesmas, Di Wilayah Jakarta Utara, Tahun 2007 No Kecamatan Rumah tangga Jumlah dipantau Ber PHBS % 1 Tg Priok Klp gading Cilincing Penjaringan Pademangan 6 Koja Jumlah ,12 Sumber data : Profil Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara Tahun 2007 Berdasarkan hasil survey tentang kebiasaan cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar menunjukkan bahwa 98,3% menyatakan melakukan cuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-58 berikut: Tabel III-58 Kebiasaan Cuci Tangan dengan Sabun Sesudah Buang Air Besar Di Wilayah Studi Jakarta Utara Perlakuan Jumlah % Tidak cuci tangan 1 2 Cuci tangan Jumlah Sumber: data primer, terolah Pemantauan Lingkungan terhadap Jentik Aedes aegypti. Berdasarkan laporan dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menunjukkan bahwa jumlah rumah yang dipantau di wilayah Jakarta Utara sebanyak rumah dan yang bebas jentik sebanyak rumah (3,98%). Angka bebas jentik tersebut secara nasional masih di bawah target yaitu 95 % sehingga daerah tersebut kemungkinan masih potensial untuk timbul KLB DBD. Hasil survey tentang keberadaan jentik Aedes aegypti menunjukkan bahwa 91 % ditemukan ada jentik. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel III-59 berikut : Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-55 ]

97 Tabel III-59 Keberadaan jentik Aedes aegypti di wilayah Studi Jakarta Utara Keadaan Jumlah % Ada jentik Tidak ada jentik 5 9 Jumlah Sumber: data primer, terolah Lokasi sampling untuk komponen fisik kimia dan hayati dapat dilihat pada Peta III-1 sampai dengan Peta III-5. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ III-56 ]

98 Environmental Impact Statement Analisis Dampak Lingkungan

99 Environmental Impact Statement Analisis Dampak Lingkungan

100 Environmental Impact Statement Analisis Dampak Lingkungan

101 Environmental Impact Statement Analisis Dampak Lingkungan

102 Environmental Impact Statement Analisis Dampak Lingkungan

103 BAB IV RUANG LINGKUP STUDI 4.1 DAMPAK PENTING YANG DITELAAH Proses Pelingkupan Pelingkupan dilakukan untuk memastikan bahwa semua dampak hipotetis diidentifikasi sehingga dapat dipelajari sebagai bagian dari proses AMDAL. Pelingkupan dilakukan untuk mengidentifikasi dampak potensial yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan, dan untuk menilai dan memberi prioritas dampak penting hipotetik (Peraturan Menteri Lingkungan No. 08 Tahun 2006). Proses ini ditunjukkan pada Gambar IV-1. Gambar IV-1 Tahapan Proses Pelingkupan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-1 ]

104 Pelingkupan dilakukan untuk membatasi penelaahan sehingga aspek kegiatan dan komponen lingkungan dapat difokuskan pada hal-hal yang penting. Proses pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Identifikasi dampak potensial. 2. Evaluasi dampak potensial menuju dampak penting hipotetik. 3. Pemusatan dampak penting hipotetik dalam prioritas dampak penting hipotetik Identifikasi Dampak Potensial Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan metode matriks sederhana. Identifikasi dampak ini dilakukan dengan cara mencatat semua dampak yang mungkin timbul tanpa melihat besaran dan pentingnya dampak yang ditimbulkan. Identifikasi dampak dilakukan berdasarkan masukan pada saat konsultasi masyarakat dan pengalaman para ahli. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak penting. Dampak-dampak potensial yang mungkin timbul adalah sebagai berikut: (lihat Tabel IV-1) 1. Kualitas Udara Dampak yang terjadi pada kualitas udara pada tahap operasi yaitu mobilisasi peralatan (mesin dan alat berat) dan pengangkutan material keruk ke lokasi penampuan (disposal area) yang akan menghasilkan debu emisi gas buang dari kendaraan yang dapat mempengaruhi kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan. 2. Kebisingan Gangguan terhadap tingkat kebisingan juga terjadi pada tahap yang sama seperti pada kualitas udara dengan sumber dampak yang sama. 3. Kebauan Dampak timbulnya kebauan bersumber dari pengangkatan lumpur dan penimbunan di lokasi sementara. 4. Kuantitas air permukaan/banjir Dampak yang terjadi pada air larian pada tahap operasi yaitu pada saat kegiatan pengerukan yang dapat memperlancar aliran air permukaan, sehingga daya tampung saluran drainase dan waduk menjadi lebih besar sehingga dapat mengurangi resiko banjir. Pada tahap pasca operasi kegiatan pemeliharaan/maintenance dredging akan mempertahankan kapasitas tampung badan air sehingga mengurangi banjir. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-2 ]

105 5. Kualitas Air Permukaan Dampak yang terjadi pada kualitas air permukaan pada tahap operasi yaitu pada saat kegiatan pengerukan baik sungai maupun waduk berlangsung, dimana dampak pengerukan akan meningkatkan kandungan TSS yang dapat menganggu kehidupan biota air. 6. Kualitas air laut Perubahan kualitas air laut merupakan dampak lanjutan dari perubahan kualitas air di hulu sungai yang sedang dilakukan kegiatan pengerukan. 7. Limbah Padat Dampak yang terjadi pada tahap operasi yaitu pada saat kegiatan pengerukan, pemisahan material keruk, penempatan material keruk dan pengangkutan material keruk yang dapat menyebabkan munculnya ceceran lumpur dan sampah padat yang dapat mengotori daerah sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini dapat menyebabkan menurunnya kesehatan masyarakat yang akhirnya bermuara pada persepsi masyarakat yang negatif terhadap kegiatan pengerukan sungai dan waduk ini. 8. Biota darat Dampak yang terjadi terhadap flora (vegetasi darat) pada tahap operasi yaitu pada saat kegiatan persiapan lahan untuk kegiatan pengerukan, namun setelah kegiatan pengerukan selesai dan dilakukan penataan lahan diharapkan tanaman yang rusak dapat ganti dengan tanaman yang baru. 9. Biota air Gangguan terhadap biota air merupakan dampak turunan dari perubahan kualitas air permukaan akibat kegiatan pengerukan. Selain itu, kegiatan pengerukan akan menyebabkan terganggunya habitat biota air (plankton, bentos dan nekton). 10. Kesempatan kerja dan berusaha Dampak yang terjadi terhadap kesempatan kerja dan berusaha pada pada saat kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada tahap operasi. Dampak terbukanya kesempatan kerja dan berusaha kemungkinan kecil. 11. Kamtibmas Dampak yang terjadi terhadap kamtibmas pada tahap pra operasi pada saat kegiatan sosialisasi dan tahap operasi pada saat kegiatan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi peralatan, pengerukan, penumpukan material Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-3 ]

106 keruk dan pengangkutan material keruk dan sampah yang menimbulkan gangguan lingkungan yang dapat berdampak terhadap kamtibmas (dampak turunan). 12. Persepsi Masyarakat Dampak terhadap persepsi masyarakat pada tahap pra operasi yaitu pada saat kegiatan sosialisasi, sedangkan pada tahap operasi dari kegiatan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi peralatan, pengerukan, pemisahan material keruk, penumpukan material keruk dan sampah serta pengangkutan material keruk dan sampah akan menghasilkan gangguan lingkungan berupa penurunan kualitas udara, kebisingan, kebauan, kualitas air permukaan, limbah cair dan padat. Gangguan lingkungan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap persepsi masyarakat (dampak turunan). Kegiatan pemeliharaan/maintenance dredging akan berdampak positif terhadap persepsi masyarakat. 13. Kesehatan masyarakat Dampak yang terjadi terhadap kesehatan masyarakat pada tahap operasi saat kegiatan pengerukan dan pengangkutan material keruk menuju lokasi disposal. 14. Estetika Lingkungan Seperti pada dampak kesehatan masyarakat, dampak yang terjadi terhadap estetika lingkungan pada tahap operasi saat kegiatan pengerukan dan pengangkutan material keruk dan sampah menuju lokasi disposal serta kegiatan penataan lahan yang dapat memberikan dampak positif terhadap nilai estetika lingkungan. 15. Sanitasi Lingkungan Seperti pada dampak kesehatan masyarakat, dampak yang terjadi terhadap sanitasi lingkungan pada tahap operasi saat kegiatan pengerukan dan pengangkutan material keruk dan sampah menuju lokasi disposal serta kegiatan penataan lahan yang dapat memberikan dampak positif terhadap sanitasi lingkungan. 16. Transportasi / Lalu Lintas Pada tahap operasi proyek dampak terhadap kelancaran lalu lintas, pengotoran dan kerusakan badan jalan terjadi akibat mobilisasi kendaraan proyek/kendaraan berat yang membawa peralatan dan bahan dan pengangkutan material keruk dan sampah menuju lokasi disposal area menggunakan dump truk selama tahap operasi. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-4 ]

107 17. Sarana dan prasarana kota Pada tahap operasi proyek dampak terhadap sarana dan prasarana kota terjadi akibat mobilisasi bahan dan alat, pengerukan, penumpukan material keruk dan penempatan sementara material keruk. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-5 ]

108 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan Tabel IV-1 Matriks Identifikasi Dampak Penting yang Tercantum Dalam Dokumen KA KOMPONEN AKTIVITAS Aktivitas penambangan bijih Pasca operasi Pembersihan lahan Konstruksi fasilitas pengolahan dan infrastruktur Konstruksi pelabuhan (khusus dan tambang batu gamping Penerimaan tenaga kerja konstrusi Pembersihan lahan Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Pengupasan dan penempatan tanah penutup Penambangan bijih Penimbunan bijih di lokasi tambang Reklamasi tambang bekas tambang Penghancuran dan peleburan bijih Limbah cair Penambangan dan pengolahan batu kapur Pengangkutan batu kapur Pabrik asam sulfat Pembangkit listrik Suplai air Pelabuhan khusus Pelabuhan tambang batu kapur Perumahan Persiapan penutupan tambang Pemberhentian tenaga kerja Pembongkaran/ pemindahan, pelepasan, dan penggunaan kembali bangunan dan infrastruktur Reklamasi KOMPONEN LINGKUNGAN Pra konstruksi Konstruksi Pengangkutan bijih Operasi kkomponen PARAMETER Iklim mikro Temperatur dan kelembaban Kualitas udara TSP SOx NOx H2S Debu jatuh CO2 Hidrokarbon Kebisingam Kebisingan Getaran Getaran Morfologi dan fisiografi Bentang alam Tanah Erosi tanah Hidrologi Laju limpasan air permukaan Perubahan pola aliran Perubahan debit air Hidrogeologi Perubahan aliran air tanah Tinggi muka air tanah Kualitas air permukaan TSS ph Kesadahan Mg Cr+6 Ni Co Mn Zn SO4 Nitrogen Fosfor BOD COD Minyak dan Lemak Kualitas air tanah ph Cr6+ Mg Ni Co Mn Zn SO4 Kualitas air laut TSS Kekeruhan Cr6+ Ni Zn Minyak dan Lemak Flora darat Struktur dan komposisi spesies Fauna darat Habitat satwa liar Biota air Kelimpahan plankton Kelimpahan bentos Biota laut Kelimpahan plankton Kelimpahan bentos Sosial ekonomi Kesempatan kerja Kesempatan usaha Pendapatan masyarakat Aksesbilitas Kepemilikan lahan Pola mata pencaharian Pendapatan daerah Sosial budaya Imigrasi Asimilasi dan akulturasi Perubahan norma dan nilai Peningkatan tingkat pendidikan Kesehatan masyarakat Pola penyakit Sanitasi lingkungan Fasiltas kesehatan masyarakat Komponen sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat Komponen Biologi Komponen Geofisika dan Geokimia Survey dan eksplorasi Sumur tambang uji coba Pembebasan lahan Penerimaan tenaga Kerja konstruksi Mobilisasi peralatan dan bahan Penambangan dan konstruksi jalan tambang Konstruksi fasilitas penampungan residu (RSF) Pengangkutan dengan truk Ban berjalan Penimbunan dan pencampuran bijih di pabrik pengolahan Pelindihan dengan asm bertekanan atmosfer Penempatan filter cake Pengolahan batu kapur Bengkel Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Pengolahan bijih Penambangan dan pengolahan batu gamping Operasi fasilitas infrastruktur dan pendukung Penghancuran batu kapur Bandara khusus IV-6

109 Evaluasi Dampak Potensial Evaluasi dampak potensial bertujuan untuk meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan/tidak penting, sehingga didapat dampak penting hipotetis yang perlu ditelaah secara mendalam dalam Studi ANDAL. Hasil identifikasi dampak penting hipotetik dapat dilihat pada Tabel IV-2. Metode-metode yang digunakan untuk mengevaluasi dampak penting hipotetis adalah melalui diskusi antar anggota tim studi AMDAL, pemrakarsa; studi literatur; pengamatan lapangan; penilaian professional, pendapat masyarakat dan instansi pembina. Sedangkan hubungan antara satu dampak lingkungan dengan dampak lainnya untuk menentukan apakah dampak tersebut primer, sekunder atau tersier dan untuk menentukan komponen/parameter yang paling terkena dampak dilakukan dengan menggunakan diagram alir. Kriteria penentuan dampak hipotetis besar dan penting akan mengacu kepada SK. Kepala Bapedal Nomor Kep-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting dan dengan mempertimbangkan pendapat masyarakat dan instansi Pembina. Hasil evaluasi dampak potensial terhadap kegiatan pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Udara dan kebauan Dampak penting dari kualitas udara dan kebauan pada tahap operasi adalah akibat kegiatan pengerukan, penumpukan dan pengeringan material keruk serta pengangkutan material keruk menuju lokasi disposal. Sedangkan dampak penting dari kualitas udara dan kebisingan juga berasal kegiatan mobilisasi peralatan. Sedangkan pada tahap pasca operasi dampak kualitas udara akibat kegiatan demobilisasi peralatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung cukup lama dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 2. Kualitas air permukaan Dampak penting dari kualitas air permukaan pada tahap operasi adalah akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengerukan, pemisahan, penumpukan dan pengeringan material keruk. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung cukup lama dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 3. Kuantitas air permukaan/banjir Dampak penting dari kuantitas air permukaan pada tahap operasi yaitu akibat kegiatan pengerukan sungai maupun waduk. Sedangkan kegiatan pemeliharaan/maintenance dredging pada tahap pasca operasi juga Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-7 ]

110 berdampak terhadap kuantitas air permukaan/banjir. Dengan dilakukannya pengerukan maka daya tampung badan air tersebut akan meningkat, sehingga diharapkan kejadian banjir dapat dikurangi dan dihindari. Dampak yang terjadi berlangsung lama, intensitasnya tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 4. Limbah padat Dampak penting dari limbah padat pada tahap operasi berupa sisa material sampah dan lumpur yang kemungkinan tercecer di sekitar lokasi yang berasal dari kegiatan pemisahan, penumpukan dan pengeringan material keruk. Dampak yang terjadi berlangsung lama, intesitasnya tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 5. Kesempatan kerja dan berusaha Dampak penting dari kesempatan kerja dan berusaha pada tahap operasi akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja. Dampak yang terjadi berlangsung cukup lama, dengan intesitasnya cukup tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 6. Kamtibmas Dampak penting dari kamtibmas pada tahap operasi akibat kegiatan pengerukan, pemisahan, penempatan material keruk dan pengangkutan material ke lokasi disposal yang berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intesitasnya tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 7. Persepsi masyarakat Dampak penting dari persepsi masyarakat pada tahap pra operasi akibat kegiatan sosialisasi yang berpotensi menimbulkan gangguan apabila kegiatan sosialisasi tidak dilakukan dengan baik. Sedangkan pada tahap operasi dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan pengerukan, penempatan material keruk dan sampah serta pengangkutan material Lumpur dan sampah ke lokasi disposal yang berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan berupa penurunan kualitas udara, kebisingan, bau, gangguan lalu lintas dan limbah padat. Gangguan lingkungan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap persepsi masyarakat (dampak turunan). Sedangkan kegiatan pemeliharaan/maintenance dredging pada tahap pasca operasi akan berdampak positif terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intesitasnya tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-8 ]

111 8. Sanitasi lingkungan Dampak penting dari anitasi lingkungan pada tahap operasi akibat kegiatan pengerukan, pemisahan dan penempatan material keruk dan pengangkutan material keruk dan sampah ke lokasi disposal. Kegiatankegiatan ini dikhawatirkan akan menghasilkan sisa-sisa limbah yang tercecer di sekitar lokasi kegiatan yang dapat menurunkan dan mengganggu sanitasi lingkungan. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intensitasnya tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 9 Transportasi/lalu lintas Dampak penting dari transportasi/lalu lintas pada tahap operasi akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material keruk dan sampah ke lokasi disposal. Kegiatan-kegiatan ini dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pada badan-badan jalan yang dilalui. Dampak yang terjadi berlangsung lama, dengan intesitasnya tinggi dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak. 10. Sarana dan prasarana kota Dampak penting terhadap sarana prasarana kota pada tahap operasi akibat kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan, pengerukan, dan penumpukan/penyimpanan sementara material keruk. Dampak yang terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung lama, komponen lingkungan dan jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-9 ]

112 Table IV-2. Matriks Identifikasi Dampak Penting Yang Dikaji Dalam ANDAL KOMPONEN AKTIVITAS Operasi Prakonstruksi Pengolahan bijih Operasi fasilitas pendukung Pembersihan lahan Konstruksi fasilitas akomodasi sementara (Kamp konstruksi), jalan tambang, fasilitas pengolahan dan fasilitas penempatan residu (RSF) Konstruksi pelabuhan (pelabuhan khusus dan fasilitas bongkar muat tongkang) Pelepasan tenaga kerja konstruksi Penggalian dan penimbunan tanah penutup, penambangan dan penimbunan bijih di areal tambang Penimbunan dan pencampuran bijih di areal pabrik pengolahan Peremukan dan pembuburan bijih Proses hidrometalurgi Pengelolaan residu padat Produksi batu kapur Fasilitas pemeliharaan Pengelolaan limbah non proses Pengangkutan bijih Survai dan eksplorasi Sumur tambang uji coba Pembebasan lahan Penerimaan tenaga kerja konstruksi Mobilisasi peralatan dan bahan Truk Alat mekanis (conveyor belt/ropeway) Pembersihan lahan Pelabuhan khusus dan areal bongkar muat tongkang Bandara khusus KOMPONEN LINGKUNGAN Konstruksi Aktivitas penambangan bijih Penambangan dan pengolahan batukapur Infrastrukir lainnya Pasca operasi Komponen lingkungan Parameter Kualitas udara TSP SOx NOx H2S Debu jatuh CO2 Kebisingan Kebisingan Getaran Getaran Topografi Bentang alam Tanah Erosi tanah Hidrologi Laju air limpasan permukaan Perubahan laju aliran/debit Hidrogeologi Perubahan pola aliran air tanah Kualitas air permukaan TSS ph Kesadahan Mg Fe Mn Logam trace (Cr6+,Cu, Pb, As, Cd, Co, Ni, Zn) SO4 Minyak dan Lemak Nutrien (BOD, COD, NO2, NO3, NH3) Kualitas air tanah ph Mg Fe Mn Logam trace (Cr6+,Cu, Pb, As, Cd, Co, Ni, Zn) SO4 Nutrien (BOD, COD, NO2, NO3, NH3) Kualitas air laut TSS ph Temperatur Kekeruhan Mg Fe Mn Logam trace (Cr6+,Cu, Pb, As, Cd, Co, Ni, Zn) SO4 Hidrokarbon Minyak dan Lemak Oseanografi Perubahan pola arus For a darat Struktur dan komposisi spesies Fauna darat Kualitas habitat satwa liar Biota air tawar Kelimpahan plankton Kelimpahan bentos Kelimpahan nekton Biota laut Kelimpahan plankton Kelimpahan bentos Kelimpahan ikan karang Bentuk kehidupan karang Sosial ekonomi Kesempatan kerja Kesempatan usaha Pendapatan masyarakat Aksesbilitas Kepemilikan lahan Pola mata pencaharian Pendapatan daerah Sosial budaya Imigrasi Asimilasi dan akulturasi Perubahan norma dan nilai Keresahan masyarakat Kualitas habitat penduduk asli Kesehatan masyarakat Prevalensi penyakit Pelayanan kesehatan publik dan sanitasi Socio-economical, cultural and public health components Biological components Komponen Fisika dan Kimia Penerimaan tenaga kerja operasi Pembersihan lahan Pengupasa dan penimbunan tanah pucuk Reklamasi bekas tambang Pengolahan limbah cair Pengupasan dan penimbunan tanah pucuk Penambangan batu kapur Pengangkutan, penghancuran dan penimbunan batu kapur Pabrik asam sulfat Pabrik pembangkit listrik Suplai air Fasilitas akomodasi permanen Pelepasan tenaga kerja Pembongkaran/ pemindahan, pelepasan, dan penggunaan kembali alat dan infrastruktur Reklamasi IV-7

113 Prioritas Dampak Penting hipotetik Pelingkupan dampak penting bertujuan mengelompokkan dampak penting yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya agar diperoleh klasifikasi dan prioritas dampak penting hipotetik. Cara yang digunakan adalah menganalisis keterkaitan antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan, dimana masing-masing komponen saling mempengaruhi dan saling ketergantungan Pada bagian ini, dampak penting hipotetik yang diidentifkasi sebelumnya dikelompokkan dan dibuat skala prioritas untuk penilaian detil nantinya di dalam dokumen ANDAL. Pada Tabel IV-3 menunjukkan dampak penting hipotetik yang diurutkan dari prioritas paling tinggi sampai paling rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV-3. Tabel IV-3 Urutan Prioritas Dampak Penting Hipotetik Prioritas Komponen Lingkungan Parameter A. Tahap Pra Operasi 1. Persepsi masyarakat Keluhan masyarakat yang timbul akibat kegiatan B. Tahap Operasi 1. Hidrologi Kuantitas air permukaan/banjir 2. Limbah padat Logam dan sampah 3. Transportasi/lalu lintas V/C Rasio 4. Kualitas air permukaan TSS, ph, Ni, Mn, Mg, Phospat dan SO4 5. Kesempatan kerja dan Jumlah tenaga kerja yang terserap berusaha 6. Sanitasi lingkungan Kebersihan lingkungan sekitar 7 Kamtibmas Keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar lokasi kegiatan 8. Persepsi masyarakat Keluhan masyarakat yang timbul akibat kegiatan 9. Sarana dan prasarana kota Gangguan terhadap sarana dan prasarana kota 10. Kualitas udara dan kebauan TSP, SOx, NOx, H 2 S, debu jatuh, CO x, dan Kebauan C. Tahap Pasca Operasi 1. Hidrologi Kuantitas air permukaan/banjir 2. Sosial budaya Persepsi masyarakat Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDIP) [ IV-11 ]

114 Sumber Informasi Identifikasi Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial Klasifikasi dan Prioritas Observasi lapangan Data Sekunder Studi Pustaka Saran masukan, dan tanggapan masyarakat Matriks interaksi kegiatan dan komponen lingkungan Konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemarakarsa, dan pemangku kepentingan Observasi lapangan Interaksi kelompok Daftar uji sederhana Matriks interaksi dampak Bagan alir dampak Kebijakan dan peraturan perundang undangan lingkungan hidup yang berlaku Konsep ilmiah dari kajian yang akan dilakukan Tahap Kegiatan Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik Prioritas Dampak Penting Hipotetik KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA (JEDI FASE 1) INFORMASI KONDISI LINGKUNGAN PROYEK Pra Operasi Operasi Pasca Operasi Kegiatan kegiatan Di Sekitar Lokasi Proyek Pemukiman penduduk Pasar tradisional Industri perdagangan Tahap Pra Operasi: 1. Kamtibmas 2. Persepsi masyarakat Tahap Operasi: 1. Kualitas udara dan kebauan 2. Kebisingan 3. Kualitas air permukaan 4. Kualitas air tanah 5. Kualitas air laut 6. Limbah padat 7. Kuantitas air permukaan/banjir 8. Flora dan fauna darat 9. Biota air (plankton, bentos dan nekton) 10.Kesempatan kerja dan berusaha 11.Sarana dan prasaran kota 12.Transportasi/lalu lintas 13.Peruntukan lahan 14.Kamtibmas 15.Persepsi masyarakat 16.Estetika dan sanitasi lingkungan 17.Kesehatan masyarakat Tahap pasca Operasi: 1. Kualitas udara dan kebisingan 2. Kuantitas air permukaan/banjir 3. Transportasi/lalu lintas 4. Kesempatan kerja dan berusaha 5. Persepsi masyarakat Tahap Pra Operasi: 1. Persepsi masyarakat Tahap Operasi: 1. Kualitas udara dan kebauan 2. Kebisingan 3. Kualitas air permukaan 4. Kualitas air laut 5. Limbah padat 6. Kuantitas air permukaan/banjir 7. Biota air (plankton, bentos dan nekton) 8. Kesempatan kerja dan berusaha 9. Sarana dan prasarana kota 10.Transportasi/lalu lintas 11.Kamtibmas 12.Persepsi masyarakat 13.Sanitasi lingkungan Tahap pasca Operasi: 1. Transportasi/lalu lintas 2. Kuantitas air permukaan/banjir 3. Kesempatan kerja dan berusaha 4. Persepsi masyarakat Tahap Pra Operasi: 1. Persepsi masyarakat Tahap Operasi: 1. Kuantitas air permukaan/banjir 2. Limbah padat 3. Transportasi/lalu lintas 4. Kualitas air permukaan 5. Kesempatan kerja dan berusaha 6. Sanitasi Lingkungan 7. Kamtibmas 8. Persepsi masyarakat 9. Sarana dan prasarana lokal 10. Kualitas udara dan kebauan 11. Kebisingan 12. Kualitas air laut 13. Biota air (plankton, bentos dan nekton) Tahap pasca Operasi: 1. Kuantitas air permukaan/banjir 2. Persepsi masyarajat 3. Transportasi/lalu lintas 4. Kesempatan kerja dan berusaha Gambar IV 2 Diagram Proses Pelingkupan (Focusing) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta

115 4.1.2 Hasil Proses Pelingkupan Berdasarkan hasil proses pelingkupan yang dilakukan dan masukkan pada saat sosialisasi AMDAL, maka prioritas dampak penting hipotetik yang diprakirakan akan timbul adalah: 1. Tahap Pra Operasi a) Persepsi Masyarakat 2. Tahap Operasi a) Kuantitas air permukaan/banjir b) Limbah padat c) Transportasi/lalu lintas d) Kualitas air permukaan e) Kesempatan kerja dan berusaha f) Sanitasi lingkungan g) Kamtibmas h) Persepsi masyarakat i) Sarana prasarana kota j) Kualitas udara dan kebauan 3. Tahap Pasca Operasi a) Kuantitas air permukaan/banjir b) Persepsi masyarakat 4.2 BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN Lingkup Batas Wilayah Studi Penentuan batas wilayah studi ditentukan oleh pertimbangan terhadap batas proyek, ekologis, sosial dan administratif. Sebagai acuan dalam penentuan batas wilayah studi mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Batas wilayah studi adalah ruang yang merupakan resultan ke empat batas tersebut di bawah ini. Adapun peta batas wilayah studi kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta dapat dilihat pada Peta IV-1 sampai dengan Peta IV-5 yang disesuaikan dengan masing-masing lokasi pengerukan. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ IV-13 ]

116 Batas Proyek Batas proyek adalah tapak proyek sesuai batas dari daerah aliran sungai/saluran pengendali banjir dan waduk di DKI Jakarta yang akan dilakukan kegiatan pengerukan, yaitu: 1. Banjir Kanal Cengkareng Drain = + 10,50 km 2. Saluran Drainase Ciliwung Gn. Sahari = + 7,70 km 3. Saluran Drainase Setiong Sunter = + 9,50 km 4. Banjir Kanal Sunter (Bagian hilir) = + 10,00 km Batas Ekologis Batas ekologis adalah ruang penyebaran dampak menurut media transportasi, air dan udara dimana proses alami yang berlangsung diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi yang dimaksud dengan memperhatikan prakiraan luas penyebaran dampak, yaitu jaringan jalan yang akan dilewati kendaraan pengangkut material keruk. Dalam studi andal ini, batas proyek ditentukan berdasarkan catchment area dengan batas radius ± 200 m Batas Sosial Batas sosial adalah ruang tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, dalam hal ini adalah pemukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi proyek pengerukan sungai/saluran pengendali banjir dan waduk di DKI Jakarta. Dalam studi andal ini batas sosial adalah masyarakat yang berada di sepanjang lokasi proyek (kiri dan kanan) dengan radius ± 250 m Batas Administratif Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat secara luas melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut, dalam hal ini kegiatan rencana pengerukan sungai/saluran pengendali banjir dan waduk di DKI Jakarta. Batas administrasi studi andal ini adalah bagian dari wilayah administrasi Kelurahan di sepanjang lokasi proyek. Adapun kelurahankelurahan yang masuk ke dalam wilayah administrasi adalah sseperti tertera pada sebagai berikut: Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ IV-14 ]

117 Tabel IV-4 Jumlah Kelurahan dan Kecamatan yang termasuk Wilayah Studi Kecamatan Kelurahan Cengkareng Drain 1 Kapuk Muara Penjaringan, Jakarta Utara 2 Kamal Muara 3 Kapuk Cengkareng, 4 Kedaung Kaliangke Jakarta Barat 5 Cengkareng Timur 6 Rawa Buaya Kembangan, Jakarta Barat 7 Kembangan Utara Kebon Jeruk, Jakarta Barat 8 Kedoya Utara Sungai Ciliwung Gn Sahari (Pintu Air Psr Baru Marina Ancol) 9 Pasar Baru 10 Kartini Sawah Besar, Jakarta Pusat 11 Karanganyar 12 G. Sahari Utara 13 Mangga Dua Selatan 14 Pademangan Barat Pademangan, Jakarta Utara 15 Ancol Sungai Sentiong Sunter (Jembatan Jl. Soeprapto Kali Ancol) Senen, 16 Bungur Jakarta Pusat 17 G Sahari Selatan 18 Utan Panjang Kemayoran, Jakarta Pusat 19 Serdang 20 Kebon Kosong 21 Harapan Mulya 22 Sunter Jaya Tanjung Priok, Jakarta Utara 23 Sunter Agung Pademangan 24 Pademangan Timur Sungai Sunter Bagian Hilir (Kelapa Gading Muara) 25 Koja Koja, 26 Lagoa Jakarta Utara 27 Rawa Badak Utara 28 Rawa Badak Selatan Kelapa Gading, 29 Kelapa Gading Barat Jakarta Utara 30 Kelapa Gading Timur Waduk Melati Tanah Abang, Jakarta Pusat 31 Kebon Melati 32 Kebon Kacang Batas Waktu Kajian Batas waktu kajian kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta adalah selama umur dari kegiatan pengerukan tersebut dilakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ IV-15 ]

118 106 45'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E 6 5'0"S 6 5'0"S 6 4'0"S 6 4'0"S Java Sea Laut Jawa 6 6'0"S / TANJUNG PRIUK 6 6'0"S / A TANJUNG PRIUK 6 7'0"S KAMAL MUARA CENGKARENG TIMUR / / / KAPUK MUARA PLUIT ANCOL Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin SUNGAI BAMBU WARAKAS 6 7'0"S PAPANGO 6 8'0"S CENGKARENG TIMUR KAPUK / / PEJAGALAN PENJARINGAN PADEMANGAN BARAT ROA MALAKA PEKOJAN PINANGSIA PADEMANGAN TIMUR MANGGA DUA SELATAN TAMBORA JEMBATAN LIMA ANGKE GLODOKMANGGA BESAR TANGKI SUNTER AGUNG SUNGAI BAMBU 6 8'0"S 6 9'0"S 6 10'0"S CENGKARENG TIMUR RAWA BUAYA / KEMBANGAN UTARA KEDAUNG KALI ANGKE KEDOYA UTARA JELAMBAR BARU WIJAYA KESUMA JELAMBAR TANJUNG DUREN UTARA JEMBATAN BESI GROGOL TOMANG KREDANG TANAH SERAL DURI UTARA KALIANYAR DURI SELATAN DURI PULO CIDENG KEAGUNGAN KRUKUT PETOJO UTARA TAMAN SARI KARANG ANYARKARTINI MAPHAR KEBON KELAPA PASAR BARU GUNUNG SAHARI UTARA GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG KEMAYORAN BUNGUR UTAN PANJANG HARAPAN MULYA CEMPAKA BARU Waduk Sunter Barat SUNTER JAYA SUMUR BATU 6 9'0"S 6 10'0"S DURI KEPA PETOJO SELATAN GAMBIR SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR TANJUNG DUREN SELATAN JATI PULO TANAH TINGGIKAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KEMBANGAN SELATAN KEDOYA SELATAN KOTABAMBU SELATAN KOTABAMBU UTARA KAMPUNG BALI KEBON SIRIH KWITANG KRAMAT JOHAR BARU 6 11'0"S 6 12'0"S MERUYA UTARA KEBON JERUK KEMANGGISAN PALMERAH SLIPI PETAMBURAN KEBON KACANG KEBON MELATI GONDANGDIA MENTENG CIKINI KENARI PEGANGSAAN PASEBAN RAWA SARI UTAN KAYU UTARA KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN RAWAMANGUN 6 12'0"S MERUYA SELATAN SRENGSENG KELAPA DUA SUKABUMI UTARA KARET TENGSIN BENDUNGAN HILIR SETIA BUDI GUNTUR PASAR MANGGIS KEBON MANGGIS PISANGAN TIMUR PISANGAN BARU 6 13'0"S JOGLO SUKABUMI SELATAN GROGOL UTARA GELORA KARET SEMANGGI KARET KARET KUNINGAN MANGGARAI KAMPUNG MELAYU RAWA BUNGA MENTENG ATAS MANGGARAI SELATAN BALI MESTER CIPINANG BESAR UTARA BUKIT DURI 6 13'0"S KEREO PETUKANGAN UTARA '0"E ULUJAMI CIPULIR '0"E GROGOL SELATAN '0"E GUNUNG '0"E SELONG SENAYAN KUNINGAN BARAT RAWA BARAT '0"E MENTENG DALAM CIPINANG BESAR SELATAN KUNINGAN TIMUR TEBET TIMURKEBON BARUBIDARA CINA CIPINANG CEMPEDAK TEBET BARAT '0"E '0"E '0"E Legend Legenda STUDY BOUNDARY IN CENGKARENG DRAIN FLOODWAYS BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN BANJIR KANAL CENGKARENG DRAIN Road Jalan Toll Road Jalan Cukai ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Project Boundary Batas Proyek Ecology Boundary Batas Ekologi Social Boundary Batas Sosial Administration Boundary Batasa Administrasi Study Boundary Batas Studi Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) -SurveyLapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision IV /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation [ Km GGG RFN ERM Jakarta Barat Western Jakarta Area Proyek Project Area Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta

119 106 49'0"E '0"E '0"E '0"E Laut Jawa Java Sea A TANJUNG PRIUK 6 7'0"S 6 7'0"S TANJUNG PRIUK WARAKAS PENJARINGAN / / ANCOL Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO 6 8'0"S ROA MALAKA / PADEMANGAN BARAT 6 8'0"S PINANGSIA / PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG MANGGA DUA SELATAN TAMBORA GLODOK MANGGA BESAR TANGKI / 6 9'0"S KEAGUNGAN / GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat 6 9'0"S TANAH SERAL TAMAN SARI KARANG ANYAR KARTINI KEBON KOSONG SUNTER JAYA KRUKUT MAPHAR / GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG 6 10'0"S DURI PULO PETOJO UTARA KEBON KELAPA / / PASAR BARU KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU 6 10'0"S / BUNGUR HARAPAN MULYA CIDENG PETOJO SELATAN GAMBIR CEMPAKA PUTIH TIMUR JATI PULO SENEN KWITANG KRAMAT TANAH TINGGI GALUR CEMPAKA PUTIH BARAT KAMPUNG RAWA KAYU PUTIH '0"E '0"E '0"E '0"E Legend Legenda STUDY BOUNDARY IN CILIWUNG - GUNUNG SAHARI DRAIN BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN SALURAN DRAINASE CILIWUNG-GN.SAHARI Road Jalan Toll Road Jalan Cukai ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Project Boundary Batas Proyek Ecology Boundary Batas Ekologi Social Boundary Batas Sosial Administration Boundary Batasa Administrasi Study Boundary Batas Studi Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision IV /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM [ Km Jakarta Barat Western Jakarta Area Proyek Project Area Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta

120 106 50'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Java Sea Laut Jawa TANJUNG PRIUK KOJA TANJUNG PRIUK A 6 7'0"S 6 7'0"S 6 6'0"S 6 6'0"S / WARAKAS KEBON BAWANG RAWABADAK UTARA ANCOL Jl. Toll Pelabuhan / Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU RAWABADAK SELATAN 6 8'0"S PADEMANGAN BARAT 6 8'0"S PADEMANGAN TIMUR / SUNTER AGUNG MANGGA DUA SELATAN 6 9'0"S GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat 6 9'0"S KARTINI / SUNTER JAYA MAPHAR GUNUNG SAHARI SELATAN / / KEBON KOSONG SERDANG KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S PASAR BARU KEMAYORAN / UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU 6 10'0"S BUNGUR HARAPAN MULYA KELAPA GADING TIMUR GAMBIR SENEN KWITANG KRAMAT / GALUR CEMPAKA PUTIH BARAT TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH TIMUR KAYU PUTIH PULO GADUNG '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN STUDY BOUNDARY IN SENTIONG - SUNTER DRAIN BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN SALURAN DRAINASE SENTIONG - SUNTER Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) - Survey Lapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision IV /09/09 Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Laut Jawa Java Sea Jakarta Barat Western Jakarta Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Legend Legenda Road Jalan Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal Project Boundary Batas Proyek Ecology Boundary Batas Ekologi Social Boundary Batas Sosial Administration Boundary Batasa Administrasi Study Boundary Batas Studi [ Km Area Proyek Project Area Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

121 106 51'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E 6 6'0"S 6 7'0"S 6 6'0"S Java Sea Laut Jawa A TANJUNG PRIUK TANJUNG PRIUK / / KOJA / LAGOA KALI BARU CILINCING 6 7'0"S KEBON BAWANGRAWABADAK UTARA ANCOL WARAKAS SEMPER TIMUR Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU / RAWABADAK SELATAN TUGU UTARA SEMPER BARAT 6 8'0"S PADEMANGAN BARAT TUGU SELATAN 6 8'0"S PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG / SUKA PURA 6 9'0"S GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat SUNTER JAYA / ROROTAN 6 9'0"S KELAPA GADING BARAT GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG 6 10'0"S KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU KELAPA GADING TIMUR PEGANGSAAN DUA 6 10'0"S PASAR BARU SENEN BUNGUR HARAPAN MULYA GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR CAKUNG BARAT CAKUNG TIMUR TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KRAMAT KWITANG KEBON SIRIH JOHAR BARU PULO GADUNG RAWA TERATE 6 11'0"S RAWA SARI CIKINI GONDANGDIA KENARI PASEBAN UTAN KAYU UTARA RAWAMANGUN JATI 6 12'0"S MENTENG PEGANGSAAN KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN JATINEGARA KAUM JATINEGARA PENGGILINGAN 6 12'0"S GUNTUR KEBON MANGGIS PISANGAN TIMUR CIPINANG PULO GEBANG PASAR MANGGIS PISANGAN BARU MANGGARAI 6 13'0"S KAMPUNG MELAYUBALI MESTER CIPINANG BESAR UTARACIPINANG MUARA MENTENG ATAS MANGGARAI SELATAN RAWA BUNGA BUKIT DURI CIPINANG BESAR SELATAN KLENDER MALAKA SARI MALAKA JAYA PONDOK KOPI 6 13'0"S '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Legend Legenda STUDY BOUNDARY IN UPPER SUNTER FLOODWAYS BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN BANJIR KANAL SUNTER (BAGIAN HILIR) Road Jalan Toll Road Jalan Cukai ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan Project Boundary Batas Proyek Ecology Boundary Batas Ekologi Social Boundary Batas Sosial Administration Boundary Batasa Administrasi Study Boundary Batas Studi Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) -SurveyLapangan Peta Map No Revisi Revision No Tanggal Revisi Date Revision IV /09/09 [ Digambar Oleh Drafter Diperiksa Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG RFN ERM Km Jakarta Barat Western Jakarta Area Proyek Project Area Laut Jawa Java Sea Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta

122 106 49'0"E '0"E '0"E '0"E '0"E Java Sea Laut Jawa A TANJUNG PRIUK TANJUNG PRIUK 6 7'0"S 6 7'0"S PLUIT KEBON BAWANG WARAKAS PENJARINGAN ANCOL Jl. Toll Pelabuhan Waduk Cincin PAPANGO SUNGAI BAMBU 6 8'0"S PEKOJAN ROA MALAKA PINANGSIA PADEMANGAN BARAT RAWABADAK SELATAN 6 8'0"S MANGGA DUA SELATAN TAMBORA JEMBATAN LIMA GLODOKMANGGA BESAR TANGKI PADEMANGAN TIMUR SUNTER AGUNG 6 9'0"S KREDANG KEAGUNGAN JEMBATAN BESI TANAH SERAL DURI UTARA TAMAN SARI KARANG ANYAR KARTINI GUNUNG SAHARI UTARA Waduk Sunter Barat SUNTER JAYA 6 9'0"S KALIANYAR DURI SELATAN KRUKUT MAPHAR GUNUNG SAHARI SELATAN SERDANG KEBON KOSONG KELAPA GADING BARAT 6 10'0"S DURI PULO PETOJO UTARA KEBON KELAPA PASAR BARU KEMAYORAN UTAN PANJANG CEMPAKA BARU SUMUR BATU 6 10'0"S TOMANG CIDENG BUNGUR HARAPAN MULYA JATI PULO PETOJO SELATAN GAMBIR SENEN GALUR CEMPAKA PUTIH TIMUR TANAH TINGGI KAMPUNG RAWA CEMPAKA PUTIH BARAT KAYU PUTIH 6 11'0"S KOTA BAMBU SELATAN KAMPUNG BALI KEBON SIRIH KWITANG KRAMAT JOHAR BARU PULO GADUNG 6 11'0"S KOTA BAMBU UTARA KEBON KACANG GONDANGDIA CIKINI RAWA SARI 6 12'0"S SLIPI PETAMBURAN KEBON MELATI Waduk Melati MENTENG PASEBAN KENARI PEGANGSAAN UTAN KAYU UTARA KAYU MANIS PAL MERIEM UTAN KAYU SELATAN RAWAMANGUN JATI 6 12'0"S BENDUNGAN HILIR GELORA KARET TENGSIN SETIA BUDI KARET GUNTUR KEBON MANGGIS PASAR MANGGIS MANGGARAI PISANGAN BARU PISANGAN TIMUR CIPINANG '0"E '0"E '0"E '0"E '0"E ENVIRONMENTAL IMPACT STATEMENT ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN STUDY BOUNDARY IN WADUK MELATI BATAS WILAYAH STUDI DI LOKASI PENGERUKAN WADUK MELATI Sumber : Source : - Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Naional (Bakosurtanal) -SurveyLapangan Peta IV - 5 Digambar Oleh Map Drafter GGG No Revisi Diperiksa Revision No 0 Proofreader RFN Tanggal Revisi 03/09/09 Digabung Oleh ERM Date Revision Compilation Laut Jawa Java Sea Jakarta Barat Western Jakarta Jakarta Pusat Central Jakarta Jakarta Utara Northeren Jakarta Legend Legenda Road Jalan Toll Road Jalan Cukai Railway Jalan Kereta Api Kelurahan Boundary Batas Kelurahan River Sungai / Bridge Jembatan Temporary Disposal Site Disposal Area Sementara Temporary Route by Truck Jalur Kendaraan Pengangkutan Dredging Canal Pengerukan Saluran Disposal Area Penimbunan Disposal Project Boundary Batas Proyek Ecology Boundary Batas Ekologi Social Boundary Batas Sosial Administration Boundary Batasa Administrasi Study Boundary Batas Studi [ Km Area Proyek Project Area Jakarta Selatan Southern Jakarta Jakarta Timur Eastern Jakarta DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Jl. Pattimura No. 20 P.O. Box 6723/JKSRB Phone , Fax Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110

123 BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1 IDENTIFIKASI DAMPAK Berdasarkan uraian rencana kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, sebagaimana dikemukakan pada Bab II, maka dapat diidentifikasi komponen kegiatan tahap pra operasi, tahap operasi dan tahap pasca operasi yang berpotensi menimbulkan dampak dan komponen lingkungan yang akan terkena dampak. Dalam mengidentifikasi dampak digunakan matriks identifikasi dampak (check list) dengan simbol ( ) untuk dampak negatif dan simbol ( + ) untuk dampak positif (Tabel V-1). 5.2 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Tahap Pra Operasi Perencanaan Teknis Kegiatan perencanaan teknis kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan tidak berdampak terhadap komponen lingkungan fisik kimia, hayati maupun sosial ekonomi budaya Sosialisasi Proyek/Amdal Kegiatan sosialisasi proyek/amdal kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 kepada warga masyarakat di sekitar lokasi proyek diprakirakan akan berdampak positif maupun negatif terhadap persepsi masyarakat. Persepsi positif timbul dari harapan warga sekitar bahwa dengan adanya kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 akan mengurangi banjir/genangan di sekitar tempat tinggal mereka, sedangkan persepsi negatif masyarakat sekitar timbul akibat kekuatiran warga terhadap dampak negatif proyek seperti kemacetan lalu lintas, terganggunya sarana prasarana kota dan aktivitas masyarakat, pengotoran lingkungan, sampah, kebisingan dan lain-lain. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, berlangsung singkat dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak positif/negatif kecil (+/- 1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-1 ]

124 5.2.2 Tahap Operasi Rekrutmen/Mobilisasi Tenaga Kerja a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1. Kualitas Air Permukaan/Limbah Cair Kegiatan rekrutmen/mobilisasi tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 sebanyak ± 53 orang di masing-masing lokasi pengerukan diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas air permukaan akibat limbah cair domestik yang dihasilkan. Aktivitas buruh tersebut akan menghasilkan air limbah domestik dengan parameter : BOD, COD, Amoniak (NH 3 ), ph, Minyak dan Lemak, Zat Organik (KMnO 4 ), Deterjen, Fospat dan Total Padatan Tersuspensi (TSS). Apabila tidak dikelola dengan baik, air limbah domestik ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas air permukaan di sekitar lokasi proyek. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah dan berlangsung selama tahap operasional kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, persebarannya terbatas di sekitar lokasi kegiatan, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2. Limbah padat/sampah Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sampah. Aktivitas tenaga kerja tersebut akan menghasilkan sampah domestik berupa sisa makanan dan minuman. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan menyebabkan pengotoran lingkungan, bau, tempat berkumpulnya nyamuk, lalat, tikus dan lipas sehingga akan menimbulkan masalah hama penyakit. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di masing-masing lokasi kegiatan namun bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya, dan berlangsung selama operasional kegiatan pengerukan dan waduk JEDI fase 1, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). b) Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1. Sanitasi Lingkungan Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan, terutama akibat limbah cair dan timbunan sampah sementara Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-2 ]

125 di lokasi proyek yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi sanitasi lingkungan. Limbah cair dan padat yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berpotensi menurunkan sanitasi lingkungan serta persepsi negatif masyarakat. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di masing-masing lokasi kegiatan, dapat berbalik dan berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2. Persepsi Masyarakat Aktivitas tenaga kerja operasional kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Selain akibat limbah cair dan padat yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, dampak terhadap persepsi masyarakat juga akibat perilaku tenaga kerja tersebut yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan dan jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 3. Kesempatan Kerja Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 akan menyerap tenaga kerja sebanyak ± 53 orang untuk masing-masing lokasi kegiatan dan sebagian tenaga kerja tersebut berasal dari penduduk sekitar proyek. Dengan ikut sertanya penduduk sekitar proyek sebagai tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, bersifat kumulatif dan komponen lingkungan yang terkena dampak sedikit sehingga tergolong dampak positif kecil (+1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-3 ]

126 4. Kesempatan Berusaha Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan berusaha bagi masyarakat/penduduk sekitar lokasi kegiatan seperti membuka warung/kantin dan lain-lain. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, berlangsung dalam waktu relatif singkat, yaitu selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk berlangsung, dan komponen lingkungan yang terkena dampak sedikit sehingga tergolong dampak positif kecil (+1) dan tidak penting (1). 5. Sanitasi Lingkungan Aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan, terutama akibat timbunan sampah sementara di lokasi kegiatan yang apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan pengotoran lingkungan dan penurunan estetika lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 tersebut berpotensi menurunkan sanitasi lingkungan serta persepsi negatif masyarakat. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di lokasi masing-masing kegiatan, dapat berbalik dan berlangsung singkat selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan tidak penting (1) Mobilisasi Bahan dan Alat a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1. Kualitas Udara Kegatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas udara terutama akibat debu dan emisi kendaraan pengangkut bahan dan peralatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, komponen lingkungan yang terkena dampak sedikit, berlangsung selama mobilisasi kendaraan pengangkut bahan dan peralatan proyek pengerukan sungai dan waduk JEDI tahap 1 dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan tidak penting (1). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-4 ]

127 b) Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1) Sarana dan Prasarana Kota Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI tahap 1diprakirakan akan berdampak terhadap sarana dan prasarana kota. Kegiatan tersebut akan mengakibatkan terganggunya/rusaknya sarana dan prasarana kota yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung singkat, yaitu selama penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2) Persepsi Masyarakat Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI tahap 1 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan akibat debu dan kebisingan serta gangguan lalu lintas akibat mobilisasi kendaraan pengangkut bahan dan peralatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung selama pengangkutan bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk, dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 3) Kamtibmas Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap Kamtibmas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan akibat debu dan kebisingan serta gangguan lalu lintas akibat mobilisasi kendaraan pengangkut bahan dan peralatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung selama pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-5 ]

128 4) Kelancaran Lalu Lintas Kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kelancaran lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Aktivitas kendaraan pengangkut bahan dan peralatan operasional pengerukan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya volume traffic/lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masingmasing lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, bersifat kumulatif, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, bersifat sementara selama pengangkutan bahan dan peralatan operasional pengerukan JEDI fase 1 dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2) Pengaturan Transportasi/Lalu Lintas 1) Kelancaran Lalu Lintas Kegiatan pengaturan transportasi/lalu lintas operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kelancaran lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Aktivitas kendaraan operasional pengerukan tersebut akan mengakibatkan meningkatnya volume traffic/lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Pada beberapa lokasi pengerukan terdapat lokasi-lokasi yang sensitif, antara lain di lokasi Sungai Ciliwung Gn. Sahari, yaitu: adanya lokasi usaha ikan hias yang cukup banyak (di Jl. Kartini) atau di dekat Pasar Ular, Tanjung Priok pasda lokasi pengerukan di Kanal Sunter bagian hilir. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, bersifat kumulatif, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, bersifat sementara selama operasional pengerukan JEDI fase 1 dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2) Pengerukan a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kualitas Udara Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas udara, terutama debu yang ditimbulkan oleh peralatan yang digunakan (Excavator, Buldozer, Crane Shovel dan lain-lain). Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-6 ]

129 saat ini tergolong cukup padat dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi proyek, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2) Kualitas Air Permukaan Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap menurunnya kualitas air permukaan akibat limbah cair yang terkandung di dalam sedimen/lumpur yang dikeruk. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka air yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate) akan tercecer ke lingkungan sekitarnya. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 3) Kuantitas Air Permukaan/banjir Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kuantitas air permukaan/banjir/genangan di sekitarnya. Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ± m 3 akan mengakibatkan kapasitas tampung masing-masing badan air akan meningkat ± 50% sehingga daya tampung terhadap air larian juga akan meningkat sekitar 50%. Dengan demikian, genangan/banjir yang selama ini terjadi di sekitar masing-masing lokasi kegiatan akan berkurang. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi dan berlangsung lama hingga tahap pasca operasi, persebarannya terbatas di sekitar masingmasing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak banyak, sehingga tergolong dampak positif besar (+2) dan penting (2). 4) Limbah Padat (logam berat) Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap limbah padat/logam berat. Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ± m3 potensial mengandung logam berat yang terakumulasi di dasar sungai dan waduk. Dari hasil studi oleh World Bank terhadap kandungan logam berat di dalam Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-7 ]

130 sediment pada sungai-sungai di Jakarta didapatkan kesimpulan, yaitu: berdasarkan hasil tes TCLP, semua parameter analisis (logam berat) menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 (lihat Tabel III-20), yang mengindikasikan bahwa sedimen yang berasal dari kelima lokasi yang akan dikeruk tidak akan mencemari lingkungan yang diakibatkan dari proses pelindian Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung lama hingga tahap pasca operasi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak sedikit, sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). b) Dampak Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan Binaan 1) Sanitasi Lingkungan Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ± m 3 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan akibat limbah padat, limbah cair dan debu yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan pengerukan tersebut akan menghasilkan lumpur/sedimen dan sampah serta limbah cair yang terkandung di dalam sedimen/lumpur yang dikeruk. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka lumpur/sedimen, sampah dan air yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate) akan tercecer ke lingkungan sekitar masingmasing lokasi kegiatan yang pada akhirnya akan menurunkan kesehatan/sanitasi lingkungan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2) Persepsi Masyarakat Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ± m 3 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan pengerukan tersebut akan menimbulkan kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan berat yang digunakan (Excavator, Buldozer, Crane Shovel dan lain-lain). Selain itu, kegiatan tersebut juga akan menghasilkan lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat dan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-8 ]

131 memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). 3) Kamtibmas Kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dengan volume ± m 3 juga diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan pengerukan akan menimbulkan kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan yang digunakan (Excavator, Buldozer, Crane Shovel dan lain-lain). Selain itu, kegiatan tersebut juga akan menghasilkan lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur serta gangguan terhadap kegiatan/aktivitas masyarakat dan lalu lintas di sekitarnya yang dapat menimbulkan gangguan kamtibmas bagi masyarakat yang berada di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa dan perdagangan) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2) Pemisahan/penumpukan dan Pengeringan Material Keruk a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kebauan Kegiatan pemisahan material keruk/penumpukan dan pengeringan material sungai dan waduk dari kegiatan pengeeduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap tingkat kebauan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Kegiatan tersebut akan menghasilkan lumpur dan sampah yang harus ditangani dengan baik. Lumpur dan sampah yang dipisahkan tersebut sangat berpotensi menimbulkan bau ke lingkungan sekitarnya. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-9 ]

132 lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya di sekitar masing-masing lokasi kegiatan sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). 2) Limbah Padat/Sampah Kegiatan pemisahan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sampah. Kegiatan tersebut akan menghasilkan sampah hasil pemisahan material keruk. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan menyebabkan pengotoran lingkungan dan mengalami proses pembusukan yang menimbulkan bau. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas namun bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, dan berlangsung singkat selama pemisahan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung, sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). b) Dampak Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan Binaan 1) Sanitasi Lingkungan Kegiatan pemisahan material, penumpukan dan pengeringan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan akibat sampah dan lumpur yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka lumpur/sedimen dan sampah yang telah dipisahkan tersebut akan menurunkan kesehatan/sanitasi lingkungan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pemisahan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-10 ]

133 2) Sarana Prasarana Kota Kegiatan pemisahan, penumpukan sementara dan pengeringan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sarana dan prasarana kota akibat timbunan sampah dan lumpur keruk. Kegiatan tersebut akan mengakibatkan terganggunya sarana dan prasarana kota yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung singkat, yaitu selama penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 3) Persepsi Masyarakat Kegiatan penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan bau dan pengotoran lingkungan yang dapat mengganggu kegiatan sekitarnya. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengangkutan sampah dan lumpur keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). 4) Kamtibmas Kegiatan penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 juga diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan bau dan pengotoran lingkungan serta berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kegiatan sekitarnya. Mengingat kegiatan di sekitar tapak proyek saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-11 ]

134 komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung singkat, yaitu selama penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2) Pengangkutan Material Keruk dan Sampah a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kualitas Udara Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas udara terutama akibat bau, debu dan emisi kendaraan pengangkut. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung relatif singkat, yaitu selama pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). 2) Limbah Padat Kegiatan pengangkutan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap ceceran limbah/material sampah. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan menyebabkan pengotoran lingkungan dan mengalami proses pembusukan yang menimbulkan bau. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas namun bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, dan berlangsung singkat selama pemisahan material keruk sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung, sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-12 ]

135 b) Dampak Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan Binaan 1) Lalu Lintas Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kelancaran lalu lintas pada badan-badan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Aktivitas kendaraan pengangkut material keruk tersebut akan mengakibatkan meningkatnya volume traffic/lalu lintas pada badanbadan jalan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Mengingat kondisi lalu lintas saat ini di semua lokasi pengerukan tergolong padat (v/c rasio di Jl. Daan Mogot: 0,82-0,90; Jl. Gunung Sahari: 0,78-0,88; Jl. Suprapto: 0,70-0,85; Jl. Perintis Kemerdekaan: 0,72-0,94 dan Jl. Kebon Kacang: 0,74-0,90). Dari hasil kajian peningkatan kendaraan/dump truk akibat pengangkutan material keruk dari lokasi pengerukan menuju ke lokasi penimbunan material keruk, yaitu: - Cengkareng Drain: Dengan jumlah material keruk = m 3 Kapasitas angkut dumptruk = 20 m 3 Jangka waktu pengangkutan = 360 hari Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 104 kendaraan Waktu operasional pengerukan = 12 jam Jumlah ritasi kendaraan per jam = 8 truk per jam - Sungai Ciliwung-Gn. Sahari Dengan jumlah material keruk = m 3 Kapasitas angkut dumptruk = 20 m 3 Jangka waktu pengangkutan = 360 hari Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 53 kendaraan Waktu operasional pengerukan = 12 jam Jumlah ritasi kendaraan per jam = 4 truk per jam - Sungai Sentiong-Sunter Dengan jumlah material keruk = m 3 Kapasitas angkut dumptruk = 20 m 3 Jangka waktu pengangkutan = 360 hari Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 37 kendaraan Waktu operasional pengerukan = 12 jam Jumlah ritasi kendaraan per jam = 3 truk per jam Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-13 ]

136 - Banjir Kanal Sunter bagian hilir Dengan jumlah material keruk = m 3 Kapasitas angkut dumptruk = 20 m 3 Jangka waktu pengangkutan = 360 hari Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 60 kendaraan Waktu operasional pengerukan = 12 jam Jumlah ritasi kendaraan per jam = 5 truk per jam - Waduk Melati Dengan jumlah material keruk = m 3 Kapasitas angkut dumptruk = 20 m 3 Jangka waktu pengangkutan = 360 hari Jumlah ritasi kendaraan yang per hari = 23 kendaraan Waktu operasional pengerukan = 12 jam Jumlah ritasi kendaraan per jam = 2 truk per jam Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa kegiatan pengerukan sungai dan waduk fase 1 akan meningkatkan ritasi kendaraan per jam selama 360 hari sebanyak 2 8 dump truk per jam. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, persebarannya cukup luas dari areal masing-masing pengerukan hingga ke disposal area Ancol, bersifat kumulatif, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung selama pengangkutan material keruk JEDI fase 1 dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). 2) Sanitasi Lingkungan Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap sanitasi lingkungan akibat limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menghasilkan limbah cair yang terkandung di dalam sedimen/lumpur yang dikeruk. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka dan air yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate) akan tercecer ke lingkungan sekitarnya. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung singkat, yaitu selama pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-14 ]

137 3) Persepsi Masyarakat Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan akibat mobilisasi kendaraan pengangkut. Selain itu, kegiatan tersebut juga akan menimbulkan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate) dan gangguan lalu lintas. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif besar (-2) dan penting (2). 4) Kamtibmas Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 juga diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan akibat mobilisasi kendaraan pengangkut.selain itu, kegiatan tersebut juga akan menghasilkan lumpur/sedimen, sampah padat dan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur yang dapat menimbulkan gangguan kamtibmas bagi masyarakat yang berada di sekitar masing-masing kegiatan. Mengingat kegiatan di sekitar tapak proyek saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung singkat, yaitu selama pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-15 ]

138 5.2.3 Tahap Pasca Operasi Pemeliharaan Pengerukan (Maintenance Dredging) a) Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kuantitas Air Permukaan/banjir Kegiatan pengerukan (maintenance dredging) sungai dan waduk JEDI fase 1 diprakirakan akan berdampak terhadap kuantitas air permukaan/ banjir. Dengan dilakukannya pengerukan (maintenance dredging) maka kapasitas sungai dan waduk untuk menampung air akan tetap terjaga sehingga akan mengurangi limpasan air larian ke lingkungan sekitarnya. Dengan demikian akan mengurangi genangan/banjir khususnya di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi dan berlangsung lama, persebarannya cukup luas, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak banyak, sehingga tergolong dampak positif besar (+2) dan penting (2). b) Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1) Persepsi Masyarakat Kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) maintenance dredging diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat akibat gangguan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan akibat mobilisasi kendaraan pengangkut. Selain itu, kegiatan tersebut juga akan menimbulkan air limbah yang terkandung dalam sedimen/lumpur (leachate) dan gangguan lalu lintas. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini tergolong cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lain-lain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya sedang, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, berlangsung cukup lama, yaitu selama maintenance dredging berlangsung dan dapat berbalik sehingga tergolong dampak negatif kecil (-1) dan penting (2). Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 JUFMP/JEDIP) [ V-16 ]

139 Tabel V-1 Matriks Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk JEDI fase 1 KOMPONEN KEGIATAN Pra Operasi Operasi Pasca Operasi KOMPONEN LINGKUNGAN Persiapan Sosialisasi Mobilisasi tenaga kerja Mobilisasi peralatan dan bahan Pengaturan transportasi /lalu lintas Kegiatan pengerukan Pemisahan, penumpukan & pengeringan material keruk Pengangkutan material keruk dan sampah Penataan lahan Demobilisasi peralatan Demobilisasi tenaga kerja Pemeliharaan/ Maintenace dredging TATA RUANG Transportasi/lalu lintas (-1/2) (-1/2) (-2/2) FISIK KIMIA Kualitas udara (-1/1) (-1/2) (-1/2) Kebisingan Kebauan (-2/2) (-1/2) Kuantitas air permukaan/banjir (+2/2) (+2/2) Kualitas air permukaan (-1/2) (-1/2) Kualitas air laut Limbah padat (-1/2) (-1/2) (-2/2) (-2/2) BIOLOGI Biota darat Biota air SOSEKBUD DAN KESMAS Sosial ekonomi Kesempatan kerja dan berusaha (+1/2) Sarana dan prasarana kota (-1/2) (-1/2) Sosial Budaya Kamtibmas (-1/2) (-2/2) (-1/2) (-1/2) Persepsi masyarakat (-/+/2) (-1/2) (-1/2) (-2/2 (-2/2) (-2/2) (-1/2) Kesehatan Masyarakat Kesehatan masyarakat Estetika lingkungan Sanitasi lingkungan (-1/1) (-1/2) (-2/2) (-1/2) [ V-17 ]

140 BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING 6.1 TELAHAAN TERHADAP DAMPAK PENTING Tahap Pra Operasi Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1) Persepsi Masyarakat Kegiatan sosialisasi proyek/amdal kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 kepada warga masyarakat di sekitar lokasi proyek diprakirakan akan berdampak positif maupun negatif terhadap persepsi masyarakat. Persepsi positif timbul dari harapan warga sekitar bahwa dengan adanya kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 akan mengurangi banjir/genangan di sekitar tempat tinggal mereka, sedangkan persepsi negatif masyarakat sekitar timbul akibat kekuatiran warga terhadap dampak negatif proyek seperti kemacetan lalu lintas, terganggunya sarana prasarana kota dan aktivitas masyarakat, pengotoran lingkungan, sampah, kebisingan dan lain-lain. Arahan pengelolaan lingkungan: Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan tentang tujuan dan kegunaan rencana kegiatan pengerukan sungai dan waduk fase 1 sebelum dimulainya kegiatan kegiatan tersebut. Koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam sebelum Proyek Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dimulai Tahap Operasi Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kualitas Udara Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kualitas udara adalah kegiatan mobilisasi peralatan dan material keruk (lumpur dan sampah). Kegiatan tersebut akan menimbulkan debu cukup banyak yang berlangsung terus selama kegiatan tersebut berjalan serta akibat ceceran/timbunan lumpur keruk dan sampah dihasilkan dari kegiatan tersebut. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-1}

141 Menurunnya kualitas udara di sekitar masing-masing lokasi kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase I akibat pengangkutan peralatan dan material keruk (lumpur dan sampah) akan berdampak lebih lanjut terhadap penurunan sanitasi lingkungan, kesehatan karyawan dan kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat dan kamtibmas. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan saat ini cukup padat aktivitasnya (hunian, jasa perdagangan dan lainlain) dan memerlukan kenyamanan dan privacy yang cukup tinggi, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan (± radius 100 m), komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (sanitasi lingkungan, kesehatan karyawan, kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat, dan kamtibmas), berlangsung selama kegiatan pengangkutan peralatan dan material keruk (lumpur keruk dan sampah) dan dapat berbalik bila pekerjaan tersebut selesai dilakukan. Arahan pengelolaan lingkungan: Mempercepat pengangkutan lumpur keruk dan yang dihasilkan dari kegiatan pengerukan ke tempat pembuangan akhir sampah setiap hari bekerjasama dengan pihak swasta yang mempunyai ijin dari Pemda Provinsi DKI Jakarta (Dinas Kebersihan dan/atau Sudin Kebersihan); Pengangkutan lumpur keruk dan sampah oleh kendaraan truk pengangkut dilakukan tidak melebihi kapasitas angkut dan ditutup dengan plastik/terpal untuk menghindari ceceran sampah dan tanah pada badan jalan sekitar masing-masing lokasi kegiatan; Mobilisasi kendaraan pengangkut tersebut dilakukan dengan kecepatan yang terbatas ± 40 Km/jam untuk menghindari ceceran debu dan sampah. Menggunakan kendaraaan pengangkut lumpur keruk dan sampah yang kondisi mesinnya baik untuk memperkecil emisi gas buang. 2) Limbah Padat/Sampah Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap sampah adalah kegiatan pengerukan, pemisahan material keruk dan pengangkutan sampah ke TPA. Kegiatan tersebut akan menghasilkan sejumlah sampah. Sampah ini bila tidak diperhatikan akan menimbulkan gangguan lingkungan sekitarnya. Timbulan sampah ini akan berdampak lebih lanjut terhadap kebersihan dan sanitasi lingkungan, persepsi masyarakat, kesehatan pekerja dan kualitas udara. Mengingat kegiatan di sekitar masing-masing lokasi Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-2}

142 kegiatan saat ini yang cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lainlain) dan membutuhkan lingkungan yang bersih dan indah, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan (± radius 50 m), komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (kebersihan dan sanitasi lingkungan, persepsi masyarakat, kesehatan pekerja dan kualitas udara), berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dan dapat berbalik bila kegiatan tersebut selesai dilaksanakan. Arahan Pengelolaan Lingkungan: Mengumpulkan sampah hasil pemisahan material keruk dan aktivitas buruh pengerukan agar tidak tercecer; Mempercepat pengangkutan sampah ke lokasi TPA bekerjasama dengan swasta dan/atau Sudin Kebersihan Wilayah; Melakukan pengawasan dan penempatan petugas kebersihan lingkungan di masing-masing lokasi kegiatan secara kontinyu setiap hari selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berlangsung dengan menempatkan petugas pemantau khusus; 3) Kuantitas Air Permukaan/banjir Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kuantitas air permukaan adalah kegiatan pengerukan. Kegiatan pengerukan akan mengakibatkan meningkatnya volume tampung badan air sehingga mengurangi volume limpasan air larian ke lingkungan sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Dengan demikian akan mengurangi genangan/banjir.setelah dilakukan pengerukan sungai dan waduk di semua lokasi kegiatan sebesar m3 diprakirakan akan meningkatkan kapasitas tampung sungai dan waduk hingga 2 (dua) kali lipat (100 %). Berkurangnya genangan/banjir di sekitar masing-masing lokasi kegiatan pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat dan kamtibmas. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, persebarannya cukup luas (radius ± 200 m), komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat dan kamtibmas), dan berlangsung lama, yaitu selama sungai dan waduk JEDI fase 1 beroperasi. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-3}

143 Arahan pengelolaan lingkungan: Sosialisasi kepada masyarakat sekitar masing-masing lokasi kegiatan untuk menjaga kebersihan sungai dan waduk di sekitar lokasi tempat tinggal mereka; Secara rutin membersihkan sampah yang ada di masing-masing sungai dan waduk dan melakukan pengerukan/maintenance dredging secara rutin setiap 2 (dua) tahun sekali. 4) Kualitas Air Permukaan/Limbah Cair Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kualitas air permukaan adalah aktivitas tenaga kerja operasional pengerukan yang menghasilkan limbah cair. Limbah cair domestik yang dihasilkan dari kegiatan MCK tenaga kerja tersebut akan mencemari badan air penerima dan menimbulkan bau yang akhirnya akan berdampak terhadap penurunan sanitasi lingkungan, persepsi negatif masyarakat dan gangguan kamtibmas Dampak yang terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit dan dapat berbalik. Arahan pengelolaan lingkungan: Penyediaan MCK temporer/portable di masing-masing bedeng di setiap lokasi kegiatan dan secara rutin setiap 1 minggu sekali diangkut oleh Mobil Air Kotor Suku Dinas Kebersihan Wilayah untuk diolah di IPAK Pemda DKI Jakarta; 5) Limbah Padat (logam berat) Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap limbah padat (logam berat) adalah kegiatan pengerukan sungai dan waduk dengan volume ± m3. Kegiatan tersebut potensial menghasilkan logam berat yang terkandung dan terakumulasi dalam sedimen sungai dan waduk di masing-masing lokasi kegiatan. Logam berat yang terkandung dalam sedimen ini apabila tidak ditangani/dikelola dengan baik dapat mencemari tanah dan air tanah yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat dan persepsi negatif masyarakat. Berdasarkan hasil tes TCLP, semua parameter analisis (logam berat) menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-4}

144 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 (lihat Tabel III-20), yang mengindikasikan bahwa sedimen yang berasal dari kelima lokasi yang akan dikeruk tidak akan mencemari lingkungan yang diakibatkan dari proses pelindian Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung lama, persebarannya terbatas di masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, dan bersifat kumulatif Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1) Kesempatan Kerja Kegiatan tahap operasi peengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kesempatan kerja adalah kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional pengerukan. Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 berdampak positif terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan tersebut akan menyerap tenaga kerja sebanyak ± 53 orang di setiap lokasi pengerukan sungai dan waduk dan sebagian kecil berasal dari penduduk sekitar lokasi kegiatan. Dengan ikut sertanya penduduk sekitar lokasi kegiatan sebagai tenaga kerja operasional pengerukan akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat sekitar lokasi kegiatan yang tercermin pada saat wawancara, dimana seluruh responden (100%) mengharapkan adanya manfaat dari proyek pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, terutama yang berkaitan dengan berkurangnya genangan/banjir dan penyerapan tenaga kerja proyek. Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk sekitar akibat proyek pengerukan JEDI fase 1 pada akhirnya akan menyebabkan persepsi positif dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar proyek. Dampak yang terjadi intensitasnya rendah, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitar masing-masing lokasi kegiatan dan berlangsung selama operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1. Arahan pengelolaan lingkungan: Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan di Proyek Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 kepada masyarakat sekitar melalui Kantor Kecamatan/Kelurahan dan Suku Dinas Tenaga Kerja. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-5}

145 Mengutamakan/memprioritaskan bagi penduduk sekitar proyek untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan selama tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 sepanjang persyaratan dan kualifikasi/ketrampilan yang dibutuhkan proyek terpenuhi. 2) Sanitasi Lingkungan Kegiatan tahap operasi sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap sanitasi lingkungan adalah kegiatan pengerukan, pemisahan material keruk (lumpur dan sampah), penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah), pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) dari lokasi kegiatan ke disposal area dan mobilisasi tenaga kerja operasional pengerukan. Dengan terkonsentrasinya tenaga kerja operasional pengerukan sebanyak ± 53 orang akan menghasilkan limbah terutama dari kegiatan MCK. Limbah ini bersifat cair terutama bekas cucian, urinoir dan mandi. Limbah cair dan padat ini sangat potensial menurunkan sanitasi lingkungan yang pada akhirnya akan menjadi tempat berkembangbiaknya organisme vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, lipas dan tikus. Menurunnya sanitasi lingkungan pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan karyawan dan persepsi masyarakat. Mengingat kegiatan di sekitar lokasi proyek saat ini yang cukup padat (hunian, jasa perdagangan dan lainlain) dan membutuhkan lingkungan yang bersih dan indah, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Dampak yang terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (kesehatan karyawan dan persepsi masyarakat) dan dapat berbalik bila pekerjaan pengerukan selesai dilaksanakan. Arahan pengelolaan lingkungan: Menjaga kebesihan lingkungan tapak proyek dan daerah di sekitarnya sebagaimana telah diuraikan pada pengelolaan dampak terhadap kualitas udara, sampah dan limbah cair. Menyediakan dan memelihara kebersihan sarana MCK Portable bagi karyawan dan buruh operasional pengerukan yang ditempatkan pada base camp. Penempatan petugas kebersihan toilet/wc untuk memantau, mengawasi dan memeliharanya setiap hari. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-6}

146 Memberikan penyuluhan kepada para buruh pengerukan tentang perlunya pemeliharaan kebersihan lingkungan melalui suatu tata tertib. 3) Kamtibmas Kegiatan tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kamtibmas adalah kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan, penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan kegiatan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah). Dampak kegiatan tersebut terhadap Kamtibmas disebabkan oleh potensi dampakdampak yang akan muncul akibat kegiatan tersebut seperti penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan estetika dan sanitasi lingkungan. Selain itu, pada saat persiapan pekerjaan pengerukan mulai berdatangan berbagai peralatan dan material untuk keperluan pembangunan sarana fisik dan kegiatan pengerukan. Untuk menjaga segala kemungkinan yang berhubungan dengan aspek keamanan dan ketertiban seperti kasus pencurian dan lain-lain, maka diperlukan pengawasan yang ketat. Selain itu, untuk lokasi-lokasi yang sensititf, antara lain lokasi yang berdekatan dengan pusat perdagangan (Pasar Ular dan ikan hias) yang dapat berpotensi mengganggu kenyamanan (kemacetan lalu lintas) perlu mendapat perhatian yang lebih intensif. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung selama pekerjaan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya cukup luas mulai dari masing-masing lokasi pengerukan hingga ke disposal area lumpur dan sampah (TPA), dapat berbalik bila pekerjaan pengerukan selesai dilaksanakan. Arahan pengelolaan lingkungan: Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan, penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) seperti penurunan kualitas udara, kebisingan, sampah/limbah padat dan limbah cair seperti telah diuraikan sebelumnya. Menempatkan satuan petugas pengaman di masing-masing lokasi kegiatan untuk memantau kondisi kamtibmas. Menerapkan peraturan tata tertib bagi buruh/tenaga kerja pengerukan beserta sanksinya. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-7}

147 Khusus pada lokasi sensitif (yang berdekatan dengan lokasi pasar ular dan usaha ikan hias) sebelum pelaksanaan perlu koordinasi dengan pihak-pihak terkait. 4) Persepsi Masyarakat Kegiatan tahap operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan, penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) mulai dari masingmasing lokasi kegiatan hingga ke disposal area/tpa. Dampak terhadap persepsi masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) akibat menurunnya kualitas udara, meningkatnya kebisingan, penurunan estetika dan sanitasi lingkungan serta terganggunya sarana dan prasarana kota yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi dan berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, persebarannya mulai dari masing-masing lokasi kegiatan hingga ke disposal area/tps, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (persepsi masyarakat dan kamtibmas) dan dapat berbalik. Arahan pengelolaan lingkungan: Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan pengerukan, kegiatan pengerukan, penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah) seperti penurunan kualitas udara, kebisingan, sampah/limbah padat, limbah cair, berkurangnya kuantitas air permukaan/banjir, estetika dan sanitasi lingkungan seperti telah diuraikan sebelumnya. Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan di Proyek pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 kepada masyarakat sekitar melalui Kantor Kecamatan/Kelurahan dan Suku Dinas Tenaga Kerja. Mengutamakan/memprioritaskan bagi penduduk sekitar masingmasing Proyek pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan selama tahap operasional pengerukan sepanjang persyaratan dan kualifikasi/ketrampilan yang dibutuhkan terpenuhi. Koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam penerimaan tenaga kerja Proyek Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-8}

148 5) Sarana dan Prasarana Kota Kegiatan tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap sarana dan prasarana kota adalah kegiatan mobilisasi bahan dan peralatan operasional pengerukan (alatalat berat) dan kegiatan pengerukan yang menggunakan peralatan berat serta penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) di sekitar lokasi kegiatan. Kegiatan tersebut sangat potensial menimbulkan gangguan/kerusakan terhadap sarana dan prasarana kota yang ada di sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (warga sekitar kegiatan), berlangsung selama kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 dan dapat berbalik bila pekerjaan pengerukan tersebut selesai dilaksanakan. Arahan Pengelolaan Lingkungan: Penempatan bahan dan peralatan pengerukan (alat-alat berat) dan penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) tidak di sarana dan prasarana kota; Koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan sarana dan prasarana perkotaan sebelum dan selama kegiatan pengerukan berlangsung. 6) Lalu Lintas Kegiatan pada tahap operasional pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap lalu lintas adalah kegiatan pengangkutan/mobilisasi bahan dan peralatan pengerukan (peralatan berat), penampungan sementara material keruk (lumpur dan sampah) dan pengangkutan material keruk (lumpur dan sampah). Kegiatan tersebut berdampak terhadap meningkatnya volume lalu lintas kendaraan di sekitar masing-masing lokasi kegiatan akibat aktivitas kendaraan proyek dan terganggunya lalu lintas sekitar akibat penempatan material keruk (lumpur dan sedimen). Mengingat kondisi lalu lintas saat ini di semua lokasi pengerukan tergolong padat (v/c rasio di Jl. Daan Mogot : 0,82-0,90; Jl. Gunung Sahari: 0,78-0,88; Jl. Suprapto: 0,70-0,85; Jl. Perintis Kemerdekaan: 0,72-0,94 dan Jl. Kebon Kacang: 0,74-0,90). Dari hasil perhitungan, didapatkan data bahwa kegiatan pengerukan sungai dan waduk fase 1 akan meningkatkan ritasi kendaraan per jam selama 360 hari sebanyak 2 8 dump truk per jam. Meningkatnya volume lalu lintas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan pada Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-9}

149 akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, persepsi negatif masyarakat dan gangguan kamtibmas. Arahan pengelolaan lingkungan: Memasang rambu-rambu lalu lintas dan rambu pekerjaan proyek pengerukan. Menjaga kebersihan ban-ban kendaraan pengangkut bahan dan peralatan pengerukan dan kendaraan pengangkut material keruk (lumpur dan sampah) agar tidak mengotori badan jalan di sekitar proyek. Menyediakan tempat cuci kendaraan proyek (Car Wash) di masingmasing lokasi kegiatan. Pengangkutan peralatan dan material keruk (lumpur dan sampah) dilakukan tidak pada saat-saat jam sibuk pagi, siang dan sore hari, yaitu dilakukan antara pukul WIB. Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di masing-masing lokasi kegiatan. Menyediakan petugas kebersihan yang bekerjasama dengan warga sekitar untuk memonitor dan membersihkan ceceran sampah dan lumpur pada badan jalan sekitar lokasi kegiatan Tahap Pasca Operasi Dampak Terhadap Fisik Kimia 1) Kuantitas Air Permukaan/banjir Kegiatan tahap pasca operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap kuantitas air permukaan adalah kegiatan pengerukan/maintenance dredging. Kegiatan pengerukan/ maintenance dredging akan mengakibatkan meningkatnya volume tampung badan air sehingga mengurangi volume limpasan air larian ke lingkungan sekitar masing-masing lokasi kegiatan. Dengan demikian akan mengurangi genangan/banjir. Berkurangnya genangan/banjir di sekitar masing-masing lokasi kegiatan pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat dan kamtibmas. Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, persebarannya cukup luas (radius ± 200 m), komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak (kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat dan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-10}

150 kamtibmas), dan berlangsung lama, yaitu selama sungai dan waduk JEDI fase 1 beroperasi. Arahan pengelolaan lingkungan Sosialisasi kepada masyarakat sekitar masing-masing lokasi kegiatan untuk menjaga kebersihan sungai dan waduk di sekitar lokasi tempat tinggal mereka; Secara rutin membersihkan sampah yang ada di masing-masing sungai dan waduk dan melakukan pengerukan/maintenance dredging secara rutin setiap 2 (dua) tahun sekali Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan 1) Persepsi Masyarakat Kegiatan pasca operasi pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1 yang berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah kegiatan pengerukan/maintenance dredging. Dampak terhadap persepsi masyarakat ini disebabkan oleh dampak-dampak negatif yang muncul akibat pengerukan (dampak sekunder) seperti penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, sampah, gangguan lalu lintas dan gangguan kamtibmas. Dampak yang akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung selama pengerukan/maintenance dredging, persebarannya terbatas di sekitar masing-masing lokasi kegiatan (± radius 100 m), bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitar kegiatan. Arahan pengelolaan lingkungan: Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan pengerukan/maintenance dredging seperti penurunan kualitas udara, kebisingan, sampah, estetika dan sanitasi lingkungan, gangguan lalu lintas seperti telah diuraikan sebelumnya. Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengerukan/maintenance dredging kepada masyarakat sekitar melalui Kantor Kecamatan dan Suku Dinas Tenaga Kerja. Mengutamakan/memprioritaskan bagi penduduk sekitar masingmasing lokasi kegiatan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan selama pekerjaan pengerukan/maintenance dredging sepanjang persyaratan dan kualifikasi/ketrampilan yang dibutuhkan terpenuhi. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-11}

151 Koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam penerimaan tenaga kerja pengerukan/maintenance dredging dan ikut membantu berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan warga sekitar. 6.2 DASAR PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting diperlukan penanganan dan pemantauan dampak untuk mencegah dan meminimalkan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif. Dalam arahan RKL dan RPL ini dibahas secara global mengenai komponen-komponen kegiatan apa yang harus dikelola dan dipantau berdasarkan pendekatan ilmiah yang relevan Tujuan Dasar Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RKL disusun untuk menjaga keseimbangan unsur-unsur lingkungan di sekitar proyek yang pelaksanaannya nanti dilakukan dengan cara : Mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak negatif serta mengembangkan dampak positif yang timbul akibat kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1. Melibatkan instansi terkait di dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan kegiatan pengerukan sungai dan waduk JEDI fase Pendekatan Penyusunan Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan Pendekatan Institusional Dilakukan melalui koordinasi antar komponen terkait, pemerintah daerah serta instansi terkait lainnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan ketentuan perundang-undangan dan kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah terutama dalam penyediaan tenaga kerja dan peraturan pengendalian lingkungan yaitu : Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan di Propinsi DKI Jakarta. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-12}

152 Peraturan Gubernur KDKI Jakarta no. 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Pendekatan Ekonomi Pendekatan ekonomi dilakukan dengan cara : Diprioritaskan untuk menggunakan tenaga kerja lokal dan membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Pendekatan Teknologi Pendekatan teknologi berupa penerapan alternatif teknologi sederhana dan tepat guna untuk pencegahan/menekan dampak negatif, misalnya penggunaan peralatan pengerukan, pemisahan material keruk dan penggunaan jenis kendaraan pengangkut material keruk (lumpur dan sampah). 6.3 DASAR RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) Seperti halnya pengelolaan lingkungan, arahan pemantauan lingkungan ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan pemantauan lingkungan yang lebih rinci. Komponen yang dipantau didasarkan pada hasil evaluasi dampak penting dan rencana pengelolaan lingkungan Tujuan Dasar Rencana Pemantauan Lingkungan Tujuan RPL adalah pedoman bagi berbagai pihak yang terkait dalam melaksanakan pemantauan lingkungan bagi kegiatan Pengerukan sungai dan waduk JEDI fase 1, yaitu : Sarana menguji teknologi yang digunakan dalam pencegahan dan pengendalian dampak negatif dampak dalam pengelolaan lingkungan. Untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki, sehingga pelaksanaan dampak lebih efektif. Salah satu sarana untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dalam kaitannya dengan kasus-kasus pencemaran lingkungan Instansi Pemantauan Lingkungan Instansi yang berkaitan dengan kegiatan pemantauan lingkungan adalah : BPLHD Provinsi DKI Jakarta KLH Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-13}

153 Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat; Suku Dinas Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Suku Dinas Trantib dan Linmas Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Polsek setempat Kecamatan setempat Kelurahan setempat Adapun secara holistic dampak-dampak penting yang diprakirakan akan terjadai pada kegiatan pengerukan saungai dan waduk dalam rangka dapat dilihat pada Gambar VI-1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI) [ VI-14}

154 TAHAP PRA OPERASI TAHAP OPERASI TAHAP PASCA OPERASI Sosialisasi Mobilisasi tenaga kerja Mobilisasi peralatan dan bahan Pengaturan transportasi/lalu lintas Kegiatan pengerukan Pemisahan, penumpukan dan pengeringan material keruk Pengangkutan material keruk dan sampah Pemeliharaan /maintenance dredging Persepsi masyarakat Kesempatan kerja dan berusaha Sarana dan prasarana kota Kualitas udara Transportasi/ lalu lintas Kuantitas air pemukaan/ banjir Kamtibmas Kualitas air permukaan Kebauan Limbah padat Kuantitas air pemukaan/ banjir Sanitasi lingkungan Persespsi masyarakat Persespsi masyarakat Gambar VI-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk JEDI Fase 1

155 DAFTAR PUSTAKA APHA, Standard Methods, APHA, AWWA, WPCF, Washington DC BPLHD., Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Biro Pusat Statistik, Kecamatan Penjaringan dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Cengkareng dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Kebun Jeruk dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Sawah Besar dalam Angka, Tahun 2008 BPS, Kecamatan Pademangan dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Kemayoran dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Tanjung Priok dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Koja dalam Angka, Tahun 2008 BPS, Kecamatan Kelapa Gading dalam Angka, Tahun 2008 Biro Pusat Statistik, Kecamatan Tanah Abang dalam Angka, Tahun 2008 Louis Berger Inc. and PT. Indah Karya (Persero). Drainage Management for Jakarta: Priority Assistance, WJEMP DKI 3-8,), April Nippon Koei and Kwarsa Hexagon (2005) Outline Plan for Major Drainage and Small Lakes Management in Jabodetabek-Bopunjur Area, WJEMP Pusat 3-10,, June Soemarwoto, O Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Dampak Analysis). Gajah Mada Universitas Press, Yokyakarta. World Bank (2008). Preliminary Assessment of Sediment Quality, Final Report 28 October 2008 Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA ANDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Fase 1 (JUFMP/JEDI)

156 L A M P I R A N

157 Lampiran 1 SURAT PENGESAHAN KA ANDAL KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA JUFMP/JEDIP FASE 1

158

159

160 Lampiran 2 LAPORAN HASIL SOSIALISASI AMDAL DALAM RANGKA KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA JUFMP/JEDIP FASE 1

161 Laporan Sosialisasi AMDAL Dalam Rangka Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk Di DKI Jakarta Fase 1 dalam Rangka Jakarta Urgent Flood Mitigation Project / Jakarta Emergency Dredging Initiative Project (JUFMP /JEDIP) Agustus 2009 Pemrakarsa: PROJECT MANAGEMENT UNIT

162 KATA PENGANTAR Pemerintah Indonesia telah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia untuk membiayai pekerjaan pengerukan dan perbaikan sebagian besar bagian dari sistem drainase yang ada di Jakarta. Salah satu proyek yang diusulkan adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative-JEDI yang termasuk dalam Proyek Mitigasi Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigation Project- JUFMP) yang bertujuan untuk mengurangi timbunan endapan di saluran pengendali banjir. Endapan tersebut dapat mengurangi kapasitas tampung menjadi setengah kali dari kapasitas desain. Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran pembuangan/sungai dan satu waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metode-metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir. Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah: 1. Saluran Pengendali Banjir Cengkareng; 2. Saluran Pembuangan Ciliwung - Gunung Sahari; 3. Saluran Pembuangan Sentiong Sunter; 4. Saluran Pengendali Banjir Sunter; dan 5. Waduk Melati (DKI). Sesuai dengan ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL di Wilayah Provinsi DKI Jakarta, pemrakarsa merencanakan melakukan studi AMDAL sebagai bagian dari studi kelayakan lingkungan. Dalam proses sosialisasi ini, masyarakat yang berkepentingan (stakeholders) terutama yang berada di sekitar wilayah kegiatan dapat menyampaikan aspirasi, kebutuhan, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik. Di samping itu, melalui proses ini dilakukan pemetaan isu-isu pokok yang akan menjadi dasar dalam penyusunan studi ANDAL. Hasil dari proses Sosialisasi AMDAL tersebut disampaikan dalam laporan Sosialisasi AMDAL ini. LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC i

163 Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Sosialiasi AMDAL dan penyusunan dokumen ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Agustus 2009 Project Management Unit LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC ii

164 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG DASAR PELAKSANAAN MAKSUD DAN TUJUAN PRINSIP DASAR PELAKSANAAN PELAKSANAAN SOSIALISASI AMDAL METODE WAKTU PELAKSANAAN LOKASI SOSIALISASI AMDAL PESERTA HASIL-HASIL SOSIALISASI AMDAL MASUKAN DAN SARAN ATAS PEMASANGAN PENGUMUMAN ISU-ISU PENTING YANG MUNCUL DALAM SOSIALISASI AMDAL KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 5-1 LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC iii

165 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PENGUMUMAN KEGIATAN DI HARIAN WARTA KOTA, 19 JULI LAMPIRAN 2 DAFTAR HADIR KEGIATAN SOSIALISASI AMDAL DI AULA GEDUNG NYI AGENG SERANG TANGGAL 19 AGUSTUS LAMPIRAN 3 TANGGAPAN TERHADAP PENGUMUMANI AMDAL 6 LAMPIRAN 4 TRANSKRIP KEGIATAN SOSIALISASI AMDAL AULA GEDUNG NYI AGENG SERANG TANGGAL 19 AGUSTUS LAMPIRAN 5 BAHAN PRESENTASI PADA KEGIATAN SOSIALISASI AMDAL TANGGAL 19 AGUSTUS LAMPIRAN 6 BERITA ACARA SOSIALISASI AMDAL 30 LAMPIRAN 7 FOTO-FOTO KEGIATAN SOSIALISASI AMDAL 32 LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC iv

166 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah DKI Jakarta merupakan pusat politik dan ekonomi Indonesia, dengan populasi melebihi 24 juta. Wilayah Kota Jakarta sendiri berpenduduk sekitar 9 juta merupakan Daerah Khusus Ibukota (DKI). DKI terletak di delta Sungai Ciliwung dan sekitar 40% dari wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Setiap tahun, sebagian besar bagian kota mengalami banjir di musim hujan, umumnya dari bulan November hingga bulan April. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh banjir di Ibu Kota telah menjadi isu Nasional akibat kerugian keuangan yang besar dan berdampak pada masyarakat di wilayah Jakarta. Dalam rangka mengurangi besarnya kerugian dan kerusakan akibat banjir, Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi serangkaian saluran pengendali banjir, saluran pembuangan dan waduk yang memerlukan perbaikan dalam waktu yang mendesak. Rehabilitasi bangunan ini akan mengurangi risiko banjir dan membawa manfaat langsung tehadap lebih dari satu juta orang yang tinggal dan bekerja di daerah-daerah rawan banjir. Pemerintah Indonesia telah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia untuk membiayai pekerjaan pengerukan dan perbaikan sebagian besar bagian dari sistem drainase yang ada di Jakarta. Salah satu proyek yang diusulkan adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative-JEDI yang termasuk dalam Proyek Mitigasi Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigation Project- JUFMP) yang bertujuan untuk mengurangi timbunan endapan di saluran pengendali banjir. Endapan tersebut dapat mengurangi kapasitas tampung menjadi setengah kali dari kapasitas desain. Pada Fase 1 dari proyek JEDI, lima saluran drainase/sungai dan satu waduk, telah dipilih sebagi lokasi uji perencanaan dan teknik desain serta metode-metode pengelolaan lingkungan hidup terhadap keseluruhan lokasi proyek. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena diperkirakan memiliki dampak lingkungan dan sosial yang relatif kecil, meskipun pekerjaan pengerukan tersebut harus memenuhi salah satu tujuan utama dari kegiatan proyek, dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap upaya pencegahan banjir. Lokasi-lokasi yang termasuk ke dalam Proyek JEDI Fase 1 adalah (Gambar I-1) adalah: 1. Saluran Drainase Nasional Cengkareng; 2. Saluran Drainase Ciliwung - Gunung Sahari; 3. Saluran Drainase Sentiong Sunter; LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 1-1

167 4. Banjir Kanal Sunter; dan 5. Waduk Melati. Mengingat kegiatan pengerukan ini akan dapat berdampak positif maupun negatif penting terhadap komponen lingkungan hidup baik Fisik Kimia, Hayati, Sosial Ekonomi Budaya maupun Kesehatan Masyarakat, maka sejak dini perlu dilakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang didahului dengan penyusunan Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL). Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 tentang Peran Serta Masyarakat Didalam Proses Penyusunan AMDAL dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL, melalui sosialisasi ini pemrakarsa kegiatan mengharapkan saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat sebagai bahan kajian dan telaahan dalam studi AMDAL selanjutnya 1.2 DASAR PELAKSANAAN Landasan hukum yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan Sosialisasi AMDAL adalah: 1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya pasal 5 tentang Hak Masyarakat (Pasal 5), yakni (1) Hak yang sama atas lingkungan yang baik & sehat, (2) Hak Informasi pengelolaan lingkungan hidup, misalnya AMDAL, dan (3) Hak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup (peran pengambilan keputusan, dengar pendapat dan lain-lain), 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, pasal 33 (3) menyatakan bahwa dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk orang-orang yang terkena proyek, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa, 3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, 4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 5) Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 1-2

168 6) Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Secara umum, maksud dan tujuan pelaksanaan sosialisasi adalah untuk melaksanakan Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun Secara khusus, pelaksanaan Sosialisasi AMDAL dimaksukan untuk: 1) Melindungi kepentingan masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan dari dampak negatif yang mungkin timbul, 2) Memastikan adanya transparasi dalam keseluruhan proses AMDAL atas rencana kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta, 3) Membangun suasana kemitraan yang setara antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan rencana kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta, 4) Menghormati hak-hak semua pihak untuk memperoleh informasi yang terkait dengan rencana kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta. 1.4 PRINSIP DASAR PELAKSANAAN Untuk mendapatkan masukan yang mencerminkan kondisi di lapangan, maka dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi AMDAL senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip: (1) Kesetaraan posisi di antara pihak-pihak yang terlibat, (2) Transparansi dalam pengambilan keputusan, (3) Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; dan (4) Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama di kalangan pihak-pihak terkait. LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 1-3

169 2 PELAKSANAAN SOSIALISASI AMDAL 2.1 METODE Keterlibatan masyarakat dalam studi AMDAL diwadahi dalam beberapa tahap kegiatan. Pada tahapan penyusunan KA ANDAL ini, keterlibatan masyarakat dilakukan dalam bentuk kesempatan memberikan saran-saran dan tanggapan terhadap rencana kegiatan. Mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: 08 Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, pemrakarsa mengeluarkan pengumuman yang dimuat pada surat kabar yakni Harian Warta Kota tertanggal 18 Juli (bentuk pengumuman terlampir). kemudian, pada 19 Agustus 2009, dilakukan sosialisasi amdal dengan metode lokakarya yang melibatkan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan pengerukan sungai dan waduk di DKI Jakarta Fase 1 dan instansi-instansi terkait lainnya.. Dalam kerangka pelaksanaan Sosialisasi AMDAL, pemrakarsa memberitahukan stakeholders, dan pihak-pihak yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung oleh proyek; mendiskusikan aspek-aspek dan dampak lingkungan proyek; serta mempertimbangkan pandangan pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses studi AMDAL. Untuk lancarnya kegiatan sosialisasi, pemrakarsa mempersiapkan bahan presentasi yang disampaikan pada pelaksanaan sosialisasi. Bentuk dan bahasa yang digunakan pada bahan presentasi tersebut mudah dimengerti (bahan presentasi terlampir). Tahapan terakhir adalah menerima tanggapan publik (masyarakat) berupa saran dan pendapat baik yang dilakukan secara tertulis, maupun yang disampaikan langsung pada saat pelaksanan Sosialisasi AMDAL terkait dengan berbagai permasalahan, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimilikinya, dan usulan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Semua masukan kemudian diklasifikasikan menjadi isu-isu pokok yang akan dimasukkan ke dalam KA ANDAL yang tentunya akan dilakukan pendalaman-pendalaman terhadap permasalahan yang disampaikan tersebut. 2.2 WAKTU PELAKSANAAN Tahap pertama dari sosialisasi amdal diawali dengan pemasangan iklan pada surat kabar Harian Warta Kota, pada tanggal 18 Juli 2009 (Lampiran 1). Setelah lewat 30 hari selepas pemasangan iklan tersebut, pada tanggal LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 2-1

170 19 Agustus 2009 dilakukan kegiatan sosialisasi publik dalam bentuk lokakarya yang dilakukan di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta. 2.3 LOKASI SOSIALISASI AMDAL Sosialisasi AMDAL dilaksanakan di Gedung Nyi Ageng Serang yang merupakan lokasi Kantor dari BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi lokakarya dengan alasan relatif terjangkau oleh seluruh anggota masyarakat pemangku kepentingan (stakeholders). 2.4 PESERTA Dengan kegiatan Sosialisasi AMDAL ini seluruh komponen masyarakat pemangku kepentingan (stakeholders) dapat memberikan saran dan tanggapan terhadap rencana Kegiatan Pengerukan Sungai dan Waduk di DKI Jakarta Namun demikian, untuk alasan efisiensi dan efektifitas, maka peserta Sosialisasi AMDAL terdiri dari: 1) Perwakilan dari masyarakat pemangku kepentingan (Lurah beserta Dewan Kelurahan, Camat) yang secara langsung maupun tidak langsung diprakirakan akan terkena dampak, 2) Instansi Pemerintah terkait, khususnya Kantor Lingkungan Hidup Kota Administratif, serta Instansi pemerintah provinsi, antara lain: Dinas Kebersihan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, dan lainnya 3) Kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat setempat. Selengkapnya, daftar hadir dan foto-foto kegiatan Sosialisasi AMDAL tersaji dalam Lampiran 2. LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 2-2

171 3 HASIL-HASIL SOSIALISASI AMDAL 3.1 MASUKAN DAN SARAN ATAS PEMASANGAN PENGUMUMAN Sampai dengan batas tenggang waktu tanggapan atas pemasangan pengumuman mengenai rencana proyek terdapat satu masukan dan saran masyarakat secara tertulis yang disampaikan kepada pemrakarsa oleh Saudara Mardani seperti tercantum pada Lampiran ISU-ISU PENTING YANG MUNCUL DALAM SOSIALISASI AMDAL Sosialisasi AMDAL dilakukan di Aula Gedung Nyi Ageng Serang dengan peserta diskusi adalah masyarakat di sekitar rencana lokasi kegiatan dan instansi instansi terkait lainnya. Diskusi dibagi menjadi dua sesi: sesi pertama adalah pengantar dari Pemrakarsa dan BPLHD Prov.. Sesi kedua adalah pemaparan rencana kegiatan yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara pemrakarsa dengan peserta yang dipandu oleh Bapedalda Di dalam kegiatan Sosialisasi AMDAL, peserta terlibat aktif dalam memberikan masukan-masukan penting terkait dengan penyusunan AMDAL, beberapa hal yang dianggap penting dapat diringkas (transkrip diskusi, selengkapnya dicantumkan pada Lampiran 4 sebagai berikut: 1) Sosialisasi AMDAL yang diselenggarakan kali ini masih dilanjutkan dengan tahapan berikutnya berupa pembahasan KA ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL yang nantinya juga senantiasa akan melibatkan anggota masyarakat dalam pelaksanaannya. Hal ini dengan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki kewajiban dan hak untuk menerima dan memberi informasi dari pemerintah dan pemrakarsa atas suatu rencana kegiatan. 2) Isu-isu penting yang menjadi perhatian dalam penyusunan studi AMDAL adalah sebagai berikut: Penyerapan tenaga kerja lokal yang dapat bekerja di kontraktor pengerukan yang akan melakukan kegiatan; Peningkatan pencemaran kualitas udara dan kebisingan akibat kegiatan pengerukan dan mobilisasi pengangkutan material menuju lokasi disposal area; Perubahan kualitas air akibat pengerukan Ceceran material keruk yang dapat mengotori lingkungan Efisiensi waktu kegiatan pengerukan LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 3-1

172 4 KESIMPULAN Berdasarkan hasil-hasil Sosialisasi AMDAL dan dengan melihat isu-isu yang muncul, maka beberapa isu penting yang menjadi perhatian dalam penyusunan KA ANDAL dan studi AMDAL pada umumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Sebelum pelaksanaan pengerukan, kontraktor harus berkoordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan instansi terkait; 2. Kondisi khusus di setiap lokasi proyek (sepanjang sungai) misalnya terdapat pemukiman penduduk, pedagang, dll agar diperhatikan supaya tidak terganggu kegiatan proyek; 3. Sedimen hasil pengerukan akan dikeringkan dulu baru diangkut sehingga tidak tercecer; 4. Penempatan material keruk agar diperhatikan; 5. Perlu informasi Hot Line di spot-spot lokasi proyek untuk menampung laporan/masukan saran masyarakat; 6. Masyarakat agar dilibatkan dalam pelaksanaan proyek dan secara umum sangat mendukung rencana proyek; 7. Pemeliharaan/perawatan sungai dan waduk setelah pengerukan sangat penting diperhatikan; 8. Skejul proyek diperjelas. Adapun Berita Acara Sosialisasi AMDAL yang dikeluarkan dapat dilihat pada Lampiran 5. LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 4-1

173 5 DAFTAR PUSTAKA Wijayanti, L Keterlibatan Masyarakat dalam Amdal: Niat Baik versus Kenyataan. Serasi. Jakarta. LAPORAN SOSIALISASI AMDAL.DOC 5-1

174 Lampiran

175 Lampiran 1 Pengumuman Kegiatan di Harian Warta Kota, 19 Juli 2009 BPLHD PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Surat Kabar: RENCANA KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK FASE 1 DI DKI JAKARTA DALAM RANGKA KEGIATAN JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT (JUFMP)/ JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE (JEDI) Tanggal: WARTA KOTA 19 Juli

176 Lampiran 2 Daftar Hadir Kegiatan Sosialisasi AMDAL di Aula Gedung Nyi Ageng Serang Tanggal 19 Agustus

177 3

178 4

179 5

180 Lampiran 3 Tanggapan Terhadap Pengumumani AMDAL 6

181 7

182 Lampiran 4 Transkrip Kegiatan Sosialisasi AMDAL Aula Gedung Nyi Ageng Serang Tanggal 19 Agustus 2009 NOTULENSI KONSULTASI PUBLIK RENCANA KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT (JUFMP / JEDIP) JAKARTA, 19 AGUSTUS Pembukaan (10.25 WIB) Moderator-Pak Kosasih Sambutan: A. Endah Wahyuningsih, ST. MT, Kasubdit AMDAL BPLH Jakarta Proses pembangunan yang akan dilakukan melibatkan peran serta dalam pengelolaan lingkungan apalagi dengan kondisi lingkungan DKI Jakarta yang memang sudah menurun. Pemrakarsa dengan dibantu oleh konsultan penyusun AMDAL diharapkan dapat mengkaji dampak positif dan negatif dari rencana kegiatan yang akan dilakukan. Diharapkan dengan sosialisasi ini masyarakat dapat menerima dengan baik rencana kegiatan ini dan dapat dijadikan sarana untuk memberikan masukan agar kegiatan yang dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan masyarakat di sekitarnya. B. Ir. Bambang Sigit,MSc, Project Management Unit Dept. PU Rencana kegiatan pengerukan ini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan meliputi pengerukan dan perbaikan pompa dalam mengatasi masalah banjir yang ada di Jakarta.. Pengerukan akan dilakukan di beberapa infrastruktur diantaranya saluran drainasi, banjir kanal dan waduk yang berada di bawah otoritas Ditjen Cipta Karya, Ditjen Sumber Daya Air dan Pemda DKI. Proses pengerukan ini akan dibagi menjadi dua tahap, yaitu Tahap I dan Tahap II. Kajian studi AMDAL yang sekarang akan dilakukan adalah studi AMDAL untuk Tahap I, yang meliputi pengerukan sedimen pada infrastruktur Banjir Kanal Barat, Angke Hilir, Ciliwung-Gunung Sahari, 8

183 Grogol-Sekertaris, Sentiong-Sunter, Waduk Melati serta transportasi hasil kerukan ke tempat pembuangan di Ancol. Dari usulan lokasi yang disebutkan di atas, berdasarkan hasil kajian pendahuluan menunjukkan ada beberapa masalah sosial diantaranya di daerah Kali Adem terdapat masalah relokasi penduduk sekitar 600 orang. Hal ini berakibat proses pengerjaan di Kali Angke dan Grogol-Sekertaris sehingga terjadi beberapa perubahan prioritas pengerjaan menjadi Ciliwung-Gunung Sahari, Sentiong-Sunter, Waduk Melati, Sunter dan Cengkareng drain, dengan prioritas pengerjaan pertama akan dilakukan terhadap dua lokasi yaitu: Ciliwung-Gunung Sahari dan Cengkareng atau alternatif lain dan sisanya akan dilakukan kemudian. Untuk Tahap II akan meliputi lokasi Cideng-Thamrin, Banjir Kanal Barat, krukut-cideng, Waduk Sunter Utara, Selatan, Timur III, Kamal dll. Metode pengerukan akan dilakukan dengan mengakomodir lokasi dan kondisi di sekitarnya dengan mempertimbangkan jenis kegiatan, kondisi sungai/ tanggul, jembatan yang digabungkan dalam rencana operasi pengerukan. Upaya untuk mengurangi dampak dilakukan dengan penggunaan jumba geo bag sebagai pengganti karung untuk menampung material hasil keruk, dimana material tersebut dimasukkan ke dalam jumbo bag, ditunggu hingga agak kering dan kemudian disimpan di tempat penyimpanan di Ancol (untuk kegiatan Tahap I). Peralatan yang akan digunakan akan disesuaikan dengan lokasi sungai atau waduk yang akan dikeruk, contohnya untuk sungai yang besar akan digunakan floating excavator atau trench excavator demikian juga untuk area waduk, sedangkan untuk sungai kecil akan digunakan excavator diatas ponton dengan mempertimbangkan keberadaan jembatan. Peralatan yang digunakan akan berbeda untuk masing-masing lokasi. Pengangkutan material hasil keruk yang telah berada di dalam jumbo bag dan agak kering menuju ke tempat pembuangan di Ancol akan dilakukan dengan truk pengangkut yang telah dilapisi agar tidak terjadi kebocoran atau ceceran. Proses kegiatan ini lebih lanjut akan dikaji di dalam studi AMDAL agar diperoleh kajian yang dapat mengurangi dampak-dampak yang nanti akan dihasilkan dari adanya kegiatan tersebut. C. Dr. Susanto Kusumahadi, PT ERM Indonesia PT ERM dipercaya untuk mempersiapkan kajian AMDAL, dalam kesempatan ini melakukan sosialisasi atas rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, yaitu Dep. PU dan Pemerintah DKI. Rencana kegiatan ini merupakan rencana kegiatan yang bersifat nasional maupun regional dikarenakan adanya beberapa lokasi yang berada di 9

184 bawah kewenangan DKI, sehingga dapat dinyatakan bahwa rencana kegiatan ini merupakan kegiatan pemerintah. Rencana kegiatan JEDI ini merupakan rencana kegiatan yang agak berbeda dikarenakan biasanya profit dari pembangunan merupakan keuntungan pemrakarsa, namun proyek JEDI ini merupakan suatu proyek yang menguntungkan masyarakat dengan kepentingan yang besar terhadap masyarakat yang terkena dampak. Studi kajian AMDAL ini akan dilakukan untuk JEDI Tahap I, dengan kajian terhadap lokasi yang paling mendesak, dengan kajian terhadap masalah sosial,dan teknis. Proses pengerukan ini diharapkan dapat memperkecil masalah yang diakibatkan oleh banjir namun hal ini dapat dicapai apabila ada peran serta dari masyarakat sebagai stake holder untuk turut menjamin kelangsungan dan keberadaan infrastruktur ini agar berkerja dengan baik diantaranya dengan mengubah perilaku membuang sampah ke badan sungai sehingga akhirnya pemerintah dapat fokus terhadap upaya mitigasi banjir di Jakarta. Proses sosialisasi ini wajib dilakukan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan yang diatur melalui Surat Keputusan Mentri Lingkungan Hidup, Kepala Bapedal dan Gubernur untuk menyampaikan informasi tentang rencana kegiatan agar mendapatkan masukan yang dapat dimasukkan ke dalam penyusunan dokumen AMDAL dan disertakan di dalam Lampiran Dokumen Kerangka Acuan. Kegiatan pengerukan akan meliputi 5 lokasi dengan lokasi penampungan di daerah Ancol dengan alasan teknis, lingkungan dan dampak sosial. Dampak yang mungkin timbul dari kegiatan pengerukan ini diantaranya limbah padat (material hasil keruk), pengangkutan, bau, kualitas air dan lainnya, dampak ini akan dikaji lebih lanjut dalam studi AMDAL. 2. Sesi Tanya Jawab I (11.10 WIB) A. Pertanyaan 1. Arsan Dady, Dekel Kamal Muara Jakarta Utara Untuk warga daerah kami menyambut gembira rencana kegiatan pengerukan untuk mengatasi banjir, namun yang lebih menjadi kekhawatiran adalah kejadian Rob yang hampir terjadi tiap bulan. Agar proses pengerukan yang akan dilakukan tidak hanya diacak-acak saja yang akan mengakibatkan kekeruhan dan ceceran dan dapat dilakukan seperti di daerah Bandara. Agar kegiatan pengerukan dan pengangkutan memperhatikan keberadaan masyarakat di sekelilingnya sehingga tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. 10

185 2. Muh. Amri, Forum PermukimanJakarta Untuk penyebaran informasi disarankan untuk memanfaatkan slot iklan layanan masyarakat yang ada di televisi swasta, selama ini sudah dimanfaatkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Tata Kota dll. Disediakan layanan nomer hotline di setiap lokasi pengerukan yang dapat diakses oleh masyarakat. Penjelasan tentang Peraturan Gubernur No. 28 tahun 2009 mengenai AMDAL, apakah masih relevan untuk kegiatan pengerukan ini? 3. Ahmad Gofur, Dekel Cengkareng Timu Segitiga kerjasama antara pengusaha, masyarakat dan pemerintah, agar apabila ada kegiatan agar dimusyawarahkan dulu dengan masyarakat. B. Tanggapan 1. Pak Bambang Cengkareng merupakan lokasi prioritas utama namun daerah Kamal, Tanjungan dan yang lainnya akan dilakukan pengerukan. Masalah rob, akan ada kegiatan tersendiri dengan bantuan dari pemerintah Belanda. Kontraktor pelaksana akan ada proses pengawasan oleh pemrakarsa dan masyarakat. Dengan digunakannya jumbo bag kegiatan pengawasan akan lebih mudah dilakukan dengan melakukan perhitungan jumlah kantong dan mempermudah proses pengangkutan yang akan diatur waktunya agar tidak menyebabkan kemacetan, contohnya malam hari. Iklan layanan masyarakat akan ditindaklanjuti untuk menyebarluaskan informasi tentang rencana kegiatan pengerukan. Hotline yang bisa diakses dapat dipasang di papan pengumuman yang akan disiapkan oleh project implementing unit masing-masing (seperti Dinas PU DKI, Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane-Ciliwung, Ditjen Cipta Karya). Keterlibatan masyarakat diperlukan sejak awal kegiatan dari mulai kerangka acuan dan desain sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari. Usulan tentang keterlibatan masyarakat dan kontribusinya 2. Pak Santo Teknis pengerukan yang berdasarkan pengalaman sering tidak sesuai spesifikasi teknis (hanya diaduk-aduk) sehingga tidak mengatasi permasalahan yang ada. Hal ini akan dikaji dalam AMDAL yang akan dimasukan ke dalam RKL-RPL, sehingga tidak putus hanya di dokumen 11

186 AMDAL saja dan akan dilakukan monitoring selama kegiatan berlangsung yang diawasi oleh pemrakarsadan masyarakat. Masalah adanya penduduk di suatu lokasi kegiatan, hal ini telah menjadi perhatian dalam kajian AMDAL, yang akan berbeda dan spesifik atas lokasi-lokasi yang dianggap rawan dengan permasalahan sosial. Hotline merupakan salah satu bagian dari proses montoring, ada personel yang bertanggung jawab atas proses yang terjadi selama kegiatan dan permasalahan yang ditimbulkannya sehingga proses pemecahan masalah dapat berlangsung dengan cepat, hal ini akan dimasukkan juga ke dalam dokumen RKL-RPL. Penempatan material keruk berpotensi menimbulkan masalah kantibmas, hal ini akan dikaji secara mendalam dalam RKL dan RPL. 3. Ibu Endah Pergub 28 tentang limbah B3, ada lokasi-lokasi tertentu yang diduga berpotensi ada limbah B3, material keruk dan proses penempatannya harus dilakukan dengan perlakuan khusus dan hal ini akan dimonitor, dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah namun peran serta masyarakat yang sangat diharapkan untuk memonitor kegiatan dan menjaga keberlangsungan lokasi hasil pengerukan salah satunya dengan cara tidak membuang sampah ke sungai. 3. Sesi Tanya Jawab II A. Pertanyaan 1. Mat Sani, Dekel Kedoya Utara Batas Kali Sekertaris, apakah sampai ke Kali Pesing Koneng yang dekat pasar juga akan dilakukan pengerukan. Kali Angke-Kali Pesing Koneng pernah diganti namanya menjadi Kali Karimun Kepar, dengan lebar 25 m dan dalam 7 meter, sekarang batas ketinggian sekitar 1 meter dan belum pernah dilakukan pengerukan. 2. Chairil Anwar, Dekel Karang Anyar Informasi bahwa di lokasi pengerukan drainase Ciliwung-Gunung Sahari di sekitar Kel. Kartini di sepanjang pinggiran kali ada pedagang ikan hias di siang hari dan pedagang makanan di malam hari, selama kegiatan pengerukan agar diperhatikan sehingga tidak mengganggu mata pencaharian mereka. Efesiensi waktu pengerjaan, karena ada proses pengeringan material keruk, agar tidak mengganggu kegiatan di sekitarnya, contohnya sekolah dan saluran Kartini yang sedang dalam masa pembangunan. 12

187 3. Ahmad Dahlan, Dekel Ancol Berkaitan dengan pengelolaan agar tidak hanya bisa membangun tapi yang lebih penting bisa memelihara, sosialisasi tentang kegiatan ini telah sering dilakukan dan mudah-mudahan peran serta masyarakat dapat aktif dilakukan. Pengerukan akan dilakukan di daerah rendah, tidak hanya masalah kedalaman namun apakah ada kegiatan pembangunan tanggul. Dalam dampak yang mungkin timbul yang akan dibahas dalam dokumen AMDAL tidak melihat ada issue perawatan. Daerah Ancol tidak hanya menerima banjir namun juga mengalami Rob, mohon diperhitungkan dan dipertimbangkan dampak yang akan terjadi akibat dari rencana Ancol sebagai daerah penampungan material keruk. Agar rencana kegiatan ini disosialisasikan hingga tingkat bawah/ kelurahan. Harapan agar setiap pembangunan tidak hanya tepat guna namun juga tepat manfaat bagi masyarakat, saran disekitar waduk dijadikan area rekreasi sehingga dapat mendatangkan keuntungan terhadap masyarakat sekitar. Rencana pembangunan waduk yang dibatalkan, mohon kejelasan waktu rencana tersebut. B. Tanggapan 1. Pak Bambang Grogol-Sekertaris-Angke merupakan satu kesatuan Banjir Kanal Barat yang pada awalnya merupakan prioritas pertama, namun berdasarkan hasil dari studi pendahuluan bahwa akan terjadi masalah sosial di daerah Kali Adem dimana harus memindahkan sekitar 600 jiwa yang sebelumnya telah dipindahkan telah datang kembali. Masalah tersebut menyebabkan tertundanya kegiatan pengerukan di daerah Grogol- Sekertaris-Angke yang nantinya akan masuk ke Banjir Kanal Barat. Ciliwung-Gunung Sahari merupakan prioritas pertama, dengan adanya informasi kegiatan perdagangan di sekitar kali adanya beberapa jembatan, metoda pengerukan akan menggunakan peralatan yang sesuai, diantaranya floating buldozer yang sekarang digunakan di pilot project dan untuk proses penirisan material keruk tidak akan ditempatkan di darat namun akan dibuat deck di atas kali. Kegiatan JEDI akan memakai standar-standar yang dapat digunakan oleh kontraktor lokal, karena kegiatan JEDI ini merupakan kegiatan awal dari suatu kegiatan rutin. Untuk masalah Ancol kegiatan yang dilakukan utnuk pencegahan banjir akan dilakukan kegiatan dalam beberapa tahapan, tahap pertama adalah pengerukan kemudian sea defence untuk mengatasi Rob dari laut. Ada usulan dari masyarakat untuk membangun tanggul laut di utara Jakarta, namun hal ini perlu dipertimbang masak-masak dampak yang akan terjadi diantaranya jalur keluar masuk kapal ke pelabuhan dan marina, 13

188 dan proses pembuangan air banjir dari daratan ke laut.walaupun sudah ada contoh di Singapura yang menggunakan pintu-pintu air yang dilengkapi dengan pompa di setiap sungai-sungai namun dibutuhkan biaya yang sangat besar. Sosialisasi ditingkat kelurahan akan dibicarakan dengan tim konsultan. Lokasi pembuangan Ancol, desain dan review AMDAl telah selesai, tinggal pelaksanaannya. Lumpur yang akan dibuang merupakan lumpur yang telah berada di dalam jumbo bag sehingga kemungkinan terjkadinya ceceran akan dapat ditekan. Rencana ini telah dibicarakan lebih lanjut dengan otorita Ancol. Usulan menjadikan area waduk sebagai daerah rekreasi. 2. Pak Santo Kegiatan yang telah ada di sekitar Kali Kartini, point ini akan menjadi kajian dan didokumentasikan dalam AMDAL, walaupun telah dijelaskan rencana penanggulannya oleh pemrakarsa. Dampak lokasi pengerukan sampai penampungan dikaji dalam AMDAL JEDI, namun pada saat material tersebut masuk ke penampungan di Ancol akan diatur oleh AMDAL Ancol, sehingga ada pembagian tugas yang jelas untuk memastikan penanggulan dampak diatasi dengan baik oleh pihak yang tepat. Pemeliharaan paska kegiatan untuk memastikan kegiatan dapat bermanfaat untuk jangka panjang. 3. Ibu Endah Masalah perawatan telah tercantum di dalam dokumen AMDAL, namun hal tersebut tergantung kepada implementasi dokumen AMDAL setelah klegiatan selesai yang merupakan hal yang paling penting dari suatu proses penyusunan dokumen AMDAL. 4. Sesi Tanya Jawab III A. Pertanyaan 1. Iman Rohadi, Dekel Rawa Buaya Beberapa waktu yang lalu di Cengkareng drain telah dilakukan pengerukan, namun hasil pengerukan tersebut masih berada di lokasi Kel.Rawa Buaya dekat daerah Pertamina. Apakah hal tersebut merupakan proses penirisan? Diharapkan untuk kegiatan JEDI hal ini tidak terjadi. Jalan inspeksi yang ada di sisi Cengkareng Drain sudah dalam kondisi yang rusak, mohon kordinasi apabila kerusakan tersebut diperbaiki dengan adanya rencana kegiatan tidak merusak jalan yang telah diperbaiki. 14

189 2. Erman, Dekel Mangga Dua Selatan Saat ini anak kali Ciliwung yang belum dilakukan pengerukan masih terjadi banjir, kenapa? 3. Jarkoni, Dekel Sunter Agung Menanggapi dengan senang hati dengan rencana pengerukan, namun karena melibatkan dua kelurahan mohon sosialisasi dilakukan dengan baik sehingga pengurus dan warga di kelurahan tersebut mengetahui tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan. Lokasi rencana kegiatan di sekitarnya ada kegiatan ekonomi, mohon sosialisasi dilakukan dengan baik dan tidak merugikan para pedagang tanaman hias tersebut. B. Tanggapan 1. Pak Bambang Untuk daerah Cengkareng, metode pengerukan menggunakan floating excavator dan penampungan sementara material keruk akan menggunakan barges yang berada di atas air, sehingga tidak ada pekerjaan di darat sehingga dapat mengurangi dampak terhadap jalan inspeksi yang ada di sekitar Cengkareng Drain. Untuk pengerukan di anak-anak sungai, pemerintah DKI telah merencanakan untuk melakukan pengerukan terhadap anak-anak sungai untuk mendukung kegiatan JEDI dan AMDALnya sedang disiapkan oleh Pemerintah Kota di DKI Jakarta. Pengelolaan material hasil keruk tidak akan dibiarkan begitu saja namun akan dimasukkan ke dalam jumbo bag sehingga dampak yang dihasilkan akan lebih minimal. Adanya kegiatan di sekitar lokasi telah dipertimbangkan sehingga akan digunakan peralatan yang kecil agar tidak mengganggu. 2. Pak Santo Masukkan mengenai jalan inspeksi, yang terkait dengan mobilisasi peralatan dan material hasil pengerukan, dan akan dikordinasikan dengan dinas terkait. Anak Kali Ciliwung merupakan satu kesatuan dengan badan air utama, sehingga apabila ada pengerukan di badan air utama, badan air sungai utama akan mengalami peningkatan tampung sehingga berpengaruh terhadap daya tampung anak sungai. Kajian juga akan dilakukan terhadap para pedagang dan sebelum pelaksanaan akan dilakukan sosialisasi yang jelas sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung dengan baik. 15

190 5. Sesi Tanya Jawab IV A. Pertanyaan 1. Sukirno, Masyarakat Kelurahan Ancol Proyek ini merupakan suatu langkah yang baik dan juga mungkin merupakan janji Gubernur Jakarta untuk mengatasi banjir. Biaya kegiatan berasal dari mana, apakah APBD, APBN atau pinjaman luar negeri Dampak dari transportasi pengangkutan sedimen dengan volume sekitar 2 juta meter kubik. Teknis pelaksanaan, masalah dengan kontraktor dan pimpro, kurang adanya kordinasi dan informasi dengan pemerintah kelurahan/ masyarakat. Penundaan rencana pembangunan waduk yang tertunda perlu disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat 2. Irianto, Jakarta Pusat Dampak yang akan dikaji, mohon dimasukan tentang kedalaman awal dan kedalaman setelah dilakukan pengerukan. 3. H. A.Sangir, Dekel Bungur Kapan proyek ini akan dilaksanakan. Keberlangsungan proyek, karena di daerah Bungur terdapat Kali Baru, anak Sungai Sentiong, yang jika hujan sering kali menyebabkan banjir. B. Tanggapan 1. Pak Bambang Dana pembangunan merupakan dana pinjaman dari Bank Dunia sebesar $ 150 juta yang saat ini usulan bantuannya sedang disiapkan. Lima lokasi ini merupakan lokasi tahap pertama dengan konsultan AMDALnya ERM, untuk sungai-sungai yang lain akan ada konsultan penyusun yang lain. Volume 2 juta meter kubik merupakan volume tahap pertama, secara keseluruhan volume pembuangan sedimen adalah sebesar 8-9 juta yang sebagian akan dibuang di Ancol dan apabila memungkinkan akan dibuang di Muara Kali Adem sebelah barat dan juga di Muara Banjir Kanal timur di Marunda Masalah pengangkutan akan dibatasi jumlah rotasi dan volume pengangkutannya. Teknis pelaksanaan akan diatur dengan pihak pemda DKI dan PMU yang lain agar dapat terinformasikan dengan baik ke masyarakat melalui kelurahan dan kecamatan. 16

191 Waduk tidak berada di bawah Pemda DKI, pengerukan waduk akan dilaksakan kepada seluruh waduk, namun secara bertahap. Desain sedang dalam proses, kedalaman sungai sedang dalam kajian, sehingga volume yang tercantum dalam presentasi masih merupakan perkiraan. Anak-anak sungai yang akan masuk ke dalam sungai proyek JEDI, akan ditangani oleh pemkot-pemkot di Jakarta dengan AMDAL yang berbeda. Hal ini merupakan persiapan untuk pengajuan pinjaman ke Bank Dunia yang mudah-mudahan dapat terrealisasi ppada pertengahan tahun depan. 6. Sesi Tanya Jawab V A. Pertanyaan 1. Fera, Jakarta Pusat Waktu pengerukan, pada saat musim hujan akan ada peningkatan muka air,dan akan mengganggu proses pengerukan 2. Bambang S, Kebon Kosong Program pengerukan apakah ada jadwal waktu tertentu, karena di tiap kecamatan ada dana normalisasi sungai Pembuangan sedimen dari kegiatan pengerukan di daerah pantai, apakah akan ada dampak terhadap reklamasi dan mangrove Sumber sedimen yang kebanyakan dari air buangan dan sampah, kebanyakan area penampungan/pembuangan sungai di kelurahan berada di dekat sungai dan pembuangan sampah oleh masyarakat ke sungai padahal ada aturan dan sangsi yang jelas tanpa ada tindak lanjut dari petugas, apakah tempat pembuangan sampah tersebut akan dikeruk juga. 3. Bangsa Malau, Kelurahan Rawa Badak Selatan Sebelum sosialisasi kepada masyarakat, terlebih dahulu dilakukan peninjauan lapangan oleh kontraktor pelaksana, karena di daerah kami ada beberapa wilayah yang berpenduduk dan tidak dapat dilewati oleh kendaraan Antisipasi penilaian kerja kontraktor dalam hal pengerjaan dan pembuangan materiral keruk Waduk Rawa Badak apakah sama dengan Waduk Sunter Timur Dampak dari kegiatan terhadap keberhsihan di lapangan berkaitan dengan persiapan penilaian adipura. 17

192 B. Tanggapan 1. Pak Bambang Karteristik setiap sungai yang berbeda akna berpengaruh kepada penggunaan alat dan waktu pengerjaan sehingga masing-masing lokasi akan ada metode dan waktu pengerjaan yang spesifik Untuk tahap pertama Pemda DKI telah memiliki perjanjian dengan Ancol untuk suatu Confined Dispossal Area dilapisi pasir dan ditutup tanah liat, untuk lumpur yang telah dimasukkan kedalam jumbo bag yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk perluasan reklamasi. Asal sedimen utama di sungai berasal dari sampah, proses pengerukan tidak akan berhenti dan akan menjadi kegiatan rutin Informasi untuk melaksanakan sosialisasi akan disampaikan kepada instanti yang berwenang (Ditjen Cipta Karya, Pemda DKI, dan SDA) untuk diteruskan kepada kontraktor pelaksana yang dicantumkan dalam kontrak kerja. Sungai-sungai yang tidak dapat dilalui dengan kendaraan akan digunakan alat yang berukuran kecil atau akan dicari alternatif lain Perhitungan volume akan lebih mudah dengan dimasukkannya ke dalam karung dan juga dapat mengurangi dampak ceceran. Waduk Rawa Badak sama dengan Waduk Sunter III yang termasuk dalam program kegiatan JEDI Berkaitan dengan adipura, sedimen yang dikeruk dimasukan ke dalam kantung-kantung dan dibiarkan dulu hingga agak tiris untuk menghindari ceceran. 7. Presentasi Clean River Singapore 1. Ir. Bambang Sigit,MSc, Project Management Unit Dept. PU Pembersihan sungai memerlukan waktu yang cukup lama, tahun Dengan visi agar sungai dapat memberikan manfaat Tahapan pertama dilakukan dengan inventarisasi kegiatan sekitar sungai dan dilanjutkan dengan pemindahan dan perbaikan infrastruktur. 8. Kesimpulan Moderator-Pak Kosasih Penutup dan Penandatanganan Berita Acara 18

193 Lampiran 5 Bahan Presentasi pada Kegiatan Sosialisasi AMDAL tanggal 19 Agustus

194 20

195 21

196 22

197 23

198 24

199 25

200 26

201 27

202 28

203 29

204 Lampiran 6 Berita Acara Sosialisasi AMDAL 30

205 31

206 Lampiran 7 Foto-Foto Kegiatan Sosialisasi AMDAL Spanduk Sosialisasi AMDAL di lokasi Acara Peserta Sosialisasi AMDAL yang hadir Pimpinan Acara Sosialisasi Peserta Sosialisasi AMDAL yang hadir Penandatanganan Berita Acara oleh Wakil dari Undangan (Dewan Kelurahan) Penandatanganan Berita Acara oleh Wakil dari Undangan (Dewan Kelurahan) 32

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 1 JAKARTA BARAT 1 CENGKARENG 1 CENGKARENG BARAT 2 CENGKARENG TIMUR 3 DURI KOSAMBI 4 KAPUK 5 KEDAUNG KALI ANGKE 6 RAWA BUAYA

Lebih terperinci

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR

Lebih terperinci

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN JUMLAH KK JUMLAH KK LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LUAS WILAYAH (KM2) KEPADATAN (JIWA/KM2) 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN TAHUN NAMA PROVINSI NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN 2013 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR P. PANGGANG 2094 2002 2013 PROVINSI

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN WAJIB KTP LAKI-LAKI WAJIB KTP PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KELURAHAN SASARAN PENEMPATAN KOMPUTER PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN AKTA CATATAN SIPIL DALAM WILAYAH PROPINSI

Lebih terperinci

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghuchu Aliran Kepercayaan 2014 PROVINSI DKI

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 2226 460 96.78 2,0 1.897 2 Kota Administrasi Jakarta Selatan 1474 300 98.26 2,0 1.298

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 1837 397 92.54 2,0 1.581 2 Kota Administrasi Jakarta Timur 1521 309 98.44 2,0 1.335 3

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 20 1 2 3 4 5 6 1 P. PANGGANG 10 4.029 3.049 980 48 3 3.100 76,94 1.668 54,85 20 0,66 210 6,91 587 19,30 33 1,09

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS PASANGAN CALON 1 3 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861 1.190 27 1 2.889

Lebih terperinci

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA BUKU XI KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.09 UU No. 9/00.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS DLM DPT PASANGAN CALON 1 3 TIDAK 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0298 0.0053 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0211 0.0053 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0254 0.0069 3173000000

Lebih terperinci

25 The SMERU Research Institute, January 2003

25 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.2928 0.0078 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.2967 0.0101 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.2814 0.0094 3173000000

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 305,577.82 8,336.69 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 329,076.13 14,033.11 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 303,242.49

Lebih terperinci

19 The SMERU Research Institute, January 2003

19 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0014 0.0003 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0010 0.0003 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0012 0.0004 3173000000

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN B. KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/. DAN DESA/ SELURUH INDONESIA

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H BUKU XI PROVINSI DKI JAKARTA LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/.

Lebih terperinci

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 No Nama Koperasi 1 KJK PEMK Cengkareng Barat Cengkareng Barat CENGKARENG JAKARTA BARAT 2 KJK PEMK Cengkareng Timur Cengkareng Timur CENGKARENG

Lebih terperinci

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA PERBANDINGAN, TAHUN DAN 1 PETOJO UTARA 14.391 12.074 17.918 51 27 2 PETOJO SELATAN 10.025 10.450 14.550 38 20 3 DURI PULO 17.914 15.530 19.631 68 32 4 CIDENG 13.191 11.540 15.738 50 25 5 GAMBIR 2.834 2.406

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA B H I N EK G G AL I KA PEMILIHAN 6 7 8 1 PETOJO UTARA 898 2.965 2.970 3.468 275 10.576 2 PETOJO SELATAN 863 1.934 2.395 2.803 138 8.133 3 DURI PULO 1.286 4.306 3.482 5.179 346 14.599 4 CIDENG 724 3.727

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I HASIL PEROLEHAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JARTA TAHUN 2012 PUTARAN I PEMILIH DPT DPT PEMILIH TID 1 4.029 3.049 3.100 P. PANGGANG 10 980 48 3 3.100 76,94

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA 1 PETOJO UTARA 7 12 146 7 767 24 21 72 1.929 38 20 12 534 88 414 1.901 337 1.201 756 709 57 13 3 6 9.074 2 PETOJO SELATAN 5 7 63 14 598 27 16 14 1.366 13 12 12 558 86 215 1.524 451 926 571 510 46 5-5 7.044

Lebih terperinci

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.0.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00 Pulau Harapan.0.0

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BHIN E KA TUNGGA L IKA PEMILIHAN UMUM 25 26 27 1 PETOJO UTARA 11 12 151 11 737 11 19 60 1.886 45 19 10 525 103 304 1.891 321 1.322 806 720 68 14 6 1 9.053 2 PETOJO SELATAN 8 5 65 11 569 9 15 21 1.327 16

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BH IN E K A TU NGG AL IKA PEMILIHAN 3 4 8 1 PETOJO UTARA 3.637 6.088 9.725 2 PETOJO SELATAN 2.469 5.122 7.591 3 DURI PULO 5.712 8.096 13.808 4 CIDENG 4.418 5.076 9.494 5 GAMBIR 782 1.463 2.245 6 KEBON

Lebih terperinci

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS No. Hari: Kamis Tanggal : 5 Februari 2015 Waktu : Pukul 07.30 s.d selesai Tempat : Ruang Rapat Serbaguna Lt.22, Gd. Balaikota SKPD/UKPD PESERTA RAPAT I II III Kota Administrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab NO Wilayah RW Anggaran Usulan 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 2 JAKARTA UTARA 381 7,009 13,062,560,072,362 686 3 JAKARTA

Lebih terperinci

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI 2014 NO 1 JAKARTA TIMUR 1 2 1 JATINEGARA 1 Bidara Cina 2 Kampung Melayu 3 Cipinang Muara 2 KRAMAT JATI 5 Cawang 4 Cipinang Besar Selatan TERDAMPAK KECAMATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir Kebon Kelapa 0 4 Jakarta Pusat Menteng Menteng 2 5 Jakarta

Lebih terperinci

MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015

MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI DKI JAKARTA Migrasi Di Provinsi DKI Jakarta 1 KATA PENGANTAR Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas)

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode

LAMPIRAN. Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode 43 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta penutupan lahan yang tetap dan mengalami perubahan di DAS Ciliwung Hilir periode 1993-2013 44 Lampiran 2 Data Kependudukan DAS Ciliwung Hilir Kecamatan Kelurahan Penduduk Kepadatan

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAYANAN KAS DI LINGKUNGAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

Kecamatan Cengkareng JUMLAH PESERTA PER KELURAHAN JUMLAH PESERTA PER ANGKATAN NO. HARI / TANGGAL WAKTU KELURAHAN NARASUMBER JUMLAH TPS

Kecamatan Cengkareng JUMLAH PESERTA PER KELURAHAN JUMLAH PESERTA PER ANGKATAN NO. HARI / TANGGAL WAKTU KELURAHAN NARASUMBER JUMLAH TPS Kecamatan Cengkareng 4 6 Minggu, 5 Januari 207 2 Senin, 6 Januari 207 5 7 8 Selasa, 7 Januari 207 Rabu, 8 Januari 207 Kamis, 9 Januari 207 Jum'at, 20 Januari 207 Sabtu, 2 Januari 207 Minggu, 22 Januari

Lebih terperinci

DATA PASAR PD. PASAR JAYA

DATA PASAR PD. PASAR JAYA DATA PASAR PD. PASAR JAYA No Nama Pasar Alamat Longitude Latitude Luas Pasar Klasifikasi Pasar A. JAKARTA BARAT 1 PASAR ASAM REGES Jalan Taman Sari Raya No.40, Taman Sari, Taman Sari, Jakarta Barat 106,8271217

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT DAFTAR TPS/ WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT NO I KEMBANGAN A Kembangan 1 RW 05 Dipo 0533 B Sudin Utara 2 RW 08 & 09 Pool Gerobak 0695 B Sudin 3 RW 09 Pool Gerobak 0596 B Sudin

Lebih terperinci

Golden Bird transfer to city from Jakarta airport

Golden Bird transfer to city from Jakarta airport Golden Bird transfer to city from Jakarta airport Terms & Conditions: Booking must be made at least twenty-four (24) hours prior to departure. Changes are permitted fourty-eight (48) hours prior to your

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA

RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA Bahan Penjelasan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Pada Acara : Penerimaan Kunjungan Lapangan Panja RUU tentang Penataan Ruang DPR-RI ke Provinsi DKI Jakarta Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN BELUM MENGAJUKAN NO NAMA SATUAN PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAMATAN KOTA TELPON BERAKHIR 1 SDN Pulau Harapan 02 - Kepulauan Seribu Selatan Kepulauan Seribu / 2013-12-30 2 SDS Budi Mulia - Sawah Besar

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA Rabu, 09 Juli 2008 Dr. Armi Susandi, MT. Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA

Lebih terperinci

PETA KAWASAN GENANGAN AIR / BANJIR TINGKAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA FEBUARI TAHUN 2007

PETA KAWASAN GENANGAN AIR / BANJIR TINGKAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA FEBUARI TAHUN 2007 PETA KAWASAN GENANGAN AIR / BANJIR TINGKAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA FEBUARI TAHUN 2007 14 1 6 11 12 13 20 19 22 4 17 2 3 5 9 8 18 21 Banjir Tanggal 02 03 Febuari 2007 Banjir Tanggal 03 03 Febuari

Lebih terperinci

Tabel : SP (T). JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009

Tabel : SP (T). JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009 BAB II : TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Tabel : SP-3.6.1 (T). RUMAH TANGGA MENURUT KECAMATAN DAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTORAN MANUSIA Kotamadya : JAKARTA SELATAN Tahun : 2009 KECAMATAN LUAS PENDUDUK RUMAH

Lebih terperinci

Lampiran II Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun Anggaran 2018

Lampiran II Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun Anggaran 2018 Lampiran II Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Tahun Anggaran 2018 Urusan/SKPD 1 Urusan Pemerintahan Wajib 1 01 Pendidikan 5.333.062.526.937 1 01 - DINAS PENDIDIKAN 3.451.808.149.166 1 01 - SUKU

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: SUDAH MENGAJUKAN

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: SUDAH MENGAJUKAN SUDAH MENGAJUKAN NO NAMA SATUAN PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAMATAN KOTA TELPON WAKTU PENGAJUAN 1 SDN Pulau Kelapa 01 Pagi - Kepulauan Seribu Utara Kepulauan Seribu 081806114439/087883220408 2013-04-09

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT DAFTAR TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT NO KECAMATAN KELURAHAN I GAMBIR A Monas & Gambir 1 Jl. Pejambon LPS B Kebon Kelapa 1 RW 04 Dipo 120 Swasta C Petojo Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

KATA PENGANTAR. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 1 KATA PENGANTAR Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah disempurnakan dengan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014, anak adalah seseorang yang belum

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA DAFTAR TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA NO KECAMATAN KELURAHAN I PENJARINGAN A Penjaringan 1 Jl. Ekor Kuning RW 05 Pool Kontainer 2 1,35 Seksi 2 Rumah Susun RW 06

Lebih terperinci

JADWAL PENGAMBILAN USER ID DAN PASSWORD ADMIN SKPD/UKPD SIMDKLAT DAN KONSULTASI TAHUN 2017

JADWAL PENGAMBILAN USER ID DAN PASSWORD ADMIN SKPD/UKPD SIMDKLAT DAN KONSULTASI TAHUN 2017 JADWAL PENGAMBILAN USER ID DAN PASSWORD ADMIN SKPD/UKPD SIMDKLAT DAN KONSULTASI TAHUN 2017 NO Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/ Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) HARI/TANGGAL WAKTU 1 Badan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR Metode pemetaan daerah banjir dilakukan dengan menggunakan DEM (Digital Elevation Model) wilayah DKI Jakarta yang merupakan hasil dari pengolahan data kontur DKI Jakarta

Lebih terperinci

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI DKI JAKARTA KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 3101 KAB. ADM. KEPULAUAN SERIBU 1 7 8 3171 KOTA ADM. JAKARTA SELATAN 8 70 78 3172

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (0) 7330 / Fax: 736 Website : http://wwwstaklimpondoketungnet Jln Raya Kodam Bintaro No Jakarta Selatan

Lebih terperinci

NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG

NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG NO WILAYAH KD NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG 1 KEPULAUAN SERIBU P3101020101 PUSKESMAS KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA/RB KEPULAUAN SERIBU UTARA Kel. Pulau Kelapa Kec. Kep. Seribu Utara 2 KEPULAUAN SERIBU

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju

Lebih terperinci

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi ketinggian permukaan tanah dari data DEM, penggabungan Peta Aliran

Lebih terperinci

NO NAMA KEGIATAN LOKASI KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN

NO NAMA KEGIATAN LOKASI KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN Tabel : UP-2. KEGIATAN FISIK LAINNYA OLEH INSTANSI DAN MASYARAKAT Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 1 Pemasangan Perangkat Telemetri Pengukur Tinggi Muka Air dan Pengukur Curah Hujan DKI Jakarta Dinas

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Jl. K.H. Mas Mansyur/Jl. H. Awaludin II Tanah Abang Telp. 3901367, 3144579, 3144023 Fax. 3144579 Jakarta 10230 REKAP:

Lebih terperinci

ALAMAT PUSKESMAS KECAMATAN & KELURAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

ALAMAT PUSKESMAS KECAMATAN & KELURAHAN PROVINSI DKI JAKARTA ALAMAT PUSKESMAS KECAMATAN & KELURAHAN PROVINSI DKI JAKARTA Jakarta Pusat 1. Puskesmas Kecamatan Kemayoran Alamat : Jl. Serdang baru I Telepon : (021) 4244277, 42801847 2. Puskesmas Kelurahan Utan Panjang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BADAN AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Jl. K.H. Mas Mansyur/Jl. H. Awaludin II Tanah Abang Telp. 3901367, 3144579, 3144023 Fax. 3144579 Jakarta 10230 REKAP:

Lebih terperinci

Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini

Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini page 1 / 18 Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Muhamad Hasan melakukan Ground Breaking Jakarta Urgent Flood Mitigation

Lebih terperinci

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Kelahiran dan Kematian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta 1 di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Perkembangan

Lebih terperinci

NO KD NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG 1 P PUSKESMAS KEC. JAGAKARSA JAGAKARSA Jl. Moh. Kahfi Rt. 008/06-6, , P

NO KD NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG 1 P PUSKESMAS KEC. JAGAKARSA JAGAKARSA Jl. Moh. Kahfi Rt. 008/06-6, , P NO KD NAMA KECAMATAN ALAMAT LAT LONG 1 P3171010101 PUSKESMAS KEC. JAGAKARSA JAGAKARSA Jl. Moh. Kahfi Rt. 008/06-6,316111 106,811667 2 P3171010202 PUSKESMAS KEL. JAGAKARSA I JAGAKARSA Jl. Raya Jagakarsa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I

Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Tabel Peubah Yang Digunakan pada Analisis Hayashi I No Peubah Kategori 1 Kegiatan 1 6 2 Usia 1= 0-15 2 3 4 5 2= 16-30 3= 31-45 4= >45 3 Status di 1= Ayah 2= Ibu 3= Anak 4= Anggota

Lebih terperinci

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 1 Waduk Melati Jalan Teluk Betung Kelurahan Waduk ini dikelola oleh PWSCC Waduk ini berfungsi

Lebih terperinci

DAFTAR SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI PROVINSI DKI JAKARTA

DAFTAR SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI PROVINSI DKI JAKARTA DAFTAR SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI PROVINSI DKI JAKARTA Lampiran : Surat Tugas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta nomor : tanggal : No I Jakarta Pusat 1 Tanah Abang 1 Bendungan Hilir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12 Lintang Selatan dan 106 o 48 Bujur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Peta Penurunan Tanah Jakarta Dari nilai penurunan tanah pada metoda GPS dan Sipat datar dapat dihasilkan peta penurunan muka tanah wilayah Jakarta yang menunjukkan besar penurunan

Lebih terperinci

DAFTAR KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA (KLU) WAJIB PAJAK URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA

DAFTAR KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA (KLU) WAJIB PAJAK URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 9/PJ/2008 TENTANG : TEMPAT PENDAFTARAN BAGI WAJIB PAJAK TERTENTU DAN ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK TERTENTU DAFTAR KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

Jl. Parang Tritis VI No. 2, Pademangan. Jl. Kampung Muka No.420, Pademangan

Jl. Parang Tritis VI No. 2, Pademangan. Jl. Kampung Muka No.420, Pademangan Nama Sekolah SDN ANCOL 01 PG. SDN ANCOL 03 PG. SDN ANCOL 04 PT. SDN CILINCING 01 PG. SDN CILINCING 02 PG. SDN CILINCING 03 PG. SDN CILINCING 04 PT. SDN CILINCING 05 PG. SDN CILINCING 06 PG. SDN CILINCING

Lebih terperinci

Berikut adalah data DAYA TAMPUNG SEMENTARA pada masing-masing SMA Negeri yang melaksanakan proses PPDB online. Update terakhir: 29/06/2010 12:54:15 WIB. Sumber : http://sma.ppdbdki.org/# NO NAMA SEKOLAH

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 215 2.4. Inventarisasi Sungai 2.4.1. Kondisi Sungai di Provinsi DKI Jakarta Saat ini penduduk di Provinsi DKI Jakarta masih menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur)

KUESIONER ANALISIS HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian. No. KUESIONER ANALISIS HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) Responden Yth. Saya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama untuk memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan khususnya air

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyediaan fasilitas infrastruktur merupakan tanggungjawab pemerintah dan dananya diambil dari anggaran tahunan pemerintah. Pada satu pihak anggaran pemerintah tidak

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN NOMOR TENTANG PENUNJUKKAN NAMA-NAMA TK, SD, SMP DAN SMA/SMK PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PETA KAWASAN RAWAN KONFLIK PROVINSI DKI JAKARTA

PETA KAWASAN RAWAN KONFLIK PROVINSI DKI JAKARTA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI DKI JAKARTA PETA KAWASAN RAWAN KONFLIK PROVINSI DKI JAKARTA JAKARTA SELATAN, JAKARTA TIMUR, JAKARTA BARAT, JAKARTA PUSAT, JAKARTA UTARA 2015 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS A. Pendahuluan Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang melanda di setiap wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2781 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN KUASA PENGGUNA ANGGARANjKUASA PENGGUNA BARANG PADA SATUAN

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

ZONA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ZONA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Lampiran III : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 737 Tahun 2014 Tanggal : 14 Mei 2014 ZONA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Page 1. Mesin Yang Tidak Aktif Per Tanggal : 01 Juni 2015 Pkl : 17:00:00

Page 1. Mesin Yang Tidak Aktif Per Tanggal : 01 Juni 2015 Pkl : 17:00:00 Mesin Yang Tidak Aktif Per Tanggal : 01 Juni 2015 Pkl : 17:00:00 No Serial Lokasi SKPD 0797142100146 000001863 Balai Tekhnologi Penangkapan Ikan 1731451310079 000000204 BIRO KEPALA DAERAH DAN KERJASAMA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

Tabel : UP-9. PRODUK HUKUM BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2015

Tabel : UP-9. PRODUK HUKUM BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2015 Tabel : UP-9. BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH 1 Peraturan Daerah 6 1999 Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2 Peraturan Daerah 2 2005 Pengendalian

Lebih terperinci

LOW CARBON DEVELOPMENT POLICY DI DKI JAKARTA

LOW CARBON DEVELOPMENT POLICY DI DKI JAKARTA CARBON FINANCE CAPACITY BUILDING WORKSHOP JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2011 LOW CARBON DEVELOPMENT POLICY DI DKI JAKARTA OLEH: SARWO HANDHAYANI KEPALA BAPPEDA PROV. DKI JAKARTA 1. KONDISI DKI JAKARTA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KINERJA KEGIATAN TAHUN : 2008

PENCAPAIAN KINERJA KEGIATAN TAHUN : 2008 KINERJA TAHUN : 2008 Instansi : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta PROGRAM URAIAN INDIKATOR KERJA CAPAIAN () Rp 28.000.000.000,00 26.422.262.77,00 94,37 m 934.60,00 934.60,00 00,00 Program Pemeliharaan

Lebih terperinci