INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT"

Transkripsi

1 INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karolina Sherly Orianto 1, M. Sumaryono 1 dan Johanes Johny Hang Kueng 2 1 Laboratorium Inventarisasi dan Perencanaan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda. 2 Laboratorium Sosial Ekonomi Fahutan Unmul, Samarinda. ABSTRACT. Inventory of Integrated Tourism Potential of Padang Luway Nature Reserve with Other Tourism Sites in West Kutai Regency. West Kutai Regency was established under Law Number 47 Year 1999, is rich with natural resources as well as full with unique cultural heritages, giving the area a great potentiality to be a tourism destination. Padang Luway Nature Reserve besides cultural tourism object such as lamin (East Kalimantan s traditional house), traditional dance and local ceremonies, is one of tourism objects found to be attracting tourists to visit West Kutai Regency. The aims of this research were to identify the type of vegetation and the fauna found in the Padang Luway Nature Reserve which is one of the natural tourist attractions in the West Kutai Regency; to identify other tourist attractions; to analyze the strength, the weakness, the opportunity and the existence threat of the Nature Reserve as well as other tourist attractions and what strategies were based on the results of the analysis in developing tourism in the West Kutai Regency. The research resulted that there were about 759 known individuals from various types of vegetation in the level of epiphytes which was dominated by the black orchid (Coelogyne pandurata Lindl.). Approximately 555 individuals of different types of vegetation were the host of the orchids. There were also found some mammals, reptiles, birds, butterflies, fishes, shrimps and crabs. There were also nature and cultural tourisms. The Regency Government, in this case the Office of Tourism, Art and Culture had made some efforts to manage those tourism objects, but these steps were barely enough since some of them were abandoned. This made the available structure and infrastructure vulnerable to destruction. The differing perception between BKSDA and the Office of Tourism in the management and use of Nature Reserve could negatively affect the existence of the Reserve itself. The lack of promotion by the Office of Tourism resulted in ever-decreasing number of visitors coming to the tourism objects from year to year. Information on the sites which was incomplete an unattractive had worsened the situation. In the future, a good coordination between the Office of Tourism and the local communities is essential, creating a sense of participation from the part of those communities. Coordination between BKSDA and the Office of Tourism also needs improvement, besides promotion about the tourism objects in a complete and interesting ways. Kata kunci: inventarisasi, potensi wisata, Cagar Alam Padang Luway Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah km² (10,55% dari luas Indonesia) terbagi atas 9 kabupaten dan 4 kotamadya. Salah satunya adalah Kabupaten Kutai Barat yang beribukota di Sendawar. Merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1999 (Anonim, 2001).

2 169

3 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER Kabupaten Kutai Barat kaya akan sumberdaya alam hayati dan budaya khas daerah. Potensi yang ada perlu diperhatikan dan dikelola sehingga dapat menjadi objek daya tarik wisata, baik lokal maupun internasional sehingga dapat membantu pertumbuhan perekonomian daerah. Potensi wisata yang ada dapat berkembang, jika terdapat informasi yang mendukung mengenai suatu kawasan yang akan dikunjungi. Peta merupakan salah satu kunci penyedia informasi bagi para wisatawan, dengan adanya peta sebagai sarana komunikasi maka pada saat ini sangatlah tepat untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya alam dan potensi budaya selengkap-lengkapnya melalui media ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway yang merupakan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Kutai Barat; untuk mengetahui objek wisata lainnya pada jarak 0 10 km, km, km dan km sekitar Cagar Alam Padang Luway; menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman keberadaan Cagar Alam Padang Luway serta objek wisata lainnya dan strategi apa yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat. Penelitian ini diharapkan diketahuinya jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway; dapat diketahui objek wisata lainnya pada jarak 0 10 km, km, km dan km sekitar Cagar Alam Padang Luway dan adanya strategi yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama ±7 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli yang meliputi tahap persiapan, survei lapangan. pengumpulan dan input data. Objek dalam penelitian ini adalah Cagar Alam Padang Luway dan kawasan wisata lainnya di sekitar Cagar Alam Padang Luway. Untuk mengumpulkan data di lapangan berupa data potensi ekowisata dilakukan dengan cara inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata langsung di lokasi penelitian. Data yang diambil antara lain foto, deskripsi mengenai potensi dan lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana. Data potensi biologi berupa vegetasi diambil dengan cara pembuatan petak penelitian Untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat pancang digunakan Nilai Penting Jenis (NPJ) menurut Curtis dan Cottam (1964) dengan rumus NPJ (%) = KR (%) + DR (%) + FR (%), sedangkan untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat epifit seperti Anggrek, menurut Numata (1958) dalam Bratawinata (1998) digunakan rumus Sum of Dominance Ratio (SDR2) = {N (%) + F (%) / 2)} Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilakukan analisis prospek pengembangan ekowisata dengan analisis SWOT yang terdiri dari analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

4 171 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu Hasil identifikasi disusun dalam format matriks SWOT menurut Rangkuti (2003). Pembuatan peta dengan komputer tahapan-tahapannya antara lain: input data meliputi pendigitasian peta dan data tabular. Digitasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Arcview GIS 3,3; pendigitasian peta berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Kalimantan Timur Terbitan Bakosurtanal Tahun 1993; proses editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah digitasi peta yakni melakukan pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses digitasi; Agar dapat dilakukan link antara peta dan data tabular, maka dilakukan proses pemberian kode untuk setiap objek pada peta. Kode tersebut harus sama dengan yang ada pada data tabular; Proses selanjutnya adalah proyeksi peta digital. Semua peta digital diproyeksikan ke dalam proyeksi latitude longitude, agar mempunyai sistem koordinasi yang bersifat universal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Barat secara geografis terletak pada posisi BT dan LU LS. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau dan Negara Bagian Serawak (Malaysia Timur); sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tabang, Kecamatan Kembang Janggut, Kecamatan Muara Wis dan Kecamatan Muara Muntai Kabupaten Kutai Kartanegara; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Long Kali dan Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara; Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah administrasinya meliputi 21 Kecamatan dengan 223 Desa (Kampung) dengan luas keseluruhan wilayah Kabupaten ini adalah ± ha. Topografi wilayah Kabupaten Kutai Barat umumnya didominasi oleh daerah berbukit, bergelombang hingga landai/ datar. Daerah berbukit-bukit tersebar pada wilayah utara dan selatan, sedangkan daerah datar hingga bergelombang mendominasi wilayah tengah dan selatan. Untuk kelerengan, wilayah Kabupaten Kutai Barat mempunyai kelas lereng yang beragam dari datar sampai sangat curam di atas 40%. Menurut peta jenis tanah yang diterbitkan oleh Bappeda Provinsi Kalimantan Timur tahun 2002 skala 1: , jenis tanah didominasi oleh jenis podsolik yaitu sebesar 75,33% dari keseluruhan wilayah. Karakteristik iklim di Kabupaten Kutai Barat termasuk dalam kategori iklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara mm/thn. Temperatur udara minimum rata-rata adalah 21 C dan maksimun 34 C, dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5 7 C. Temperatur minimum pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Januari, sedangkan temperatur maksimum umumnya terjadi antara bulan Juli hingga Agustus. Kelembapan udara rata-rata mencapai 80%, dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot/jam. Wilayah Kabupaten Kutai Barat yang termasuk tipe hutan hujan tropis mempunyai jenis

5 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER tumbuhan yang sangat beraneka ragam dan dari segi ekonomi bernilai tinggi. Jenis pohon umumnya didominasi oleh Shorea dan jenis kayu khas Kalimantan yaitu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sekarang sudah mulai langka. Jenis liana yang berharga adalah jenis rotan (Calamus sp.) dan bermacam-macam jenis epifit seperti anggrek dan kantong semar. Jenis satwa yang banyak terdapat di Kabupaten Kutai Barat terutama adalah owa-owa (Hylobatus mueleri), trenggiling (Manis javanicus), kancil (Tragulus javanicus), babi hutan (Sus barbatus) dan lain-lain. Beberapa di antaranya adalah dari jenis satwa yang dilindungi seperti rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), burung enggang (Bucheros sp.). Berdasarkan peta sarana perhubungan dari Bappeda Kabupaten Kutai Barat skala 1 : , sungai-sungai di Kabupaten Kutai Barat berpola percabangan seperti pohon (dentritic pattern). Pola ini terjadi pada lapisan batuan yang memberikan ketahanan yang seragam terhadap terjadinya erosi. Pola ini tampak terlihat pada Sungai Mahakam mulai dari bagian ulu sampai ilir dengan beberapa anak sungainya yang cukup besar yaitu Sungai Tepai, Boh, Nyaan, Pari, Nyerubungan, Muyub, Ninjah dan sungai-sungai lainnya. Jaringan jalan di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jalan nasional, perbatasan, provinsi dan jalan kabupaten. Jalan provinsi di Kabupaten Kutai Barat merupakan jaringan jalan lintas tengah yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Dari 21 kecamatan, hanya 15 kecamatan yang sudah dapat dilalui transportasi darat sedangkan 6 kecamatan yaitu Kecamatan Long Apari, Long Pahangai, Long Bagun, Laham, Long Hubung dan Kecamatan Penyinggahan belum dapat dilalui dengan transportasi darat. Penduduk asli Kabupaten Kutai Barat adalah Suku Dayak Aoheng, Bahau, Kenyah, Tunjung, Benuaq, Bentian dan Kutai, sedangkan penduduk pendatang antara lain Suku Jawa, Banjar, Bugis, Toraja dan Flores. Sebagian besar penduduk Kutai Barat bermata pencaharian sebagai seorang nelayan bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir, seorang petani bagi yang tinggal di daerah daratan dan juga sebagai seorang pedagang. Menurut Fitri (2004) yang dikutip dari Anonim (1960), tingkat kategori kepadatan penduduk (jiwa/km²) dibagi menjadi 4 kelas: sangat padat (>400 jiwa/km²), cukup padat ( jiwa/km²), kurang padat ( jiwa/km²) dan tidak padat (<50 jiwa/km²). Berdasarkan data jumlah penduduk dan penyebarannya di Kabupaten Kutai Barat tahun 2006, kepadatan rata-rata penduduk adalah sebanyak 5,21 jiwa/km². Ini berarti masuk dalam kategori tidak padat (<50 jiwa/km²). Strukutur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRB-nya. Sepanjang tahun 2006, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor unggulan yang memberikan kontribusi yang cukup besar, lalu disusul oleh sektor pertanian dan sektor bangunan atau konstruksi. Gambaran Umum Cagar Alam Padang Luway Secara geografis terletak pada posisi LS dan

6 173 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu BT. Cagar Alam Padang Luway ini mempunyai batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Barong Tongkok; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Melak; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Melak dan Kecamatan Muara Lawa; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Damai. Cagar Alam Padang Luway seluas ha ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor: 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan dengan petak berukuran 100x100 atau 1 ha didapatkan sekitar 759 individu dari berbagai jenis anggrek, kantong semar dan seragatongau. Jenis anggrek yang mendominasi adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) yaitu sebesar 228,836%, kantong semar (Nepenthes sp.) sebesar 45,947% dan anggrek merpati (Dendrobium cruminatum Sw.) sebesar 44,156%. Jenis anggrek lainnya yang mendominasi di Cagar Alam Padang Luway dapat dilihat pada Tabel 1. No. Nama daerah Jenis Tabel 1. Dominasi Vegetasi Tingkat Epifit Nama latin 1 Anggrek Akar Taeniophyllum annuliferum Carr. 2 Anggrek Dendrobium Anyaman aloifolium (Bl.) Reich.f 3 Anggrek Dendrobium Bambu acuminatissimum Lindl. 4 Anggrek Bulu Eria pannea Landak Lindl. 5 Anggrek Bulu Dendrobium Rindu uniflorum Griff. 6 Anggrek Coelogyne Hitam pandurata Lindl. 7 Angggrek Kalajengking 8 Anggrek Bulbophyllum Kipas lepidum JJ.Sm. 9 Anggrek Bulbophyllum Kumis vaginatum (Lindl). Kucing Reichb.f 10 Anggrek Lentera 11 Anggrek Dendrobium Merpati cruminatum Sw. 12 Anggrek Pandurata Bulat individu plot ditemukan suatu jenis N (%) Frekuensi F (%) SDR2 (%) 2 2 0,568 0,020 2,899 1, ,932 0,240 34,783 23, ,284 0,010 1,449 0, ,568 0,020 2,899 1, ,557 0,070 10,145 6, ,855 0, , , ,420 0,040 5,797 3, ,568 0,020 2,899 1, ,693 0,100 14,493 9, ,284 0,010 1,449 0, ,239 0,380 55,072 44, ,420 0,300 43,478 34,949

7 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER Tabel 1 (lanjutan) No. Nama daerah 13 Anggrek Penunjuk Langit 14 Anggrek Ratap Tangis 15 Anggrek Tebu 16 Kantong Semar Jenis Nama latin Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq individu plot ditemukan suatu jenis N (%) Frekuensi F (%) SDR2 (%) 4 3 1,136 0,030 4,348 2, ,568 0,020 2,899 1,733 Grammatophyllum 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 speciosum Nepenthes sp ,125 0,440 63,768 45, Seragatongau Coelogyne foerstermanii Reichb.f ,693 0,100 14,493 9,093 Jumlah ,480 2, , ,533 Selain anggrek di dalam petak yang berukuran 100x100 m atau 1 ha ini ditemukan juga berbagai jenis vegetasi tingkat pancang yang merupakan inang bagi anggrek. Ditemukan sekitar 555 individu dari berbagai jenis vegetasi tingkat pancang. Jenis yang mendominasi adalah way (Eugenia sp.) yaitu sebesar 71,353%, berengganyi (Vaccinium voringaefolium) sebesar 69,042% dan pelawan (Tristania obovata) sebesar 39,713%. Cagar Alam Padang Luway yang memiliki tipe hutan kerangas dan hutan hujan tropis merupakan habitat yang sangat tepat bagi satwa untuk berlindung. Jenis-jenis satwa yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway ini sangat kompleks, antara lain dari jenis mamalia, reptilia, aves, serangga dan pisces. Salah satu dari satwa yang ada merupakan jenis satwa yang langka sehingga statusnya dilindungi. Daerah penyebaran satwa ini umumnya terdapat di sepanjang aliran Sungai Nabah, Pesing dan Sungai Luway. Jenis satwa yang ada di Cagar Alam Padang Luway ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis-jenis Fauna (Satwa) yang Terdapat di Cagar Alam Padang Luway No. Jenis Nama daerah Nama ilmiah Status A Mamalia 1 Babi Hutan Sus barbatus 2 Warik Macaca fascicularis 3 Owa-owa Hylobatus mueleri 4 Rusa Cervus unicolor Dilindungi 5 Kijang Muntiacus muntjak Dilindungi 6 Kancil/Pelanduk Tragulus javanicus Dilindungi B Reptilia 1 Kadal Mabouya sp. 2 Biawak Varanus sp.

8 175 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu Tabel 2 (lanjutan) No. Jenis Nama daerah Nama ilmiah Status C Aves 1 Enggang/Rangkong Bucheros sp. Dilindungi 2 Beo Graculla religiosa Dilindungi 3 Punai Treron sp. 4 Pergam Ducula sp. 5 Parkit 6 Murai Copsycus malabricus 7 Gagak 8 Alap-alap Elanus caeruleus D Serangga 1 Kupu-kupu Omitopthera sp. 2 Undur-undur 3 Semut 4 Lalat 5 Lebah 6 Capung E. Pisces 1 Gabus Ophiocephalus striatus 2 Lele Clarias batrachus 3 Udang 4 Kepiting Objek Wisata di Kabupaten Kutai Barat Objek wisata di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari objek wisata alam dan wisata budaya. Objek wisata alam yang ditawarkan adalah keindahan dan keunikan alam berupa panorama alam sekitar hutan, air terjun, sungai, danau, riam dan gua, sedangkan objek wisata budaya yang ditawarkan adalah gambaran kehidupan masyarakat adat setempat berupa upacara adat, tarian tradisional, rumah adat, situs purbakala. Objek wisata alam dan objek wisata budaya yang ada di Kabupaten Kutai Barat pada jarak 0 10 km, km, km dan km sekitar Cagar Alam Padang Luway dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk memudahkan wisatawan mengunjungi objek wisata alam dan budaya yang ada di Kabupaten Kutai Barat, maka dibuatlah peta objek wisata alam dan peta objek wisata budaya pada jarak 0 10 km, km, km dan km. Tabel 3. Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Budaya pada Jarak 0 10 Km, Km, Km dan Km Sekitar Cagar Alam Padang Luway Jenis objek Jarak wisata (km) Nama objek wisata Letak Objek Wisata 0 10 Air Terjun Gemuruh Kp. Sekolaq Darat, Kec. Sekolaq Darat Alam Air Terjun Gronggong Kp. Engkuni Pasek, Kec. Barong Tongkok

9 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER Tabel 3 (lanjutan) Jenis objek Jarak wisata (km) Nama objek wisata Letak Objek Wisata Alam 0 10 Air Terjun Gancir Dsn. Busur Kp. Barong Tongkok, Kec. Barong Tongkok Danau Tolan Kp. Lambing, Kec. Muara Lawa Air Terjun Manarung Kp. Ombau Asa, Kec. Barong Tongkok Air Terjun Mapan Kp. Linggang Mapan, Kec. Linggang Bigung Batu Begulur Kp. Linggang Mapan, Kec. Linggang Bigung Air Terjun Inar Kp. Temula, Kec. Nyuatan Simpukng Jaraas Kp. Linggang Bigung, Kec. Linggang Bigung Telaga Biru Aco Kp. Linggang Melapeh, Kec. Linggang Bigung Danau Beluq Kp. Dempar, Kec. Nyuatan Danau Bahada Kp. Tering Lama, Kec. Tering Taman Anggrek Kampung Abit Kp. Abit, Kec. Muara Pahu Gua Jempangen Kp. Dilang Puti, Kec. Bentian Besar Danau Jempang Kec. Jempang Riam Muring Sungai Ratah, Kec. Long Hubung Air Terjun Bertingkat Sungai Alan Kp. Batu Majang, Kec. Long Bagun Riam Udang Kec. Long Pahangai Air Terjun Biha Nyani Kp. Datah Naha, Kec. Long Pahangai Riam Sungai Mahakam (Riam Kp. Long Tuyoq, Kec. Long Pahangai Panjang) Objek Wisata 0 10 Museum Mencimai Papatn Puti Kp. Mencimai, Kec. Barong Tongkok Budaya Lamin Adat Pepas Eheng Kp. Pepas Eheng, Kec. Barong Tongkok Upacara Adat Kwangkay Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai Upacara Adat Beliatn Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai Tari Gantar Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai Tari Jepen Kec. Melak, Muara Lawa Lamin Adat Geleo Baru Kp Geleo Baru, Kec Barong Tongkok Upacara Adat Kwangkay Kec. Nyuatan, Linggang Bigung, Manor Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai Upacara Adat Beliatn Kec. Nyuatan, Linggang Bigung, Manor Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai Tari Ngelewai Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai, Nyuatan, Linggang Bigung, Manor Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai Lamin Adat Tering Kp Tering Lama, Kec. Tering Upacara Adat Laliiq Ugaal Kec. Tering Hudoq Kec. Tering

10 177 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu Tabel 3 (lanjutan) Jenis objek Jarak wisata (km) Nama objek wisata Letak Objek Wisata Lamin Adat Mancong Kampung Mancong, Kec. Jempang Budaya Tari Perang Kec. Long Hubung, Laham Tari Enggang Kec. Long Hubung, Laham Upacara Adat Lepoq Majau Kec. Long Hubung Upacara Adat Alaaq Ta u Kampung Batu Majang, Kec. Long Bagun Tari Hudoq Kec. Laham, Long Bagun, Long Pahangai Tari Punan Letto Kec. Long Bagun, Long Pahangai Kp. = Kampung. Kec. = Kecamataan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) Dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat ada kekuatan dan kelemahan yang timbul dari objek wisata itu sendiri, ada pula peluang dan ancaman yang dihadapi. Analisis SWOT berikut memaparkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman keberadaan Cagar Alam Padang Luway dan objek wisata lainnya di Kabupaten Kutai Barat seperti terlihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Keberadaan Cagar Alam Padang Luway (CAPL) Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Pengawasan CAPL 1. Adanya komitmen 1. Ancaman yang masih kurang untuk terlibat dalam kebakaran hutan di intensif. CAPL dengan pengelolaan CAPL musim kemarau dan luas ±5000 ha, dijaga baik dari pemerintah adanya titik-titik api. oleh 2 orang pengawas pusat, kabupaten dan masyarakat sekitar. 1. CAPL memiliki potensi dan daya tarik untuk dijadikan objek wisata dengan adanya Anggrek Hitam yang unik dan endemik serta berbagai jenis flora dan fauna lainnya. 2. CAPL selama ini menjadi tanggung jawab BKSDA sebagai unit pelaksana teknis di bawah Dirjen PHKA 3. Adanya dukungan dari berbagai pihak antara lain Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, Kecamatan Sekolaq Darat, Desa yang berbatasan (Sekolaq Darat, Empas dan Keay), LSM Bioma. 2. Lemahnya koordinasi antara para pihak yang terkait dengan CAPL. 3. Perbedaan persepsi antara pihak terkait mengenai kepentingan dan pengelolaan CAPL. 2. Peluang pengembangan ekowisata yang tidak mengganggu kawasan. 3. CAPL meningkatkan PAD dari retribusi pengunjung. 2. Populasi Anggrek semakin menurun akibat kebakaran dan pencurian. 3. Penurunan kualitas ekosistem CAPL akibat kebakaran hutan yang berulang.

11 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 4. CAPL letaknya sangat strategis dekat 4. Kurangnya pemahaman masyarakat sekitar CAPL 4. CAPL berpotensi untuk meningkatkan pendapatan 4. Sengketa batas kawasan CAPL dengan ibukota mengenai status kawasan masyarakat sekitar melalui dengan batas desa kabupaten dan mudah konservasi. pengembangan ekowisata. oleh masyarakat dijangkau (darat, (terutama desa Keay dan Empas). sungai maupun udara). 5. Penanganan budi daya Anggrek belum serius dan sekarang tidak jalan lagi. 6. Kurangnya kesadaran pihak-pihak terlait terhadap CAPL dalam hal tugas dan tanggung jawab. 7. Sarana dan prasarana bagi pengawas CAPL yang kurang memadai. 5. CAPL memiliki potensi sebagai tempat penelitian dan pengembangan pendidikan konservasi. 5. Ketidakharmonisan komunikasi antara berbagai pihak yang berkaitan dengan CAPL menimbulkan permasalahan yang semakin rumit. Tabel 5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Keberadaan Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Budaya di Kabupaten Kutai Barat Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Terjadi degradasi 1. Minat wisatawan lingkungan karena melakukan aktivitas kegiatan industri logging ekowisata yang berbasis dan pertambangan. alam dan budaya. 1. Kabupaten Kutai Barat memiliki potensi SDA dan SDM yang dapat dijadikan objek wisata dan berpotensi untuk dikembangkan. 2. Kemajemukan dan keramahtamahan masyarakat sebagai destinasi pariwisata. 3. Adanya komitmen yang kuat dari pemerintah kabupaten. 4. Akomodasi (penginapan), sarana transportasi yang memadai. 2. Aksesibilitas yang terbatas dan relatif mahal. 3. Keterbatasan dana berkaitan dengan pengembangan SDM dan kelembagaan. 4. Belum adanya informasi data dasar atraksi wisata setempat. 5. Kurangnya promosi. 2. Tumbuhnya pasar regional di kawasan Asia Tenggara. 3. Visit Indonesia Year Kemajuan teknologi informasi seperti website promotion, media tv, e-business dan lain-lain. 1. Kompetisi kesamaan produk yang ditawarkan negara tetangga. ASEAN, terutama Malaysia. 2. Adanya persaingan antar daerah dan wilayah lain di Indonesia. 3. Kerusakan lingkungan dan kebakaran hutan. 4. Konflik antara pemerintah, swasta dan masyarakat mengenai pemanfaatan dan pengelolaan suatu kawasan.

12 179 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka dapat diambil suatu keputusan dalam mengembangkan objek wisata yang ada di Kabupaten Kutai Barat, yaitu: (i) perlu diadakan koordinasi antara berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat (ii) pengelolaan dan pengawasan terhadap objek-objek wisata yang ada (iii) akomodasi yang memadai dalam menunjang kegiatan pengembangan pariwisata (iv) promosi dalam usaha menarik minat wisatawan untuk berkunjung. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil inventarisasi di Cagar Alam Padang Luway dengan petak berukuran 100x100 m (1 ha) diketahui terdapat sekitar 759 individu dari berbagai jenis vegetasi tingkat epifit. Jenis yang mendominasi adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) yaitu sebanyak 228,836%, kantong semar (Nepenthes sp.) 45,947% dan anggrek merpati (Dendrobium cruminatum Sw.) 44,156%. Pada petak berukuran 1 ha tersebut ditemukan sekitar 555 individu berbagai jenis vegetasi tingkat pancang yang merupakan inang bagi anggrek. Jenis yang mendominasi adalah way (Eugenia sp.) sebanyak 71,353%, berengganyi (Vaccinium voringaefolium) 69,042% dan pelawan (Tristania obovata) 39,713%. Jenis-jenis satwa yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway sangat kompleks antara lain dari jenis mamalia seperti rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus). Jenis reptilia seperti kadal (Mabouya sp.), biawak (Varanus sp.). Jenis burung seperti enggang (Bucheros sp.), beo (Graculla religiosa), punai (Treron sp.). Jenis serangga seperti kupu-kupu (Omitopthera sp.), undur-undur, lebah. Jenis ikan seperti gabus (Ophiocephalus stratus), lele (Clarias batrachus), udang dan kepiting. Wisata alam pada jarak 0 10 km sekitar Cagar Alam Padang Luway adalah Air Terjun Gemuruh, Air Terjun Gancir dan Danau Tolan. Wisata budayanya adalah Museum Mencimai Papatn Puti, Lamin Adat Pepas Eheng, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn dan lainnya. Wisata alam pada jarak km adalah Air Terjun Manarung, Air Terjun Mapan, Batu Begulur, Air Terjun Inar, Simpukng Jaraas, Telaga Biru Aco, Danau Beluq, Danau Bahada dan Taman Anggrek Kampung Abit. Wisata budayanya adalah Lamin Adat Geleo Baru, Lamin Adat Tering, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn, Tari Gantar, Tari Jepen dan Tari Ngelewai. Wisata alam pada jarak km adalah Gua Jempangen, Danau Jempang dan Riam Muring. Wisata budayanya adalah Lamin Adat Mancong, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn, Hudoq, Tari Gantar, Tari Enggang dan Tari Perang. Wisata alam pada jarak km adalah Air Terjun Bertingkat Sungai Alan, Riam Udang, Air Terjun Biha Nyani dan Riam Sungai Mahakam (Riam Panjang). Wisata budayanya adalah Hudoq, Tari Perang, Tari Punan Letto dan Tari Enggang. Dalam mengembangkan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, faktor

13 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Kekuatan dalam mengembangkan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat adalah potensi sumber daya alam dan budaya yang dimiliki, adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat serta kemajemukan masyarakat sebagai destinasi pariwisata. Kelemahannya adalah lemahnya koordinasi antara pihak terkait, perbedaan persepsi antara pihak terkait mengenai kepentingan dan pengelolaan objek wisata. Peluangnya antara lain objek wisata meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui pengembangan ekowisata. Ancaman pengembangan objek wisata antara lain persaingan antar daerah dan wilayah lain di Indonesia, kerusakan lingkungan dan kebakaran hutan, kompetisi kesamaan produk yang ditawarkan oleh negara tetangga ASEAN terutama Malaysia dan adanya tuntutan Internasional tentang kualitas lingkungan. Saran Perlunya koordinasi antara Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dengan masyarakat sekitar dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam mengelola kawasan objek wisata, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan terbukanya lapangan kerja dan kawasan objek wisata menjadi lebih aman. Perlu dicari pemecahan masalah antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengenai kepentingan dan pengelolaan Cagar Alam Padang Luway, karena bila masalahnya terus berlarut-larut akan berdampak negatif bagi pengelolaan Cagar Alam Padang Luway ke depan. Perlu dilakukan promosi untuk menarik minat para wisatawan. Promosi dapat melalui media televisi, internet, brosur dan biro perjalanan. Pada saat mempromosikan suatu objek wisata dibuat semenarik mungkin lengkap dengan penjelasan mengenai daya tarik suatu objek wisata, sarana dan prasarana yang tersedia, aksesibilitas serta biaya perjalanan. Perlu diadakan pelatihan bagi masyarakat yang lapangan pekerjaannya berkaitan dengan jasa wisata, sehingga mereka dapat menjalankan pekerjaannya dengan maksimal. DAFTAR PUSTAKA Anonim Program Kehutanan Kabupaten Kutai Barat. KKPKD Kutai Barat, Sendawar. Bratawinata, A.A Ekologi Hutan Hujan Tropis dan Metode Analisis Hutan. Laboratorium Ekologi dan Dendrologi Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Curtis, J.T. and G. Cottam Plant Ecology Work Book. Burgess Publishing Company, Minnesota. Fitri, F Identifikasi Kawasan Hutan Lindung dan Pola Pemanfaatan Lahan Menggunakan SIG dan Penginderaan Jauh di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda. 165 h. Rangkuti, F Analisis SWOT. Teknik Membelah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

14

LUAS TANAM, LUAS PANEN, TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2010. Luas Panen (Ha)

LUAS TANAM, LUAS PANEN, TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2010. Luas Panen (Ha) LUAS TANAM, LUAS PANEN, TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH Luas Tanam 010 BONGAN 310 310 40,79 1.264 020 JEMPANG - - - - 030 PENYINGGAHAN 3 3 39,52 12 040 MUARA PAHU 20 20 40,25 81 041 SILUQ

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS KALIMANTAN TIMUR

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS KALIMANTAN TIMUR DAERAH (Rp. 1 Berau 1 Tanjung Redeb 1.280 1.280 640 640 2 Batu Putih 900 900 450 450 3 Biatan 900 900 450 450 4 Biduk-Biduk 900 900 450 450 5 Gunung Tabur 200 200 200 0 6 Kelay 900 900 450 450 7 Maratua

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PASER 64.01 PASER 136.390 120.488 256.88 1 64.01.01 BATU SOPANG 12.838 10.243 23.081 2 64.01.02 TANJUNG HARAPAN 4.598 4.153 8.51 3 64.01.03 PASIR BALENGKONG 13.565 12.116 25.681 4 64.01.04

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

Penutup. Sekapur Sirih

Penutup. Sekapur Sirih Kabupaten Kutai Barat Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan

Lebih terperinci

Propinsi KALIMANTAN TIMUR. Total Kabupaten/Kota

Propinsi KALIMANTAN TIMUR. Total Kabupaten/Kota Propinsi KALIMANTAN TIMUR Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 14 : 139 : Rp. 153.755 : Rp. 35.348 : Rp. 189.103 243 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUTAI BARAT No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 1.398 RUMAH TANGGA, TURUN 77,58 PERSEN

Lebih terperinci

Lampiran I.64 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.64 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.64 5/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota. KOTA SAMARINDA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN NYUATAN, KECAMATAN SILUQ NGURAI, KECAMATAN MANOR BULATN, KECAMATAN TERING, KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu Kota dari Kabupaten ini adalah Malinau Kota. Berikut

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Sendawar, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat. Akhmad Fikri, S.ST

Seuntai Kata. Sendawar, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat. Akhmad Fikri, S.ST Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS). Setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963 pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, dilakukan berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2OI4 sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, dilakukan berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2OI4 sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang KOMISI PEMILIHAN UTUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 608/Kpts/KPU/TAHUN 20 14 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR: 115/Kpts/KPU/TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

UU 47/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN NUNUKAN, KABUPATEN MALINAU, KABUPATEN KUTAI BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KOTA BONTANG

UU 47/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN NUNUKAN, KABUPATEN MALINAU, KABUPATEN KUTAI BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KOTA BONTANG UU 47/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN NUNUKAN, KABUPATEN MALINAU, KABUPATEN KUTAI BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KOTA BONTANG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1999 (47/1999) Tanggal: 4

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera utara terletak di bagian timur p,secara geografis simalungun terletak pada 02 0 36 05-03 0

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Kawasan Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NUNUKAN, KABUPATEN MALINAU, KABUPATEN KUTAI BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, DAN KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan salah satu sistem ekologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KAMPUNG BAKUNG, KAMPUNG LINGGANG KEBUT, KAMPUNG LINGGANG MENCELEW, KAMPUNG MUARA NYAHING,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei Agustus 2008. Tempat

Lebih terperinci

DANAU MOAT. Gambar 1. Peta lokasi Danau Moat di Sulawesi Utara.

DANAU MOAT. Gambar 1. Peta lokasi Danau Moat di Sulawesi Utara. DANAU MOAT Danau Moat terletak terutama di Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara, sekitar 20 km ke arah timur dari Kotamobagu. Sebagian kecil danau di bagian utara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar pada atraksi alam. Objek wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat dikembangkan untuk daerah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KUNANG-KUNANG (Firefly) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BOKOR KECAMATAN RANGSANG BARAT PROVINSI RIAU

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KUNANG-KUNANG (Firefly) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BOKOR KECAMATAN RANGSANG BARAT PROVINSI RIAU Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2016, hlm 70-75 ISSN 0126-4265 Vol. 44. No.2 STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KUNANG-KUNANG (Firefly) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BOKOR KECAMATAN RANGSANG BARAT PROVINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM ULU DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN STATUS KAMPUNG BARONG TONGKOK, KAMPUNG SIMPANG RAYA, KAMPUNG MELAK ULU DAN KAMPUNG MELAK ILIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR A. Latar Belakang dan Dasar Pelaksanaan Kebakaran pada Kawasan Hutan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala Bappeda Kutai Timur) Dalam rangka Seminar Internasional dengan tema Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang: Sebuah

Lebih terperinci