4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Pengambilan Contoh. Metode Analisis Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Pengambilan Contoh. Metode Analisis Data"

Transkripsi

1 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sumenep, Madura Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pemilihan lokasi didasarkan bahwa Madura merupakan satu dari tujuh daerah sentra garam di Indonesia. Lebih kurang 332 orang di Kabupaten ini bekerja sebagai petani garam. Kabupaten Sumenep adalah salah satu Kabupaten di Madura, yang merupakan daerah awal dimulainya industri garam dan pusat pemasaran garam. Ditambah lagi Kabupaten Sumenep dipilih sebagai lokasi penelitian karena adanya PT Garam Indonesia di lokasi tersebut. Penelitian initelah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret2013. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan kuisioner secara langsung kepada sumber atau objek yang sedang diteliti baik dari petani, pedagang, pengecer. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh antara lain melalui studi pustaka, data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (simple random sampling) dengan memilih sendiri pihak-pihak yang menjadi responden berdasarkan pertimbangan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman respoden sesuai dengan bidang yang diteliti. Pengambilan responden petani garamberjumlah 40petani garam, 5 orang pedagang pengumpul, 1 unit perusahaan pengolahan garam, 1 unit distributor, 1 unit retail, 2 aparat pemerintahan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Sedangkan pengumpulan informasi saluran pemasaran garam menggunakan teknik penelusuran dari produsen garam sampairetail. Metode Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis yang sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh. Analisis data yang digunakan adalah :

2 20 Analisis Struktur Pasar Analisis struktur pasar pada prinsipnya bertujuan untuk mengetahui apakah pasar garam dilokasi penelitian cenderung mengarah pada pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna. Komponen struktur pasar yang diteliti meliputi pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan keluar masuk pasar (Baye, 2003). (1) Analisis Pangsa Pasar Pada penelitian ini analisis pangsa pasar garam di Kabupaten Sumenep dilakukan dengan menghitung pangsa pasar perusahaan-perusahaan pengolahan. Semakin tinggi pangsa pasar menunjukkan market power perusahaan dalam pasar garam. Perhitungan pangsa pasar suatu perusahaan garam menggunakan rasio antara penjualan suatu perusahaan garam Kabupaten Sumenep terhadap total penjualan seluruh garam di Provinsi Jawa Timur. Tujuan perhitungan pangsa pasar adalah untuk mengetahui seberapa besar cakupan suatu perusahaan terhadap total produksi garam di Provinsi Jawa Timur. Adapun perhitungan pangsa pasar perusahaan garam adalah sebagai berikut : Keterangan : Market Share (MS) Market Share ( N = (0-100persen) = pangsa pasar pabrik pengolahan n (Ton/tahun) = Penjualan garam pabrik pengolahan n (Ton/Tahun) = Penjualan garam di Provinsi Jawa Timur (Ton/Tahun) = Banyaknya perusahaan (pabrik pengolahan) garam (2) Konsentrasi Pasar Konsentrasi pasar mengukur berapa jumlah output dalam sebuah industri yang diproduksi dari empat perusahaan terbesar dalam sebuah industri (Baye, 2003). Konsentrasi pasar dapat dihitung dengan menggunakan penerimaan penjualan atau kapasitas produksi (Besanko et al, 2010). Pengukuran tingkat konsentrasi perusahaan dalam suatu industri dapat menggunakan Four Firm Concentration Ratio (CR4) atau Herfindahl-Hirschman Index (HHI) (Baye, 2003). Penghitungan nilai CR4 dilakukan pada empat pedagang garam terbesar di Kabupaten Sumenep, yang pengelompokannya didasarkan pada nilai output yang dihasilkan oleh empat perusahaan tersebut. Rasio konsetrasi diperoleh dengan mengukur besarnya kontribusi output yang dihasilkan oleh empat perusahaan terbesar terhadap total volume garam atau output yang dibeli oleh perusahaan selevel mereka untuk wilayah Kabupaten Sumenep.

3 21 Keterangan : = Konsentrasi rasio (pasar) =, dimana i = 1,2,3,4 = Penjualan garam pabrik pengolahan garam 1 (Ton/tahun) = Penjualan garam pabrik pengolahan garam 2 (Ton/tahun) = Penjualan garam pabrik pengolahan garam 3 (Ton/tahun) = Penjualan garam pabrik pengolahan garam 4 (Ton/tahun) = Total penjualan garam seluruh pabrik pengolahan garam (Ton/tahun) Selain perhitungan diatas, dapat menggunakan perhitungan HHI. HHI merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar perusahaan-perusahaan dalam suatu industri dikalikan dengan Baye (2003) mengemukakan bahwa nilai HHI berada jika nilai HHI 0, maka terdapat perusahaan-perusahaan dalam indutri yang sangat kecil. Namun, jika nilai diatas 0 hingga mengindikasikan bahwa pangsa pasarnya bernilai 1. Artinya CR4 berada pada sedikit persaingan antara produsen dan konsumen (pasar terkonsentrasi). Adapun perhitungan HHI yaitu : Keterangan : = Herfdinal-Hirschman Index = Pangsa pasar (3) Hambatan Masuk Pasar Analisis ini dilakukan untuk melihat banyaknya lembaga pemasaran yang dapat masuk untuk bersaing merebut pangsa pasar. Analisis akan dianalisis secara deskriptif. Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku partisipan di pasar, yang meliputi fenomena lapang yang terkait dengan kolusi, serta tindakan-tindakan kecurangan yang terjadi di lapangan. Namun untuk melihat dua aspek di atas tidak dapat dijelaskan secara langsung perlu analisis lain yang mendukung yaitu: praktek pembelian dan penjualan, praktek pembentukan harga dan praktek lembaga terkait dalam menjalankan fungsi pemasaran. Selain itu juga dibutuhkan informasi penting yang akan dikaji terkait bagaimana mekanisme penentuan harga, pada tingkat lembaga manakah yang lebih dominan dalam proses penentuan harga dan sejauhmana peran petani sebagai produsen dalam penentuan harga.

4 22 Analisis Kinerja Pasar Dalam menganalisis kinerja pasar digunakan beberapa ukuran antara lain yaitu marjin pemasaran, farmer s share dan integrasi pasar. (1) Marjin Pemasaran Marjin pemasaran atau juga biasa disebut dengan marjin tataniaga adalah perbedaan harga di tingkat petani produsen (harga beli) dengan harga ditingkat konsumen akhir (harga jual). Marjin tataniaga adalah harga dari semua nilai guna (nilai tambah) dari aktivitas dan penanganan fungsi-fungsi pemasaran, termasuk jasa-jasa pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran suatu produk atau komoditas. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima produsen (Hudson, 2007). Semakin tinggi biaya pemasaran menyebabkan semakin tingginya marjin pamasaran. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut. Keterangan : = Marjin pemsaran pada setiap lembaga pemasaran i = Marjin total pemasaran pada setiap saluran pemasaran = Harga eceran garam di pasar konsumemn (Rp/Kg) = Biaya pemasaran di pasar i = Keuntungan pemasar (lembaga) di pasar i I = 1,2,3,...n Maka total marjin pemasaran yaitu : (2) Farmer s Share Farmer s share merupakan rasio antara harga di tingkat petani terhadap harga di tingkat retail (Hudson, 2007). Farmer s share merupakan bagian harga dari biaya yang dikeluarkan oleh petani ditambah keuntungan yang diterimanya. Bagian keuntungann ini dapat dikatakan sebagai sumbangan pendapatan bagi kesejateraan keluarga petani. Pada saluran pemasaran yang berbeda maka farmer s share dipengaruhi oleh: tingkat pemerosesan, biaya transportasi, keawetan produk, dan jumlah produk (Kohl dan Uhl, 2002). Semakin tinggi farmer s share menyebabkan semakin tinggi pula bagian harga yang diterima petani. Adapun perhitungan farmer s share dapat dilihat di bawah ini:

5 23 Keterangan : FS = Farmer s share di tingkat petani (%) = Harga garam di tingkat petani (Rp/Kg) = Harga garam ditingkat pengecer (Rp/Kg) (3) Analisis Integrasi Pasar Vertikal Analisis integrasi pasar merupakan seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Analisis keterpaduan/integrasi pasar dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986). Perubahan harga di tingkat konsumen seharusnya ditransmisikan dengan baik ke tangan produsen secara terintegrasi. Misalkan Pi adalah harga di pasar i waktu t sedangkan Pt adalah harga di pasar acuan waktu t. Maka rumus yang digunakan yaitu : Keterangan : = Harga garam di pasar lokal (waktu t) (Rp/kg) =Harga garam di pasar lokal (waktu t-1) (Rp/kg) = Harga garam di pasar acuan (waktu t) (Rp/kg) = Harga garam di pasar acuan (waktu t-1) (Rp/kg) = Koefisien lag harga di tingkat pasar ke-1 (lokal) pada waktu t-1 = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Koefisien menunjukkan berapa besar perubahan harga di pasar acuan ditansmisikan ke harga pasar lokal. Koefisien dan menunjukkan seberapa jauh kontribusi harga pada periode sebelumnya dari pasar lokal dan pasar acuan terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di pasar lokal. Rasio antara keduanya merupakan indeks hubungan pasar IMC (Index of Market Connection) Adapun rumusnya dapat dilihat di bawah ini : Dalam pendekatan ini, integrasi jangka pendek diformulasikan sebagai berikut : Nilai = 0 jika nilai = 0, maka hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

6 24 Uji statistik yang digunakan yaitu : Apabila hipotesis nol ditolak, ini menunjukkan bahwa pasar tidak terintegrasi dalam jangka pendek. Dan untuk integrasi jangka panjang, hipotesisnya diformulasikan sebagai berikut : Nilai diperoleh melalui : Apabila hipotesis nol ditolak, ini menunjukkan bahwa pasar tidak terintegrasi dalam jangka panjang. 5 EKONOMI GARAM Produksi dan Konsumsi Garam Produksi garam dimulai dari tambak-tambak yang dimiliki petani yang masih sangat tradisional dalam proses pengelolaannya. Air laut dialirkan ke tambak, setelah tambak dipersiapkan terlebih dahulu. Rata-rata persiapan lahan yang dibutuhkan petani dilokasi penelitian berkisar selama 14 hari. Dalam 1 ha lahan biasanya terdapat 10 hingga 12 petakan yang nantinya petakan tersebut terbagi menjadi petakan untuk penguapan air menjadi air tua (kadar garam tinggi) dan petakan untuk pembuatan garam (petak kristalisasi). Proses persiapan lahan tersebut diawali dengan pengeringan lahan, lalu lahan diratakan atau dipadatkan dengan alat yang biasanya disebut guluk agar tanah tidak retak dan garam yang dihasilkan nantinya tidak tercampur dengan tanah. Kemudian barulah air laut dialirkan melalui parit-parit kecil kepetakan penguapan hingga ke petakan kristalisasi. Menurut Syafi i (2006), setiap petakan atau meja tampung memiliki perbedaan salinitas, perpindahan air laut dari masing-masing meja tampung dibutuhkan waktu minimal 1-2 hari, tergantung pada lama terik matahari. Untuk mengetahui kapan air tersebut harus pindah ke meja tampung lain, petaniharus melakukan pengukuran salinitas setiap hari. Dilokasi penelitian petani menggunakan alat yang dinamakan BE dalam mengukur tingkat salinitas ini. Kira-kira hari pada petak kristalisasi terjadi penumpukam yang merata, yang kristalisasinya semakin tebal dan air menjadi surut. Sehingga petakan siap dipanen. Hasil garam yang dihasilkan petani sedikit kotor, karena tercampur oleh partikel-partikel lain.

7 25 Proses produksi yang dilakukan oleh petani selama ini sering juga disebut dengan metode Maduris. Adapun metode lain yaitu metodeportugis yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu mengesap dan mengguluk petakan garam dan pengisian meja kristalisasi melalui saluran air tua. Tahap pertama ini hampir sama dengan metode Maduris, namun pada tahap ke dua petakan kristalisasi diisi dengan air laut dari pembenihan tertua melalui saluran air tua. Kualitas garam yang dihasilkan dari dua metode ini berbeda yang nantinya akan mempengaruhi harga jual dan keuntungan yang didapatkan oleh petani. Upaya untuk merealisasikan Swasembada Garam Nasional Tahun 2014 pemerintah sendiri telah merancang beberapa strategi, salah satunya yaitu ekstensifikasi lahan. Untuk luas lahan garam nasional pada saat ini bertambah sekitar 59 persen dari tahun 1997 dengan total ha menjadi ha di tahun PT Garam di tahun 2012 telah mulai melakukan perluasan lahan di wilayah Indonesia Timur. Sedangkan pemerintah dalam regulasinya untuk mencapai target swasembada tersebut membantu masyarakat melalui program PUGAR (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat), agar merangsang masyarakat untuk mengusahakan garam di lahan-lahan yang belum teroptimalkan. Dapat dilihat pada Gambar 6 lahan garam meningkat sebesar 32 persen dari tahun 2010 sebesar ha menjadi persen di tahun 2011 akibat adanya intervensi dari pemerintah tersebut. Peningkatan lahan tentunya akan diikuti dengan peningkatan produksi. luas lahan (hektar) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, garam rakyat PT Garam garam nasional Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (Data diolah), 2012 Gambar 6 Luas lahan garam nasional tahun Walaupun negara kita memiliki garis pantai terpanjang, namun tidak semua wilayah dapat memproduksi garam. Wilayah-wilayah yang memiliki potensi dalam memproduksi garam antara lain Pulau Jawa, Sulawesi, NTT dan NTB. Indonesia sendiri dibagi ke dalam 3 zona, dimana Indonesia bagian barat dikategotikan sebagai less potential, Indonesia bagian tengah dikategorikan sebagai relative potential, sedangkan untuk wilayah Indonesia bagian timur dikategorikan sebagai best potential dalam memproduksi garam. Dari beberapa pulau yang ada di negara kita sentra garam berada di Pulau Jawa yaitu Jawa

8 26 Timur, diantaranya berada di Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan dan Sumenep. Dengan adanya ekstensifikasi atau perluasan lahan tadi, akan secara otomatismeningkatkan produksi garam di negara kita. Produksi garam dari tahun 2007 hingga tahun 2012 mengalami tren yang meningkat. Namun pada tahun 2010 produksi garam sangat menurun drastis, hal ini disebabkan oleh hujan yang berkepanjangan, sehingga petani garam tidak dapat berproduksi secara maksimal, mengingat bahwa produksi garam di negara kita masih sangat bergantung pada sinar matahari. Masa panen garam yang normalnya mencapai 4.5 bulan hingga 5.5 bulan di musim kemarau namun pada tahun ini hanya mencapai 16 hari. Pada Gambar 7 dapat dilihat produksi garam nasional. 3,000,000 2,500,000 produksi (ton) 2,000,000 1,500,000 1,000, , tahun garam rakyat PT Garam Total Produksi Garam Konsumsi Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (Data diolah), 2012 Gambar 7 Perkembangan produksi garam oleh garam rakyat, PT Garam, dan total produksi nasional tahun Dengan perkembangan produski yang berfluktuasi lalu bagaimana dengan konsumsi garam di negara kita? Konsumsi garam diperuntukkan sebagai kebutuhan rumah tangga serta bahan baku industri. Untuk garam konsumsi rumah tangga, garam telah mengalami fortifikasi yodium atau penambahan yodium, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Garam diperuntukkan sebagai bahan tambahan makanan atau pemberi rasa pada makanan baik untuk konsumsi masyarakat maupun pada industri pengolahan makanan. Selain industri makanan, garam juga dimanfaatkan oleh beberapa industri lainnya seperti industri perminyakan, tekstil, kulit, farmasi, dan indutri lainnya.

9 27 Tabel 3 Jenis dan penggunaan garam Garam Konsumsi Garam Perminyakan dan Industri Lainnya Garam rumah Garam Garam industri tangga (garam pengasinan perminyakan masak, ikan, bumbu, diet, pengalebgan meja, dll) Garam aneka pangan (minyak goreng, mentega, aneka pangan, dll) Garam industri chlor Garam Industri ikan Pakan ternak Indutrsi tekstil Garam industri Perkebunan Industri kulit alkali Garam (CAP/chlor mandi/spa alkali plant) Sumber: Kementerian Perdagangan, 2012 Garam farmasetis Sesuai dengan anjuran gizi dan kesehatan, konsumsi garam per kapita mencapai gram per hari, dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 mencapai angka 240 juta jiwa, akan dibutuhkan produksi garam di negara kita mencapai angka 1,1-1,3 juta ton per tahun. Namun rillnya konsumsi kita hanya 4,5 gram per kapita per hari. Ini baru diprediksikan garam untuk konsumsi, sedangkan untuk garam industri sendiri, kebutuhannya tiga kali lipat dari pertumbuhan industri itu sendiri, bila pertumbuhan industri sebuah negara mencapai 10 persen, maka kebutuhan garam pun meningkat 30 persen. Tabel 4 Perkembangan konsumsi garam Indonesia tahun (Ton) Tahun Konsumsi Rumah Tangga Industri Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012 Produktivitas Garam Dilokasi penelitian sendiri rata-rata produktivitas garam rakyat yang dihasilkan untuk 1 ha lahan hanya berkisar 40 ton per ha hingga 60 ton per ha. Selain garam rakyat, PT Garam juga memiliki lahan garam seluas ha, yang proses pembuatan garam masih mengandalkan sinar matahari, namun kualitas garam yang dihasilkan lebih baik dari garam rakyat karena kadar air yang lebih rendah, disebabkan oleh proses penguapan dari penjemuran yang lebih lama dibandingkan dengan garam rakyat. Beberapa tahun belakangan ini PT Garam

10 28 menggunakan geomembran. Petakan garam bukan beralaskan tanah lagi, namun beralaskan geomembran yang berbentuk terpal berwarna hitam, sehingga garam tidak bercampur dengan tanah dan hal ini juga semakin memningkatkan kualitas garam yang dihasilkkan oleh PT Garam. Diakui oleh pihak PT Garam sendiri melalui wawancara yang dilakukan, dengan menggunakan geomembran ini produktivitas garam yang dihasilkan untuk 1 ha lahan meningkat sebesar 30 persen dari produktivitas garam yang dihasilkan oleh petani pada umumnya. Namun dapat dilihat pada Gambar 8, produktivitas PT Garam di tahun 2011 setelah menggunakan geomembran masih dibawah produktivitas yang dihasilkan petani pada umumnya. Kondisi tersebut dimungkinkan karena penggunaan geomembran yang belum merata di seluruh lahan PT Garam. 3,000,000 2,500,000 produksi (ton) 2,000,000 1,500,000 1,000, , garam rakyat PT Garam Total Produksi Garam Konsumsi Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (Data diolah), 2012 Gambar 8 Perkembangan produktivitas tambak garam tahun Harga Garam Indonesia Dalam teorinya harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Lazimnya pada saat penawaran meningkat maka harga akan menurun, fenomena ini terjadi baik ditingkat konsumen maupun tingkat petani sebagai produsen, saat musim panen maka harga yang diterima petani akan turun. Untuk melindungi petani maka pemerintah mengeluarkan regulasi harga dasar di tingkat petani garam. Pemerintah melalui SK Menteri Perdagangan mengatur harga garam rakyat seperti yang termuat dalam SK Menperindag No. 360/MPP/Kep/5/2004 yang ilanjtkan dengan Surat Peraturan Mendag No. 20/M-Dag-PER/9/2005. Diantranya mengatur tentang pelarangan mengimpor garam bila harga garam rakyat terlalu rendah dibawah Rp /ton untuk mutu K1, Rp /ton untuk K2, dan Rp /ton untuk K3. Surat pertauran Mendag No.20/M-Dag- PER/9/2005 menyebutkan bahwa impor garam untuk kebutuhan industri garam iodisasi dilarang apabila harga rata-rata garam bentuk curah di atas truk di tingkat pengumpul untuk kualitas 1 (KP1) kurang dari Rp per ton, KP2 kurang

11 29 dari Rp per ton dan KP3 kurang dari Rp per ton (Kementerian Perdagangan, 2010). Pada Gambar 9 dapat dilihat bagaimana perbedaan harga yang terjadi di tingkat petani maupun di tingkat eceran. Dalam kurun waktu 10 tahun harga di tingkat retail pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga di tingkat petani juga mengalami kenaikan dalam kurun waktu 10 tahun ini namun pergerakan kenaikan yang terjadi sangat landai. Rupiah/Kg Garam KP 1 Garam KP 2 Garam KP 3 Retail Sumber: Kementerian Perdagangan (Data diolah), 2012 Gambar 9 Volatilias harga di tingkat petani dan retail Distribusi Garam Di Indonesia Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum saluran distribusi garam konsumsi, yaitu garam beryodium. Saluran distribusi garam bermula dari sentrasentra produksi garam untuk selanjutnya dikirimkan ke daerah-daerah konsumen. Menurut Kementerian Perdagangan sendiri sentra garam beryodium berada di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pendistribusian dua sentra garam ini telah terbagi-bagi, dimana pada umumnya untuk wilayah Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat, dan sebagian pulau Papua garam didatangkan dari Jawa Timur, sedangkan untuk wilayah Papua lainnya garam berasal dari Sulawesi Selatan. Dari kegiatan pendistribusian ini terdapat beberapa penambahan nilai tambah, seperti garam yang di kirim ke Kalimantan belum ditambahkan yodium, sedangkan untuk kebutuhan pulau Papua garam yang dikirim biasanya telah beryodium. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan nilai tambah di pulau Kalimantan mengindikasikan adanya pabrik-pabrik pengolah, yang pastinya juga akan menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat. Bila dianalisis pendistribusian garam ke daerah-daerah diatas membutuhkan biaya yang besar, tergantung pada alat transportasi yang digunakan serta jarak tempuh dari daerah sentra ke daerah distribusi. Data yang didapatkan dari Kemetrian Perdagangan tahun 2012 mencantumkan biaya transportasi dari Jawa Timur ke Kalimantan Barat mencapai Rp per ton, ke Kalimantan Timur mencapai Rp per ton, ke Nusa Tenggara Barat biaya distribusi

12 30 mencapai Rp hingga Rp per ton, ke Papua sendiri biaya distribusi mencapai Rp per ton. Sedangkan Garam dari Sulawesi ke Papua biaya distribusi hanya mencapai Rp per ton. Biaya ini merupakan biaya distribusi sampai di pelabuhan, pilihan mendistribusikan produk menggunakan jalur laut di rasa lebih efektif dari pada jalur lainnya. Sesampai di pelabuhan akan ada lagi biaya bongkar muat dari kapal ke truk distributor sebesar Rp per ton untuk wilayah sampel Kalimantan Timur, kemudian biaya transportasi dari pelabuhan ke gudang distributor mencapai Rp per ton, ditambah lagi biaya bongkar muat dari truk distributor di gudang sebesar Rp5 000 per ton. Untuk mencapai konsumen akhir di Kabupaten-kabupaten biasanya distributor menggunakan jalur darat, sesuai dengan sarana dan prasarana yang terdapat di daerah tersebut. Kondisi ini berlaku sama pada wilayah-wilayah distribusi lainnya. Ada berbagai macam saluran pemasaran yang dipilih oleh petani produsen di Indonesia dalam memasarkan hasil garam mereka. Pemilihan ini tentunya berdasarkan kebiasaan, hubungan kerjasama, kepercayaan petani terhadap saluran yang dipilihnya. Berbagai macam saluran distribusi garam di Indonesia beragam. gara rakyat dijual pemiliknya langsung ke pengepul, pedagang atau langsung ke pabrikan. Di areal pergaraman yang berdekatan dengan sentra pasar (Surabaya, Probolinggo, Cirebon, Pati, Rembang, dll) seringkali petani menjual dan mendistribusikan garam langsung ke pasar-pasar atau konsumen rumah tangga. Namun pada umumnya pendistribusian garam masih bergantung pada pengepul. Skema sistem distribusi dan pemasaran garam dari sentra produksi garam bahan baku (raw salt), adalah sebagai berikut. Saluran pemasaran garam di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 10. Petani Garam Importir Terdaftar Pengumpul Pedagang Besar PT Garam Indutri Garam Bahan Baku Konsumen Distribusi oleh PT Garam Industri Garam Beryodium Iodisasi Sumber: Kementerian Perindustrian (2010) Gambar 10 Tata Niaga Garam di Indonesia

13 31 Karakteristik Petani di Kabupaten Sumenep Bagian ini akan menggambarkan karakteristik responden di lokasi penelitian yang nantinya akan mencerminkan kondisi pemasarannya juga. Karakteristik petani responden akan mencakup umur, pendidikan, pengalaman usaha, jumlah anggota keluarga, status kepemilikan lahan, dan luas lahan usaha tambak garam yang dikelola. Untuk pedagang pengumpul akan diidentifikasi juga berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman berdagang garam, jumlah petani yang menjadi sumber pasokan garam, jumlah pekerja, serta modal usaha yang digunakan. Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan secara sengaja, dikarenakan Kabupaten merupakan sentra perdagangan garam, tingkat produksi garam yang relatif lebih tinggi. Jumlah petani yang dipilih menjadi responden sebanyak 40 orang. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Dilihat dari karakteristik umur yaitu sebesar 55 persen, petani garam berumur 40 hingga 54 tahun yag masih merupakan usia produktif. Menurut Suratiyah (2008) umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin tua umur tenaga kerja maka akan semakin turun pula prestasinya, namun semakin bertanggung jawab pada pekerjaannya. Tidak perlu ada kecemasan terhadap keberlangsungan sumberdaya manusia dalam meneruskan tambak garam di Kabupaten Sumenep, karena bila dilihat dari persentase umur petani di bawah 40 tahun tidak begitu kecil (35%). Hal ini dikarenakan pengelolaan tambak garam secara turun temurun dalam keluarga. Hal yang sangat dicemaskan adalah sumberdaya alam, dimana tambak garam sangat bergantung pada cahaya matahari, sedangkan kondisi cuaca di lokasi penelitian sangat tidak menentu, dan tentunya menghambat proses produksi garam. Jenjang pendidikan sebagian besar petani (40%) menamatkan jenjang pendidikan di tingkat sekolah menengah atas. Dari sisi pengalaman, petani dengan pengalaman lebih kurang dari 10 tahun merupakan sampel terbanyak. Jenjang pendidikan sangat erat kaitannya dalam keputusan adopsi teknologi, pola pengelolaan usaha garam, keputusan dalam pemasaran, dll. Bila dilihat dari jumlah anggota keluarga, sebanyak 40 persen petani memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang, jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap motivasi dan kemampuan petani dalam mengelola usahanya. Selain itu anggota keluarga merupakan bagian dari pengusahaan garam itu sendiri, dimana anggota keluarga merupakan tenaga karja. Pengalaman berusaha garam yaitu sebesar 42.5 persen kurang dari 10 tahun, pengalaman berusaha garam tentunya sangat mempengaruhi sikap petani dalam berusaha garam. Selain itu dengan pengalaman yang matang, tidak jarang petani dapat meramalkan keadaan masa yang akan datang, yang biasanya dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Untuk mencapai produksi yang optimal dalam mengusakan garam dibutuhkan hamparan yang luas. Sedangkan petani dilokasi penelitian (62.5%) hanya memiliki luas lahan sebesar 1 ha, yang nantinya akan dibagi menjadi petakan garam. Sumberdaya lahan akan menjadi perhatian sangat serius, dikarenakan tidak dimungkinkan lagi untuk perluasan lahan di lokasi penelitian. Sumber daya lahan menjadi terbatas, dan tidak ada lagi lahan produktif untuk dijadikan usaha garam. Agar tetap

14 32 tercapainya peningkatan produksi salah satu caranya adalah dengan penggunaan teknologi karena perluasan lahan tidak dimungkin lagi. Tabel 5 Identitas petani responden garam di Kabupaten Sumenep 2013 No Keterangan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1 Kelompok Umur (Tahun) > Jumlah Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Strata Jumlah Jumlah Anggota Keluarga > Jumlah Pengalaman Usaha (Tahun) < > Jumlah Luas lahan Petani (Ha) 0, ,5-2, >2, Jumlah Sumber: Data diolah (2013) 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai sistem pemasaran garam dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar (market structure) akan menganalisis mengenai pangsa asar, konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar. Perilaku pasar (market conduct) akan menganalisis mengenai kolusi serta kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam sistem pemasaran. Analisis kinerja pasar (market performance) mencakup marjin pemasaran, farmer s share, dan integrasi pasar vertikal. Ketiga analisis akan dirinci dan diuraikan pada hasil dan pembahasan di bawah ini.

15 33 Analisis Struktur Pasar Garam (Market Structure) Struktur pasar di daerah penelitian diidentifikasi dengan melihat empat indikator utama yaitu : (1) jumlah partisipan dalam pemasaran, (2) pangsa pasar (2) derajat konsentrasi pasar, (4) barrier to entry atau hambatan keluar masuk pasar. Jumlah Partisipan, Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar Salah satu indikator dalam penentuan struktur pasar adalah dengan cara membandingkan jumlah partisipan di dalam pasar, dalam penelitian ini akan membandingkan partisipan di tiga level pemasaran yaitu petani sebagai produsen garam, pedagang pengumpul dan pabrik pengolahan di Kabupaten Sumenep, sehingga dapat disimpulkan struktur pasar menurut indikator ini. Dari Tabel 10 dapat dilihat : (1) ketidakseimbangan antara jumlah petani garam sebagai penjual (banyak) dengan jumlah pedagang pengumpul sebagai pembeli (sedikit), (2) ketidakseimbangan jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual (banyak) dengan jumlah pabrik pengolahan sebagai pembeli (sedikit). Sehingga dapat disimpulkan pada saat petani sebagai penjual dan pedagang pengumpul sebagai pembeli pasar dikategorikan sebagai pasar oligopsoni, begitu pula saat pedagang pengumpul menjadi penjual dan pabrik pengolahan sebagai pembeli. Ketidakseimbangan jumlah populasi anatara penjual dan pembeli ini menyebabkan pembeli memiliki peranan untuk mempengaruhi harga pada struktur pasar ini, sehingga penjual cenderung sebagai penerima harga (price taker) sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pembeli. Tabel 6 Perbandingan jumlah partisipan pasar garam di Kabuaten Sumenep tahun 2011 Kecamatan Populasi Petani 1) Perkiraan Jumlah Pedagang Pengumpul Perkiraan Jumlah Perusahaan Pengolah Kalianget 820 Terdapat lebih Terdapat 3 Gapura 460 kurang 303 pedagang perusahaan Dungkek 240 pengumpul untuk pengolahan dengan Saronggi 602 semua Kecamatan di kapasitas produksi Pragaan 390 Kabupaten Sumenep yang hampir sama Giligenting 510 Lain-lain 280 Keterangan: 1) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, 2012 Selanjutnya dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4). Perhitungan ini hanya dilakukan pada level pemasaran pabrik pengolahan saja. Hal ini dikarenakan pabrik pengolahan memiliki andil yang besar dalam proses pemasaran garam. CR4 merupakan analisis dalam melihat pangsa pasar dari perkembangan penjualan masing-masing pedagang. Saat ini CR4 merupakan metode yang paling tepat dalam menggambarkan konsentrasi sebuahindustri (Kohl dan Uhl, 2002). Karena adanya keterbatasan penelitian dalam pengumpulan data perusahaan, maka penghitungan pangsa pasar empat perusahaan terbesar menggunakan pendekatan bahwa volume produksi perusahaan sama dengan total

16 34 volume penjualan perusahaan. Pangsa pasar perusahaan diperoleh melalui rasio penjualan garam di empat perusahaan terbesar terhadap total penjualan garam di Provinsi Jawa Timur.Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, menurut Neo-Klasik landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar dalam praktik bisnis merupakan tujuan atau motivasi perusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produknya (Jaya, 2001). Semakin tinggi persentase pangsa pasar menunjukkan kekuatan perusahaan tersebut di dalam sebuah indutsri, namun bila persentase pangsa pasar sebuah perusahaan berada dibawah tingkat tertentu atau kehilangan pangsa pasar maka diindikasikan adanya masalah dan akan mempengaruhi keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Tabel 7 Pangsa pasar dan konsentrasi pasar 6 perusahaan pengolahan garam di Jawa Timur tahun 2012 (Ton) No Pabrik Garam Total Produksi Garam Iodisasi (ton/tahun) Pangsa pasar (w) CR4 1 PT Susanti Megah PT Garindro Sejahtera Abadi PT Elite Star PT Boediono PT Sumatraco Langgeng Makmur PT Garam Total Sumber: Data diolah (2013) Penghitungan CR4 menunjukkan empat perusahaan terbesar menguasai persen dari total ketersediaan garam iodisasi di Provinsi Jawa Timur. Empat perusaan ini merupakan perusahaan milik swasta, hanya satu perusahaan yang merupakan badan usaha milik negara. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 60 hingga 80 persen (Jaya, 2001), yang artinya industri semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasaran, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi menunjukkan konsentrasi pasar yang rendah dan persaingan yang lebih ketat, karena tidak ada produsen yang signifikan menguasai pasar. Maka dari nilai CR4 yang dihasilkan pasar dikategorikan sebagai pasar oligopsoni. Dari ke enam perusahaan tersebut PT Garam memiliki pangsa pasar terendah yaitu 6 persen. Dari total kapasitas produksinya yaitu ton, PT Garam hanya mengolah 10 persen saja. Sedangkan 90 persen lagi dijual ke perusahaan lain sebagai bahan baku. PT Garam memiliki lahan lebih kurang ha di Kabupaten Sumenep, disamping itu PT Garam juga menyerap garam rakyat. Begitu pula dengan PT Garindo yang juga meruapakan produsen bahan baku untuk perusahaan lain, namun bahan baku tidak dihasilkan dari lahan sendiri seperti PT Garam, melainkan garam yang diserap dari petani. Sedangkan empat perusahaan lainnya hanya melakukan pengolahan garam baik garam iodisasi

17 35 maupun garam untuk industri. Dalam proses pembelian garam rakyat perusahaan biasanya bekerjasama dengan pedagang pengumpul atau mengerahkan orangorang mereka sebagai pedagang pengumpul (agen). Hambatan Masuk Pasar Untuk membahas hambatan masuk maka persaingan sesungguhnya tertuju pada pesaing potensial yang merupakan perusahaan-perusahaan diluar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya (Jaya, 2001). Hambatan masuk pasar ini dianalisis dengan tujuan melihat banyaknya lembaga pemasaran yang masuk ke dalam suatu struktur pasar dan bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar. Dibawah ini akan dibahas mengenai hambatan masuk pasar mulai dari tingkat petani hingga perusahaan pengolahan. Ditingkat petani hambatan masuk pasar adalah modal lahan. Untuk membeli 1 ha lahan di Kabupaten Sumenep saat ini diperkirakan lebih dari Rp100 juta, sedangkan untuk penyewaan lahan dibiayai Rp20 juta. Walaupun pihak PT Garam melakukan kerjasama dengan petani dalam penyewaan lahan dengan biaya yang murah, namun jumlah lahan terbatas, dan berada jauh dari jalan utama. Disamping itu petani juga harus memiliki gudang semi permanen, penyediaan sarana produksi seperti kincir, untuk 1 ha lahan dibutuhkan 4 hingga 6 buah kincir dengan biaya Rp per kincir. Ditingkat lembaga pemasaran pedagang pengumpul, rata-rata pengalaman mereka dalam berdagang lebih dari 10 tahun, memiliki modal yang besar dan bankabel.paling tidak pedagang pengumpul harus memiliki gudang permanen sebagai penyimpanan, memiliki atau menyewa transportasi untuk menjemput garam ke lokasi panen garam. Dari hasil penelitian untuk memulai usaha sebagai pedagang pengumpul minimal harus memiliki modal sebesar Rp100 juta. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa pedagang pengumpul juga merupakan orangorang dari perusahaan pengolah atau disebut sebagai agen(kaki tangan perusahaan), sehingga mereka memiliki hubungan kepercayaan yang baik, dan memudahkan pedagang dalam melakukan proses penjualan. Disamping itu perusahaanberkeberatan untuk melakukan kerjsama dengan petani secara perorangan, karena diangggap tidak efektif. Bila pedagang pengumpul bukan merupakan agen dari perusahaan pengolahan maka pedagang tidak dapatmemilih perusahaan dalam menjual produk mereka, karena setiap perusahaan telah memiliki list nama pedagang yang telah lama bekerjasama, sehingga sulit untuk pedagang baru masuk pada pasar ini. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui sulitnya pelaku pasar yang masih baru untuk masuk ke dalam pasar.menguatkan kesimpulan di atas penelitian yang dilakukan oleh Kudova dan Chladkova (2008) mengatakan bahwa salah satu hambatan masuk pasar ke sebuah industri adalah akses ke saluran distribusi. Sedangkan di tingkat perusahaan pengolahan sendiri, hambatan masuk pasar mulai dari skala usaha, penguasaan sumber daya, lisensi, jaringan kerjasama dengan stakeholder. Perusahaan pengolahan memiliki rata-rata kapasitas usaha ton/tahun dalam melakukan pengolahan (Kementerian Perindustrian, 2012). Namun peneliti menduga kapasitas ini melebihi angka tersebut, dikarenakan perusahaan pengolahan masih memiliki lisensi untuk melakukan impor serta pengolahan garam untuk industri.

18 36 Tabel 8 Hambatan pesaing untuk masuk dalam setiap lembaga pemasaran Tingkat lembaga Bentuk Hambatan Persentase Responden (%) Petani Modal lahan (n = 40) Pedagang Modal usaha pengumpul (n = 5) Kerjasama dengan pabrik olahan Pabrik Olahan Skala usaha (n = 1) Modal usaha Penguasaan sumber daya Lisensi Jaringan kerjasama dengan stakeholder Sumber: Data diolah (2013) Analisis Perilaku Pasar Garam (Market Conduct) Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku partisipan dan lembaga pemasaran. Perilaku pasar mencerminkan struktur pasar yang terbentuk. Variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif dan sulit untuk dikuantitatifkan. Kolusi Dalam bidang ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang industri disaat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka bersama. Kolusi paling sering terjadi dalam bentuk pasar oligopoli.hal ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1. Kolusi ini terjadi di tingkat lembaga pemasaran pedagang pengumpul dan pabrik pengolahan. Dimana pedagang pengumpul merupakan agen (kaki tangan) dari pabrik pengolahan. Sehingga pabrik pengolahan memiliki andil dalam penentuan harga dan pemasaran garam.dengan adanya kerjasam ini timbul praktek-praktek tidak jujur seperti yang dijelaskan pada bagian berikut ini. 2. Dijumpai praktek-praktek tidak jujur dimana penjualan garam tidak disertai dengan penimbangan akurat, petani hanya menakar garam ke dalam karung 50 kg, yang nyatanya berat bersih garam bisa melebihi kg per karung. Pedagang pengumpul hanya akan mencatat jumlah karung setiap petani yang menjual garam kepada mereka. Setelah itu, pedagang pengumpul nantinya akan langsung membawa garam tersebut ke pabrik pengolah. Pabrik pengolah yang nantinya melakukan penimbangan, kelebihan berat garam akan tetap dihitung sama sebesar 50 kg serta dikurangi 5 persen kadar air, dengan alasan garam yang dihasilkan petani belum begitu kering. Rata-rata penghitungan pabrik olahan untuk setiap 1 karung garam sebesar kg per karung. Tindakan ini sangat merugikan petani. Keuntungan ini dinikmati oleh pedagang pengumpul dan pabrik pengolahan. 3. Hingga saat ini masih terjadi kerjasama antara perusahaan-perusahaan pengolahan berupa penentuan kuota dan penyeragaman harga. Hasil dugaan

19 37 peneliti pernah diselidiki oleh KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) ditahun 2006 bahwa tiga perusahaan di Kabupaten Sumenep melakukan koordinasi dalam pendistribusian garam mereka ke wilayah-wilayah lain dalam bentuk pengontrolan jumlah pasokan dan kebijakan penetapan harga jual garam menunjukkan adanya persaingan semu antara ke tiga perusahaan ini. Lembaga dan Praktek Fungsi Pemasaran Lembaga pemasaran disebut juga sebagai badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk kepada konsumen akhir serta memliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ada karena kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya. Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Dalam proses pemasaran sebuah produk atau jasa tersebut terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat maupun waktu. Hal ini disebabkan oleh fungsi produksi sebelum produk sampai ke konsumen. Fungsifungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sebagaimana telah dijelaskan di atas mencakup fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, transportasi/pengangkutan, penyimpanan) dan fungsi fasilitas (standarisasi, penanggungan risiko, pembiayaan, informasi pasar). Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran garam adalah : a. Produsen Garam Di Kabupaten Sumenep terdapat dua pihak sebagai produsen garam, yaitu 1. Petani Garam Petani garam dalam pemasaran garam bertindak sebagai produsen. Petani yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah petani pemilik, petani yang menyewalahan, serta petani penggarap dengan sistem bagi hasil. Petani yang menyewa lahan terbagi lagi menjadi dua, yaitu petani yang menyewa ke lahan PT Garam, atau menyewa ke pihak lain. Petani yang menyewa ke PT Garam sendiri dikenakan biaya sebesar Rp per ha per tahun bila lahan dekat dengan jalan utama,rp per ha per tahun untuk lahan yang disewakan tidak begitu jauh dengan jalan utama, sedangkan Rp per ha per tahun untuk lahan yang sangat jauh dari jalan utama. Biaya sewa lahan ini sangat murah bila dibandingkan petani menyewa ke pihak lain. Namun lahan yang disewa hanya lahan yang berdekatan dengan PT Garamseperti Kecematan Karang Anyar dan Kecamatan Gersik Putih, sedangkan kecamatan lainnya tidak. Disamping itu lahan yang disewakan luasnya terbatas. Untuk petani penggarap biasanya biaya produksi ditanggung oleh pemilik lahan, sewaktu pemanenan hasil produski dibagi kepada pemilik lahan sebesar 60 persen sedangkan 40 persennya lagi untuk petani penggarap. Petani penggarap bebas untuk memlih pasar sendiri apakah akan memasarkan garamnya ke pihak yang sama dengan pemilik lahan atau tidak. Petani yang memiliki lahan sendiri biasanya memiliki modal cukup besar. Kebanyakan petani di lapangan enggan untuk melakukan pinjaman ke bank, baik dengan alasan administrasi, sehingga petani lebih memilih melakukan pinjaman modal ke pedagang pengumpul.

20 38 Garam merupakan komoditas musiman,volume besar dengan nilai yang rendah (bulky). Musim garam biasanya berkisar selama 4 hingga 6 bulan dalam satu tahun, tergantung panjangnya musim kemarau yang berlangsung. Musim garam biasanya dimulai dari bulan Juni hingga November. Petani melakukan kegiatan produksi garam dimulai dengan pengolahan lahan yang berlangsung lebih kurang 14 hari di awal musim produksi, kemudian pengaliran air laut ke petakan garam, hingga proses garam terjadi.selanjutnya petani melakukan pemanenan, dan dikemas ke dalam karung yang biasanya telah disediakan oleh pedagang pengumpul. Setiap petani dapat menghasilkan garam dengan kualitas KP1, KP2 dan KP3. Garam akan diangkut menggunakan truk ke perusahaanperusahaan pengolahan. Dalam melakukan fungsi penjualan, petani sebagai produsen harus memperhatikan kualitas, kuantitas dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Pada Tabel 9 dapat dilihat aktivitas penjualan garam di Kabupaten Sumenep Tabel 9 Aktivitas penjualan garam oleh petani responden Jumlah Petani Rata-rata produksi (kg/ha) Rata-rata penjualan (kg/tahun) Bentuk Harga Jual (Rp/kg) Pembeli 14 orang Kualitas KP1 537 Koperasi Astagina 12 orang Kualitas KP1 470 Pedagang Pengumpul 34 orang Kualitas KP2 324 Pedagang Pengumpul 16 orang Kualitas KP3 264 Pedagang Pengumpul Jadi harga garam sangat tergantung pada kualitas garam yang dihasilkan. Petani yang dapat menghasilkan garam dengan kualitas KP1 berada di Kecamatan Karang Anyar dan Gersik Putih sedangkan dua Kecamtan lagi tidak dapat menghasilkan garam dengan kualias KP1 dikarenakan lahan yang digunakan sebagai produksi garam memiliki tanah yang berwarna merah. Sehingga garam yang dihasilkan kekuningan. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani dilokasi penelitian hanya aktivitas penjualan saja. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan petani di lokasi penelitian berupa penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Penanggungan risiko terjadi ketika petani menyimpan garam digudang-gudang mereka sebelum adanya pedagang yang mau membeli garam tersebut, sehingga petani menanggung rsisiko kerusakan dan penyusutan garam, selain itu penangungan risiko gagal panen dikarenakan cuaca (risiko produksi), risiko harga, keterbatasan fasilitas serta sarana produksi, dll. Petani melakukan fungsi penyimpan untuk menunggu harga jual garam yang sesuai. Fungsi fasilitas lainnya yaitu pembiayaan berupa fasilitas kredit yang harus dibayar oleh petani berupa angsuran pada pihak-pihak yang meminjamkan modal. Selanjutnya informasi pasar yaitu informasi harga didapat dari petani lainnya, pedagang pengumpul, sehingga informasi ini berguna untuk menentukan

21 39 waktu penjualan garam.untuk lebih jelasnya fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat petani responden Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Keterangan Petani Fungsi Pertukaran Penjualan Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Penyimpanan Penanggungan risiko Pembiayaan 2. PT Garam PT Garam Persero Indonesia merupakan BUMN yang memproduksi, mengolah dan mendistribusikan garam bahan baku, garam olahan maupun garam konsumsi secara mandiri, PT Garam sendiri adalah salah satu perusahaan yang memasok kebutuhan garam Indonesia, dari total pemenuhan kebutuhan garam di Indonesia. PT Garam memasok 35 persen kebutuhan garam nasional atau sebesar ton per tahun. PT Garam sendiri sebagai perusahaan BUMN memiliki keuntungan, dimana masih adanya sokongan dari pemerintah, namun berkewajiban untuk memberikan kontribusi dalam memberikan keuntungan bagi negara. PT Garam dari sisi produksinya mencoba mengembangkan kuantitas dan kualitas pergaraman mereka. Pengembangan dilakukan dengan perluasan lahan produksi dari tahun 2006, pada awalnya PT Garam hanya memiliki area sebesar 4000 ha yang diperluas hingga 5 500ha pada tahun 2007 di Pulau Madura. Karena keterbatasan lahan di Pulau madura sendiri maka PT Garam memperluas lahan mereka di luar Pulau Madura yaitu sebesar ha. Lahan yang dimiliki oleh PT Garam lebih menyatu atau tidak terpencar-pencar seperti lahan yang dimiliki oleh petani garam. Sedangkan di Kabupaten Sumenep lahan PT Garam hanya seluas ha. Kemudian dari kualitas PT Garam juga melakukan pengembangan dengan teknologi produksi garam bahan baku yang mampu memberikan kualitas sesuai dengan standar garam yang berlaku. Proses produksi garam yang dilakukan oleh pihak PT Garam sendiri adalah metode Portugis. Pada dasarnya proses pembuatan garam yang dilakukan oleh PT Garam hampir sama dengan pembuatan garam rakyat, letak perbedaannya adalah saat proses pemanen saja. Dimana petakan lantai garam di meja kristalisasi terakhir adalah lantai garam bukan lantai tanah seperti lahan milik petambak. Pada tahun 2012, PT Garam mulai menggunakan teknologi geomembran, lantai lahan yang awalnya adalah garam digantikan dengan plastik berwarna hitam. Diketahui bahwa geomembran ini dapat mempercepat produksi garam, dan hasil garam lebih bersih. Dengan penggunanaan geomembran ini juga dapat meningkatkan produktifitas garam yang dihasilkan. Keberadaan PT Garam sebagai produsen garam sangat menentukan proses penjualan. Karena hasil produksi PT Garam menghasilkan beberapa kualitas, yang memasok bahan baku garam ke perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Pada Tabel 11 dapat terlihat hasil produksi bahan baku garam PT Garam berdasarkan klasifikasi kualitas garam yang dihasilkan. IND adalah garam untuk industri namun karena keterbatasan pada tahun 2010 dan 2012 PT Garam sendiri tidak mampu menghasilkan garam untuk

22 40 industri. Sedangkan kualitas garam terbesar yang dihasilkan oleh tambak PT Garam sendiri adalah garam dengan kualitas Premium (P), selain itu juga menghasilkan garam yang berkualitas Putih Super (PS). Garam yang dihasilkan oleh petani di lokasi penelitian dengan kualitas KP1 di kategorikan sebagai garam kualitas PS oleh PT Garam, nantinya setelah dibeli dari pedagang pengumpul, akan dilakukan pencucian yang nantinya akan meningkatkan kualitas PS menjadi Premium. Garam yang diolah oleh PT Garam adalah garam yang berkualitas premium, dari total produksi garam premium hanya 10 persennya saja yang akan diolah, sedangkan kelebihannya akan dijual sebagai bahan baku ke perusahaanperusahaan lain. Tabel 11 Produksi garam bahan baku PT Garam berdasarkan kualitas yang dihasilkan di Kabupaten Sumenep Lokasi Kualitas Tahun (Ton) Sumenep IND Premium PS P M Total Sebagai produsen bahan baku PT Garam tentu saja melakukan beberapa fungsi, baik fungsi pertukaran yaitu penjualan. Penjualan dilakukan ke perusahaan-perusahaan swasta lainnya dengan kualitas garam premium. Dalam melakukan penjualan biasanya perusahaan mengemas garam ke dalam karung dengan berat 50 kg. PT Garam memiliki dua lokasi penggudangan di daerah penelitian, penggudangan dilakukan untuk menjaga ketersedian stok garam, karena sifat komoditi garam yang musiman dan bulky. Sedangkan fungsi fasilitas baik berupa transportasi, penangungan risiko, pembiayaan, informasi pasar, serta sertifikasi produk. Tabel 12 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat PT Garam sebagai produsen raw material Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Keterangan PT Garam Fungsi Pertukaran Penjualan Fungsi Fisik Pengemasan Penyimpanan Sortasi Fungsi Fasilitas Penanggungan risiko Pembiayaan Informasi pasar b. Pedagang Pengumpul atau Koperasi Astagina Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mendapatkan/membeli garam dari petani. Baik petani yang telah memiliki perjanjian ataupun tidak, perjanjian yang dimaksud adalah, petani awalnya dipinjami modal oleh pedagang, dengan syarat petani nantinya harus menjual kepada pedagang yang telah membantu

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR

PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR Fiddini Alham 1 Abstract: Sumenep Regency is one of salt producing areas in Indonesia. Salt plays an important role in almost all production and industrial

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

PRODUKSI GARAM INDONESIA

PRODUKSI GARAM INDONESIA PRODUKSI GARAM IDOESIA o A 1.1 eraca Garam asional eraca garam nasional merupakan perbandingan antara kebutuhan, produksi, ekspor, dan impor komoditas garam secara nasional dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM. Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM

PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM. Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM PENDAHULUAN 1. Garam merupakan komoditas penting yaitu kebutuhan pokok masyarakat yang termasuk dalam kategori

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garam merupakan komoditas vital yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk dikonsumsi maupun untuk kegiatan industri. Permintaan garam terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam merupakan komoditas yang keberadaannya sangat penting dan belum ada produk tertentu yang dapat menggantikannya berdasarkan aspek fungsi dan kegunaannya. Garam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN) Zainul Hidayah Dosen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

KEBUTUHAN GARAM INDUSTRI NASIONAL. Hotel Santika Bogor Senin : 7 November 2016

KEBUTUHAN GARAM INDUSTRI NASIONAL. Hotel Santika Bogor Senin : 7 November 2016 KEBUTUHAN GARAM INDUSTRI NASIONAL Hotel Santika Bogor Senin : 7 November 2016 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. III. IV. KONDISI SAAT INI PERMASALAHAN PROGRAM AKSI I. PENDAHULUAN 1. Industri garam merupakan industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya petani agar kesejahteraan petani semakin meningkat. Petani dapat meningkatan produksi pertanian dengan menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia salah satu negara dari sebelas negara produsen garam. Pencapaian jumlah produksi pada tahun 2009 sebanyak 1.4 juta ton, jauh dibandingkan dengan Cina yang

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP) ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP) Try Suherman 1, Elys Fauziyah 2, Fuad Hasan 2 1 Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K)

Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K) 1 Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K) Sasaran Rekomendasi : Kebijakan Pasar dan Perdagangan Latar Belakang Garam merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara Stefen Popoko * Abstrak Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Yepi Fiona 1, Soetoro 2, Zulfikar Normansyah 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT

PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT 1 Mahfud E, 2 Rahmad F. Sidik, 1 Haryo T 1 Prodi Ilmu Kelautan UTM, 2 Prodi TIP UTM e-mail: mahfudfish@gmail.com Abstrak Garam merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa LAPORAN AKHIR TA. 2013 KAJIAN EFISIENSI MODA TRANSPORTASI TERNAK DAN DAGING SAPI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno Bambang Winarso Amar K. Zakaria Tjetjep Nurasa

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian

Kementerian Pertanian KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU NASIONAL 1 I. PENDAHULUAN 1. Tembakau merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di Indonesia yang berkembang sudah sejak ratusan tahun yang silam. Kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan. Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak di ujung timur dari

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan. Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak di ujung timur dari BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan 1. Kecamatan Batangan Batangan adalah salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran

Lebih terperinci