MOTOR LISTRIK 3 FASA PADA AUTOCORO DAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIKNYA PADA PT. BITRATEX INDUSTRIES SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MOTOR LISTRIK 3 FASA PADA AUTOCORO DAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIKNYA PADA PT. BITRATEX INDUSTRIES SEMARANG"

Transkripsi

1 MOTOR LISTRIK 3 FASA PADA AUTOCORO DAN DISTRIBUSI DAYA LISTRIKNYA PADA PT. BITRATEX INDUSTRIES SEMARANG Wahyu Ridhani 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia 1 pearlwhy49@gmail.com Abstrak Untuk memenuhi kebutuhan sandang yang semakin hari semakin bertambah, dibutuhkan adanya ketersediaan produksi produk tekstil untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Kelancaran produksi produk tekstil ini salah satunya bergantung pada bekerja optimalnya mesin-mesin produksi tekstil yang ada di pabrik. Apabila mesin produksi mengalami masalah sehingga tidak dapat bekerja secara optimal, tentunya akan membuat hasil produksi menjadi berkurang. Salah satu syarat utama agar kinerja mesin produksi tekstil menjadi optimal adalah pasokan dan distribusi listrik pada mesin tersebut harus bagus dan stabil. Stabilnya distribusi listrik pada mesin-mesin produksi tentunya akan mengurangi resiko terjadinya masalah pada mesin produksi dan optimalisasi kinerja peralatan itu menjadi lebih bagus. Autocoro merupakan salah satu dari banyak jenis mesin produksi yang digunakan untuk menghasilkan benang melalui proses penggulungan benang dengan metode open-end (OE). Pada Autocoro terdapat berbagai macam motor listrik induksi 3 fasa yang digunakan untuk berbagai tujuan, salah satunya adalah untuk proses penggulungan benang. Kata Kunci : Produk Tekstil, Distribusi Listrik, Autocoro, Motor Listrik. 1. Pendahuluan Kebutuhan sandang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain kebutuhan pangan dan perumahan. Semakin meningkatnya permintaan akan kebutuhan sandang harus diikuti dengan ketersediaan produksi produk sandang untuk mencukupi permintaan tersebut. Dalam hal ini, PT. Bitratex Industries sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi bahan tekstil berusaha untuk memenuhi kebutuhan sandang tersebut. Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, proses produksi bahan tekstil pada perusahaan harus berjalan dengan lancar. Lancarnya proses produksi bahan tekstil ini salah satunya bergantung pada bekerja optimalnya mesin-mesin produksi tekstil yang digunakan untuk menghasilkan produk tekstil. Apabila terjadi masalah pada mesin produksi sehingga mengakibatkan mesin tidak bekerja secara optimal, tentunya akan membuat proses produksi tekstil menjadi terganggu dan hasil produksi juga berkurang. Oleh karena itu, syarat-syarat agar kinerja mesin produksi menjadi optimal harus senantiasa dipenuhi dan dijaga agar tidak terjadi masalah pada mesin produksi tersebut. Salah satu syarat utama agar kinerja mesin produksi menjadi optimal adalah pasikan dan distribusi listrik yang lancar dan stabil pada mesin produksi tersebut. Dengan stabilnya distribusi listrik ke mesin-mesin produksi, tentunya akan mengurangi resiko masalah yang terjadi pada mesin dan optimalisasi peralatan tersebut menjadi lebih bagus. Diantara banyak mesin produksi yang digunakan, Autocoro merupakan salah satunya. Autocoro berfungsi untuk menghasilkan benang melalui proses penggulungan benang. Dengan demikian, keberhasilan suatu pendistribusian daya listrik ke mesin produksi seperti autocoro ini akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas produk tekstil yang dihasilkan. Melihat pentingnya peranan distribusi daya listrik pada proses diatas, maka perlu dijaga dan diperhatikan distribusi listrik ke motor-motor listrik yang digunakan pada mesin produksi tekstil agar hasil dan kualitas produk tekstil yang dihasilkan tetap bagus. Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui cara pembuatan benang dari serat kapas melalui proses open-end yang menggunakan mesin autocoro. 2. Mengetahui cara kerja mesin autocoro dan distribusi listrik yang ada pada mesin tersebut. Sedangkan untuk menyederhanakan permasalahan dalam makalah ini, maka diberikan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Metode pembuatan benang yang dipakai adalah metode Open-End dengan bahan cotton dan campuran cotton dengan polyester. 2. Mesin produksi yang dibahas secara lengkap adalah mesin autocoro (lebih tepatnya merk Schlafhorft), sedangkan mesin-mesin lainnya hanya dibahas secara umum. 1

2 3. Distribusi listrik pada autocoro ditekankan pada motormotor listrik yang digunakan untuk proses produksi dan sistem kontrolnya. 4. Distribusi listrik untuk bagian-bagian lain dari autocoro seperti automatic piecer carriage dan package doffer tidak dibahas secara terperinci. 2. Profil PT.Bitratex Industries Semarang PT. Bitratex Industries adalah Perusahaan Swasta Asing (PMA) yang bergerak dalam bidang industri pemintalan benang. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981, yang peresmian penggunaan pabriknya dilaksanakan satu tahun kemudian oleh ketua BPKN Pusat yaitu Bapak Ir. Suhartoyo bersama Wakil Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah yaitu bapak Drs. Sukardijan. Pada awal berdirinya, perusahaan ini hanya terdiri dari satu unit yaitu spinning I, dalam perkembangannya membangun lagi dua unit yaitu spinning II dan TFO section yang terdiri dari dua gudang produksi. Pada perkembangan terakhir ini, PT. Bitratex Industries menambah gedung produksinya lagi yaitu membangun unit III. Struktur organisasi pada perusahaan ini terdiri dari Pimpinan Perusahaan, Bagian Administrasi dan Keuangan, Bagian Produksi, Bagian Pemasaran, Supervisor, Tenaga Kerja. PT. Bitratex Industries Semarang berlokasi di Jl. Brigjen S. Sudiarto km.11, Plamongan, Pedurungan, Semarang. Dasar pemilihan lokasi pabrik ini adalah ketetapan dari Pemerintah Indonesia untuk mendirikan pabrik di provinsi Jawa Tengah, cukup tersedianya fasilitas listrik, air, telepon dsb, adanya pelabuhan laut dan bandar udara di kota Semarang dan banyaknya sumber daya manusia sehingga mudah untuk mendapatkan tenaga kerja. Berdirinya PT. Bitratex Industries ini membawa dampak yang positif bagi perkembangan ekonomi Indonesia dan dapat mengurangi pengangguran dan membuka kesempatan usaha bagi penduduk di sekitarnya. Fasilitas yang terdapat pada perusahaan ini adalah Jamsostek, Poliklinik, Kesehatan, Keluarga Berencana, Koperasi, Asrama, Unit Kerja SPN, Pendidikan buruh dan karyawan. Jam kerja pada PT. Bitratex dibagi menjadi Shift Pagi (jam WIB), Shift Siang (jam ), Shift Malam (jam ) dan Shift Umum (jam WIB untuk senin-jum at dan WIB untuk hari sabtu). Gambar 1. PT. Bitratex Industries Semarang 3. Proses Pembuatan Benang dengan Metode Open-End (OE) Proses pembuatan benang yang dilakukan pada proses produksi PT. Bitratex Industries secara umum terdiri dari dua macam yaitu menggunakan metode Open-End (OE) dan Ring-Yarn (RY). Kedua metode ini mempunyai berbagai macam perbedaan diantaranya dari bahan yang digunakan, urutan proses pembuatan benang, peralatan/mesin produksi yang digunakan serta tentunya hasil benang yang dihasilkan. Hasil produk dari kedua proses diatas adalah benang siap pakai yang digulung dalam bentuk cheese dan cone. Cheese adalah alat bantu penggulung benang yang berbentuk silinder, biasanya dihasilkan dari penggulungan benang menggunakan mesin autocoro dan merupakan hasil dari metode open-end. Sedangkan cone adalah alat bantu penggulung benang yang berbentuk kerucut, biasanya dihasilkan dari penggulungan benang menggunakan mesin winding dan merupakan hasil dari metode ring-yarn. Prinsip pembuatan benang pada dasarnya sama, yaitu membuat untiran serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan tertentu. Antihan adalah puntiran atau twist yang diberikan pada serat/benang dengan tujuan untuk memberikan kekuatan. Cara pembuatan benang yang dilakukan oleh industri kebanyakan adalah serat-serat dari alam ataupun sintetik mengalami proses sebagai berikut : 1. Pembukaan atau penguraian (Opening) 2. Pembersihan kotoran (Cleaning) 3. Penarikan (Drafting) 4. Pemberihan Antihan (Twisting) 5. Penggulungan (Winding) Pembuatan benang / pemintalan benang secara open-end (OE) adalah cara pembuatan benang dimana bahan baku setelah mengalami peregangan seolah-olah terputus (terurai kembali) sebelum menjadi benang. Penyuapan (feeding) dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk serat-serat individu yang terbuka, serat yang disuapkan tadi disusun kembali pada alur pengumpulan yang dilakukan dengan aliran udara. Berbeda dengan sistem pemintalan lainnya, pada sistem ini pemberian antihan tidak menggunakan putaran spindel, akan tetapi dengan cara lain yaitu menggunakan gara aerodinamik yang dihasilkan oleh putaran motor. Nama open-end sendiri berasal dari proses mesin terakhir dalam rangkaian proses pemintalan benang ini, yaitu autocoro. Metode open-end ini memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan metode lainnya. Hal ini dikarenakan mesin terakhir sistem open-end mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus bila dibandingkan dengan mesin-mesin pada metode lain. Akan tetapi benang hasil dari proses open-end tidak sehalus proses lain semisal ring-yarn, hal ini dikarenakan urutan proses pembukaan benang pada metode open-end tidak sebanyak pada metode ring-yarn. Urutan proses pembuatan benang secara open-end dengan bahan cotton pada PT. Bitratex Industries digambarkan pada diagram sebagai berikut : 2

3 3.2 Blowing Room dan Carding Pada proses blowing ini terdapat berbagai jenis mesin yang digunakan untuk memfilter/menyaring kotoran dan debu yang masih menempel pada serat kapas. Total daya yang diperlukan pada proses blowing ini adalah 29,75 KW. Tujuan proses blowing secara umum adalah sebagai berikut : 1. Membuka gumpalan-gumpalan serat hingga menjadi gumpalan yang lebih kecil (terurai). 2. Membersihkan kotoran yang terdapat pada serat sewaktu serat mengalami pembukaan. 3. Mencampur serat yang berasal dari beberapa serat yang berasal dari beberapa serat yang dimasukkan. 4. Membuat gulungan lap yang rata sebagai hasil akhir pengerjaan pada unit mesin blowing. Diagram proses kerja di blowing room adalah sebagai berikut Gambar 2. Diagram urutan proses OE dengan bahan cotton 3.1 Bahan Baku dan Blendomat Bahan baku yang digunakan pada proses open-end ini adalah bahan yang berasal dari serat cotton/serat kapas. Serat adalah benda yang memiliki karakteristik panjangnya paling tidak 100 kali dari diameter/lebarnya, permukaannya memungkinkan terjadinya kohesi diantaranya sehingga dapat dibuat menjadi benang. Kapas sendiri adalah serat alam dengan komponen utamanya adalah selulosa yang merupakan polimer glukosa. Kapas banyak digunakan untuk pakaian karena sifatnya yang menyerap keringat sehingga nyaman dipakai dan memiliki stabilitas dimensi yang baik. Sedangkan proses blendomat adalah proses pengambilan material dari mixing secara otomatis menggunakan mesin, menghisap kapas dan menyalurkannya menuju proses blowing (blow room). Material kapas dalam bentuk bal yang belum dibersihkan diletakkan menumpuk di sisi kiri dan kanan mesin blendomat, mesin blendomat lalu berjalan diatas bahan serat kapas tersebut dan menggiling serat kapas yang dilewatinya. Gambar 4. Diagram proses kerja di blowing room Setelah melalui proses di dusttex pada blowing room, serat yang sudah dibersihkan akan disalurkan menuju proses carding. Proses carding adalah proses mengubah lap menjadi sliver. Lap hasil proses blowing masih berupa gumpalan kapas yang masih mengandung serat-serat pendek dan kotoran. Gumpalan kapas masih perlu dibuka dan dibersihkan lebih lanjut pada mesin carding. Total daya yang diperlukan untuk proses carding ini adalah 25,82 KW. Hasil dari proses carding adalah kapas yang berbentuk sliver yang diletakkan pada drum besar. Gambar 5. Mesin Carding 3.3 Drawframe (Proses Drawing) Gambar 3. Mesin Blendomat berjalan diatas serat kapas Proses pada mesin drawing merupakan langkah yang sangat penting dalam tahap pembuatan benang dan dilakukan 3

4 setelah proses carding. Proses ini bertujuan untuk meluruskan dan mensejajarkan serat kearah sumbu sliver, sebagai persiapan sebelum serat-serat tersebut akan diregangkan dan dibuat menjadi benang pada mesin pintal. Tujuan dari proses drawing ini adalah sebagai berikut : 1. Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat ke arah sumbu dari sliver. 2. Memperbaiki kerataan berat per satuan panjang, campuran dan sifat lainnya dengan jalan perangkapan. 3. Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses selanjutnya. Pada drawframe breaker, proses yang dilakukan adalah perangkapan beberapa sliver menjadi satu untuk memperbaiki kerataan berat per satuan panjang. Sedangkan pada drawframe finisher, diatur parameter sliver yang diinginkan seperrti berat, ketebalan dsb. Selain itu, proses pelurusan dan pensejajaran juga dilakukan disini. Hasil dari proses drawing adalah sliver yang diletakkan pada drum kecil. Daya total yang diperlukan untuk proses ini adalah 20,2 KW. Gambar 6. Proses Drawing Gambar 7. Proses perubahan sliver menjadi benang pada autocoro Keterangan : 1). Corong, 2). Rol Penyuap, 3). Rol Pengurai, 4). Pipa, 5). Rotor, 6). Saluran, 7). Rol Pelepas, 8). Rol penggulung. Proses kerjanya adalah sebagai berikut, Bahan berupa sliver masuk melalui corong (1), diambil oleh rol penyuap (2), dimasukkan ke daerah penggilingan/penguraian. Serat-serat yang masuk diuraikan oleh rol pengurai (3). Selanjutnya melalui pipa (4) disalurkan ke rotor. Oleh rotor, serat dikumpulkan sepanjang sudut bagian dalam rotor, kemudian serat-serat masuk ke saluran (6) dimana susunan serat-serat tersebut sudah menjadi benang yang antihannya ditentukan oleh rotor tersebut. Oleh karena perbedaan putaran rotor dengan kecepatan tarikan rol pelepas (7), maka terjadilah antihan (twist) dan penggulungan. Dari rol pelepas, benang digulung pada cheese diatas rol penggulung (8). 3.4 Autocoro (Proses Pemintalan) Proses yang dilakukan di autocoro adalah proses pengolahan sliver menjadi benang dan merupakan proses terakhir dalam rangkaian proses peminyalan benang secara open-end. Sliver hasil dari proses drawing diproses menjadi benang melalui proses peregangan secara mekanik dan pneumatik, pemberian antihan (twist) dan penggulungan benang. Proses perubahan sliver menjadi benang pada autocoro dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 4 Gambar 8. Mesin Autocoro 3.5 Proses Steaming, Ultraviolet dan Packing Benang yang sudah selesai digulung dalam bentuk cheese maupun cone harus melewati proses steaming terlebih dahulu sebelum dipacking. Proses steaming adalah proses penguapan terhadap benang yang memiliki puntiran yang sangat tinggi dengan tujuan menghilangkan puntiran dan memperkuat benang. Proses ini dilakukan dengan cara

5 memasukkan benang ke dalam tabung, kemudian ke dalam tabung dialirkan uap dengan suhu dan waktu steaming yang bervariasi untuk setiap jenis benang. Untuk benang hasil proses open-end biasanya diuapkan selama 30 menit pada suhu 70 o C. Setelah melewati proses steaming, benang akan dicek kualitasnya menggunakan sinar ultraviolet. Apabila masih ada kotoran yang menempel ataupun masih ada puntiran pada benang akan kelihatan proses ini. Setelah dipastikan kualitas benang bagus pada proses ultraviolet, benang selanjutnya akan dipacking dan dikirimkan ke konsumen. ditanahkan untuk masing-masing lilitan primer dan sekundernya. Sisi output trafo akan dihubungkan dengan panel kontrol dan dari sinilah daya listrik akan didistribusikan menuju panel untuk masing-masing kebutuhan. Untuk panel kontrol trafo sendiri dipasang Circuit Breaker (CB) yang berguna untuk mengamankan trafo apabila terjadi gangguan. Trafo 1 akan mensuplai dan mendistribusikan daya ke beberapa peralatan listrik diantaranya mesin ringframe, autocoro 1 dan 2, winding, chiller 2, AWT 1 dan 2, panel penerangan untuk proses spinning dan pompa chiller untuk AWT 1 dan 2. Panel kontrol untuk mesin autocoro 1 dan 2 (ACO 1 & 2) merupakan satu kesatuan unit kontrol. Di panel tersebut juga terdapat circuit breaker yang fungsinya sama dengan yang ada di panel kontrol trafo sebelumnya. Masukan dari panel kontrol ini adalah kabel listrik yang berasal dari trafo 1 dan keluarannya disalurkan menuju mesin autocoro 1 dan 2 lewat ruangan bawah lantai unit produksi. Arus yang diperlukan untuk mesin autocoro adalah 800A dan tegangannya 3 fasa 380V. Gambar 9. Proses Steaming Gambar 10. Benang yang sudah di packing 4. Motor Listrik pada Autocoro dan Distribusi Daya Listriknya 4.1 Distribusi Daya Listrik pada Autocoro Daya listrik yang mencukupi dan stabil merupakan syarat utama pada proses produksi, tak terkecuali untuk mesin autocoro. Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik yang besar ini, unit produksi II PT. Bitratex Industries menggunakan suplai daya dari JTM PLN dengan tegangan listrik 3 fasa 22 KV. Karena mesin-mesin yang ada unit produksi kebanyakan menggunakan tegangan listrik 3 fasa 380V, jadi diperlukan transformator untuk menurunkan nilai tegangannya. Terdapat 5 unit trafo dan semuanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya pada unit II ini yang meliputi kebutuhan daya mesin-mesin produksi, penerangan, chiller dan Air Waser Tower (AWT) untuk pendinginan ruangan dan peralatan lainnya. Kapasitas trafo yang digunakan adalah 1600 KVA dengan lilitan delta-bintang Gambar 11. CB pada panel kontrol autocoro 1 dan 2 Berikut adalah nilai arus yang diukur pada 4 panel kontrol mesin autocoro pada PT. Bitratex Industries : Tabel 1. Nilai arus pada 4 panel kontrol autocoro Fasa / ACO no. 1 (A) 2 (A) 3 (A) 4 (A) R ,1 S 188, ,4 171,2 T ,2 186,5 Daya yang didapatkan mesin autocoro dari panel kontrol akan didistribusikan lagi untuk kebutuhan masing-masing peralatan yang ada di dalam autocoro itu sendiri. Tegangan AC 380V akan diturunkan lagi menjadi 220V, 3x19V, 3x42V, oleh trafo yang ada di dalam autocoro untuk berbagai peralatan yang membutuhkan tegangan masukan di 5

6 bawah 380V. Selain itu, tegangan listrik AC juga akan disearahkan menjadi tegangan DC oleh rectifier untuk kebutuhan peralatan yang memakai tegangan DC sebagai masukannya. Gambar 12. Diagram Rangkaian Peralatan Listrik pada Autocoro Keterangan : Tegangan Utama (220V / 380V AC) : 4 : Motor Utama (M1), 6 : Motor Suction (M2), 8 : Motor Opening Roller Drive (M3), 10 : Motor Auxiliary Shaft Drive (M4), 12 : Motor Package Conveyor (M5), 16 : Trafo Kontrol (T2), 32 : Trafo Kontrol (T4). Rangkaian Operasi 19/42 V AC : 18 : Pengatur tegangan untuk starter winding, 20 : Indikator, 21 : Traveling Blower, 23 : Package Doffer, 25 : Starter Winding Station, : Fan / Kipas. Lambang Peralatan Listrik : F : Fuse, K : Kontaktor, Q : Peralatan Switch, M : Motor, T : Trafo, V : Rectifier (Penyearah). Line 2, merupakan kabel masukan daya listrik yang berasal dari panel kontrol autocoro 1 & 2. Pada line ini akan dilindungi oleh Fuse 1 (F1) dan Switch Q1 yang akan memutuskan aliran arus apabila ada terjadi gangguan pada line 2. Setelah itu aliran daya akan didistribusikan untuk masing-masing motor (dari line 4 sampai line 14). Pada ujung line 4 terdapat motor utama (M1) yang dikontrol oleh Kontaktor K1 dan dilindungi oleh Fuse 2 (F2) dari arus berlebih. Pada line 6 terdapat motor suction (M2) yang dikontrol oleh Kontaktor 2 (K2) dan dilindungi oleh switch Q2. Apabila terjadi gangguan pada line 6, maka Q2 akan memutus aliran arus sehingga tidak mengganggu line yang lain. Untuk line 8, 10,12,dan 14 relatif sama dengan line 6, dimana di ujung jaringan terdapat motor yang kontrolnya dikendalikan oleh suatu kontaktor (K) dan dilindungi oleh suatu switch (Q) yang memiliki simbol angka yang sama dengan motornya. Peralatan switch ini merupakan suatu proteksi terhadap kelebihan arus (over current) dan kelebihan beban (overload) pada suatu motor listrik 3 fasa. Pada line 32 terdapat sebuah trafo kontrol (T4) yang mengubah tegangan 380 V a.c menjadi 220 V a.c yang akan dipakai untuk semua peralatan yang membutuhkan tegangan 220 V untuk beroperasi. Sebenarnya untuk mendapatkan tegangan 220 V dapat dilakukan dengan cara mengambil salah satu fasa dari jaringan 3 fasa 380 V. Karena 1 fasa dari jaringan 3 fasa yang bertegangan 380 V akan bernilai 220 V (380 V / 3). Akan tetapi cara ini tidak begitu efektif karena pengambilan salah satu fasa untuk beban tertentu akan membuat total daya antara 3 fasa ini menjadi tidak seimbang, salah satu fasa bisa menjadi lebih besar nilai dayanya dibanding fasa yang lain. Oleh karena itulah untuk mendapatkan tegangan 220 V diperlukan sebuah trafo yang digunakan untuk mentransformasikan tegangannya dari 380 V menjadi 220 V.Pada line 16 juga tedapat sebuah trafo (T2) yang digunakan untuk mengubah nilai tegangan dari 380 V a.c menjadi 3 x 19 V a.c dan 3 x 42 V a.c. Tegangan 3 x 19 V a.c ini selanjutnya akan disearahkan oleh rectifier (penyearah V1) dan menjadi 24 V d.c. Tegangan 24 V d.c ini digunakan untuk tegangan kontrol pada winding. Terdapat 2 fuse yang diletakkan pada line ini, satu diantara beban dan rectifier yaitu F12 dan satunya lagi diantara rectifier dan trafo T2 yaitu F6. Tegangan 3x42 V a.c akan dipakai untuk berbagai macam keperluan yaitu untuk indicator, travelling blower, Package Doffer, starter winding serta motor-motor untuk kipas (M7, M8 dan M9). Motor untuk kontrol start-up (M10) dan motor sectional suction (2M2) adalah sebuah opsi pada autocoro dan tidak terdapat pada autocoro jenis ini. 4.2 Motor-Motor Listrik pada Autocoro Pada mesin autocoro terdapat berbagai motor listrik yang digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Jenis motor yang digunakan adalah motor induksi 3 fasa dengan belitan bintang-delta. Daya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan motor berasal dari panel kontrol autocoro 1 dan 2. Untuk mengaktifkan switch utama pada mesin autocoro, switch Q1 diatur posisinya pada posisi I dan rangkaian untuk trafo kontrol T2 dan T4 akan menutup. Trafo T2 menyediakan tegangan kontrol 3x42 V a.c dan 3x19 V a.c. Tegangan 3x19 V a.c disearahkan menjadi 24 V d.c yang dibuthkan untuk kontrol tegangan starter dan tegangan lampu pilot. Trafo T4 menyediakan tegangan 220 V a.c untuk seluruh peralatan yang membutuhkan input tegangan sebesar 220 V pada autocoro. Diagram peralatan pada autocoro dan letak untuk masing-masing motor dapat dilihat pada gambar 13 dibawah ini, untuk generator yang ada diatas motor suction (M2) sudah dicabut dan tidak ada lagi. Jadi untuk setiap rangkaian selanjutnya yang memakai sumber dari generator akan digantikan oleh line 380 V a.c yang paralel dengan M2. Pada bagian kiri autocoro terdapat motor suction (M2), motor package conveyor (M5) dan motor untuk kipas (M9). Sedangkan pada bagian kanan autocoro terapat motor-motor sebagai berikut, Motor Utama (M1), Motor Opening Roller Drive (M3), Motor Auxiliary Shaft Drive (M4). Selain itu, motor fan (kipas) M7 dan M8 juga terletak di bagian ini. Panel kontrol dari mesin autocoro terletak di bagian kanan motor utama. 6

7 Gambar 13. Diagram letak motor pada autocoro Kebanyakan dari motor-motor yang ada pada autocoro menggunakan belitan/lilitan bintang-delta pada proses starting/perngasutannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar arus start dari motor tersebut dapat dibatasi agar tidak terlalu besar. Apabila motor dihubungkan langsung dengan lilitan delta, maka pada saat start arusnya akan melonjak tinggi dan dapat membahayakan motor tersebut. Oleh karena itulah digunakan lilitan bintang-delta pada motor induksi 3 fasa tersebut, dengan maksud agar nilai arus start menjadi 1/3 dari nilai arus start yang langsung menggunakan lilitan delta Motor Utama (M1) Motor utama (M1) pada mesin autocoro terletak di bagian kanan bawah dari diagram letak peralatan autocoro. Motor ini merupakan motor terbesar dari ukuran maupun kapasitas dayanya diantara motor-motor listrik yang terdapat di autocoro. Motor utama digunakan untuk menggerakkan semua rotor yang ada pada proses pembuatan benang. Semua rotor yang digunakan untuk membuat benang dikopel dengan shaft yang digerakkan oleh motor utama sehingga bila motor utama beroperasi dan rotornya berputar, maka semua rotor yang digunakan untuk membuat benang akan bergerak karena terkopel dengan rotor M1. Selain itu, motor M1 juga digunakan untuk menggerakkan belt yang mengoperasikan rol penggulung pada proses pemintalan benang pada cheese. Sama seperti rotor tadi, semua rol penggulung dihubungkan dengan belt yang dikopel dengan motor M1. Data dari motor utama (M1) adalah sebagai berikut : V : 220V/380V (delta/star) I : 152 A P : 45 KW Cos phi : 0,84 F : 50 Hz rpm : 1470 rpm Dari data diatas, kita dapat menentukan jumlah pole/kutub dari motor M1, dengan menggunakan rumus dibawah ini : Dimana : P = jumlah kutub (pole) F = Frekuensi jala-jala (Hz) n = kecepatan putar motor (rpm) 120 = nilai tetap Dengan memasukkan data dari motor utama diatas, maka didapatkan jumlah kutub dari motor ini adalah Nilai 4,08 dibulatkan menjadi 4. Maka jumlah kutub motor utama (M1) adalah Motor Suction (M2) Motor suction (M2) terletak di bagian kiri pada diagram letak peralatan autocoro, terletak jauh dari motor utama dan motor lainnya. Motor suction berguna untuk menghisap debu dan kotoran yang ada pada saat proses pembuatan benang di combing. Motor suction dihubungkan melalui belt dengan 2 kipas besar diatasnya untuk menyedot debu. Pada desain awalnya, M2 dikopel dengan generator untuk menggerakkan winding head serta mengoperasikan Automatic Piecer Carriage (APC) dan memberikan tegangan masukan untuk informator. Akan tetapi pada prakteknya karena banyaknya gangguan yang terjadi pada saat penggunaan generator tersebut, generator dilepas dari motor suction dan sumber daya listrik untuk peralatan yang sebelumnya disuplai generator dialihkan dari jaringan 380 V yang diparalel dengan sumber daya motor suction tersebut. Data dari motor suction (M2) adalah sebagai berikut : V : 220V/380V (delta/star) I : 75 A P : 22 KW Cos phi : 0,88 F : 50 Hz rpm : 2940 rpm Jumlah pole / kutub dari motor suction (M2) dapat dihitung berdasarkan data diatas dengan menggunakan rumus yang sama dengan rumus menghitung jumlah kutub dari motor utama sebelumnya : Gambar 14. Motor Utama (M1) pada autocoro Nilai 2,04 dibulatkan menjadi 2, maka jumlah kutub dari motor suction (M2) adalah 2. 7

8 4.2.3 Motor Opening Roller Drive (M3) Motor Opening Roller drive terletak di belakang motor utama (M1) pada autocoro. Motor ini berguna untuk menggerakkan motor untuk proses combing pada pembuatan benang dari sliver, oleh karena itulah motor ini juga sering disebut sebagai motor combing. M3 dihubungkan pada belt dengan rotor diatasnya, dan rotor tersebut dihubungkan dengan shaft yang terhubung dengan semua rol pengurai untuk proses combing. Jadi semua rol pengurai akan bergerak bersamaan ketika motor combing ini bekerja. Gambar 16. Motor Auxiliary Shaft Drive (M4) pada autocoro Motor Package Conveyor (M5) Gambar 15. Motor Opening Roller Driver (M3) pada autocoro Data dari motor opening roller driver (M3) adalah sebagai berikut : V : 220V/380V (delta/star) I : 50 A P : 15 KW Cos phi : 0,88 F : 50 Hz rpm : 1460 rpm Jumlah pole / kutub dari motor suction (M2) dapat dihitung berdasarkan data diatas dengan menggunakan rumus yang sama dengan rumus menghitung jumlah kutub dari motor utama sebelumnya : Nilai 4,1 dibulatkan menjadi 4, maka jumlah kutub dari motor combing (M3) adalah Motor Auxiliary Shaft Drive (M4) Motor auxiliary shaft drive (M4) terletak pada bagian kanan autocoro, tepatnya diatas dari motor opening roller drive (M3). Motor ini berfungsi untuk menggerakkan rol penyuap (feeding) yang berguna untuk menarik / memasukkan sliver yang ada pada can menuju proses combing. Motor M4 menggerakkan shaft yang terhubung dengan semua rol penyuap tadi. Jadi ketika motor M4 bekerja, semua rol penyuap akan bekerja secara bersamaan untuk menarik sliver dari drum. Motor M4 terdiri dari dua jenis yaitu Mesin tanpa kontrol start-up elektris dan Mesin dengan kontrol start-up elektris. Motor package conveyor terletak di atas motor suction, di bagian kiri dari mesin autocoro. Motor ini digunakan untuk menggerakkan roda berjalan yang dipakai untuk menarik / mengambil benang yang sudah selesai proses penggulungannya pada cheese. Motor dihubungkan dengan belt yang berfungsi untuk menarik roda berjalan ketika sudah banyak terkumpul cheese yang ada di atasnya Motor Fan (Kipas) (M7, M8, M9) Motor untuk menggerakkan kipas ini terletak di berbagai tempat di mesin autocoro. M7 terletak di sebelah motor Motor Opening Roller Drive (M3), M8 terletak di sebelah motor utama (M1) dan M9 terletak di atas motor suction (M2). Semua motor untuk kipas ini berguna untuk menggerakkan kipas yang akan mengalirkan udara yang ada di dalam ruangan tempat motor-motor pada autocoro berada. Dengan adanya perpindahan aliran udara, maka udara panas yang ada di dalam ruangan akan ditarik keluar oleh kipas ini dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Perpindahan aliran udara ini penting untuk menjaga suhu di ruangan tempat motor berada agar tidak naik sehingga motor dapat bekerja secara optimal tanpa terjadi adanya overheating. Motor ini memerlukan masukan tegangan 3x42 V a.c yang didapatkan dari hasil perubahan dari 380 V menjadi 3x42 V oleh trafo T2. Gambar 17. Kipas yang digerakkan oleh motor M7 8

9 5. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh selama melakukan kerja praktek di Unit II produksi PT. Bitratex Industries Semarang adalah sebagai berikut : 1. Pada unit II produksi PT. Bitratex Industries terdapat 2 macam proses penggulungan benang yaitu proses Open- End Yarn dengan mesin Autocoro sebagai mesin finishingnya dan proses Ring-Spurn Yarn dengan mesin Ring Frame Winding sebagai mesin finishingnya. 2. Mesin Autocoro berfungsi untuk mengubah sliver hasil proses drawing menjadi benang melalui proses peregangan secara mekanik dan pnuematik, pemberian puntiran (twist) dan penggulungan benang. 3. Distribusi daya listrik pada mesin autocoro berasal dari trafo yang mengubah tegangan 3 fasa 22 KV dari PLN menjadi tegangan 3 fasa 380 V. Tegangan ini kemudian didistribusikan pada autocoro untuk mengoperasikan peralatan yang membutuhkan tegangan masukan sebesar 380 V. 4. Di dalam mesin autocoro terdapat 5 buah trafo yang berguna untuk menurunkan tegangan 380 V agar peralatan yang membutuhkan tegangan masukan di bawah 380 V bisa beroperasi. Jenis trafo ini adalah trafo step-down atau penurun tegangan. 5. Pada mesin autocoro terdapat 8 buah motor listrik 3 fasa yang mempunyai kegunaan masing-masing. Diantaranya adalah motor utama (M1), motor suction (M2), motor opening roller drive (M3), motor auxiliary shaft drive (M4), motor package conveyor (M5), dan motor untuk menggerakkan kipas (M7, M8,M9). 6. Penggunaan generator untuk sumber daya 220 V pada autocoro ini sudah tidak digunakan lagi karena banyaknya gangguan mekanis yang terjadi. Sumber daya untuk peralatan yang sebelumnya berasal dari generator dialihkan dari line 380 V yang diturunkan tegangannya menjadi 220 V oleh trafo T4. 7. Penggunaan lilitan bintang-delta pada motor listrik saat proses startingnya bertujuan untuk membatasi arus start dari motor tersebut agar tidak terlalu besar. Nilai arusnya menjadi 1/3 dari arus start yang langsung menggunakan lilitan delta. dan Pembuatan Kain, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta, [5] Wildi, Theodore. Electrical Machines, Drivers and Power Systems, Prentice-Hall International INC, New York, [6]., Manual Electrical Operation for Autocoro, Schlafhorst Co.Ltd, Germany. [7]., Manual Electrical Operation for Carding, Trutzschler Co.Ltd, Germany. [8]., Manual Electrical Operation for Draw Frame, Rieter Co.Ltd, Germany. [9] [10] [11] Biodata Penulis Wahyu Ridhani lahir di Banjarmasin pada 10 November Saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Konsentrasi Energi Listrik Semarang, Desember 2012 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Djoko Windarto, MT. NIP Referensi [1] Lister, Eugene C. Mesin dan Rangkaian Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2008 [2] Parwitro, S. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, [3] Parwitro, S. Teknologi Pemintalan Bagian Kedua, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, [4] Sulam, Abdul Latief, Teknologi Pembuatan Benang 9

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan oleh mesin pendingin ( mesin Chiller ) untuk didistribusikan ke unit unit mesin pendingin

Lebih terperinci

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Pengereman Dinamik Pada Motor Induksi Tiga Fasa (A. Warsito, M. Facta, M Anantha BP) PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Agung Warsito, Mochammad Facta, M Anantha B P a.warsito@elektro.ft.undip.ac.id,

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Langkah Perancangan Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Pembuatan gambar rancangan (diagram rancangan) Pemilihan komponen Pemasangan komponen Pengujian

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Dwi Harjanto. 1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG Mahadi Prasetyawan (L2F008059) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

PERAWATAN MOTOR LISTRIK PADA MESIN PENGGERAK SISTEM CRANE DI PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA

PERAWATAN MOTOR LISTRIK PADA MESIN PENGGERAK SISTEM CRANE DI PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA PERAWATAN MOTOR LISTRIK PADA MESIN PENGGERAK SISTEM CRANE DI PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA Siswanto, Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jalan Prof. H. Soedarto, S.H,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi 2015 Antoni Yohanes 28 Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi Antoni Yohanes Dosen Program Studi Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam istilah elektro, transformator adalah suatu alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi yang sama. Perubahan energi

Lebih terperinci

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding)

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding) Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah (Separate Winding) 1. Tujuan 1.1 Mengidentifikasi terminal motor dua kecepatan dua lilitan terpisah (separate winding) 1.2 Menjelaskan tujuan dan fungsi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN 26 BAB KONSEP PERHTUNGAN JATUH TEGANGAN studi kasus: Berikut ini proses perencanan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan Mulai Pengumpulan data : 1. Spesifikasi Transformator 2. Spesifikasi Penyulang

Lebih terperinci

SISTEM OPERASI CONTAINER CRANE (CC) DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG

SISTEM OPERASI CONTAINER CRANE (CC) DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Makalah Kerja Praktek di Terminal Peti Kemas Semarang(TPKS) SISTEM OPERASI CONTAINER CRANE (CC) DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Hadi Sutanto Saragi 1, Ir.Yuningtyastuti, MT 2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir PENENTUAN KAPASITAS GENSET CONTAINER CRANE STUDI KASUS TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG

Makalah Seminar Tugas Akhir PENENTUAN KAPASITAS GENSET CONTAINER CRANE STUDI KASUS TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Makalah Seminar Tugas Akhir PENENTUAN KAPASITAS GENSET CONTAINER CRANE STUDI KASUS TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bayu Anggoro- L2F 003 489 1, Dr. Ir. Hermawan, DEA 2, Ir. Agung Warsito, DHET 2. Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI BENANG RAYON DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI BENANG RAYON DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI BENANG RAYON DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Nama : Nadya Octavia NPM : 35412218 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. PENDAHULUAN LATAR

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan terapannya dalam industri di setiap negara sangat diperlukan karena dapat menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pada

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor listrik sudah menjadi kebutuhan kita sehari-hari untuk menggerakkan peralatan dan mesin yang membantu perkerjaan. Untuk itu sangatlah erat kaitannya antara motor

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 ANALISIS KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENGASUTAN MOTOR INDUKSI MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB (Aplikasi pada Bengkel Listrik Balai Besar Latihan Kerja (BBLKI) Medan) Sorganda Simbolon, Eddy Warman Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Umum Seperti telah di ketahui bahwa mesin arus searah terdiri dari dua bagian, yaitu : Generator arus searah Motor arus searah Ditinjau dari konstruksinya, kedua mesin ini adalah

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON Irpan Rosidi Tanjung, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH Wahyudi Budi Pramono 1*, Warindi 2, Achmad Hidayat 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Seperti kita ketahui bahwa dalam instalasi suatu motor listrik harus mempunyai pengetahuan dasar yang baik mengenai cara instalasi itu sendiri. Hal Ini akan sangat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

Gambar 2.1 : a. Bentuk kumparan jerat b. Bentuk kumparan sepusat

Gambar 2.1 : a. Bentuk kumparan jerat b. Bentuk kumparan sepusat 2.1 Bentuk Bentuk Kumparan Stator Bentuk kumparan stator dari motor induksi 1 fasa dapat dibagi menjadi 2 macam, hal semacam ini adalah tergantung dari cara melilitkannya kedalam alur alur stator. Bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START DAN ARUS START,DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGASUTAN AUTOTRAFO, STAR DELTA DAN DOL (DIRECT ON LINE) PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL)

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL) BAB III METODE STARTING MOTOR INDUKSI 3.1 Metode Starting Motor Induksi Pada motor induksi terdapat beberapa jenis metoda starting motor induksi diantaranya adalah Metode DOL (Direct Online starter), Start

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron Oleh: Luthfi Rizal Listyandi I. Latar Belakang Salah satu potensi sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan guna mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI ANALISA ENGARUH BESAR NILAI KAASITOR EKSITASI TERHADA KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN ADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) ENGUATAN SENDIRI Muhammad Habibi Lubis, Masykur Sjani Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Bagian 9: Motor Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Outline Pendahuluan Konstruksi Kondisi Starting Rangkaian Ekivalen dan Diagram Fasor Rangkaian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC

TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC TUGAS AKHIR MODIFIKASI SISTEM PENGEREMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PLC Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Toni Yanuar Efendi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TENAGA MEKANIK MOTOR INDUKSI PADA MESIN PRESS SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR

PEMANFAATAN TENAGA MEKANIK MOTOR INDUKSI PADA MESIN PRESS SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR PEMANFAATAN TENAGA MEKANIK MOTOR INDUKSI PADA MESIN PRESS SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR Deni Almanda, Umaryoto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan Cempaka Putih

Lebih terperinci

Mengenal 3 jenis Motor listrik 1 Fasa dan pemanfaatannya

Mengenal 3 jenis Motor listrik 1 Fasa dan pemanfaatannya Home» Elektrikal» generator dan motor» Mengenal 3 jenis Motor listrik 1 Fasa dan pemanfaatannya By CBR MotoVlog Friday, 21 October 2016 Elektrikal generator dan motor Mengenal 3 jenis Motor listrik 1 Fasa

Lebih terperinci

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK Q No.Dokumen 061.423.4.70.00 Distribusi Tgl. Efektif Judul Mata Kuliah : Mesin Arus Bolak-Balik Semester : 6 Sks : 3 Kode : 14034

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemeliharaan (maintenance) merupakan salah satu faktor penting yang menunjang berjalannya suatu aktivitas. Jika suatu sistem memiliki pemeliharaan yang baik,

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini

Lebih terperinci

MODUL 1 GENERATOR DC

MODUL 1 GENERATOR DC Nama NIM Kelompok Hari/Tgl MODUL 1 GENERATOR DC Asisten A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari proses terbangkitnya tegangan pada generator DC penguatan terpisah 2. Memperoleh kurva karakteristik tegangan

Lebih terperinci

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR 1. Pendahuluan Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Motor Listrik. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Motor Listrik. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Motor Listrik Missa Lamsani Hal 1 Motor Listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ 18 Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ Ade Elbani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abstract Pada

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Dimas Harind Yudha Putra,Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

Makalah Kerja Praktek di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS)

Makalah Kerja Praktek di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) APLIKASI MOTOR DC SEBAGAI PENGGERAK CONTAINER CRANE SERTA ANALISIS FAKTOR DAYA PADA SAAT CONTAINER CRANE BEKERJA DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Oleh : Aditya Bakti ( L2F62 ) -Abstrak- Berbagai macam barang

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 62-68 ISSN 0216-7395 PERANCANGAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA TIPE ROTOR BELITAN UNTUK PENINGKATAN UNJUK KERJA Tejo Sukmadi Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC BAB X DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC Tujuan Pembelajaran : - Memahami Dasar-dasar listrik AC - Mengetahui prinsip kerja dan kontruksi Generator A. PERBEDAAN AC DAN DC Perbedaan arus bolak-balik dan arus searah

Lebih terperinci

RANGKAIAN DASAR KONTROL MOTOR LISTRIK

RANGKAIAN DASAR KONTROL MOTOR LISTRIK RANGKAIAN DASAR KONTROL MOTOR LISTRIK A. RANGKAIAN KONTROL DASAR a. Rangkaian utama Rangkaian utama adalah gambaran rangkaian beban dan kotak kontak utama kontaktor serta kontak breaker dan komponen pengaman

Lebih terperinci