BRIEF NOTE PENGANTAR. Riza Primahendra 1
|
|
- Deddy Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta Fax: MARJIN NALISASI PERDES SAAN PENGANTAR Riza Primahendra 1 Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah upaya perusahaan untuk menjadikan eksistensi perusahaan menjadi bagian dari upaya pembangunan. Perusahaan tidak lagi dilihat dan melihat dirinya sebagai entitas yang terpisah dari masyarakat. Sebaliknya, perusahaan adalah bagian dari pemangku kepentingan yang bergandengan tangan dengan pemmangku kepentingan lain untuk mengatasi kemiskinan dan marjinalisasi. Salah satu wilayah yang perlu mendapatkan perhatian dari program CSR adalah perdesaan. Telah menjadi kenyataan bahwa perdesaan adalah kantong kemiskinan. Berbagai program dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk melakukan pembangunan di daerah perdesaan dalam kenyataan belum memberikan dampak seperti yang diharapkan. Lebih dari 60% penduduk miskin tinggal di perdesaan dan persentase inii belum mengalami perubahan seperti dapat dilihat pada grafik berikut. Proses perbaikan di desa terjadi dalam periode Periode waktu tersebut adalah periode Orde Baru dimana berbagai program yang diarahkan ke desa (PKK, Puskesmas, Posyandu, Bimas, SD Inpres, Kelompencapir, KTNA, UPPKS, dsb) banyak dilaksanakan. Periode waktu paska reformasi yaitu justru ditandai dengan bertambahnya persentasee penduduk miskin di pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi kemiskinan di pedesaan tidak dapat dilepaskan dari kebijakan politik ekonomi yang diambil pemerintah termasuk didalamnya sektor ekonomi yang menjadi andalan dan entitas ekonomi yang didorong untuk berkembang. 1 Konsultan Sosial dan Trainer pada AMERTA Social Consulting & Resourcing
2 Satu hal yang jelas, pengabaian terhadap perdesaan akan mengakibatkan dampak yang luas dan laten. Beberapa dampak yang saat ini banyak dilihat adalah rendahnya ketahanan pangan, urbanisasi, angka kematian ibu melahirkan yang relatif tinggi, dan meluasnya kesenjangan wilayah. Grafik Distribusi Penduduk Miskin Sumber: BPS, data terolah, 2008 PERDESAAN DAN KEBIJAKAN POLITIK EKONOMI Mengkritisi kondisi perdesaan sekarang, dua catatan perlu diletakkan didepan. Pertama, perdesaan bukanlah entitas yang terisolir dan netral melainkan merupakan entitas yang dibentuk dari proses politik ekonomi. Kedua, perdesaan di Indonesia juga bukan entitas yang homogen, sebaliknya perdesaan perlu dilihat sepakai kata generik untuk menyatakan berbagai kondisi suatu area dan komunitas yang bukan-kota (non-urban), termasuk didalamnya adalah daerah hutan, pantai (coastal), dataran kering (dryland), dan dataran basah (wetland). Terhadap catatan pertama, perdesaan di Indonesia pada dasarnya berada pada proses perkembangan yang lambat sampai dengan periode tahun 50 dan 60-an. Ketika kebijakan ekonomi orde baru mulai mengambil tempat, proses percepatan perubahan perdesaan dimulai. Intervensi pembangunan yang secara langsung mempengaruhi kondisi perperdesaanan adalah revolusi hijau yang diikuti dengan penyediaan berbagai pelayanan dasar seperti pusat pelayanan kesehatan (Puskesmas) dan sekolah dasar (SD) Inpres. 2
3 Revolusi hijau pada satu sisi merupakan upaya optimalisasi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras) yang murah dan diperlukan untuk proses industrialisasi. Pada sisi lain, revolusi hijau mendorong proses percepatan ketergantungan masyarakat perdesaan terhadap kota terhadap daerah pedesaan. Melalui revolusi hijau, benih lokal, lumbung desa, pupuk organik, dan berbagai asset lokal lainnya secara perlahan mengalami erosi. Penduduk pedesaan semakin tergantung kepada produk-produk dan jasa-jasa kota. Kemandirian perdesaan dalam pengelolaan pertanian secara perlahan tapi pasti menghilang. Revolusi hijau yang diikuti dengan kebijakan pangan murah menyebabkan terjadi peningkatan produksi akan tetapi harga produk pertanian dipertahankan pada level yang rendah. Pada prakteknya petani dapat mempertahankan kualitas kehidupannya karena berbagai pelayanan dasar disediakan oleh pemerintah. Namun demikian, proses industrialisasi yang berpusat di kota juga menyebabkan kenaikan berbagai biaya hidup yang tidak dapat ditutup dari aktifitas pertanian. Petani menjadi semakin tergantung pada pelayanan dasar yang disediakan oleh pemerintah melalui dan yang berkedudukan di kotakota besar. Ringkasnya, ketergantungan perdesaan terhadap kota semakin besar. Perdesaan dalam perspektif industrialisme juga menjadi pasar yang potensial bagi berbagai produk dan jasa yang diproduksi oleh kota. Beberapa perusahaan menjadikan perdesaan sebagai basis pasarnya. Hal-hal ini semakin menjadikan perdesaan kehilangan potensi mengembangkan kesejahteraan warganya, khususnya yang berusia produktif. Sebaliknya proses industrialisasi yang berpusat di kota membutuhkan semakin banyak tenaga kerja ditambah dengan berbagai fasilitas publik yang secara umum lebih baik menjadi daya tarik yang kuat bagi generasi muda perdesaan untuk berpindah ke kota. Terhadap catatan kedua, perdesaan dalam konteks Indonesia merupakan entitas yang heterogen dimana kondisinya dari satu daerah ke daerah yang lain berbeda baik kondisi dan potensi alamnya, sistem dan struktur sosialnya, maupun kondisi demografisnya. Realita ini menyebabkan perspektif yang lebih tepat dipakai untuk melihat perdesaan adalah teritorial dan bukan sektoral. Ini juga merupakan salah satu persoalan dimana selama beberapa waktu perspektif yang dipakai untuk mensikapi perdesaan tidaklah demikian. Pandangan yang melihat perdesaan secara romantis dan homogen telah menyebabkan berbagai kebijakan yang dikembangkan untuk membangun perdesaan menggunakan perspektif tunggal yang bias. Masyarakat tani hutan, masyarakat nelayan, peladang, pengrajin, penggembala, masyarakat adat, dan berbagai kelompok sosial lainnya yang tidak berada di kota sering diabaikan eksistensinya. Sebagai akibat dari kebijakan yang bias ini berbagai modal sosial yang ada secara khas pada perdesaan tidak termanfaatkan secara optimal bahkan cenderung dihancurkan. 3
4 Diagram Proses Politik Ekonomi dan Dampaknya Industrialisasi Marjinalisasi Perdesaan Buruh Murah Produk pertanian murah Pangan Murah Revolusi Hijau PROBLEMA PERDESAAN Dalam kebijakan politik ekonomi yang lalu sangat jelas bahwa posisi perdesaan tidak setara dengan kota. Perdesaan dalam kebijakan politik ekonomi yang lalu adalah daerah penyangga kota dan menjadi penyedia pangan murah, penyedia buruh murah, dan pasar bagi produk industri kota. Sebagai penyedia pangan murah, perdesaan menghadapi situasi dimana mata pencaharian utamanya (livelihood) dimarjinalisasi sehingga pada dasarnya telah terjadi perubahan sistem ekonomi perdesaan dimana perdesaan sebagai suatu sistem ekonomi yang relatif mandiri dan swadaya berubah menjadi bagian dari kebijakan industrialisasi khususnya manufaktur yang bias kota. Dalam kaitan dengan tenaga kerja, pada dasarnya jumlah penduduk perdesaan yang bekerja pada sektor on farm memang harus semakin sedikit agar luas kepemilikan lahan penduduk perdesaan meningkat. Kepemilikan lahan yang meningkat menyebabkan pengelolaan usaha tani menjadi semakin efisien. Jumlah penduduk perdesaan yang meningkat umumnya mengakibatkan proses fragmentasi lahan yang berakibat lebih jauh semakin tidak efisiennya usaha tani yang dilaksanakan. Pertanyaannya, kemanakah penduduk perdesaan yang lain? Secara konseptual mereka harus memasuki off farm 4
5 activities seperti pengelolaan pasca panen, agroindustri, dan agribisnis. Tetapi tentu saja skenario ini tidak sesuai dengan kebijakan pembangunan neo-klasik yang lalu. Realitanya, kebijakan pembangunan yang bias telah menyebabkan semakin banyak penduduk perdesaan yang berpindah ke kota, khususnya kota-kota tertentu, untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur. Hal ini pada gilirannya memberikan tekanan tambahan terhadap kota-kota tersebut. Jumlah penduduk perdesaan yang relatif besar telah mendorong berbagai industri kota menjadikan perdesaan sebagai pasarnya. Karena industri kota memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan aktifitas rumah tangga, industri kota dapat menawarkan berbagai produk yang harga dan kualitasnya terstandarisasi. Sebagai dampak dari proses ini adalah semakin terpinggirnya berbagai aktifitas non pertanian yang berada di perdesaan. Fenomena perdesaan di Indonesia termasuk unik karena berbeda dengan kebanyakan negara, perdesaan di Indonesia meskipun mengalami proses marjinalisasi terus menerus akan tetapi dalam krisis ekonomi mampu menjadi jaring pengaman ekonomi nasional. Ketika industri kota mengalami collapse dan karenanya terpaksa memberhentikan sebagian besar karyawannya, perdesaan mampu menyerap karyawan tersebut selama beberapa waktu sehingga mengurangi potensi ketegangan sosial. Aktifitas ekonomi berbasis perdesaan dalam krisis ternyata juga berperan untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh lumpuhnya industri kota. Berbagai pasar tradisional tetap aktif melakukan transaksi tanpa ada gangguan yang berarti dari krisis ekonomi. TANTANGAN PERDESAAN KEDEPAN Pada saat ini perdesaan juga menghadapi permasalahan yang semakin komplek terutama dengan dua proses yang pada saat sama terjadi, yaitu otonomi daerah dan globalisasi. Otonomi daerah diharapkan mampu memberikan kesejahteraan yang lebih kepada daerah (dan karenanya termasuk perdesaan) melalui proses pengambilan kebijakan dan alokasi sumber daya yang diletakkan utamanya di kabupaten. Meskipun secara konseptual proses otonomi daerah tidak bisa dibantah, satu elemen yang kurang terperhatikan adalah paradigma pembangunan yang bias kota ini juga banyak berkembang di daerah. Sebagai akibatnya fenomena yang telihat dalam otonomi daerah ini adalah semakin pesatnya perkembangan kota terutama aspek infrastruktur akan tetapi infrastruktur desa seperti irigasi dan semacamnya justru semakin kurang terawat. Otonomi daerah yang belum diikuti dengan perubahan sistem politik menyebabkan meskipun proses pengambilan keputusan dalam banyak hal telah berada di daerah akan tetapi penduduk perdesaan tetap sulit untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang terjadi kecuali ketika mereka melakukan demonstrasi fisik. 5
6 Pada sisi lain dalam mensikapi proses globalisasi, posisi yang diambil pemerintah seringkali lebih memperhatikan kepentingan industri yang berpusat di kota dan kurang memperhatikan dampaknya bagi perdesaan. Sebagai akibatnya berbagai aktifitas ekonomi dan industri yang berbasis di perdesaan yang masih rapuh semakin tidak terlindungi dalam menghadapi arus perdagangan bebas. Akhirnya, sangat jelas bahwa permasalahan perdesaan hanya dapat mulai dipecahkan dengan pertama-tama melakukan perubahan mindset dan diikuti dengan program yang komprehensif dengan menggunakan modal lokal sebagai pondasi dasar. Penduduk desa yang terdiri dari petani kecil, nelayan kecil, masyarakat tani hutan, peladang, pengrajin perlu menjadi subyek utama dari upaya pemberdayaan perdesaan. Kebijakan dan program yang perlu dikembangkan mencakup 1. Pengembangan akses penduduk perdesaan terhadap informasi, pasar, pelayanan keuangan, dan asset produktif lainnya 2. Penguatan kapasitas dan kelembagaan penduduk perdesaan sehingga mampu mengembangkan usaha ekonomi on farm dan off farm. 3. Pengembangan infrastruktur perdesaan khususnya yang menunjang kegiatan ekonomi 4. Penyediaan pelayanan publik dasar khususnya pendidikan dan kesehatan yang relevan bagi penduduk perdesaan 5. Penataan arus perdagangan dan tata niaga untuk memastikan nilai tambah dari produk perdesaan didistribusikan secara fair 6. Pengembangan kebijakan yang mendorong berkembangnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi di perdesaan. 6
Oleh: Riza Primahendra 1
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 KEMISKINAN N DAN PENANGGULANG GANNYA PENDAHULUAN
Lebih terperinciOleh: Riza Primahendra 1
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13230 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 SEKTOR MIK IKRO DAN KEUANGAN N MIKRO PENDAHULUAN
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciKEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN PERSPEKTIF TANGGUNG JAWAB SOSIAL
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13230 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN PENGANTAR PERSPEKTIF
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar
Brief Note Edisi 24, 2016 Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Riza Primahendra Salah satu tujuan dari dilaksanakannya CSR adalah menghindari krisis sosial yang berdampak pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 21, Membangun Ekonomi Kerakyatan
Brief Note Edisi 21, 2016 Membangun Ekonomi Kerakyatan Membangun Ekonomi Kerakyatan Riza Primahendra Pengantar Pelemahan ekonomi global yang terjadi dua tahun terakhir telah membut beberapa pihak menyampaikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciA. Definisi dan Tujuan Usaha Tani
A. Definisi dan Tujuan Usaha Tani Pertanian merupakan suatu kegiatan menghasilkan produk yang dihasilkan dari kegiatan budidaya yang kegiatannya bergantung dengan alam. Kegiatan pertanian juga dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciLaki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Apakah Gender itu? Pengertian awal: Pembedaan ketata-bahasaan (gramatical) penggolongan kata benda menjadi feminin,
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan
Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua
Lebih terperinciBAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH
3.1. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH Berhubung data pilih antara Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) belum dilakukan secara nasional
Lebih terperinciPOLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220
Lebih terperinciUU Desa pada BAB II Pasal 6 menyatakan: mempunyai karakteristik yang berlaku mum untuk seluruh Indonesia.
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20, Jati, Pulogadung, Jakarta 13220 Website: www.amerta.or.id Ph: 62-21-29833288; Fax: 62-21-4719005 UU No. 06 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012
RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN TAHUN 1. Perlunya memajukan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan kelautan)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciPemuda Kurang Minat Dalam Pertanian
Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.
Lebih terperinciII. ARAH, MASA DEPAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN INDONESIA
II. ARAH, MASA DEPAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN INDONESIA 2.1. Pengantar Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu
Lebih terperinciStruktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B.
A. PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini Indonesia menghadapi masalah pangan yang serius. Kondisi ini diperkirakan masih akan kita hadapi beberapa tahun ke depan. Stok pangan masih terbatas dan sangat
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=
Lebih terperinciPENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciSituasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB III ANALISIS ISU STRATEGIS
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciPOLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR
POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM
Lebih terperinciPOLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto
POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari
Lebih terperinciRingkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling penting. Kekurangan pangan secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial
Lebih terperinciDiterbitkan melalui:
SEGORES TINTA UNTUK NEGERI: Pemberdayaan Dalam Konteks Ketahanan Pangan Guna Mencapai Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Oleh: Ahmad Satori Copyright 2014 by Ahmad Satori Penerbit Wafda Press www.kliksatori.blogspot.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern. Perubahan itu mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciMARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan pustaka Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian.
Lebih terperinciBab 10: Mewujudkan Agenda Nasional untuk Pertanian Tiga Dunia. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
World Development Report Bagian III: Bagaimana Cara Terbaik Mengimplementasikan Agenda Pembangunan untuk Pertanian? Bab 10: Mewujudkan Agenda Nasional untuk Pertanian Tiga Dunia Disusun Oleh: Ade Febriady
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini telah dititikberatkan pada peningkatan produksi pertanian. Namun dalam upaya peningkatan ini, terlihat tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang dinamis seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya. Perubahan(evolusi)
Lebih terperinciEKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati
EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA Nini Rahmawati Pangan dan Gizi Manusia Zat gizi merupakan komponen pangan yang bermanfaat bagi kesehatan (Mc Collum 1957; Intel et al 2002). Secara klasik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris dengan berbagai produk unggulan di setiap daerah, maka pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan di Indonesia harus berorientasi pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN
ISSN 0216-8138 52 DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN Oleh I Ketut Suratha Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali Abstrak
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)
LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan
Lebih terperinciDekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan
Ombudsman Republik Indonesia Dekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan ALAMSYAH SARAGIH Pontianak, 20-21 Januari 2017 Beberapa masalah klasik masih relevan Mulai dari
Lebih terperinciKE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis
LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penunjang utama kehidupan masyarakat Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian untuk pembangunan (agriculture
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang merupakan modal dasar bagi pembangunan di semua sektor, yang luasnya relatif tetap. Lahan secara langsung digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KE DEPAN
BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi
BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani.
BAB V KESIMPULAN Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani. Pertanian sebagai tumpuan hidup di desa, masih menyediakan kemakmuran
Lebih terperinciTEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI
TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI Oleh K.Iswasta Eka Urbanisasi pada umumnya didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan orangnya disebut sebagai kaum urban, meskipun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup rendah, tingkat produktivitas rendah, tingkat pertumbuhan penduduk tinggi dan ketergantungan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Transformasi Struktural dalam Perekonomian Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis ANDYAN PRADIPTA UTAMA, SE, MM Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN
Lebih terperinci