BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tangki pada dasarnya dipakai sebagai tempat penyimpanan material baik berupa benda padat, cair, maupun gas. Dalam mendesain tangki, seorang perencanaan harus merencanakan pembuatan tangki dengan baik terutama untuk menahan gaya gempa yang mungkin terjadi. Jika tangki tidak direncanakan dengan baik, maka kerusakan pada tangki dapat mengakibatkan kerugian jiwa maupun materi yang cukup besar. Desain dan keamanan tangki penyimpanan telah menjadi kekhawatiran besar. Seperti yang dilaporkan, kasus kebakaran dan ledakan tangki telah meningkat selama bertahun-tahun dan kecelakaan ini mengakibatkan cedera bahkan kematian. Tumpahan dan kebakaran tangki tidak hanya mengakibatkan polusi lingkungan,tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian finansial dan dampak signifikan terhadap bisnis di masa depan karena reputasi industri. 2.1 Penggolongan Tangki Berdasarkan Tekanan Menurut Natanagara (2011), secara umum tangki penyimpanan dapat dibagi menjadi dua bila diklasifikasikan berdasarkan tekanan internalnya yaitu : 1. Tanki Atmosferik (Atmospheric Tank) Terdapat beberapa jenis dari tangki timbun tekanan rendah (tangki atmosferik) ini yaitu : a. Fixed Cone Roof Tank Tangki jenis ini digunakan untuk menimbun atau menyimpan berbagai jenis fluida dengan tekanan uap rendah atau amat rendah (mendekati atmosferik) atau dengan kata lain fluida yang tidak mudah menguap namun pada literatur lainnya menyatakan bahwafixed roof (cone atau dome) dapat digunakan untuk menyimpan semua jenis produk (crude oil, gasoline, benzene, fuel dan lain lain termasuk II-1

2 produk atau bahan baku yang bersifat korosif, mudah terbakar, ekonomis bila digunakan hingga volume 2000 m 3, diameter dapat mencapai 300 ft ( 91.4 m ) dan tinggi 64 ft ( 19.5 m ). Gambar 2.1 Fixed Cone Roof Tank b. Fixed Dome Roof Tutup tangki jenis ini berbentuk cembung,jenis tangki ini biasanya untuk penyimpanan cairan kimia berskala besar. Ekonomis bila digunakan dengan volume> 2000 m 3 dan bahkan cukup ekonomis hingga volume 7000 m 3. II-2

3 Gambar 2.2 Fixed Dome Roof Tank Baik FixedCone Roof Tank maupun Fixed Dome Roof Tank dapat memiliki internal floating roof, biasanya dengan penggunaan floating roof ditujukan untuk penyimpanan bahan bahan yang mudah terbakar atau mudah menguap, kelebihan dari penggunaan internal floating roof ini adalah : 1. Level atau tingkat penguapan dari produk bisa dikurangi 2. Dapat mengurangi resiko kebakaran 2. Pressure Tank Tangki jenis ini dapat menyimpan fluida dengan tekanan uap lebih dari 11,1 psi dan umumnya fluida yang disimpan adalah produk produk minyak bumi. Tangki jenis ini terdiri atas : a. Tangki Peluru (Bullet Tank), Tangki ini sebenarnya lebih dikenal sebagai pressure vessel berbentuk horizontal dengan volume maksimum 2000 barrel biasanya digunakan untuk menyimpan LPG, LNG, Propana, Butana, H 2, amoniak dengan tekanan diatas 15 psig. II-3

4 Gambar 2.3Bullet Tank b. Tangki Bola (Spherical Tank) Tangki bertekanan yang digunakan untuk menyimpan gas gas yang dicairkan seperti LPG, O 2, N 2 dan lain lain bahkan dapat menyimpan gas cair tersebut hingga mencapai tekanan 75 psi, volume tangki dapat mencapai barrel, untuk penyimpanan LNG dengan suhu -190 (cryogenic) tangki dibuat berdinding double dimana diantara kedua dinding tersebut diisi dengan isolasi seperti polyurethane foam, tekanan penyimpanan diatas 15 psig. II-4

5 Gambar 2.4Spherical Tank c. Dome Roof Tank Fungsi tangki ini adalah untuk menyimpan bahan bahan yang mudah terbakar, meledak, dan mudah menguap seperti gasoline, bahan disimpan dengan tekanan rendah psig. Gambar 2.5Dome Roof Tank II-5

6 Tangki jenis ini dibuat dengan cara membangun atap kubah pada external floating roof tank yang sudah ada sehingga disebut Domed roof tank. Tangki jenis ini mirip dengan tangki jenis internal floating roof tank, namun pada internal floating roof tank atapnya berbentuk kerucut dan biasanya terdapat support vertical di dalam shell, sedangkan support dari atap kubah permanent di bagian atas tidak terdapat di dalam sheel melainkan atap memiliki system supportnya sendiri.untuk menghindari terjadi defleksi, atap kubah tersebut disupport oleh wind girder pada bagian shell luar. Atap kubah pada tangki ini mempunyai fungsi yang sama seperti atap kerucut pada tangki atap terapung internal. Fungsi utama dari atap yaitu melindungi atap terapung dari elemen luar seperti air, salju, dan daun daunan, kotoran, dll. Biaya produksi dari atap kubah ini lebih mahal dibanding dengan biaya produksi dari atap kerucut, namun atap kubah tetap menjadi pilihan karena atap kubah dianggap lebih efektif dalam menyingkirkan air, salju, daun daunan, kotoran dll. Pada atap kerucut elemen-elemen tersebut dapat tertahan dan menyebabkan korosi pada atap namun pada atap kubah, elemen-elemen tersebut tersingkir karena bentuk geometri dari kubah itu sendiri. Selain itu kubah lebih ringan dan sangat kuat memikul beban terbagi merata daripada atap kerucut sehingga dijadikan pertimbangan untuk meminimalisir beban akibat gaya berat. Atap kubah juga lebih baik dalam menahan beban angin dan seismic karena bentuknya yang pipih, sedangkan atap kerucut memiliki bentuk cenderung lebih tinggi sehingga akan menimbulkan momen yang besar akibat aktifitas seismic dan angin. Hal ini menjadi pertimbangan untuk meminalisr beban akibat aktivitas alam tersebut. Jika zat yang tersimpan dalam tangki sangat berbahaya, terkadang pada ruang antara atap terapung dengan atap tetap sering diberikan gas inert. Pada kasus ini atap kubah juga lebih dipilih karena II-6

7 dengan desain yang lebar memiliki gaya dalam maksimum yang lebih kecil dibanding dengan jenis tangki lain dalam volume yang sama sehingga lebih baik dalam menahan internal pressure. Sedangkan dengan desain tangki yang tinggi menghasilkan lendutan maksimum dinding yang terbesar. Pemilihan jenis atap ini dilakukan oleh mechanical static engineer berdasarkan pertimbangan yang ada. 2.2 Pemilihan Jenis Tangki Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan desain suatu tanki: Pertimbangan Process Design Langkah pertama dalam pemilihan dan desainsuatu tanki adalah menentukan kapasitas. Pertimbangan process design yang lainnya misalnya spesifikasi mengenai temperatur dan tekanan suatu tangki, dan apakah ada kebutuhan akanheater, chillers, mixer, agitator atau phase-separation equipment. Berdasarkan pertimbangan proses desain, pemilihan tangki timbun yang diperlukan dalam penyimpanan LNG storage tank dengan atap berbentuk dome roof (Atap kubah) dengan tekanan 0,5 sampai 15 psig. Dome roof tank lebih ekonomis dilihat dari perbedaan tekanan bahan yang disimpan. 2.3 Standard Design Proses desain dari sebuah tangki sangat bergantung pada kebutuhan akan apa yang disimpan dan volume yang akan ditampung. Oleh karena itu kita harus menentukan berapa kapasitas tangki yang akan dibangun dan apa jenis tangki yang sesuai dengan fluida yang akan mengisinya nanti. Setelah itu, dari volume yang terlebih dahulu ditentukan tadi, kita dapat menentukan dimensi berupa diameter dan tinggi nominal tangki, kita dapat menentukan berapa tebal shell, annular, bottom, roof plate,dan profil apa yang digunakan untuk struktur rafter, girder, dan kolom dll sesuai Welded Steel Tank II-7

8 for Oil Storage API (American Petroleum Institute) th ad 2013 dan BS EN (British Standard - Adopted European Standard) 14015,2014. Standar API (American Petroleum Institute) th ad 2013 ini menetapkan persyaratan minimum untuk material, desain, fabrikasi, ereksi, dan inspeksi untuk vertikal, silinder, di atas tanah, tertutup dan terbuka atas, tangki penyimpanan dilas dalam berbagai ukuran dan kapasitas untuk tekanan internal yang mendekati tekanan atmosfer (tekanan internal yang tidak melebihi berat atap piring), tetapi tekanan internal yang lebih tinggi diperbolehkanketika persyaratan tambahan terpenuhi. Standar ini dirancang untuk memberikan industri dengan keselamatan tangki yang memadai dan ekonomi yang wajar untuk digunakan dalam penyimpanan minyak, produk minyak bumi, dan produk cair lainnya.standar ini tidak hadir atau membangun seri tetap ukuran tangki yang diijinkan; sebaliknya, hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan Pembeli untuk memilih apa tangki ukuran mungkin terbaik memenuhi kebutuhannya.standar ini dimaksudkan untuk membantu pembeli dan produsen dalam memesan, fabrikasi, dan mendirikan tangki; itu tidak dimaksudkan untuk melarang Pembeli dan Produsen dari pembelian atau fabrikasi tangki yang memenuhi spesifikasi selain yang terkandung dalam standar ini. BS EN (British Standard - Adopted European Standard) 14015, 2014 Standar Eropa ini pada dasarnya hampir sama dengan API 650 menetapkan persyaratan standar.standar ini berkaitan dengan integritas struktural dari struktur tangki dasar dan tidak memberikan persyaratan untuk mempertimbangkan desain proses, masalah operasional, fasilitas keselamatan dan pemadam kebakaran, di-layanan inspeksi, pemeliharaan atau perbaikan.standar ini berlaku untuk tangki tertutup atas, dengan dan tanpa selimut mengambang internal dan tank-top terbuka, dengan dan tanpa atap mengambang. Ini tidak berlaku untuk pemegang gas 'angkat-type'. Hal ini juga II-8

9 berlaku untuk tangki baja dengan kekuatan desain mak ini tidak berlaku untuk tangkidimana produk tersebut didinginkan untuk mempertahankannya sebagai cair pada tekanan atmosfer. Standar ini berlaku untuk tangki penyimpanan dengan karakteristik sebagai berikut: a. tekanan desain kurang dari 500 mbar dan desain tekanan negatif internal yang tidak lebih rendah dari 20 mbar; b. Suhu logam desain tidak lebih rendah dari -40 derajat C dan tidak lebih tinggi dari 300 derajat C; c. maksimum tingkat tidak lebih tinggi dari bagian atas shell silinder desain cair. Berikut merupakan peraturan-peraturan yang dipakai dalam merancang tangki Dome Roof : 1. Perencanaan tebal shell plate, annular plate, bottom plate, roof plate, rafter, dan girdersesuai dengan Welded Steel Tank for Oil Storage API (American Petroleum Institute) th edition Peraturan pembebanan seperti untuk beban hidup dan beban angin sesuai dengan Welded Steel Tank for Oil Storage API th edition 2013, 3. Peraturan pembebanan untuk gempa disesuaiakan (mengacu) pada ACI Peraturan pembebanan untuk gempa disesuiakan dengan SNI Pengecekan terhadap struktur pendukung seperti roof rafter, girder, bracing dan gusset disesuaikan dengan AISC ASD Persyaratan Untuk Elemen-Elemen Tangki Material Material yang dipakai dalam mendesain tangki ini adalah material yang direkomendasikan oleh Standar API th ed yang secara kekuatan dan komposisinya telah sesuai standar. Mengacu pada data sheet yang telah diperoleh II-9

10 material yang digunakan untuk shell adalah A , untuk roof yang digunakan adalah A.283-C, untuk bottom menggunakan A.283-C. Artinya material yang digunakan A 283 dengan grade C untuk pelat. Namun untuk struktur pendukung tetap menggunakan material A 36 or eq Plate Ketebalan pelat untuk shell, roof dan bottom disesuaikan dengan standar desain dari Standar API th ed ASTM yang digunakan adalah ASTM A 283 M / A 283 Grade C dengan ketebalan max 25 mm (1 in) dan ASTM A dengan ketebalan max 40 mm (1,5 in) Ketebalan dan desain temperatur dari shell plates, shell reinforcing plates, shell insert plates dan bottom plates di las ke shell. Pelat untuk manhole, nozzle, flanges dll sesuai tabel dibawah ini : II-10

11 Shell Plate (Pelat Dinding) Ketebalan pelat dinding yang digunakan sebaiknya lebih besar ketebalan dinding rencana, termasuk penambahan korosi atau ketebalan berdasarkan test hidrostatis. Tetapi ketebalan dinding tidak boleh kurang dari yang disyaratkan pada tabel dibawah ini. Nominal Tank Diameter Nominal Tank Diameter (See note 1) (See note 2) (m) (ft) (m) (ft) <15 <50 5 3/ (<36) 50 - (<120) 6 1/ /14 >60 > /8 Tabel 2.1 Tabel Ketebalan Shell Plate II-11

12 Perhitungan desain shell tangki harus diperiksa untuk stabilitas terhadap tekuk dari kecepatan angin sesuai dengan jika diperlukan untuk stabilitas, penambahan intermediate girder untuk meningkatkan ketebalan shell (dinding) tangki, atau keduanya harus digunakan. Beban radial yang terisolasi pada shell (dinding) tangki, seperti disebabkan oleh beban berat pada platform dan ketinggian trotoar pada tangki maka akan didistribusikan oleh bagian struktur, plate ribs, atau anggota built-up. Perhitungan shell plate dilakukan dengan metode one-food yaitu menghitung tebal shell pada titik peninjauan satu kaki diatas dasar atau alas masing-masing bagian shell. Rumus menurut perhitungan tebal shell plate menurut API 650 pasal Berdasarkan cairan yang direncanakan ( ) Berdasarkan Hydrotest (diisi dengan air) ( ) Dimana : : tebal desain dinding tangki, mm D : Diameter tangki, m H : Desain tinggi fluida, m G : berat jenis desain dari fluida yang ditimbun dalam tangki CA : Corrosion Allowence, mm Sd : tekanan yang diijinkan untuk kondisi desain, Mpa St : tekanan yang diijinkan untuk kondisi hydrostatic test, Mpa II-12

13 Gambar 2.6Shell Plate Roof Plate Merupakan pelat yang menyusun bagian atap dengan ketebalan minimal 5 mm. Menurut API Std 650, slope atap untuk supported cone roof tidaklebih dari ¾ :12 inch, adanya penambahan tebal pelat tergantung permintaan owner. Gambar 2.7Roof Plates Pelat Dasar Tangki Ada 2 jenis pelat dasar tangki yaitu annular plate dan bottom plate. Ketebalan annurlar plate dan bottom plate sebaiknya tidak boleh kurang dari ketebalan plat dibawah ini. II-13

14 S1 Units Nominal Plate Hydrostatistic Test Stress in First Shell Course Thickness of First (Mpa) Shell Course (mm) t < t < t < t < t Annular Plat Tabel 2.2 Ketebalan Plat Dasar Tangki Annular plate mmemiliki lebar radial minimum 600 mm (24 in) dan proyeksi dibagian luar dinding minimal 50 mm (2 in) API std 60 pasal Rumus menurut perhitungan tebal annular plate menurut API 650 pasal test tegangan hidrostatistik ( ) ( ) ( ) dimana tb H G = ketebalan dari annular plate = batas max desain cairan = spesifikasi desain dari cairan ke dasar Beberapa orang mungkin berfikir bahwa pelat annular mempunyai tegangan yang rendah, annular plate ke persimpangan shell sebenarnya mengalami tegangan tinggi. Hal ini karena pelat annular cenderung menahan pertumbuhan radial dari shell tank karena kedua beban II-14

15 tekanan hidrostatistik dan suhu. Karena plate annular terletak padadasar yang agak kaku, rotasi shell terkendali dan plate annular dilas dengan shell makadari itu mengalami tegangan lentur yang tinggi. kekakuan pondasi menentukan sebagian besar menahan diri untuk rotasi dipersimpangan. Analisa persimpangan annular plate ke shell juga rumit olehefek lentur pelat karena beban yang diterapkan. beban ini menyebabkan plate untuk menanggung bawah dasar luar shell dan diangkat dari bottom shell Bottom plate Sesuai API std 650 pasal semua plate mempunyai ketebalan minimum yaitu 6 mm (1/4 in) dengan lebar minimum 1800 mm (72 in) Gambar 2.8Annular & Bottom Plate Topdan Intermediate Stiffening Ring Sebuah tangki terbuka harus dilengkapi dengan cincin pengaku untuk mempertahankan kebulatan saat tangki dikenakan beban angin. Stiffening Ring harus ditempatkan luar shell (dinding) tangki bagian atas saja. Cincin pengaku untuk desain ini adalah wind girder juga berlaku untuk tangki atap terapung. Top angle dan wind girder harus sesuai dengan bahan dan ukuran dengan persyaratan standar. II-15

16 Jenis-jenis stiffening ring bisa dalam bentuk Top Wind Girder Top angle terbuat dari profil siku yang menempel pada sisi sebelah atas course shell plate teratas. Kegunaan top angle adalah untuk untuk memperkaku shell plates. Untuk tangki dengan atap tertutup, ukuran top angle tidak berdsarkan beban angin tetapi berdasarkan jenis atap yang akan direncanakan. Dimana atap diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu supported dan self supported. Menurut api 650 ukuran top angle tidak kurang dari mengikuti ukuran berikut : untuk tangki dengan diameter kurang dari 11m (35 ft), 51 x 51 x 4,8 mm (2x2x3/16 in), untuk lebih dari 11 m namun tidak lebih dari 18 m (60 ft), 51x51x6,4 mm (2x2x1/4 in), dan untuk tangki dengan diameter diatas 18 m, 76x76x9,5 mm (3x3x3/8 in). Gambar 2.9 Top Angle Intermediate Wind Girder Wind Girder diperlukan untuk menjaga bentuk dari tangki penimbun terutama pada saat menahan beban angin. Wind girder sangat diperlukan untuk jenis tangki penimbun dengan atap terbuka atau open top. II-16

17 Untuk menentukan apakah wind girder diperlukan atau tidak untuk jenis atap selain open top tank maka harus dilakukan pemeriksaan dengan cara mengubah lebaraktual dari setiap shell course menjadi lebar transposed. Hasil penjumlahan dari lebar transposed dari setiap lapisan akan memberikan hasil dari tinggi transformed shell, dimana apabila tinggi transformed shell lebih besar dari tinggi maksimum maka wajib memasang wind girder dan sebaliknya apabila tinggi transformed shelllebih kecil maka tidak dibutuhkan wind girder. Gambar 2.10 Intermediate Wind Girder Intermediate wind girder tidak akan terikat ke dinding jika kurang dari 150 mm (6 in) dari sambungan horisantal dinding. Maka diperlukan modulus penampang minimum dari intermediate wind girder yang telah ditentukan oleh persamaan berikut (SI): ( ) ( ) Dimana : H₁ t D = jarak antara intermediate wind girder dengan top angle, m = ketebalan, mm = Diameter tangki, m Self supporting dome roof II-17

18 2.4.4 Struktur Shape Struktur baja yang di desain sesuai dengan ASTM A36M / A Flanges Pada panjang las flange harus sesuai dengan ASME B16.5 persyaratan untuk ditempa baja flange karbon Bolting dan Nuts Spesifikasi Bolt dan Nut untuk manholes harus sesuai dengan ASTM A.193-B7 /A.194-kelas 2H. Sedangkan Spesifikasi Bolt dan Nuts untuk struktur atap memakai ASTM A.325 Hot deep Galvanis. Dan Bolt untuk di platform menggunakan ASTM A.307 Grb Gusset Sesuai dengan API 650 Lembar gasket harus terus menerus dengan metode pengelasan. Setiap pemasangan gasket harus dilakukan dengan berpusat integral atau posisi perangkat Rafter Rafter terbuat dari profil baja yang merupakan rangka atap tangki. Rafter harus diatur sedemikian rupa sehingga pada outer ring jarak rafter tidak lebih dari 0,6π m atau 2 m di sepanjang keliling tangki. Sedangkan jarak rafter pada inner ring tidak lebih dari 1,7 m (API 650). II-18

19 Gambar 2.11Rafter Rafter seharusnya diberi ruang atau jarak untuk keamanan ( ) 1/ mm (84 ) Dimana : B = rentang plat atap max yang diijinkan Fy = kuat leleh minimum dari plat atap T = ketebalan atap berkarat P = tekanan seragam yang ditetapkan dari pembebanan kombinasi yang diberikan Tata Cara Ereksi Tangki 1. Sebelum melakukan pekerjaan ereksi terlebih dahulu memulai pengecekan terhadap pondasi tangki dari mulai elevasi sampai dengan kemiringan slope 1 : 200 untuk drainasi 2. Persiapan ereksi bottom plate dengan melakukan pengecetan coaltar bagian luar tangki dengan ketebalan 200 micron II-19

20 3. Pemasangan bottom plate dimulai dari titik tengah bottom menuju tepi dengan sambungan bottom plate overlapping joint 4. Setelah pekerjaan fit up dan pengelasan selesai, maka diatas bottom plate dibuat kan marking centre point untuk menentukan dimensi shell plate. Dan pada garis diameter diberi garis bantu yang fungsinya untuk mengecek roundness tangki shell tersebut 5. Ereksi shell plate 1 dilakuakn sesuai dengan orientasi dimulai ereksi yang telah disepakati, ini dilakukan untuk menghindari posisi orientasi nozzle nozzle mengenai sambungan pengelasan shell plate vertikal maupun horisontal. Pada ereksi shell plate ke-1 proses peaking dan banding serta roundness bilamana proses tersebut dianggap sudah memenuhi ketentuan maka pada shell plate tersebut dilakukan pemasangan support-support menggunakan plate siku dan unp yang panjangnya ± 1-2 meter untuk menahan shell plate agar tidak terjadi perubahan tegak lurus pada shell plate pada saat nanti dilakukan ereksi plat ke-2 dan seterusnya. Pada proses joint vertikal shell plate dan joint antara shell plate dengan bottom plate tidak diperbolehkan melakukan pengelasan 6. Setelah shell plate selesai dilas penuh, maka pekerjaan ereksi top angle, rafter, roof plate dan aksesoris & nozzle-nozzle dapat dilakukan 7. Setelah top angle dan rafter selesai terpasang, maka alat bantu Jib Crane dipasang untuk ereksi shell plate berikutnya 8. Persiapan pemasangan roof plate yang dimulai dari centre roof plate menuju ke pinggir roof plate dengan overlap joint, alat angka roof platenya menggunakan mobil crane 9. Persiapan pemasangan roof plate 10. Ereksi dan pengelasan roof plate II-20

21 11. Ereksi shell plate ke-3 dari top shell plate dengan menggunakan alat bantu jack up. Proses pengangkatan jack up secara bertahap dengan ketinggian 20 cm yang selanjutnya diganjal oleh support H beam 200x200 sampai ketinggian 2,3 m untuk mempermudah pemasangan shell plate 12. Fit-up & pengelasan shell plate ke-3 dari top shell plate. Setelah pekerjaan fit-up selesai dan pengecekan roundness, peaking, banding terhadap shell plate maka pengelasan vertikal dan horisontal bagian luar dilaksanakan dan setelah bagian luar selesai pengelasan bagian dalam dilakukan. 13. Setelah alat bantu jack up naik secara bertahap, lakukan pengecekan posisi jack up secara cermat untuk menghindari adanya kemungkinan posisi jack up kurang sempurna kedudukannya. 2.5 Pembebanan Beban beban yang mungkin terjadi pada tangki adalah sebagai berikut : 1. Beban Mati (DL) : berat sendiri tangki ataupun komponen-komponen tangki termasuk juga korosi yang diijinkan. 2. Tekanan luar rencana (Pe) : tidak boleh lebih kecil dari 0,25 kpa dan melebihi dari 6,9 kpa. 3. Beban hidup atap minimum (Lr) : sebesar 1 kpa pada daerah proyeksi horizontal atap. Beban hidup atap minimum dapat ditentukan dengan ASCE 7, tetapi tidak kurang dari 0,72 kpa. 4. Beban gempa (E) : beban yang mengakibatkan terjadinya gaya impulsive dan gaya konvektif dari cairan didalam tangki. 5. Salju (Beban akibat salju tidak akan diikutsertakan dalam tugas akhir ini karna tidak pernah terjadi di Indonesia). II-21

22 6. Tinggi cairan yang disimpan (F): ): beban yang terjadi ketika tangki diisi cairan dengan berat jenis yang telah direncanakan dan cairan tersebut diisi sampai batas ketinggian yang telah direncanakan. 7. Tekanan Percobaan (P t ): a) Untuk tekanan desain dan tes maksimum. Ketika tangki telah dibangun seluruhnya, tangki tersebut harus diisi dengan air sampai sudut tertinggi tangki atau sampai ketinggian airrencana, dan tekanan udara internal rencana harus diaplikasikan padaruang tertutup diatas tinggi air dan dibiarkan selama 15 menit. Tekananudara tersebut kemudian dikurangi menjadi sebesar satu setengah daritekanan rencana, dan semua sambungan las diatas tinggi air harusdiperiksa untuk mengecek adanya kebocoran. Lubang angin tangkiharus diuji selama tes berlangsung atau setelah tes selesai dilaksanakan. b) Untuk tangki berpondasi dengan tekanan desain sampai 18 kpa. Setelah tangki diisi dengan air, badan tangki dan pondasi harusdiperiksa keketatan sambungannya. Tekanan udara sebesar 1,25 kalitekanan rencana harus diaplikasikan pada tangki yang dipenuhi airsampai pada ketinggian air rencana. Tekanan udara kemudian dikurangimenjadi sebesar tekananrencana, dan tangki lalu diperiksa kembalikeketatan sambungannya. Sebagai tambahan, semua sambungan di atasbatas air harus diperiksa dengan menggunakan soap film dan materiallain yang sesuai untuk mendeteksi kebocoran. Setelah pemeriksaan, airharus dikosongkan dari tangki (dan tangki sedang dalam tekananatmosfir), pondasi harus diperiksa keketatan sambungannya. Tekananudara desain kemudian harus diaplikasikan pada tangki untukpemeriksaan akhir pondasi. II-22

23 8. Angin (W): Kecepatan angin rencana (V) adalah sebesar 190 km/jam. (120 mph) dengan tekanan angin rencana pada arah horizontal sumbutangki sebesar 1,44 kpa dan pada arah vertikal sumbu tangki sebesar 0,86kPa. 2.6 Tekanan Air pada Tangki Tekanan Hidrostatik Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang terjadi dibawah air. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan sebuah cairan bergantung pada kedalaman cairan dalam sebuah ruang dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut. Hubungan ini dirumuskan sebagai berikut : P : tekanan hidrostatik (dalam pascal) Ρ : kerapatan fluida (dalam kilogram per meter kubik) g : percepatan gravitasi (dalam meter per detik kuadrat) h : tinggi kolom fluida γ : ρ.g II-23

24 Gambar 2.12 Diagram Hidrostaris Tekanan Tekanan Hidrodinamis Tekanan hidrodinamis merupakan tekanan air yang timbul saat terjadinya getaran atau guncangan (dalam hal ini gempa)sehingga menimbulkan dua gaya yang disebut gaya impilsif dan gaya konvektif. 1. Gaya impulsif Gaya yang disebabkan oleh masa cairan didalam tangki yang bergerak bersamaan dengan gerakan tangki akibat gaya gempa. Gaya impulf dihasilkan oleh masa cairan yang dekat ke dasar tangki. 2. Gaya Konvektif Gaya konvektif adalah gaya yang disebabkan oleh masa cairan dalam tangki yang menyebabkan guncangan air dalam tangki akibat gempa. Gaya konvektif dihasilkan oleh masa cairan yang dekat dengan permukaan tangki. Dalam Tugas Akhir ini, beban yang dipertimbangkan adalah beban mati,beban hidup (tekanan hidrostatik) dan beban gempa (tekanan hidrodinamis konvektifdan impulsif). II-24

25 Kombinasi Pembebanan Menurut peraturan API std 650 ed 11 th 2013 mengenai kombinasi pembebanan sebagai berikut: a. Beban vertikal : - DL + (Lr / Su / Sb) + 0,4 Pe - DL + Pe + 0,4 (Lr / Su / Sb) b. Gempa : Dl + F + E + 0,1Sb + FpPi c. Beban vertikal atap tetap yang menahan atap melayang: - DL + Df + (Lr / S) + Pe + 0,4 ( Pfe / Lf1 / Lf2) - DL +Df +(Pfe / Lf1/ Lf2) + 0,4 ((Lr / S) + Pe) Keterangan: DL: Beban mati Pe : Tekanan dari luar Lr : Beban hidup atap minimum Su : Ketidak seimbangan beban hujan Sb : Keseimbangan beban hujan E : Beban gempa P fe : Internal floating roof design external pressure L f1 : Internal floating roof uniform live load L f2 : Internalfloatingroof point load S : Hujan II-25

26 II-26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Tangki pada dasarnya dipakai sebagai tempat penyimpanan material baik berupa benda padat, cair, maupun gas. Dalam mendesain tangki, konsultan perencana harus merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu komoditi strategis didalam pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan bahan bakar minyak didalam negeri merupakan hal yang amat penting

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

PERENCANAAN LIQUID STORAGE TANK DENGAN PENGARUH GEMPA DEWI CENDANA

PERENCANAAN LIQUID STORAGE TANK DENGAN PENGARUH GEMPA DEWI CENDANA PERENCANAAN LIQUID STORAGE TANK DENGAN PENGARUH GEMPA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana teknik sipil Oleh : DEWI CENDANA 070404004 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari. Distribusi air yang cukup tergantung pada desain sebuah tangki penampungan air di daerah tersebut.

Lebih terperinci

Atmospheric Storage Tank

Atmospheric Storage Tank Atmospheric Storage Tank Garnis Nurfadila Sari 6512010007 Peminatan Mechanical Rotating Jurusan Teknik Mesin LNG Academy ATMOSPHERIC STORAGE TANK Definisi Storage tank adalah tangki penyimpanan untuk menampung

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF NEW CONDENSATE STORAGE TANK STRUKTUR BAJA TANGGUH LNG PAPUA

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF NEW CONDENSATE STORAGE TANK STRUKTUR BAJA TANGGUH LNG PAPUA TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF NEW CONDENSATE STORAGE TANK STRUKTUR BAJA TANGGUH LNG PAPUA Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : N A M A : SILFIA EKA SULISTIA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF) 35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

STORAGE TANK DAN PRESSURE VESSEL

STORAGE TANK DAN PRESSURE VESSEL STORAGE TANK DAN PRESSURE VESSEL A. Tangki penyimpanan ( Storage tank ) Penyimpanan merupakan bagian dari industri proses produksi dalam industri kimia. Tangki penyimpanan atau storage tank menjadi bagian

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN TANGKI PENIMBUN SOLAR (HSD) TIPE FIXED CONE ROOF KAPASITAS BARREL

SKRIPSI PERANCANGAN TANGKI PENIMBUN SOLAR (HSD) TIPE FIXED CONE ROOF KAPASITAS BARREL SKRIPSI PERANCANGAN TANGKI PENIMBUN SOLAR (HSD) TIPE FIXED CONE ROOF KAPASITAS 130.000 BARREL Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan bagi produk dan bahan baku tetapi juga menjaga kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan bagi produk dan bahan baku tetapi juga menjaga kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tangki penyimpanan atau storage tank menjadi bagian yang penting dalam suatu proses industri kimia karena tangki penyimpanan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 013 PERANCANGAN BEJANA TEKAN (PRESSURE VESSEL) UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DENGAN VARIABEL KAPASITAS PRODUKSI 10.000 TON/BULAN Meylia Rodiawati 1) A. Yudi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis kekuatan bejana tekan vertikal berbasis code ASME VIII Div I terhadap variasi tekanan. Definisi bejana tekan berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material baja ringan (Cold Formed Steel) merupakan baja profil yang dibentuk sedemikian rupa melalui proses pendinginan sebuah pelat baja. Baja ringan memiliki ketebalan

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

TUTUP BEJANA ( HEAD )

TUTUP BEJANA ( HEAD ) TUTUP BEJANA ( HEAD ) Tutup tangki (head) adalah bagian tutup atas suatu tangki yang penggunaanya disesuaikan dengan tekanan operasi. Tutup bejana tersebut terbagi menjadi 5 bentuk yaitu : 1. Hemispherical

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Pondasi Pondasi adalah struktur yang digunakan untuk menumpu kolom dan dinding dan memindahkan beban ke lapisan tanah. Beton bertulang adalah material yang paling ook sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BAL KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI Jusak Jan Sampakang R. E. Pandaleke, J. D. Pangouw, L. K. Khosama Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA ROGANDA PARULIAN SIGALINGGING NRP 3105 100 138 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2 Perencanaan Material Baja Perlu ditetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum Biaya minimum Berat minimum Bahan minimum Waktu konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Material baja pada struktur baja juga tersedia dalam berbagai jenis ukuran

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Material baja pada struktur baja juga tersedia dalam berbagai jenis ukuran BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Struktur baja telah banyak digunakan di seluruh pelosok dunia untuk perencanan suatu bangunan. Struktur baja menjadi salah satu pilihan terbaik dalam sudut pandang

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai inovasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Penyajian Laporan Dalam penyajian bab ini dibuat kerangka agar memudahkan dalam pengerjaan laporan tugas akhir. Berikut adalah diagram alur yang akan diterapkan : Mulai Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil. yang mutlak harus dipenuhi seperti aspek ekonomi dan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil. yang mutlak harus dipenuhi seperti aspek ekonomi dan kemudahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil dituntut untuk menjadi lebih berkualitas disegala aspek selain aspek kekuatan yang mutlak harus dipenuhi seperti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri ke dalam tanah

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri ke dalam tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tegangan batang tarik, Beban kritis terhadap batang tekan

Kata Kunci : Tegangan batang tarik, Beban kritis terhadap batang tekan ANALISIS BAJA RINGAN SEBAGAI BAHAN KONSTRKSI ATAP PADA PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BANK INDONESIA PALANGKA RAYA AFRIJONI, ST Alumni Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja

Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja Pertemuan - 1 Sub Pokok Bahasan : Perilaku Mekanis Baja Pengantar LRFD Untuk

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gempa di Indonesia Tahun 2004, tercatat tiga gempa besar di Indonesia yaitu di kepulauan Alor (11 Nov. skala 7.5), gempa Papua (26 Nov., skala 7.1) dan gempa Aceh (26 Des.,skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Kriteria dan Tujuan Perancangan Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah melakukan perhitungan struktur baik struktur baja maupun sipil

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T. TUGAS AKHIR PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 Disusun oleh: IMMANIAR F. SINAGA 11 0404 079 Dosen Pembimbing: Ir. Sanci Barus, M.T. 19520901 198112 1 001 BIDANG STUDI STRUKTUR

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PERILAKU TANGKI MINYAK PELAT BAJA TERHADAP BEBAN INTERNAL DAN BEBAN SEISMIK SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PERILAKU TANGKI MINYAK PELAT BAJA TERHADAP BEBAN INTERNAL DAN BEBAN SEISMIK SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PERILAKU TANGKI MINYAK PELAT BAJA TERHADAP BEBAN INTERNAL DAN BEBAN SEISMIK SKRIPSI Oleh : INDRA NURUDIN FATHONI 0706266310 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsep Desain Desain struktur harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya Kekuatan (strength), kemampuan layan (serviceability), ekonomis (economy) dan Kemudahan

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1. Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, struktur dimodelkan tiga dimensi sebagai portal terbuka dengan penahan gaya lateral (gempa) menggunakan 2 tipe sistem

Lebih terperinci

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan

Lebih terperinci

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Ganter Bridge, 1980, Swiss Perencanaan Struktur Beton Bertulang Beton dan Beton Bertulang Beton adalah campuran pasir, kerikil atau batu pecah, semen, dan air. Bahan lain (admixtures)( ) dapat ditambahkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK Oleh Anggry Malada. 3108 100 648 Jurusan Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1 MODUL PERKULIAHAN Struktur Baja 1 Batang Tarik #1 Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Program Studi Teknik Sipil Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 03 MK11052 Abstract Modul ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM BAB II DASAR TEORI 2.1 Sifat Baja Struktural Pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama pada tahun 1960, baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM (American

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tarik

Komponen Struktur Tarik Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Metode Desain LRFD dengan Analisis Elastis o Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG Jason Chris Kassidy 1, Jefry Yulianus Seto 2, Hasan Santoso 3 ABSTRAK : Pesatnya perkembangan dalam dunia konstruksi

Lebih terperinci

P ndahuluan alat sambung

P ndahuluan alat sambung SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.

Lebih terperinci

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON BAB IV BALOK BETON 4.1. TEORI DASAR Balok beton adalah bagian dari struktur rumah yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok dikenal

Lebih terperinci

Struktur Rangka Ruang (Space frame)

Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Rangka Ruang (Space frame) Struktur Space Frame ialah konstruksi rangka ruang dengan suatu sistem sambungan antara batang / member satu sama lain yang menggunakan bola / ball joint sebagai sendi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci