TUTURAN PERFORMATIF PARTAI POLITIK DALAM KAMPANYE MONOLOG 2009 DI SCTV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUTURAN PERFORMATIF PARTAI POLITIK DALAM KAMPANYE MONOLOG 2009 DI SCTV"

Transkripsi

1 TUTURAN PERFORMATIF PARTAI POLITIK DALAM KAMPANYE MONOLOG 2009 DI SCTV Skripsi Untuk memperoleh gelar sarjana sastra Nama : Firmanniala NIM : Program Studi : Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010

2 SARI Firmanniala Tuturan Performatif Partai Politik dalam Kampanye Monolog 2009 di SCTV. Skripsi. Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Ida Zulaeha, M.Hum., Pembimbing II : Drs. Haryadi, M.Pd. Kata kunci : tuturan performatif, jenis tuturan, dan efek tuturan. Tuturan performatif merupakan tuturan yang diwujudkan dalam bentuk tuturan untuk melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan. Tuturan dalam kampanye yang dituturkan juru kampanye adalah menyatakan maksud dari tuturan secara implisit dan eksplisit. Tuturan dalam kampanye harus mengandung daya pengaruh bagi mitra tutur, sehingga mereka mau melaksanakan kehendak dari penutur. Masalah penelitian ini adalah (1) jenis tuturan performatif apa saja yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV, dan (2) kemungkinan efek apa sajakah yang ditimbulkan akibat penggunaan tuturan performatif yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV. Tujuan penelitian ini adalah (1) menemukan jenis tuturan performatif apa saja yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV (2) menemukan kemungkinan efek yang ditimbulkan akibat penggunaan tuturan performatif yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV. Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan teoretis yaitu menggunakan pendekatan pragmatik, sedangkan pendekatan penelitian metodologis yaitu pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa penggalan wacana kampanye monolog yang di dalamnya diduga mengandung tuturan performatif dan sumber data penelitian ini adalah wacana kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV. Pengumpulan data digunakan metode simak dan teknik lanjutan, yaitu teknik rekam dan teknik catat. Metode analisis menggunakan metode normatif. Data dipaparkan menggunakan metode informal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada penggalan wacana kampanye monolog partai politik 2009 terdapat tuturan performatif yaitu Jenis tuturan performatif yang terdapat dalam wacana kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV meliputi, (1) tuturan performatif implisit, diantaranya tuturan performatif implisit direktif menyarankan, tuturan performatif implisit komisif berjanji, tuturan performatif implisit komisif menyatakan kesanggupan, tuturan performatif implisit komisif menawarkan sesuatu, dan tuturan performatif implisit tidak langsung, (2) tuturan performatif eksplisit, diantaranya tuturan performatif eksplisit informatif, tuturan performatif eksplisit pengakuan, tuturan performatif eksplisit penegasan, tuturan performatif eksplisit direktif menyarankan, tuturan performatif eksplisit direktif menasehati, tuturan performatif eksplisit ekspresif menyalahkan, tuturan performatif eksplisit ekspresif mengeluh, tuturan performatif eksplisit komisif berjanji, tuturan performatif eksplisit komisif bersumpah, tuturan performatif eksplisit komisif menyatakan kesanggupan, ii

3 tuturan performatif eksplisit komisif menawarkan sesuatu, tuturan performatif eksplisit deklarasi menghukum, tuturan performatif eksplisit langsung, dan tuturan performatif eksplisit tidak langsung. Kemungkinan efek yang ditemukan dalam tuturan performatif kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV yaitu efek positif dan dan efek negatif. Efek positif meliputi, introspeksi diri, membuat lega, membuat bangga, menyenangkan, dan merasa terdorong, sedangkan efek negatif meliputi, menakut-nakuti, merasa sedih, dan merasa terhina. Berdasarkan penelitian ini saran yang dapat diberikan yaitu bagi penutur, dalam menggunakan tuturan performatif sebaiknya menggunakan tuturan performatif yang eksplisit agar mudah dimengerti mitra tutur, dan bagi para peneliti bahasa sebaiknya meneliti tuturan kampanye yang disampaikan oleh juru kampanye partai politik dari segi kajian pragmatik yang lain, misalnya tuturan konstatif, yaitu tuturan yang diuji kebenarannya. iii

4 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi. Semarang, Maret 2010 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Drs. Haryadi, M.Pd. NIP NIP iv

5 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Hari : Selasa Tanggal : 30 Maret 2010 Ketua, Panitia ujian skripsi Sekretaris, Prof. Dr. Rustono Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum NIP NIP Penguji I, Drs. Hari Bakti Mardikantoro, M.Hum NIP Penguji II, Penguji III, Drs. Haryadi, M.Pd Dr. Ida Zulaeha, M.Hum NIP NIP v

6 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Maret 2010 Firmanniala vi

7 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain (H.R Muslim) Persembahan Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibuku. 2. Kakak-kakakku, Mas Eko, Mbak Aneng, Mas Hendri, Mbak Nana, Mas Heru, Mbak Yuni, dan Mbak De2h. 3. Keponakan-keponakanku, Faizal, Alya, Andini, Adit, dan Syasya. 4. Kekasihku Darjo 5. Almamaterku. vii

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-nya karena penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada. 1. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum dan Drs. Haryadi, M.Pd., pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran, ketulusan, perhatian, dan saran maupun kritik perbaikan sehingga skripsi ini terwujud; 2. Prof. Dr. Rustono, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah mengizinkan penulis dalam penyusunan skripsi ini; 3. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Unnes yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun skripsi; 4. Para dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal teori selama penulis menuntut ilmu di bangku perkuliahan; 5. Bapak dan Ibu yang sangat saya sayangi, serta kakak-kakakku dan keponakan-keponakanku, yang senantiasa memberikan dukungan semangat yang tidak henti-hentinya kepada penulis; 6. Kekasihku Darjo, yang selalu setia menemani dan memberi motivasi selama penyusunan skripsi ini sampai selesai; viii

9 7. Sahabatku Lina, yang selalu memberikan motivasi; 8. Teman-teman kostku, Diah, Ridha,dan Awit, yang saya sayangi; 9. Teman-teman linguistik dan Sastra Indonesia angkatan 2006 yang saya sayangi dan selalu berjuang bersama untuk menyelesaikan kuliah; 10. Pihak-pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu; Semoga segala kebaikan menjadi amal yang senantiasa mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Semarang, Maret 2010 Penulis ix

10 DAFTAR ISI hal SARI... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... ii iv v vi vii viii x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Landasan Teoretis Teori Pragmatik Tindak Tutur dan Jenis-Jenisnya Tuturan Performatif Konteks dan Situasi Tutur Efek Tuturan Bahasa dan Politik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data x

11 3.5 Metode Pemaparan Hasil Analisis Data BAB IV PEMBAHASAN 4.1 JENIS TUTURAN PERFORMATIF Tuturan Performatif Implisit Tuturan Performatif Implisit - Direktif Menyarankan Performatif Implisit - Komisif Berjanji Tuturan Performatif Implisit - Komisif Menyatakan Kesanggupan Tuturan Performatif Implisit -Komisif Menawarkan Sesuatu Tuturan Performatif Implisit Tidak Langsung Tuturan Performatif Eksplisit Tuturan Performatif Eksplisit Informatif Tuturan Performatif Eksplisit Pengakuan Tuturan Performatif Eksplisit Penegasan Tuturan Performatif Eksplisit -Direktif Menyarankan Tuturan Performatif Eksplisit -Direktif Menasehati Tuturan Performatif Eksplisit - Ekspresif Menyalahkan Tuturan Performatif Eksplisit -Ekspresif Mengeluh Tuturan Performatif Eksplisit Komisif Berjanji Tuturan Performatif Eksplisit - Komisif Bersumpah Tuturan Performatif Eksplisit - Komisif Menyatakan Kesanggupan Tuturan Performatif Eksplisit - Komisif Menawarkan Sesuatu xi

12 Tuturan Performatif Eksplisit Deklarasi Menghukum Tuturan Performatif Eksplisit Langsung Tuturan Performatif Eksplisit Tidak Langsung KEMUNGKINAN EFEK TUTURAN PERFORMATIF Efek Positif Introspeksi Diri Membuat Lega Membuat Bangga Menyenangkan Merasa Terdorong Efek Negatif Menakut-nakuti Merasa Sedih Merasa Terhina BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Manusia dapat saling berkomunikasi untuk menyatakan pikiran dan memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi untuk saling tukar pengalaman dan saling mengenal dengan orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa mampu menimbulkan adanya rasa saling mengerti antara penutur dan mitra tutur, atau antara penulis dan pembaca. Komunikasi merupakan suatu proses ekspresi seseorang untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Komunikasi akan dapat berjalan dengan baik dan sempurna apabila pihak lain dapat mengerti dan memahami maksud dari tuturan. Tanpa adanya suatu bahasa, manusia akan merasa kesulitan dalam menyatakan pikiran dan keinginannya. Di dalam komunikasi yang wajar dapat diasumsikan seorang penutur mengartikulasi ujaran dengan maksud untuk mengomunikasikan sesuatu kepada mitra tuturnya dan berharap mitra tuturnya memahami apa yang hendak dikomunikasikan. Penutur selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat, dan ringkas, sehingga tidak menghabiskan waktu mitra tuturnya. Bahasa mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia secara naluriah terdorong untuk bergaul dengan orang lain, baik untuk menyatakan keberadaan 1

14 2 dirinya, mengekspresikan kepentingannya maupun dalam mengutarakan penilaiannya terhadap orang lain, serta menginformasikan suatu hal yang semuanya itu menggunakan bahasa. Manusia diciptakan untuk saling mengenal dan berhubungan satu sama lain. Suatu hal yang sangat mustahil apabila seseorang dapat hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat tanpa adanya komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Penggunaan dan pemakaian bahasa yang digunakan oleh penutur dalam menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya pada situasi yang satu berbeda dengan situasi yang lain. Dengan demikian, bahasa dipengaruhi oleh latar belakang ataupun kegiatan sosial suatu kelompok masyarakat. Bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyatakan segala sesuatu yang mengendap dalam batin seseorang, baik itu perasaan senang, marah, sedih, kecewa, malu dan lain sebagainya. Bahasa dapat diekspresikan melaui media massa, baik melaui media tulis maupun lisan. Melalui media lisan pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur dan mitra tuturnya (penyimak), namun dalam media tulis tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra tuturnya (pembaca). Adapun media massa yang sering digunakan dalam menyatakan tuturan adalah media elektronik dan media cetak. Media elektronik yang sering digunakan seperti televisi dan radio, sementara media cetak yang sering dimanfaatkan dalam merealisasikan tuturan, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Tanggal 9 April 2009 Indonesia mengadakan pemilihan umum, namun pemilihan umum kali ini berbeda dengan pemilihan umum pada tahun-tahun

15 3 sebelumnya. Pemilihan umum dahulu hanya sekedar mencoblos partai dan kursi pada perwakilan di pemerintahan dipilih oleh partai atau ditunjuk secara musyawarah bersama partai masing-masing sebagai wakil rakyat dan jumlah kursi berdasarkan persentase kemenangan partai. Sedangkan pada pemilu kali ini secara langsung warga atau masyarakat Indonesia memilih langsung calon anggota perwakilan rakyat yang akan menyampaikan aspirasi secara langsung kepada pemerintah, baik itu DPD, DPRD daerah, DPRD kota maupun DPR pusat. Pemilihan umum sekarang tidak lagi dengan mencoblos, tetapi dengan mencontreng partai pilihan masing-masing. Pemilihan Umum 2009 menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi heboh, baik dari kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas. Berbagai macam pendapat beremunculan dari peristiwa ini, ada yang merasa bingung dengan cara pencoblosan yang baru, ada yang merasa bingung karena banyaknya partai dan obral-obral janji yang disampaikan seorang politikus, dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkab penelitian ini sangat menarik untuk diteliti. Dengan adanya banyak partai yaitu 38 partai dan banyak calon legislatif (caleg), masyarakat merasa bingung dan sulit untuk menentukan wakil yang pantas untuk dijadikan wakilnya dalam menyampaikan aspirasi ke pemerintah. Oleh karena itu, partai politik itu ramai-ramai memperkenalkan partai mereka masing-masing dengan menyampaikan visi misi atau janji-janji kepada masyarakat melalui kampanye supaya dikenal masyarakat luas. Salah satunya yaitu kampanye partai politik dalam acara kampanye monolog di SCTV. Cara mereka menyampaikan kampanye pun berbeda-beda. Namun intinya mereka

16 4 berusaha untuk mengambil simpati masyarakat supaya memilih partai mereka pada saat pemilihan umum dilaksanakan. Kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang juru kampanye secara perseorangan untuk menyampaikan visi misi serta profil dalam suatu acara yaitu pada acara kampanye monolog yang diselenggarakan di SCTV dalam memperebutkan kedudukan di suatu parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara. Seorang juru kampanye menyampaikan visi serta profil dari partai yang mereka usung. SCTV adalah salah satu stasiun televisi yang menjadi TV pemilu. Berbagai macam acara mengenai pemilu 2009 dihadirkan dalam stasiun televisi swasta ini, salah satunya yaitu kampanye monolog partai politik SCTV dengan selalu setia menghadirkan berita-berita mengenai pemilu Kampanye merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik yang bersaing untuk memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara Borgias (dalam Ahmad Sofyan 2001:63). Media massa yang digunakan dalam kampanye, yaitu melalui media elektronik dan media cetak. Pada media elektronik bisa berwujud koran, majalah, tabloid, dan papan reklame sedangkan pada media cetak bisa melalui televisi, radio, dan internet. Media massa sebagai media komunikasi yaitu lengkap dengan pemberitahuan dan dapat dinikmati semua kalangan. Dalam berkampanye melalui media massa, partai atau organisasi melakukan kegiatan yaitu membujuk, memengaruhi dan memberi informasi.

17 5 Kampanye partai politik 2009 dalam acara kampanye monolog di SCTV sarat dengan tuturan performatif yang memanfaatkan media elektronik yaitu televisi. Tuturan-tuturan performatif yang disampaikan secara implisit, bertujuan menarik simpati masyarakat supaya memilih partainya. Dari tuturan-tuturan performatif yang disampaikan oleh penutur dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV ini, peneliti dapat mengkaji banyak hal tentang tuturan performatif yang ada, di antaranya tuturan performatif implisit maupun eksplisit. Di samping itu, tuturan-tuturan performatif juga memberikan kemungkinan efek bagi mitra tutur, baik efek positif maupun negatif, bergantung siapa yang menjadi mitra tutur. Efek tersebut dapat ditimbulkan secara langsung maupun tidak langsung, efek yang dirasakan antara mitra tutur yang satu dengan yang lain tidak sama. Berikut penggalan tuturan performatif dalam kampanye partai politik dalam kampanye monolog 2009 di SCTV. (1) Saya berjanji, apabila partai saya menang, saya akan memajukan Indonesia. Tuturan (1) tersebut merupakan tuturan performatif eksplisit, karena memiliki verba yang memudahklan mitra tutur untuk memahami maksud dari tuturan. Verba tersebut yaitu memajukan, suatu tuturan performatif penegasan. Di samping itu, tuturan tersebut juga mengandung efek bagi mitra tutur, apabila tuturan tersebut didengarkan oleh orang kecil, maka akan membuat senang dan lega, karena apabila partainya menang maka Indonesia akan menjadi negara yang maju. Cara partai mendapatkan pendukung yakni dengan mengucapkan tuturan yang dapat memengaruhi massa yaitu tuturan yang memiliki daya tarik. Daya

18 6 tarik tersebut adalah sebuah janji yang akan ditepati setelah berhasil memenangkan pemilu. Cara organisasi atau sebuah partai mendapatkan pendukung ialah mengucapkan tuturan yang isinya mengajak, memengaruhi peserta kampanye agar peserta kampanye memberikan dukungan kepadanya. Kajian bahasa yang membahas tentang tuturan adalah kajian pragmatik. Dalam pragmatik sebuah tuturan yang isinya menyatakan tindakan mohon maaf, berjanji, mengumumkan, dan meresmikan termasuk tindak tutur performatif (Rustono 1999:35). Tuturan dalam kampanye merupakan tuturan performatif. Tuturan performatif adalah tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesutau (Wijana 1996:23). Dalam melaksanakan kampanye tersebut, baik kampanye terbuka maupun kampanye tertutup tentulah sebuah partai pandai-pandai dalam menggunakan bahasa, merangkai kalimat sehingga tuturan yang diucapkan dapat dengan mudah diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam kampanye partai politik mengandung banyak makna dan maksud, ada yang bermaksud menginformasikan, memengaruhi, memohon, minta ijin, membujuk, mendorong untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Penulis memilih judul Tuturan performatif partai politik dalam kampanye monolog 2009 di SCTV, karena penulis merasa tertarik pada kampanye partai politik yang sarat dengan tuturan-tuturan performatif, yaitu tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, yaitu dengan membuat tuturan itu.

19 7 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Jenis tuturan performatif apa saja yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV? 2. Kemungkinan efek apa sajakah yang ditimbulkan akibat penggunaan tuturan performatif yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah. 1. Menemukan jenis tuturan performatif apa saja yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV. 2. Menemukan kemungkinan efek yang ditimbulkan akibat penggunaan tuturan performatif yang terdapat dalam kampanye monolog partai politik 2009 di SCTV. 1.4 Manfaat Manfaat penelitian ini meliputi manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih luas terhadap perkembangan bahasa, khususnya pragmatik. Selain itu penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian bahasa, khususnya penelitian mengenai tuturan dalam suatu kampanye atau dalam bidang politik, serta menguatkan teori-teori yang sudah ada tentang tindak tutur.

20 8 Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi para pemakai bahasa khususnya pada mitra tutur dalam kampanye partai politik untuk memperluas wawasan tentang penggunaan bahasa dalam berinteraksi secara optimal

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam bidang pragmatik, kajian tindak tutur merupakan lahan yang subur bagi peneliti pengguna bahasa, yakni untuk mengkaji dan membahas fenomena tindak tutur sebagai pengembang ilmu bahasa, khususnya ilmu pragmatik yang menempatkan tindak tutur sebagai dasar menelaah pengguna bahasa dalam konteks tertentu. Penelitian pragmatik di Indonesia belum banyak dilakukan khususnya kajian mengenai tuturan dalam bidang politik. Penelitian mengenai tuturan dalam bidang politik antara lain Zaemah (2000), Lamsanah (2003), Yulianto (2005), Sitaresmi (2009). Zaemah (2000) melakukan penelitian dengan judul Tindak Tutur Ekspresif dalam Wacana Kartun Bertema Politik menghasilkan suatu simpulan yaitu terdapat tujuh tindak tutur ekspresif dalam wacana kartun bertema politik, yaitu tuturan mengucapakan bela sungkawa, tuturan mengadu, tuturan mengucapkan selamat, tuturan menyalahkan, dan tuturan mengkritik. Dari ketujuh tuturan yang paling banyak adalah tuturan mengkritik, yakni berjumlah 91 jenis tuturan mengkritik. Strategi yang digunakan dalam wacana kartun bertema politik ada lima strategi, yaitu strategi bertutur apa adanya, strategi bertutur dengan menggunakan kesantunan positif, strategi bertutur dengan samar-samar. Strategi tuturan ini ditemukan dengan jumlah sebanyak seratus satu wacana kartun bertema politik. 9

22 10 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Zaemah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti kajian pragmatik khusunya tuturan dalam bidang politik, sedangkan perbedaannya terletak pada masalah yang diteliti, Zaemah mengkaji tindak tutur ekspresif, sedangkan peneliti mengkaji tuturan performatif. Lamsanah (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Tuturan Performatif Pada Kampanye Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Pemalang meneliti tuturan kampanye dari juru kampanye PKB pada tanggal 7 Juli Dalam kajian bahasa tuturan dalam kampanye dan juru kampanye PKB dapat diidentifikasi terdiri dari tuturan performatif secara implisit dan eksplisit, serta suturan performatif yang memenuhi syarat validitas dan melanggar syarat validitas. Persamaan penelitian yang dilakukan Lamsanah dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama mengkaji kajian pragmatik khususnya tuturan performatif dalam berkampanye, namun perbedaannya terletak pada objek penelitian, Lamsanah mengkaji hanya satu partai yaitu PKB, sedangkan peneliti mengkaji semua partai pengikut kampanye partai politik Dalam penelitian Lamsanah hanya mengkaji jenis tuturan performatif dan validitas tuturan performatif, sedangkan peneliti mengkaji jenis tuturan performatif, dan kemungkinan efek tuturan performatif. Yulianto (2005) melakukan penelitian yang berjudul Tuturan Performatif Kampanye Calon Presiden dan Wakil Presiden 2004 di Media Massa. Pada kampanye calon presiden dan wakil presiden di media massa tahun 2004 dapat

23 11 ditemukannya tuturan performatif secara implisit dan tuturan performatif secara eksplisit dan ditemukannaya tuturan performatif yang memenuhi syarat kevalidan dan melanggar syarat kevalidan. Persamaan penelitian yang dilakukan Yulianto dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama mengkaji kajian pragmatik khususnya tuturan dalam berkampanye, namun perbedaannya terletak pada objek penelitian, Yulianto mengkaji tuturan kampanye calon dan wakil presiden 2004 di media massa, sedangkan peneliti mengkaji tuturan performatif partai pengikut kampanye partai politik 2009 dalam kampanye monolog di SCTV. Dalam penelitian Yulianto hanya mengkaji jenis tuturan performatif dan tuturan performatif yang memenuhi syarat validitas dan melanggar validitas, sedangkan peneliti mengkaji jenis tuturan performatif dan kemungkinan efek tuturan performatif partai politik dalam kampanye monolog 2009 di SCTV, peneliti juga lebih mengkhususkan objek penelitian yaitu di satu media massa, yaitu televisi dan khusus kampanye monolog di SCTV, sedangkan Yulianto masih umum, yaitu di media massa Sitaresmi (2009) mengkaji Tindak Tutur Ekspresif Pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis. Hasil penelitiannya yaitu ditemukannya berbagai macam variasi tuturan. Berdasarkan jenis tindak tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harrfiah, dan tindak tutur tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis tindak tutur ekspresif ditemukan fungsi ekspresif yang meliputi fungsi ekspresif mengkritik, fungsi ekspresif menyindir, fungsi ekspresif mengeluh, fungsi ekspresif menyanjung, dan fungsi ekspresif menyalahkan. Berdasarkan

24 12 kemungkinan efek yang ditimbulkan oleh tuturan humor ditemukan beberapa efek yang meliputi efek positif dan negatif. Efek positif : instrospeksi diri dan membuat lega, efek negatif : membuat jengkel dan membuat terhina. Persamaan penelitian yang dilakukan Sitaresmi dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama mengkaji kajian pragmatik khususnya tuturan dalam bidang politik, di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sitaresmi maupun yang dilakukan peneliti sama-sama ditemukan kemungkinan efek yang ditimbulkan dari tuturan yang dikaji, yaitu kemungkinan efek positif dan kemungkinan efek negatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitaresmi terletak pada objek penelitian, Sitaresmi mengkaji tuturan ekspresif pada wacana humor politik, sedangkan peneliti mengkaji tuturan performatif kampanye partai politik Berpijak dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti ditemukan adanya peluang yang belum diteliti secara khusus, salah satunya judul Tuturan Performatif Kampanye Partai Politik Dalam Kampanye Monolog 2009 di SCTV. Dalam kampanye partai politik banyak menggunakan tuturan yang bertujuan menginformasikan sesuatu dan mengandung kemungkinan efek bagi mitra tutur. 2.2 Landasan Teoretis Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, teori pragmatik, tindak tutur, tuturan performatif, efek tuturan, hakikat wacana, serta bahasa dan politik

25 Teori Pragmatik Menurut Wijana (1996:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Sejalan dengan hal tersebut, Tarigan (1996:32) berpendapat bahwa pragmatik adalah telaah mengenai makna dalam hubungannya dengan aneka situasi ujaran. Aspek-aspek situasi ujar tersebut meliputi penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Mengacu pada devinisi dari para ahli, Rustono (1999:5) merumuskan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan yang di dalamnya secara implisif tercakup penggunaan bahasa, komunikasi, konteks, dan penafsiran. Pragmatik berbeda dengan semantik. Hal ini ditegaskan Wijana (1996:1) bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Adapun semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik yang menelaah ucapan-ucapan bahasa dalam situasi-situasi khusus yang dapat mempengaruhi tafsiran dan interpretasi pendengar atau mitra tutur.

26 Tindak Tutur dan Jenis-Jenisnya Tindak tutur (speech act) merupakan aktifitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu (Rustono 1999:3). Gunarwan (1994:43) menyatakn bahwa tindak tutur adalah mengujarkan sebuah tuturan. Berdasarkan sejumlah kriteria ada bermacam-macam tindak tutur yang dapat digunakan penutur di dalam berkomunikasi dengan bahasa melalui kegiatan percakapan. Kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan itulah yang merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Menurut Rustono (1999:32), tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tuturan yaitu tindak tutur konstatif dan performatif; tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi; tindak tutur representatif, direktif, ekspresif atau evaluatif, komisif, dan deklarasi atau isbati; tindak tutur langsung dan taklangsung; tindak tutur literal atau harfiah dan tidak literal atau tidak harfiah Tindak Tutur Konstatif dan Performatif Tuturan konstatif adalah tuturan yang menyatakan suatu kebenarannya dapat diuji (benar atau salah) dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia (Gunarwan dalam Rustono 1999:34). Menurut Wijana (1996:24) tuturan yang dipergunakan untuk menyatakan sesuatu disebut tuturan konstatif. Tuturan (2) merupakan tuturan konstatif. (2) Demak merupakan kota wali. Kekonstatifan tuturan tersebut dapat dibuktikan dengan cara menguji benar salahnya tuturan itu, yaitu apakah benar bahwa Demak merupakan kota

27 15 wali, hal ini dapat diterima atau ditolak berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengujian itu dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan Benarkah Demak merupakan kota wali?. Jawaban atas pertanyaan itu dapat ditemukan pada peristiwa tutur yang mendukung tuturan itu. Hal itu terjadi karena kebenaran ujaran tersebut, yakni apakah benar bahwa Demak merupakan kota wali. Tuturan tersebut memiliki fungsi pragmatis representatif menyatakan. Tuturan yang bermodus deklaratif selain dapat berupa tuturan konstatif, juga dapat berujud tuturan performatif. Tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya untuk melakukan sesuatu, yaitu dengan membuat tuturan itu. Tindak tutur performatif terdapat pada tuturan (3) berikut. (3) Saya berjanji akan membangun Indonesia menjadi lebih maju. Tuturan tersebut merupakan tuturan performatif, yaitu tidak dapat dikatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, namun tuturan performatif dapat dinyatakan sahih atau tidak. Dari kebiasaan berkomunikasi dengan bahasa yang wajar,ternyata dapat dinyatakan bahwa tuturan itu sahih, maksudnya pelaku tutur berjanji akan membangun Indonesia menjadi lebih maju Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi a. Tindak Tutur Lokusi (Licuionary Act) Lokusi yang lengkapnya tindak sosial adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu, yaitu tindak tutur mengucapkan sesuatu dengan kata atau makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya Gunawan (dalam Rustono 1999:37). Di dalam tindak tutur lokusi tidak dipermasalahkan maksud atau fungsi

28 16 tuturan. Tindak tutur ini juga disebut the act of saying something. Tuturan (4) berikut merupakan tindak tutur lokusi. (4) Udara panas. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur lokusi yaitu mengacu kepada makna udara hawa, tanpa dimaksudkan untuk membuka jendela atau baju yang sedang dipakai. Tuturan ini memiliki fungsi pragmatis representatif menyatakan. Tuturan itu dimaksudkan sebagai pernyataan penuturnya. b. Tindak Tutur Ilokusi Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindakan semacam ini biasa disebut juga the act of doing something. Tuturan (5) berikut merupakan tindak tutur lokusi. (5) Udara panas. Tuturan (5) merupakan tuturan ilokusi yaitu mengacu kepada makna udara hawa dan mempunyai maksud supaya lawan tutur segera membukakan jendela. Tuturan tersebut berupa pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan tindak ilokusi yaitu untuk apakah tindak tutur itu dilakukan? dan bukan apakah makna tuturan yang diucapkan itu? tindak tutur ilokusi tidak mudah untuk diidentifikasi. Hal itu terjadi karena jenis tindak tutur ini berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan. Untuk memudahkan identifikasi, ada beberapa verba yang menandai tindak tutur ini, anatara lain, melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak (Leech 1983:203).

29 17 c., Tindak Tutur Perlokusi Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi atau menumbuhkan pengaruh mitra tutur. Ada beberapa verba yang menandai tindak tutur perlokusi yakni membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian (Leech dalam Rustono 1999:38). Tuturan (6) berikut merupakan tindak tutur perlokusi. (6) Sebentar lagi biaya kuliah akan naik. Tuturan (6) tersebut merupakan tuturan perlokusi, sebab tuturan tersebut digunakan untuk memberitahu segenap masyarakat (mitra tutur). Hal itu terjadi karena tuturan tersebut memiliki daya memengaruhi kepada orang tua yang kurang mampu dan hendak menyekolahkan anaknya sampai universitas, yaitu mereka akan merasa ketakutan yakni tidak bisa membayar. Tuturan tersebut memilki fungsi pragmatis representatif. Tuturan tersebut dimaksudkan sebagai pernyataan penuturnya Tindak Tutur Representetif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklarasi atau Isbati a. Tindak Tutur Representif atau Asertif Tindak tutur representif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan yang menyatakan (stating), menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan, kesaksian, berspekulasi,

30 18 menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). Tuturan (7) berikut merupakan tindak tutur representatif. (7) Di Sekaran lah letak kampus Unnes. Tuturan (7) tersebut merupakan tuturan representatif, yaitu tuturan tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuituran itu. Penutur bertanggung jawab bahwa memang benar letak Unnes di Sekaran. Tuturan tersebut memiliki fungsi pragmatis representatif. Tuturan tersebut dimaksudkan sebagai pernyataan penuturnya. Di samping itu, tuturan tersebut memiliki fungsi pragmatis menyatakan. b. Tindak Tutur Direktif atau Impositif Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba, dan menantang termasuk dalam tindak tutur direktif. Tuturan (8) berikut merupakan tindak tutur direktif (8) Saya mohon, kalian semua memilih partai saya. Tuturan (8) merupakan tindak tutur direktif. Hal ini terjadi karena memang tuturan itu dimaksudkan agar mitra tuturnya melakukan tindakan, yang dalam hal ini adalah memilih partai yang diusung oleh penutur. Tuturan tersebut memilki fungsi pragmatis direktif memohon. c. Tindak Tutur Ekspresif atau Evaluatif

31 19 Tindak tutur ekspresif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu atau tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan. Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Tuturan (9) berikut merupakan tindak tutur ekspresif. (9) Terima kasih atas kepercayaan Anda. Tuturan (9) berikut merupakan tindak tutur ekspresif yaitu dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan, yaitu kepercayaan yang telah diberikan selama ini. Tuturan tersebut memiliki fungsi pragmatis ekspresif mengucapkan terima kasih. Tuturan tersebut mengacu kepada maksud tuturan untuk mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan selama ini. d. Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan merupakan tindak tutur komisif. Tuturan (10) berikut merupakan tindak tutur komisif. (10) Saya bersumpah akan melaksanakan tugas dengan baik. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur komisif yakni mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang telah dikatakannya, yaitu akan melaksanakan tugas dengan baik. Tuturan yang memiliki fungsi pragmatis

32 20 bersumpah tersebut mengacu pada maksud tuturan untuk menyatakan kesanggupan, yaitu sanggup melaksanakan tugas dengan baik. e. Tindak Tutur Deklaratif Atau Isbati Tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan,dsb) yang baru. Tuturan-tuturan yang dimaksudkan yaitu mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni, memaafkan. Tuturan (11) berikut merupakan tindak tutur deklaratif. (11) Kita sudah berteman lama, jadi aku maafkan semua kesalahanmu. Tuturan (11) berikut merupakan tindak tutur deklaratif. Fungsi pragmatis yang yang terkandung adalah tindak tutur deklaratif memaafkan Tindak Tutur Langsung, Taklangsung dan Harfiah,Takharfiah. a. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tindak Langsung Tindak tutur langsung merupakan tuturan deklaratif, tuturan interogatif dan tuturan imperatif secara konvensional masing-masing diujarkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus tuturan dan fungsinya secara konvensional inilah merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya jika tuturan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung. Berikut ini tindak tutur taklangsung.

33 21 (12) Dapur itu kotor. Jika dituturkan oleh seorang ibu kepada orang lain, tuturan itu dapat merupakan pengungkapan secara tidak langsung. Hal itu terjadi karena maksud yang diekspresi dengan kalimat deklaratif itu berupa maksud perintah. Sebaliknya jika tuturan itu digunakan oleh seorang majikan kepada pembantunya, tuturan itu dapat mengungkapkan secara langsung karena maksud yang terkandung adalah kalimat imperatif yang berupa maksud perintah. Di bawah ini adalah tindak tutur langsung karena memang digunakan secara konvensional. (13) Kamu mau makan apa? (14) Ambilkan baju di Lemari! Tuturan (13) jika dituturkan seorang ibu, tuturan tersebut bermodus interogatif yang merupakan pengungkapan secara langsung dan dimaksudkan menawarkan, dan tuturan (14) mengandung tuturan yang bermodus imperatif yang secara langsung diutarakan dan maksudnya supaya diambilkan baju di lemari. b. Tindak Tutur Harfiah atau Literal dan Tidak Harfiah atau Tidak Literal Sehubungan dengan kelangsungan dan ketaklangsungan tuturan, tindak tutur juga dapat dibedakan menjadi tindak tutur harfiah (literal speech act) dan tindak tutur takharfiah (nonliteral speech act) (Gunarwan 1994:51). Tindak tutur harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya.. Tuturan (15) merupakan tindak tutur harfiah.

34 22 (15) Bersihkan lantai yang kotor itu sekarang juga. Tuturan impertaif tersebut dimaksudkan ujaran seorang ibu kepada seorang pembantu yang melihat lantai rumah dalam keadaan kotor supaya segera membersihkan. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur harfiah. Sedangkan tindak tutur tidak harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tuturan (16) merupakan tindak tutur takharfiah. (16) Orang itu panjang tangan. Tuturan (16) merupakan kalimat yang bermodus deklaratif dan maksud yang diucapkan penutur kepada seseorang adalah orang tersebut suka mencuri, sehingga tuturan (16) merupakan tuturan takharfiah Tuturan Performatif Tuturan performatif yaitu tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana 1996:23). Gunarwan (dalam Rustono 1999:35) mengatakan bahwa tuturan performatif yaitu tuturan yang merupakan tindakan melakukan sesuatu dengan membuat tuturan itu. Tuturan performatif merupakan tuturan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan performatif tidak dinyatakan benar atau salah, namun dinyatakan sahih atau tidak sahih. Menurut Austin, tuturan performatif memiliki kata kerja berkala kini (present), yaitu tuturan yang digunakan untuk tindakan yang akan dilakukan, bukan tindakan yang sudah dilakukan.tuturan (17) merupakan tuturan performatif.

35 23 (17) Saya berjanji akan membangun Indonesia menjadi lebih maju. Tuturan tersebut merupakan tuturan performatif, yaitu tidak dapat dikatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, namun tuturan performatif dapat dinyatakan sahih atau tidak. Austin (dalam Rustono 1999:35) mengatakan ada empat syarat kesahihan, yaitu (1) harus ada prosedur konvensional yang mempunyai konvensional dan prosedur itu harus mencakupi pengujaran kata-kata tertentu oleh orang-orang tertentu dalam peristiwa tertentu, (2) orang-orang dan peristiwa tetrtentu di dalam kasus tertentu harus berkelayakan atau yang patut melaksanakan prosedur itu, (3) prosedur itu harus dilaksanakan oleh para peserta secara benar, dan (4) prosedur itu harus dilaksanakan oleh para peserta secara lengkap. Menurut Searle (dalam Wijana 1996:25), tuturan performatif harus memenuhi lima syarat kevalidan, sebagai berikut. (1) Penutur harus memiliki niat yang sungguh-sungguh terhadap apa yang dijanjikan. (2) Penutur harus berkeyakinan bahwa lawan tutur percaya bahwa tindakan itu benar-benar akan dilaksanakan. (3) Penutur harus berkeyakinan bahwa ia mampu melaksanakan tindakan itu. (4) Penutur harus memprediksi tindakan yang akan dilakukan (future action), bukannya tindakan-tindakan yang sudah dilakukan (5) Penutur harus memprediksi tindakan yang dilakukannya sendiri, bukan tindakan yang dilakukan oleh orang lain.

36 24 Menurut Tallei (dalam Yulianto 2005:40), sebuah tuturan performatif dapat berbentuk eksplisit dan implisit. Ekplisit maksudnya dalam tuturan performatif disebutkan verba performatifnya, sehingga memudahkan mitra tutur untuk memahami maksud penutur dan tindakan yang dilakukan penutur. Maksud dari verba tuturan performatif adalah suatu pernyataan dari penutur yang menegaskan bahwa penutur akan melakukan tindakan atau penutur mempunyai maksud dari sebuah tuturan.dari pernyataan yang berupa penjelasan tentang sebuah maksud tersebut kemudian memudahkan mitra tutur mengerti maksud dari tuturan yang dituturkan oleh penutur. Verba yang digunakan yaitu penegasan, pengakuan, permohonan, dan informatif. Contoh tuturan performatif eksplisit (18) Saya berjanji, apabila partai saya menang, saya akan memajukan Indonesia. Tuturan (18) merupakan tuturan performatif eksplisit, karena memiliki verba yang memudahklan mitra tutur untuk memahami maksud dari tuturan. Verba tersebut yaitu memajukan, suatu tuturan performatif penegasan. Tuturan tersebut juga memenuhi syarat kevalidan, yaitu penutur mempunyai keyakinan bahwa tindakan itu akan dilaksanakan. Di samping itu, tuturan tersebut juga mengandung efek bagi mitra tutur, apabila tuturan tersebut didengarkan oleh orang kecil, maka akan membuat senang dan lega, karena apabila partainya menang maka Indonesia akan menjadi negara yang maju. Tuturan performatif implisit adalah tuturan performatif yang di dalamnya tidak dituturkan maksud dari penutur. Berikut contohnya.

37 25 (19) Upaya memajukan rakyat Indonesia harus dimulai dengan ketertiban masyarakatnya, dan harus ada hukuman bagi yang melanggar Tuturan (19) merupakan tuturan performatif implisit karena tuturan tersebut tidak ditemukan verba performatifnya. Di samping itu, tuturan tersebut juga mengandung kemungkinan efek bagi mitra tutur, apabila tuturan tersebut didengarkan orang yang tidak penah tertib, maka akan membuat ketakutan Konteks dan Situasi Tutur Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud (Rustono 1999:20). Sarana itu meliputi dua macam, yang pertama berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud (co-text) dan yang kedua berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian (context). Sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya Sperber dan Wilson (dalam Wijana 1996:10) Situasi tutur mempunyai kesamaan dengan konteks. Konteks dan situasi tutur merupakan dua konsep yang berdekatan. Kedekatan dua konsep ini telah menyebabkan tumpang tindihnya analisis. Pada satu pandangan konteks mencakupi situasai. Sementara itu, pada pandangan lain konteks tercakup di dalam situasi tutur. Situasai tutur merupakan situasai yang melahirkan tuturan (Rustono 1999:26). Leech (dalam Rustono 1999:34 ) menyatakan situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu.

38 26 a. Penutur dan Kawan Tutur Konsep penutur dan kawan tutur mencakup penulis dan pembaca apabila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan kawan tutur adalah usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. Aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi antara penutur dan kawan tutur atau penulis dan pembaca. Dengan mengetahui aspek tersebut berarti pelaku dalam komunikasi akan mengetahui dalam posisi mana ia berkomunikasi. b. Konteks Tuturan Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks yang berupa fisik yaitu koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan kawan tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. Jadi, konteks tuturan yang dibicarakan oleh peserta tutur akan dapat dipahami antara yang satu dengan lainnya. c. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan dalam komunikasi sangatlah penting sebelum melakukan pembicaraan sehingga antara penutur dan kawan tutur memahami apa yang dibicarakan. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktifitas yang berorientasi

39 27 pada tujuan (goal oriented activities). Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Bentuk-bentuk tuturan pagi dan selamat pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa kawan bicara yang dijumpai di pagi hari. Selain itu, selamat pagi dengan berbagai variasinya apabila diucapkan dengan nada tertentu, dan situasi yang berbeda-beda dapat pula digunakan untuk mengejek guru yang terlambat masuk kelas. d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktifitas Tindak tutur merupakan suatu tindakan juga (act). Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret, jelas penutur dan kawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengaturannya. Untuk lebih jelasnya dapat dibuktikan bahwa tuturan merupakan suatu bentuk tindakan. Tuturan mencuci dan berbicara. Kata mencuci dan berbicara menyatakan tindakan bertutur. e. Tututan sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan yang dihasilkan merupakan tindakan verbal. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Sementara itu, berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal, karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan merupakan tindakan produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

40 Efek Tuturan Efek memiliki makna atau arti akibat atau pengaruh, yang timbal pada pemikiran penonton, pembaca, pendengar dan sebagainya setelah mendengar atau melihat sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:284) Efek atau daya pengaruh itu dapat ditimbulkan secara sengaja oleh penuturnya kepada mitra tutur. Efek yang ditimbulkan itu akan berbeda antara mitra tutur yang satu dengan mitra tutur yang lain. Tindak tutur yang salah satu cirinya dapat menimbulkan efek adalah tuturan perlokusi. Haryadi (2003) dalam tesisnya Jenis, Efek, dan Fungsi Tututran Perlokusi Mahasiswa Universitas Negeri Semarang di Kabupaten Kendal, mengungkapkan efek-efek yang ditimbulkan tuturan perlokusi. Berdasarkan dampaknya, tuturan perlokusi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berupa tuturan positif dan tuturan negatif. Efek positif yaitu efek yang baik bagi mitra tuturnya, efek positif tersebut antara lain, membuat lega, mendorong, menyenangkan, membuat tertawa, dan sebagainya. Selain berdampak positif, efek perlokusi juga dapat berdampak negatif, yaitu efek yang berakibat buruk atau tidak baik bagi mitra tutur. Efek yang berdampak negatif itu antara lain menipu, mempermalukan, membuat jengkel, menakut-nakuti, membuat terhina, dan lain sebagainya. (20) Memang sudah seharusnya demikian, agar tidak semrawut, kalau tertib kan enak, yang parkir enak. Tuturan (20) merupakan tuturan yang memiliki efek timbulnya rasa dorongan bagi para penertib parkir liar untuk segera menertibkan parkir liar yang

41 29 semakin banyak. Penertiban ini diharapkan agar tidak kacau sehingga para pengguna parkir menjadi nyaman dan tidak selalu dirugikan. Bahasa dan Politik Susanto (1992) mengatakan bahwa bahasa adalah instrumen politik yang berfungsi melanggengkan kekuasaan. Permainan bahasa menjadi salah satu strategi yang digunakan sebagai alat provokasi halus yang dimanfaatkan oleh para penguasa untuk mencapai tujuan politiknya. Di dalam berkampanye pun digunakan strategi yang memanfaatkan bahasa sebagai media untuk menginformasikan apa yang hendak disampaikan. Strategi yang digunakan seorang politikus dalam berkampanye yaitu kampanye terbuka dan kampanye tertutup. Kampanye monolog partai politik merupakan salah satu bagian dari kampanye terbuka, yang merupakan salah satu strategi dalam memperkenalkan partai politiknya secara bebas. Bahasa yang digunakan dalam berkampanye dalam batasan pragmatik digolongkan dalam tuturan performatif. Tuturan dalam kampanye yang dituturkan penutur biasanya menyatakan maksud dari tuturan secara implisit dan eksplisit. Tuturan implisit merupakan tuturan yang maksudnya dituturkan secara tersirat, sedangkan tuturan eksplisit merupakan tuturan yang menyatakan langsung maksud dari penutur. Tuturan-tuturan yang digunakan dalam kampanye, baik yang berupa eksplisit maupun implisit merupakan strategi dari seorang juru kampanye. Bahasa politik menggambarkan dengan jelas bahwa kata-kata memegang peranan penting. Pada era pemerintah orde baru masyarakat tidak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

TUTURAN DIREKTIF DALAM WACANA MOTIVASI DARWIS TERE LIYE DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK DAN KEMUNGKINAN EFEK YANG DITIMBULKANNYA SKRIPSI

TUTURAN DIREKTIF DALAM WACANA MOTIVASI DARWIS TERE LIYE DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK DAN KEMUNGKINAN EFEK YANG DITIMBULKANNYA SKRIPSI TUTURAN DIREKTIF DALAM WACANA MOTIVASI DARWIS TERE LIYE DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK DAN KEMUNGKINAN EFEK YANG DITIMBULKANNYA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Wulandari NIM : 2111411038

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI. Oleh TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 7 JEMBER SKRIPSI Oleh Sutik Susmiati NIM 080210402043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM IKLAN RADIO DI JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia dan mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PERNYATAAN - PERNYATAAN JOKOWI SELAKU KEPALA PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM SURAT KABAR DETIK.COM : Tinjauan Pragmatik

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PERNYATAAN - PERNYATAAN JOKOWI SELAKU KEPALA PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM SURAT KABAR DETIK.COM : Tinjauan Pragmatik TINDAK TUTUR PERLOKUSI PERNYATAAN - PERNYATAAN JOKOWI SELAKU KEPALA PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM SURAT KABAR DETIK.COM : Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA

TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA TINDAK ILOKUSI PADA IKLAN RADIO PROSALINA JEMBER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI. Oleh Indra Hardiyansyah NIM

PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI. Oleh Indra Hardiyansyah NIM PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH DALAM KITAB HADITS BUKHARI-MUSLIM SKRIPSI Oleh Indra Hardiyansyah NIM 060210402370 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract 1 WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menyelesaikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005: 240). Menurut Widyamartaya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI Oleh Siska Dwi Esti NIM 100110201069 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2014 ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK SKRIPSI A Persyaratan

TINDAK SKRIPSI A Persyaratan TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DI KALANGAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR TRAINER OUTBOUND YAYASAN PSIKOLOGI ANAVA

TINDAK TUTUR TRAINER OUTBOUND YAYASAN PSIKOLOGI ANAVA TINDAK TUTUR TRAINER OUTBOUND YAYASAN PSIKOLOGI ANAVA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar sarjana sastra Nama : Imam Santoso Nim : 2150404056 Program Studi : Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI. Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM

TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI. Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM TINDAK BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ONLINE SHOP KOSMETIK NINA SKRIPSI Oleh: Dwi Retno Oktaviani NIM 100210402013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA WACANA KARIKATUR MASYARAKAT KAMPUS KONSERVASI DALAM BULETIN EXPRESS SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA WACANA KARIKATUR MASYARAKAT KAMPUS KONSERVASI DALAM BULETIN EXPRESS SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra. i TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA WACANA KARIKATUR MASYARAKAT KAMPUS KONSERVASI DALAM BULETIN EXPRESS SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Fauziyatun Rizqi NIM : 2111411007 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci

WACANA PERCAKAPAN DALAM OPERA VAN JAVA DI STASIUN TELEVISI TRANS7 SKRIPSI. Oleh Wahyu Indah Kumala Sari NIM

WACANA PERCAKAPAN DALAM OPERA VAN JAVA DI STASIUN TELEVISI TRANS7 SKRIPSI. Oleh Wahyu Indah Kumala Sari NIM WACANA PERCAKAPAN DALAM OPERA VAN JAVA DI STASIUN TELEVISI TRANS7 SKRIPSI Oleh Wahyu Indah Kumala Sari NIM 050210402202 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: BERLIANA NITA KUMALASARI A 310090010 FAKULTAS

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG DALAM DIALOG PARA TOKOH FILM GRAMMAR SUROBOYOAN KARYA M. SHOLIKIN SKRIPSI. Oleh

TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG DALAM DIALOG PARA TOKOH FILM GRAMMAR SUROBOYOAN KARYA M. SHOLIKIN SKRIPSI. Oleh TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG DALAM DIALOG PARA TOKOH FILM GRAMMAR SUROBOYOAN KARYA M. SHOLIKIN SKRIPSI Oleh Dhimas Asih Kusuma Persadha NIM. 070210402077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang penulis harapkan dari penelitian ini. Kesimpulan berupa intisari hasil dari analisis yang dilakukan terhadap data- data yang diperoleh dari

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI TERAPIS-PASIEN PADA KOLOM KONSULTASI TABLOID MANTRA EDISI FEBRUARI 2014

TINDAK TUTUR BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI TERAPIS-PASIEN PADA KOLOM KONSULTASI TABLOID MANTRA EDISI FEBRUARI 2014 TINDAK TUTUR BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI TERAPIS-PASIEN PADA KOLOM KONSULTASI TABLOID MANTRA EDISI FEBRUARI 2014 SKRIPSI Oleh Ringga Alseptyoga NIM 100210402116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS SKRIPSI. Oleh YUSDIKA FREDY WIJAYA NIM

ANALISIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS SKRIPSI. Oleh YUSDIKA FREDY WIJAYA NIM ANALISIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS SKRIPSI Oleh YUSDIKA FREDY WIJAYA NIM 060110201046 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2012 ANALISIS TINDAK TUTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis karena

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL DESA KECIK KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL DESA KECIK KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL DESA KECIK KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Siti Munfarida NIM 100110201055 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci