METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas"

Transkripsi

1 1 GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS Mariana Siregar¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU ²Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT Mother and children under five group of people who are sensitive to issues of food available. Desa Trans Pirnak Marenu including food insecure areas with population worked as farmers manyoritas. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu. This study is a survey research with cross sectional approach.. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, and smoker family in the village of Trans Pirnak Marenu then analyzed descriptively and presented in the form of cross-tabulation and frequency distribution table. The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and acute and chronic malnutrition is still common in families of smokers. In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children under five years, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food. Keywords : Food available, nutritional status children under Five years, smoker family PENDAHULUAN Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4 %. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius, bila prevalensi

2 2 kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk, 2002). Dinas Kesehatan Sumatera Utara, untuk balita pendek 43,1 persen, begitu juga hasil Riskesdas 2010, sebanyak 42,3 persen balita pendek yang lebih tinggi dari nasional sebanyak 35,6%. Menurut Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan sosial ekonomi. Terdapat 60% dari perokok aktif atau sebesar 84,84 juta orang dari 141,44 juta orang adalah mereka yang berasal dari penduduk miskin atau ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang disebabkan sakit, maka perokok menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran meningkat untuk biaya berobat (Chaudhuri, 2006). Indonesia menempati urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data, akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema pada tahun Selain itu rokok merupakan penyebab stroke sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan paru yang lambat dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma. Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta pertahunnya dan di negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibat rokok berbanding lurus dengan jumlah remaja perokok yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, di Indonesia usia perokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7% perokok mulai merokok pada usia 5-9 tahun. Persentase nasional penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari sebesar 28,2%. Lebih dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas merupakan perokok harian. Persentase penduduk perokok yang merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok umur produktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%. Profil kesehatan Depkes Provinsi Sumatera Utara (2008) menunjukkan sekitar 86,1% perokok merokok di dalam rumah. Anggota keluarga lain yang tinggal bersama dengan perokok akan terpapar dengan asap rokok tersebut. Jumlah perokok tahun 2011 di sebanyak Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, di Desa Trans Pirnak Marenu diketahui jumlah penduduk 280 KK, dengan tingkat ketersediaan pangan yang masih kurang karena belum mampu mempertahankan pangannya sampai 8 bulan dalam setahun. Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). Terdapat 200 orang kepala keluarga (suami) perokok, diantaranya memiliki anak balita. Tingginya jumlah perokok dalam keluarga miskin sangat berpengaruh pada gizi anak balitanya.

3 3 Jumlah Balita sebanyak 112 Balita ditemukan pada keluarga perokok. Berdasarkan Antropometri rasio berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), dari 15 Balita yang dikunjungi, 2 orang memiliki berat badan lebih, 5 orang normal, dan 8 orang berat badannya kurang. Status gizi tidak seimbang dapat diprestasikan dalam bentuk gizi kurang dari yang dibutuhkan. kan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Sehingga status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi (Almatsier, 2003). Peran keluarga khususnya orang tua merupakan faktor penting dalam rangka peningkatan status gizi balita. Penghasilan keluarga menjadi parameter dalam pemenuhan status gizi anak balita, didapatkan hasil bahwa rata-rata pengahasilan keluarga perbulan ialah Rp ,- sampai Rp ,- dengan pengeluaran untuk rokok Rp ,- sampai Rp ,- perbulannya, mampu menghabiskan rokok sabanyak > 10 batang rokok atau dengan rata rata satu bungkus setengah bahkan ada juga yang mampu menghabiskan dua bungkus dalam setiap harinya. Melalui wawancara yang dilakukan keluarga cenderung beranggapan bahwa besarnya pengeluaran non pangan berpengaruh pada pangan rumah tangga, sehingga anak balitanya makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa harus memerhatikan makanan yang dikonsumsi apakah mengandung gizi atau tidak. Anak balita yang ditemukan pada keluarga perokok lebih sering sakit dibanding anak balita pada keluarga yang bukan perokok. Untuk itu keluarga perokok harus memerhatikan gizi balitanya agar kebutuhan gizi balita terpenuhi. Hal ini disebabkan masih banyaknya keluarga miskin yang merokok dan masih mempunyai anak balita. Untuk itu informasi kesehatan perlu ditingkatkan terutama tentang rokok dan gizi balita, agar keluarga perokok dapat meminimalkan pengeluaran rokok dan memenuhi kebutuhan gizi balita dengan makanan bergizi. Tingginya angka kemiskinan pada keluarga perokok sehingga ketersediaan pangan rumah tangga tergantung pada daya beli keluarga. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional. Lokasi penelitian ini di Desa Tras Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas, dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Agustus Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga perokok yang mempunyai balita. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi (Purposive Sampling) dengan keriteria inklusi dan ekstlusi yaitu sebanyak 52 balita. Lembar kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang umur balita, berat badan balita, tinggi badan balita, ketersediaan pangan, pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan, jumlah rokok yang dihisab, dan pengeluaran untuk rokok. Pengolahan data meliputi analisis deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten menurut karakteristik anak balita ditampilkan pada tabel 1 sebagai berikut:

4 4 Tabel 1. Karakteristik Anak Balita di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No Karakteristik Anak Balita n % 1. Umur (Bulan) ,7 42,3 2. Jenis Kelamin Laki-laki 27 51,9 Perempuan 25 48,1 3. Status Gizi Sangat Kurus 25,0 Kurus 14 26,9 Normal 15 28,8 Gemuk 10 19,2 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karakteristik anak balita menurut umur, jenis kelamin, dan status gizi, umur balita sebagian besar berada pada kelompok umur bulan yaitu sebanyak 30 orang atau (57,7%), jenis kelamin sebagian besar berada pada kelompok laki-laki yaitu 27 orang atau (51,9%) dan status gizi anak balita sebagian besar ada pada kelompok normal yaitu 15 orang atau (28,8%). Tabel 2. karakteristik orang tua balita ( Pendidikan, Pekerjaan, dan Suku) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No. Karakteristik Orang Tua Ayah Ibu 1. Pendidikan n % n % SD 13 25, ,0 SMP 12 23, ,0 SMA 22 42, ,0 Perguruan Tinggi 5 9,6 8 15, ,0 2. Pekerjaan n % n % Pengawai 3 5,8 4 7,7 Negeri Pedagang 4 7,7 4 7,7 Petani 43 82, ,9 Guru Honorer 2 3,8 4 7, ,0 3. Suku n % n % Jawa 8 15,4 2 3,8 Mandailing 43 82, ,2 Karo 1 1,9 1 1, ,0 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pendidikan orang tua yang paling banyak pada tingkat SMA yaitu pendidikan ayah sebanyak 22 orang atau (42,3%) dan pendidikan ibu sebanyak 21 orang atau (40,0%), pekerjaan orang tua yang paling banyak pada kelompok petani yaitu pekerjaan ayah sebanyak 43 orang atau (82,7%) dan pekerjaan ibu sebanyak 40 orang (76,9%), dan suku orang tua lebih banyak suku mandailing yaitu suku ayah sebanyak 43 orang (82,7%), dan suku ibu sebanyak 49 orang atau (94,2%). Tabel No. 3. Orang tua balita ( Jumlah keluarga, Penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga, Penggolongan perokok) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Karakteristik orang n % tua balita 1. Jumlah Anggota Keluarga , , ,8 2. Penghasilan Keluarga - < Rp ,1 - Rp ,9 3. Pengeluaran Keluarga - < Rp ,3 - Rp ,7 4. Penggolongan Perokok - 2 3, ,2 - Berat 26 50,0

5 5 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah anggota keluarga 5 8 orang yaitu 29 orang (55,8%), penghasilan keluarga sebagian besar berjumlah < Rp ,00 yaitu 38 keluarga (73,1%), dan penggolongan perokok yang lebih banyak yaitu perokok berat sebanyak 26 orang (50,0%). 2. Ketersediaan Pangan Tabel 4.Ketersediaan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No Ketersediaan Pangan n % 1. Terjamin 11 21, , , ,0 Berat Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa ketersedian pangannya berada pada tingkat rawan sebanyak (78,9%), dimana kelaparan ringan sebanyak 11 keluarga (21,2%), tingkat kelaparan sedang sebanyak 17 orang (32,7%), dan tingkat kelaparan berat sebanyak 13 orang (25,0%). Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang diperoleh, dapat diduga angka kelaparan masih tinggi karena, sumber pendapatan keluarga masih rendah, dan tingginya angka pengeluaran baik pengeluaran pangan, non pangan, maupun rokok, dan juga didukung oleh jumlah anggota keluarga yang cukup besar. Dalam penelitian ini ketersediaan pangan keluarga erat kaitnya dengan status ekonomi keluarga, dimana pekerjaan orangtua paling banyak adalah petani, wilayah tersebut merupakan daerah Trans Migrasi perkebunan kelapa sawit, dengan penghasilan rendah sebagaian petani tidak mempunyai lahan sendiri, disamping itu harga pupuk yang tinggi dan musim yang tidak menentu menentukan mempengaruhi hasil panen. Kemampuan rumah tangga menjangkau pangan di pasar tergantung daya beli atau penghasilannya. Kemampuan ekonomi rumah tangga pada umumnya saling berkaitan dengan status sosial, juga selanjutnya berkaitan pula dengan nilai suatu makanan. Pada umumnya masyarakat yang berpendapatan rendah hanya mampu membeli bahan makanan yang harganya murah meskipun mutunya rendah, asalkan banyak dan menyenangkan. Bahkan mereka tidak dapat makan daging, telur, ikan atau minum susu setiap hari namun hanya sesekali saja dalam sebulan maupun setahun. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan pangan berdasarkan pengeluaran rokok dapat ditampilkan pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No. Pengeluaran Rokok Terjamin Ketersediaan Pangan Berat Jumlah n % n % n % n % n % 1 < Rp ,6 7 24,1 6 20,7 8 27, ,0 2 Rp ,0 4 17, ,8 5 21, ,0

6 6 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran rokok berada pada kelompok < Rp yaitu 29 orang (55,7%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (72,4%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 7 orang (24,1%), dan kelaparan tingkat sedang sebanyak 6 orang (20,7%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 8 orang (27,6%). Hal ini dapat diduga karena kepala keluarga (ayah) lebih mengutamakan uang untuk rokok, dibanding kebutuhan pangan keluarga, sehingga kelaparan pada keluarga perokok masih tinggi. Dan sebagian besar ayah berprinsip lebih penting rokok tersedia daripada makanan. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan pangan berdasarkan penggolongan rokok dapat ditampilkan pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No. Penggolongan Ketersediaan Pangan Jumlah Perokok Terjamin Berat n % n % n % n % n % ,0 1 50, , ,0 6 25,0 5 20,8 7 29, ,0 3 Berat 5 19,2 4 15, ,3 6 23, ,0 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat sebagian besar penggolongan perokok berada pada kelompok perokok berat yaitu 26 orang (50,0%) dengan ketersediaan pangann berada pada kelaparan sebanyak (80,8%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 4 orang (15,4%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 11 orang (42,3%), kelaparan tingkat berat sebanyak 6 orang (23,1%). Dapat diduga karena keluarga perokok berat lebih banyak menghabiskan pendapatannya untuk membeli rokok dibandingkan dengan membeli kebutuhan untuk pangan. 3.Status Gizi Balita Ada 3 indikator penelitian status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Status Gizi Balita Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No. Status Gizi Balita (BB/U) n % 1. Buruk 4 7,7 Kurang 21 40,0 Baik 27 51,9 Status Gizi Balita n % (TB/U) 2. Sangat Pendek 17 32,7 Pendek 17 32,7 Normal 15 28,8 Tinggi 13 5,8 Status Gizi Balita n % (BB/TB) 3. Sangat Kurus 13 25,0 Kurus 14 26,9

7 7 Normal 15 28,8 Gemuk 10 19,2 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi anak balita (BB/U) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (51,9%), tetapi masih ditemukan kategori buruk sebanyak Tabel 8. No. 4 orang (7,7%). Status gizi anak balita (TB/U) berada pada kategori sangat pendek dan pendek yaitu sebanyak (65,4%). Status gizi anak balita (TB/BB) berada pada kategori sangat kurus dan kurus sebanyak (51,9%). Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan pangan berdasarkan status gizi anak balita (BB/U) dapat ditampilkan pada tabel 8 sebagai berikut: Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas Ketersediaan Status Gizi (BB/U) Pangan Buruk Kurang Baik Jumlah n % n % n % n % 1 Terjamin 1 9,1 3 27,3 7 63, , Berat ,4 7 63, ,0 1 5, ,8 6 35, ,0 2 15,4 4 30,8 7 53, ,0 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi kurang sebanyak 10 orang (58,8%), status gizi baik sebanyak 6 orang (35,3%), dan status gizi buruk sebanyak 1 orang (5,9%). Hal ini kemungkinan diduga rendahnya daya beli keluarga sehingga keluarga dapat makan seadanya saja, tanpa melihat anak balita memerlukan asupan zat gizi untuk tumbuh kembangnya dimasa mendatang nanti. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan pangan berdasarkan status gizi anak balita (TB/U) dapat ditampilkan pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Anak Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten No. Ketersediaan Status Gizi Balita (TB/U) Jumlah Pangan Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi n % n % n % n % n % 1 Terjamin 6 54,5 2 18,2 3 27, , ,3 3 27,3 4 36,4 1 9, , ,5 9 52,9 4 23, ,0 4 Berat 4 30,8 3 23,1 4 30,8 2 15, ,0

8 8 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi pendek sebanyak 9 orang 52,9%), status gizi normal dan sangat pendek sebanyak 4 orang (23,5%). Dapat diduga kekurangan zat gizi pada anak balita disebabkan anak balita mendapat makanan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan anak balita atau ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi anak balita. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan pangan berdasarkan status gizi anak balita (BB/TB) dapat ditampilkan pada tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10. Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas No. Ketersediaan Status Gizi Balita (BB/TB) Jumlah Pangan Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk n % n % n % n % n % 1 Terjamin 3 27,3 1 9,1 2 18,2 5 45, , ,2 3 27,3 4 36,4 2 18, , ,5 6 35,3 5 29,4 2 11, ,0 4 Berat Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi kurus sebanyak 6 orang (35,3%), status gizi normal sebanyak 5 orang (29,4%), status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang (23,5%), dan status gizi gemuk sebanyak 2 orang (11,8%). 4 30,8 4 30,8 4 30,8 1 7, ,0 Pada ketersediaan pangan tingkat sedang. Hal ini kemungkinan kerena anak rendahnya pendapatan, dan besarnya pengeluaran rokok, sehingga keluarga hanya mampu membeli bahan makanan yang murah dan banyak tanpa memperhatikan bahan makanan tersebut mengandung gizi atau tidak. Dengan itu anak balita pertumbuhan dan perkembangan anak balitta terhambat. KESIMPULAN 1. Ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat sebanyak 25,0%. 2. Pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, demikian juga pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%. Dan Pengeluaran rokok yang lebih besar dan lebih kecil, gizi akut dan kronis masih ditemukan. 3. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 64,3%, demikian juga penghasilan keluarga lebih rendah, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 5,3%. 4. Perokok ringan, ketersediaan pangan lebih terjamin, dibandingkan dengan pada keluarga perokok sedang dan perokok berat, ketersediaan pangannya berada pada kelaparan tingkat sedang dan kelaparan tingkat berat.

9 9 5. Pada keluarga perokok ringan status gizi anak balita semakin baik, dibandingkan Status gizi anak balita ada keluarga perokok sedang dan perokok berat. SARAN 1. Diharapkan kepada kepala keluarga agar dapat mengurangi konsumsi rokok, dan hindari asap rokok dari anggota keluarga terutama anak balita. 2. Kepada petugas puskesmas agar meningkatkan penyuluhan rokok, berupa bahaya merokok, dan gambargambar akibat dari rokok. Dan petugas gizi dipuskesmas tingkat kabupaten agar lebih meningkatkan penyuluhan gizi di setiap desa-desa dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada keluarga perokok yang mempunyai penghasilan rendah supaya lebih mampu mengatur pola makan anak balita yang beragam yang dapat dengan pemanfaatan lahan atau pekarangan guna mewujudkan ketersediaan pangan yang terjamin di tingkat keluarga demi tercapai status gizi anak balita yang lebih baik. 3. Kerja sama lintas sektoral Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, dan Badan Ketahanan Pangan agar digiatkan dalam upaya perbaikan gizi keluarga. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Chaudhuri, R., Effects of Smoking Cessation on Lung Function and Airway Inflammation in Smokers with Asthma. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 174 (2): Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara., Pedoman Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk. Medan. Fawzani, N., dan Triratnawati, A., Terapi berhenti merokok (studi kasus perokok berat). Makara, Kesehatan. 9(1): Hanani, N., Srategi Pencapaian Ketahanan Pangan Keluarga, Perhimpunan Ekonomi Pertaniaan Indonesia. Bogor. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan Dasar Badan dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta Profil kesehatan Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara., Depkes RI Provinsi Sumatera Utara, Medan. Supariasa, I, D, N., Bakri, B., & Fajar, I., Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Permasalahan akibat merokok saat ini sudah menjadi topik yang terusmenerus dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting untuk

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 1 PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 Kadek Sri Sasmita Dewi G Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Kuesioner Penelitian GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KAPUPATEN PADANG LAWAS 1. IDENTITAS

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU 1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang belum dapat diselesaikan, khususnya masalah kekurangan gizi. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) Sudikno 1 ; Bona Simanungkalit 2 ; Yekti Widodo 1 dan Sandjaja 2 1 Pusat Teknologi Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOPOSURUNG KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 204 (THE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO Senduk A. L * Iyone E. T. Siagian, Henry M. F. Palandeng + Abstract Based on National health Survey

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: BENNY NASUTION NIM. 061000036 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai masalah gizi yang cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah adanya gangguan pada perorangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif. HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN PEMBERIAN EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Ridzka Cristina* Nova H. Kapantow, Nancy

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN JURNAL KESEHATAN TERPADU () : 25-29 ISSN : 2549-8479 TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN *Ni Putu Eny Sulistyadewi (), dan Dylla Hanggaeni

Lebih terperinci

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53 48 50 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53 Status Gizi Anak Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Sungaililin

Lebih terperinci

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75 71 PENDAHULUAN Pada saat ini dan masa yang akan datang pembangunan di Indonesia memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai

Lebih terperinci

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **) HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN RISIKO KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAWE, KUDUS Rizqi Mufidah *), Dina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban) Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia 36 48 Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban) Relationship Between The Type And Frequency Of Eating

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan status gizi menurun dimana keadaan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan pertumbuhan yang sehat, pembentukan organ yang tepat dan fungsi sistem kekebalan yang kuat, dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Okky Kezia Kainde*, Nancy S.H Malonda*, Paul A.T Kawatu*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan balita akibat gizi buruk masih menjadi perhatian dunia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi kejadian gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KETAHANAN ANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA EROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUATEN KARO Etti Sudaryati, sudaryatiety@yahoo.co.id Juanita, joean_ita@yahoo.com Nurmaini, nurmainik@yahoo.com Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kemiskinan. Memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN Cholifatun Ni mah 1, Lailatul Muniroh 2 1,2 Departemen Gizi Kesehatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi dalam depkes RI adalah kondisi seseorang dinyatakan menurut jenis dan berat keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih.

Lebih terperinci

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 29 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Children

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan faktor langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village

Lebih terperinci

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014 GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014 A.A. Indah Permatasari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia terutama pada masa kanak-kanak, mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN ABSTRAK HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN (FOOD SECURITY) DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Ahmad Faridi dan Rezanov Sagita Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA PERTUMBUHAN BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI TAHUN 2014

GAMBARAN POLA PERTUMBUHAN BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI TAHUN 2014 GAMBARAN POLA PERTUMBUHAN BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI TAHUN 204 DESCRIPTION OF GROWTH OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN SMOKER FAMILIES AND NON SMOKERS IN DISTRICT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi

Lebih terperinci

SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : 1978-8843 (PRINT) Vol. 09 No. 01, 2018 : 1-5 THE ROLE OF INTAKE OF ENERGY, PROTEIN AND PARENTING WITH NUTRITION STATUS OF AGE 12-24 MONTHS IN SOUTHERN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Rentan gizi merupakan kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang mempengaruhinya. Beberapa indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015 45 HUBUNGAN KESADARAN GIZI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SIDOARJO KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO Indah Jayani 1 1) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS Hendrayati 1, Nadimin 1, Sirajuddin 1 Siti Uswatun Hasanah 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : mother behavior, early marriage, under five years old nutrition

ABSTRACT. Keywords : mother behavior, early marriage, under five years old nutrition GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MENIKAH DI USIA DINI DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DI DESA PULAU MUNGKUR KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN 2012 1 Maya Kaswari, 2 Jumirah, 2

Lebih terperinci

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Puji syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Irwani Saputri 1*) dan Dewi Lisnianti 2) 1) Dosen Program Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013 Citra Kusuma Wenry RL, 2014. Pembimbing : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci