BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Central Kantor Comtabilitet (CKC) yang kemudian berubah nama menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Central Kantor Comtabilitet (CKC) yang kemudian berubah nama menjadi"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Perbendaharaan Surakarta (KPPN) Surakarta Sejak jaman Belanda telah berdiri kantor perbendaharaan dengan nama Central Kantor Comtabilitet (CKC) yang kemudian berubah nama menjadi Kantor Pusat Perbendaharaan (KPP) setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, namun selang beberapa waktu berubah lagi dengan nama Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ada di setiap ibukota propinsi. Pada tahun 1970 nama Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN) diganti menjadi Kantor Pembantu Bendahara Negara (KPBN) yang merupakan gabungan atau integrasi dari Kantor Pusat Perbendaharaan Negara dengan Perusahaan Jawatan Perjalanan. Pada tahun 1971 Kantor Pembantu Bendahara Negara (KPBN) Surakarta yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 2 Gladag, Surakarta ditingkatkan statusnya menjadi Kantor Bendahara Negara (KBN) Surakarta sebagai pecahan dari Kantor Bendahara Negara Semarang dengan wilayah pembayaran se-eks Karesidenan Surakarta, yaitu: a. Kotamadia Surakarta b. Kabupaten Klaten 22

2 23 c. Kabupaten Karanganyar d. Kabupaten Sragen e. Kabupaten Sukoharjo f. Kabupaten Wonogiri g. Kabupaten Boyolali. Tahun 1975 dengan adanya perubahan Struktur Organisasi Departemen-departemen, nama Kantor Bendahara Negara (KBN) Surakarta berubah dan berkembang menjadi 3 (tiga) instansi, yaitu : a. Kantor Perbendaharaan Negara Surakarta; yang bertugas khusus menangani masalah Pembiayaan dan Pendapatan Negara. b. Kantor Kas Negara Surakarta; yang bertugas menangani Urusan Kas Negara. c. Satuan Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran Surakarta. Tahun 1976 Kantor Bendahara Negara Surakarta yang berada di Jl. Slamet Riyadi No. 2 Gladag Surakarta dipindahkan ke Jl. Slamet Riyadi No. 467 Kleco Surakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 3 Maret 1983 Nomor: 205/KMK.01/1983, Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Anggaran di daerah (termasuk di Surakarta) diadakan Reorganisasi dengan membentuk Kantor Tata Usaha Anggaran (KTUA) di Ibukota Propinsi, maka Kantor Satuan Kerja Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran Surakarta dihapuskan/dipindahkan ke Kantor Tata Usaha

3 24 Anggaran (KTUA) yang berkedudukan di Semarang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada masyarakat. Reorganisasi kembali dilakukan sebagai Penyempurnaan organisasi dan Tata Usaha Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Anggaran, Kantor Perbendaharaan Negara Surakarta dan Kantor Kas Negara Surakarta digabung menjadi satu dengan nama Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Surakarta (KPKN), yang merupakan unsur pelaksana Direktorat Jenderal Anggaran yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan dan Kas Negara Surakarta yang dipimpin oleh seorang kepala kantor dan membawahi beberapa seksi, antara lain Sub Bagian Umum, Seksi Perbendaharaan I, Seksi Perbendaharaan II, Seksi Perbendaharaan III, Seksi Perbendaharaan IV, Seksi Pendapatan, Seksi Bank Tunggal, Seksi Bank Persepsi, Seksi Giro Pos dan Pembukuan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan RI No. 442/KMK/.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, dan Kantor Verifikasi pelaksanaan Anggaran, reorganisassi kembali dilakukan dengan dibukanya Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dalam wilayah pembayaran Surakarta. Sedangkan Kantor Tata Usaha Anggaran (KTUA) Semarang berubah menjadi

4 25 Kantor Verifikasi dan Pelaksanaan Anggaran Semarang. Tiga instansi dalam wilayah pembayaran Surakarta antara lain: a. KPKN Klaten dengan wilayah pembayaran meliputi Kabupaten Sragen dan Kabupaten Boyolali. b. KPKN Sragen dengan wilayah pembayaran meliputi Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. c. KPKN Surakarta dengan wilayah pembayaran meliputi Kabupaten Surakarta, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri. Atas reorganisasi yang sesuai berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut diatas, maka mulai 1 Januari 2002, KPKN Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Kantor dan membawahi 6 seksi, antara lain Sub Bagian Umum, Seksi Perbendaharaan I, Seksi Perbendaharaan II, Seksi Pendapatan, Seksi Bank Persepsi, Seksi Bank Tunggal dan Pembukuan, Kelompok Tugas Fungsional. Untuk mengantisipasi tugas-tugas yang makin berat dimasa yang akan datang berdasarkan Keputusan Presiden No. 37 Tahun 2004 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan, Menteri Keuangan melakukan reorganisasi dengan didahului keluarnya Keputusan Menteri Keuangan nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. Hal ini menandai adanya pemekaran unit eselon I Direktorat Jenderal Anggaran menjadi 2 unit eselon I menjadi

5 26 Direktorat Jenderal Anggaran & Perimbangan Keuangan dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dimana KPKN Surakarta merupakan salah satu unit instansi vertical dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Setelah mengalami reorganisasi berulang kali, pada tahun 2004 dalam Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-07/PB/2004 tanggal 30 September 2004 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, nama Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), yang meliputi: a. Sub Bagian Umum b. Seksi Perbendaharaan I c. Seksi Perbendaharaan II d. Seksi Persepsi e. Seksi Bank dan Giro Pos f. Verifikasi dan Akuntansi g. Kelompok Tugas Fungsional (untuk KPPN Surakarta belum ada). Saat ini, KPPN Surakarta mempunyai jumlah pegawai sebanyak 56 orang yang terdiri dari 1 Kepala Kantor (Eselon III), 4 Kepala Subbagian atau Seksi (Eselon IV), dan 51 staf atau pegawai yang berada pada bagian pelaksana.kppn Surakarta memiliki mitra kerja dengan 141 Satker (dari 23

6 27 Kementerian/Lembaga), 30 Bank Persepsi, 4 Bank Operasional I, 4 Bank Operasional II, 3 Bank Operasional III. 2. Visi, Misi, Langkah Strategis, Motto, dan Janji Layanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surakarta Visi KPPN Surakarta adalah Menjadi pengelola perbendaharaan Negara di daerah yang professional, modern dan akuntabel guna mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang efektif dan efisien. Untuk mewujudkan visi tersebut maka KPPN Surakarta mempunyai Misi sebagi berikut: 1. Menciptakan fungsi pelaksanaan dan pencairan anggaran yang efektif, cepat, tepat, dan tanpa biaya. 2. Mewujudkan pengelolaan kas (penerimaan dan pengeluaran Negara) yang efisien, optimal, akurat, dan tertib. 3. Mewujudkan akuntansi pertanggungjawaban keuangan Negara yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat. Untuk mewujudkan misi tersebut Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta melakukan beberapa langkah-langkah strategis sebagai berikut:

7 28 Menyelenggarakan pembinaan yang berkelanjutan berkaitan dengan implementasi pencairan dana yang bersumber dari DIPA APBN untuk menciptakan pencairan anggaran yang cepat tepat dan efektif. Meningkatkan sinergi dengan mitra kerja terkait dalam hal penerimaan negara. Menyelenggarakan pembinaan rekonsiliasi data sebagai kuasa BUN di daerah guna mewujudkan pertanggungjawaban keuangan Negara yang akuntabel, transparan, tepat waktu, dan akurat. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta mempunyai motto layanan KPPN Surakarta Selalu PINTAR yang merupakan singkatan dari Profesional, Integritas, Networking, Tangguh, Amanah, dan Ramah. Sedangkan untuk Janji Layanan adalah Layanan Prima Tanpa Biaya. Berkomitmen tinggi untuk memberikan pelayanan dengan cepat, tepat, transparan, akuntabel, dan tanpa biaya. Selalu siap dengan perubahan demi perbaikan organisasi maupun untuk peningkatan mutu pelayanan serta menunjang program pemerintah dalam mewujudkan clean government.

8 29 3. Jenis Layanan Jenis dan penerima layanan KPPN terdapat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Jenis Layanan Pada KPPN Surakarta JENIS LAYANAN - Pencairan dana APBN melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) - Penatausahaan penerimaan negara berupa pajak, Bea Cukai dan PNBP MITRA KERJA - Semua kantor/ Satker, Instansi Pemerintah dilingkungan Kementrian Negara/Lembaga - Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Cukai dan PNBP Kota) - Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kuasa BUN - Bimbingan Teknis kepada mitra kerja dalam pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban pelaksana anggaran - Masyarakat luas termasuk dunia usaha - Instansi pemerintah pada Kementrian Negara/ Lembaga dan Pemerintah Daerah 4. Tujuan, Tugas dan Fungsi Pelayanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surakarta Sebagai Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan KPPN Surakarta mempunyai tujuan:

9 30 a. Memiliki sumber daya yang berkualitas, professional, dan berintegritas tinggi sebagai aparatur pemerintah yang mampu menghadapai segala tantangan, b. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam penyaluran dana APBN. Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan RI No. 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan bahwa tugas KPPN adalah melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas Negara berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Fungsi KPPN Surakarta secara umum menyelenggarakan : a. Pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan peraturan perundang-undangan. b. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari Kas Negara atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara). c. Penyaluran Pembiayaan atas beban APBN. d. Penilaian dan Pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan. e. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran Negara melalui dan dari Kas Negara.

10 31 f. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang. g. Penyusunan Laporan Realisasi pembiayaan yang berasal dari. h. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. i. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). j. Penyelenggaraan Verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi. k. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaaan. l. Pelaksanaan kehumasan 5. Lokasi Instansi Lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surakarta berada di Jalan Slamet Riyadi No. 467 Surakarta. 6. Struktur Organisasi KPPN Surakarta KPPN Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, satu Sub Bagian Umum dan empat seksi, yaitu: a. Seksi Pencairan Dana b. Seksi Manajemen Satker Kepatuhan Internal (MSKI) c. Seksi Bank d. Seksi Verifikasi dan Akuntansi (VERA)

11 32 Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi KPPN Surakarta Kepala KPPN Surakarta Kepala Sub Bagian Umum Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Pencairan Dana MSKI Bank VERA Sumber : kppnsurakarta.net

12 33 Tugas dan uraian masing-masing Seksi: a. Subbagian Umum KPPN Surakarta Subbagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Melakukan pengelolaan organisasi, kinerja, SDM, dan keuangan. 2) Penatausahaan user SPAN. 3) Penyusunan bahan masukan dan konsep Renstra, Renja RKT, PK, LAKIP KPPN. 4) Menerbitkan pengiriman SPM DBH PBB. 5) Tata usaha, rumah tangga, kehumasan. b. Seksi Pencairan Dana KPPN Surakarta Seksi Pencairan Dana mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Melakukan pengujian resume tagihan dan SPM. 2) Menerbitkan SP2D. 3) Menerbitkan Surat Perintah dan Pendapatan dan Belanja BLU. 4) Menerbitkan Surat Pengesahan atas Ralat SPM dari Satuan Kerja dan nota dinas kesalahan dan perbaikan SP2D hasil verifikasi dari KPPN. 5) Pengelolaan data kontrak, data supplier, dan belanja pegawai satker. 6) Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran satker. 7) Melakukan pembinaan dan bimbingan pengelolaan perbendaharaan. 8) Melaksanakan fungsi customer service, supervisi teknis SPAN dan helpdesk SAKTI.

13 34 9) Memantau standar kualitas layanan KPPN 10) Penyediaan layanan perbendaharaan. c. Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal (MSKI) Tugas di bidang Manajemen Satker sebagai berikut: 1) Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan perbendaharaan. 2) Fungsi customer service. 3) Supervisi teknis SPAN dan helpdesk SAKTI. 4) Pemantauan standar kualitas layanan KPPN dan penyediaan pelayanan perbendaharaan. Tugas di bidang Kepatuhan Internal sebagai berikut: 1) Pemantauan pengendalian intern, pengelolaan resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan. 2) Pengawasan rekomendasi perbaikan proses bisnis. d. Seksi Bank KPPN Surakarta Seksi Bank mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Melakukan transaksi pencairan dana. 2) Melaksanakan fungsi cash management. 3) Menerbitkan daftar tagihan 4) Mengelola rekening BUN dan Bendahara. 5) Penatausahaan penerimaan Negara.

14 35 e. Seksi Verifikasi dan Akuntansi KPPN Surakarta Seksi Verifikasi dan Akuntansi mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Rekonsiliasi laporan akuntansi. 2) Penyusunan laporan keuangan tingkat kuasa BUN. 3) Pelaporan realisasi dan analisis kinerja anggaran. 4) Analisis data statistik laporan keuangan. 7. Komposisi Pegawai Jumlah pegawai KPPN Surakarta saat ini berjumlah 57 pegawai. Semua pegawai tersebar di 5 (lima) seksi di KPPN Surakarta. Adapun jumlah pegawai berdasarkan penempatan pada masing-masing seksi adalah seperti pada table berikut: Tabel 3.2 Jumlah Pegawai di Masing-masing Seksi/Bagian Bulan Februari 2016 No Sub Bagian/Seksi Jumlah Pegawai 1 Kepala Kantor 1 2 Sub Bagian Umum 16 3 Seksi Pencairan Dana 14 4 Seksi MSKI 7 5 Seksi Bank 11 6 Seksi Vera 5 Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta

15 36 Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Eselon Bulan Februari 2016 No Eselon Laki-laki Perempuan Jumlah 1 III.a IV.a Pelaksana Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kepangkatan Bulan Februari 2016 No. Pangkat Golongan Jumlah 1 Pembina IV/a 3 2 Penata Tingkat I III/d 14 3 Penata III/c 5 4 Penata Muda Tingkat I III/b 31 5 Penata Muda III/a 2 6 Pengatur Tingkat I II/d 1 7 Pengatur II/a 1 Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta

16 37 Tabel 3.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Bulan Februari 2016 No. Pendidikan Jumlah 1 Strata II/Magister 6 2 Diploma IV (Keu) 1 3 Strata I/Sarjana 19 4 Diploma III (Keu) 2 5 Diploma I (Keu) 1 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) 28 Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta Tabel 3.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Usia Bulan Februari 2016 No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Usia Tahun Usia Tahun Usia Tahun Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta Tabel 3.7 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Bulan Februari 2016 No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 17 2 Perempuan 40 Jumlah 57 Sumber: KPPN Surakarta

17 38 B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Sehubungan dengan pencairan dana atas beban APBN, KPPN selaku Kuasa BUN daerah melaksanakan pengujian substantif dan formal atas SPM yang diterbitkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran. Apabila SPM yang diajukan lolos uji maka KPPN wajib menerbitkan SP2D yang berfungsi sebagai bilyet giro yang menjadi dasar bagi bank untuk mendebit sejumlah dana pada rekening milik BUN dan memindahkannya ke rekening pihak ketiga. Apabila SPM yang diajukan tidak lolos uji maka SPM tersebut akan dikembalikan kepada KPA dengan surat yang ditandatangani oleh kepala KPPN untuk dilakukan perbaikan atau melengkapi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. Atas pengujian SPM ini, KPPN tidak menilai kebenaran atas data pihak-pihak yang berhak menerima dana dari APBN, karena itu merupakan wewenang dari satker/kpa yang seharusnya mempunyai kemampuan untuk melakukan pengujian secara baik dan benar agar tagihan yang diajukan kepada negara telah benar-benar memenuhi persyaratan dan akan memudahkan pengujian-pengujian yang dilakukan oleh pihak lain. Berdasarkan kenyataan tersebut, ternyata banyak timbul masalah saat SP2D diterbitkan dan diserahkan ke Bank Operasional (BO) dikarenakan banyaknya SP2D yang ditolak bank atau biasa disebut dengan istilah Retur SP2D. Pada Tahun Anggaran 2015, penulis mendapatkan informasi bahwa

18 39 terdapat 157 retur SP2D senilai Rp yang dikembalikan ke Kas Negara pada akhir tahun anggaran, hal ini berarti ada kegiatan/program senilai Rp ternyata tidak tersalurkan dananya sehingga menghambat proses pelaksanaan kegiatan. Untuk mengefektifkan pelayanan maka kepala kantor mengoptimalisasi monitoring dan evaluasi untuk mengetahui jumlah retur SP2D yang dapat dilihat dari Laporan Rekap penerbitan SP2D Tahun Anggaran Tabel 3.7 Laporan Rekap Penerbitan SP2D Bulan Januari Desember Tahun Anggaran 2015 No. Bulan Total SP2D Retur SP2D Nilai Retur SP2D 1 Januari Rp 5,522,678,061 2 Februari 1,113 7 Rp 2,881,964,163 3 Maret 1,403 5 Rp 98,187,494 4 April 1,517 6 Rp 507,306,261 5 Mei 1, Rp 917,439,157 6 Juni 2, Rp 471,512,608 7 Juli 2, Rp 18,716,182,557 8 Agustus 2,360 9 Rp 98,131,336 9 September 2,569 9 Rp 2,145,185, Oktober 2, Rp 439,700, November 3, Rp 204,222, Desember 5, Rp 157,069,840 Jumlah 27, Rp 32,159,580,036 Sumber : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta

19 40 Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah retur SP2D cenderung selalu bertambah setiap bulannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat penyerapan anggaran APBN belum benar-benar tersalurkan dananya. Retur SP2D sangat merugikan bagi pihak penerima dana, sebab dengan adanya retur SP2D tersebut akan menghambat proses pelaksanaan kegiatan, pencairan dan penyerapan dana APBN. Adapun dampak Retur SP2D pada Laporan Realisasi Anggaran, yaitu dana tersebut telah masuk dalam penyerapan anggaran dan mengurangi DIPA satker tersebut, akan tetapi apabila dilihat dari output pekerjaan, dana tersebut belum benar-benar tersalurkan. Terjadinya retur SP2D tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari beberapa faktor, yaitu: a. Faktor Manajemen Sumber Daya Manusia, yang melaksanakan sistem dan prosedur dalam penerbitan SP2D serta penatausahaan retur SP2D. b. Faktor Satuan Kerja, yaitu satuan kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga sebagai sebagai pihak yang membutuhkan SP2D. c. Faktor Manajemen Waktu, yaitu manajemen waktu yang dilaksanakan sehubungan dengan penerbitan SP2D. 2. Bagan Alir Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Sebelum membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi retur SP2D, penulis akan memberikan gambaran mengenai alur penerbitan SP2D

20 41 melalui aplikasi SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara) dengan bentuk bagan alir seperti berikut ini: Gambar 3.2 Bagan Alir Prosedur Penerbitan SP2D pada SPAN Proses Pendaftaran Supplier/Kontrak Petugas Konversi Petugas Validasi Mulai Menerima dokumen SPM, mengunduh ADK Supplier/Kontrak dari FTP dan menggunggah ke SPAN, serta melakukan validasi ADK Supplier/kontrak SPM dan Dokumen Pendukung Dari Satker Tidak Ya Valid Menerima SPM dan Dokumen Pendukung Cetak Lap. Pembatalan dan kirim SPM ke PPD Penerusan Ke Petugas Review dan kirim SPM ke PPD SPM Melakukan Konversi atas SPM dengan aplikasi Konversi dan penerusan ke petugas validasi Tolak Petugas Pengatur Dokumen Setuju Subbagian Umum Pelaksana Seksi Pencairan Dana

21 42 Proses Validasi Resume Tagihan Oleh Pelaksana Seksi Pencairan Dana (PD) Petugas Validasi Tagihan (FO) Petugas Review Tagihan (MO) Kepala Seksi PD (BO) Menerima SPM dan Dokumen Pendukung dari Petugas Konversi/PPD - Terima dokumen tagihan dari PPD - Pilih dan lakukan review - Terima dokumen tagihan dari PPD - Pilih dan lakukan review - Unduh ADK resume tagihan dari FTP & menggunggah ke SPAN, - Menentukan Bank Operasional dan kelompok bayar - Validasi system/manual Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya - Catatan menolak - Penerusan ke Kasi PD dengan catatan - Kirim Dokumen Valid - Lakukan persetujuan - Cetak SPPT - Kirim dokumen Valid - Isi alasan tolak - Kirim Dokumen ke PPD Valid - Alasan tolak dan Cetak Lap. Batal - Kirim SPM ke PPD - Isi nama petugas & jam - Kirim SPM ke PPD. SPM dan Dokumen Pendukung SPPT - Lakukan persetujuan - Kirim dokumen ke PPD Laporan Batal dan SPM SPM dan Dokumen Pendukung SPM dan Dokumen Pendukung Petugas Pengatur Dokumen Laporan batal dan SPM SPPT Subbag. Umum Seksi Bank

22 43 Proses Penerbitan SP2D/Daftar SP2D Kepala Seksi Bank Pelaksana Seksi Bank Subbag.Umum Daftar Tagihan SPPT Menerima SPPT dari PPD - Menerima daftar SP2D dan dokumen tagihan - Penilaian bukti potong - Distribusi dokumen tagihan Menerima Daftar Tagihan dan SPPT dari Pelaksana Seksi Pencairan Dana - Menayangkan dan mencetak Daftar Tagihan - Buat PPR (Payment Process Request) - Review Tagihan - Proses bayar - Pilih termin pembayaran pada Bank Operasional di aplikasi SPAN - Proses bayar - Review Tagihan - Persetujuan Daftar Tagihan SPPT Daftar Tagihan SPPT Cetak Daftar SP2D Daftar SP2D dan Daftar Tagihan Satker Subbag. Umum Seksi Vera

23 44 Berdasarkan ketiga Bagan Alir Sistem di atas, dapat disimpulkan bahwa Alur/Prosedur penerbitan SP2D adalah sebagai berikut: 1. Satker mengajukan pendaftaran supplier/kontrak sebagai data awal yang akan digunakan sebagai pelengkap dokumen dalam mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM). 2. Petugas (loket) menerima Surat Perintah Membayar (SPM) yang diajukan oleh para Satuan Kerja (Satker). 3. Petugas melakukan konversi atas SPM yang diajukan oleh satker sebelum masuk ke aplikasi SPAN. 4. Melakukan pengujian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen oleh petugas konversi, serta melakukan pengecekan atas ketersediaan dana. Apabila ternyata SPM yang diajukan lebih dari Rp hingga tidak terbatas, maka SPM tersebut harus diajukan kembali 5 hari setelah pengajuan SPM yang pertama, karena untuk memastikan ketersediaan dana oleh Pusat. 5. Setelah petugas melakukan konversi, maka SPM segera diteruskan ke petugas validasi (validator) sebagai Front Office (FO) yang sudah terhubung oleh SPAN untuk dilakukan pemilihan Bank Operasional sesuai yang tertera pada SPM.

24 45 6. Dari FO kemudian diteruskan ke fungsi Middle Office (MO) atau petugas review tagihan untuk dilakukan pengecekan ulang atas dokumen. Jika sudah sesuai maka akan disetujui/dilakukan approved. 7. Kemudian dilanjutkan ke fungsi Back Office (BO) yaitu Kepala Seksi Pencairan Dana untuk menyetujui atau menolak SPM dari satker. 8. Setelah ada persetujuan maka akan dikembalikan ke MO untuk dilakukan pencetakan SPPT (Surat Perintah Pembayaran Tagihan) rangkap 2. Namun jika terdapat penolakan, SPM akan dikembalikan kepada satker paling lambat 1 hari setelah SPM diajukan. 9. Lembar 1 SPPT rangkap 2 yang telah dicetak, disematkan menjadi satu beserta dokumen SPM sedangkan lembar 2 dicatat dan diteruskan ke Seksi Bank. 10. Setelah SPPT diterima oleh Seksi Bank, maka akan segera di approved oleh Kepala Seksi Bank dan dibubuhi stempel untuk dlakukan penerbitan SP2D. 11. Setelah diterbitkan SP2D, maka SP2D tersebut dikirim ke Bank Operasional (BO) yang ditunjuk oleh Pusat untuk dilakukan pencairan dana ke Rekening Satker yang dituju.

25 46 Adapun kekuatan dan kelemahan atas Prosedur penerbitan SP2D tersebut, antara lain: a. Kekuatan 1) Dengan adanya aplikasi SPAN proses penerbitan SP2D menjadi lebih terintegrasi dan terstruktur, serta dapat meminimalisir kesalahan dan pekerjaan dapat lebih efektif dan efisien dengan adanya sistem SPAN. 2) Dilihat dari segi waktu, prosedur penerbitan SP2D menggunakan aplikasi SPAN lebih efisien dalam menyelesaikan pekerjaan. 3) Terdapat pemisahan fungsi yang jelas sehingga dapat mempermudah proses pekerjaan dan setiap fungsi dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. b. Kelemahan 1) Penerbitan SP2D dengan menerapkan aplikasi SPAN sangat bergantung pada jaringan, sehingga apabila terdapat masalah pada jaringan maka proses penerbitan SP2D dapat tertunda. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retur Penerbitan SP2D a. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu perusahaan sangat memerlukan Sumber Daya Manusia untuk melaksanakan proses kegiatan bisnis perusahaan. Sumber daya manusis yang dimaksud adalah yang baik, berkualitas, unggul dalam kepandaian, unggul dalam kepribadian, unggul dalam penguasaan pekerjaan dan

26 47 professional sesuai yang diamatkan dalam Dirjen Perbendaharaan, Salah satu ciri Sumber daya manusia yang baik, unggul dan berkualitas adalah sumber daya manusia selaku penggerak proses kegiatan bisnis perusahaan yang menjalankan pekerjaan sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP) yang telah ditetapkan sebelumnya dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan. Berdasarkan observasi penulis, diketahui bahwa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta mempunyai Standard Operating Procedures (SOP) yang ditetapkan langsung oleh Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Berikut SOP yang digunakan beserta pelaksanaannya: Tabel 3.9 Standard Operating Procedures (SOP) dan Penerapan SOP Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta Tahun 2015 Uraian Kegiatan Berdasarkan SOP Pelaksanaan SOP Keterangan Pelaksana Seksi Pencairan Dana menerima SPM dari petugas pengatur dokumen yang diajukan oleh Satker dengan dilampiri: Sesuai - a. Tanda terima konversi ADK SPM

27 48 b. Dokumen pendukung SPM, yaitu Laporan Pendaftaran/Perubahan/In formasi Supplier, daftar nominative untuk penerima yang lebih dari satu rekening, SSP Pph Pasal 21 dan SSBP/SSPB Pelaksana Seksi Pencairan Dana menerima Tanda Terima konversi ADK SPM dan SPM berikut dokumen pendukungnya dari petugas validasi Tagihan Melakukan pengujian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen oleh petugas konversi, serta melakukan pengecekan atas ketersediaan dana. Apabila ternyata SPM yang diajukan lebih dari Rp hingga tidak terbatas, maka SPM tersebut harus diajukan kembali 5 hari setelah pengajuan SPM yang pertama, karena untuk memastikan ketersediaan Sesuai - Sesuai Ditemukan adanya kesalahan dalam menguji kebenaran dokumen dan kurangnya ketelitian dalam melakukan pengecekan atas kelengkapan data, sehingga mengakibatkan adanya dokumen yang tidak memenuhi persyaratan.

28 49 dana oleh Pusat. Petugas konversi meneruskan SPM ke petugas validasi (validator) sebagai Front Office (FO) yang sudah terhubung oleh SPAN untuk dilakukan pemilihan Bank Operasional sesuai yang tertera pada SPM. Pelaksana Seksi Pencairan Dana selaku fungsi FO kemudian diteruskan ke fungsi Middle Office (MO) atau petugas approver untuk dilakukan pengecekan ulang atas dokumen. Jika sudah sesuai maka akan disetujui/dilakukan approved. Kemudian dilanjutkan ke fungsi Back Office (BO) yaitu Kepala Seksi Pencairan Dana untuk menyetujui atau menolak SPM dari satker. Setelah ada persetujuan maka akan dikembalikan ke MO untuk dilakukan pencetakan SPPT (Surat Perintah Sesuai Kesalahan dalam melakukan pemilihan Bank Operasional yang dituju selaku Bank Pembayar (tertera pada SPM) pada aplikasi SPAN. Sesuai Tidak dilakukan pengecekan ulang atas dokumen. Sesuai -

29 50 Pembayaran Tagihan) rangkap 2. Namun jika terdapat penolakan, SPM akan dikembalikan kepada satker paling lambat 1 hari setelah SPM diajukan Lembar 1 SPPT rangkap 2 yang telah dicetak, disematkan menjadi satu beserta dokumen SPM sedangkan lembar 2 dicatat dan diteruskan ke Seksi Bank Setelah SPPT diterima oleh Seksi Bank, maka akan segera di approved oleh Kepala Seksi Bank dan dibubuhi stempel untuk dlakukan penerbitan SP2D Atas Bank Operasional yang terkoneksi dengan SPAN, Kepala Seksi Bank melakukan: Sesuai - Sesuai - Sesuai - 1. Menerima daftar tagihan disetujui per tanggal jatuh tempo per Bank berikut SPPT dari Pelaksana

30 51 Seksi Bank. 2. Memilih PPR yang akan diproses dari daftar kerja pada aplikasi SPAN 3. Melakukan review PPR tersebut berdasarkan SPPT yang meliputi kebenaran tanggal SP2D dan kebenaran Bank Pembayar. 4. Menghentikan PPR dan memerintahkan pelaksana seksi Bank untuk melakukan PPR ulang apabila tanggal SP2D dan Bank Pembayar tidak sesuai. 5. Menerbitkan SP2D dengan melakukan persetujuan atas PPR pada aplikasi SPAN 6. Menyampaikan daftar tagihan disetujui per tanggal jatuh tempo per Bank berikut SPPT kepada pelaksana Seksi Bank.

31 52 Atas Bank Operasional yang tidak terkoneksi dengan SPAN, Kepala Seksi Bank melakukan: Sesuai - 1. Menerima daftar tagihan disetujui per tanggal jatuh tempo per Bank berikut SPPT dari Pelaksana Seksi Bank. 2. Memilih PPR yang akan diproses dari daftar kerja pada aplikasi SPAN. 3. Melakukan review PPR tersebut berdasarkan SPPT yang meliputi kebenaran tanggal SP2D dan kebenaran Bank Pembayar. 4. Menghentikan PPR dan memerintahkan pelaksana seksi Bank untuk melakukan PPR ulang apabila tanggal SP2D dan Bank Pembayar tidak sesuai. 5. Menerbitkan SP2D dengan melakukan persetujuan atas PPR

32 53 pada aplikasi SPAN. 6. Mencetak dan menandatangani SP2D berikut daftar SP2D per Bank Operasional. 7. Mengunduh dan menyimpan file kirim manual (Excel) SP2D ke dalam lokasi penyimpanan data yang telah ditentukan. Berdasarkan data pada tabel di atas, apabila ditinjau dari tujuan organisasi maka Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta dapat dikatakan belum terlaksana dengan optimal. Karena pada dasarnya tujuan organisional adalah untuk tercapainya efektivitas maksimal dari suatu organisasi dengan menggerakkan dan mengefektifitaskan sumber daya manusia di masingmasing organisasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara belum dapat dikatakan efektif dan maksimal, sebab pada pelaksanaan penerbitan SP2D masih ditemukan adanya proses pekerjaan yang tidak sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP) atau prosedur yang ditetapkan,

33 54 yang mengakibatkan tidak tercapainya efektivitas pada suatu organisasi. Namun, ketidaksesuai antara SOP dengan Penerapannya dapat diketahui oleh sesama pegawai/pelaksana dalam penerbitan SP2D. Sehingga, kesalahan atas ketidaksesuaian tersebut tidak sampai ditangan Bank Operasional tidak terjadi adanya retur SP2D. Apabila kesalahan-kesalahan tersebut telah sampai di Bank Operasional, maka Bank Operasional tidak bisa melakukan proses pencairan dana, sehingga Bank akan melakukan retur atas SP2D tersebut. Ketidaksesuaian antara SOP dengan Penerapannya yang dapat mempengaruhi terjadinya retur SP2D yaitu: 1) Tidak dilakukannya pengujian secara mendalam atas kebenaran dokumen dan kurang adanya ketelitian dalam memeriksa kelengkapan dokumen yang diajukan oleh para KPA/Satker. Sehingga dapat mengakibatkan adanya dokumen yang tidak memenuhi persyaratan. 2) Kesalahan dalam melakukan pemilihan Bank Operasional yang dituju atau Bank Pembayar (tertera pada SPM) pada aplikasi SPAN. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya retur SP2D, karena terdapat perbedaan pada Bank Operasional yang dituju antara SPM dengan SP2D yang diterbitkan. 3) Tidak dilakukan pengecekan ulang atas dokumen pada fungsi Middle Office (MO) selaku petugas approve.

34 55 b. Satuan Kerja (Satker) Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Satuan Kerja adalah unit organisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit organisasi Pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab pengguna anggaran. Selain faktor manajemen sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi retur SP2D, faktor Satuan Kerja juga berpengaruh besar terhadap terjadinya retur SP2D. Berdasarkan observasi penulis, terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya retur SP2D yang akan digambarkan pada tabel berikut: Bulan Total SP2D Retur SP2D Tabel 3.10 Rekap Data Retur SP2D Bulan Januari - Desember Tahun Anggaran 2015 Kesalahan Penulisan Nama Rekening, Nomor Rekening, Alamat, nama Bank Operasional, Nama Akun Penyebab Retur Perbedaan antara SPM dan ADK SPM Rekening Pasif, Rekening Ditutup, Rekening Tidak Ditemukan Januari Februari 1, Maret 1, April 1, Mei 1, Juni 2, Juli 2, Agustus 2, September 2, Oktober 2, November 3, Desember 5, Jumlah 27, Sumber: KPPN Surakarta (data yang telah diolah)

35 56 Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa satker sangat berpengaruh besar terhadap terjadinya retur SP2D. Kesalahan satker yang menyebabkan terjadinya retur antara lain: 1) Kesalahan satker dalam penulisan nama, alamat, nomor rekening atau nama bank yang dituju pada SP2D (lampiran SP2D) yang mengakibatkan adanya perbedaan dengan data pada Bank Operasional. Sehingga mengakibatkan Bank Operasional menolak memindahbukukan dana atas SP2D tersebut ke rekening penerima sehingga terjadi retur SP2D. Pada tabel di atas terdapat 29 SP2D yang mengalami retur, jumlah retur SP2D tertinggi karena kesalahan penulisan nama rekening, nama akun, nomor rekening dan lain-lain terdapat pada bulan November 2015 yaitu sebanyak 10 SP2D dan terendah yaitu pada bulan Januari, Februari dan Juli sebanyak 0 SP2D atau dengan kata lain tidak terjadi adanya retur SP2D pada bulan tersebut. 2) Terdapat perbedaan antara SPM (hardcopy) dengan ADK SPM (Softcopy) yang diterima oleh Bank Operasional, sehingga pihak Bank belum bisa melakukan proses pencairan dana ke rekening penerima. Perbedaan ini disebabkan karena, Satker telah melakukan perubahan data pada ADK SPM namun Satker tidak menyampaikan perubahan tersebut kepada pihak KPPN. Berdasarkan Tabel 3.10 di atas terdapat 7

36 57 SP2D yang mengalami retur karena adanya perbedaan antara SPM dengan ADK SPM. Jumlah retur SP2D tertinggi terdapat pada bulan Desember sebanyak 4 SP2D, sedangkan jumlah terendah adalah pada bulan Januari-Maret dan Mei-September yaitu 0 SP2D karena tidak terjadi retur yang disebabkan adanya perbedaan antara SPM dengan ADK SPM. 3) Satker tidak melakukan update data rekening penerima ketika mengajukan SPM ke pihak KPPN. Update rekening penerima bertujuan untuk mengetahui apakah rekening penerima tersebut merupakan rekening aktif atau rekening pasif. Tidak melakukan update rekening juga akan berpengaruh pada pentupan rekening bahkan nomor rekening tidak dapat ditemukan karena nomor rekening dianggap sudah hangus dan tidak dapat dipergunakan. Berdasarkan Tabel 3.10 terdapat 121 SP2D yang mengalami retur, karena banyak ditemukan rekening pasif, rekening tidak ditemukan atau rekening telah ditutup. Jumlah retur yang disebabkan oleh hal ini cenderung meningkat, hingga puncaknya pada bulan November terdapat 24 retur SP2D. Sedangkan jumlah terendah ada pada bulan Maret yang terdapat 3 SP2D yang mengalami retur. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan tertinggi yang dilakukan oleh Satuan Kerja yang mengakibatkan adanya

37 58 retur SP2D yaitu para Satker tidak melakukan update pada rekening calon penerima, sehingga mengakibatkan banyaknya rekening pasif, rekening tidak ditemukan dan rekening ditutup. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 3.10 yang mana jumlah retur tertinggi sebanyak 121 SP2D yang terjadi karena disebabkan adanya rekening pasif, rekening tidak ditemukan dan rekening ditutup. Kemudian jumlah tertinggi kedua sebanyak 29 SP2D yang disebabkan karena kesalahan penulisan nomor, nama rekening dan lain-lain serta jumlah terendah sebanyak 7 SP2D yang disebabkan adanya perbedaan antara SPM dengan ADK SPM. c. Manajemen Waktu Saat melakukan proses pekerjaan, waktu merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Karena untuk mencapai sasaran utama dalam pekerjaan diperlukan manajemen waktu yang baik dan dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Dalam kaitannya dengan penerbitan SP2D manajemen waktu harus sangat diperhatikan. Sebab dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah diatur bahwa proses pekerjaan SP2D harus selesai dikerjakan pada waktu 1 hari dan 1 jam untuk mencapai target pelayanan yang maksimal. Namun, apabila pekerjaan SP2D tidak selesai dalam waktu 1 jam, maka proses SP2D tersebut akan di cancel pengerjaannya. Dilakukannya hal tersebut karena,

38 59 agar tidak terjadi pelanggaran terhadap SPM yang diterapkan serta dapat selalu memenuhi target pelayanan publik yaitu 100 persen. Untuk mengefektifkan pelayanan maka kepala kantor melakukan optimalisasi monitoring dan evaluasi langsung melalui aplikasi SPAN, serta untuk mengetahui indikator ketepatan waktu pelayanan dapat dilihat dari data penerbitan SP2D pada bulan Januari - Desember Tahun Anggaran 2015 berikut ini: Tabel 3.11 Penerbitan SP2D KPPN Surakarta Bulan Januari - Desember Tahun Anggaran 2015 No. Bulan Jumlah SP2D Jumlah SP2D Tepat Waktu Jumlah SP2D Terlambat % 1 Januari Februari 1,113 1, Maret 1,403 1, April 1,517 1, Mei 1,763 1, Juni 2,516 2, Juli 2,662 2, Agustus 2,360 2, September 2,569 2, Oktober 2,756 2, November 3,641 3, Desember 5,268 5, Total 27,875 27, Sumber: KPPN Surakarta (data yang telah diolah)

39 60 Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ketepatan waktu penyelesaian penerbitan SP2D sudah sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah SP2D yang masuk dan diterbitkan sebanyak , SP2D tepat waktu berjumlah dan yang tidak tepat waktu berjumlah 0 dengan tingkat presentase ketepatan waktu penyelesaian penerbitan SP2D %. Angka ini menunjukan bahwa pelayanan pada KPPN Surakarta telah memenuhi standar operasional dengan tingkat kedisiplinan waktu yang baik serta telah memenuhi target dalam Standard Operasional Prosedur. Sedangkan, berdasarkan wawancara penulis kepada Kepala Seksi Pencairan Dana KPPN Surakarta, penulis memperoleh informasi bahwa terdapat SP2D yang dapat terselesaikan dalam waktu 1 hari yaitu SP2D atas SPM Gaji Induk, walaupun dalam SOP telah ditentukan bahwa penyelesaian SP2D tersebut adalah 2 hari dan selain SPM tersebut maka waktu penyelesaian penerbitan SP2D adalah 1 hari. Ditemukannya penyelesaian pekerjaan sebelum waktunya merupakan hal yang sangat baik dan dapat mendorong efektivitas dalam pekerjaan. Sehubungan dengan terjadinya retur atas SP2D, manajemen waktu termasuk dalam salah satu hal penyebab retur. Hal ini dikarenakan, apabila terdapat SP2D yang pengerjaannya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam Standard Pelayanan Minimal (SPM) atau dengan kata

40 61 lain SP2D yang terlambat, maka Pelaksana Seksi Pencairan Dana akan membatalkan SPM (Surat Perintah Membayar) yang diajukan oleh Satker serta tidak melakukan penerbitan SP2D. Pembatalan atas SPM ini dikarenakan atas beberapa hal, antara lain dokumen yang tidak lengkap, dokumen tidak lolos uji, waktu yang terbatas dan untuk pencapaian target penerbitan SP2D 100%. Apabila SPM ini tetap diproses dan dilakukan penerbitan SP2D atau proses dilakukan pada hari berikutnya (waktu pengerjaan tidak sesuai dengan Standard Pelayanan Minimal) maka akan terjadi adaya retur SP2D atas SPM yang diakibatkan oleh hal tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis yang berkaitan dengan manajemen waktu di atas dan pada Tabel 3.11, dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen waktu yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surakarta telah dilaksanakan dengan sangat baik, sebab tidak ditemukan adanya retur SP2D yang diakibatkan karena pemanfaatan waktu yang kurang baik sehingga dapat mencapai target sesuai dengan Standard Pelayanan Minimal yang ditentukan yaitu 100% penerbitan SP2D. 4. Upaya-upaya Penyelesaian Retur SP2D Dalam hal terjadinya Retur SP2D, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan mengenai

41 62 retur SP2D tersebut. Terkait dengan pembayaran kembali dana retur SP2D KPPN Surakarta melakukan mekanisme pembayaran kembali dana retur SP2D di rekening penerima sesuai dengan permintaan Satker. Berdasarkan observasi penulis, KPPN Surakarta telah berupaya menyelesaikan permasalahan retur SP2D dengan mengimplementasikan mekanisme pembayaran kembali dana retur SP2D tersebut sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam Peraturan Direkur Jenderal Perbendaharaan PER-30/PB/2014, serta melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir terjadinya retur SP2D. Upaya yang telah dilakukan yaitu: a. Pembayaran kembali dana retur SP2D di rekening penerima sesuai dengan permintaan Satker, dengan prosedur : 1) Pihak KPPN menerima pemberitahuan atas adanya retur dari aplikasi SPAN yang telah terintegrasi pada pusat. 2) KPPN menyampaikan Surat Pemberitahuan Retur SP2D ke KPA/Satker yang berupa softcopy dan hardcopy. 3) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Retur tersebut KPA/Satker menyampaikan Surat Ralat/Perbaikan Rekening ke KPPN paling lambat 7 hari kerja dengan dilampiri : Surat Permintaan Perubahan Data Supplier. ADK perubahan data kontrak, apabila dilakukan perubahan pada data kontrak.

42 63 SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak) Rekening Koran/dokumen sumber 4) Seksi pencairan dana melakukan pendaftaran data supplier sesuai Surat Permintaan Perubahan Data Supplier, mencetak Laporan Informasi Supplier/Kartu Pengawasan Kontrak sebelum dan sesudah perubahan, menyampaikan surat ralat/perbaikan rekening, SPTJM dan Laporan Informasi Supplier/Kartu Pengawasan Kontrak sebelum dan sesudah perubahan kepada seksi bank. 5) Kepala Seksi Bank menerbitkan SPP Retur melalui SPAN. 6) Kepala KPPN menerbitkan SPM Retur dan SP2D melalui aplikasi SPAN. 7) Berdasarkan SPM Retur tersebut, Seksi Bank melakukan penelitian dan pengujian terhadap SPM Retur dan melakukan persetujuan apabila dalam penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat serta melakukan penolakan apabila tidak memenuhi syarat. 8) Berdasarkan persetujuan Seksi Pencairan Dana, Seksi Bank menerbitkan SP2D melalui SPAN, dan mencetak daftar SP2D melalui SPAN apabila pembayaran retur dibebankan kepada rekening retur pada BO I Pusat atau mencetak daftar SP2D dan mengunduh file SP2D dalam format Ms. Excel dari SPAN apabila pembayaran retur

43 64 dibebankan pada Rekening Retur di BI/BO I/BO II/BO III/ Pos Pengeluaran Mitra Kerja KPPN. b. Dalam skala besar, KPPN Surakarta melakukan sosialisasi kepada semua Satker khususnya satker yang mengajukan SPM dengan penerima banyak, seperti SPM guna pembayaran Beasiswa Miskin mengenai permasalahan Retur SP2D dan prosedur dalam mengajukan SPM untuk menghindari kesalahan akibat dari miss komunikasi. c. Dalam skala kecil, KPPN Surakarta mengadakan Forum Perbendaharaan dengan mengundang beberapa satker yang sering mengalami permasalahan retur SP2D, guna membahas dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan adanya forum khusus tersebut, diharapkan tingkat terjadinya Retur SP2D dapat ditekan seksimal mungkin. d. Menghimbau para satker untuk melakukan update pada rekening calon penerima dana sebelum mengajukan SPM ke KPPN serta memvalidasi nomor daftar penerima tersebut ke Bank, agar Bank dapat memberi Surat Keterangan bahwa benar-benar rekening calon penerima dana tersebut dinyatakan masih aktif. Dengan demikian, dana yang diajukan dapat diterima pada rekening yang masih aktif, sehingga pihak Bank tidak menolak proses pencairan dana tersebut. Namun, meskipun telah dilakukan berbagai upaya dalam hal menyelesaikan retur SP2D ini, tetap saja masih banyak ditemukan Satuan

44 65 Kerja yang bersikap tidak peduli dan tidak mau menindak lanjuti untuk menyelesaikan retur SP2D seperti halnya para satker tidak mampu atau tidak bisa menyampaikan ralat/perbaikan secara tepat waktu. Dengan adanya sikap para Satuan Kerja yang demikian, dapat mengakibatkan dana yang harusnya menjadi hak penerima justru malah mengendap di rekening Retur. Sedangkan untuk menarik dana dari rekening Retur ke Kas Negara harus menunggu surat dari Direktur Jenderal Perbendaharaan, dengan begitu idle cash di rekening Retue ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal dan tidak ada prosedur lebih lanjut terkait kapan tenggang waktu untuk menarik dana ini ke Kas Negara. Berkaitan dengan hal tersebut, pihak Kantor Pelayanan Perbendaharaan Surakarta mengatakan bahwa Pemerintah tidak membuat aturan secara tegas mengenai sanksi atau punishment untuk para Satuan Kerja yang bersikap demikian. Namun, dengan adanya implementasi aplikasi SPAN diharapkan ada fasilitas baru atau aturan untuk menanggulangi retur SP2D ini. C. Temuan Berdasarkan hasil dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adanya retur penerbitan SP2D maka penulis memperoleh beberapa temuan, antara lain: 1. Kelebihan a) Adanya sistem yang baik yang dapat berintegrasi dengan satker dan Kantor Perbendaharaan Pusat yaitu SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara), dan terdapat pemisahan fungsi yang jelas dalam pelaksanaan

45 66 prosedur penerbitan SP2D sehingga proses pengerjaan menjadi lebih sistematis, efektif dan efisien. b) Pada proses penerbitan SP2D atas SPM Gaji Induk dapat diselesaikan dalam waktu satu (1) hari atau dengan kata lain pekerjaan dapat terselesaikan lebih cepat dari SOP yang ditetapkan yaitu dua (2) hari. Oleh karena itu, proses pencairan dana dapat lebih cepat dilakukan dan dapat meminimalisir adanya retur SP2D. c) Tidak ditemukan adanya keterlambatan dalam proses penerbitan SP2D, hal ini dapat dilihat dari Tabel 3.6 bahwa pada bulan Januari hingga Desember 2015 terdapat Jumlah penerbitan SP2D sebanyak , Jumlah SP2D Tepat waktu sebanyak dan Jumlah SP2D terlambat sebanyak 0 SP2D atau dapat dikatakan bahwa tingkat penyelesaian penerbitan SP2D sudah mencapai target yang ditetapkan dalam SOP yaitu 100%. 2. Kelemahan a) Terdapat ketidaksesuaian antara Standard Operating Procedures (SOP) dengan proses pekerjaan yang diterapkan yaitu Pelaksana Seksi Pencairan dana atau Petugas Review Tagihan (Middle Office) tidak melakukan pengecekan ulang atas dokumen yang diterima dari Petugas Validasi (Front Office). b) Kurang adanya kemampuan dari para Satker untuk melakukan pengujian secara baik dan benar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan SPM yang

46 67 diajukan, yang dapat mengakibatkan adanya retur SP2D yang disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab retur SP2D tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.10 bahwa terdapat 129 SP2D yang mengalami retur dengan rincian retur 39 SP2D karena adanya kesalahan penulisan nama rekening, nomor rekening, alamat, Bank Operasional yang dituju dan nama akun, 33 SP2D karena terdapat perbedaan antara SPM dengan ADK SPM dan terbanyak sejumlah 57 SP2D karena disebabkan oleh Rekening yang ditutup, rekening pasif, dan rekening yang tidak ditemukan. c) Tidak adanya sanksi atau punishment yang diberlakukan untuk memberikan efek jera terhadap para satker yang tidak berupaya menyelesaikan kewajibannya dalam penyelesaian retur SP2D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disingkat SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disingkat SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 30/ PB/2014 menyatakan bahwa Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Instansi Vertikal. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169/PMK.01/2012

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta pada awalnya dibentuk dengan nama Kantor Bendahara

Lebih terperinci

Back Office. Middle Office. Front Office. Uraian Kegiatan. Satker. 1. Pelaksana Seksi Pencairan Dana (Petugas Validasi Tagihan)

Back Office. Middle Office. Front Office. Uraian Kegiatan. Satker. 1. Pelaksana Seksi Pencairan Dana (Petugas Validasi Tagihan) KEMENTERIAN KEUANGAN RI Nomor: KEP- /PB/2013 DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Tanggal Penetapan: KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN Tanggal Revisi: KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA Nomor SOP:

Lebih terperinci

SOP Gagal Unggah ADK Resume Tagihan

SOP Gagal Unggah ADK Resume Tagihan KEMENERIAN KEUANGAN RI Nomor: KEP- /PB/2013 DIREKORA JENDERAL PERBENDAHARAAN anggal Penetapan: KANOR WILAAH DIJEN PERBENDAHARAAN anggal Revisi: KANOR PELAANAN PERBENDAHARAAN NEGARA Nomor SOP: KP/SPAN/070

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prosedur Pencairan Dana Langsung pada Kantor Pelayanan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prosedur Pencairan Dana Langsung pada Kantor Pelayanan BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Prosedur Pencairan Dana Langsung pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta Implementasi Prosedur Pencairan Dana Langsung sesuai dengan peraturan Direktur

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung tahun 2015 disusun sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja dalam mencapai sasaran strategis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang secara umum disingkat

Lebih terperinci

Written by JiNN Tuesday, 17 September :13 - Last Updated Wednesday, 18 September :21

Written by JiNN Tuesday, 17 September :13 - Last Updated Wednesday, 18 September :21 1. NAMA JABATAN: Kepala Seksi Pencairan Dana dan Manajemen Satker 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengujian resume tagihan dan SPM, penerbitan SP2D, penerbitan Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU,

Lebih terperinci

SOP Gagal Unggah ADK Resume Tagihan

SOP Gagal Unggah ADK Resume Tagihan KEMENERIAN KEUANGAN RI Nomor: KEP- /PB/2013 DIREKORA JENDERAL PERBENDAHARAAN anggal Penetapan: KANOR WILAAH DIJEN PERBENDAHARAAN anggal Revisi: KANOR PELAANAN PERBENDAHARAAN NEGARA Nomor SOP: KP/SPAN/093

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis KPPN Bandar Lampung mempunyai visi Menjadi pengelola perbendaharaan negara di daerah yang profesional, modern, transparan, dan akuntabel. Sedangkan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administratif diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga (K/L), dan

BAB I PENDAHULUAN. administratif diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga (K/L), dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa pembagian tugas dan wewenang administratif diserahkan kepada Kementerian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Keberadaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ( KPPN) Bandar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Keberadaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ( KPPN) Bandar IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPPN Bandar Lampung Keberadaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ( KPPN) Bandar Lampung yang merupakan ujung tombak pelayanan publik yang dimiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Written by JiNN Tuesday, 17 September :43 - Last Updated Wednesday, 25 September :53

Written by JiNN Tuesday, 17 September :43 - Last Updated Wednesday, 25 September :53 NAMA JABATAN: Kepala Seksi Bank IKHTISAR JABATAN:Melakukan penyelesaian transaksi pencairan dana, fungsi cash management, penerbitan Daftar Tagihan, pengelolaan rekening Kuasa BUN dan Bendahara serta penatausahaan

Lebih terperinci

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN DANA ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI REKENING KAS UMUM NEGARA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

MEKANISME PERKIRAAN PENCAIRAN DANA DAN TINGKAT REALISASI ANGGARAN PADA KPPN POSO. Palata Luru*)

MEKANISME PERKIRAAN PENCAIRAN DANA DAN TINGKAT REALISASI ANGGARAN PADA KPPN POSO. Palata Luru*) MEKANISME PERKIRAAN PENCAIRAN DANA DAN TINGKAT REALISASI ANGGARAN PADA KPPN POSO Palata Luru*) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mekanisme perkiraan penarikan dana pada satuan kerja dan KPPN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 14 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN No. Dokumen Revisi Tanggal Berlaku Halaman ::0 : 1 Januari 2012 : 1 Dari 15 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II KPPN Semarang II adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta pada awalnya dibentuk dengan nama Kantor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL. Pengelolaan APBN. Tahun Anggaran 2013. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH 228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di 34 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksankan kerja praktek, penulis ditempatkan di Sub Bagian Keuangan Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN Halaman : 1 Dari 15 LEMBAR PENGESAHAN PERSEDIAAN BAGIAN BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP Drs. S.A.F. Pandie Ir. D. Roy Nendissa, MP Kepala Biro

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER 66/PB/2005 PADA PROSEDUR PENCAIRAN DANA DI KPPN SURAKARTA (STUDI KASUS PADA

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER 66/PB/2005 PADA PROSEDUR PENCAIRAN DANA DI KPPN SURAKARTA (STUDI KASUS PADA PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER 66/PB/005 PADA PROSEDUR PENCAIRAN DANA DI KPPN SURAKARTA (STUDI KASUS PADA PENCAIRAN DANA UP, TUP, DAN GUP) TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah sebagai organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah sebagai organisasi sektor publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah pusat sebagai organisasi sektor publik mempunyai tugas utama untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dituntut peranannya dalam mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimban g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Written by JiNN Tuesday, 17 September :11 - Last Updated Tuesday, 17 September :12

Written by JiNN Tuesday, 17 September :11 - Last Updated Tuesday, 17 September :12 1. NAMA JABATAN: Kepala Subbagian Umum 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan pengelolaan organisasi, kinerja, SDM, dan keuangan, penatausahaan user SPAN, penyusunan bahan masukan dan konsep Renstra, Renja, RKT,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal.

Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal. - 101-1. NAMA JABATAN : Kepala Bagian Keuangan 2. IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal. 3. TUJUAN JABATAN : Terwujudnya pengelolaan keuangan yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN A. Capaian IKU No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (1) (2) (3) (4) (5) 1 2 3 4 5 6 7 Pelaksanaan Belanja Negara Yang Efektif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II Sumber : https://kppn-semarang-2-images (gambar 2.1) KPPN Semarang

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG PENGAMATAN PELAYANAN DI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA

LAPORAN MAGANG PENGAMATAN PELAYANAN DI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA LAPORAN MAGANG PENGAMATAN PELAYANAN DI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Dosen Pembimbing: 1. Drs. Herman Legowo, M.Si., Ak.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.953, 2015 KEMENSETNEG. Hibah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 81a /PB/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELUNCURAN PROGRAM/KEGIATAN REHABILITASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA Halaman : 1 Dari 14 LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PENGESAHAN PENDAPATAN DAN BELANJA BAGIAN ANGGARAN BIRO ADMINISTRASI UNIVERSITAS NUSA CENDANA DIBUAT OLEH MENYETUJUI MENGETAHUI Penyusun SOP

Lebih terperinci

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.552, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Operasional Khusus. Mekanisme Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb No.2052, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pelaksanaan. Dana Operasional Menteri. Anggaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA A. KEWAJIBAN SATUAN KERJA DALAM PENATAUSAHAAN PNBP Setiap kementerian negara/lembaga wajib melaksanakan penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP yang menjadi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan berupa penerimaan dan pengeluaran anggaran yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan berupa penerimaan dan pengeluaran anggaran yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan unsur penting dalam keuangan negara yang dikelola langsung oleh pemerintah. Anggaran berisi rencana

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DAFTAR ISI A. SEKSI PENCAIRAN DANA 1. SP2D NON PEGAWAI 2. SP2D GAJI INDUK GPP 3. SP2D GAJI LAINNYA-GPP 4. SP2D BELANJA PEGAWAI NON GPP 5. SP2D

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.1646, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Cadangan JKN. Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 /PMK.02/2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PRESENTASI KETUA KELOMPOK KERJA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Jakarta, 31 Agustus 2004 1 PARADIGMA BARU Penegasan fungsi pejabat perbendaharaan negara; Pemisahan kewenangan administratif dan kewenangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 134/PMK.06/ 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan

Lebih terperinci

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 1 COVER DEPAN Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Selayang Pandang DJPK 4 Buku Profil DJPK NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Integritas Berpikir,

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Pencairan Anggaran Belanja di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia telah saya setujui. Disetujui di Jakarta

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae No.1283, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengelolaan DJPPID. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR125/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA JAMINAN PENUGASAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA Jl. Bung Tomo No. 36 Samarinda Kalimantan Timur Kode Pos 7532 Tlp: (054) 262062 fax : (054) 260659 Tgl Terbit 29 November 207 Halaman /4 TUJUAN : Prosedur ini dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN r KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 60 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI NOMOR SOP JUDUL SOP HAL

DAFTAR ISI NOMOR SOP JUDUL SOP HAL DAFTAR ISI STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM PENERAPAN SISTEM PERBENDAHARAAN DAN ANGGARAN NEGARA (SPAN) A. KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGELOLAAN GAJI LS (GAJI INDUK, GAJI SUSULAN, DAN KEKURANGAN GAJI)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGELOLAAN GAJI LS (GAJI INDUK, GAJI SUSULAN, DAN KEKURANGAN GAJI) Jl. Bung Tomo No. 36 Samarinda Kalimantan Timur Kode Pos 7532 Tlp: (054) 262062 fax : (054) 260659 05/SOP-UMK/PTUN.SMD Tgl Terbit 29 November 207 Halaman /4 TUJUAN : Prosedur ini dibuat sebagai pedoman

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1725, 2015 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Pengumpula Data Metode yang penulis gunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Arsip Nasional Republik Indonesia telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan Piloting Penerapan Tanda Tangan Elektronik dan Penyampaian Dokumen Elektron

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan Piloting Penerapan Tanda Tangan Elektronik dan Penyampaian Dokumen Elektron No.1702, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Aplikasi Surat Perintah membayar Elektronik. Piloting. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.05/2017 TENTANG PELAKSANAAN PILOTING

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMORI 169/PMK.05/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 13 TAHUN 2011 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 13 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGELOLAAN GAJI PPNPN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGELOLAAN GAJI PPNPN Halaman 1/4 PENGELOLAAN GAJI TUJUAN : Prosedur ini dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas pengelolaan gaji Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri pada Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda. RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No No.536, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENKOKESRA. Revisi. Petunjuk Operasional Kegiatan. Tata Cara. Petunjuk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS

Lebih terperinci

Metode Pembayaran Tagihan Negara

Metode Pembayaran Tagihan Negara DIKLAT SISTEM PENGELUARAN BENDAHARA NEGARA PENGELUARAN APBN Metode Pembayaran Tagihan Negara 1. Metode Pembayaran Langsung (LS) Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah pembayaran

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1461, 2015 BNPB. Operasional. Keuangan Terintegrasi. Layanan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN OPERASIONAL

Lebih terperinci