BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 44 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Analisis Perbandingan Seperti yang telah dinyatakan dalam subbab 3.3.1, tahap pertama ini ditujukan untuk menguji ketepatan suatu metode dalam melakukan perhitungan terhadap suatu integral yang diujikan. Dalam tahap ini terdapat beberapa fungsi yang hasil perhitungannya digunakan untuk melihat apakah metode tersebut mampu menghitung persamaan integral dengan ketepatan yang memadai. Selisih dari hasil perhitungan terhadap fungsi-fungsi tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel perbandingan sehingga dapat dengan mudah dilihat perbedaan antarmetode yang digunakan Fungsi Pertama Fungsi pertama yang digunakan untuk menguji metode-metode tersebut memiliki hasil eksak sebesar 1, Fungsi ini memiliki bentuk sebagai berikut: I 0.8 = x + 675x 900x + 400x dx 0

2 45 Gambar 4.1 Penggambaran secara grafik dari fungsi I 0.8 = x + 675x 900x + 400x dx 0 Berikut adalah penjelasan langkah perhitungan dari metode-metode yang diuji: 1. Metode Gauss-Legendre Metode kuadratur Gauss yang digunakan dalam perhitungan merupakan metode Gauss-Legendre enam titik. Kode sumber dari metode ini ditulis menggunakan C. Langkah-langkah metode tersebut adalah sebagai berikut: #include <stdio.h #include <conio.h #include <math.h // a dan b = batas integrasi // n = ordo float a, b, sum, I; int i, n = 6;

3 46 double x[6] = { , , , , , double c[6] = { , , , , , float F (float x) { return (0.2 + (25 * x) - (200 * pow (x, 2)) + (675 * pow (x, 3)) - (900 * pow (x, 4)) + (400 * pow (x, 5))); Baris di atas merupakan inisialisasi awal terhadap variabel-variabel yang digunakan. Variabel a dan b adalah batas integrasi, n adalah ordo dari integrasi, sum merupakan penampung untuk nilai integrasi yang lebih baik dari evaluasi terhadap fungsi yang diintegralkan, x adalah nilai dari argumen fungsi untuk Gauss-Legendre enam titik, c adalah nilai dari faktor pembobot untuk Gauss-Legendre enam titik, F dalam hal ini dan dalam perhitungan fungsi-fungsi selanjutnya digunakan sebagai tempat untuk menampung fungsi. void main () { clrscr (); printf ("Input batas atas (b): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &b); // b = 0.8; printf ("Input batas bawah (a): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &a); // a = 0; sum = 0; for (i = 0; i < n; i ++) { sum = sum + c[i] * F((b - a) * x[i] + (a + b) / 2); I = (b - a) * sum; printf ("Hasil integral: %g\n", I); getch (); Sebagaimana dengan metode numerik lainnya, metode Gauss-Legendre didasarkan pada fungsi yang bersifat iteratif, yang dalam setiap

4 47 perulangannya akan menghasilkan nilai yang sama atau lebih baik. Perintah di atas melakukan perulangan sebanyak n kali (dalam kasus ini n = 6), dimulai dari n = 1. c[i] merupakan penggunaan/pemanggilan nilai dari variabel c (faktor pembobot) ke-i. Setiap hasil perhitungan yang baru akan ditampung di variabel sum. Variabel sum merupakan nilai kumulatif dari evaluasi fungsi yang diintegralkan, yang memiliki subinterval yang simetris terhadap titik tengah interval. Variabel I merupakan variabel yang menampung nilai pendugaan integral fungsi. Hasil perhitungan yang hampir sama dengan hasil eksak dari metode Gauss-Legendre enam titik ini menunjukkan bahwa kemampuan dari metode ini memberikan nilai yang sangat baik dalam menghitung fungsi pertama. 2. Metode Integrasi Romberg Metode integrasi Romberg ditulis dalam bentuk kode sumber C. Langkah-langkah metode tersebut sebagai berikut: #include <stdio.h #include <math.h #include <conio.h // a dan b = batas integral // epsilon = toleransi // delta = spasi terkecil // h = spasi // n = jumlah segmen float a, b, h, I[100], sum, epsilon, delta; int n, k, nmax, i, j, true = 1; float F (float x) // f1 { return (0.2 + (25 * x) - (200 * pow (x, 2)) + (675 * pow (x, 3)) - (900 * pow (x, 4)) + (400 * pow (x, 5)));

5 48 void main () { clrscr (); printf ("Nilai batas a (batas bawah): "); scanf ("%f", &a); fflush (stdin); printf ("Nilai batas b (batas atas): "); scanf ("%f", &b); fflush (stdin); printf ("Nilai toleransi: "); scanf ("%f", &epsilon); printf ("Nilai Delta: "); scanf ("%f", &delta); h = b - a; I[1] = h / 2 * (F (a) + F (b)); n = 1; while (true) { h = h / 2; sum = F (a); for (i = 1; i < (pow (2, n)); i ++) sum = sum + 2 * F (a + i * h); I[n + 1] = h / 2 * (sum + F (b)); if (fabs (I[n + 1] - I[n]) <= epsilon) { printf ("Toleransi tercapai untuk metode trapesium pada n = %d\n", n); printf ("Hasil integral = %f", I[n + 1]); break; if (h <= delta) { nmax = n; n = 1; while (n <= nmax && true) { for (k = 1, j = n; j 1; k++, j--) { I[j] = (pow (4, k) * I[j + 1] - I[j]) / (pow(4, k) - 1); if (abs (I[j] - I[j - 1]) <= epsilon) { printf ("Hasil integral = %f", I[j]); true = 0; break; n = n + 1; delta = delta /2; else n = n + 1; getch (); float F menampung fungsi integral pertama di mana fungsi float F. Pertama-tama, program akan meminta data untuk perhitungan berupa nilai dari batas bawah (a), batas atas (b), nilai toleransi (epsilon), dan nilai delta yang merupakan nilai spasi terkecil di mana bila nilai h

6 49 lebih kecil dari delta maka akan dilakukan perhitungan untuk memperoleh pendugaan integral yang lebih baik. Nilai h merupakan selisih antara batas atas dan batas bawah. I[1] adalah pendugaan integral pertama. Nilai integral akan dihitung dengan metode trapesium untuk h = h0, h0/2, dst., selama h delta. Bila nilai dari fabs (I[n + 1] - I[n]) <= epsilon maka program akan berhenti dan menampilkan hasil perhitungan pendugaan integral. Jika tidak dan nilai h < delta, maka lakukan perhitungan dengan rumus ekstrapolasi Richardson. Bila nilai abs (I[j] - I[j - 1]) <= epsilon, program akan dihentikan dan hasil perhitungan akan ditampilkan. Perhitungan dengan metode trapesium akan terus dilakukan selama h delta. Perhitungan ini bertujuan untuk menghasilkan penduga integral yang baru, yang bernilai lebih baik dari integral sebelumnya. Bila ternyata selisih antara integral yang baru dengan yang lama bernilai lebih kecil dari kriteria error yang sudah ditentukan sebelumnya, maka perhitungan akan dihentikan. Dalam kasus ini, hasil yang diperoleh melalui perhitungan berdasarkan nilai a = 0, b = 0.8, epsilon = , dan delta = adalah Metode Simulasi Monte Carlo Metode simulasi Monte Carlo melakukan pendugaan integral dengan menggunakan bilangan pseudo-random berdistribusi seragam dengan jalan mencari rata-rata dari fungsi yang diintegralkan dan dikalikan

7 50 dengan selisih interval dari integral tersebut. Langkah-langkah metode simulasi ini adalah sebagai berikut: source ("d:/temp/f1.r") curve(f, from = 0, to = 0.8) f set.seed (10000) mc <- runif (10000, min = 0, max = 0.8) mc Fungsi set.seed (10000) merupakan perintah untuk menentukan bagaimana penghasil bilangan acak harus diinisialisasi (seeded). Hal ini untuk mencegah terjadinya perubahan terus menerus setiap kali script dijalankan. Perubahan yang terus menerus dapat menyebabkan tidak adanya nilai akhir yang tetap. Sedangkan perintah runif (10000, min = 0, max = 0.8) berguna untuk menghasilkan bilangan acak berdistribusi seragam (uniform) sebanyak dengan batas distribusi mulai dari 0 hingga 0.8. Hasil dari operasi tersebut akan ditampung ke dalam variabel mc. Algoritma yang digunakan untuk menghasilkan bilangan pseudo-random pada R Language secara default adalah algoritma Mersenne-Twister. Algoritma ini diciptakan oleh Matsumoto and Nishimura pada tahun 1998 yang lebih dikenal dengan nama algoritma mt19937 dengan periode 2^ (yang merupakan bilangan prima) dan equidistribution-nya berada dalam 623 dimensi berturut-turut. intmc = 0.8 * mean (f (mc)) intmc Hasil pengintegrasian dengan menggunakan metode Monte Carlo diperoleh dengan cara melakukan menghitung rata-rata (mean) dari

8 51 N i = 1 f ( ) x i dikalikan dengan selisih batas interval/integrasinya (a - b = = 0.8). Perhitungan tersebut menghasilkan nilai akhir pendugaan integrasi sebesar 1, Metode Simulasi Quasi-Monte Carlo Metode simulasi quasi-monte Carlo memiliki cara yang sama dengan metode Monte Carlo, namun metode quasi-monte Carlo menggunakan bilangan quasi-random yang dihasilkan dari barisan low-discrepancy.. Langkah-langkah metode tersebut sebagai berikut: require (foptions) Loading required package: foptions Loading required package: fbasics Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fbasics: Markets and Basic Statistics Loading required package: fcalendar Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fcalendar: Time, Date and Calendar Tools Loading required package: fseries Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fseries: The Dynamical Process Behind Financial Markets Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL foptions: Valuation of Options [1] TRUE Perintah di atas merupakan perintah untuk melakukan loading terhadap paket foptions yang memiliki fungsi-fungsi yang dibutuhkan. Nilai TRUE menandakan paket tersedia dan siap digunakan. source ("d:/temp/f1.r") curve(f, from = 0, to = 0.8) f

9 52 function (x) { (25 * x) - (200 * (x ^ 2)) + (675 * (x ^ 3)) - (900 * (x ^ 4)) + (400 * (x ^ 5)) qmc <- c(runif.sobol (10000,1)) Seperti halnya metode Monte Carlo, metode simulasi quasi-monte Carlo juga memerlukan bilangan acak guna melakukan pendugaan terhadap fungsi integral. Tetapi quasi-monte Carlo tidak menggunakan bilangan pseudo-random, melainkan bilangan quasi-random. Perintah qmc <- c(runif.sobol (10000,1)) merupakan operasi yang menghasilkan bilangan quasi-random menggunakan barisan Sobol sejumlah dengan dimensi 1 (dimensi integral) dan bilangan yang dihasilkan akan ditampung pada variabel qmc. for (i in 1:10000) + {sum = sum + f (qmc[i]) + sum [1] intqmc = 0.8 * sum / intqmc [1] Metode simulasi quasi-monte Carlo menghasilkan nilai pendugaan integral sebesar Hal ini memperlihatkan bahwa metode ini memiliki kelemahan terhadap fungsi yang membentuk garis yang bergelombang (smooth). Hasil perhitungan integral dari fungsi pertama yang dilakukan oleh metode Gauss-Legendre, metode integrasi Romberg, metode simulasi Monte Carlo, dan metode simulasi quasi-monte Carlo dapat dilihat pada tabel 4.1.

10 53 Tabel 4.1 Tabel perbandingan hasil perhitungan integral fungsi pertama Gauss-Legendre Romberg Monte Carlo Quasi-Monte Carlo Hasil 1, , , , Selisih 0, , , , Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa metode Gauss-Legendre sanggup memberikan hasil yang sangat baik dengan error sangat kecil, sedangkan metode quasi-monte Carlo gagal memberikan hasil yang memadai. Hal ini dikarenakan bentuk integral yang bergelombang seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Hal ini memperlihatkan bahwa metode Gauss-Legendre unggul terhadap fungsi-fungsi yang dapat dengan mudah diintegralkan secara analitik. Namun dengan catatan bahwa fungsi tersebut tidak membentuk grafik yang curam ataupun batas integralnya tidak bernilai sama berlawanan, misal: -3 dan 3. Hal ini dikarenakan kelemahan dalam rumus Gauss-Legendre yang melibatkan penambahan antarbatas integral (a + b) yang dapat mengakibatkan nilai 0 sehingga menyebabkan penyimpangan hasil perhitungan integral secara keseluruhan Fungsi Kedua Fungsi kedua yang digunakan untuk menguji metode-metode tersebut memiliki hasil eksak sebesar 0, Fungsi ini memiliki bentuk sebagai berikut:

11 54 I = 1 0 x 0.1 ( ) 20( x 1) (.2 x) 1 e 1 dx Gambar 4.2 Penggambaran secara grafik dari fungsi I = 1 0 x 0.1 ( ) 20( x 1) (.2 x) 1 e 1 dx Berikut adalah proses perhitungan dari setiap metode yang diujikan terhadap fungsi kedua: 1. Metode Gauss-Legendre Langkah-langkah proses perhitungan dengan metode Gauss-Legendre dalam program C adalah sebagai berikut: #include <stdio.h #include <conio.h #include <math.h // a dan b = batas integrasi // n = ordo float a, b, sum, I; int i, n = 6; double x[6] = { , , , , ,

12 55 double c[6] = { , , , , , float F (float x) { return (1.2 - x) * (1 - (exp (20 * (x - 1)) )) * pow (x, 0.1); Variabel x akan menampung nilai dari faktor pembobot untuk Gauss kuadratur enam titik dan variabel c akan menampung nilai argumen fungsi untuk rumus Gauss kuadratur enam titik. Fungsi F menampung persamaan integral yang akan dihitung. void main () { clrscr (); printf ("Input batas atas (b): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &b); // b = 0.8; printf ("Input batas bawah (a): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &a); // a = 0; sum = 0; for (i = 0; i < n; i ++) { sum = sum + c[i] * F((b - a) * x[i] + (a + b) / 2); I = (b - a) * sum; printf ("Hasil integral: %g\n", I); getch (); Perhitungan dengan menggunakan metode Gauss-Legendre terhadap 1 ( ) ( x 1) fungsi I = x (.2 x) 1 e 0 1 dx menghasilkan nilai sebesar Metode Integrasi Romberg Perhitungan dengan menggunakan metode Romberg adalah sebagai

13 56 berikut: #include <stdio.h #include <math.h #include <conio.h // a dan b = batas integral // epsilon = toleransi // delta = spasi terkecil // h = spasi // n = jumlah segmen float a, b, h, I[100], sum, epsilon, delta; int n, k, nmax, i, j, true = 1; float F (float x) // f2 { return (pow(x, 0.1) * (1.2 - x) * (1 - exp (20 * (x - 1)))); void main () { clrscr (); printf ("Nilai batas a (batas bawah): "); scanf ("%f", &a); fflush (stdin); printf ("Nilai batas b (batas atas): "); scanf ("%f", &b); fflush (stdin); printf ("Nilai toleransi: "); scanf ("%f", &epsilon); printf ("Nilai Delta: "); scanf ("%f", &delta); h = b - a; I[1] = h / 2 * (F (a) + F (b)); n = 1; while (true) { h = h / 2; sum = F (a); for (i = 1; i < (pow (2, n)); i ++) sum = sum + 2 * F (a + i * h); I[n + 1] = h / 2 * (sum + F (b)); if (fabs (I[n + 1] - I[n]) <= epsilon) { printf ("Toleransi tercapai untuk metode trapesium pada n = %d\n", n); printf ("Hasil integral = %f", I[n + 1]); break; if (h <= delta) { nmax = n; n = 1; while (n <= nmax && true) { for (k = 1, j = n; j 1; k++, j--) { I[j] = (pow (4, k) * I[j + 1] - I[j]) / (pow(4, k) - 1); if (abs (I[j] - I[j - 1]) <= epsilon) { printf ("Hasil integral

14 57 = %f", I[j]); true = 0; break; n = n + 1; delta = delta /2; else n = n + 1; getch (); Perhitungan dengan menggunakan metode Romberg dengan nilai a = 0, b = 1, epsilon = , dan delta = adalah Metode Simulasi Monte Carlo Langkah-langkah metode simulasi dalam menghitung integral dari fungsi kedua adalah sebagai berikut: source ("d:/temp/f2.r") curve(f, from = 0, to = 1) f function (x) { (1.2 - x) * (1 - (exp (20 * (x - 1)) )) * (x ^ 0.1) set.seed (10000) mc <- runif (10000, min = 0, max = 1) intmc = 1 * mean (f (mc)) intmc [1] Perhitungan tersebut menghasilkan nilai akhir pendugaan integrasi sebesar Metode Simulasi Quasi-Monte Carlo Langkah-langkah metode quasi-monte Carlo dalam melakukan

15 58 ( 1 e ) ( x 1) pendugaan terhadap fungsi ( ) I = 1 0 x 1.2 x dx adalah sebagai berikut: require (foptions) Loading required package: foptions Loading required package: fbasics Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fbasics: Markets and Basic Statistics Loading required package: fcalendar Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fcalendar: Time, Date and Calendar Tools Loading required package: fseries Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fseries: The Dynamical Process Behind Financial Markets Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL foptions: Valuation of Options [1] TRUE source ("d:/temp/f2.r") curve(f, from = 0, to = 1) intqmc=0; qmc=0; sum=0 f function (x) { (1.2 - x) * (1 - (exp (20 * (x - 1)) )) * (x ^ 0.1) qmc <- c(runif.sobol (10000,1)) for (i in 1:10000) + {sum = sum + f (qmc[i]) + sum [1] intqmc = 1 * sum / intqmc [1] Metode simulasi quasi-monte Carlo menghasilkan nilai pendugaan integral sebesar

16 59 Hasil perhitungan integral dari fungsi kedua yang dilakukan oleh metode Gauss-Legendre, metode integrasi Romberg, metode simulasi Monte Carlo, dan metode simulasi quasi-monte Carlo dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Tabel perbandingan hasil perhitungan integral fungsi kedua Gauss-Legendre Romberg Monte Carlo Quasi-Monte Carlo Hasil 0, , , , Selisih 0, , , , Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa Gauss-Legendre mencetak hasil terburuk di antara semua metode yang diujikan terhadap fungsi kedua ini. Hasil ini berlawanan dengan hasil perhitungan pada fungsi pertama di mana Gauss- Legendre menciptakan hasil yang sangat baik. Hal ini dikarenakan fungsi yang diintegrasikan membentuk grafik yang tajam pada sisi sebelah kiri. Rumus kuadratur akan memberikan hasil yang sesuai bila sebuah fungsi memiliki sifat hampir vertikal di mana garis singgungnya hampir sejajar df = ~ dx dengan sumbu y. Sedangkan metode simulasi Monte Carlo mampu menunjukkan superioritasnya terhadap metode lainnya dengan error yang sangat kecil, bahkan dibandingkan metode dengan error terkecil kedua sekalipun (0, << 0, ) Fungsi Ketiga Fungsi ketiga memiliki nilai eksak sebesar Fungsi tersebut

17 60 memiliki bentuk sebagai berikut: I = e 2π 2 u 2 du, dengan π = 3,14 Gambar 4.3 Penggambaran secara grafik dari fungsi I = e 2π 2 u 2 du Berikut adalah proses perhitungan dari setiap metode yang diujikan terhadap fungsi ketiga: 1. Metode Gauss-Legendre Langkah-langkah metode perhitungan Gauss-Legendre enam titik adalah sebagai berikut: #include <stdio.h #include <conio.h #include <math.h // a dan b = batas integrasi

18 61 // n = ordo float a, b, sum, I; int i, n = 6; double x[6] = { , , , , , double c[6] = { , , , , , float F (float x) { return ((1/sqrt(2 * 3.14)) * (exp (pow (x, 2) / 2 * -1))); void main () { clrscr (); printf ("Input batas atas (b): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &b); // b = 0.8; printf ("Input batas bawah (a): "); fflush (stdin); scanf ("%f", &a); // a = 0; sum = 0; + b) / 2); for (i = 0; i < n; i ++) { sum = sum + c[i] * F((b - a) * x[i] + (a I = (b - a) * sum; printf ("Hasil integral: %g\n", I); getch (); Nilai akhir dari metode Gauss-Legendre enam titik terhadap fungsi ketiga adalah Metode Integrasi Romberg Perhitungan dengan menggunakan metode Romberg adalah sebagai berikut: #include <stdio.h #include <math.h #include <conio.h

19 62 // a dan b = batas integral // epsilon = toleransi // delta = spasi terkecil // h = spasi // n = jumlah segmen float a, b, h, I[100], sum, epsilon, delta; int n, k, nmax, i, j, true = 1; float F (float x) // f3 { return (1/sqrt(2 * 3.14)) * (exp (-(pow(x, 2)/2))); void main () { clrscr (); printf ("Nilai batas a (batas bawah): "); scanf ("%f", &a); fflush (stdin); printf ("Nilai batas b (batas atas): "); scanf ("%f", &b); fflush (stdin); printf ("Nilai toleransi: "); scanf ("%f", &epsilon); printf ("Nilai Delta: "); scanf ("%f", &delta); h = b - a; I[1] = h / 2 * (F (a) + F (b)); n = 1; while (true) { h = h / 2; sum = F (a); for (i = 1; i < (pow (2, n)); i ++) sum = sum + 2 * F (a + i * h); I[n + 1] = h / 2 * (sum + F (b)); if (fabs (I[n + 1] - I[n]) <= epsilon) { printf ("Toleransi tercapai untuk metode trapesium pada n = %d\n", n); printf ("Hasil integral = %f", I[n + 1]); break; if (h <= delta) { nmax = n; n = 1; while (n <= nmax && true) { for (k = 1, j = n; j 1; k++, j--) { I[j] = (pow (4, k) * I[j + 1] - I[j]) / (pow(4, k) - 1); if (abs (I[j] - I[j - 1]) <= epsilon) { printf ("Hasil integral = %f", I[j]); true = 0; break; n = n + 1; delta = delta /2; else n = n + 1; getch ();

20 63 Perhitungan dengan menggunakan metode Romberg dengan nilai a = 0, b = 1, epsilon = , dan delta = adalah Metode Simulasi Monte Carlo Langkah-langkah metode simulasi dalam menghitung integral dari fungsi kedua adalah sebagai berikut: source ("d:/temp/f3.r") curve(f, from = 0, to = 1) f function (x) { (1/sqrt(2 * 3.14)) * (exp ((-x ^ 2)/2)) set.seed (10000) mc <- runif (10000, min = 0, max = 1) intmc = 1 * mean (f (mc)) intmc [1] Perhitungan simulasi dari metode Monte Carlo menghasilkan nilai akhir pendugaan integrasi sebesar Metode Simulasi Quasi-Monte Carlo Langkah-langkah metode quasi-monte Carlo dalam melakukan pendugaan terhadap fungsi ketiga adalah sebagai berikut: require (foptions) Loading required package: foptions Loading required package: fbasics Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL

21 64 fbasics: Markets and Basic Statistics Loading required package: fcalendar Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fcalendar: Time, Date and Calendar Tools Loading required package: fseries Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL fseries: The Dynamical Process Behind Financial Markets Rmetrics, (C) , Diethelm Wuertz, GPL foptions: Valuation of Options [1] TRUE source ("d:/temp/f2.r") curve(f, from = 0, to = 1) intqmc=0; qmc=0; sum=0 f function (x) { (1.2 - x) * (1 - (exp (20 * (x - 1)) )) * (x ^ 0.1) qmc <- c(runif.sobol (10000,1)) for (i in 1:10000) + {sum = sum + f (qmc[i]) + sum [1] intqmc = 1 * sum / intqmc [1] Metode simulasi quasi-monte Carlo menghasilkan nilai pendugaan integral sebesar Hasil perhitungan integral dari fungsi ketiga yang dilakukan oleh metode Gauss-Legendre, metode integrasi Romberg, metode simulasi Monte Carlo, dan metode simulasi quasi-monte Carlo dapat dilihat pada tabel 4.3.

22 65 Tabel 4.3 Tabel perbandingan hasil perhitungan integral fungsi ketiga Gauss-Legendre Romberg Monte Carlo Quasi-Monte Carlo Hasil Selisih 0, , , , Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sekali lagi metode quasi-monte Carlo mampu menghasilkan perhitungan integral dengan error yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan bentuk grafik dari fungsi tersebut adalah halus (smooth). Semakin halus bentuk grafik dari suatu integral, maka semakin tinggi kecermatan dari metode quasi-monte Carlo. Sedangkan metode simulasi Monte Carlo menghasilkan nilai terburuk dari seluruh metode yang melakukan perhitungan integral dari fungsi I = e 2π 2 u 2 du. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin rumit sebuah persamaan fungsi yang akan diintegralkan, maka semakin lemah pendekatan yang dilakukan oleh metode Monte Carlo. Hal ini dapat disebabkan karena metode ini menggunakan bilangan pseudo-random yang dianggap berdistribusi seragam namun tidak sepenuhnya demikian sehingga menghasilkan perhitungan yang relatif lebih tidak akurat dibandingkan dengan metode pembanding yang lain Perangkat Pendukung Analisis Berikut ini adalah beberapa perangkat pendukung yang digunakan dalam analisis perbandingan antara pendekatan metode numerik menggunakan integrasi Romberg dan Gauss-Legendre serta metode simulasi Monte Carlo dan quasi-monte Carlo dalam

23 66 perhitungan persamaan integral tertentu. Perangkat pendukung ini terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan penulis dalam analisis perbandingan antara pendekatan metode numerik menggunakan integrasi Romberg dan Gauss- Legendre serta metode simulasi Monte Carlo dan quasi-monte Carlo dalam perhitungan integral tertentu adalah: 1. Prosesor 1,8 GHz. 2. Memori 1024 MB (512 MB x 2). 3. Harddisk 160 GB. 4. Resolusi monitor 1024*768 (XGA). 5. Keyboard dan mouse Perangkat Lunak Perangkat keras yang digunakan penulis dalam analisis perbandingan antara pendekatan metode numerik menggunakan integrasi Romberg dan kuadratur Gauss serta metode simulasi Monte Carlo dan quasi-monte Carlo dalam perhitungan integral tertentu adalah: 1. Microsoft Windows XP Professional Edition Service Pack 2 Final. 2. R Language Borland C

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika dan Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 ANALISIS PERBANDINGAN METODE ROMBERG, METODE GAUSS-LEGENDRE, METODE SIMULASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Sangat cepatnya perkembangan tersebut tidak lepas karena dukungan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Sangat cepatnya perkembangan tersebut tidak lepas karena dukungan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sangat cepatnya perkembangan tersebut tidak lepas karena dukungan dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III

LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA yang dibina oleh Bapak Didik Dwi Prasetya Oleh: Adhe

Lebih terperinci

Menggunakan 3 variabel A B C. Ada 6 kemungkinan variasi ketiga buah nilai

Menggunakan 3 variabel A B C. Ada 6 kemungkinan variasi ketiga buah nilai Menggunakan 3 variabel A B 5 7 9 Ada 6 kemungkinan variasi ketiga buah nilai 5 9 7 7 5 9 7 9 5 9 5 7 9 7 5 1 5 7 9 A B START A B False A > B True False B > True False A > True 1 2 3 4 Ada 4 titik,, dan

Lebih terperinci

BAB 4 KONDISI / PEMILIHAN

BAB 4 KONDISI / PEMILIHAN BAB 4 KONDISI / PEMILIHAN Penyeleksian kondisi digunakan untuk mengarahkan perjalanan suatu proses. Penyeleksian kondisi dapat diibaratkan sebagai katup atau kran yang mengatur jalannya air. Bila katup

Lebih terperinci

Bahasa C melengkapi fasilitas modular dengan menggunakan fungsi pada setiap SubProgram. Contoh pembagian program menjadi beberapa subprogram.

Bahasa C melengkapi fasilitas modular dengan menggunakan fungsi pada setiap SubProgram. Contoh pembagian program menjadi beberapa subprogram. 1 Bahasa C melengkapi fasilitas modular dengan menggunakan fungsi pada setiap SubProgram. Contoh pembagian program menjadi beberapa subprogram. Program Utama SubProgram SubProgram SubProgram SubProgram

Lebih terperinci

P R E T R EM N 5 STRUKTUR LOOPING

P R E T R EM N 5 STRUKTUR LOOPING PERTEMUAN 5 STRUKTUR LOOPING Pemutaran kembali, terjadi ketika mengalihkan arus diagram alur kembali ke atas, shg bbrp alur berulang bbrp kali. A 1 A A + 1 B A * A Kembali lg? (1)Variabel A diberi harga

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan evaluasi simulasi pelayanan retoran cepat saji dengan menggunakan metode next event time advance.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Program Simulasi Dari keseluruhan perangkat lunak yang dibuat pada skripsi ini akan dilakukan implementasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan simulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. 1.2 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dewasa ini komputer berkembang sangat pesat di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini didukung oleh proses komputasi yang sangat cepat dan juga dukungan pengolahan

Lebih terperinci

BAHASA PEMROGRAMAN C LANGUAGE

BAHASA PEMROGRAMAN C LANGUAGE BAHASA PEMROGRAMAN C LANGUAGE JURUSAN TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Oleh : Muh. Zen S. Hadi, ST MATERI KULIAH : REVIEW KONSEP PEMROGRAMAN STRING POINTER STRUKTUR DAN DAFTAR BERANTAI

Lebih terperinci

Tipe Data dan Operator

Tipe Data dan Operator Tipe Data dan Operator Dasar Algoritma dan Pemrogrman Eka Maulana, ST, MT, MEng. Klasifikasi Tipe Data 1 Tipe Data Tipe data adalah jenis data yang dapat diolah oleh komputer untuk memenuhi kebutuhan dalam

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman

Algoritma dan Pemrograman Algoritma dan Pemrograman bagian 2 2009 Modul ini menjelaskan tentang bahasa C dan apa saja yang dibutuhkan bila kita akan menulis suatu program dengan bahasa C. Editor yang dipakai adalah Turbo C++ 4.5.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Riset kepustakaan Kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 38 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk menjalankan program aplikasi ini, diperlukan beberapa komponen pendukung. Yang pertama adalah konfigurasi dari perangkat keras dan yang kedua

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH PEMROGRAMAN I BAB VII ARRAY

DIKTAT MATA KULIAH PEMROGRAMAN I BAB VII ARRAY DIKTAT MATA KULIAH PEMROGRAMAN I BAB VII ARRAY IF Tujuan 1. Memahami array berdimensi satu 2. Memahami array berdimensi dua Pengertian Array Array merupakan kumpulan dari nilai-nilai data yang bertipe

Lebih terperinci

Fungsi : Dasar Fungsi

Fungsi : Dasar Fungsi PRAKTIKUM 13 Fungsi : Dasar Fungsi A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memecah program dalam fungsi fungsi yang sederhana. 2. Menjelaskan tentang pemrograman terstruktur. B. DASAR TEORI Fungsi adalah suatu bagian

Lebih terperinci

Pengantar dalam Bahasa Pemrograman Turbo Pascal Tonny Hidayat, S.Kom

Pengantar dalam Bahasa Pemrograman Turbo Pascal Tonny Hidayat, S.Kom Pengantar dalam Bahasa Pemrograman Turbo Pascal Tonny Hidayat, S.Kom Pengantar Bahasa Pemrograman Pascal Page 1 / 11 Pengenalan Pascal Pascal merupakan salah satu bahasa pemrograman tingkat tinggi. Pemrograman

Lebih terperinci

A. TUJUAN 1. Menjelaskan tentang prinsip dasar fungsi. 2. Menjelaskan tentang.parameter formal dan parameter aktual

A. TUJUAN 1. Menjelaskan tentang prinsip dasar fungsi. 2. Menjelaskan tentang.parameter formal dan parameter aktual Praktikum 7 FUNGSI 1 A. TUJUAN 1. Menjelaskan tentang prinsip dasar fungsi. 2. Menjelaskan tentang.parameter formal dan parameter aktual B. DASAR TEORI Fungsi adalah suatu bagian dari program yang dirancang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL ULUM TIK

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL ULUM TIK PETUNJUK PENGERJAAN SOAL ULUM TIK A. ISILAH NAMA PESERTA, NOMOR PESERTA, PILIHAN PROGRAM STUDI, DAN NAMA UJIAN DENGAN MENULIS DAN MENGHITAMKAN PADA LEMBAR JAWABAN YANG TERSEDIA B. BACALAH SOAL DENGAN TELITI

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data Tahar Agastani Teknik Informatika UIN

Algoritma dan Struktur Data Tahar Agastani Teknik Informatika UIN Struktur Kendali Seleksi Algoritma dan Struktur Data Tahar Agastani Teknik Informatika UIN - 2008 Struktur Kontrol Pada C Struktur penyeleksian : Seringkali instruksi - instruksi dilaksanakan bila suatu

Lebih terperinci

Sedangkan bentuk umum pendefinisian fungsi adalah : Tipe_fungsi nama_fungsi(parameter_fungsi) { statement statement... }

Sedangkan bentuk umum pendefinisian fungsi adalah : Tipe_fungsi nama_fungsi(parameter_fungsi) { statement statement... } FUNGSI Deklarasi Fungsi Sebelum digunakan (dipanggil), suatu fungsi harus dideklarasikan dan didefinisikan terlebih dahulu. Bentuk umum pendeklarasian fungsi adalah : ===============================================

Lebih terperinci

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu :

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : 1 Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Memahami struktur kendali pengulangan (looping) dan memanfaatkannya dalam pembuatan aplikasi program komputer dengan bahasa pemrograman java.

Lebih terperinci

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan dan percabangan merupakan hal yang sangat penting dalam menyusun suatu program Pada pertemuan kali ini akan dibahas secara detail tentang perulangan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Keutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah:

Lebih terperinci

MODUL I PENGENALAN IDE C++, ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

MODUL I PENGENALAN IDE C++, ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN MODUL I PENGENALAN IDE C++, ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN A. TUJUAN Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa akan mampu : 1. Mengenali dan menggunakan IDE C++ dengan baik. 2. Mengenal dan memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Integral Integral merupakan invers atau kebalikan dari differensial. Integral terdiri dari dua macam yakni integral tentu dan integral tak tentu. Integral

Lebih terperinci

VI. FUNGSI. Fungsi Main ( ) Fungsi a ( ) Fungsi b ( ) Fungsi c ( ) Fungsi c1 ( ) Fungsi c2 ( ) Fungsi c3 ( ) Bentuk umumnya :

VI. FUNGSI. Fungsi Main ( ) Fungsi a ( ) Fungsi b ( ) Fungsi c ( ) Fungsi c1 ( ) Fungsi c2 ( ) Fungsi c3 ( ) Bentuk umumnya : VI. FUNGSI 6.1. FUNGSI Fungsi adalah sekumpulan perintah operasi program yang dapat menerima argumen input dan dapat memberikan hasil output yang dapat berupa nilai ataupun sebuah hasil operasi. Hasil

Lebih terperinci

BAB 5 REPETITION / PERULANGAN

BAB 5 REPETITION / PERULANGAN BAB 5 REPETITION / PERULANGAN Dalam bahasa C tersedia suatu fasilitas yang digunakan untuk melakukan proses yang berulangulang sebanyak keinginan kita. Misalnya saja, bila kita ingin menginput dan mencetak

Lebih terperinci

DPK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

DPK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG DPK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Algoritma Sarapan Pagi Mulai Ambil piring Masukkan nasi dan lauk dalam piring Ambil sendok dan garpu Ulangi Angkat sendok dan garpu Ambil nasi dan lauk Suapkan ke dalam

Lebih terperinci

5.1 OPERATOR PERBANDINGAN DAN PERSAMAAN (RELATIONAL AND EQUALITY)

5.1 OPERATOR PERBANDINGAN DAN PERSAMAAN (RELATIONAL AND EQUALITY) 1 BAB V SELEKSI IF 5.1 OPERATOR PERBANDINGAN DAN PERSAMAAN (RELATIONAL AND EQUALITY) Relational and Equality Operator digunakan untuk membandingkan hubungan antara dua buah operand (sebuah nilai atau variable).

Lebih terperinci

1. Mempelajari konsep dasar array, array ganda, pengiriman array ke fungsi dan string 2. Membuat program menggunakan array, array ganda

1. Mempelajari konsep dasar array, array ganda, pengiriman array ke fungsi dan string 2. Membuat program menggunakan array, array ganda Pertemuan ke-8 Array TUJUAN 1. Mempelajari konsep dasar array, array ganda, pengiriman array ke fungsi dan string 2. Membuat program menggunakan array, array ganda 8. 1. PENDAHULUAN Array adalah sebuah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL

PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL Dosen Tetap Yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo E-Mail: nirsal_uncpftkom@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 62 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Masalah yang Dihadapi Persamaan integral merupakan persamaan yang sering muncul dalam berbagai masalah teknik, seperti untuk mencari harga

Lebih terperinci

BAB 2. FUNGSI INPUT OUTPUT

BAB 2. FUNGSI INPUT OUTPUT BAB 2. FUNGSI INPUT OUTPUT 2.1 Fungsi Input 1. Input Tanpa Format a. Memasukkan Nilai Karakter Fungsi yang digunakan : getche( ) : memasukkan karakter tanpa penekanan Enter getchar( ) : memasukkan karakter

Lebih terperinci

INPUT DAN OUTPUT BAHASA C

INPUT DAN OUTPUT BAHASA C INPUT DAN OUTPUT BAHASA C FUNGSI INPUT TANPA FORMAT (MEMASUKKAN NILAI KARAKTER) Fungsi yang digunakan : getche( ) : memasukkan karakter tanpa penekanan Enter getchar( ) : memasukkan karakter dengan penekanan

Lebih terperinci

Pertemuan 06. Dasar Pemrograman Komputer [TKL-4002] 2010

Pertemuan 06. Dasar Pemrograman Komputer [TKL-4002] 2010 Pertemuan 06 Dasar Pemrograman Komputer [TKL-4002] 2010 1 Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Memahami struktur kendali pengulangan (looping) dan memanfaatkannya dalam pembuatan

Lebih terperinci

# FOUR LOOPING. JAWABAN 1. #include <stdio.h> #include <conio.h> #define pi void main(){

# FOUR LOOPING. JAWABAN 1. #include <stdio.h> #include <conio.h> #define pi void main(){ HANDOUT ALGORITMA PEMROGRAMAN DAN STRUKTUR DATA 1 PRODI SISTEM INFORMASI UKDW # FOUR LOOPING Soal-soal minggu lalu: 1. Buatlah program untuk menghitung luas segitiga dan luas lingkaran (gunakan konstanta

Lebih terperinci

belajar pemograman C++ Dasar

belajar pemograman C++ Dasar belajar pemograman C++ Dasar Pernyataan If Struktur percabangan dimana bentuk umum dari IF adalah: If (Kondisi) Statement 1; Contoh: 1. 2. 3. Void main() 4. 5. int x; 6. printf("1. Nilai Bahasa Inggris\n");

Lebih terperinci

Komentar, Identifier, Konstanta dan Variabel

Komentar, Identifier, Konstanta dan Variabel PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK Komentar, Identifier, Konstanta dan Variabel Budhi Irawan, S.Si, M.T KOMENTAR PROGRAM Dalam proses pengembangan sebuah program, pasti akan disibukan dengan penulisan kode-kode

Lebih terperinci

PERANCANGAN SIMULASI PENGACAKAN SOAL TRYOUT UNTUK MEMBENTUK PAKET SOAL UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM)

PERANCANGAN SIMULASI PENGACAKAN SOAL TRYOUT UNTUK MEMBENTUK PAKET SOAL UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PERANCANGAN SIMULASI PENGACAKAN SOAL TRYOUT UNTUK MEMBENTUK PAKET SOAL UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) Darma Perwira Hasibuan (0911467) Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

Array 1 A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Array 1 A. TUJUAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM 18 Array 1 A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami konsep array dan penyimpanannya dalam memori 2. Mempelajari pengunaan variabel array berdimensi satu 3. Memahami penggunaan variabel array berdimensi

Lebih terperinci

Modul IV Pemrograman Bahasa C ( bagian I )

Modul IV Pemrograman Bahasa C ( bagian I ) Modul IV Pemrograman Bahasa C ( bagian I ) 4.1. Tujuan Percobaan 1. Praktikan dapat menerapkan konsep algoritma dan flowchart ke dalam bahasa C 2. Praktikan dapat menjelaskan library dalam bahasa C 3.

Lebih terperinci

Pengenalan Array. Array Satu Dimensi

Pengenalan Array. Array Satu Dimensi Bab 1 Array/ Larik Pengenalan Array Array adalah suatu data terstruktur yang terdiri dari sejumlah elemen yang memiliki tipe data yang sama. Elemen-elemen array tersusun secara sekuensial dalam memori

Lebih terperinci

Apakah Anda sering kesulitan untuk

Apakah Anda sering kesulitan untuk Seringkali bagi kebanyakan orang permasalahan matematika merupakan suatu hal yang cukup memusingkan. Bahasa C dapat mempermudah kita dalam perhitungan matematika. Apakah Anda sering kesulitan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

IT234 - Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya

IT234 - Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya IT234 - Algoritma dan Struktur Data Ramos Somya Asal kata Algoritma berasal dari nama seorang ilmuan Persian yang bernama Abu Ja far Mohammed lbn Musa al-khowarizmi, yang menulis kitab al jabr w al-muqabala

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 REVIEW (QUIZ)

PERTEMUAN 7 REVIEW (QUIZ) PERTEMUAN 7 REVIEW (QUIZ) 1. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun suatu program a. Membuat Hipotesa b. Membuat Masalah c. Membuat Algoritma d. Membuat Program e. Menyalakan Komputer 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Dalam analisis sistem dilakukan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

Lebih terperinci

BAGIAN A. PILIHAN GANDA Silanglah Jawaban yang Benar Pada Lembar Jawaban. Jawaban benar bernilai 3, salah atau kosong bernilai 0.

BAGIAN A. PILIHAN GANDA Silanglah Jawaban yang Benar Pada Lembar Jawaban. Jawaban benar bernilai 3, salah atau kosong bernilai 0. UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2010-2011 ALGORITME DAN PEMROGRAMAN SABTU, 30-10-10 08.00-10.00 Ketentuan Ujian: 1. Ujian bersifat Catatan Tertutup 2. Jawaban dituliskan pada lembar jawaban yang disediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan teknologi komputer sudah banyak dimanfaatkan untuk mendukung suatu usaha bisnis. Dengan adanya komputer, data-data mentah dapat diolah

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan DASAR PEMROGRAMAN

Pengambilan Keputusan DASAR PEMROGRAMAN Pengambilan Keputusan DASAR PEMROGRAMAN TUJUAN Menjelaskan tentang operator kondisi (operator relasi dan logika) Menjelaskan penggunaan pernyataan if Menjelaskan penggunaan pernyataan if-else Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI. minimum 2 Giga Hertz dan memory RAM minimum 256 MB, sedangkan untuk

BAB 4 IMPLEMENTASI. minimum 2 Giga Hertz dan memory RAM minimum 256 MB, sedangkan untuk 74 BAB 4 IMPLEMENTASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Sarana Untuk menjalankan training dalam program peramalan ini diperlukan spesifikasi Hardware dengan prosesor minimum setingkat Intel Pentium IV dengan kecepatan

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHASA C DAN C++

PENGENALAN BAHASA C DAN C++ PRAKTIKUM KE 1 PENGENALAN BAHASA C DAN C++ TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan mengetahui sejarah bahasa C dan C++. 2. Praktikan mengerti struktur program bahasa C / C++. 3. Praktikan mengerti konsep tipe data

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 1 Kurva untuk interpolasi linier. Sehingga diperoleh persamaan dari interpolasi linier sebagai berikut :

BAB II TEORI DASAR. Gambar 1 Kurva untuk interpolasi linier. Sehingga diperoleh persamaan dari interpolasi linier sebagai berikut : BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Interpolasi adalah suatu cara untuk mencari nilai di antara beberapa titik data yang telah diketahui. Di dunia nyata, interpolasi dapat digunakan untuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I. LARIK (ARRAY) Array (larik) ialah penampung sejumlah data sejenis (homogen) yang menggunakan satu identifier (pengenal).

BAB I. LARIK (ARRAY) Array (larik) ialah penampung sejumlah data sejenis (homogen) yang menggunakan satu identifier (pengenal). BAB I. LARIK (ARRAY) Array (larik) ialah penampung sejumlah data sejenis (homogen) yang menggunakan satu identifier (pengenal). Masing-masing elemen larik diakses menggunakan indeks (subscript) dari nol

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS PERBANDINGAN METODE MONTE CARLO, QUASI MONTE CARLO DAN REDUKSI RAGAM DALAM BLACK SCHOLES OPTION PRICING MODEL

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS PERBANDINGAN METODE MONTE CARLO, QUASI MONTE CARLO DAN REDUKSI RAGAM DALAM BLACK SCHOLES OPTION PRICING MODEL UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS PERBANDINGAN METODE MONTE CARLO, QUASI MONTE CARLO DAN REDUKSI

Lebih terperinci

PENYELEKSIAN KONDISI

PENYELEKSIAN KONDISI 1 PENYELEKSIAN KONDISI 1. STRUKTUR KONDISI IF. Struktur if dibentuk dari pernyataan if dan sering digunakan untuk menyeleksi suatu kondisi tunggal. Bila proses yang diseleksi terpenuhi atau bernilai benar,

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bahasa C Tipe Data Dalam bahasa C terdapat lima tipe data dasar, yaitu :

Struktur Dasar Bahasa C Tipe Data Dalam bahasa C terdapat lima tipe data dasar, yaitu : 1 Struktur Dasar Bahasa C Tipe Data Dalam bahasa C terdapat lima tipe data dasar, yaitu : Contoh Program : { int x; float y; char z; double w; clrscr(); /* untuk membersihkan layar */ x = 10; /* variable

Lebih terperinci

Achmad Solichin.

Achmad Solichin. Pemrograman Bahasa C dengan Turbo C Sh-001@plasa.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit),

Lebih terperinci

a. Array berdimensi satu o Setiap elemen array dapat diakses melalui indeks. o Indeks array (subscript) secara default dimulai dari 0.

a. Array berdimensi satu o Setiap elemen array dapat diakses melalui indeks. o Indeks array (subscript) secara default dimulai dari 0. Keg. Pembelajaran 6 : Larik atau Array [] dalam C++ 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa akan dapat : 1) Memahami konsep array dalam pemrogram

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun pembuatan aplikasi perhitungan penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini ada

Lebih terperinci

Kisi- kisi UTS- P. Kisi- kisi UTS- T

Kisi- kisi UTS- P. Kisi- kisi UTS- T Kisi- kisi UTS- P Dua soal 1. Soal yang jawabannya memerlukan condi&onal tanpa loop 2. Soal yang jawabannya memerlukan condi&onal dan loop Jawaban akan dinilai sesuai persentasi keluaran yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB VI. STATEMENT CONTROL

BAB VI. STATEMENT CONTROL BAB VI STATEMENT CONTROL A Statement IF Seperti halnya Pascal, perintah IF dalam C++ juga digunakan untuk menyatakan pernyataan kondisional (bersyarat) Sintaks sederhana IF adalah if (kondisi) statement;

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman Tahar Agastani Teknik Informatika UIN

Algoritma dan Pemrograman Tahar Agastani Teknik Informatika UIN Fungsi / Prosedur Algoritma dan Pemrograman Tahar Agastani Teknik Informatika UIN - 2008 Fungsi (Sub Program) : Fungsi Beberapa statements digabungkan dalam suatu modul (fungsi atau sub program) untuk

Lebih terperinci

Algoritma & Pemrograman #3

Algoritma & Pemrograman #3 Algoritma & Pemrograman #3 by antonius rachmat c, s.kom, m.cs Tentukan nama variabel yang benar : 1. 9kepala 2. _nilaimax 3. data nilai 4. _4445 5. a_b Review: Deklarasi Identifier Variabel Bentuk umum:

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 KONSEP TIPE DATA

PERTEMUAN 3 KONSEP TIPE DATA PERTEMUAN 3 KONSEP TIPE DATA KONSEP TIPE DATA C++ Pembagian tipe data : I. Tipe Sederhana (simple type) Int,Bool,Char Tipe Float II. Tipe String Operasi string III. Tipe Terstruktur (structured type) Array,

Lebih terperinci

Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++)

Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++) Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++) Jurusan Sistem Komputer Dr. Lily Wulandari Materi 2 INPUT DAN OUTPUT PADA C++ 1 Outline Basic Input dan Output Fungsi Cin dan Cout Komentar Macam-macam manipulator

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 2012 2013 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Mata Ujian : Algoritma dan Pemrograman Kelas : 12-S1TI-12 s/d 14 Sifat : Open Book (Close Laptop) Jurusan : S1 Teknik Informatika Hari

Lebih terperinci

MODUL IV Analisis Kasus/Pemilihan

MODUL IV Analisis Kasus/Pemilihan MODUL IV Analisis Kasus/Pemilihan TUJUAN 1. Memberikan pemahaman tentang bagaimana suatu kasus dianalisis dan dibreak-down menjadi beberapa kasus kecil menurut domain permasalahannya. 2. Memberikan pengenalan

Lebih terperinci

PERULANGAN PROSES. Proses perulangan ditandai dengan mekanisme yang disebut loop. Proses Loop : Proses yang berulang-ulang

PERULANGAN PROSES. Proses perulangan ditandai dengan mekanisme yang disebut loop. Proses Loop : Proses yang berulang-ulang PERULANGAN PROSES Proses perulangan ditandai dengan mekanisme yang disebut loop Proses Loop : Proses yang berulang-ulang Perintah atau notasi dalam struktur pengulangan Melipiuti : Pernyataan for Pernyataan

Lebih terperinci

Struktur Kontrol. 1.Pemilihan (Selection) 2.Pengulangan (Repetition)

Struktur Kontrol. 1.Pemilihan (Selection) 2.Pengulangan (Repetition) Struktur Kontrol 1.Pemilihan (Selection) 2.Pengulangan (Repetition) PERULANGAN/ LOOPING/ REPETITION While Do-While For Nested For 5. Statemen FOR Tanpa Peningkatan Didalam perintah FOR, ungkapan yang menunjukkan

Lebih terperinci

Algoritma Pemrograman. Fery Updi,M.Kom

Algoritma Pemrograman. Fery Updi,M.Kom Algoritma Pemrograman Fery Updi,M.Kom 1 Kompetensi Detail Mampu menjelaskan Prinsip-prinsip Algoritma Mampu menjelaskan Konsep Bahasa Pemrograman Mampu membuat Flowchart dan Pseudocode Mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.

Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. Algoritma dan Struktur Data Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. Penggunaan record dalam jumlah yang banyak alokasi memory konvensional tidak bisa diandalkan. Misal kita akan bekerja dengan file yang menyimpan sangat

Lebih terperinci

elemen Dasar Bahasa Pemrograman C

elemen Dasar Bahasa Pemrograman C Elemen-elemen elemen Dasar Bahasa Pemrograman C Algoritma dan Pemrograman Tahar Agastani Teknik Informatika UIN - 2008 Identifier : Elemen Dasar C Nama pengenal (identifier) adalah nama-nama yang ditentukan

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya

Algoritma dan Struktur Data. Ramos Somya Algoritma dan Struktur Data Ramos Somya Penggunaan record dalam jumlah yang banyak alokasi memory konvensional tidak bisa diandalkan. Misal kita akan bekerja dengan file yang menyimpan sangat banyak record,

Lebih terperinci

//Kalkulator yang Dapat melakukan perkalian, pengurangan, pertambahan,

//Kalkulator yang Dapat melakukan perkalian, pengurangan, pertambahan, //Kalkulator yang Dapat melakukan perkalian, pengurangan, pertambahan, //pembagian, cos, sin, tan, exp, modulus, akar kuadrat, luas segitiga, luas lingkaran, //luas segiempat, luas persegi panjang, dan

Lebih terperinci

VARIABEL & TIPE DATA PEMROGRAMAN C++

VARIABEL & TIPE DATA PEMROGRAMAN C++ VARIABEL & TIPE DATA PEMROGRAMAN C++ ruliriki@gmail.com VARIABEL Suatu nama yang menyatakan tempat dalam memori komputer Menyimpan nilai yang dapat diubah VARIABEL Pengenal (identifier) yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERINTAH INPUT OUTPUT

BAB III PERINTAH INPUT OUTPUT BAB III PERINTAH INPUT OUTPUT 3.1.Memasukkan Data Dalambahasa C proses memasukkansuatu data bisamenggunakanbeberapafungsipustaka yang telahtersedia. Beberapafungsipustaka yang bisadigunakanadalah: scanf()

Lebih terperinci

Struktur Program Bahasa C

Struktur Program Bahasa C Struktur Program Bahasa C Struktur Program Bahasa C /* Komentar */ main( ) { statemen-statemen; } fungsi_tambahan( ) { statemen-statemen } program utama fungsi tambahan yang dapat dipanggil oleh program

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Tipe Data Sederhana

Pertemuan 7. Tipe Data Sederhana Pertemuan 7 Dasar Pemrograman Komputer Tipe Data Sederhana 1 Tujuan Memberikan pemahaman mengenai berbagai tipe data sederhana yang disediakan oleh C, sehingga mahasiswa mampu memilih tipe data yang sesuai

Lebih terperinci

Bab 3. Decision 1 (Pengambilan Keputusan)

Bab 3. Decision 1 (Pengambilan Keputusan) Bab 3. Decision 1 (Pengambilan Keputusan) Konsep Pemrograman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Overview Kondisi & Operator Kondisi Operator Relasi Operator Logika Prioritas Operator Relasi & Logika

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

Struktur Bahasa C dan C++

Struktur Bahasa C dan C++ Elemen Program Struktur Bahasa C dan C++ Bahasa C merupakan bahasa pendahulu dari bahasa C++. Pencipta C adalah Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie pada sekitar tahun 1972. C adalah bahasa pemrograman

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Setelah melakukan analisis dan perancangan terhadap aplikasi permainan Koneksi-4 yang akan dikembangkan, tahapan selanjutnya adalah implementasi dan pengujian.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan proses estimasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan proses estimasi BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan proses estimasi dan pengujian data adalah sebagai berikut : 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Implementasi Perangkat Keras Perangkat keras yang minimal diperlukan untuk membangun suatu sistem informasi perhitungan harga pokok produk ini sesuai dengan rekomendasi yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab IV akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap sistem. Tahapan ini dilakukan setelah perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya akan diimplementasikan

Lebih terperinci

KURSUS ONLINE JASA WEBMASTERS

KURSUS ONLINE JASA WEBMASTERS KURSUS ONLINE JASA WEBMASTERS C++ File Header JASA WEBMASTERS Jl. Ringin Raya No 124A Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Apakah itu File Header? Bahasa pemrograman memiliki cara yang tersendiri untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab 2. Dasar-Dasar Pemrograman C

Bab 2. Dasar-Dasar Pemrograman C Bab 2. Dasar-Dasar Pemrograman C Konsep Pemrograman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2006 Overview Tipe Data Standar (Standart Data Type) Aturan Pendefinisian Identifier Variabel Mendeklarasikan

Lebih terperinci

Fungsi DASAR PEMROGRAMAN

Fungsi DASAR PEMROGRAMAN Fungsi DASAR PEMROGRAMAN TUJUAN Menjelaskan pengertian Fungsi Membuat Fungsi Memecah program dalam beberapa fungsi. Mengerti parameter dalam Fungsi Mengerti variabel dalam Fungsi 2 3 Fungsi (function)

Lebih terperinci

MENAMPILKAN HASIL Operasi Keluaran (Output)

MENAMPILKAN HASIL Operasi Keluaran (Output) MENAMPILKAN HASIL Operasi Keluaran (Output) 4.1 FUNGSI-FUNGSI YANG DIGUNAKAN Keunikan bahasa C untuk menampilkan hasil adalah semua prosesnya dilakukan oleh fungsi-fungsi. Fungsi-fungsi ini prototypenya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Perkembangan teknologi komputer saat ini sangatlah cepat sehingga komputer banyak digunakan di berbagai bidang. Dalam pemrograman, penggunaan komputer dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Sebelum melakukan analisis dengan penerapan simulasi Monte Carlo dan VaR,

BAB IV PEMBAHASAN. Sebelum melakukan analisis dengan penerapan simulasi Monte Carlo dan VaR, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisa Harga Saham BBCA Sebelum melakukan analisis dengan penerapan simulasi Monte Carlo dan VaR, penulis akan menganalisa pergerakan harga saham BBCA. Data yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

Chapter 1 KONSEP DASAR C

Chapter 1 KONSEP DASAR C Chapter 1 KONSEP DASAR C Sejarah Dan Standar C Akar dari bahasa C adalah BCPL (dikembangkan oleh Martin Richard tahun 1967). Kemudian Tahun 1970, Ken Thompson mengembangkan bahasa tersebut yang di kenal

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) 5.1 Lingkungan Implementasi Implementasi merupakan tahapan dimana hasil perancangan yang telah dibangun mulai diterapkan pada kondisi yang menyerupai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan terhadap hasil perancangan yang telah diperoleh sebelumnya. Hasil perancangan pada tahap perancangan akan diimplemetasikan menjadi

Lebih terperinci

IF ELSE IF ELSE. BU : if (kondisi1) Statement; else if (kondisi2) Statement;

IF ELSE IF ELSE. BU : if (kondisi1) Statement; else if (kondisi2) Statement; CONTROL STATEMENT IF SEDERHANA BU : if (kondisi) statemen ; Contoh : Tanpa Blok statemen if(jumlah > 2) Tunjangan = 0.3; Dengan blok statement : if(jumlah>2) Tunjangan = 0.3; Potongan = 0.07; } IF - ELSE

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR BAHASA C

BAB 1 KONSEP DASAR BAHASA C BAB 1 KONSEP DASAR BAHASA C 1. Sejarah dan Standar C Akar dari bahasa C adalah bahasa BCPL yang dikembangkan oleh Martin Richard pada tahun 1967. Bahasa ini memberikan ide kepada Ken Thompson yang kemudian

Lebih terperinci

Sejarah C. Dirancang oleh Denis M. Ritchie tahun 1972 di Bell Labs.

Sejarah C. Dirancang oleh Denis M. Ritchie tahun 1972 di Bell Labs. Sejarah C Dirancang oleh Denis M. Ritchie tahun 1972 di Bell Labs. Pengembangan dari bahasa BCPL(Martin Richard, 1967) dan bahasa B (Ken Thompson, 1970) Dibantu Brian W. Kernighan, Ritchie menulis buku

Lebih terperinci

Konsep Pemrograman. Bab 7. Fungsi1. Konsep Pemrograman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2006 PENS-ITS. Umi Sa adah

Konsep Pemrograman. Bab 7. Fungsi1. Konsep Pemrograman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2006 PENS-ITS. Umi Sa adah Bab 7. Fungsi1 Konsep Pemrograman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2006 Overview Pendahuluan Tujuan Fungsi Dasar Fungsi Jenis Fungsi : memiliki return value Integer Selain integer Tidak memiliki

Lebih terperinci