BAB III PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DI SUMBA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DI SUMBA TIMUR"

Transkripsi

1 BAB III PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DI SUMBA TIMUR A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Lokasi dan Lingkup Alam Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di pulau Sumba dari tiga kabupaten lainnya (Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya) yang termasuk di dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Luas Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010, 7.000,5 Km2 atau Hektare (luas daratan). Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu.

2 Gambar 1. Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur terdiri dari dua puluh dua (22) kecamatan, yakni: 1) Kecamatan Haharu 2) Kecamatan Kahaungu Eti 3) Kecamatan Kambata Mapambuhang 4) Kecamatan Kambera 5) Kecamatan Kanatang 6) Kecamatan Karera 7) Kecamatan Katala Hamu 8) Kecamatan Kota Waingapu 9) Kecamatan Lewa 10) Kecamatan Lewa Tidahu 11) Kecamatan Mahu 12) Kecamatan Matawai Lapau 13) Kecamatan Ngadu Ngala 14) Kecamatan Nggaha Oriangu 15) Kecamatan Paberiwai 16) Kecamatan Pahunga Lodu 17) Kecamatan Pandawai 18) Kecamatan Pinu Pahar 19) Kecamatan Rindi 20) Kecamatan Tabundung 21) Kecamatan Umalulu 22) Kecamatan Waijelu

3 Seperti umumnya iklim di daerah Nusa Tenggara Timur, iklim di Kabupaten Sumba Timur ditandai oleh musim kemarau yang panjang dari Maret sampai November, angka curah hujan yang tidak menentu di mana curah hujan relatif lebih rendah dari pada musim kemarau serta keadaan tanah yang berbatu karang dan keadaan wilayah yang terjal. Sedangkan temperatur udara pertahunnya antara 26 0 sampai dengan 32 0 Celcius. Berdasarkan data tersebut maka tampaklah daerah tersebut merupakan daerah yang panas dan kering. 2. Penduduk Mengenai asal-usul orang Sumba, penulis tidak bisa menyimpulkan secara pasti karena penelitian yang menghasilkan kesimpulan yang pasti tentang hal ini belum dilakukan secara mendalam. Namun dalam pemahaman umum, orang Sumba berasal dari Malaka-Tana Bara, Napa Riu-Ndua Riu, Hapa Njawa-Ndua Njawa, Ruhuku-Mbali, Ndima-Makaharu, Endi -Ambarai, Enda-Ndua, Haba-Rai Njua. Jadi mereka masih ingat kedatangan mereka dari Semenanjung Malaka, Tanabara (Singapura), Riau, Jawa, Bali, Bima, Makassar, Ende (Roti), Ndau (Dao), Haba (Seba/Sabu) dan Raejua. 2 Mereka datang berkelompok-kelompok, mendarat di Tanjung Sasar jembatan batu. Dengan kata lain menurut tradisi dan dalam panggung sejarah suku Sumba berasal dari sekumpulan imigran-imigran yang datang dengan beberapa gelombang yang kemudian tersebar ke seluruh bagian pulau Sumba sesuai dengan kelompok-kelompok.

4 Kelompok-kelompok itu kemudian dikenal sebagai kabihu-kabihu 3 utama yang kemudian melahirkan sub-sub kabihu. Setiap paraingu 4 mempunyai kabihu utama. Paraingu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat Sumba. Dimana, di sanalah mereka berdiam, dan di sanalah adat-isitiadat, ritus atau ritual keagamaan diselenggarakan. Kegiatan social, ekonomi, politik (pemerintahan), keagamaan dan kebudayaan berpusat di dalam paraingu. Paraingu merupakan salah satu bentuk ikatan persekutuan masyarakat Sumba. 5 Berdasarkan hal diatas penduduk asli Sumba berasal dari cerita-cerita yang nampak dalam lagu atau baitan-baitan yang dipelihara dari cerita mulut kemulut tanpa ada satu dokumen atau bukti ilmiah yang diuji dalam tataran empiris atau ilmu pasti. Dari data statistik yang diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten Sumba Timur, jumlah penduduk kabupaten Sumba Timur adalah jiwa, 6 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Dari data tersebut dilihat dari jenis kelamin, tidak seimbang karena dalam 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Penduduk Sumba Timur terdiri dari berbagai etnis, yakni Sumba, Sabu, Jawa, Flores, Timor, Alor, China, Bali, dan etnis lainnya. Etnis Sumba adalah Etnis yang mendominasi, sedangkan yang menempati urutan kedua adalah etnis Sabu. Pada umumnya masyarakat Sumba Timur memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Masih adanya penduduk yang hidup dari ladang atau "# $$ %# %"&&$& $ %%"%'%" &&%'%"# (&&$ )&*$ &* %# %* &$$+#, & $# -. # /, $0 $$ &&'1* 1# *2#!!!

5 kebun yang berpindah-pindah dan juga beternak. Tercatat sebanyak jiwa yang menggeluti kedua pekerjaan utama ini. Yang menguasai perdagangan adalah etnis China, Sumba Barat Daya, Sabu dan Jawa. Namun dalam hal kedudukan dalam pemerintahan, etnis Sumba lebih mendominasi dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini bukan berarti etnis lain tidak mendapat kedudukan, etnis Sabu, Jawa, dan etnis lainya juga mendapatkan tempat dalam pemerintahan. Banyaknya PNS menurut Dinas/ Instansi Pemerintah di Sumba Timur/ 2010, berjumlah jiwa, ini belum termasuk guru didalamnya. 3. Stratifikasi Sosial di Sumba Timur Masyarakat Sumba Timur mengenal stratifikasi social dalam bentuk kasta. Untuk itu ada baiknya kita melihat terbentuknya gelar-gelar dalam kasta tersebut. Dalam panggung sejarah, masyarakat Sumba Timur terbagi dalam empat (4) golongan atau stratifikasi social. Golongan-golongan tersebut yaitu: ratu (imam), maramba (bangsawan), kabihu (orang merdeka) dan ata (hamba). Namun tidak ada bukti empiris yang menjelaskan kemunculan stata ini, karena dari beberapa document yang sudah ada, hanya menjelaskan penentuan dan pembagian dalam kabihu sudah ditetapkan sejak dahulu kala bersama-sama dengan kedudukan, tugas dan wewenang masing-masing dalam masyarakat. 7 Sekarang pada umumnya masyarakat Sumba hanya mengenal tiga (3) golongan. 8 Golongan pertama, maramba (bangsawan) terdiri dari dua kelompok,. #, &3"# $"1# *&%% &# # %%" # # " # # # 4 # )')"* *%) *$3 %# & & )# *+*& # &# # * # &%% & $

6 yaitu maramba bokulu (bangsawan besar/tinggi) dan maramba kudu (bangsawan kecil/biasa). Disebut bangsawan besar karena ditentukan oleh asal-usulnya, yaitu keturunan murni bangsawan. Dikatakan murni karena bangsawan memelihara keaslian darahnya dengan menikahi sesama bangsawan besar. Biasanya mereka menjaga hubungan darah dengan memberdayakan sistem pernikahan anak tuya. 9 Mereka juga memelihara keaslian darah dengan menjalin hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antar golongan mereka dengan memberlakukan pernikahan antar kampung pemberi perempuan dan kampung yang menerima perempuan. Mereka inilah yang memimpin dan menjadi raja. Sedangkan maramba kudu, dibagi lagi kedalam dua kelompok, maramba mandamu dan maramba kalawihi (anak hamba). Maramba mandamu adalah bangsawan yang dihasilkan karena adanya perkawinan laki-laki bangsawan besar dengan golongan kabihu (orang merdeka), sedangkan maramba kalawihi ini adalah hasil perkawinan anak laki-laki bangsawan besar dengan golongan ata (hamba). Bangsawan mandamu dapat menjadi maramba bakulu apabila menikah dengan seorang yang berasal dari golongan maramba bakulu. Perkawinan ini akan mungkin terjadi apabila orang yang termasuk golongan maramba mandamu ini adalah seorang yang kaya. 10 Lain halnya dengan perkawinan perempuan dari golongan maramba bokulu dengan laki-laki golongan orang merdeka ataupun hamba, anaknya pasti akan turun derajatnya. 11 & %% $ ) # & &%% $. 3 4& 5# * &6!&)$3 3 4& 0( # *% 7 % & 6!&!"! ",! "%# $$ # )&$ 6'&$& # # ) # &$&'"!. # /-. 34& 5# *# %&&!6!

7 Golongan bangsawan ini memakai gelar tertentu di depan namanya. Seorang laki-laki memakai gelar Umbu atau Tamu Umbu dan perempuan bergelar Rambu atau Tamu Rambu. Umbu Nai dan Rambu Nai juga sering menjadi nama bangsawan. Maramba ini adalah pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat. Adapun istilah yang menggambarkan keberadaan bangsawan ini, Ina Mangu Tana, Ama mangu luku (Ibu yang mempunyai tanah, Bapak yang mempunyai Sungai). Mereka ini adalah orang yang mampu mengayomi baik secara fisik maupun fisik. 12 Para bangsawan ini memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewajiban untuk melindungi dan memberi kesejahteraan terhadap warga kampungnya. Hal ini karena pada zaman dahulu terjadi perang dimana-mana, maka siapa yang mampu memberikan perlidungan, siapa yang mampu berkuasa dan kuat merekalah yang menjadi maramba. Mereka menguasai segala aspek kehidupan masyarakat pada saat itu. Entah ekonomi, hukum dan sebagainya. Raja Pau Oemboe Ngikoe mengatakan, butuh tenaga yang cukup ekstra untuk menjadi raja, karena harus sanggup menjadi tempat pelarian dan memberikan jalan keluar bagi semua masalah yang dialami oleh rakyat sekitar, menjadi tempat perlindungan, menggauli, merangkul dan sebagainya. Dalam urusan domestic dan ritual adat pernikahan atau kematian, perlakuan kepada mereka pun berbeda. Misalnya, dalam hal menyuguhan gelas,. 34& 5# * &6!&&8$ 03 # *&6!

8 piring dan sendok. Mereka juga mempunyai hamba yang terus ada mengikuti mereka. Golongan kedua adalah golongan kabihu (orang merdeka). Golongan ini dibagi kedalam dua (2) kelompok, yaitu kabihu bakulu (orang merdeka besar) dan kabihu kudu (orang merdeka kecil). Mereka ini berada di bawah raja, namun mereka, Kabihu bakulu dapat bertindak untuk turut membantu raja dalam mengambil keputusan. Bisa dikatakan mereka adalah rekan kerja raja namun tidak berada dibawah kekuasaan raja. Kelompok orang merdeka besar dapat bertindak dalam hal-hal tertentu sebagai penasihat golongan bangsawan. Mereka bertindak sebagai pemimpin perang (makaborang) dalam suatu peperangan. Oleh karena itu mereka diberi gelar penopang negeri dan pengampu padang (tulaku paraingu-lindiku marada). 13 Keberadaan status kabihu saat bekerjasama dengan raja, nampak dalam setiap paraingu yang ada di Sumba Timur. Setiap paraingu, pasti mempunyai empat (4) kabihu besar yang membantu raja. Misalnya, dalam kampung Pau 14, kabihu Ana mandua (sebutan kabihu raja) didukung oleh 4 pilar besar kabihu pendukung, yakni: Katorak-Raurara-Polamidu-Watubara, dalam kampung Rindi 15, kabihu Anamburu (sebutan kabihu raja) didukung oleh 4 pilar besar kabihu pendukung, yakni: Kihi-Kaburu-Katinahu-Mahuara, mereka ini mewakili 40 kabihu yang ada di Rindi Umalulu. 16 Sama halnya pula dengan kampung!" #$%&$', # & $# "(# $)$& ) $"&# %)($# $ 0("# # # $ # *% 7 % "(# (*$ * %9 09 1# *2# - (# & $# "(# $)$& )" $"$ # $:$$%$". 34& 5# * # *%# *&6!,

9 Lambanapu 17, dengan 4 kabihu pendukung: Honda-Anakaku-Anakariung-Luku tana, mereka ahli pikir raja. 18 Dan berbagai kampung lainnya. Mereka juga punya hamba, namun pengaruh mereka dalam masyarakat kurang. Adapun kelompok mereka yang kaya adapula yang miskin. Golongan ketiga adalah ata. Ata ini juga terbagai kedalam dua (2) kelompok. Ata ndai (hamba pusaka) dan ata bidi (hamba baru). Hamba pusaka diyakini sebagai golongan yang sudah bersama dengan tuannya sejak nenek moyang orang Sumba datang ke Sumba. Di Sumba mereka mengambil hamba lagi dari penduduk yang telah berada di Sumba. Kelompok semua hamba ini disebut ata bokulu (hamba besar). Kedudukan mereka sangat istimewa. Mereka menjadi jurubicara, bendahara, pengawal kepercayaan tuannya, bahkan tuannya memberikan sejumlah ternak untuk dipeliharanya. Oleh karena itu, mereka dihormati oleh masyarakat seperti menghormati tuannya. Sering kali mereka lebih kaya dibandingkan orang merdeka besar. Sedangkan ata bidi, adalah hamba baru yang tidak termasuk anggota rumah raja atau bangsawan. Kelompok hamba ini disebut ata kudu (hamba kecil). Mereka menjadi hamba karena dibeli disebut ata pakei (hamba belian) dan menjadi hamba karena menjadi tawanan dalam peperangan. Biasa disebut ata payappa (hamba tawanan). Mereka ini hanya memiliki nilai ekonomis bagi tuannya, karena mereka menggarap ladang dan sawah serta menjaga dan memelihara ternak tuannya. Di samping itu terdapat pula ata ngandi (hamba bawaan). Hamba ini adalah hamba yang diberikan oleh orang tua perempuan atau laki-laki kepada anak mereka ketika mereka menikah. Ata )$)$# "* &&& )%&1# *2#. 34& 0(5# *7% &6! -

10 ngandi ini pada umumnya berasal dari golongan hamba pusaka. 19 Hidup, mati, dan perkawinan mereka diatur oleh maramba. 20 Hubungan antar ketiga struktur sosial diatas awalnya terjalin dengan baik. Raja tempat berlindung, mengatur segala kehidupan politik, ekonomi hukum, yang juga dibantu oleh orang merdeka sebagai penasehat yang membantu bangsawan. Segala keputusan pun demi kepentingan bersama. Mereka hidup dalam satu paraingu, ada juga yang di luar paraingu, namun tetap terikat dalam satu hubungan kekeluargaan yang mengikat mereka dalam kampung mereka. Misalnya orang merdeka ada yang bertempat tinggal di luar kampung, namun mereka sering dipanggil oleh bangsawan untuk berembuk tetang masalah yang mereka hadapi bersama. Orang merdeka ini berada di luar kekuasaan raja, misalnya hendak menikah, makan dan berbagai kebutuhan jasmani lainnya. Orang merdeka sering meminta bantuan kepada bangsawan untuk mendapatkan perlindungan dan berbagai masalah lainnya. Demikian pun hubungan dengan bangsawan dan hamba. Hamba ini dalam sejarah, sangat dekat dengan raja. Terkadang dalam sebutan bangsawan dalam hal ini nama atau panggilan bangsawan, menggunakan nama hambanya. Misalnya Umbu Nai Djaka. Umbu atau tuan dari hambanya yang bernama Djaka. Ketika tuannya meninggal pun, hambanya diberikan mandat untuk menunggangi kuda sang tuan, dengan segala perhiasan yang dipakai oleh tuannya dikenakan kepada hambanya. Ini membuktikan bahwa hubungan antar tuan, orang merdeka, dan hamba ini baik. Walaupun kalau mau dilihat, berbagai aktivitas hamba dibatasi oleh tuannya, misalnya ketika hendak menikah, bersekolah dan berbagai hal lainnya.. # #!. 34& 5# *7% &6!

11 Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, hamba ini dibebaskan. Namun hamba pusaka ini menjadi anggota keluarga bangsawan. Mereka disebut ana lakuru umu (anak dalam rumah). Adapula mereka yang bebas karena lari dari tuannya dan hidup terpisah dari tuannya. 21 B. Kenyataan Sosial tentang perubahan Gelar Kebangsawanan Perbedaan status dalam kurun sejarah yang cukup lama berkembang menyebabkan gelar tersebut dipelihara dalam tatanan kehidupan masyarakat Sumba Timur. Itulah mengapa status atau gelar kebangsawanan terus dibawa-bawa sampai pada urusan social-politik sebagai element-element penting yang terus bersinggungan dengan budaya masyarakat Sumba Timur. Sebagian orang Sumba masih terjebak dalam romantisme sejarah. Bapak Gidion Mbilijora menyebutnya kebanggan masa lalu. 22 Sebagai pemimpin nomor satu di Sumba Timur, beliau juga menyaksikan perubahan akan gelar tersebut. Hal yang sama juga yang dikatakan oleh bapak Pdt Elias Rawambani, Umbu Manggana, Umbu Hamakonda, Umbu Makambombu, Oemboe Ngikoe, Yohanys A. Praing, Chris Praing, Key Informan dan lain-lain. Mereka mengatakan banyak fenomena social yang terjadi di Sumba Timur akan pergeseran gelar kebangsawanan ini. Pdt Elias Rawambani, 23 mengatakan gelar kebangsawanan ini sudah banyak yang dikaburkan dalam artian tidak lagi asli. Beliau mengatakan bahwa sejak zaman pemerintahan Belanda sebenarnya sudah terjadi pengkaburan, di mana Hindia Belanda mengangkat raja-raja untuk menguasai wilayah disekitar mereka.. 34& &8$03# *&6!. 34& 1# *2# &% *(%&-6!. 34&6!

12 Menurutnya, ada raja yang diangkat juga bukan merupakan keturunan asli leluhur Sumba. Untuk melihat keaslian gelar kebangsawanan tersebut, harus dilihat dari garis keturunan marapu. 24 Garis ketutunan marapu akan diketahui dengan meilhat pahomba. Pahomba adalah kuburan leluhur di mana dari situlah akan terlihat jelas wilayah kekuasaan leluhurnya yang merupakan asalnya. Beliau juga berpendapat bahwa, keaslian gelar tersebut berubah, ketika keturunan bangsawan itu punah. Entah karena tidak memiliki keturunan sehingga orang dalam rumah yang tidak memiliki hubungan darah dengannya mewarisi kekayaan. Dan dengan sendirinya menggunakan nama atau gelar tuannya. Hal inilah yang terjadi dibeberapa daerah. Selain itu tidak ada dokumen yang pasti yang menjelaskan tentang keaslian gelar ini. Selain itu juga karena budaya Sumba yang hanya dibicarakan dari mulut kemulut dan keasilian gelar sudah tidak tampak karena terjadi kawin campur di mana-mana. Gelar dalam nama menurut orang Sumba, sebenarnya menjelaskan siapa dirinya. Misalnya Umbu untuk laki-laki yang diikuti dengan nama selanjutnya, menjelaskan nama leluhur pendahulu yang digunakannya. 25 Misalnya Tamu Umbu Maramba Rihi, itu menjelaskan tamu atau nama yang sama dari Umbu Maramba Rihi, nenek atau pendahulunya. Begitupun nama Umbu Nai Djaka, menjelaskan tuan dari Djaka. Djaka disini adalah nama hambanya. Begitupun nama Rambu untuk perempuan. Umbu dan Rambu, dahulu juga digunakan untuk menyapa orang asing, orang yang tidak mereka kenal yang menghampiri tempat mereka. Misalnya nggi welingmu rambu/umbu? (dari mana rambu/umbu?)., )" # # (&1# * -. 34& ;)$&6!

13 Bapak Pdt Elias Rawambani, mengatakan bahkan sekarang banyak orang yang over dalam menamai kebangsawanannya dengan memanggil mirri (tuhan atau tuan). Ada juga yang sebenarnya maramba tidak lagi menggunakan gelar ini dalam nama aslinya. Sekarang terlihat jelas bahwa nama ini sudah tidak hanya dipakai oleh bangsawan, orang Sumba bukan maramba, orang luar Sumba pun terlihat menggunakan sebutan ini. Jadi sekarang makna nama umbu dan rambu lebih banyak dimaknai sebagai sapaan, nama yang memberikan identitas mereka sebagai orang Sumba atau pernah ke Sumba dan bukan hanya golongan bangsawan yang boleh menggunakan. Hal ini juga dipertegas oleh key informan yang mengatakan, kita tidak bisa memberikan contoh secara ekstrim karena ini merupakan hal yang sensitif. Namun tidak bisa dipungkiri ketika seseorang mendapat kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan, memiliki kekayaan yang banyak, orang cenderung lupa atau bahkan mengaburkan identitas status sosial. Nama sebagai gelar kebangsawanan juga tidak lagi memiliki nilai kultus seperti dahulu karena tidak ada sangsi adat yang akan dikenakan sehingga orang dengan bebas menggunakannya. 26 Bapak Gidion Mbilijora, mengatakan hal ini karena kebanggaan masa lalu akan status sosial tersebut tidak lagi berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Sumba Timur. Walaupun masih ada daerah Selatan, Timur dan bagian Tengah, Sumba Timur masih terlihat penggunaan gelar ini. Namun daerah perkotaan sudah tidak jelas lagi dan mengalami perubahan &6!. 34& & % *(%&-6!

14 Dalam hal pembedaan penyuguhan makanan dan minuman, lewat peralatan makan dan minum saat perkawinan dan kematian sudah lebih berbeda. Apabila undangan adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi misalnya pemerintah, dosen, pendeta yang kemudian diperlakukan sama seperti bangsawan dalam ritual atau upacara tersebut. Diperlakukan sama karena adanya penghargaan terhadap tamu. Walaupun ada beberapa kasus, dimana ada pembedaan dalam ritual kematian dan pernikahan. Misalnya kepada sopir, diberikan peralatan makan dan minum yang kecil, sementara bosnya diberikan yang besar layaknya bangsawan. Hal ini dikarenakan mindset orang Sumba, masih terkungkung dalam budaya lama, di mana yang memiliki pekerjaan bagus itu layaknya maramba dan yang sopir biasanya di bawah maramba. Pemikiran yang terpolakan seperti itu mempengaruhi mereka dalam menerima tamu. Namun secara keseluruhan, sudah banyak pergeseran dalam hal penyuguhan peralatan makan dan minum ini. Bapak Umbu Manggana mengatakan sekarang cara penyuguhan makan sudah lebih modern. Terlepas dari beberapa contoh yang dialami di kampung tertentu di mana upacara adat dilakukan. Hal di atas dapat dipertegas dengan adanya beberapa kasus yang sering terjadi di Sumba Timur. Walaupun tidak bisa dipredikisi berapa kali kasus yang sama, yang terjadi disetiap tahunnya. Namun penulis berhasil menguak informasi untuk mendapatkan data yang valid untuk keperluan peneliti. Diantaranya: 1. Kasus Pertama Seorang nara sumber berinisial RN adalah seorang perempuan berasal dari kelompok bangsawan. Ia adalah hasil dari pernikahan bapak UT dan ibu MSE. Bapak bangsawan dan ibu dari golongan bawah. RN akhirnya menikah dengan seorang laki-laki, berinisial DB dari keturunan golongan bawah bapaknya SB dan ibunya NY. RN adalah anak dari keluarga yang berada, bapaknya,!

15 memiliki jabatan penting dalam pemerintahan dengan golongan 4a dan ibunya seorang guru dengan golongan 3a. Dilihat dari gaji perbulan yang diperoleh dan asset peninggalan nenek moyang lainnya, bisa dikategorikan kaya. RN dan DB, sebelumnya bertemu di SLTA, dan kemudian hubungan mereka barulah resmi pacaran saat kuliah. RN, berkuliah di Semarang dan DB di Bandung. Ketika menikah tidak ada kendala yang hadir karena sang suami DB, sudah memiliki jabatan yang strategis di pemerintahan, belum lagi ditambah dengan kedudukan bapaknya yang juga pejabat pemerintahan. Saat diadakan wawancara RN mengatakan, 28 status atau gelar itu ditentukan dari mampunya saya menghidupi keluarga, anak dan saudara-saudara dari kampung suami, bapak, atau mama saya maupun mertua saya. Suami saya dari golongan mana juga tidak masalah. Sekarang sudah tidak jaman lagi, nona. Yang penting suami kerja bagus, orang tua mana juga setuju. Sekarang banyak koq yang seperti itu. Saya punya banyak hewan, yang mampu mengangkat nama saya ketika saya memotong hewan dalam upacara-upacara adat seperti kematian. Saya tetap Rambu dan anak-anak saya pun tetap saya menggunakan gelar tersebut. Orang-orang sekitar juga memanggil saya mama Rambu. Suami saya juga bapa Umbu. Apalagi orang-orang dari kampung, pasti juga panggil Rambu Kecil karena mama saya Rambu besar jadi saya dipanggil Rambu Kecil.. 346!,

16 2. Kasus kedua Nara sumber yang kedua berinisial ME. ME, berasal dari golongan bawah. Beliau berada disalah satu daerah dekat kota. Sejak 20 tahun yang lalu, beliau memilik profesi sebagai pengembala hewan. Awalnya beliau hanya memiliki 1 ekor kerbau, dan 2 ekor kambing. Salah satu orang Sumba Barat Daya dari kota memintanya mengurus hewan peliharaan mereka. 4 ekor saspi, 3 jantan 1 betina. 3 ekor kuda. Selanjutnya orang China, bahkan beberapa orang dari kota meminta bantuannya untuk memelihara hewan mereka. Dengan pertimbangan di kota, peraturannya ketat. Selain itu pula karena kurangnya tempat untuk memelihara hewan-hewan tersebut di kawasan tempat tinggal para pemiliknya. Mereka memiliki perjanjian setiap hewan tersebut beranak, 2-3 ekor anak hewan diberikan kepada ME, apabila hewan yang lahir 7 ekor lebih. Dengan jangka waktu 20 tahun kita bisa bayangkan berapa jumlah hewannya. Bahkan mampu membeli 1 bemo (kendaraan umum yang mengangkut penumpang). Ketika diadakan wawancara beliau mengatakan, &!6! saya memang berasal dari golongan bawah. Sebenarnya saya juga tidak terlalu tahu tentang tuan atau bangsawan yang harus dilayani oleh saya. Karena bapak dan mama saya dahulu sudah tidak tinggal di kampung asal. Mereka berkebun, tanam ubi, pelihara ayam, babi sendiri. Saat bapa meninggal saya yang ambil alih ini hewan dan tanah. Orang kampung sekitar sering datang pinjam uang, pinjam hewan untuk mereka gunakan. Untuk menikah atau kematian. Saya juga sering diundang. Kalau undang orang Sumba itukan pasti minta bawah hewan.,

17 Nona bisa lihat sendiri juga banyak juga orang di rumah saya. Banyak orang yang ikut saya juga. Mereka yang dari kampung kadang panggil saya Umbu bos. 3. Kasus ketiga Seorang bapak berinisial AP. AP memiliki kedudukan yang strategis di pemerintahan Sumba Timur. Beliau dari golongan kabihu. Saat wawancara beliau mengatakan: Sekarang ini kita hidup di jaman yang sudah maju. Mau mendapatkan ini, mau mendapatkan itu, harus punya uang. Dahulu, tidak semua dibatasi, mau ini mau itu semua ditentukan oleh bangsawan. Sekarang saya sudah sekolah, sudah menikah, sudah bisa membiayai keluarga, punya anak, punya cucu, untuk apa lagi gelar-gelar tersebut. Orang sekarang, bebas mau buat apa saja. Mungkin karena saya orang yang moderat sehingga saya tidak memusingkan hal-hal gelar dulu-dulu. Karena saya juga layak mendapatkan penghargaan yang pantas. Saya berjuang sendiri, cari kerja sendiri, jadi kalau saya tidak begitu saya dianggap sebelah mata dan saya tidak dihargai. Karna itu kalau bukan saya yang merubah nasib saya, anak-anak saya dan keturuanan saya siapa lagi yang mau bantu ubah kita punya nasib? 30!. 34& 6&-6!,

18 4. Kasus keempat Beberapa penginjil, pendeta atau pemuka agama di Sumba Timur itu berasal dari golongan bawah. Saat bertugas atau melayani daerah pedesaan atau perkampungan mereka begitu dihargai oleh semua orang dari berbagai kalangan. Mereka juga banyak didengar dan tempat pelarian warga masyarakat ketika mendapat masalah. Saat diadakan wawancara ada bebarapa hasil menarik dari kasus ini. Hal ini penulis hanya mengangkat satu nama, dari Bapak Umbu Makambombu dari kampung Rindi. Beliau mengatakan, 31 Saya pikir mereka itu bisa dikatakan juga maramba. Walaupun kita tau banyak mereka dari golongan bawah. Tetapi mereka yang lebih tahu tentang Alkitab dan agama. Mereka bisa disamakan dengan ratu (pemimpin ibadat terhadap marapu). Karena dahulu yang mengurusi tata ibadah, hubungan dengan tuhan itu mereka. Sekarang kita sudah Kristen, saya pikir mereka juga bisa disamakan dengan gelar itu. Masyarakat juga hormat terhadap bekerjaan mereka. Beberapa bangsawan yang diwawancarai, mengakui adanya realita tersebut. Salah satunya Bapak Umbu Manggana, 32 beliau mengatakan sekarang memang realitanya seperti itu. Tetapi tetap saja orang akan membicarakan mereka. Orang akan mengusuk nama, asalnya, dan asal kampungnya. Dalam urusan adat pun, tetap bangsawan yang memiliki peran. Apalagi dalam kampung besar. Kalau. 34&6!. 34&6!,,

19 mau dibilang seperti cap pada hewan yang kita bisa tau status dan gelar culturalnya. Walaupun pada akhirnya beliau mengatakan, mungkin kalau diamati berapa tahun kedepan gelar ini akan hilang. Bapak Yohanys A. Praing 33 mengatakan, banyak yang menerima ketika masyarakat dalam golongan tertentu dianggap dari strata sosial tertentu bangsawan karena memiliki ekonomi yang bagus, kedudukan tertentu dalam politik dan sebagainya, tetapi tetap saja ada yang mencibir. Adapula bangsawan yang mengatakan, 34 kita harus terima sudah kenyataan zaman. Biarpun dulu, leluhur dan nenek saya yang memerintah. Sekarang siapa yang memerintah kita, entah atasan kita yang bukan bangsawan, mau bilang apa lagi. Kerja kita disitu sudah. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa sekarang ada pergeseran status sosial tentang gelar kebangsawanan tersebut, khususnya ketika orang membawa konsep kebangsawanan dari ranah kultural ke ranah politik dan social-kemasyarakatan. Itulah mengapa Bapak Chris Praing, mengatakan ada tiga (3) Umbu dalam kehidupan bermasyarakat di Sumba Timur saat ini. Pertama, Umbu Kultural adalah umbu yang memang asli karena darah leluhurnya, kedua Umbu Politik adalah sebutan umbu karena pencapaiannya dalam perpolitikan di Sumba Timur, dan ketiga Umbu Ekonomi adalah sebutan umbu karena memiliki kekayaan yang banyak &6!,. 34&6! -. 34& ;)$&6!,-

20 C. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Gelar Kebangsawanan Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran status gelar kebangsawanan ini, yang didapatkan oleh penulis saat meneliti di lapangan, yakni: 1. Pemerintah Pemerintah mengambil alih kekuasaan daerah Sumba Timur, dengan sendirinya mempengaruhi kekuasaan para bangsawan. Bagaimana tidak, untuk berkuasa dan memimpin daerah Sumba Timur, harus dilihat dalam kecakapannya menguasai ilmu pemerintahan dengan sistem pemerintahan yang terstruktur dari pemerintah pusat. Key Informan mengatakan, pemerintah Negara Indonesia menyiapkan sarana prasarana lewat pembangunan lembaga-lembaga pemerintahan di mana-mana, dan untuk terlibat dan masuk di dalamnya bukan karena kita punya golongan darah khusus yang diprioritaskan, tetapi karena kita memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai dunia perpolitikan dalam pemerintah dengan ketentuan yang diberikan oleh pemerintah setempat. 2. Fungsional Struktur Key Informan, bapak Umbu Manggana, Pdt Elias Rawambani dan berbagai nara sumber lainnya mengatakan, di Sumba Timur saat ini para hamba, banyak yang lari dari tuannya. Hal ini karena banyaknya bangsawan yang over, yang meligitimasikan kekuasaannya lewat gelarnya dengan menindas hamba entah psikis dan jasmaninya.,

21 3. Pendidikan Dalam penelitian banyak nara sumber yang meletakkan faktor pendidikan sebagai penyebab perubahan. Bapak Yohanys Agung Praing, mengatakan pendidikan mengubah mindset seseorang menjadi pragmatis. 36 Umbu Makambombu, juga memberikan penekanan terhadap faktor ini. Beliau mengatakan kebanyak orang sekarang, ketika memiliki pendidikan yang tinggi dan mendapat kedudukan yang layak dalam pemerintahan, dosen, pendeta dan sebagainya dengan sendirinya penghargaan dan pandangan orang akan berbeda terhadap pencapaian tersebut. Itulah mengapa ketika ada pendeta, dosen, pejabat menghadiri suatu upacara adat kematian, pernikahan, mereka disuguhkan peralatan yang sama dengan maramba. Penghargaan terhadap mereka akan keberadaan mereka. 37 Bapak Chris Praing, juga berbicara tentang faktor ini, menurutnya, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, memang itu sebuah realita. Tantangannya bagi golongan yang darahnya dianggap bagus bangsawan yang kita yakni bahwa itu yang ditakdirkan untuk mendapatkan perlakuan khusus, yah harus sekolah yang tinggi, masyarakat bisa menduduki tempat-tempat yang tinggi dengan persyaratan-persayatan formal yang ditentukan. Bagaimana caranya kasih sekolah tinggi, kasih keterampilan yang cukup. Justru sekarang orang sekolah semakin pintar, orang semakin mengetahui apa yang sebenarnya. Kan orang sekolah ini supaya ia punya logika berpikir, punya pemahaman. 34& <%)"$6&6!. 34&!6!,

22 yang sistematis, kritis, dengan begini yah semangat jaman sudah berubah dan peryaratan formal yang lebih mendominasi. Ini saya kira mempegaruhi perubahan ini. 4. Ekonomi Nampak dalam perkataan Bapak Chris Praing, yang kelihatan sangat menekankan faktor ini. Beliau mengatakan, ketika seseorang memiliki kekayaan yang banyak, entah hewan, mobil dan asset lainnya, dengan sendirinya banyak yang mengkuiti mereka. Sekarang istilahnya tidak ada orang kaya yang mengikuti orang miskin, yang ada orang miskin yang mengikuti orang kaya, dan di Sumba itu sekarang sedang berlaku. Dengan demikian ketika seseorang memiliki pencapaian ekonomi dengan sendirinya banyak orang mengikutinya. 38 Key Informan juga mengatakan, ekonomi mengubah pola pikir masyarakat. Yang diangap mampu yang berkuasa. Orang yang punya ekonomi bagus yah dihargai layaknya pembesar pada jaman sebelumnya. Tidak layak juga kalau kita memberikan contoh yang bagus karena ini sangat sensitif &6!,

23 5. Globalisasi Bapak Yohanys A. Praing mengatakan, orang Sumba dengan bebasnya menerawang wilayah kehidupan dunia luar dan menilai ini yang baik, ini yang tidak relevan lagi. Dengan memiliki barang-barang canggih atau dunia persaingan saat ini dilihat dari siapa yang mampu memiliki barang-barang tersebut Agama. Bapak Pdt Elias Rawambani mengatakan, perubahan ini juga terjadi karena masuknya agama Kristen, Katolik, dan Islam dari luar. Masuknya agama-agama ini tentunya membawa perubahan dalam masyarakat yang memiliki nilai-nilai magic dalam budaya menjadi kepercayaan yang diakui dalam agama-agama yang akui di Indonesia. Budaya setempat sering diartikan kafir dan tidak benar. Ini menjadi tolak ukur masyarakat Sumba Timur tentang budayanya.,!. 34&6!,

24 Gambar 2. Gambar-Gambar saat Wawancara - Bersama Bupati Sumba Timur: - Bersama kabihu Praing Lambanapu: Bapak Gidion Mbilijora Bapak Yohanys Agung Praing - PNS dari golongan ata - SEKDA Sumba Timur Bapak Katanga Pandaawang Bapak Umbu Hamakonda -!

25 Gambar 3. Gambar-Gambar Saat Wawancara - Dari Praing Rindi Umalulu - Bersama Bapak Chris Praing Bapak Umbu Makambombu - Raja Pau, Menjabat Anggota DPRD - Bapak Pdt Elias Rawambani Bapak Oemboe Ngikoe -

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368

D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu Telp (0387) 61368 Kabupaten Sumba Timur D a t a A g r e g a t p e r K e c a m a t a n BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jalan L. D. Dapawole No.1 Waingapu 87111 Telp (0387) 61368 Penutup Penyelenggaraan Sensus

Lebih terperinci

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR

KODE SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TIMUR SKPD KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2014 1 Urusan Wajib 1.01 Pendidikan 1.01. 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA 1.01. 1.01.01.01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR)

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DSM/IP.16 01/03/La-HITA/2014 PUSLITBANG SUMBER DAYA AIR EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN POTENSI SUMBER DAYA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU (STUDI KASUS: PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR) DESEMBER, 2014 KATA

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DI SUMBA TIMUR TERHADAP PERSYARATAN GELAR KEBANGSAWANAN TESIS. Diajukan Kepada

STUDI KASUS TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DI SUMBA TIMUR TERHADAP PERSYARATAN GELAR KEBANGSAWANAN TESIS. Diajukan Kepada STUDI KASUS TENTANG PERUBAHAN SOSIAL DI SUMBA TIMUR TERHADAP PERSYARATAN GELAR KEBANGSAWANAN TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjanan Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana Untuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMBA TIMUR Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumba Timur Tahun 2013 sebanyak 36.940 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Sumba Timur Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. 1. Keadaan Geografis Sumba Timur Kecamatan Rindi - Desa Haikatapu 1. Gambar 1. Peta Pulau Sumba

BAB III HASIL PENELITIAN. 1. Keadaan Geografis Sumba Timur Kecamatan Rindi - Desa Haikatapu 1. Gambar 1. Peta Pulau Sumba BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum wilayah Sumba Timur Desa Haikatapu 1. Keadaan Geografis Sumba Timur Kecamatan Rindi - Desa Haikatapu 1 Gambar 1. Peta Pulau Sumba Kabupaten Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba 38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba jantan dilakukan di peternak-peternak yang ada dikota Waingapu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Boks 1 HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Latar Belakang Perkembangan industri di dunia tentunya berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Untuk itu peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI 1962 4. Batas Wilayah : 1. Utara berbatasan dengan Kec. Kahaungu Eti 2. Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008-2028 140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000 8880000 8900000 8920000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Masyarakat Sumba terbagi dalam tiga (3) kelas sosial, yaitu Maramba

BAB VI PENUTUP. 1. Masyarakat Sumba terbagi dalam tiga (3) kelas sosial, yaitu Maramba BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, maka melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Masyarakat Sumba terbagi dalam tiga (3) kelas sosial,

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR

KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR KONSERVASI LAHAN KAWASAN KABUPATEN SUMBA TIMUR Kustamar Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Wilayah Kabupaten Sumba Timur mayoritas terdiri dari padang rumput (47,85%) dengan topografi berbukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup dalam dunia pada umumnya menginginkan suatu hubungan yang didasari rasa saling mencintai sebelum memasuki sebuah perkawinan dan membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Savunesse, Sawu, Rai Hawu. Di antara istilah-istilah itu, sebutan Sabu adalah istilah

BAB I PENDAHULUAN. Savunesse, Sawu, Rai Hawu. Di antara istilah-istilah itu, sebutan Sabu adalah istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sabu adalah nama suku dengan beberapa sebutan berbeda, antara lain Savu, Savunesse, Sawu, Rai Hawu. Di antara istilah-istilah itu, sebutan Sabu adalah istilah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)

BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK) 40 BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK) A. Deskripsi Umum Desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitaan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB VI MASYARAKAT SUMBA TIMUR : PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

BAB VI MASYARAKAT SUMBA TIMUR : PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BAB VI MASYARAKAT SUMBA TIMUR : PERGESERAN GELAR KEBANGSAWANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL Dalam bab ini penulis akan memaparkan analisa kritis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi (Profil) Pendidik Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur Otonomi daerah menjadi peluang pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam pemecahan masalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Gobah Desa Gobah adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Gobah dikenal karena

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Kuok Kuok adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelum dinamai Kecamatan Kuok, Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitia Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar yang menurut beberapa tokoh masyarakat desa dikenal karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL

BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL 1 BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL A. Sejarah Desa Pada masa Orde Baru tepatnya pada masa kepimimpinan Presiden SUHARTO pada tahun 1982. Warga Masyarakat umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR A. Kondisi Geografis dan Demografis Kepenghuluan Ujung Tanjung merupakan salah satu Kepenghuluan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan

Lebih terperinci

BAB VIII HIDUP RAMAH BERSANDING DENGAN ALAM (SEBUAH CATATAN REFLEKSI) keseharian masyarakat. Bisa dikatakan bahwa masyarakat Dusun Sempol

BAB VIII HIDUP RAMAH BERSANDING DENGAN ALAM (SEBUAH CATATAN REFLEKSI) keseharian masyarakat. Bisa dikatakan bahwa masyarakat Dusun Sempol 1 BAB VIII HIDUP RAMAH BERSANDING DENGAN ALAM (SEBUAH CATATAN REFLEKSI) Dusun Sempol merupakan dusun kecil yang hanya didiami oleh beberapa kepala keluarga. Masyarakatnya rukun serta ramah. Hidup saling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang dipergunakan dalam penelitian. Pada Bab ini penulis akan menggambarkan tentang gambaran umum tempat

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan tuntutan kebutuhan manusia, yang pada hakekatnya. merupakan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam Pembangunan Fisik Bangsa.

Pendidikan merupakan tuntutan kebutuhan manusia, yang pada hakekatnya. merupakan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam Pembangunan Fisik Bangsa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan tuntutan kebutuhan manusia, yang pada hakekatnya merupakan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam Pembangunan Fisik Bangsa. Dengan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi Desa laksamana merupakan desa yang ada di kecamatan Sabak Auh yang ibu kota nya Kabupaten Siak dengan luas wilayah lebih kurang 918,44 km2. jarak antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU A. Geografis Dan Demografis Desa Pulau Sengkilo merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan kelayang Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. A. Runtuhnya Dominasi Kaum Maramba terhadap Kaum Ata di Desa Haikatapu

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. A. Runtuhnya Dominasi Kaum Maramba terhadap Kaum Ata di Desa Haikatapu BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Runtuhnya Dominasi Kaum Maramba terhadap Kaum Ata di Desa Haikatapu Secara umum, dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci