ANALISA KONSENTRASI SULFAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PERAIRAN DANAU BERATAN DAN DANAU BATUR, PROPINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA KONSENTRASI SULFAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PERAIRAN DANAU BERATAN DAN DANAU BATUR, PROPINSI BALI"

Transkripsi

1 Analisa Konsentrasi Sulfat... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D. Sumarno) ANALISA KONSENTRASI SULFAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PERAIRAN DANAU BERATAN DAN DANAU BATUR, PROPINSI BALI Dyah Ika Kusumaningtyas dan Dedi Sumarno Teknisi pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan-Jatiluhur Teregistrasi I tanggal: 04 Desember 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal: 28 Maret 2013; Disetujui terbit tanggal: 26 April 2013 PENDAHULUAN Danau Beratan terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau Beratan memiliki luas genangan 3,85 km 2, panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,0 km, kedalaman maksimum sekitar 20 m serta berada di ketinggian 1.231m di atas permukaan laut. Danau Batur merupakan danau terbesar di Propinsi Bali dengan luas 16,05 km 2 dan volume tampung air sebesar 815,58 juta m 3 (Suryono et al., 2008). Danau Beratan dan Batur terbentuk akibat letusan gunung api atau disebut juga danau kaldera. Letusan gunung api mengandung berbagai persenyawaan sulfur diantaranya sulfur okdida yang merupakan salah satu bentuk senyawa sulfur yang mudah larut di perairan. Sulfur oksida yang berasal dari letusan gunung api diduga menjadi salah satu sumber masukan sulfat di perairan Danau Beratan dan Batur. Danau Beratan dan Batur merupakan perairan tertutup (enclosed lake) dimana kedua danau tersebut hanya memiliki aliran air sungai yang masuk ke danau tetapi tidak memiliki sungai yang mengalirkan air keluar ke laut (tidak ada outlet) (Hehanussa, 2009). Pemanfaatan kedua danau oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan juga dimungkinkan menjadi sumber sulfat yang dapat berpengaruh terhadap kualitas perairannya. Sulfat adalah salah satu ion dari sekian banyak anion utama yang terdapat di perairan. Menurut Effendi (2003), ion sulfat (SO 4 2- ) merupakan salah satu bentuk sulfur anorganik di perairan. Ion sulfat merupakan salah satu ion utama dalam perairan dan penting bagi makhluk hidup karena merupakan elemen penting dalam protoplasma. Ion sulfat merupakan sejenis ion poliatom dengan rumus empiris SO 4 2- dengan massa molekul 96,06 g/mol. Kebanyakan sulfat bersifat larut dalam air kecuali kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat. Konsentrasi sulfat pada perairan tawar alami berkisar 2-80 mg/l. Menurut Ulifa (2010), air laut terdiri dari kurang lebih mg/l ion sulfat. Konsentrasi sulfat perairan yang melewati batuan gypsum bisa mencapai mg/l (Rum dan Krist dalam Effendy, 2003). Konsentrasi sulfat dapat mencapai mg/l pada perairan yang menjadi tempat pembuangan limbah industri (UNESCO/WHO/UNEP dalam Effendi, 2003). Sumber sulfat di perairan dapat berasal dari limbah industri, serta limbah rumah tangga termasuk penggunaan deterjen. Surfaktan sulfat adalah linear alkil benzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain yang biasa digunakan dalam deterjen. Hal ini menjadi sangat penting dalam analisa konsentrasi sulfat, karena menurut Anonim (2011), apabila kandungan sulfat (dalam bentuk senyawaan magnesium atau natrium) di perairan konsentrasinya tinggi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan (gastro intesninal) biota perairan maupun manusia yang mengkonsumsi air tersebut. Menurut Effendi (2003), pada kondisi anaerob maka ion sulfat akan direduksi menjadi ion sulfit yang membentuk kesetimbangan dengan ion hidrogen membentuk hidrogen sulfit (H 2 S). Hidrogen sulfit bersifat mudah larut, toksik bagi biota perairan dan menimbulkan bau seperti telur busuk. Makalah ini menyajikan cara analisa konsentrasi sulfat dengan metode spektrofotometri di perairan Danau Beratan dan Danau Batur, Propinsi Bali Tengah. POKOK BAHASAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei, Juli dan Oktober tahun Lokasi penelitian adalah di Danau Beratan dan Batur. Stasiun penelitian di Danau Beratan adalah Stasiun I (Selatan), Stasiun II (Timur), Stasiun III (Tengah), Stasiun IV (Utara) dan Stasiun V (Barat). Stasiun penelitian di Danau Batur adalah Stasiun I (Kedisan), Stasiun II (Songan), Stasiun III (Tengah) dan Stasiun IV (Abang). Pengambilan sampel air dilakukan dengan alat kemmerer water sampler volume 4,2 L pada kolom permukaan, 2 meter, 5 meter, dan dasar perairan (tergantung kedalaman maksimal/ tinggi muka air saat penelitian). Sampel air yang akan dianalisa kemudian dituangkan ke dalam botol sampel yang terbuat dari plastik atau gelas dengan suhu penyimpanan kurang lebih 5 o C. Batas penyimpanan maksimum yang diperbolehkan menurut EPA adalah 28 hari (SNI : 2008). 25

2 BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : Peta pengambilan sampel dan deskripsi tentang stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1 (Danau Beratan) serta Gambar 2 dan Tabel 2 (Danau Batur). Gambar 1. Lokasi stasiun penelitian di Danau Beratan (modifikasi Google Map, 2011) Tabel 1. Karakteristik lokasi stasiun penelitian di Danau Beratan Stasiun Penelitian Stasiun I (Barat) Stasiun II (Selatan) Stasiun III (Timur) Stasiun IV (Utara) Stasiun V (Tengah ) Letak Geografis S : 08 16,370 E : ,095 S : 08 16,981 E : ,440 S : 08 16,491 E : ,951 S : 08 15,838 E : ,430 S : 08 16,289 E : ,594 Karakteristik Tepi danau berupa dataran landai, tumbuhan air di tepian danau cukup lebat, dekat dengan lokasi wisata Pura Ulun Danu Beratan, penginapan serta pemukiman penduduk. Tepi danau landai hingga terjal ke arah Barat, terdapat spill way (pintu limpasan air), dekat dengan obyek wisata Bedugul. Tepi danau terjal, banyak ditumbuhi tumbuhan air, terdapat jaring tancap. Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah pertanian, sepanjang tepian banyak tumbuhan air, terdapat dermaga dan KJA Merupakan bagian tengah danau yang paling dalam (kurang lebih 25 m) 26

3 Analisa Konsentrasi Sulfat... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D. Sumarno) Gambar 2. Lokasi stasiun penelitian di Danau Batur (modifikasi Google Map, 2011) Tabel 2. Karakteristik lokasi stasiun penelitian di Danau Batur Stasiun Penelitian Stasiun I (Kedisan) Stasiun II (Abang) Stasiun III (Songan) Stasiun IV (Tengah ) Letak Geografis S : 08⁰ 16,520 E : 115⁰ 22,816 S : 08 16,415 E : ,528 S : 08 13,624 E : ,910 S : 08⁰ 15,098 E : 115⁰ 24,924 Karakteristik Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah pertanian dan pemukiman penduduk, terdapat dermaga wisata, keramba jaring apung (KJA), dan sepanjang tepian banyak tumbuhan air. Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah pertanian dan pemukiman penduduk, sepanjang tepian banyak terdapat tumbuhan air Tepi danau berupa dataran landai yang merupakan daerah pertanian, sepanjang tepian banyak tumbuhan air Merupakan bagian tengah danau yang paling dalam (kurang lebih 70 m). Metode Analisa Analisa konsentrasi sulfat di dalam sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri (APHA, 2005). Prinsip analisanya adalah pengendapan ion sulfat dalam medium asam hidroklorida yang akan bereaksi dengan barium klorida membentuk endapan barium sulfat yang tidak larut. Endapan barium sulfat yang terbentuk berupa suspensi kristal barium sulfat dengan ukuran yang seragam. Suspensi yang terbentuk kemudian diukur secara spektrofotometri dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm (Hariyadi, 1991). Penentuan konsentrasi sulfat dilakukan dengan menggunakan kurva standar sulfat. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh larutan akan berbanding terbalik dengan konsentrasi sulfat di dalam sampel, dengan kata lain semakin banyak suspensi dalam larutan akan semakin kecil intensitas cahaya yang diteruskan dan menunjukkan semakin tinggi kandungan ion sulfat. Prosedur Analisa Prosedur analisa sulfat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pembuatan reagen, pembuatan kurva standar sulfat, dan penentuan konsentrasi sulfat dalam sampel, secara terinci sebagai berikut: 27

4 BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : Pembuatan Reagen Reagen yang perlu dipersiapkan adalah pereaksi kondisi dengan langkah sebagai berikut: 1. Melarutkan 75 gram NaCl ke dalam 300 ml akuades, jika tidak larut perlu dilakukan pemanasan (kurang lebih 50 o C) 2. Menambahkan 30 ml HCl pekat ke dalam larutan NaCl kemudian diaduk 3. Menambahkan 100 ml 95% etanol ke dalam larutan yang sudah tercampur (langkah 1 dan 2) kemudian diaduk dengan stirer hingga homogen (kurang lebih 10 menit) Pembuatan Kurva Standar Sulfat Beberapa larutan yang perlu dipersiapkan untuk pembuatan kurva standar sulfat adalah sebagai berikut: 1. Larutan blanko Larutan blanko dibuat dengan mencampurkan akuades 10 ml dan 0,5 ml pereaksi kondisi, selanjutnya ditambahkan 0,06 gram barium klorida dan diaduk dengan batang pengaduk hingga 1 menit. 2. Larutan sulfat 100 mg/l Pembuatan larutan sulfat 100 mg/l dilakukan dengan menimbang sebanyak 0,1479 gram sodium sulfat anhidrat yang dilarutkan dengan akuades ke dalam labu ukur 1000 ml. Berdasarkan larutan sulfat 100 mg/l dibuat konsentrasi larutan yang diinginkan (Tabel 3). Selanjutnya mengambil dari masing-masing larutan standar sebanyak 10 ml (Tabel 3), kemudian ditambah 0,5 ml pereaksi kondisi dan 0,06 gram barium sulfat, lalu larutan diaduk dengan batang pengaduk hingga 1 menit. Langkah selanjutnya larutan tersebut didiamkan selama 10 menit. Larutan siap diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm dengan larutan blanko sebagai faktor koreksi. Spektrofotometer yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Langkah berikutnya sederetan larutan standar sulfat dengan berbagai konsentrasi yang telah diukur absorbansinya dapat dilihat pada Gambar 4. Semakin tinggi konsentrasi sulfat maka akan semakin pekat suspensi kristal barium sulfat yang dihasilkan (terlihat larutan berwarna putih susu). Tabel 3. Pembuatan larutan standar sulfat 5; 10; 15; 20; 30; 40; 50 dan 60 mg/l No Konsentrasi yang diinginkan 1 5 mg/l 2 10 mg/l 3 15 mg/l 4 20 mg/l 5 30 mg/l 6 40 mg/l 7 50 mg/l 8 60 mg/l Prosedur Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 2,5 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 5 ml, dituangkan ke dalam labu ukur 50 ml, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 7,5 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 10 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 15 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 20 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 25 ml, dituangkan ke dalam Larutan sulfat 100 mg/l dipipet sebanyak 30 ml, dituangkan ke dalam 28

5 Analisa Konsentrasi Sulfat... Danau Batur, Propinsi Bali (Kusumaningtyas, D.I & D. Sumarno) Hasil Pengamatan Gambar 3. Spektrofotometer yang digunakan untuk pengukuran absorbansi larutan Gambar 4. Sederetan larutan standar sulfat Berdasarkan nilai absornansi masing-masing larutan, dibuat kurva standar sulfat, konsentrasi sulfat sebagai sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu y. Kurva standar sulfat dapat dilihat pada Gambar 5. Absorbansi 0,398 0, Sulfat (mg/l) 54,5 Standard deviasi = 7,53 e -3 Corr coeff = 9,98 e -1 Slope = 0,00709 Gambar 5. Kurva standar sulfat Keterangan: 1. Larutan standar sulfat 5 mg/l 2. Larutan standar sulfat 10 mg/l 3. Larutan standar sulfat 20 mg/l 4. Larutan standar sulfat 30 mg/l 5. Larutan standar sulfat 40 mg/l 6. Larutan standar sulfat 50 mg/l 7. Larutan standar sulfat 60 mg/l Intercept = 0,00897 Analisa Konsentrasi Sulfat Dari Sampel Air Analisa konsentrasi sulfat dilakukan dengan menyaring sampel air yang diambil dari lokasi penelitian dengan kertas saring whatman no.42. Kemudian sampel yang telah disaring diambil dengan pipet sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan 0,5 ml pereaksi kondisi dan 0,06 gram barium klorida lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 1 menit dan didiamkan selama 10 menit. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan blanko sebagai faktor koreksi. Konsentrasi sulfat dalam sampel ditentukan dengan memplotkan absorbansi sampel pada kurva standar. 1 Analisa konsentrasi sulfat di Danau Beratan dan Danau Batur menunjukkan perbedaan yang cukup berarti dalam hal pembentukan intensitas warna yang dihasilkan. Warna putih susu yang dihasilkan dari endapan barium sulfat pada sampel air di Danau Batur menunjukkan warna yang cukup pekat, dimana intensitas warna putih yang terlihat mendekati sampel air payau. Endapan barium sulfat yang dihasilkan dalam sampel air dari Danau Batur jauh lebih pekat dibandingkan dengan sampel air dari Danau Beratan. Semakin pekat warna putih mengindikasikan semakin tinggi konsentrasi sulfat di dalam sampel tersebut. Hal tersebut didukung dengan data penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 3. Konsentrasi sulfat di perairan Danau Beratan masih berada dalam kisaran konsentrasi normal untuk air tawar (2-80 mg/l). Konsentrasi sulfat di Danau Batur jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Danau Beratan. Tingginya konsentrasi sulfat di Danau Batur diduga disebabkan oleh limbah pertanian, pencemaran minyak dari kapal motor, limbah hotel, restoran dan rumah tangga. Selain itu aktivitas perikanan di Danau Batur relatif lebih banyak dibandingkan dengan Danau Beratan karena Danau Beratan peruntukannya untuk kegiatan pariwisata. Konsentrasi sulfat di Danau Beratan dan Danau Batur pada bulan Mei dan Juli pada kedalaman 5 meter hampir di semua stasiun penelitian menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolom permukaan, 2 meter dan dasar perairan. Hal ini diduga karena ion sulfat bersifat sebagai surfaktan sehingga apabila dalam perairan yang tergenang akan cenderung melayang di kolom perairan. Konsentrasi sulfat di Danau Beratan berkisar 4,07-41,11 mg/l dengan rerata 14,81 mg/l. Konsentrasi sulfat pada bulan Juli lebih tinggi kurang lebih 10 mg/ L dibandingkan bulan Mei dan Oktober. Rerata konsentrasi sulfat pada bulan Mei dan Oktober menunjukkan nilai yang hampir sama dengan beda konsentrasi kurang lebih 1 mg/l. Konsentrasi sulfat bulan Mei pada seluruh kolom air tidak menunjukkan konsentrasi yang cukup berarti perbedaannya namun pada bulan Juli dan Oktober menunjukkan konsentrasi sulfat tinggi. Konsentrasi sulfat tinggi ditunjukkan pada pengamatan bulan Juli di Stasiun II (Selatan) kedalaman 5 meter, Stasiun III (Timur) kedalaman 2 meter dan Stasiun V (Tengah) pada kedalaman 5 meter, demikian juga pada bulan Oktober di Stasiun III (Timur) pada permukaan perairan. 29

6 BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : Tabel 3. Profil konsentasi sulfat di Danau Beratan dan Batur pada penelitian bulan Mei, Juli dan Oktober 2011 Data penelitian konsentrasi sulfat (mg/l) di perairan Danau Beratan dan Batur periode 2011 Kedalaman (m) I (Barat) II (Selatan) Danau Beratan III (Timur) IV (Tengah) IV (Utara) I (Kedisan) Danau Batur II (Abang) Mei 2011 Mei 2011 III (Songan) IV (Tengah) dsr Juli 2011 Juli dsr Oktober 2011 Oktober dsr Konsentrasi sulfat di Danau Batur berkisar 50,75-267,0 mg/l dengan rerata 134,31 mg/l. Peningkatan yang signifikan terjadi pada bulan Oktober (konsentrasi sulfat berkisar 193,8-267,0 mg/l). Konsentrasi sulfat di perairan Danau Batur menunjukkan nilai tinggi dan hampir mendekati nilai sulfat di perairan payau. Standar baku mutu kandungan ion sulfat di dalam air sungai menurut SNI adalah sebesar 400 mg/l. Konsentrasi sulfat yang diperbolehkan dalam air minum tidak melebihi 250 mg/l. Ion sulfat dapat menyebabkan laxative apabila senyawaannya berupa magnesium dan sodium. Senyawa sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernan (saluran gastro intesninal) apabila dalam bentuk magnesium atau natrium pada konsentrasi yang tinggi (Anonim, 2011). Secara umum, kandungan ion sulfat di perairan Danau Beratan dan Batur masih berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan, namun perlu waspada bahwa pada bulan Oktober, konsentrasi ion sulfat di Stasiun I (Kedisan) Danau Batur pada permukaan perairan melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk air minum (267,00 mg/l). KESIMPULAN 1. Konsentrasi sulfat tinggi di Danau Batur sudah mendekati konsentrasi sulfat di perairan payau, ditunjukkan dengan endapan putih susu dari barium sulfat yang cukup pekat. 2. Konsentrasi sulfat di perairan Danau Beratan berkisar 4,07-41,11 mg/l. 3. Konsentrasi sulfat di perairan Danau Batur berkisar 50,75-267,0 mg/l. PERSANTUNAN Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian: Kajian Resiko Introduksi Ikan di Danau Batur dan Danau Beratan, Provinsi Bali tahun 2011 dibiayai APBN tahun anggaran Penulis mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab kegiatan yaitu Danu Wijaya, S.Pi. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, untuk memakai data kegiatan serta Dra. Adriani Sri Nastiti, MS. yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA) Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. Publ. Health Association Inc, New York. Hal:

7 Anonim Ion Sulfat. wordpress.com/ 2012/04/19. Hal: 1. Diakses tanggal 03 Maret Effendi, H Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hal: 278. Hariyadi, S., Suryadiputra dan Bambang W., 1991, Limnologi: Metoda Analisa Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Hal: 124. Hehanussa, P.E. dan G.S. Haryani Klasifikasi Morfogenesis Danau di Indonesia untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. Konferensi Nasional Danau Indonesia I. Sanur-Denpasar-Bali Agustus Hal: 1. menyelamatkandanaulimboto.wordpress.com. Diakses 7 Februari Standar Nasional Indonesia (SNI :2008) Air dan Air Limbah, Bagian 57: Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan. Hal: 28. http: Suryono, T. F. Sulawesty. S. Sunanisari. Cynthia H. Triyanto. G.S. Haryani. G.S. Aji. R.L. Toruan. T. Tarigan. G.P. Yoga. I. Ridwansyah. S. Nomosatryo. Y. Mardiati. E. Maulana & Rosidah Kajian Pengembangan Karakteristik Limnologis Perairan Darat di Indonesia. Laporan Teknis Program Penguatan Kelembagaan Iptek. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Cibinong. Hal: 233. Ulifa Laut Kaya Magnesium /04/05/ laut-kaya-magnesium. Hal:1. Diakses tanggal 10 Juli

8 BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 32

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA Analisis Kadar Nitrat dan... Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta (Kusumaningtyas, D.I.) ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO Dedi Sumarno dan Sukamto Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS DETEKSI (LOD) DAN BATAS KUANTITASI (LOQ) PADA PENGUKURAN FOSFAT (PO 4 -P) DALAM AIR TAWAR DENGAN METODE ASAM ASKORBAT

PENENTUAN BATAS DETEKSI (LOD) DAN BATAS KUANTITASI (LOQ) PADA PENGUKURAN FOSFAT (PO 4 -P) DALAM AIR TAWAR DENGAN METODE ASAM ASKORBAT PENENTUAN BATAS DETEKSI (LOD) DAN BATAS KUANTITASI (LOQ) PADA PENGUKURAN FOSFAT (PO 4 -P) DALAM AIR TAWAR DENGAN METODE ASAM ASKORBAT Puji Purnama 1 dan Dyah Ika Kusumaningtyas 1 Calon Teknisi Litkayasa

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DESTILASI TERHADAP KONSENTRASI FLUORIDA PADA PENJERNIHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM DENGAN PROSES DESTILASI SEDERHANA

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DESTILASI TERHADAP KONSENTRASI FLUORIDA PADA PENJERNIHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM DENGAN PROSES DESTILASI SEDERHANA Pengaruh Perbedaan Waktu Destilasi Terhadap Konsentrasi Fluorida Pada Penjernihan Air Limbah Laboratorium Dengan Proses Destilasi Sederhana Ayu Kurniasih, Ismiyati PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DESTILASI TERHADAP

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT Teknik Pengukuran Nilai Total Suspended Solid (TSS) di Kabupaten Indramayu-Jawa Barat (Sumarno, D., et al) TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium 118 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum Lampiran Lampiran I. Rancangan Percobaan Sampel 2 macam Laaitan standar formaldehid Persiapan sampel dengan berbagai variasi suhu (50,6O,7O,8O,9O,dan 100 V Penentuan waktu kestabilan warna y V Penentuan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) POSO KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH

) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) POSO KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH Penentuan...di Daerah Aliran Sungai (DAS),..Sulawesi Tengah (Sumarno, D & T. Muryanto) PENENTUAN KANDUNGAN AMMONIA (N-NH 3 ) BERDASARKAN HASIL ANALISA KANDUNGAN AMMONIUM (N-NH 4 ) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional. 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE 25 BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Bahan-bahan : 1. larutan nessler 2. Aquadest 3.2 Sampel Sampel diambil dari tempat penampungan limbah yang berasal dari beberapa laboratorium yang di Balai Riset dan standardisasi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

) DI PERAIRAN SUNGAI CITARUM DAN ANAK SUNGAINYA DENGAN METODE ASAM ASKORBAT

) DI PERAIRAN SUNGAI CITARUM DAN ANAK SUNGAINYA DENGAN METODE ASAM ASKORBAT Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 p-issn: 1693-7961 e-issn: 2541-2450 ANALISA KADAR

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI ISSN 1979-2409 PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih dan air minum berbasis 41 BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 akan diuraikan pengujian dan pembahasan serta hasil dari percobaan alat dengan sampel. 4.1. Spesifikasi alat a. Nama Alat : Alat ukur nitrit untuk air bersih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plan (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011 Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Juni 2014 sampai Januari

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL), Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

KADAR SALINITAS DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU-PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KADAR SALINITAS DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU-PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Kadar Salinitas di Beberapa... Dompu-Provinsi Nusa Tenggara Barat (Sumarno, D & Aswar R.) KADAR SALINITAS DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU-PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Dedi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi pengujian sampel. Untuk lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 3(C) 13307 Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Fahma Riyanti, Puji Lukitowati, Afrilianza Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN YANG MELAKUKAN PENGOLAHAN AIR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Lampiran 1 Lay out penelitian I LAMPIRAN 65 Lampiran 1 Lay out penelitian I 66 Lampiran 2 B. humidicola tanpa N (A), B. humidicola dengann (B), P. notatum tanpa N (C), P. notatum dengan N (D), A. compressus tanpa N (E), A.compressus

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini bertempat di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.), Pengambilan Sampel Darah, Penetapan Profil Urea Darah (DAM) dan Penentuan Profil Asam Urat Darah (Follin-Wu)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Hasrianti 1, Nurasia 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 hasriantychemyst@gmail.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia 17 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei 2012. Sampel Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Analisis sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA

MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA Siti Mariyam *) *) Teknisi Litkayasa pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur Teregristasi I tgl. 15/9/5; Disetujui terbit tgl. 6/1/7 PENDAHULUAN Waduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi 1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN KAPASITAS RESIN PENUKAR ANION DENGAN SISTEM BATCH DALAM MENGIKAT NITRAT DAN APLIKASINYA PADA AIR DARI SUMBER MATA AIR DI DESA SEDANG

EFEKTIVITAS DAN KAPASITAS RESIN PENUKAR ANION DENGAN SISTEM BATCH DALAM MENGIKAT NITRAT DAN APLIKASINYA PADA AIR DARI SUMBER MATA AIR DI DESA SEDANG EFEKTIVITAS DAN KAPASITAS RESIN PENUKAR ANION DENGAN SISTEM BATCH DALAM MENGIKAT NITRAT DAN APLIKASINYA PADA AIR DARI SUMBER MATA AIR DI DESA SEDANG A.A. Bawa Putra Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia

Lebih terperinci