BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Dasar-dasar Komposit a. Pengertian Komposit Komposit (composite) biasanya dikaitkan dengan material yang mengkombinasikan fasa matriks dengan campuran filamen yang berfungsi sebagai penguat fasa. Composite berasal dari kata kerja to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi definisi komposit dalam lingkup ilmu material adalah gabungan dua buah material atau lebih yang digabung untuk memperoleh campuran material yang baru sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain. Fabrikasi komposit matriks logam teknik metalurgi serbuk memiliki beberapa keunggulan dibandingkan cara metalurgi cair. Keunggulan tersebut adalah suhu yang digunakan dalam proses pembuatan lebih rendah, hasilnya interaksi lebih kecil antara matriks dengan penguat. Material komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih yang berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan tidak saling melarutkan dimana material yang satu berperan sebagai penguat dan yang satunya sebagai pengikat (Gibson dan Ronald, 1994). Secara sederhana dapat didefinisikan komposit terdiri dari dua material yang berbeda propertisnya dan perbedaannya itu dilihat secara mikroskopis. Komposit disusun dari dua komponen yaitu matriks atau resin sebagai pengikat, dan serat sebagai penguat atau filler. Filler dapat berupa partikel atau serat, serat dapat berasal dari alam ataupun sintetis. Serat alami biasa disebut biokomposit contohnya serat rami dan serat buatan contohnya E-glass. Penggunaan serat bertujuan untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan 7

2 8 sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Keunggulan bahan komposit diantaranya dapat memberikan sifat-sifat mekanik terbaik yang dimiliki oleh komponen penyusunnya, bobotnya ringan, tahan korosi, ekonomis, dan tidak sensitif terhadap bahan-bahan kimia (Arif Nurudin, 2011). b. Klasifikasi Material Komposit Material komposit memiliki beberapa unsur-unsur penyusun. Komponen penyusun dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik dalam bentuk serat, serpihan, partikel dan lapisan. Dari hal tersebut maka dapat diklasifikasikan komposit menjadi beberapa macam, antara lain : 1) Komposit Lapis Komposit lapis, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh resin contohnya adalah plywood, laminated glass yang umumnya dipakai pada bahan bangunan. Biasanya dilakukan manipulasi mikroskopis yang bertujuan agar tahan terhadap korosi, kuat dan tahan terhadap temperatur. Gambar 2.1. Komposit Lapis (Sumber : Yanu Rianto, 2011)

3 9 2) Komposit Fiber Komposit fiber merupakan jenis komposit yang menggunakan serat sebagai penguat. Serat yang biasa digunakan adalah serat gelas, serat karbon, serat armid dan lain sebagainya. Serat ini disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Bila peningkatan kekuatan menjadi tujuan utama, komponen penguat harus memilki rasio aspek yang besar, yaitu rasio panjang terhadap diameter harus tinggi, agar beban transfer melewati titik dimana mungkin menjadi patahan (Vlack, 2004). Komposit fiber atau serat sendiri dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : a.undirectional fiber composite b.random fiber composite Gambar 2.2. Komposit Serat (Sumber : Yanu Rianto, 2011) a) Komposit Serat Pendek (Short Fiber Composite) Berdasarkan arah orientasi material komposit yang diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu serat acak dan serat satu arah. Tipe serat acak sering digunakan pada produksi dengan jumlah besar karena faktor biaya manufakturnya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekaniknya yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.

4 10 b) Komposit Serat panjang (Long Fiber Compsite) Kelebihan komposit serat panjang adalah lebih mudah diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun demikian serat pendek memiliki rancangan yang lebih banyak. Secara teoritis serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik pemakaiannya. Pada prakteknya, hal ini tidak mungkin karena variabel pembuatannya tidak mungkin memperoleh kekuatan tarik melampaui panjangnya. Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah sebagai bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin sehingga akan diperoleh suatu komposit yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk bahan komposit yang tidak menggunakan serat penguat. 3) Komposit Serpihan Serpihan merupakan partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan khusus dengan orientasi serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri dari serpih-serpih yang saling menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk suatu lintasan fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.

5 11 Gambar 2.3. Komposit Serpih (Sumber : Yanu Rianto, 2011) 4) Komposit Partikel Komposit partikel adalah suatu komposit yang menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriks. Komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek ke dalam senyawa komplek. Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks secara bersama sama dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator dan lain-lain. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat secara acak sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren diantara fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik (Ramatawa, 2008).

6 12 Gambar 2.4. Komposit Partikel (Sumber : Yanu Rianto, 2011) c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan komposit Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kekuatan komposit, antara lain adalah orientasi serat, faktor matrik dan ikatan fiber matrik. 1) Orientasi Serat Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan dalam memperbaiki sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, sehingga diharapkan mampu menjadi bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi. a) Letak Serat Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu : (1) Penguatan satu dimensi, memiliki kekuatan dan modulus maksimum pada arah axis serat. (2) Penguatan dua dimensi, memiliki kekuatan pada dua arah atau masing-masing orientasi serat. (3) Penguatan tiga dimensi, mempunyai sifat isotropis. b) Panjang Serat Panjang serat dalam pembuatan suatu komposit serat pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. Ada

7 13 dua macam penggunaan serat dalam campuran komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Selain itu jenis bahan serat juga berpengaruh dalam panjang ataupun pendek suatu serat. Serat alami memiliki serat yang panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya dibandingkan serat sintetis. Oleh karenanya panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan ataupun modulus komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut dengan aspect ratio. Serat pendek lebih mudah peletakannya dibandingkan serat panjang. Panjang pendeknya suatu serat juga mempengaruhi kemampuan proses dari komposit serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penggunaannya dibandingkan dengan serat pendek. Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan continous fiber. c) Bentuk Serat Bentuk serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi. 2) Faktor Matrik Matrik dalam suatu komposit memiliki fungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi sebuah unit struktur, yang melindungi benda dari perusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga matrik dan serat saling berhubungan. Bahanbahan polimer yang sering digunakan sebagai material matrik dalam komposit adalah thermoplastic dan thermoset.

8 14 3) Ikatan Fiber Matrik Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matrik yang memudahkan terjadi antara dua fase. Selain itu komposit serat juga harus mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan matrik berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik dan serat. Hal yang mempengaruhi ikatan antar serat dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila suatu komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. 2. Pengertian Rem Sistem rem dalam suatu kendaraan bermotor terutama mobil termasuk kedalam sistem yang sangat penting karena terkait dengan faktor keselamatan berkendara. Sistem rem berfungsi untuk memperlambat dan mengehentikan mobil dengan cara mengubah tenaga kinetik/gerak dari mobil tersebut menjadi tenaga panas. Perubahan tersebut diperoleh dari gesekan antara komponen yang bergerak yang dipasangkan pada roda mobil dengan suatu bahan yang dirancang khusus tahan terhadap gesekan. Pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang berputar (Andun, Adhari, dan Agus, 2005:10). Gesekan merupakan faktor utama dalam suatu pengereman, sehingga komponen yang digunakan untuk sistem rem harus mempunyai sifat bahan yang tidak hanya menghasilkan jumlah gesekan yang besar tetapi juga harus tahan terhadap gesekan dan tidak menghasilkan panas yang dapat menyebabkan bahan tersebut meleleh atau berubah bentuk. Bahan-bahan yang tahan terhadap gesekan biasanya terbuat dari gabungan dari beberapa bahan

9 15 yang disatukan dengan melakukan perlakuan tertentu. Sejumlah bahan tersebut antara lain tembaga, kuningan, timah, grafit, karbon, kevlar, fiber dan bahanbahan adiktif lainnya. 3. Rem Cakram a. Pengertian Rem Cakram Rem cakram (disk brake) pada dasarnya terdiri atas cakram yang dapat berputar bersama-sama roda dan pad (bahan gesek) yang dapat menjepit cakram. Pengereman terjadi karena adanya gaya gesek dari padpad pada kedua sisi dari cakram dengan adanya tekanan dari piston-piston hidrolik Pegas penekan Torak kaliper Kaliper Seal torak kaliper Piringan cakram Balok rem. Gambar 2.5. Bagian-Bagian Rem Cakram (Sumber : Modul Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Medan, 2006) Saat pedal digerakkan, maka cylinder master mengubah gaya yang digunakan kedalam tekanan cairan. Cylinder master terdiri dari sebuah reservoir yang berisi cairan minyak rem dan sebuah silinder yang mana tekanan cair diperoleh. Reservoir biasanya dibuat dari plastik atau besi tuang atau alluminium alloy dan tergabung dengan silinder. Ujung dari

10 16 pada cylinder master dipasang tutup karet untuk memberikan seal yang baik dengan silindernya, dan pada ujung yang lain juga diberikan tutup karet untuk mencegah kebocoran cairan. Saat tangki rem ditekan, piston mengatasi kembalinya spring dan bergerak lebih jauh. Tutup piston pada ujung piston menutup port kembali dan piston bergerak lebih jauh. Tekanan cairan dalam cylinder master meningkat dan cairan akan memaksa caliper lewat hose dari rem (brake hose). Saat pedal rem dilepaskan/dibebaskan, piston tertekan kembali ke reservoir lewat port kembali. Gambar 2.8. Kaliper Tipe Meluncur (Sumber: Andun, Adhari, dan Agus, 2005:18) b. Keuntungan Menggunakan Rem Cakram Keuntungan dari penggunaan rem cakram (disk brake) adalah sebagai berikut: 1) Panas akan hilang dengan cepat dan memiliki sedikit kecenderungan menghilang pada saat piringan (disk) dibuka. Sehingga pengaruh rem yang stabil dapat terjamin. 2) Tidak akan ada kekuatan tersendiri seperti rem sepatu yang utama pada saat dua buah rem cakram digunakan, tidak akan ada perbedaaan tenaga pengereman pada kedua sisi kanan dan sisi kiri dari rem. Sehingga sepeda motor tidak mengalami kesulitan untuk tertarik kesatu sisi.

11 17 3) Jika rem harus memindahkan panas, jarak antara rem dan bantalan akan sedikit berubah. Sehingga tangkai rem dan pedal dapat beroperasi dengan normal. 4) Jika rem basah, maka air tersebut akan dipercikkan keluar dengan gaya sentrifugal. 4. Kampas Rem a. Pengertian Kampas Rem Gambar 2.7. Kampas Rem Kampas rem merupakan komponen utama yang terdapat pada sistem pengereman pada setiap kendaraan bermotor, terutama mobil. Kampas rem berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan laju kendaraan khususnya kendaraan darat. Komponen kampas rem adalah komponen yang bergesekan langsung dengan piringan cakram ataupun bagian roda yang bergerak, sehingga memiliki fungsi yang paling vital pada sistem pengereman. Oleh karena itu kualitas dari kampas rem menjadi perhatian yang utama. Kampas rem merupakan komponen penting baik pada kendaraan roda 2 ataupun roda 4. Pertambahan jumlah kendaraan jenis ini semakin meningkat jumlahnya dari tahun ketahun sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat. Komponen kampas rem sendiri menjadi sangat perlu mendapat perhatian yang lebih dari pemegang kebijakan ataupun produsen

12 18 kendaraan dalam upaya melindungi konsumen dan mengurangi presentase penyebab kecelakaan dijalan raya. Standar Nasional Indonesia (SNI) kampas rem sudah dibuat sejak tahun 1987 namun beberapa parameter dan spesifikasinya perlu dikaji ulang sesuai perkembangan dan mengacu pada standar perkembangan teknologi modern saat ini, khususnya bidang otomotif. Bahan kampas rem harus memenuhi syarat keamanan, ketahanan, dan dapat mengerem dengan bagus. Disamping itu juga harus mempunyai koefisien gesek tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai permukaan piringan cakram dan dapat menyerap getaran. b. Kampas Rem Asbestos dan Non Asbestos Kampas rem ditinjau dari komposisi bahan penyusunnya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kampas rem asbestos dan kampas rem non asbestos. Jenis kampas rem asbestos mempunyai serat tunggal yaitu berupa asbes dengan matrik dari material besi, tembaga atau bahan logam sejenisnya. Kampas rem jenis asbestos memiliki koefisien gesek lebih baik dibandingkan kampas rem non asbestos, tetapi bahan kampas rem asbestos juga memiliki beberapa kelemahan seperti kurang tahan terhadap tekanan, hanya tahan panas maksimal 200 o celcius, pada keadaan basah cenderung bersifat licin, debu kampas rem asbestos cenderung ringan sehingga mudah menempel di pelek mengakibatkan susah dibersihkan. Mulai tahun 1995 penggunaan asbes di negara-negara maju (khususnya Eropa) tidak diperkenankan lagi karena sangat membahayakan kesehatan terutama kesehatan pernapasan, dimana asbes ini bersifat karsinogenik yang dituding sebagai penyebab kanker paru-paru. Sebagai ganti penggunaan bahan asbes dalam pembuatan kampas rem, kemudian digunakanlah bahan ganti seperti penggunaan brass, coper fiber, dan aramid pulp. Kampas rem non asbestos ini lebih tahan panas, yang mampu bertahan sampai suhu 360 o celcius dan debu yang dihasilkan cenderung berat sehingga tidak menempel di velg dan mudah dibersihkan.

13 19 Kampas rem non asbestos terbagi menjadi 2, yaitu low steel yang masih menggunakan sedikit besi dan non steel yang tidak menggunakan besi. Pada umumnya bahan kampas non asbestos memiliki lebih dari satu jenis serat, bahkan sampai 4-5 jenis serat. Bahan-bahan yang umumnya digunakan untuk kampas rem non asbestos yaitu dari aramyd/kevlar/twaron, rockwool, fiberglass. 5. Bahan dan Proses Pembuatan Kampas Rem a. Serbuk Tempurung Kelapa Gambar 2.8. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa merupakan bahan serat alami yang akan digunakan sebagai alternatif serat penguat bahan gesek yang mempunyai daya serap air yang rendah (kering). Hal ini disebabkan karena tempurung kelapa bersifat keras dan memiliki nilai kerapatan yang tinggi serta daya serap air yang rendah. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO 2 ) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut. Berat dan tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat tempurung kelapa ini sekitar % dari berat keseluruhan buah kelapa, sedangkan ketebalannya 3-5 mm. Komposisi atau kandungan zat yang terdapat dalam tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

14 20 Tabel 2.1. Komposisi Tempurung Kelapa Komposisi Presentase (%) Lignin Pentosan Selulosa Air Solvent Ekstraktif Uronant Anhidrant Abu Nitrogen (Sumber : Ibnusantoso, G., 2001) 29,40 27,70 26,60 8,00 4,20 3,50 0,60 0,10 Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8%, jika dihitung berdasarkan berat kering atau setara dengan 12% dari berat kelapa. Tempurung kelapa didapatkan dari limbah penjual sayuran, kemudian dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air didalamnya berkurang. Tempurung kelapa kemudian dibersihkan dan digerus menggunakan gerinda potong dengan mata gerinda keramik hingga mendapatkan serbuk tempurung kelapa kemudian dilakukan penyaringan dengan kuran 60 mesh. Hal ini dilakukan agar terjadi homogenitas serbuk yang akan digunakan. b. Serbuk Aluminium (Al) Gambar 2.9. Serbuk Aluminium (Al)

15 21 Aluminium merupakan logam berwarna putih perak dan tergolong ringan yang memiliki massa jenis 2,7 gram/cm 3. Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C. Oersted, tahun Aluminium merupakan logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak ± 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi. Aluminium murni memiliki sifat logam yang lunak, tahan lama, ringan dan dapat ditempa dengan penampilan luar yang bervariasi antara keperakan higga abu-abu. Aluminium murni tidak memiliki kandungan unsur apapun selain alumunium itu sendiri sangatlah jarang ditemukan, hal ini dikarenakan selalu ada pengotor yang terkandung didalamnya. Pengotor yang mungkin berada didalamnya adalah gelembung gas didalam yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan ataupun proses pengecoran yang kurang sempurna, material cetakan akibat kualitas cetakan yang kurang baik atau pengotor lain dari kualitas bahan baku yang tidak baik (proses daur ulang aluminium). Adapun sifat-sifat dari logam aluminium adalah sebagai berikut : 1) Berat jenisnya ringan (2,7 gram/cm 3 ). 2) Tahan terhadap korosi. Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan aluminium oksida (Al 2 O 3 ) pada permukaan aluminium (fenomena pasivasi). Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung yang diakibatkan oleh reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Lapisan ini yang membuat aluminium tahan korosi dan sekaligus sukar untuk dilakukan pengelasan, karena perbedaan melting point.

16 22 3) Penghantar listrik dan panas yang baik, dimana daya hantarnya dua kali lebih besar daripada Cu serta alumunium sendiri lebih dipilih dijadikan kabel tiang listrik. 4) Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus makanan, obat dan rokok. 5) Kekuatannya rendah tetapi dengan pemaduan (alloying), maka kekuatannya dapat ditingkatkan. 6) Paduan logam Al dengan logam yang lain akan menghasilkan logam yang kuat seperti Duralium (campuran dari Al, Cu, Mg) untuk pembuatan badan pesawat terbang. 7) Mudah difabrikasi/ditempa Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun. Beberapa penggunaan aluminium diantaranya adalah sektor industri otomotif, pesawat terbang, industri makanan, pembuatan perabotan rumah tangga, pembangunan rumah dan industri pengelasan. Dalam penelitian kali ini, digunakan aluminium dalam bentuk serbuk halus yang disaring menggunakan saringan 60 mesh. Hal ini dilakukan agar serbuk yang didapat memiliki ukuran yang sama dan dapat dijadikan sebagai matriks dari komposit kampas rem. Penyerbukan dilakukan dengan menggerus batangan aluminium dengan mencekam batangan aluminium kemudian dilakukan pengamplasan agar didapatkan serbuk. Selain berperan sebagai matriks pengisi, serbuk aluminium juga berperan sebagai bahan friksi yang berguna untuk menambah gaya gesek yang ditimbulkan oleh kampas rem. c. Resin Epoksi Resin epoksi merupakan cairan organik dengan berat molekul rendah yang mengandung gugus epoksida. Epoksida sendiri terdiri dari satu oksigen dan dua atom karbon yang saling mengikat. Reaksi dari

17 23 epichlorohydrin dengan phenols atau aromatic amines membuat banyak epoksi. Pengeras (hardener), pelunak (plasticizer), dan pengisi (filler) juga ditambahkan untuk menghasilkan epoksi dengan berbagai macam viskositas, impact, degradasi, dan lain-lain (Kaw, 2006). Gambar Resin Epoksi Meskipun epoksi memiliki harga yang tergolong mahal daripada matriks polimer lainnya, namun epoksi jenis polimer matrix composite yang paling populer dipasaran. Lebih dari dua pertiga matriks polimer yang digunakan dalam aplikasi industri pesawat terbang adalah epoksi. Berikut merupakan sifat-sifat dari resin epoksi sebagai matriks polimer yang digunakan : 1) Kekuatan yang dihasilkan tinggi. 2) Ketidakstabilan rendah. 3) Viskositas dan tingkat alirannya rendah, yang memungkinkan serat terbasahi secara keseluruhan dan mencegah serat tidak tersusun secara beraturan selama pemrosesan 4) Tingkat penyusutan komponen rendah yang mengurangi kecenderungan mendapatkan tegangan geser yang besar antara ikatan epoksi dengan penguatnya. 5) Tersedia lebih dari 20 tingkatan untuk memenuhi sifat spesifik dan kebutuhan pengolahan.

18 24 Dalam penelitian yang dilakukan untuk membuat kampas rem komposit serbuk tempurung kelapa, menggunakan perbandingan komposisi resin epoksi dengan epoksi hardener sebesar 1:1. Resin epoksi dalam penelitian kali ini digunakan sebagai matrik/pengikat. d. Proses Kompaksi Proses kompaksi merupakan suatu proses pemampatan serbuk sehingga serbuk akan saling melekat dan rongga udara antar partikel akan terdorong keluar. Semakin besar tekanan kompaksi, maka jumlah udara diantara partikel akan semakin sedikit, namun tidak mungkin mencapai nol. Hasil dari proses kompaksi biasa disebut dengan green body. serbuk tersusun teratur terjadi deformasi penambahan tekanan Gambar Proses Kompaksi (Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010) Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu, dua arah sumbu atau dari segala arah. Kompaksi dua arah ini biasanya terjadi pada arah yang berlawanan. Kebanyakan proses kompaksi menggunakan penekanan (punch) atas dan bawah. Penekanan bawah sekaligus berfungsi sebagai injector untuk mengeluarkan benda yang dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies) harus halus guna mengurangi gesekan. Berdasarkan caranya, kompaksi dapat dibagi menjadi 2 cara, yaitu :

19 25 1) Kompaksi dengan dipanaskan (Hot Compaction) Proses kompaksi dengan dipanaskan merupakan proses kompaksi pada dies dimana terdapat dua punch yaitu upper punch dan lower punch yang berfungsi menekan campuran homogen serbuk di dalam dies dan diberikan panas dengan temperatur tertentu saat proses kompaksi berlangsung Gambar Metode Kompaksi Dengan Dipanaskan (Sumber: Yudi Agus Sarwanto, 2010) 2) Kompaksi tanpa dipanaskan (Cold Compaction) Kompaksi tanpa dipanaskan merupakan metode kompaksi yang sebenarnya sama dengan kompaksi dengan dipanaskan terutama pada punch dan dies yang digunakan, akan tetapi tidak diberikan penambahan temperatur pada saat proses kompaksi berlangsung. Gambar Metode Kompaksi Tanpa Dipanaskan (Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010)

20 26 e. Proses Sintering Sintering merupakan metode pembuatan material dari serbuk dengan pemanasan sehingga terbentuk ikatan partikel pada suhu yang tinggi. Sintering adalah pengikatan bersama antar partikel pada suhu yang tinggi.sintering dapat terjadi di bawah suhu leleh dengan melibatkan transfer atomic pada kondisi padat. Dalam proses sintering akan terjadi proses penggabungan antar partikel, sehingga saling mengikat. Dengan adanya proses sintering maka akan terjadi proses pergerakan partikel antar serbuk pada permukaan serbuk. Sementara untuk terjadinya ikatan antar partikel diperlukan pemilihan temperatur sinter. Pemilihan temperatur ini sangat bergantung dari jenis material yang digunakan. Gambar Mekanisme Pemadatan Serbuk dengan Proses Sintering (Sumber : Yudi Agus Sarwanto, 2010) Keterangan : (a) Ikatan partikel setelah proses kompaksi dan belum dilakukan proses sintering, masih terlihat rapuh serta ikatan mudah lepas. (b) Ikatan partikel setelah proses sintering, ikatan antar partikel yang lain menjadi satu dan tidak mudah lepas.

21 27 Peralatan yang paling penting dalam proses sintering adalah dapur sinter. Dapur ini harus dapat mengatur temperatur, waktu pemanasan, kecepatan pemanasan dan lingkungan dalamdapur itu sendiri. Pemilihan dapur sinter bergantung pada penggunaannya. Secara umum pemeliharaannya tergantung pada daerah kerja, ukuran dari green body, atmosfer atau lingkungan yang diinginkan dan biaya produksinya. Ada dua tipe dapur sinter, yaitu dapur satuan (batch furnace) dan dapur kontinyu (continous furnace). Batch furnace diisi material yang akan di sintering lalu temperatur diatur sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan continous furnace dilengkapi dengan sabuk yang terdiri dari jalinan kawat dimana diletakkannya green body. Sabuk ini bergerak menuju area pemanasan, kemudian ke area pendingin. Proses sinter pada continus furnace biasanya digunakan untuk memproduksi komponen dalamjumlah banyak. 6. Prony Brake Gambar Mesin Prony Brake a. Pengertian Prony Brake Prony brake merupakan salah satu alat uji torsi dan daya. Prinsip kerja prony brake adalah dengan melawan torsi yang dihasilkan dengan suatu gaya pengereman. Besarnya gaya pengereman diukur dengan menambahkan suatu lengan ayun, kemudian gaya pada ujung lengan ayun

22 28 diukur dengan timbangan (massa). Besarnya torsi didapat dari mengalikan gaya pengereman dengan panjang lengan ayun (K.M. Jossy. 2011). Besarnya torsi motor sama dengan besarnya gaya pengereman dikalikan dengan panjang lengan ayun. Kampas rem berfungsi sebagai bahan friksi yang menyerap energi kinetik maupun energi potensial pada bagian yang bergerak (motor). Pada penelitian kali ini prony brake yang digunakan merupakan hasil perakitan sendiri, dimana penulis dibantu ketiga rekan melakukan perakitan. Proses perakitan dimulai dari pembuatan rangka, pemasangan motor, pemasangan lengan ayun dan pemasangan cakram sehingga didapatkan hasil prony brake yang siap digunakan untuk pengujian. b. Spesifikasi Mesin Prony Brake Dalam penelitian ini, digunakan mesin prony brake yang telah dirancang dan dibuat pada praktek konstruksi mesin sebelum penelitian dilakukan. Mesin prony brake yang telah dirancang mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 1) Komponen penggeraknya adalah motor listrik berkekuatan 2 horse power dengan putaran 2800 rpm yang putarannya ditransmisikan melalui belt dan pulley. 2) Komponen pengereman menggunakan alat pengereman berupa satu set rem cakram depan mobil (kaliper dan master) dari pabrikan Honda Prestige Accord yang sudah berstandart SNI. 3) Komponen pengukuran massa berupa timbangan digital merk dengan ketelitian 1 gram dan kapasitas maksimum gram. 4) Dimensi mesin 70 x 70 x 90 cm, dan panjang lengan ayun 53,5 cm c. Rumus Prony Brake Torsi atau usaha adalah hasil kali antara gaya berat yang dihasilkan pada timbangan dikalikan dengan jarak antara titik tekan timbangan

23 dengan poros benda yang bergerak (panjang lengan). Dengan catatan bahwa lengana ayun tidak ikut berputar. 29 w Gambar Skema Sistem Kerja Prony Brake Keterangan : T = Torsi (Nm) m = gaya pada timbangan (kgf) w = Gaya berat (N) g = percepatan grafitasi bumi (m/s 2 ) L = Panjang lengan (m) Fµ = Gaya efektif pengereman (N) R = Jari-jari efektif pengereman (m) F p = Gaya penekanan kampas rem (N) P e = Tekanan minyak rem (Pa) D = Diameter piston besar (m) µ = Koefisien gesek Sumber : Teguh Arif Prabowo (2008) Dari pernyataan berikut maka didapatkan rumus : T = w x L...(1) Gaya berat yang terukur pada timbangan (w) Dimana, w = m x g...(2) Untuk menghitung gaya efektf pengereman menggunakan persamaan berikut ini:

24 30 T = Fµ x R...(3) Dimana Fµ = T / R...(4) Untuk menghitung gaya yang menekan kampas rem menggunakan persamaan, yaitu: F p = P e x 0,785 x D 2...(5) Serta koefisien gesek didapatkan dari: Fµ = µ x F p...(6) Dimana µ = Fµ / F p...(7) B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian tentang kampas rem berbahan komposit dengan berbagai hasil yang digunakan penulis sebagai rujukan untuk dilaksanakannya penelitian ini. Sutikno (2009) melakukan penelitian tentang pembuatan bahan gesek kampas rem menggunakan serbuk tempurung kelapa sebagai pemodifikasi gesek, yang membuat variasi campuran serbuk tempurung kelapa, lalu diuji pada kekerasan dan kekuatan tariknya. Pada penelitiannya melakukan variasi pencampuran serbuk tempurung kelapa 5%-25%. Dalam laporannya menyatakan bahwa penambahan serbuk tempurung kelapa dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik bahan geseknya. Tempurung kelapa dapat digunakan sebagai pemodifikasi gesek pada kadar optimum 14.82% volume. Untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik bahan gesek tersebut masih dimungkinkan yaitu dengan cara memodifikasi komposisi bahan yang lain atau dengan mengoptimalisasi proses fabrikasinya. Pada penelitiannya belum dilakukan pengujian koefisien gesek guna menentukan komposisi bahan penyusun yang tepat. Titus Sena Arief (2011) melakukan penelitian menggunakan serbuk aluminium sisa daur ulang plastik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membuat beberapa campuran komposisi kampas rem antara ampas tebu, phenolic resin, barit, serbuk aluminium, dan arang. Dengan komposisi resin sebesar 10, 20, dan 30%, komposisi barit 30, 35, dan 40%, dan komposisi ampas

25 31 tebu antara 15 sampai dengan 45%. Dilakukan pengujian kekerasan, keausan, topografi permukaan, pengembangan ketebalan, dan uji koefisien gesek untuk mengetahui karakteristik dari kampas rem yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ampas tebu, kadar resin, dan kadar barit mempengaruhi karakteristik dari kampas rem yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar ampas tebu akan mengurangi kekerasan, meningkatkan keausan, pengembangan ketebalan, dan koefisien gesek kampas rem. Semakin tinggi kadar resin dan barit akan meningkatkan kekerasan, mengurangi keausan, pengembangan ketebalan, dan koefisien gesek kampas rem. Berdasarkan perhitungan ekonomi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan industri kampas rem berbahan dasar ampas tebu dan serbuk aluminium ini sangat layak untuk dilakukan. Santoso (2012) melakukan penelitian tentang pemanfaatan campuran serbuk tempurung kelapa, aluminium sebagai material alternatif kampas rem sepeda motor non asbestos yang bertitik pada komposisi dan dengan pengujian kekerasan dan uji gesek atau keausan dari bahan kampas rem. Pada penelitiannya menggunakan komposisi serbuk tempurung kelapa 20%, serbuk aluminium (Al) 40%, resin 40% memiliki angka yang paling mendekati dengan kampas rem pembanding yaitu kampas rem non asbestos keluaran indoparts. Komposisi serbuk tempurung kelapa 20%, serbuk aluminium (Al) 40%, resin 40% memiliki angka keausan 0, mm 2 /kg. Komposisi serbuk tempurung kelapa 20%, serbuk aluminium 40%, resin 40% memiliki angka kekerasan 16,8 kgf/mm 2. Disamping itu pada campuran 10% serbuk tempurung kelapa sampel yang digunakan terlalu lunak dan campuran 50% serbuk tempurung kelapa sampelnya terlalu keras sehingga dapat merusak piringan cakram. Jika dilihat dari struktur makronya pada komposisi 20% dan 30% merupakan yang paling optimal dibandingkan komposisi yang lain. Dalam laporannya menyatakan bahwa semakin banyak komposisi serbuk tempurung kelapa dan semakin sedikit serbuk aluminium (Al) maka nilai kekerasannya semakin tinggi sedangkan nilai keausannya semakin rendah.

26 32 Hanung Fredianto (2015) melakukan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Santoso (20120 dimana penelitian ini berupa pengujian kampas rem non asbestos komposit serbuk tempurung kelapa yang membuat variasi campuran komposisi serbuk tempurung kelapa, aluminium (Al) dan resin epoksi dengan tujuan mencari komposisi bahan campuran yang mendekati performansi pengereman dengan kampas rem pembanding yaitu kampas rem non asbestos keluaran indoparts. Dalam penelitian ini menggunakan alat penguji performansi pengereman berupa prony brake, di dalam laporannya dikatakan bahwa variasi komposisi bahan kampas rem berpengaruh terhadap nilai performansi pengereman dan komposisi paling optimal yang didapatkan adalah 30% serbuk tempurung kelapa, 30% serbuk aluminium dan 40% resin epoksi dengan koefisien gesek paling tinggi dibandingkan spesimen yang lain yaitu 0,489 serta komposisi tersebut mendekati koefisien gesek kampas rem indoparts sebesar 0,378. Berdasarkan beberapa penelitian diatas maka penulis mencoba membuat penelitian lanjutan bahan kampas rem yang terbuat dari serbuk tempurung kelapa sebagai alternatif pengganti bahan serat dan serbuk aluminium sebagai matriks serta polimer resin epoksi sebagai perekat antar matriksnya. Dengan digunakannya beberapa komposisi penyusun bahan kampas rem yang sama dengan penelitian Hanung Fredianto (2015) dengan mengganti subjek penelitian kampas rem sepeda motor dengan kampas rem mobil, diharapkan akan ditemukan hasil dari performansi pegereman yang sesuai atau mendekati standar yang sudah ditentukan, sehingga dapat dijadikan alternatif penggunaan kampas rem bagi penggunaan kendaraan khususnya mobil. C. Kerangka Berfikir Komposit merupakan kombinasi dari dua bahan atau lebih yang apabila digabungkan secara mikroskopis akan didapat suatu material yang baru. Dengan adanya penggabungan bahan dapat dihasilkan bahan yang memiliki sifat fisis yang lebih baik serta merupakan penggabungan sifat-sifat bahan penyusunnya. Salah satu unsur penyusun komposit adalah harus adanya serat/filler. Serat/filler dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan

27 33 beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dengan kekuatan pembentuknya. Serat/filler ini juga yang menentukan karakteristik komposit seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen komposit kampas rem, unsur penyusun komposit kampas rem selain serat juga ada unsur pengisi dan pengikat. Serat/filler yang digunakan dalam komposit kampas rem ini di dapat dari serat alam yaitu serbuk tempurung kelapa kemudian untuk pengisi digunakan aluminium (Al) yang berfungsi sebagai zat abrasif, dan pengikat digunakan polimer resin epoksi. Untuk serbuk tempurung kelapa dan aluminium (Al) yang akan digunakan adalah serbuk yang sudah diayak dengan ukuran 60 mesh. Setelah proses pengayakan dilakukan, selanjutnya melakukan penimbangan, pencampuran, lalu dicetak dan dikompaksi dengan tekanan 5000 kg selama 15 menit. Setelah dikompaksi langkah selanjutnya memasukkan spesimen ke dalam oven untuk proses sintering dengan suhu 180 o C selama 30 menit. Variasi pada penelitian ini dengan mengubah variasi serbuk tempurung kelapa dan serbuk Aluminium sedangkan resin dibuat tetap yaitu 40%. Serbuk tempurung kelapa divariasikan 20%, 30%, 40% dan serbuk aluminium 40%, 30%, 20% seperti tabel berikut : Tabel 2.2. Variasi Komposisi Resin Epoksi Serbuk Tempurung Kelapa Serbuk Aluminium 40% 20% 30% 40% 40% 30% 20%

28 34 Gambar Kerangka Berfikir Keterangan : X : Variasi komposisi kampas rem X1 : Komposisi I (Serbuk tempurung kelapa 20%) X2 : Komposisi II (Serbuk tempurung kelapa 30%) X3 : Komposisi III (Serbuk tempurung kelapa 40%) Y : Nilai Koefisien Gesek Bahan serat pengisi dan pengikat memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga dengan melakukan variasi komposisi bahan kampas rem akan di dapatkan hasil yang berbeda-beda. Dari hasil tersebut diharapkan didapat kampas rem yang optimal. Setelah dilakukannya penelitian ini, maka hasil dari penelitian ini akan disusun dan dapat dijadikan untuk referensi tambahan untuk penelitian yang relevan terkait komposit kampas rem non asbestos berbahan serat alam. D. Hipotesis Penelitian Meninjau dari rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki hipotesis dari penelitian ini, yang diantaranya: 1. Terdapat pengaruh variasi komposisi kampas rem non asbestos berbahan serbuk tempurung kelapa terhadap besar performansi pengereman yang dihasilkan. 2. Terdapat komposisi campuran pada variasi komposisi kampas rem non asbestos berbahan serbuk tempurung kelapa yang diduga mempunyai performansi pengereman yang mendekati nilai standar dari kampas rem nissin.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan penelitian yang berbeda tempat pelaksanaannya. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi ramah lingkungan semakin serius dikembangkan oleh negaranegara di dunia saat ini. Hal ini menjadikan suatu tantangan yang terus diteliti oleh pakar-pakar untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan saat ini serta kondisi semakin terbatasnya bahan tambang khususnya logam juga mengakibatkan harga bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di: a. Pembuatan mesin prony brake dilakukan di Bengkel Las dan Bengkel Pemesinan, Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK TEMPURUNG KELAPA Hanung Fredianto, Ranto, Yuyun Estriyanto Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin banyaknya industri pembuatan produk dari logam. belakangan ini, sehingga berdampak besar menghasilkan limbah serbuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin banyaknya industri pembuatan produk dari logam. belakangan ini, sehingga berdampak besar menghasilkan limbah serbuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin banyaknya industri pembuatan produk dari logam belakangan ini, sehingga berdampak besar menghasilkan limbah serbuk logam dari proses produksi tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT IV.1 Pemilihan Material Penyusun Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa material penyusun dari rem komposit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif. dapat di jadikan solusi untuk masalah ini, Material komposit dapat

BAB I PENDAHULUAN. menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif. dapat di jadikan solusi untuk masalah ini, Material komposit dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi industri di indonesia, dan jumlah kendaraan bermotor di indonesia, kebutuhan akan produk material otomotif juga semakin

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta PENGARUH KOMPOSISI SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KOEFISIEN GESEK DAN TEMPERATUR GESEK PADA BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN DARI KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA SERBUK TEMBAGA FIBERGLASS DENGAN MATRIK PHENOL Pramuko

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS

PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS PENGARUH VARIASI BAHAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIS KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN DASAR FIBERGLASS, SERBUK ALUMUNIUM, SERBUK TEMBAGA DAN RESIN PHENOLIC Pramuko Ilmu Purboputro, Rahmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor mengembangkan kemampuan performa mesin dan teknologi. yang mendukungnya kian pesat. Saat ini perkembangan itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. motor mengembangkan kemampuan performa mesin dan teknologi. yang mendukungnya kian pesat. Saat ini perkembangan itu sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang otomotif, para produsen pembuatan sepeda motor mengembangkan kemampuan performa mesin dan

Lebih terperinci

Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem

Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem Tarsono Dwi Sutanto 1, Ahmad Azis 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY Ahmad Syafruddin Zohri 1, Nasmi Herlina Sari 2, Sujita 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Email : syafruddinzohri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan lokasi dimana informasi diperoleh untuk menyatakan kebenaran penelitian. Yang beralamatkan di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat. berkembang cepat dan berpengaruh serta berdampak baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat. berkembang cepat dan berpengaruh serta berdampak baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat berkembang cepat dan berpengaruh serta berdampak baik bagi perkembangan kehidupan manusia dalam segala

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material konvensional yang ada telah berkembang dengan sangat. pesat dan semakin banyaknya tipe, merk, dan jumlah kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. material konvensional yang ada telah berkembang dengan sangat. pesat dan semakin banyaknya tipe, merk, dan jumlah kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan material-material baru pada industri otomotif untuk mendapatkan material dengan sifat yang lebih baik dari material konvensional yang ada telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah. juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah. juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan semakin beragamnya tipe, merk, dan jumlah transportasi di Indonesia, kebutuhan akan produk material otomotif juga semakin besar. Dengan makin tidak menentunya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER Disusun : ANDESKA WIJAYA NIM : D200050180 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposit Komposit merupakan salah satu jenis material teknik yang pada umumnya terdiri atas bahan penguat (reinforce) dan pengikat (matriks) (Callister, 2006). Komposit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rem merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan atau menghentikan sebuah benda atau kendaraan yang bergerak. Salah satu jenis rem yaitu rem gesek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa atom 26, 9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 dapat meluruhkan sinar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini 42 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini dilakukan di : 1. Pembuatan spesimen kampas rem berbahan ( fly

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN Pramuko Ilmu Purboputro, Rahmat Kusuma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia otomotif yang semakin berkembang menuntut perubahan agar alat transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar melainkan juga pada tingkat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RESIN EPOXY DAN RESIN POLYESTER SEBAGAI BAHAN MATRIK PEMBUATAN KAMPAS REM

PENGGUNAAN RESIN EPOXY DAN RESIN POLYESTER SEBAGAI BAHAN MATRIK PEMBUATAN KAMPAS REM TUGAS AKHIR PENGGUNAAN RESIN EPOXY DAN RESIN POLYESTER SEBAGAI BAHAN MATRIK PEMBUATAN KAMPAS REM Disusun : TRI MAULANA SIDIQ NIM : D200 050 159 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN Pramuko Ilmu Purboputro 1, Bambang Waluyo F. 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

VARIASI UKURAN TERHADAP KEKERASAN DAN LAJU KEAUSAN KOMPOSIT EPOXY ALUMUNIUM-SERBUK TEMPURUNG KELAPA UNTUK KAMPAS REM

VARIASI UKURAN TERHADAP KEKERASAN DAN LAJU KEAUSAN KOMPOSIT EPOXY ALUMUNIUM-SERBUK TEMPURUNG KELAPA UNTUK KAMPAS REM VARIASI UKURAN TERHADAP KEKERASAN DAN LAJU KEAUSAN KOMPOSIT EPOXY ALUMUNIUM-SERBUK TEMPURUNG KELAPA UNTUK KAMPAS REM FX. Kristianta 1, Ario Kristian I T 2, Imam Sholahuddin 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BAMBU SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BAMBU SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BAMBU SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL Aditya Eko Saputro, Ranto, Yuyun Estriyanto Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UNS.

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua kini semakin gencar. Belum genap dua bulan setelah memproduksi merek terbaru, kini telah dikeluarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilaboratorium Material Teknik Mesin Universitas Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia Depok. B. Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM NON ASBES TERBUAT DARI KOMPOSIT POLIMER SERBUK PADI DAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM NON ASBES TERBUAT DARI KOMPOSIT POLIMER SERBUK PADI DAN TEMPURUNG KELAPA ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM NON ASBES TERBUAT DARI KOMPOSIT POLIMER SERBUK PADI DAN TEMPURUNG KELAPA Suhardiman 1, Mukmin Syaputra 2 1,2 Jurusan Teknik MesinPoliteknik Negeri Bengkalis E-mail 1 : Suhardiman@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BONGGOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BONGGOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT BONGGOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM MOBIL Ryan Bagas Wicaksono, Ranto, Yuyun Estriyanto Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER Disusun : EDY SYAHPUTRA D 200 050 006 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi. konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup.

I. PENDAHULUAN. kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi. konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi otomotif yang begitu pesat memerlukan material teknik dan cara produksi yang tepat untuk mewujudkan sebuah produk berkualitas, harga

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah

Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah Pramuko Ilmu Purboputro 1 1 Jurusan Teknik Mesin UMS Email: pip272@ums.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI Pramuko Ilmu Purboputro 1, Rahmat Kusuma 2 1 2 Jurusan

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. Teknologi proses produksi secara umum : - Serbuk dipadatkan (di compressed/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pengecoran casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN REM 4.1 PENGERTIAN PERAWATAN Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH Pramuko Ilmu Purboputro Department of Mechanical Engineering, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap korosi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin, 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan laboratorium uji material Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komposit merupakan hasil penggabungan antara dua atau lebih material yang berbeda secara fisis dengan tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat lebih

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan karet sekarang ini semakin berkembang. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Karbon Pada Karakteristik Kampas Rem Komposit Serbuk Kayu

Pengaruh Penambahan Karbon Pada Karakteristik Kampas Rem Komposit Serbuk Kayu Pengaruh Penambahan Karbon Pada Karakteristik Kampas Rem Komposit Serbuk Kayu Siska Titik Dwiyati, Ahmad Kholil, Fickri Widyarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

Gambar 3.2 Resin Polyester

Gambar 3.2 Resin Polyester BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan yang digunakan 1. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa yang digunakan untuk pembuatan kampas rem adalah Tempurung kelapa yang kering dan yang sudah tua. Serbuk Tempurung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM

KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM digilib.uns.ac.id 1 KAJI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM KOMPOSIT SERBUK BONGGOL JAGUNG SEBAGAI SUPLEMEN MATERI KAJIAN MATA KULIAH KOMPOSIT DI PRODI PTM JPTK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN bawah ini. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada kedua bagan di Gambar 3.1 Proses Pembuatan bahan matriks Komposit Matrik Logam Al5Cu 27 28 Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Komposit a. Pengertian Komposit Komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Kata komposit (composite) berasal dari kata to compose

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh METALURGI SERBUK By : Nurun Nayiroh Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PROSENTASE SERBUK ARANG BATOK KELAPA BERMATRIK POLYESTER PADA KOMPOSIT BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR

PENGARUH PROSENTASE SERBUK ARANG BATOK KELAPA BERMATRIK POLYESTER PADA KOMPOSIT BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PROSENTASE SERBUK ARANG BATOK KELAPA BERMATRIK POLYESTER PADA KOMPOSIT BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR Makalah Seminar Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alumunium adalah salah satu logam berwarna putih perak yang termasuk dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm- 3. Jari-jari atomnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN CAMPURAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA-ALUMINIUM SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR NON-ASBESTOS

STUDI PEMANFAATAN CAMPURAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA-ALUMINIUM SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR NON-ASBESTOS STUDI PEMANFAATAN CAMPURAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA-ALUMINIUM SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR NON-ASBESTOS Santoso, Yuyun Estriyanto, Danar Susilo Wijayanto Prodi. Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di kitab suci Al Quran sudah membahas tentang berbagai unsur kimia seperti besi, emas, tembaga dll. Disini akan membahas ayat kitab suci Al Quran tentang unsur tersebut.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PEMBUATAN KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI SERAT KELAPA PADA KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK

TINJAUAN PEMBUATAN KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI SERAT KELAPA PADA KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK TINJAUAN PEMBUATAN KOPLING GESEK SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI SERAT KELAPA PADA KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK Pramuko Ilmu Purboputro 1, Rahmat Kusuma 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat. Penelitian ini akan di lakukan di Kampus STIPAP Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1. No Tabel 3.1. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Teknologi Produksi Pelat Komposit Kanvas Rem Cakram 5.1.1. Peralatan produksi (kompaktor) komposit kanvas rem cakram Luaran yang ditargetkan pada peneitian Tahun 1 ini yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin. berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin. berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini yang semakin berkembang diberbagai bidang terutama dalam bidang otomotif, memicu para produsen perakitan kendaraan bermotor untuk

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci