KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA"

Transkripsi

1 KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) RINI ANDRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul : Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Maret 2008 Rini Andriyani F ii

3 ABSTRACT RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member. The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers welfare. The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group. The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment. As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the breakeven point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp , while the actual sale was kg or Rp This shows that the group has passed the breakeven point, and gained profit. The internal factor of 2.783, and the external matrix of put the group performance in the Hold and Maintain position (quadrant V). Based on the SWOT matrix, some alternative strategies can be implemented by integrating internal and external environment, which are 1) managerial skills, 2) marketing, 3) partnership, and 4) finance. iii

4 RINGKASAN Rini Andriyani. Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota. Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi. KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan. iv

5 Hasil analisis kelayakan investasi menunjukkan bahwa titik impas KTIMJ adalah 423 kg ikan per bulan atau Rp , sedangkan penjualan aktual yang telah dicapai kelompok adalah atau Rp Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ. Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain, artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya. Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2) pemasaran, (3) kemitraan, (4) dan keuangan. v

6 KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) RINI ANDRIYANI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 vi

7 Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) : Rini Andriyani : F : Industri Kecil Menengah Disetujui, Komisi Pembimbing Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota Mengetahui, Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah Dekan Sekolah Pascasarjana Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 19 Maret 2008 Tanggal Lulus : vii

8 PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir. 2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini. 3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi. 4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan akhir ini selesai. 5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do a restu, dukungan dan semangat. 6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, Maret 2008 Penulis viii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus pada tahun Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak tahun Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja sebagai PNS di DKP. ix

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... v vi vii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... C. Tujuan II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil B. Kelompok C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro D. Deskripsi Umum UKM Perikanan E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data C. Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum B. Hal Yang Dikaji C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT D. Implementasi Strategis E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi perikanan budidaya pada tahun Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal Matriks IFE/EFE Matriks SWOT Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi Hasil uji kelayakan usaha Faktor-faktor strategik internal Faktor-faktor strategik eksternal Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Matriks IE Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ Tempat pembenihan ikan Keramba jaring apung KTIMJ Susunan pengurus KTIMJ Matriks IE strategi KTIMJ xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Laporan Keuangan KTIMJ Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani Laba usaha KTIMJ dari retribusi Data penjualan pakan KTIMJ Data hasil retribusi KTIMJ Kuesioner xiii

14 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar km dan jumlah pulau lebih dari buah, Indonesia memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah maupun spesies. Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah ikan. Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri, 2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk penjualan, tabungan ataupun pembuatan rencana usaha.

15 2 Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal. Sehubungan dengan itu, pembangunan ekonomi Indonesia harus dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar domestik. Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih jauh. Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton) Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, No Komoditas Kenaikan / th (%) 1. Udang ,67 2. Rumput Laut ,34 3. Nila ,98 4. Kerapu ,00 5. Bandeng ,94 6. Patin ,15 7. Lele ,94 8. Gurame ,40 9. Mas , Lainnya ,08 Jumlah ,08 Sumber : DKP 2006 a.

16 3 Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya dengan konstruksi kolam pemeliharaan yang berpengaruh terhadap ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan baik (DKP, 2004 b ) Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional. Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b ). Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP, 2006 b ).

17 4 Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten, yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul (DKP, 2004 a ). Program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a ). Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2, maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh kelompok tani ikan Mekar Jaya. Tabel 2 Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya untuk periode 1 tahun No Jenis Usaha 1. Usaha Budidaya Ikan Mas Sistem Kolam Air Deras 2. Usaha Budidaya Ikan Nila 3 Usaha Budidaya Ikan Mas dalam Keramba Jaring Apung 4. Usaha Budidaya Ikan Nila dalam Keramba Jaring Apung Sumber : DKP, 2006 c. Skala Produksi (Kg/satuan waktu) Kebutuhan Modal Investasi (1 tahun) (Rp.1.000) Modal Kerja (1tahun) Propinsi Kg 3.600, ,00 Jawa Barat Kg , ,00 NTT Kg , ,50 Jawa Barat Kg 7.906, ,00 Jawa Barat

18 5 Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui, maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang berlokasi di Lido, Bogor. Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya. Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk diadakan pembinaan. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya dengan program SMK dari DKP? 2. Apakah program SMK berdampak terhadap keberhasilan KTIMJ?

19 6 3. Apakah usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang dipersyaratkan pada umumnya? 4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok? C. Tujuan 1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program SMK dari DKP 2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ 3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ 4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

20 7 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan hasilhasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor perdagangan lebih dari 98%, di sektor transportasi lebih dari 99%. Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan pedagang kaki lima. Sedangkan UK tradisional adalah usaha yang

21 8 menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005). 1. Karakterisitik UK Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut : a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi c. Modal terbatas d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang. f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat terbatas. g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya kelemahankelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan pendanaan atau modal usaha. 2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri manufaktur, tingkat produktivitas industri kecil dan industri rumah tangga

22 9 terhadap pembentukan total nilai tambah di sektor tersebut atau Produk Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah dibandingkan dengan industri menengah dan besar. Permasalahan yang dihadapi UK disebabkan hal berikut : a. Managerial skill Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usahanya. b. Pemasaran Permasalahan UK pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu permasalahan persaingan pasar dan produk, akses terhadap informasi pasar dan kelembagaan pendukung usaha kecil. Permasalahan tersebut dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan internal maupun eksternal. c. Kemitraan Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang merupakan manifestasi hubungan patron-klien. d. SDM Permasalahan UK yang menyangkut SDM terkait dengan struktur organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan kemampuan manajerial pengusaha. e. Keuangan Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan pengusaha kecil sulit melakukan perhitunganperhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.

23 10 Dalam memperoleh progam SMK, kelompok pembudidaya ikan mendapat pembinaan dan pelatihan dari DKP. Pelatihan yang dilaksanakan berorientasi untuk pengembangan kelompok, yaitu meningkatkan kemampuan manajerial anggota kelompok yang meliputi kewirausahaan bagi pemula, marinepreneurship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis dan pemasaran, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha, manajemen kelompok dan pelaporan keuangan. 3. Upaya Pengembangan UK UU no. 9/1995 tentang UK pasal 14 merumuskan bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan UK dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran; sumberdaya manusia (SDM); dan teknologi Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, antara lain : a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di Kota/Kabupaten. b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing. c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor). d. Berbasis bahan baku domestik. e. Substitusi impor. Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan UKMK adalah : a. Tahap pertama : 1) Penumbuhan iklim usaha kondusif. 2) Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.

24 11 3) Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. 4) Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan. b. Tahap kedua : 1) Dukungan penguatan. 2) Peningkatan mutu SDM UKMK. 3) Peningkatan penguasaan teknologi. 4) Peningkatan penguasaan informasi. 5) Peningkatan penguasaan modal. 6) Peningkatan penguasaan pasar. 7) Perbaikan organisasi dan manajemen. 8) Pencadangan tempat usaha. 9) Pencadangan bidang-bidang usaha. Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan UK, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi, khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk. Pengembangan UK menurut Haryadi (1998) adalah : 1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UK. 2. Mewujudkan UK menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional. 3. Mendorong UK agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan. Menciptakan bentuk-bentuk

25 12 kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UK dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting untuk meniciptakan iklim kondusif bagi perkembangan UK, sehingga perkembangan UK pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian nasional. 4. Manajemen dalam usaha kecil Manajemen merupakan seni yang dapat dipergunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun, karena dalam setiap kegiatan akan terdapat unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (Hubeis, 2007). Atas dasar hal tersebut, maka praktek-praktek manajemen dapat dilakukan di berbagai bidang ataupun fungsi yang ada dalam suatu usaha. Fungsi manajemen dalam industri kecil sama dengan ilustrasi pada umumnya, yang dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) adalah perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijelaskan di dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. b. Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memikirkan, memperhitungkan dan menyediakan segala sesuatunya, untuk membuka suatu kemungkinan, agar rencana yang telah ditentukan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan baik c. Pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi manajemen yang merupakan penggabungan dari beberapa fungsi manajemen lain. Dalam praktek, fungsi actuating dilaksanakan dalam bentuk lima subfungsi manajemen yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengarahan atau penjelasan, memotivasi dan penyediaan sarana dan kemudahan. d. Pengawasan (Controlling) adalah keseluruhan kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

26 13 Sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima M, yaitu (a) man, (b) money, (c) material, (d) methods dan (e) market. 5. Kegagalan dan Keberhasilan UK Menurut Griffin dan Ebert (2006) berdasarkan survei terhadap UK di Amerika, 63% dari bisnis baru tidak akan merayakan ulang tahun keenamnya. Dalam hal ini, ada 4 faktor umum yang mempengaruhi kegagalan UK, yaitu : a. Manajerial yang tidak kompeten b. Kurang memberi perhatian c. Sistem kontrol yang lemah d. Kurangnya modal Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan UK meliputi 4 faktor dasar yaitu : a. Kerja keras, motivasi dan dedikasi b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan c. Kompetensi manajerial d. Keberuntungan. Kenyataan yang terjadi seperti di atas sungguh merupakan hal kontras, dimana mencapai keberhasilan memerlukan suatu usaha yang selain secara ilmiah dapat dipelajari dan dilaksanakan, ternyata juga memerlukan suatu dasar lain, yaitu keberuntungan, yang tidak setiap orang dapat memperolehnya. B. Kelompok Suatu kelompok didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari dua orang atau lebih individu, yang saling berinteraksi satu sama lain, sama-sama bergabung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sofyandi dan Barni, 2007). Schein (1979) mengatakan bahwa kelompok yang mempunyai ikatan psikologis adalah sejumlah orang yang saling berhubungan, saling memperhatikan dan menerima kenyataan sebagai suatu kelompok. Senada dengan defiinisi di atas, menurut Duncan, suatu kelompok terdiri dari dua

27 14 orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu. 1. Kemandirian Kelompok Kemandirian kelompok akan terbentuk secara baik bila kegiatan pertemuan rutin kelompok dilakukan dengan tingkat kehadiran yang tinggi dari anggota dan setiap permasalahan serta pencapaian tujuan efisiensi aspek usaha yang dikembangkan dilakukan dalam suatu pengelolaan organisasi kelompok. Kemandirian kelompok juga ditunjukkan dengan adanya AD/RT kelompok yang akan selalu disepakati untuk tujuan kebersamaan. Kelompok Pembudidaya ikan Mekar Jaya telah menunjukkan kemandirian kelompok yang sangat bagus, dengan melakukan pertemuan rutin kelompok. 2. Profil Kelompok Profil kelompok merupakan suatu pendekatan yang baik untuk menilai eksistensi kelompok secara nyata. Kondisi umum dan khusus dari kelompok, aktifitas budidaya, fasilitas sarana dan prasarana, produksi yang dihasilkan dan aspek pemasaran, serta pengelolaan keuangan kelompok akan tergambarkan secara jelas. Profil kelompok dalam bentuk sederhana adalah sama dengan berdirinya koperasi, yaitu adanya AD/RT kelompok dan pengembangan dari AD/RT kelompok dapat memberikan informasi detail dari setiap kegiatan usaha kelompok. Profil kelompok akan menjadi kekuatan kelompok dalam mengakses pasar dan permodalan dari lembaga keuangan formal. 3. Catatan Dalam Pembukuan Kelompok Catatan dalam pembukuan keuangan kelompok merupakan catatan pengelolaan keuangan yang terkait dengan aliran keuangan kelompok, baik modal, harta, piutang dan catatan pemberian dan pengembalian dana SMK yang dipinjamkan kepada anggota, serta catatan dalam rekening kelompok di Bank. Catatan pembukuan keuangan kelompok akan menjadi sangat penting dalam mendukung data pengelolaan keuangan kelompok

28 15 secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh akses ke perbankan formal. C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah. Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna memperoleh pembiayaan usahanya. Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan pendekatan Grameen Bank. 1. Grameen Bank Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, seorang profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong, Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut (DKP, 2004 c ).

29 16 Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan. Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun Pada tahun 1979 dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan, dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. 2. Mikro Mitra Mina Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan atau tabungan (wajb dan sukarela) sebagai suatu komponen yang tidak terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas uang (informal money lenders) yang banyak beroperasi di wilayah pesisir (DKP, 2004 c ).

30 17 3. Skim Modal Kerja Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a ). D. Deskripsi Umum UKM Perikanan UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun sebesar 86% bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sementara hanya 9% pengusaha menengah yang bergerak di lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi sasaran pembangunan nasional (Anoraga, 2005). Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia bisnis. Bermacam kebijakan sedang dilakukan pemerintah untuk memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya masingmasing. Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang galah merupakan komoditas yang paling menjanjikan untuk tujuan di atas

31 18 dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan, lahan/kolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dan dinas terkait. Komunikasi lintas sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai (DKP, 2006 a ). E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja. Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006, (FAO, 2006) menyatakan bahwa 45,5 juta ton (43%) ikan yang dikonsumsi berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9%. Produksi dunia ikan hasil budidaya dan ikan hasil tangkapan di laut serta perairan

32 19 umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 % dikonsumsi manusia (FAO, 2006). Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun 2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik (Warta Budidaya, 2005). Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya. Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa dukungan penuh dari pemerintah untuk pengembangan industri budidaya,

33 20 maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan ikan pada 25 tahun mendatang (Deptan, 1999). Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya. Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, hatchery (pembenihan), industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es, dan sebagainya); dapat mengatasi kemiskinan penduduk; tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam rangka ketahanan pangan nasional (DKP, 2006 a ). Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik, dengan kegiatan pokok intesifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan ekonomi nasional, kebijakan yang akan ditempuh adalah melalui pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya. Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya (INBUD) Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi benih dan pengembangan Balai Benih Ikan Sentral/Lokal (DKP, 2006 a ).

34 21 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan waktu 1. Lokasi kajian Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kelompok petani ikan di Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor sebagai penerima Progam Skim Modal Kerja. 2. Waktu Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu bulan Agustus hingga Oktober B. Pengumpulan data 1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan bagian pemasar ikan. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada setiap anggota yang berjumlah 20 orang, namun terdapat 9 anggota yang tidak aktif, sehingga jumlah contoh yang diteliti berjumlah 11 responden, yang dianggap sebagai pakar praktisi. 2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. C. Pengolahan dan Analisis data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data adalah : 1. Metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi profil kelompok, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pakan ikan, pembenihan dan pendederan ikan nila. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan kelompok usaha pesaing di bidang pembudidayaan ikan nila. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data, editing data, pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif.

35 22 Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Aspek analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi, disamping analisa tekno-ekonomi seperti nilai investasi, anggaran yang direncanakan, arus kas, nilai penjualan, rugi/laba dan Return on Investment (ROI), serta Analisis kegiatan usaha dengan berbagai kriteria (Giatman, 2006) yaitu : a. Laba usaha. Yang diperhitungkan adalah keuntungan kotor yang diperoleh untuk kegiatan budidaya selama 1 periode tanam, yaitu selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya tidak tetap dan biaya tetap). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan setelah dikurangi bunga pinjaman 15% efektif Laba = Pendapatan total biaya b. Kelayakan usaha (B/C) Ratio Kelayakan usaha yang ditentukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila nilai B/C ratio< 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan. Kelayakan usaha = Pendapatan Total biaya c. Titik impas usaha (BEP) Titik impas usaha (Break Event Point atau BEP) terbagi 2 jenis analisis, yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi ekor ikan tertentu dan (2) Titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga produk tertentu per kg ikan.

36 23 BEP Produksi = Total biaya Harga satuan produk BEP harga Produksi = Total biaya Total produksi d. Pengembalian modal Modal yang dikeluarkan sebagai modal biaya untuk usaha akan kembali dalam waktu berapa kali periode panen yang merupakan perbandingan antara total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dengan laba bersih. Pengembalian Modal = Total biaya Laba bersih e. Efisiensi Modal Keuntungan yang diperoleh dalam usaha dapat mencapai presentase tertentu dari total biaya yang dikeluarkan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dikalikan 100%. Efisiensi modal = Laba bersih X 100 % Total biaya f. Daya laba (ROI) Perhitungan jangka waktu pengembalian investasi yang dapat dikembalikan berdasarkan laba yang diperoleh. Daya laba = Laba bersih x 100 % Total investasi

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor) RINI ANDRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil

II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil 7 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha

Lebih terperinci

Manajemen IKM, Februari 2011 (9-19) Vol. 6 No. 1 ISSN

Manajemen IKM, Februari 2011 (9-19) Vol. 6 No. 1 ISSN Manajemen IKM, Februari 2011 (9-19) Vol. 6 No. 1 ISSN 2085-8418 Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja di Kelompok Tani Ikan Mekar

Lebih terperinci

2007. Dasar-Dasar Manajemen Industri. Inti Prima, Jakarta Kadariah, L. Karlina dan C. Gray Pengantar Evaluasi Proyek.

2007. Dasar-Dasar Manajemen Industri. Inti Prima, Jakarta Kadariah, L. Karlina dan C. Gray Pengantar Evaluasi Proyek. 96 DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 2004 Manajemen Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.. 2005 Pengantar Bisnis : Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi. Rineke Cipta, Jakarta. Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali

Lebih terperinci

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK Ronald

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA Oleh AIDI RAHMAN H 24066055 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI Antung Deddy Radiansyah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii RINGKASAN H. Antung Deddy R. Analisis Keberlanjutan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN. Bogor, Januari Martha Prasetyani

SURAT PERNYATAAN. Bogor, Januari Martha Prasetyani ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PERUSAHAAN PELATIHAN MATHMAGIC, STUDI KASUS PADA LEMBAGA PELATIHAN MATEMATIKA YAYASAN RUMAH AKAL DI BUKIT CIMANGGU, BOGOR MARTHA PRASETYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi ketahanan pangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia yang bertujuan dan memberi harapan kepada perbaikan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM KATA PENGANTAR Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km 2 dan mempunyai potensi serta keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan masyarakat, hal ini karena wilayah laut diyakini memiliki potensi sumberdaya yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi Kebijakan Perikanan Budidaya Riza Rahman Hakim, S.Pi Reflection Pembangunan perikanan pada dasarnya dititikberatkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya Pada dekade 80-an perikanan budidaya mulai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI

MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo Penyuluh Perikanan Madya Pusluh KP BPSDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP STRATEGI PEMASARAN TEH HERBAL DI KOTA BOGOR E. SRIVISHNU HERLAMBANG

KAJIAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP STRATEGI PEMASARAN TEH HERBAL DI KOTA BOGOR E. SRIVISHNU HERLAMBANG KAJIAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP STRATEGI PEMASARAN TEH HERBAL DI KOTA BOGOR E. SRIVISHNU HERLAMBANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan tangkap dan budidaya berperan penting dalam pencapaian tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi tingkat kelaparan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci