BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hartanti Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Start Sistem start pada suatu engine adalah suatu sistem untuk menghidupkan engine tersebut. Sistem start ini ada bermacammacam mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang rumit (kompleks) sesuai dengan besarnya daya dari engine tersebut (Davit&Kingsley, 1983). Untuk sistem yang sederhana biasanya instalasinya hanya simple, sebagai contohnya adalah sistem start yang dikick dengan kaki. Untuk contoh sistem start yang rumit adalah sistem start dengan menggunakan udara bertekanan yang membutuhkan instalasi dan peralatan seperti compressor, botol angin serta peralatan pendukung lainnya. Secara garis besar sistem start pada suatu engine dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu direct start dan indirect start Indirect Start Indirect start yaitu suatu sistem start dimana perlakuan yang dikenakan pada engine adalah di luar ruang bakar engine. Indirect start ini biasanya ada pada engine dengan daya yang tidak begitu besar. Jenis dari indirect start ini bermacam-macam yaitu ada yang ditarik dengan tali, diengkol dengan tangan, didorong (pada sepeda motor/mobil) atau memakai botol angin. Botol angin ini tidak digunakan untuk menekan piston di ruang bakar, melainkan untuk menggerakkan flywheel. Cara lain yaitu dengan menggunakan motor elektrik maupun hidrolis yang biasanya tegangannya berkisar 6 sampai 12 volt. (Davit&Kingsley, 1983) Indirect start ini biasanya yang mendapat perlakuan pada engine adalah bagian flywheel. Jika flywheel diputar maka secara otomatis piston juga akan ikut bergerak karena bagian flywheel terhubung dengan piston. Dengan bergeraknya piston dan adanya injeksi bahan bakar maka pembakaran dapat terjadi karena adanya kompresi. Pada diesel engine dapat terjadi pembakaran dengan 7
2 8 terpenuhinya segitiga api. Dengan tersedianya tekanan pembakaran yang cukup dengan adanya penginjeksian bahan bakar Direct Start Direct start adalah sistem start dimana perlakuan di engine ada di ruang bakar. Sistem ini diaplikasikan pada engine dengan daya yang besar, biasanya untuk engine yang ada di kapal. Sebenarnya indirect start juga bisa diaplikasikan pada engine dengan daya yang besar. Akan tetapi sistem ini menjadi tidak efektif dan tidak efisien karena instalasi dan dimensi dari sistem start ini membutuhkan space yang besar. Jika diaplilasikan di kapal, tentu saja hal ini tidak praktis. Sistem start di kapal diletakkan di engine room yang mempunyai space sangat terbatas. Aplikasi dari direct start ini juga menggunakan botol angin untuk menginjeksikan udara yang bertekanan ke dalam ruang bakar. Pada indirect start juga ada kasus yang sama yaitu penggunaan botol angin. Akan tetapi dalam aplikasinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara kedua sistem ini. Jika pada indirect start, botol angin ini digunakan untuk menggerakkan flywheel dan secara otomatis piston juga ikut bergerak karena terhubung dengan crankshaft. Sedangkan pada direct start, udara bertekanan langsung digunakan untuk menggerakkan piston dengan injeksi udara yang disimpan dibotol angin masuk ke engine melalui starting valve.(taylor,1996). Penginjeksian udara ke dalam piston pada setiap engine juga berbeda-beda tergantung dari starting valve pada engine tersebut. Jika starting valve hanya ada satu, sedangkan jumlah piston pada engine tersebut lebih dari satu maka sebelum start posisi silinder yang ada harus diatur. Misalkan saja penyetelan flywheel sebelum start seperti pada gambar seperti pada gambar 2.1. Suatu engine yang terdiri dari 5 silinder dan starting valve terdapat pada silinder nomor 1 maka setiap engine akan distart posisi piston nomor 1 harus pada posisi titik mati atas (TMA) pada langkah kompresi. Pengaturan
3 9 posisi TMA ini bisa dilakukan secara manual yaitu dengan memutar flywheelnya, pada setiap engine pasti sudah ada tandanya yang menyatakan bahwa silinder yang ada starting valvenya sudah pada posisi TMA. Gambar 2.1 Flywheel Jika pada suatu engine yang mempunyai banyak silider dan masing-masing silinder ada starting valvenya maka pada saat start tidak perlu adanya pengaturan posisi silindernya. Ketika engine dalam keadaan mati dan akan distart maka tinggal menekan tuas startnya saja karena penginjeksian udara sudah diatur secara otomatis oleh starting valve. Kondisi seperti ini seperti yang ada pada Main Engine Mitsui B&W yang ada di KM Caraka Jaya Niaga III-31 yang masing-masing silindernya ada starting valve tersendiri. Peralatan-peralatan yang ada untuk starting air system terdiri dari bermacam-macam yaitu seperti pada gambar 2.7. Penjelasan dari masing-masing item peralatan adalah sebagai berikut:
4 10 1. Distributor Distributor biasanya terdiri dari kumpulan pilot valve yang disusun secara seri. Biasanya pada masing-masing silinder ada satu saluran pilot valve. Pergerakan dari pilot valve ini digerakkan oleh camshaft. Gambar dari distributor adalah seperti gambar berikut : Gambar 2.2 Distributor 2. Botol angin Botol angin (tabung penyimpan udara) yang harus disediakan pada sistem start adalah 2 buah. Kapasitas yang harus disediakan untuk reversible diesel engine adalah 12 kali untuk start tanpa pengisian ulang dari kompressor. Dalam botol angin ini juga diletakkan safety valve untuk menghindari tekanan berlebih. Gambar 2.3 Botol angin
5 11 3. Kompressor Kompressor yang ada untuk sistem start pada umumnya berjumlah 2 buah. Kompressor ini harus mampu digunakan untuk mengisi botol angin dari kondisi kosong sampai penuh dalam waktu kurang dari 1 jam. Gambar 2.4 Kompressor 4. Automatic valve Automatic valve ini berfungsi untuk menghindari ledakan karena tekanan balik yang ada pada sistem. Valve ini juga terintegrasi dengan slow turn valve dan non return valve. Gambar dari valve ini secara terintegrasi adalah: Gambar 2.5 Automatic valve
6 12 6. Starting valve Lokasi dari starting valve ini berada silinder head. Tekanan dari botol angin akan dimasukkan ke engine melalui starting valve ini. Gambar dari starting valve ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.6 Starting valve Jika sistem ini digambarkan dalam diagram blok secara keseluruhan maka seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 2.7 Starting air system
7 Combustion Process Combustion proses adalah suatu tahapan pemampatan udara sampai proses expansi. Pada combustion process ini bahan bakar yang diinjeksikan akan mengalami beberapa proses yaitu adanya pemanasan, vaporize (pengkabutan), pencampuran dengan udara dan akhirnya terjadilah proses pembakaran. Kaitannya dengan sistem start engine, kualitas bahan bakar (grade dari bahan bakar) sangat menentukan proses starting ini(john &Robert, 2001). Pada diesel engine combustion process terdiri dari empat fase yang dimulai dengan compressi bahan bakar dan diakhiri dengan proses expansi. Fase dari combustion process bisa dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini. (Harrington, 1992) Gambar 2.8 Combustion process
8 14 Keterangan : 1. injection begins 2. combustion begins 3. steady combustion begins 4. injection ceases 5. combustion ends 6. exhaust blowdowns begins Penjelasan dari tiap fase/period dari gambar di atas adalah sebagai berikut: a. The ignition-delay period. Ignition delay period adalah fase yang antara terbukanya injector sampai dengan start pembakaran. Pada fase ini bahan bakar yang masuk mulai dikompressi dan diubahlah bahan bakar yang semula berbentuk cair menjadi vaporize (kabut). Dalam ignition delay period ini ada 2 jenis fase yang terjadi yaitu physical delay dan chemical delay. Pada physical delay adalah waktu perubahan bahan bakar dari fase cair menjadi gas. Sedangkan chemical delay adalah fase perubahan bahan bakar dari gas menjadi energi. Fase ini terjadi secara berurutan dari physical delay baru kemudian diikuti chemical delay. Fase ignition delay ini disesuaikan dengan kualitas dari bahan bakar. Bahan bakar yang mempunyai kualitas pembakaran yang rendah membutuhkan waktu ignition delay yang panjang. Pada fase ini berawal dari penginjectian bahan bakar sampai dengan dimulainya pengkompresian udara. b. The rapid-combustion period. Tahap ini adalah lanjutan dari proses ignition delay. Bahan bakar yang sudah tervaporisasi selanjutnya akan terbakar dengan cepat. Proses pembakaran ini terjadi karena adanya percampuran dengan udara dan adanya tekanan yang tinggi akibat adanya kompresi sehingga terjadilah proses pembakaran yang sangat cepat. Kompresi udara yang terjadi disini adalah kompresi maksimal yang ditimbulkan oleh pergerakan piston. Syarat
9 15 terjadinya pembakaran pada diesel engine adalah adanya tekanan dan suhu tertentu. c. The steady-combustion period. Steady combustion period adalah tahapan yang dimulai steady combustion begins dan berakhirnya combustion. Steady combustion period ini posisinya dimulai sebelum titik TDC. Berakhirnya tahapan ini setelah ada penutupan dari injector. d. The after-burning period Tahapan ini adalah berakhirnya pembakaran dan semua bahan bakar sudah terbakar semua. Selanjutnya tahapan ini adalah proses expansi. Pada tahapan inilah berbagai macam polutan yang dihasilkan pada waktu pembakaran dikeluarkan dari engine. (Harrington, 1992) Pada beberapa kasus, gambar dari combustion process ini bisa saja bergeser dari keadaan normalnya. Kemungkinan gambar tersebut bisa bergeser ke bawah ataupun gambar bisa bergeser ke atas dari gambar normal. Sebagai contohnya adalah seperti gambar berikut ini (Imare): 1. combustion process (terukur di engine) bergeser ke bawah dari gambar normal. Pergeseran gambar adalah seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 2.9 Combustion process 1
10 16 Kejadian ini bisa disebabkan berbagai hal antara lain : - Fuel injection terlambat - Tekanan bahan bakar yang terlalu rendah. - Kesalahan pada fuel valve - Kesalahan pada suction fuel pump - Bahan bakar yang jelek - Terlalu kecilnya pompa bahan bakar (Imare) 2. combustion process (terukur di engine) bergeser ke atas dari gambar normal penyebab dari bergesernya combustion process ke atas dari garis normal seperti pada gambar 2.9 adalah sebagai berikut: - fuel injection terlalu awal - Variable injection timing ada kesalahan. - Pompa bahan bakar yang digunakan terlalu besar. Gambar dari combustion process adalah seperti berikut : Gambar 2.10 Combustion process 2
11 17 3. combustion process (terukur di engine) bergeser ke bawah dari gambar normal sampai after burning. Penyebab dari bergesernya gambar combustion proses seperti pada gambar 2.10 adalah sebagai berikut: - Kebocoran pada silinder. - Terjadinya blow - Terjadinya kebocoran pada exhaust valve - Pada piston crown terjadi kerusakan akibat dari proses pembakaran - Rendahnya tekanan pada saat proses pembilasan,sehingga pembilasan tidak bisa terjadi secara sempurna. Combustion process yang mengalami pergeseran sampai proses after buring bisa dilihat seperti gambar di bawah ini Gambar 2.11 Combustion process 3
12 Reversible Engine Reversible engine adalah engine yang mempunyai dua putaran kerja, atau dengan kata lain putaran engine bisa dibolakbalik dari counter clock wise menjadi clock wise atau sebaliknya. Pada marine engine, ada tiga cara untuk membalik putaran enginenya. Yang pertama adalah sliding camshaft, yang kedua adalah reversing latch, dan yang ketiga adalah rotating camshaft (Davit&Kingsley, 1983). Uraian dari masing-masing cara akan dijelaskan seperti berikut: 1. Sliding camshaft. Sliding camshaft dapat dilakukan pada two stroke & for storke engine. Cara ini lah yang biasanya umum dilakukan. Rocker arm berhubungan secara konstan dengan cam, yaitu ahead cam dan astern cam. Perubahan putaran ini dilakukan ketika engine dalam keadaan mati yaitu dengan mendorong rocker armnya. Sedangkan cara rotating camshaft hanya terdapat pada engine two stroke. Untuk cara sliding camshaft dapat diilustrasikan seperti gambar 2.2 berikut ini (Davit&Kingsley, 1983) Gambar 2.12 Sliding Camshaft
13 19 Keterangan : 1. ahead cams 2. astern cams 3. one cam follower for each set of cams Pada saat engine beroperasi pada putaran maju, maka posisi camshaft berada pada titik nomor 1. Dimana untuk setelan air intake dan air starting seperti pada camshaft tersebut. Akan tetapi pada saat engine ingin beroperasi pada putaran balik maka prosisi camshaft ini akan digeser dari titik 1 ke titik 2.Dalam proses pergeseran ini biasanya menggunakan udara bertekanan. Setelah camshaft terletak pada no 2 maka timing dari air intake dan air starting valve jadi berubah karena setelan pada camnya berbeda. Posisi camshaft pada engine bisa dilihat pada gambar 2.12 seperti berikut: Gambar2.13 Pposisi cam 2. Reversing latch Cara kedua yaitu dengan memindahkan camshaft. Ilustrasi dari metode ini dapat dilihat pada gambar Pada pandangan samping gambar di atas terlihat adanya dua roller pada reversing latch. Camshaft dalam hal ini tidak bergerak, akan tetapi penguncinya menjadi terbalik. Dengan berpindahnya pengunci menjadi terbalik, roller mengikuti dengan cam. Dengan ikutnya cam, maka menggerakkan pushroad, hal ini terjadi di tengah-tengah reversing block sepanjang waktu. Kancing/ kunci pembalik ini dapat digerakkan secara manual ataupun dengan
14 20 hidrolis. Proses ini dapat ditemukan pada wo stroke engine ataupun four stroke engine.( Davit&Kingsley, 1983) Gambar2.14 Reversing Latch 3. Rotating camshaft Cara yang ketiga yaitu rotating camshaft adalah cara yang khusus untuk two stoke engine. Cam pada two stroke engine memungkinkan penggunaan cam fuel yang sama untuk pengoperasian putaran mundur dan putaran maju. Hal ini bisa dilakukan dengan perputaran pada camshaft yang artinya adalah memutar balik servomotor, digerakkan dengan penekanan lubricating oil yang dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini:
15 21 Gambar2.15 Rotating Camshaft Turning Mechanism Untuk memutar balik putaran engine, pengontrolan lubricating oil secara langsung dilakukan pada sisi rotary vane yang terhubung dengan camshaft. Tekanan dari oli ini akan melawan vane kemudian tenaga vane ini akan digunakan untuk memindahkan arc pada posisi astern. Arc ini dapat ditentukan dengan jumlah silinder pada suatu engine. Untuk memindahkan mesin pada posisi ehead lagi maka yang harus dilakukan adalah mengubah tekanan lubricating oil pada posisi ahead lagi. Cam udara start yang sama digunakan pada putaran maju dan putaran mundur dan juga penggunaan fuel cam harus sama. Hal ini hanya dimungkinkan jika keadaan cam adalah simetris. Untuk mencegah kebocoran oli dari rumah oli maka harus diberi seal.( Davit&Kingsley, 1983) Sebagai contoh reversible engine adalah engine Mitsui B&W 5S26MC yang terdapat pada kapal KM Caraka Jaya Niaga
16 22 III-31. Putaran normal/ putaran keseharian dari engine ini adalah searah dengan jarum jam. Putaran inilah yang membuat kapal bergerak maju. Sedangkan ketika engine berputar berlawanan arah jarum jam maka kapal akan bergerak mundur. Adapun data dari main engine adalah sebagai berikut Engine : Mitsui B & W Type 5S26MC Jenis : 2 stroke engine Jumlah silinder : 5 buah Daya : 2050 HP (MCR) Bore : 260 mm Stroke : 980 mm BMEP : kg/cm2 Putaran : 207 rpm ( MCR ) Adapun gambar dari Mitsui B&W 5S26 MC yang ada di KM Caraka Jaya Niaga III-31 adalah sebagai berikut: Gambar 2.16 Main engine KM Caraka JN III-31 Dalam pengoperasiannya engine ini bekerja dalam beberapa putaran kerja. Ketika kapal akan memasuki pelabuhan atau meninggalkan pelabuhan variasi putaran ini sering dipakai dalam proses manuvering kapal. Variasi ini bisa dalam keadaan
17 23 ahead (maju) ataupun astern (mundur). Berbagai macam variasi putaran engine ini dapat dilihat pada table 1.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Variasi Putaran Eengine KM Caraka III Fault Tree Analysis Fault tree analysis adalah suatu metode evaluasi keandalan sistem, khususnya digunakan pada sistem keselamatan (safety oriented system) dan secara umum digunakan untuk menganalisa sistem yang kompleks (Demitri, 2002). Pada awalnya metode ini dikembangkan sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi proses kegagalan sistem secara kualitatif. Pada perkembangan berikutnya, dengan algoritma tertentu, metode ini dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi keandalan secara kuantitatif. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962 oleh bell telephone laboratories dalam kaitannya dengan studi evaluasi keselamatan sistem peluncuran minuteman misile antar benua. (Demitri, 2002) Fault tree analysis dalam penyelesaiannya menggunakan beberapa logical gates untuk menghubungan antara satu kejadian (event) dan kejadian yang lain pada suatu sistem tersebut. Posisi puncak dari analysis ini disebut dengan top event. Kondisi inilah yang harus ditentukan, apakah top event ini berupa kejadian kegagalan atau kejadian sukses. Setelah top event ditentukan maka selanjutnya kita turunkan menjadi kejadian-kejadian dibawahnya secara bertahap dengan menggunakan bantuan logical gates. Proses ini dilakukan terus hingga penyebab dasar kegagalan (basic event) ditemukan. Metode seperti ini dikategorikan menjadi metode top-down approach. Dengan melakukan pendekatan kualitatif, maka tahapan proses kegagalan secara terperinci bisa diturunkan sehingga
18 24 metode ini dapat mengidentifikasi bagaimana proses kegagalan suatu sistem. Dengan mengetahui proses kegagalan pada suatu sistem, maka perbaikan, pengaturan dan modifikasi pada sistem dapat dilakukan agar kejadian kegagalan yang sama bisa dicegah. Selain melakukan pendekatan secara kualitatif pendekatan secara kuantitatif pun juga bisa dilakukan dengan memberikan nilai peluang terhadap munculnya masing masing basic event, dan selanjutnya dengan bantuan logical gates dan algoritma tertentu akan ditemukan besarnya peluang sistem menjadi gagal atau peluang munculnya top event bisa didapatkan Penyusunan Fault Tree Dalam grafik simbol dari fault tree ada dua kategori basic yang digunakan yaitu gate symbol dan event symbol. Uraian dari masing-masing item adalah seperti penjelasan berikut: Gate symbols Gate symbols adalah simbol atau gambar yang digunakan untuk menghubungkan antar event dengan suatu hubungan tertentu (Demitri, 2002). Dua gate yang paling sering digunakan pada penyusunan dari fault tree adalah AND dan OR gate. AND gate menjelaskan bahwa suatu event terjadi jika event-event dibawahnya semuanya terjadi. Jika salah satu saja event tidak terjadi maka top event tidak akan tercapai. Dalam hubungan ini bisa juga dicontohkan pada hubungan paralel. Sedangkan OR gate menjelaskan hubungan seri, artinya suatu top event bisa terjadi minimal 1 event dibawahnya terjadi. Top event bisa tercapai tidak harus menunggu semua event terjadi. Dalam penyusunan fault tree analysis ada berbagai macam gate yang digunakan. Pemakaian dari masing-masing gate ini juga tergantung dari hubungan masing-masing komponen yang ada pada sistem. Beberapa macam contoh gambar gate symbol yang digunakan dalam penyusunan fault tree adalah sebagai berikut (Artana, KB):
19 25 1. AND gate arti dari simbol ini adalah output akan terjadi jika semua n input yang ada juga terjadi. 2. OR gate Arti dari simbol ini adalah output akan terjadi jika paling tidak ada satu input yang terjadi. 3. m-out-of-n voting gate Arti dari simbol ini adalah output akan terjadi jika paling tidak m input terjadi. Jika input yang terjadi kurang dari m maka output tidak akan terjadi.(artana,kb) 4. Priority AND gate Arti dari simbol ini adalah output akan terjadi jika semua input yang diminta terjadi.
20 26 5. EOR gate (Exclusive OR gate) Arti dari simbol ini adalah output akan terjadi jika hanya satu input saja yang terjadi. 6. NOT gate Arti dari simbol ini adalah kejadian input akan menyebabkan kejadian output jika conditional event terjadi. Event symbols Kebenaran dari fault tree analysis tergantung bagaimana kita mendefinisikan dari sistem itu sendiri. Hal yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui atau menggambarkan bagaimana posisi masing-masing komponen tersebut dan mengetahui bagaimana hubungan dari masing-masing komponen tersebut. Batasan secara fisik juga dibutuhkan untuk membuat analisis ini menjadi focus akan suatu hal tertentu. Kesalahan yang biasanya terjadi pada saat melakukan fault tree analysis ini adalah tidak adanya batasan analisis sehingga analisis menjadi menyebar luas. Informasi yang jelas dari kharakteristik masing-masing komponen juga dibutuhkan untuk mengetahui kegagalan dari komponen tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari data dilapangan atau dari spesifikasi yang ada di komponen tersebut. Dalam penyusunan fault tree analysis ada juga boundary condition atau lebih dikenal dengan event. Dalam penggambarannya kita harus bisa mendefinisikan komponen
21 27 tersebut masuk dalam event mana. Adapun beberapa contoh event yang digunakan yaitu: a. Basic event adalah event dasar yang sudah tidak bisa diturunkan menjadi berbagai macam event lagi. b. Undeveloped/ incomplete event adalah suatu event yang membutuhkan penurunan lebih lanjut untuk menemukan basic event c. Conditional event adalah suatu event yang bersifat condisional (syarat) dari event yang lain. d. Resultant/ intermediet event adalah kombinasi dari berbagai macam kejadian kegagalan sebagai output dari logical gates.
22 28 e. Transfer-in event adalah titik dimana sub fault tree bisa dimulai sebagai kelanjutan dari transfer out. f. Transfer-out event adalah titik dimana sub-fault tree bisa dipecah menjadi sub-fault tree. Dalam penyusunan fault tree analysis harus dipahami semua posisi dari masing-masing event tersebut. Salah satu contoh dari gambar fault tree analysis adalah sebagai berikut: berlanjut sampai gambar dibawahnya
23 29 Gambar 2.17 Fault tree analysis Gambar fault tree di atas adalah salah satu contoh fault tree dari gambar diagram pressure tank seperti berikut: Gambar Pressure tank system
24 30 Dalam beberapa kasus seling kali ditemui peyelesaian dengan cara yang paling sederhana. Sebagai contoh adalah gambar fault tree analysis di bawah ini. Gambar 2.19 FTA sederhana Gambar di atas dikatakan bentuk Fault tree yang sederhana karena jumlah basic event dan jumlah level yang ada pada gambar di atas sedikit. Selain itu masing-masing kejadian bebas satu sama lain. Meskipun terlihat sederhana, gambar di atas dapat juga dijadikan contoh atau acuan pada sebuah sistem yang kompleks. Dalam beberapa kasus analisa dalam sistem yang kompleks, sering kali ada komponen yang memberikan efek terhadap beberapa komponen atau sub-sistem. Misalkan saja ada basic event x yang muncul beberapa kali pada event trees. Kondisi ini akan menyulitkan dalam penyelesaian. Sebagai contohnya adalah ada basic event gagalnya pompa General Service (GS) di kapal. Hal ini akan menyebabkan semua sistem yang berhubungan dengan penggunaan GS pump. Jadi dalam setiap analisa GS ini
25 31 sering kali muncul. Sebagai contohnya gambar dari fault tree ini dapat dilihat sebagai berikut. Gambar 2.20 FTA kompleks Dalam hal ini komponen E3 dan komponen E6 adalah komponen yang sama. Pada FTA ini komponen ini muncul dua kali Evaluasi Kuantitatif Fault Tree Dalam melakukan evaluasi fault tree secara kuantitatif ada dua metode yang bisa kita lakukan. Metode yang pertama adalah dengan menggunakan aljabar boolean (boolean algebra approach), sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan perhitungan secara langsung (direct numerical approach). Boolean Algebra Approach. Pada tabel 2.1 adalah tabel yang menjelaskan bagaimana hukum aljabar boolean untuk evaluasi kuantitatif fault tree. Pendekatan aljabar boolean berawal dari TOP event dan
26 32 mendiskripsikannya secara logis dalam basic event, incomplete event dan intermediate event. Semua intermediate event akan digantikan oleh event-event pada hirarki yang lebih rendah. Hal ini terus dilakukan sampai pernyataan logika yang menyatakan TOP event semuanya dalam bentuk basic event dan incomplete event. (Priyanta,2000) Tabel 2.2 Hukum aljabar boolean Direct numerical approach Kerugian dari boolean algebra approach adalah ekspresi yang kompleks jika sistem yang besar dan fault tree yang berhubungan dengan sistem tersebut akan dikaji. Pendekatan alternatif untuk menghitung nilai numerik probabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan direct numerical approach. Berbeda dengan Boolean algebra approach yang memiliki sifat top-down approach maka pendekatan numerik ini bersifat bottom-up approach. Pendekatan numerik ini berawal dari level hirarki yang paling rendah dan mengkombinasikan semua probabilitas dari event yang ada pada level ini dengnan menggunakan logic gate yang tepat dimana event-event ini dikaitkan. Kombinasi probabilitas ini akan memberikan nilai probabilitas dari intermediate event pada level hirarki diatasnya. Proses ini berlangsung terus ke atas sampai TOP event dicapai.
27 33 Untuk fault tree yang cukup kompleks, selain menggunakan dua metode evaluasi yang sudah didiskusikan di atas, evaluasi kuantitatif dari dapat juga dievaluasi dengan menggunakan formula pendekatan persamaan dibawah ini. Untuk melakukan perhitungan ini dibutuhkan data minimal cut set dari fault tree yang akan dianalisa. Jika C i menyatakan minimal cut set ke-i dari suatu fult tree, dan jika P(C i ) mewakili probabilitas untuk event C i maka dengan menggunakan aljabar boolean unreliability dari sistem secara umum dapat diekspresikan sebagai berikut: i 1 i= n i= 2 j= Qs =P(C 1 C 2.. C i... C n ) = P ( Ci ) P( Ci C j ) n + P (C C C ) +...+( 1) n-1 P ( C C... 2 C ) i= 3 i 1 j 1 j= 2 k= 1 ( i j k n n 1 1 n (persamaan 2.1) Henley dan Kumamoto [1992] memberikan suatu metode evaluasi secara aproksimasi untuk sistem yang memiliki konstruksi fault tree yang sangat kompleks dengan menyederhanaan persamaan 2.1. Aproksimasi ketidakhandalan dari sistem dapat diperoleh dengan menghitung upperbound dan lowerbound dari unreliability sistem dengan formula sebagai berikut Q s upperbound = P( n i= 1 C i ) (persamaan 2.2) Sedangkan untuk menghitung nilai lower bound dari unreability system menggunakan persamaan sebagai berikut : Q s = n i= 1 P ( C ) (persamaan 2.3) i n u= 2 i 1 j= 1 P( C C ) i Sebuah fault tree dapat diterjemahkan ke dalam blok diagram keandalan dengan menerjemahkan basic event ke dalam sebuah blok dan menerjemahkan gerbang logika ke dalam j
28 34 susunan tertentu-seri, paralel atau susunan lainnya yang menghubungkan berbagai blok. Hubungan antara fault tree dan blok diagram reliability untuk konfigurasi yang sederhana diperlihatkan pada berikut : (Priyanta,2000) Tabel 2.3 Hubungan blok diagram dan fault tree
BAB III METODOLOGI. Mulai. -sistem start -reversible engine -FTA. Telaah Pustaka. Sistem Start. Reversible Diesel Engine. Pengambilan.
35 BAB III METODOLOGI Penulisan Tugas akhir ini dilakukan dengan pendekatan teoritis dan evaluatif terhadap pola kegagalan yang terjadi. Dalam Tugas akhir ini juga menggunakan metode fault tree analysis
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
41 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisa data dan pembahasan dimana langkah-langkah pengerjaannya sesuai dengan apa yang diuraiakan dalam metodologi. Sebelum melakukan
Lebih terperinciB D. 1.1 Konsep Model Jaringan
A 1 MODEL JARINGAN UNTUK SISTEM KOMPLEKS 1.1 Konsep Model Jaringan P ada bab sebelumnya telah diuraikan teknik dalam melakukan pemodelan jaringan untuk sistem sederhana. eberapa pola hubungan komponen
Lebih terperinciBAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM
BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM 1. Pendahuluan Pada motor motor diesel 2 takt dengan slow speed engine, maka sistemolah gerak baling baling menggunakan sistem olah gerak langsung (direct monoevring system)
Lebih terperinci#6 FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
#6 FAULT TREE ANALYSIS (FTA) 6.1. Pendahuluan Seperti yang telah dibahas pada materi sebelumnya bahwa dua metode yang banyak digunakan untuk menganalisa kegagalan sistem adalah Fault Tree Analysis (FTA)
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar
Lebih terperinciPENGARUH PENYETELAN CELAH KATUP DAN PENYETELAN TIMING INJECTION PUMP TERHADAP HASIL GAS BUANG PADA MOTOR DIESEL
PENGARUH PENYETELAN CELAH KATUP DAN PENYETELAN TIMING INJECTION PUMP TERHADAP HASIL GAS BUANG PADA MOTOR DIESEL Aris Exwanto 1), Riri Sadiana 2), Aep Surahto 3), 1,2,3), Teknik Mesin, Universitas Islam
Lebih terperinciBAB II. LANDASAN TEORI
BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA
BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.
Lebih terperinciRencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah
Lebih terperinciSession 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD
Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Engine Honda Beat PGM-FI Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder head (mekanisme katup) : Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme
Lebih terperinciMakalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi 2008.43.0022 FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Pengertian Mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran
Lebih terperinciTROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA
TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000
Lebih terperinciPRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN
PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak
Lebih terperinciMesin Diesel. Mesin Diesel
Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik
Lebih terperinciBAB IX POMPA BAHAN BAKAR (FUEL PUMP)
BAB IX POMPA BAHAN BAKAR (FUEL PUMP) Pompa bahan bakar dikelompokan kepada : 1. Pompa bahan bakar tekanan rendah, dengan tekanan injeksi ± 150 bar yang menggunakan pengabut udara (air injection). 2. Pompa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE
STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
32 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metoda Fault Tree Analysis (FTA) yang merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian kualitatif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang
Lebih terperinciSumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi
LAMPIRAN 66 Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP 01 Keterangan: 1. Palkah ikan 7. Kursi pemancing 2. Palkah alat tangkap 8. Drum air tawar 3. Ruang mesin 9. Kotak perbekalan 4. Tangki bahan bakar 10.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN LITERATUR
BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas
Lebih terperinciPROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL BAB III METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) 3.1 Failure Mode and Effect
Lebih terperinciRencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). -Pertemuan ke. Topik. Metode Evaluasi dan Penilaian. Sumber Ajar (pustaka)
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). -Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi
Lebih terperinciMotor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.
A. Sebenernya apa sih perbedaan antara mesin diesel dengan mesin bensin?? berikut ulasannya. Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) (simplenya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan mobil maupun sepeda motor. Khusus pada modifikasi sepeda motor banyak dilakukan pada kalangan
Lebih terperinciBAB I MOTOR PEMBAKARAN
BAB I MOTOR PEMBAKARAN I. Pendahuluan Motor pembakaran dan mesin uap, adalah termasuk dalam golongan pesawat pesawat panas, yang bertujuan untuk mengubah usaha panas menjadi usaha mekanis. Pada perubahan
Lebih terperinciMesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Sistem Penggerak Kapal Mesin Penggerak Utama 1. Mesin Uap Torak (Steam Reciprocating Engine) 2. Turbin Uap (Steam
Lebih terperinciDua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.
ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine
Lebih terperinciFungsi katup Katup masuk Katup buang
MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat
Lebih terperinciBAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak
BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses
BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2
Lebih terperinciFINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO
FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP
LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat memeriksa dan menyetel celah katup. A. Obyek, Alat dan Bahan a) Obyek
Lebih terperinciBAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN
BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Untuk mengetahui pengaruh pemakaian camshaft standar dan camshaft modifikasi terhadap konsumsi bahan bakar perlu melakukan pengujian mesin.. Oleh
Lebih terperinciANALISA KETERLAMBATAN PROYEK MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS
ANALISA KETERLAMBATAN PROYEK MENGGUNAKAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) (STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI TAHAP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG) NASKAH PUBLIKASI Untuk
Lebih terperinciRencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi
Lebih terperinciDenny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel
Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor
Lebih terperinciJOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder
JOB SHEET (LEMBAR KERJA) Sekolah : SMKN 1 Sintang Program Keahlian : Teknik Sepeda Motor Mata Diklat : (Produktif) Melaksanakan overhaul kepala silinder Kelas/Semester : XI/3 Alokasi Waktu : 20 x 45 Menit
Lebih terperinci2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)
BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh
Lebih terperinciPenggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :
SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Pendingin Mesin terhadap Kinerja Mesin Induk di KM TRIAKSA
Abstrak Pengaruh Pendingin terhadap Kinerja Induk di KM TRIAKSA Mohammad Yusuf Djeli 1) &Andi Saidah 2) 1) Program Studi Teknik Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jl. Tanah Merdeka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh perubahan profil camshaft terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul penelitian.
Lebih terperinciGambar 1. Motor Bensin 4 langkah
PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum
4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin 2.1.1. Penjelasan Umum Motor bensin merupakan suatu motor yang menghasilkan tenaga dari proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Karena pembakaran ini
Lebih terperinciElektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan
Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian
Lebih terperinciStudi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid
Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
No. JST/OTO/OTO410/14 Revisi : 02 Tgl : 6 Februari 2014 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi : Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol
Lebih terperinciMesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi
Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Lebih terperinciMODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS
1 MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 2 DEFINISI PLTG Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan
BAB II TEORI DASAR 2.1. Sejarah Mesin Diesel Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Rudolf Diesel. Mesin diesel sering juga disebut sebagai motor
Lebih terperinciPengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001
Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001 Ahmad Harosyid K.2599014 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
No. JST/OTO/OTO410/13 Revisi: 03 Tgl: 22 Agustus 2016 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi: Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol udara
Lebih terperinciPROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Penambahan Durasi Camshaft terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang pada Engine Sinjai 650 cc
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B24 Analisis Pengaruh Penambahan Durasi Camshaft terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang pada Engine Sinjai 65 cc Firman Iffah Darmawangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya animo masyarakat terhadap pengunaan sepeda motor membuat produsen sepeda motor berlomba untuk memproduksi sepeda motor tipe terbaru dengan teknologi terbaru
Lebih terperinciBAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,
BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. I. TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu memahami konstruksi motor bakar Mampu menjelaskan prinsip kerja motor bakar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Menjelaskan konsep mesin konversi energi Kelas / Semester : X / 1 Pertemuan Ke : 1 Alokasi Waktu : 2 X 45 menit Standar Kompetensi : Menjelaskan konsep
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung UJIAN TEORI PRAKTEK ENGINE
Lebih terperinciMateri. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika
Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis
Lebih terperinciRencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).
Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi
Lebih terperinciRANCANG BANGUN VALVE SPRING REMOVAL SPECIAL TOOL
RANCANG BANGUN VALVE SPRING REMOVAL SPECIAL TOOL LAPORAN AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Mesin Program Studi Alat Berat Politeknik Negeri Sriwijaya
Lebih terperinciFungsi katup Katup masuk Katup buang
MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada
Lebih terperinciTURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA
TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan
Lebih terperinciSpark Ignition Engine
Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG
PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG Bambang Yunianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciPengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS
Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Andi Saidah 1) 1) Jurusan Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung Podomoro
Lebih terperinciANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL
ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. sumber pesan dengan penerima pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Media Pembelajaran 2.1.1. Pengertian Media Pembelajran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Remanufaktur Menurut jurnal S.L. Soh (2014) Remanufacturing brings used products back to equal or better than new condition. The primery benefit arise from the reuse of resources.
Lebih terperinciBAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF
BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T
PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T Sarif Sampurno Alumni Jurusan Teknik Mesin, FT, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari
Lebih terperinciANALISA RELIABILITY BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA SISTEM MAIN ENGINE KAPAL TUGAS AKHIR
ANALISA RELIABILITY BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA SISTEM MAIN ENGINE KAPAL TUGAS AKHIR MOCH. ABDUL RACHMAN Nrp. 2400 100 017 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Lebih terperinciAku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger
Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah
Lebih terperinciPengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi
TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi Oleh : Sakti Prihardintama 2105 100 025 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciF. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja
F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kw sampai puluhan MW. Untuk menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN.Di lain pihak, jika
Lebih terperinciGambar 4.1 Grafik percobaan perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).
Daya (HP) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data spesifik objek penelitian dan hasil pengujian.
Lebih terperinciSTANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL
STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian
BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas 2.1.1 Definisi Produktivitas Produktivitas menurut Sinungan (2005) diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berada di Motocourse Technology (Mototech) Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan,
Lebih terperinciD. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder
JOB SHEET DASAR TEKNOLOGI A. TUJUAN : Setelah menyelesaikan praktek ini diharapkan siswa dapat : 1. Dapat menjelaskan prosedur tune up 2. Dapat melakukan prosedur tune up dengan benar 3. Dapat melakukan
Lebih terperinciRuko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :
Sistem Bahan Bakar Motor Diesel Oleh : Rabiman Zaenal Arifin Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC
BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu
Lebih terperinciECS (Engine Control System) TROOT024 B3B4B5
ECS (Engine Control System) TROOT024 B3B4B5 Komponen dan Fungsi Sistem Pengatur Katup Elektronik Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta
Lebih terperinciAbstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft
Uji Kinerja Motor Bakar Empat Langkah Satu Silinder Dengan Variasi Tinggi Bukaan Katup Pada Sudut Pengapian Sepuluh Derajat Sebelum TMA Dengan Bahan Bakar Pertamax Plus Jhoni Oberton 1, Azridjal Aziz 2
Lebih terperinciBAB II. Diagram P - V ( Diagram Theoritis )
BAB II. Diagram P - V ( Diagram Theoritis ) Diagram P-Vadalah diagram theoritis tekanan dan volume yang menggambarkan hubungan tekanan dan volume dari proses kerja dalam silinder motor yang sedang bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN UMUM Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja dari motor bakar bensin adalah perubahan dari energi thermal terjadi mekanis. Proses diawali
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun berkembang dengan cukup baik. Terbukti dari banyaknya produsen otomotif mancanegara
Lebih terperinci