PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT AQUADEST DAN ETANOL
|
|
- Sucianty Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT AQUADEST DAN ETANOL Rosdiana Moeksin, Stevanus Ronald HP Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Rosela merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, serat batangnya dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni, biji dapat digunakan sebagai pengganti jarak dan yang terutama pada kelopak bunganya terdapat zat antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan gizi serta zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengambilan antosianin dari kelopak bunga rosela dengan mengamati pengaruh kondisi, perlakuan dan berat sampel terhadap pelarut aquadest dan etanol untuk menghasilkan antosianin yang terbaik. Antosianin diperoleh dengan metode ekstraksi, diperoleh kondisi kering oven dengan perlakuan gerus serta berat 25 gr yang paling baik unutk menghasilkan % yield antosianin ptimal sebesar 74,790% dengan menggunakan pelarut etanol pada konsentrasi 96%. Kata kunci : rosela, antosianin, ekstraksi Abstract Rosela is a plant that is rich in benefits, fiber can be used as the stem as a raw material for making ropes and gunny, seeds can be used instead of the distance and the sheath, especially in the interest antosianin there is a substance that can be used as a food coloring is useful for health care because of the womb nutrition and active substances that can cure various diseases. This study aims to optimize the sheath antosianin of interest rosela with the influence of the condition, treatment and weight of the sample solvent aquadest and ethanol to produce the best antosianin. Antosianin obtained with the method of extraction, obtained with the oven dry condition smalling partikel treatment and weight 25 gr unutk the most well produced antosianin ptimal% yield of % with the use of ethanol solvent concentration 96%. Keywords: rosela, antosianin, extraction Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember
2 I. PENDAHULUAN Tanaman rosela merupakan tanaman hias luar ruangan yang merupakan jenis dari tanaman sepatu. Tanaman rosella (sabdariffa hibiscus linn) merupakan tanaman yang sangat dikenal saat ini karena pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai minuman kesehatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu, bagian dari tanaman ini memiliki manfaat lain, pada serat batang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni dan buahnya memiliki kandungan yang sama dengan biji jarak. Kelopak bunga rosela mengandung zat warna antosianin dengan kadar yang relatif tinggi, sehingga kelopak bunga rosela mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami pada bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian ini menggali potensi dan manfaat lain dari bunga rosela, terutama kelopak bunga rosela yang memiliki antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada bahan pangan yang memiliki bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerahmerahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat larut dalam larutan polar. Larutan pengekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah aquadest dan etanol. Dipilihnya etanol sebagai pelarut dalam mengekstrak karena antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar, sementara aquadest digunakan sebagai pelarut pembanding dalam memperoleh antosianin yang terbaik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui pengaruh jenis pelarut untuk memperoleh % yield antosianin yang terbaik. 2) Mengetahui pengaruh kondisi (basah, kering dan kering oven) terhadap jenis pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik. 3) Mengetahui pengaruh perlakuan (langsung dan gerus) dan berat (15 gr, 20 gr dan 25 gr) terhadap pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rosela Tanaman rosela merupakan tanaman sejenis kembang sepatu (Hibiscus) yang berasal dari India Timur yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Awalnya tanaman rosela jenis Hibiscus Cannabinus terkenal sebagai tanaman yang memiliki kaya akan serat sehingga tidak heran awalnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni. Akan tetapi seiring perkembangan zaman penggunaan rosela Hibiscus Cannabinus sebagai serat alami tergantikan dengan adanya serat sintetis. Namun jenis lain dari rosela Hibiscus Sabdariffa memiliki potensi yang lebih besar, selain batangnya digunakan sebagai bahan baku pengganti rami, biji dan kelopaknya dapat digunakan dalam bahan pangan. Di dalam biji rosela terdapat kandungan menyerupai jarak pagar kasar dan pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai pewarna alami yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan Manfaat Tanaman Rosela Kelopak bunga rosela dapat dimanfaatkan sebagai bahan salad, saus sup, the rosela, sari buah, koktail, asinan, selai, puding, jelly dan berbagai produk olahan lainnya. Di Sudan, kelopak bunga rosela diolah menjadi minuman tradisional yang dinamakan Kardekh dan merupakan minuman kebangsaan. (Amanda dan Prima) Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan glukosida hibisci yang dapat menyebuhkan diuretik koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang peristaltik usus. Selain itu,kelopak bunga rosela juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung dan kanker darah. Berdasarkan DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05 kandungan gizi yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah : Tabel 2.1 Kandungan gizi pada kelopak rosela Kandungan 100 gr Kelopak Segar Kalori 44 kal Air 86,2% Protein 1,6 gr Lemak 0,1 gr 12 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009
3 Sambungan Tabel 2.1. Kandungan Karbohidrat Serat Abu Fosfor Besi Betakaroten Vitamin C Tiamin (vitamin B1) Riboflavin (vitamin B2) Niasin (vitamin B3) Antosianin : 100 gr Kelopak Segar 11,1 gr 2,5 gr 1,0 gr 60 mg 3,8 mg 285 ig 14 mg 0,04 mg 0,6 mg 0,5 mg Antosianin memiliki rumus struktur sebagai berikut Gambar 2.1 stuktur molekul antosianin Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah, yang tersebar luas pada tanaman. Terdapat beraneka ragam bunga, daun dan buah yang memilliki warna yang menarik, disebabkan adanya pigmen ini di dalam selnya. Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa susunan yang merupakan senyawa turunan dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa telah ditemukan, tetapi yang memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. (Francis, 1985). Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada molekul antosianin, yaitu glukosa, rhamosa, galaktosa, xilosa dan arbinosa. Molekul lain yang terdapat/melekat pada inti kation flavium adalah p-coumaric, ferulik, kafeik, malonik, vanilik, atau asam asetat. Satu atau lebih molekul tersebut dapat teresterifikasi pada molekul gulanya (Francis, 1985). Antosianin dengan metil atau fenil pada atom karbon nomor 4 memiliki stabilitas yang baik, bahkan stabilitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pewarna merah sintetis (Francis, 1985). 2.3 Metode Ekstraksi Ekstraksi merupakan dilakuan dengan mengontakkan padatan dengan pelarut sehingga diperoleh larutan yang diinginkan yang kemudian dipisahkan dari padatan sisanya. Pada saat pengontakkan terjadi, mekanisme yang berlangsung adalah peristiwa pelarutan dan difusi. Pelarutan merupakan peristiwa penguraian suatu molekul zat menjadi komponennya, baik berupa molekul molekul atom atom maupun ion ion, karena pengaruh pelarut cair yang melingkupinya. Partikel partikel yang terlarutkan ini berkumpul di permukaan antara (interface) padatan dan terlarut. Bila peristiwa pelarutan masih berlangsung, maka terjadi difusi partikel partikel zat terlarut dari lapisan antara fase menembus lapisan permukaan pelarut dan masuk ke dalam badan pelarut dimana zat terdistribusikan merata. Jadi difusi terjadi di fase padat diikuti difusi fase cair. Peristiwa ini terus berlangsung sehingga keadaan setimbang tercapai (Bird et,al 1980). 2.4 Metode Evaporasi Evaporasi adalah menguapkan cairan yanga ada pada larutan, sehingga diperoleh suatu larutan yang lebih pekat (thick liquor). Alat untuk melakukan evaporasi adalah evaporator. Evapaorator merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaporasi sebagian atau seluruh pelarut dari suatu larutan. Hasilnya biasanya berupa zat padat atau konsentrat dari larutan. Jika hasilnya zat padat, panas yang dibutuhkan untuk penguapan larutan harus disuplai ke suspensi zat padat pada larutan, jika tidak alat tersebut dikasifikasikan sebagai pengering III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan : 1) Blender 2) Soklet ekstraktor 3) Alat evaporasi 4) Sentrifuge 5) Pompa vakum 6) Spektrometer 7) Termometer 8) Tabung reaksi 9) Gelas ukur 10) Botol sampel 11) Neraca analitis Bahan yang digunakan : 1) Kelopak bunga rosela 2) Etanol 96% 3) Aquadest Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember
4 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku Kelopak bunga rosela yang telah dicuci bersih dipisahklan berdasarkan kondisi dan perlakuan yang akan dilakukan pada kelopak bunga rosela. Timbang berat kelopak bunga rosella menjadi 15 gr, 20 gr dan 25 gr berdasarkan kondisi dan perlakuan yang dilakukan pada kelopak bunga rosella dan dibungkus dengan kertas saring Persiapan Pelarut Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan etanol (96%) dengan volume yang sama yaitu 200 ml. Aquadest dan etanol merupakan pelarut organik yang bersifat tidak bersifat beracun sehingga aman digunakan sebagai pelarut bahan pangan Tahap Ekstraksi Pada tahap ini, ekstraksi dilakukan didalam alat sokhlet. Kelopak bunga rosella yang telah dibedakan berdasarkan variable kondisi, perlakuan dan berat dari sampel dibungkus dengan menggunakan kertas saring dan diekstraksi selama 4 jam dengan pelarut aquadest dan etanol (96%) Berat Rendemen Berat Rendemen = berat sebelum ekstraksi berat setelah ekstraksi Penentuan (% yield) Antosianin % yield = berat setelah ekstraksi berat stelah ekstraksi / berat stelah ekstraksi Uji Identifikasi Antosianin Hasil ekstraksi yang diperoleh diambil sebanyak 7 ml, tambahkan 2 tetes NaOH 10% sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat, dan kemudian tambahkan HCl pekat sebanyak 2 tetes sehingga warnanya kembali merah Penentuan Daya Absorbansi Antosianin Siapkan blanko antosianin (reagen antosianin + aquadest), kemudian siapkan sample hasil ekstraksi yang telah diencerkan sebanyak 50 kali pengenceran. Ukur absorbansi dengan menggunakan alat Spectronic dengan panjang gelombang, 500, dan nm Sentrifuse Hasil ekstraksi yang didapatkan merupakan ekstrak yang belum murni karena masih bercampur dengan pelarut (aquadest dan etanol) dan partikel-partikel kecil oleh karena itu dilakukan sentrifuse. Sentrifuse bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel padat yang berukuran kecil yang terikut dalam hasil ekstraksi sehingga partikel-partikel tersebut mengendap didasar tabung. Sentrifuse dilakukan selama kurang lebih 5 menit dengan kecepatan 0 rpm Penyaringan Filtrat Penyaringan hasil ekstraksi dilakukan setelah ekstrak disentrifuse, penyaringan dirangkai dengan pompa vakum dan kertas saring sebagai penyaring padatan yang sangat kecil. Ambil sample yang lolos dari kertas saring, lalu didapat filtrat pigmen Evaporasi Evaporasi dilakukan berdasarkan titik didih pelarut pada aquadest dengan temperatur C dan etanol dengan temperatur 80 0 C. Evaporasi bertujuan untuk menguapkan dan mengambil pelarut yang masih bercampur dengan antosianin sehingga larutan menjadi pekat. 3.4 Proses Analisa 14 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009
5 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Uji Identifikasi Antosianin 4.1 Hasil Ekstraksi Antosianin Pelarut Aquad est Etanol Kondisi Sampel Basah Kering Kering Oven Basah Kering Kering Oven Perlakuan Sampel Berat Sampel (gr) % Yield Antosianin 15 gr 3, gr 4, gr 4, gr 5, gr 7, gr 8, gr 37, gr 38, gr 38, gr 40, gr 41, gr 42, gr 48, gr 49, gr 51, gr 53, gr 53, gr 55, gr 6, gr 7, gr 7, gr 8, gr 9, gr 10, gr 52, gr 53, gr 55, gr 56, gr 58, gr 60, gr 67, gr 68, gr 69, gr 71, gr 73, gr 74,970 Antosianin+NaOH0,1M Antosianin+NaOH0,1 M + HCl Pekat 4.3 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin N o Kode Sampel %Yield (nm) Kondisi kering gerus Berat sampel 25 gr Pelarut aquadest Kondisi kering oven langsung Berat sampel 25 gr Pelarut etanol Kondisi kering oven gerus Berat sampel 25 gr Pelarut etanol Pembahasan 42,475 69,113 74, Absorba nsi 1,310 1,340 1,815 0,327 1,982 1,817 1, ,301 2,098 1,709 1,526 Proses penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan beberapa variabel yakni kondisi sampel (basah, kering dan kering oven), perlakuan sampel (langsung dan digerus), dan berat sampel (15 gr, 20 gr dan 25 gr) dari kelopak bunga rosela. Proses ekstraksi terjadi didalam sokhlet dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan (solubilitas) dari kelopak bunga rosela terhadap pelarut aquadest dan etanol. Konse ntrasi 2,763 2,549 2,116 0,785 3,541 3,067 2,493 1,301 3,906 3,574 3,362 2,839 Hasil ekstraksi menggunakan pelarut aquadest menghasilkan antosianin yang tidak optimal dibandingkan dengan menggunakan pelarut etanol yang bersifat polar sehingga sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi antosianin. Pelarut etanol pada ekstraksi ini akan Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember
6 menghasilkan antosianin yang lebih baik hal ini dapat dilihat dari % antosianin dan berat rendemen yang dihasilkan. Untuk menghilangkan pelarut yang masih tersisa pada sampel maka dilakukan evaporasi. Evaporasi dilakukan diatas titik didih pelarut agar pelarut dapat dipisahkan dari sampel. Hasil antosianin yang diperoleh dengan pelarut etanol memiliki aroma asam kelopak bunga rosela yang lebih menyengat dibandingkan dengan mengunkan aquadest Mengetahui Pengaruh Pelarut Terhadap % Yield Antosianin pada Kondisi dan Perlakuan Sampel % Yield Antosianin Berat Sampel (gr) Basah, Perlakuan Basah, Perlakuan Kering, Kering, Kering Oven, Kering Oven, % Yield Antosianin Penelitian mengenai pengaruh pelarut yang dilakukan untuk membandingkan pengaruh pelarut terbaik untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik dari kelopak bunga rosela dengan kondisi sampel basah, kering, dan kering oven pada perlakuan langsung dan gerus serta dengan membandingkan kondisi berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi adalah aquadest dan etanol dengan volume yang sama yaitu 200ml. Proses ekstraksi dilakukan selama 4 jam. untuk memperoleh antosianin yang optimal akan tetapi apabila lebih dari 4 jam akan merusak warna antosianin yang dihasilkan menjadi berwarna coklat hitam (gosong) Berat Sampel (gr) Basah, Perlakuan Basah, Perlakuan Kering, Kering, Kering Oven, Kering Oven, Gambar 4.2 % Yield Ekstraksi dengan Pelarut Aquadest Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa % yield antosianin yang didapatkan pada ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi kering oven gerus dengan berat sampel 25 gr menghasilkan % yield antosianin yang terbaik yaitu sebesar 55,385%. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel semakin besar luas kontak area permukaan dengan pelarut sehingga menghasilkan antosianin yang terbaik dibandingkan dengan kondisi basah dan kering dengan perlakuan langsung. Gambar 4.3 % Yield antosianin dengan Pelarut Etanol Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi basah dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang cukup besar yaitu 6,106 % yield antosianin dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr sementara pada perlakuan gerus menghasilkan antosianin sebesar 8,037% yield antosianin. Hal ini sangat berbeda dengan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan 15 gr dihasilkan 3,493% yield antosianin dan pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr menghasilkan 5,498% yield antosianin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang terbaik hal dapat dilihat dengan dari kedua gambar grafik 4.1 dan 4.2 terdapat perbedaan yang cukup besar, baik pada kondisi basah, kering dan kering oven dengan perlakuan langsung dan gerus serta dengan berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr. Sementara itu berdasarkan sifat fisik sampel antosianin terlihat bahwa antosianin yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan warna yang lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest yang cederung menghasilkan warna yang tidak begitu cerah. Hal ini disebabkan oleh karena pelarut etanol sangat baik digunakan sebagai pelarut antosianin, selain menghasilkan warna yang cerah juga disebabkan oleh karena etanol bersifat polar dan tidak beracun sehingga aman digunakan sebagai pelarut pada bahan pangan. 16 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009
7 Akan tetapi, hasil antoasianin yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol akan menyisahkan bau etanol yang menyengat pada sampel antosianin hal ini disebabkan adanya etanol yang masih terkandung didalam sampel antosianin sehingga perlu dilakukan proses evaporasi. Setelah dilakukan proses evaporasi dengan menggunakan evaporator kurang lebih selama 15 menit pada temperatur 80oC bau etanol tersebut hilang sehingga dihasilkan bau asam khas antosianin dari kelopak bunga rosella serta sampel yang lebih pekat Mengetahui Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin pada Jenis Pelarut, Kondisi, dan Berat Sampel % Yield Antosianin Berat Sampel (gr) Pelarut Etanol, Kondisi Basah Pelarut Aquadest, Kondisi Basah Pelarut Etanol, Kondisi Kering Pelarut Aquadest, Kondisi Kering Gambar 4.4 Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang lebih besar hal ini dapat dilihat pada perbedaan % yield antosianin yang dihasilkan dari kedua pelarut yang digunakan yaitu pelarut aquadest dan pelarut etanol. Pada kondisi kering oven, dengan perlakuan langsung dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin sebesar 69,113 No dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest menghasilkan % yield antosianin sebesar 51,278 %. Sementara pada kondisi kering oven, dengan perlakuan gerus dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yiled antosianin paling terbaik sebesar 74,970% dibandingkan dengan pelarut aquadest dengan kondisi, perlakuan dan berat yang sama menghasilkan % yield antosianin sebesar 55,385. Sehingga kondisi, perlakuan dan berat terbaik terjadi pada kondisi kering oven dengan perlakuan gerus dan berat 25 gr, hal ini Pelarut Etanol, Kondisi Kering Oven Pelarut Aquadest, Kondisi Kering Oven dikarenakan tidak adanya kandungan air pada kondisi kering oven yang disebbkan pengeringan denegn menggunakan oven lebih baik dan optimal bila dibandingkan dengan kondisi basah dan kering sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung secara sempurna tanpa berkurangnya konsentrasi pelarut yang diakibatkan secara tidak langsung air yang bercampur dengan pelarut pada proses ekstraksi. Kondisi sampel sangat berpengaruh dalam menghasilkan % yield antosianin yang terbaik, semakin rendah kandungan air maka proses ekstraksi semakin baik. Selain itu, perlakuan sampel sangat berperan dalam menghasilkan % yield antosianin yang terjadi pada proses ekstraksi, semakin kecil permukaan sampel akan menghasilkan antosianin yang terbaik. Hal ini dapat dilihat pada gambar bahwa kondisi kering oven dan perlakuan gerus menghasilkan % yield antosianin terbesar dibandingkan dengan kondisi basah, kering dengan perlakuan langsung. Faktor lainnya yang sangat berperan penting dalam menghasilkan % yield antosianin yang optimal adalah berat dari sampel kelopak bunga rosella, semakin berat sampel maka akan semakin besar pula % yield antosianin yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar bahwa pada berat sampel 25 gr menghasilkan % antosianin yang terbaik pada kondisi basah, kering dan kering oven serta pada perlakuan langsung dan gerus Mengetahui Pengaruh % Yield Antosianin Terhadap Absorbansi Antosianin Tabel 4.2 Identifikasi Analisa Absorbansi Antosianin Kode Sampel Kondisi kering gerus Berat sampel 25 gr Pelarut aquadest Kondisi kering oven langsung Berat sampel 25 gr Pelarut etanol Kondisi kering oven gerus Berat sampel 25 gr Pelarut etanol %Yiel d 42,475 69,113 74,970 (nm) Absorban si 1,310 1,340 1,815 0,327 1,982 1,817 1, ,301 2,098 1,709 1,526 Konsentrasi 2,763 2,549 2,116 0,785 3,541 3,067 2,493 1,301 3,906 3,574 3,362 2,839 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember
8 anin 50 Analisa absorbansi antosinain ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sampel antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosella untuk menyerap panjang gelombang sehingga sampel antosianin dapat digunakan sebagai pewarna bahan pangan.dan dapat bercampur dengan senyawa lain teruitama air, Absorbansi merupakan kadar kepekatan atau intensitas warna suatu larutan. Pada analisa ini dilakukan dengan sampel antosianin yang terlebih dahulu dipekat dengan proses evaporasi untuk memisahkan pelarut yang masih tersisa pada sampel antosianin. Analisa dilakukan dengan perbandingan air dan sampel antosianin 1 : 50, dimana sampel antosianin sebesar 1 ml dilarutkan kedalam 50 ml. Hasil perncampuran menunjukkan bahwa kandungan antosianin rosella sangat baik sebagai pewarna bahan pangan. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelarut terbaik untuk ekstraksi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah dengan pelarut etanol (96%). 2. Kondisi terbaik untuk ekstakrsi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah kondisi kering oven. 3. Perlakuan terbaik dalam ekstrksi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah perlakuan gerus untuk memperluas area permukaan kontak terhadap pelarut sehingga terjadi proses ekstraksi antosianin yang optimal. 4. Berat terbaik dalam ekstraksi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah dengan berat 25 gr. Absorbansi Panjang Gelombang (nm) Kering, gerus, 25 gr, Aquadest Kering oven, langsung, 25 gr, etanol Kering oven, gerus, 25 gr, etanol Gambar 4.5 Perbandingan Panjang Gelombang Terhadap Absorbansi Pada kode sampel 1 dan kode sampel 3 pengaruh pelarut yang digunakan serta perlakuan sangat berperan penting dalam menghasilkan % yield antosianin. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada sampel 1 dengan % yield sebesar 42,475% dengan panjang gelombang nm menghasilkan absorbansi 0,327 sedangkan pada kode sampel 3 dengan % yield antosianin sebesar 74,970 pada panjang gelombang nm menghasilkan absorbansi 1,526. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar %yield antosianin maka semakin besar daya absorbansi terhadap larutan. VI. DAFTAR PUSTAKA Maryani Herti, Kristiana Lusi., Kasiat dan Manfaat Rosela, Jakarta : Agro Media, 2008 dari H. faraji M., H. Tarkhani A., The effect of Sour Tea (Hibiscus sabdariffa on Essential Hypertension,Ethnopharmacol dari Syamsul hidayat, Sri Sugati, dan Johny Rai Hutapea, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jakarta : Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1991 dari Amanda & Prima Khasiat Teh Rosella. 08 / 10 / 02 / khasiat teh rosella /. [Diakses tanggal 4 Mei 2009]. Dalimartha, S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus griwidya. Stephens, James M., Roselle-Hibiscus sabdariffa L, dari Treyball,R.E. Mass Transfer Operation, Third Edition,Mc graw Hill Book Company,Singapore,1981 Else Silviani, Erliandi.2004., Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Buah Rambutan.Palembang. Unsri. 18 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009
BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS
PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN
III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permen atau kembang gula merupakan produk pangan yang banyak digemari. Menurut SII (Standar Industri Indonesia), kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap
Lebih terperinciUJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA
UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan sosial mulai timbul ketika usia harapan hidup bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup pada diri manusia. Akan tetapi, perubahan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciLAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK
LAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK D.1. Perhitungan Umpan 1. Pembuatan Larutan NaOH 5 N BM NaOH Volume larutan eq NaOH = 1 Berat NaOH yang dibutuhkan = m = m = N x BM x V 1000 x eq 5 x 40 x 100 1000
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Manusia berusaha untuk tetap sehat dan panjang umur dalam hidupnya. Berbagai cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang dikonsumsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yoghurt merupakan produk olahan susu yang dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu
Lebih terperincia. Pengertian leaching
a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta
Lebih terperinciPENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)
PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) Wiranti Sri Rahayu, Dwi Hartanti, Nasrun Hidayat Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, organ kelamin bagian luar,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk bali (Citrus grandis L. Osbeck) memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dalam 100 g bagian, yaitu terdapat vitamin C sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak
Lebih terperinciPRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON
SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.
Lebih terperinciKANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI
KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan
Lebih terperinciEKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL
EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri yang bersifat asam. Bakteri yang digunakan untuk fermentasi yoghurt adalah biakan campuran Lactobacillus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi
Lebih terperinci1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.
57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan
LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan 1 Persiapan bahan baku 2 Proses Hidrolisis Melarutkan 100 gr kulit pisang yang telah halus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) tumbuh baik di daerah tropis. Belimbing wuluh sering ditanam di pekarangan rumah dan biasanya dibiarkan tumbuh liar di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A
PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)
Jurnal Gradien Vol. 12 No. 2 Juli 2016: 1187-1191 Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Dwita Oktiarni *, Siti Nur Khasanah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu suatu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, dan faktor lainnya. Secara visual, faktor
Lebih terperinciLampiran 1 Formulir organoleptik
LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan
Lebih terperinciEKSTRAKSI KULIT BATANG ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI PEWARNA MERAH ALAMI
EKSTRAKSI KULIT BATANG ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI PEWARNA MERAH ALAMI Oleh : Mardiah, Lia Amalia dan Agus Sulaeman Dosen Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda Bogor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman berkafein yang diolah dengan cara menyeduh bagian pucuk atau tangkai daun yang telah dikeringkan. Beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi
30 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi dan Mikrobiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan manusia, baik dari industri rumahan sampai restoran-restoran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan makanan semakin berkembang, oleh karena itu, manusia akan membuat makanan yang bervariasi pula. Keinginan variasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kadar zat gizi yang baik seperti vitamin C, kalsium dan zat besi. Jambu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada ph larutan atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan (Salirawati,
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan
PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan
Lebih terperinciMETODE. Penghancuran kelopak bunga rosella. dilarutkan dalam air 1:4. Ekstraksi dengan perbedaan suhu (50 o C distirer selama dua jam)
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2011. Analisis dilakukan di laboratorium Biokimia Gizi dan Evaluasi Nilai Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciEKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. (Juni 4) EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) Lidya Simanjuntak, Chairina Sinaga, Fatimah Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih
ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Proses pengomposan dilaksanakan di Talang Padang Kabupaten Tanggamus Januari - Februari 2013 sedangkan analisis dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah,
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan dan lainlain. Limbah berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)
LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciMETODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,
Lebih terperinciMETODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan
METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang,Jl.Wonodri Sendang
Lebih terperinciIdentifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)
, Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup baik, diantaranya adalah belimbing wuluh. Pemanfaatan belimbing wuluh dijadikan sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran IPA disekolah menengah, khususnya materi asam basa, indikator ph atau indikator asam basa diperlukan pada praktikum untuk mengetahui ph suatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI v. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR ix. DAFTAR LAMPIRAN xi. 1.1 Latar Belakang Penelitian..
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode
III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian, dan (3) Prosedur Penelitian. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan yang Digunakan Bahan-bahan
Lebih terperinciDi Indonesia, penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella mulai banyak
BAB 1 PENDAHULUAN Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan dan pengalaman secara turun temurun telah diwariskan
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permen adalah produk makanan selingan yang terbuat dari gula/ pemanis, air, dan bahan tambahan makanan (pewarna dan flavoring agent). Permen banyak digunakan sebagai
Lebih terperinciEKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat
EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,
Lebih terperinciPreparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.
Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu : bahan baku berupa singkong yang dijadikan bubur singkong,
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinci