UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI PEMBOBOLAN DATA OLEH WIKILEAKS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI PEMBOBOLAN DATA OLEH WIKILEAKS"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (1): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2015 UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI PEMBOBOLAN DATA OLEH WIKILEAKS Stefanie Holim 1 NIM Abstract This study aims to describe the efforts of United States of America to overcome the cybercrime of Wikileaks that cracked USA s secret data, which contain harmful and controversial documents that forbidden to public. The method used in this thesis is a descriptive case study, where the author will explain it systematically taken by how USA solved the state s cracking data by Wikileaks. Based on the result of the study, it indicated that Wikileaks remains exist inside the internet and still publicize many documents about nations. However, USA achieved the purpose to rearrange their image towards other nations by the efforts that they ve done to Wikileaks. Key Words : Cracking Data, Cybercrime, Diplomatic Cables, Wikileaks Latar Belakang Pada 7 November 2007, dokumen AS mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara AS di Guantanamo Bay dirilis di situs web Wikileaks. Wikileaks awalnya memposting dokumen-dokumen yang berasal dari berbagai negara dengan materi yang berbeda-beda. Namun lama-kelamaan situs tersebut menerbitkan begitu banyak dokumen AS di halamannya, terhitung dokumen kawat diplomatik yang dipublikasikan oleh Wikileaks. Bocornya dokumen ini juga disebabkan oleh seorang analis intelijen militer AS yang bernama Bradley Manning, yang memiliki akses langsung ke dalam database AS selama penugasannya di Baghdad. Manning memiliki motivasi yang sama dengan Wikileaks, yaitu ingin memberikan fakta-fakta kepada publik dari suatu kejadian yang bersifat rahasia dan sudah terjadi sebelumnya. Keadaan semakin diperparah karena pada 5 Desember 2010, situs Wikileaks merilis salah satu dokumen AS yang berupa daftar mengenai isu keamanan AS. Dokumen tersebut berjudul The Critical Foreign Dependencies Initiative (CFDI) atau strategi yang terdapat di dalam daftar Departemen Keamanan Dalam Negeri AS ( United States Departement of Homeland Security). Daftar ini menjelaskan bahwa terdapat infrastruktur AS yang terdiri dari 300 aset dan sistem di lebih dari 50 negara dan akan 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, holimstfn@gmail.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : berdampak buruk terhadap AS jika infrastruktur tersebut diserang atau dihancurkan. Selain mengenai isu keamanan yang menimbulkan kepanikan terhadap AS, Wikileaks juga merilis video rekaman kontroversial mengenai pembantaian dari sebuah helikopter Apache di Baghdad yang dilakukan oleh tentara Amerika terhadap 12 warga Irak, termasuk dua wartawan Reuters. Lalu disusul dengan dokumen rahasia mengenai AS yang kerap mengecilkan jumlah warga sipil yang mereka bunuh dalam setiap serangan-serangan yang dilakukan oleh AS, contohnya seperti serangan yang terjadi di Husayba, dekat perbatasan Suriah, bahkan laporan rahasia mengenai AS yang suka mengkritik atau mengomentari negara lain seperti Brazil yang dinilai masih kurang tegas soal terorisme dan buruknya kepemimpinan Turki. Pembocoran dokumen tersebut menimbulkan reaksi negatif dan berdampak buruk terhadap AS yang dokumen-dokumennya paling banyak dibocorkan oleh Wikileaks. Publik akhirnya menjadi tahu pelanggaran-pelanggaran hak asasi yang telah dilakukan oleh AS, kritikan-kritikan yang menyinggung dari AS yang ditujukan kepada negara-negara lain, dan hal ini pun akhirnya menunjukkan secara jelas citra buruk AS di dunia. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan menjadi murka atas tuduhan yang diberikan oleh diplomat AS mengenai kepemimpinan Erdogan yang dianggap otoriter oleh AS. Tidak hanya itu, diplomat AS di Ekuador, Heather Hodges, dipersona non grata oleh pemerintah Ekuador karena diplomat AS telah menuduh polisi nasional Ekuador, Jaime Hurtado Vaca telah melakukan tindak korupsi. Pemerintah AS menganggap diplomat AS terlalu ikut campur dalam urusan tersebut. Keadaan ini menyebabkan AS harus melakukan langkah-langkah dan tindakan yang dapat mencegah pembobolan dokumen tidak terjadi lagi, dan juga demi mengurangi dampak yang telah ditimbulkan dari pemberitaan yang dilakukan Wikileaks di situsnya. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan upaya AS dengan melakukan counter cybercrime dalam mengatasi tindakan cybercrime yang berupa pembobolan data oleh Wikileaks. Kerangka Konsep Konsep Cybercrime Cyber crime adalah tindakan penyalahgunaan yang terjadi di dalam cyber space (dunia maya) dengan memanfaatkan komputer dan jaringan internet sebagai media dalam melakukan kejahatan. Cyber crime dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain: 1. unathorized access to computer system and service 2. illegal contents, 3. data forgery, 4. cyber espionage, 5. cyber sabotage and extortion, 6. offence against intellectual property, 7. infringements of privacy. Dalam kasus Wikileaks, tindakan cyber crime yang dilakukan terhadap Amerika Serikat termasuk sebagai unauthorized access to computer system and service. Unathorized access to computer system and service merupakan kejahatan yang dilakukan ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. 2

3 Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim) Biasanya pelaku kejahatan melakukannya dengan sabotase atau pencurian informasi penting dan rahasia. Namun ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Hal ini lebih sering dikenal dengan nama hacking dengan hacker sebagai sebutan untuk pelaku dari kejahatan ini. Hacking adalah ilegal karena masuk dan membaca data seseorang tanpa izin. Demi mencegah dan melawan kejahatan di dunia maya, maka suatu negara yang dirugikan berhak untuk menggunakan berbagai cara demi melindungi keamanan negaranya atau yang dapat disebut juga dengan counter cyber crime. Cara-cara yang termasuk di dalam counter cyber crime antara lain: 1. Memperbaiki sistem keamanan intelijen dalam negeri agar dapat mencegah pembobolan data yang kemungkinan dapat dilakukan lagi oleh hacker yang dapat meretas data rahasia. 2. Memblokir server atau menutup secara paksa situs terkait (k hususnya yang beroperasi di dalam negeri) dan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan sesama hacker juga agar akses ke dalam situs yang merugikan tidak dapat diakses lagi oleh publik. 3. Menutup rekening keuangan yang dipakai oleh pelaku siber dalam mengoperasikan websitenya. Jika pemerintah negara yang diserang melumpuhkan keuangan yang selama ini dipakai untuk membiayai website tersebut, maka kemungkinan besar website yang digunakan oleh hacker akan sulit atau sama sekali tidak bisa digunakan. Negara juga dapat menerapkan prinsip universal yang terdapat di dalam counter cyber crime dimana suatu negara berhak mengadili pelaku cyber crime walaupun pelaku tidak berada di dalam negara yang diserangnya. Prinsip universal dalam mengatasi tindak kejahatan di dalam dunia maya ini lebih jelasnya tertera di dalam A Proposal for an International Convention on Cyber Crime and Terrorism yang diratifikasi pada tahun 2000, dimana perjanjian ini dibentuk atas dasar The Convention on Cybercrime (biasa disebut dengan Budapest Convention on Cybercrime atau Budapest Convention). Perjanjian tersebut diadakan dan ditandatangani di Budapest pada 23 November 2001 dan pada Oktober 2014, 44 negara telah meratifikasi perjanjian ini (termasuk Amerika Serikat yang menjadi negara ke 16 yang meratifikasinya), sementara 9 negara telah menandatangani perjanjian ini namun belum meratifikasinya. The Convention on Cybercrime merupakan perjanjian internasional pertama yang menangani kejahatan komputer lintas batas negara dengan fokus kepada pelanggaran hak cipta, penipuan yang berkaitan dengan komputer, pornografi anak, kejahatan yang dilakukan terhadap suatu grup sosial, dan pelanggaran terhadap keamanan jaringan komputer lain seperti akses ilegal atau sabotase serta penyalahgunaan perangkat internet yang merugikan masyrakat, kelompok, negara, dan individu. Perjanjian ini dibentuk demi mencapai kebijakan kriminal yang ditujukan demi perlindungan masyarakat terhadap kejahatan cyber. 3

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : Tujuan-tujuan yang dilakukan atas dasar perjanjian ini antara lain: 1. Menyeimbangkan hukum-hukum negara yang berhubungan dengan cybercrime agar dapat mengadili pelaku kejahatan internet dengan benar 2. Melakukan investigasi dan penuntutan tindak pidana terhadap pelaku cybercrime. 3. Melakukan kerjasama internasional antar negara dalam menangani kejahatan cyber Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini merupakan deskriptif case study, yang menjelaskan secara sistematis bagaimana upaya Amerika Serikat dalam mengatasi pembobolan data yang dilakukan oleh Wikileaks. Jenis data yang dipakai yaitu jenis data sekunder, yang merupakan data yang diperoleh dari buku-buku dan artikel-artikel di internet yang erat kaitannya dalam mengumpulkan data untuk mengetahui upaya Amerika Serikat dalam mengatasi pembobolan data yang dilakukan oleh Wikileaks. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah tinjauan pustaka dan online library research yang bersumber dari buku-buku dan internet yang relevan dengan penulisan ini. Sedangkan teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif yaitu dengan menganalisis data sekunder dan kemudian menggunakan teori sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan kejadian yang sedang diteliti. Pembahasan Wikileaks adalah organisasi nirlaba jurnalistik internasional berbasis internet dengan domain wikileaks.org yang dibentuk pada tanggal 4 Oktober Didirikan oleh seorang computer programmer dan aktivis internet berkewarganegaraan Australia bernama Julian Assange, yang juga memegang jabatan sebagai pemimpin redaksi dan direktur dari Wikileaks sendiri. Wikileaks sebagai kelompok global independen yang mewadahi orang-orang berdedikasi tinggi dengan ide pers bebas. Wikileaks mempublikasikan berita yang mereka peroleh melalui anonim yang tergabung dalam Wikileaks, yang juga mendukung beroperasinya organisasi ini. Anonim-anonim tersebut memberikan dokumen yang diretas lalu mengirimkannya kepada Wikileaks. Setelah itu, tim Wikileaks menyunting dokumen yang didapatkan dan menjadikannya berita sehingga dapat diakses oleh publik. Wikileaks dibentuk atas dasar prinsip yang bertujuan mempertahankan kebebasan dalam berpendapat, publikasi media, memperbaiki catatan sejarah, dan mendukung hak-hak semua orang untuk mengemukakan pendapatnya. Mereka memperoleh inspirasi kebebasan ini dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, terutama pasal 19 yang mengilhami karya para wartawan dan relawan-relawan dari Wikileaks. Tujuan tersebut akhirnya diaplikasikan oleh Wikileaks dengan memberikan beritaberita dan informasi penting yang tidak pernah diketahui publik sebelumnya. Kegiatan utamanya yaitu memposting materi yang asli dari informasi yang mereka dapatkan melalui users anonim bersamaan dengan berita yang mereka olah sendiri. Hal ini dilakukan agar para pengakses yang membaca beritanya dapat membandingkan berita dengan materi asli, sekaligus menjadi pembuktian bahwa dokumen yang mereka peroleh tersebut adalah asli. 4

5 Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim) Wikileaks memiliki dokumen kawat diplomatik pemerintah AS yang tertanggal dari 28 Desember 1966 hingga 28 Februari Dokumen yang diperoleh tersebut bersumber dari komunikasi rahasia antara 274 kedutaan konsulat termasuk dari Departemen Luar Negeri AS. Materi-materi yang terdapat di dalam kawat diplomatik antara lain mengenai hubungan politik luar negeri yang dilakukan AS sebanyak dokumen, dokumen tentang hubungan dengan pemerintahan di dalam negeri, dokumen mengenai HAM, kondisi perekonomian dokumen, teroris dan terorisme dokumen, dan dokumen mengenai dewan keamanan PBB. Bocornya dokumen rahasia AS diakibatkan oleh institusi intelijen militer AS yang memiliki terlalu banyak personil di dalamnya. Banyaknya personil yang digunakan tersebut memungkinkan anggota intelijen dapat dengan mudah mengakses dan mengambil dokumen yang disimpan oleh AS di dalam database. Salah satu anonim yang tertangkap karena telah mencuri dokumen rahasia AS tersebut adalah Bradley Manning, seorang analis intelijen militer AS yang ditugaskan di Baghdad. Ia mengunduh dokumen dari ruang rahasia AS lalu mengirimkannya kepada Wikileaks sehingga Wikileaks dapat memposting dokumen tersebut menjadi berita yang dapat dibaca oleh masyarakat luas. Wakil Presiden AS Joe Biden telah menganggap Julian Assange sebagai teroris yang berteknologi tinggi. Kasus pembobolan inipun memberikan dampak yang merugikan AS. Biden menyatakan bahwa dengan membocorkan kawat-kawat diplomatik tersebut, Assange dianggap telah mempersulit AS dalam usahanya menjalankan urusan-urusan di seluruh dunia. Biden juga mengungkapkan mengenai bocoran yang sudah tersebar itu membuat AS menjadi lebih sulit dalam menjalankan urusan-urusan dengan negara-negara sahabatnya. Misalnya dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para diplomat dunia, mereka hanya mau bertemu dengan Biden secara pribadi dan tidak boleh disertai dengan staf di dalam ruangan. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan amarahnya dalam sebuah stasiun televisi swasta atas pemberitaan AS terhadap buruknya kepemimpinan Turki, dan juga mengenai 8 akun rekening milik Erdogan di bank Swedia yang sengaja dibuat untuk menutupi kasus korupsinya. Perdana Menteri Erdogan menyebut hal ini sebagai pencemaran atas nama baik yang telah dilakukan oleh para diplomat AS. Ia pun mengisyaratkan untuk mengambil tindakan hukum terkait masalah tuduhan tersebut. Begitu juga seperti yang terjadi di Ekuador, dimana Pemerintah Ekuador meminta Duta Besar AS di negara tersebut untuk berhenti karena AS menuduh kepala polisi Ekuador telah berlaku korup. Pembobolan yang dilakukan oleh Bradley Manning juga menyebabkan negara lain mempertanyakan pertahanan keamanan AS yang ternyata bisa dicuri oleh anggotanya sendiri. Pihak-pihak lain di luar Amerika Serikat yang mengetahui maraknya pemberitaan Wikileaks tersebut akhirnya menganggap remeh AS dan cukup sulit untuk mempercayakannya sebagai mitra hubungan antar negara. Kepercayaan yang telah dibina dalam waktu yang lama terhadap negara-negara sahabat tiba-tiba berubah menjadi kecurigaan terhadap AS. Amerika Serikat sendiri mengungkapkan bahwa 5

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : pembocoran dokumen-dokumen rahasia ini akhirnya memberikan dampak buruk terhadap setiap kegiatan diplomatik yang dilakukan. Untuk mengurangi dampak yang nantinya akan memperburuk keadaan AS, maka AS berupaya dengan menyusun dan melakukan cara-cara yang diharapkan mampu mengatasi kerugian dari pembobolan data yang dilakukan oleh Wikileaks, antara lain: 1. Memperbaiki Sistem Keamanan Intelijen AS Atas pembobolan yang dilakukan oleh Wikileaks pada tahun 2007, AS memperbaiki sistem keamanan intelijen dengan meningkatkan perlindungan terhadap sistem keamanan jaringan elektroniknya. Upaya ini dilakukan melalui uji coba secara rutin yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan jaringan mereka dalam menghadapi segala bentuk bahaya, termasuk penyusupan dan kebocoran dokumen negara. Setelah pembobolan yang terjadi pada akhir 2007, AS mendirikan situs rahasia yang menyerupai sistem jejaring sosial seperti MySpace atau Facebook sebagai sarana tukar-menukar informasi antara berbagai dinas intelijennya. Pada 22 September 2008, jejaring sosial tersebut akhirnya diluncurkan dan diberi nama A-Space 2, yang digunakan hanya untuk semua anggota dinas intelijen AS saat mengirim laporan. Selain sebagai sarana pertukaran informasi, jaringan ini juga dapat menjadi jalur komunikasi antara AS dengan negara-negara sahabat dan digunakan untuk merekrut agen intelijen. 2. Melakukan Investigasi dan Penuntutan Tindak Pidana Terhadap Pelaku Cybercrime Pada tahun 2008, setelah penerbitan dokumen Guantanamo Bay yang dilakukan pada akhir tahun 2007, seorang hakim Pengadilan Distrik di California berupaya untuk melakukan penutupan situs Wikileaks. Namun kemudian ia mencabutnya setelah menyadari bahwa perintah tersebut hanya berdampak kecil terhadap Wikileaks karena materi yang sama dapat diakses kembali di sejumlah situs-situs mirror lain buatan Wikileaks. Sebelum bertindak lebih jauh lagi dalam mengatasi pembobolan dan penerbitan dokumen rahasia yang dilakukan Wikileaks, Amerika Serikat membentuk Wikileaks Task Force (WTF) yang merupakan tim cabang dari Counter Intelligence Army (CIA). WTF ditugaskan khusus untuk memantau, menyelidiki bagaimana dan dari siapa Wikileaks mendapatkan dokumen-dokumen rahasia AS yang telah dibocorkan, dan merancang langkah-langkah yang tepat untuk menangani pelaku pembobolan data agar dapat menghentikan bocoran berita Wikileaks yang akan merugikan AS. 3 2 A-Space adalah proyek dari Office Director National Inteligence (Kantor Direktur Intelijen Nasional) sebagai sebuah situs khusus yang dibentuk oleh Badan Intelijen Pertahanan AS yang digunakan sebagai database, berkemampuan untuk mencari dokumen-dokumen rahasia atau umum secara bersamaan, dan dapat digunakan untuk bertukar pesan antar personel melalui web 6

7 Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim) 3. Memblokir Server atau Menutup Secara Paksa Situs Terkait Pada tanggal 30 November 2010, seorang staf senator AS, Joe Lieberman menghubungi Amazon.com untuk menarik layanannya terhadap Wikileaks, dan penarikan hosting dilakukan pada tanggal 1 Desember Juru bicara Lieberman, Leslie Philips, menganggap konten-konten yang diterbitkan oleh Wikileaks akan membahayakan orang lain yang tidak bersalah, begitu juga dengan Amazon yang kemungkinan akan diserang oleh hacker-hacker dari AS yang tidak menyukai tindakan Wikileaks. Usaha ini akhirnya berdampak kepada Wikileaks yang tidak dapat beroperasi untuk sementara karena harus mencari lagi layanan hosting agar situsnya tetap bisa menerbitkan materi-materinya. Pada tanggal 2 Desember 2010, EveryDNS selaku service provider yang menampung nama-nama alamat web terbesar dari Amerika Serikat menghapus Wikileaks dari daftar entrinya. Hal ini dikarenakan domain Wikileaks.org telah menjadi sasaran dari serangan-serangan yang menghalangi akses ke alamatalamat web lain. Cara kerja penyerangan ini yaitu para hacker berusaha menutup akses ke service provider lain dan hanya membuka satu-satunya provider yang harus diserang yaitu EveryDNS. Ketika hanya EveryDNS yang tersedia di dalam satu jaringan internet, maka setiap pengakses yang mem-browsing melalui provider ini dipastikan akan overload sehingga akan merusak sistem kerja provider tersebut. Hacker-hacker anonim (yang diyakini berasal dari AS) mengancam akan menyerang seluruh sistem sehingga EveryDNS dipastikan tidak dapat beroperasi dengan baik dan stabilitas prasarananya pun akan terancam rusak oleh serangan ini. Akhirnya, EveryDNS yang menyediakan akses bagi hampir situs tersebut memutus layananannya untuk Wikileaks. Dengan terpaksa Wikileaks tidak dapat beroperasi dan harus mencari penyedia akses lain yang dapat menampung domainnya. Dalam 1 hari, AS tidak mendapati Wikileaks mempublikasikan dokumennya karena situs ini tidak memiliki halaman hosting lagi. 4. Menutup Rekening Keuangan yang Dipakai Oleh Pelaku Cybercrime Pada tanggal 4 Desember 2010, Paypal. salah satu layanan pembayaran secara online, secara permanen memotong rekening Yayasan Wau Holland yang selama ini telah dipakai dalam mengumpulkan donasi untuk Wikileaks. Kebijakan ini dilakukan oleh Paypal karena Wikileaks dianggap telah melanggar aturan-aturan yang ditetapkan dari situs pelayanan online tersebut. Paypal menyatakan bahwa layanan ini berhenti menerima pembayaran setelah Departemen Luar Negeri AS memberitahukan jika Wikileaks merupakan situs dengan kegiatan yang mendorong, mempromosikan, memfasilitasi atau menginstrusikan orang lain untuk terlibat dalam suatu aktivitas yang ilegal. Pada tanggal 6 Desember 2010, bank Swiss, PostFinance, juga mengumumkan bahwa mereka telah membekukan aset yang dimiliki oleh Julian Assange sebesar euro. Bank tersebut membekukan aset Assange atas tindakan Assange yang memberikan informasi palsu mengenai tempat tinggalnya disaat membuat rekening. Hal ini dikarenakan Assange yang identitasnya masih nomaden dan 7

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : \ berpindah-pindah, sehingga PostFinance menganggap Assange memberikan informasi palsu. Di hari yang sama pula, Visa dan Mastercard, perusahaan kartu kredit, ikut memblokir keuangan pengoperasian situs Wikileaks. Visa dan Mastercard samasama memberikan pernyataan dimana akan tetap menangguhkan penerimaan pembayaran yang dilakukan ke rekening Wikileaks karena sifat bisnis Wikileaks yang bertentangan dengan aturan-aturan dari lembaga keuangan ini, sama dengan alasan Paypal dalam membekukan akun Wikileaks. Lembaga-lembaga keuangan ini melarang pelanggan secara langsung maupun tidak langsung dalam melakukan dan memfasilitasi tindakan yang ilegal yaitu espionase yang dilakukan oleh Wikileaks terhadap Amerika Serikat. Upaya pembekuan ini dilakukan agar dapat melumpuhkan pengoperasian Wikileaks yang mengutamakan donasi dari para user-nya. Sebab jika dana yang selama ini masuk ke dalam rekening Wikileaks tidak dapat digunakan, AS berharap dapat menutup dan menghentikan pengoperasian situs web Wikileaks. 5. Menyeimbangkan Hukum-Hukum Negara yang Berhubungan Dengan Cybercrime Agar Dapat Mengadili Pelaku Dengan Benar Pada tanggal 27 Mei 2010, Bradley Manning ditangkap dan 4 hari kemudian ditahan dalam sebuah penjara militer di kamp Arifjan, Kuwait sebelum dilakukan persidangan oleh agen U.S. Army Criminal Investigation Command. Pada bulan Juli 2010, dua tuduhan tindakan menyimpang yang ditujukan kepadanya atas: a. Pentransferan data rahasia ke dalam komputer pribadinya dan memasang software (perangkat lunak) ilegal ke dalam sistem komputer rahasia b. Mengkomunikasikan, mentransmisikan, dan memberikan informasi pertahanan nasional kepada pihak yang tidak mendapatkan izin untuk itu. Kedua tuduhan tersebut juga termasuk di dalamnya mengenai pengaksesan tidak resmi yang dilakukan Manning terhadap jaringan komputer Secret Internet Protocol Routers Network (SIPRNet), melakukan pengunduhan terhadap lebih dari kawat diplomatik Departemen Negara AS, mengunduh presentasi PowerPoint rahasia, melakukan pengunduhan video operasi militer rahasia di Baghdad pada 12 Juli 2007, serta mengirimkan video dan kawat-kawat diplomatik tersebut kepada orang yang tidak berhak. Manning dikenakan hukuman yang berat karena dituduh telah mengkhianati negara dengan memberikan dokumen AS kepada pihak yang tidak berhak memperoleh data tersebut. Sampai saat inipun tidak ada lagi kasus yang menyerupai Manning. Dengan tuntutan yang diberikan kepada Manning tersebut, AS berharap agar tidak akan ada lagi pemberontak yang dapat merusak kestabilan negara khususnya bagi personel intelijen militer AS yang memiliki akses ke dalam ruang database dokumen rahasia. 8

9 Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim) 6. Melakukan Kerjasama Internasional Antar Negara Dalam Menangani Cybercrime Pada tanggal 7 November 2010, Julian Assange akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Metropolis London ketika International Police (Interpol) telah memburunya selama lebih dari seminggu. Keputusan itu dijatuhkan setelah Assange menyerahkan diri kepada pihak Kepolisian Inggris yang juga mengejarnya atas dasar surat perintah internasional yang dikeluarkan di Swedia. Beberapa jam setelah ditahan polisi setempat, Julian Assange langsung menghadapi pengadilan ekstradisi di London, dan terancam diekstradisi ke Swedia. Namun di depan hakim, Assange mengatakan bahwa ia menolak diekstradisi ke Swedia karena ada kemungkinan Assange diserahkan kepada Amerika Serikat. Pengacara Assange di London mengatakan bahwa pengejaran terhadap Assange juga politis karena dilakukan tidak lama setelah Wikileaks mengungkap dokumen rahasia diplomatik AS di internet. Oleh karena itu Assange berusaha menghindari ektradisinya dari Inggris ke Swedia, karena Swedia diduga bekerjasama dengan AS dalam menangani persoalan tersebut. Dan dari pihak Swedia juga mengeluarkan tuntutan kepada Assange karena ia dianggap telah melakukan pelecehan seksual terhadap dua perempuan saat Assange masih tinggal untuk sementara di Swedia. Dianggap bahwa jeratan hukum ini juga nantinya dapat membuat Julian Assange terekstradisi ke AS. Akhirnya, Assange harus mendekam di London dimana ia juga dipindahkan sebanyak tiga kali dengan sel-sel yang sangat tertutup. Assange dibawa ke Wandsworth Onslaw Centre, sebuah bagian penjara yang dihuni sekitar 350 tahanan. Namun kemudian diputuskan bahwa masih terlalu berbahaya bagi Assange untuk berada di Onslaw. Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan bahaya dari seseorang yang mungkin dapat menyerang atau membunuh dirinya. Oleh karena itu, Assange dipindahkan lagi ke bagian isolasi, tempat para polisi Inggris mengirim para tahanan yang paling susah diatur. Lalu pada 17 Desember 2010, Assange diharuskan untuk berada di Ellingham Hall, suatu rumah peristirahatan di Inggris Timur. Assange dikenakan jam malam, wajib lapor ke polisi setiap hari dan ia juga diharuskan untuk mengenakan gelang pemantau elektronik. Sejak saat itu sampai sekarang, Assange masih menjadi tahanan rumah dan akan terus mengikuti sidang sampai ditetapkan siap diekstradisi ke Swedia dan nantinya akan diadili di Amerika Serikat. Jeratan hukuman yang diberikan kepada Assange ini diharapkan agar Wikileaks tidak dapat mengoptimalkan pengoperasiannya seperti sebelumnya. Assange merupakan pemimpin dari Wikileaks dan seluruh anggotanya sangat bergantung kepada dirinya. Selain itu, pengaruh Assange di dalam Wikileaks sangat besar yaitu sebagai seorang hacker yang menjunjung tinggi kebebasan pers. Jika Assange masih aktif di dalam Wikileaks, propaganda yang diciptakannya melalui kekuatan hacking atau meretas akan menunjang keinginan publik untuk terus berusaha mencari lebih dalam berbagai dokumen negara yang tidak seharusnya diketahui oleh publik. Oleh karena itu, jika tidak ada lagi campur tangan yang 9

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : dilakukan Assange terhadap Wikileaks, maka Wikileaks diharapkan dapat berhenti beroperasi secara perlahan. Penahanan terhadap Assange inipun menjadikan AS dapat memperbaiki citra dirinya bagi negara lain dan dapat memperbaiki hubungan diplomatik AS dengan mitra-mitranya. Kesimpulan Walaupun AS telah melakukan berbagai upaya counter cybercrime, namun AS masih belum dapat mengatasi secara maksimal kegiatan cybercrime yang dilakukan oleh Wikileaks. Hal tersebut terlihat dari situs Wikileaks yang sampai sekarang masih tetap dapat beroperasi. Lagipula, lalu lintas internet yang sangat fleksibel dan luas serta pengguna-pengguna anonim yang tidak diketahui siapa dan darimana asalnya menyebabkan Wikileaks tetap aktif meskipun Assange tidak aktif lagi di dalamnya. Namun, upaya counter cybercrime yang dilakukan AS sudah mampu memperbaiki citra dirinya yang sempat digunjingkan oleh negara lain termasuk mitra-mitranya sendiri. AS juga sampai sekarang masih tetap dapat melakukan dan membina kerjasama dengan negara lain walaupun sebelumnya sempat terhambat karena penyingkapan dokumen rahasia AS kepada publik yang dilakukan oleh Wikileaks. Daftar Pustaka Literatur Buku: Brevini, Hintz, & Mccurdy, Patrick Beyond Wikileaks: Implications For The Future of Communications, Journalism And Society, New York: Palgrave McMillan Isnaeni, Hendri F., Indonesia, Wikileaks, dan Julian Assange. Jakarta: PT. Ufuk Publishing House. Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime): Suatu Pengantar. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Priyatna, Haris, Wikileaks: Situs Paling Berbahaya Di Dunia. Bandung: PT. Mizan Pustaka Surahman & Kusmagi, Marye Agung Konspirasi Dunia Versi Wikileaks. Jakarta: Penerbit Raih Asa Sukses. T., Apriadi, Wikileaks: Bocoran Dokumen-Dokumen Rahasia Intelijen Tingkat Tinggi. Yogyakarta. PT. Buku Seru. Wahid & Labib, Mohammad, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime). Bandung: PT. Refika Aditama. Internet : Secret US Embassy Cables, dalam diakses 11 November

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) A. Pengertian Cyber Crime Membahas masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi

Lebih terperinci

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan

Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan CYBER CRIME Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan Kejahatan kerah putih (white collar crime) Kejahatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari bab-bab diatas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: A. Sikap Amerika Serikat Terhadap Wikileaks Dan Kebebasan Informasi

Lebih terperinci

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta [ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta Anggota Kelompok Wisnu R. Riyadi Yuwono F. Widodo Fathur Rahman Yherry Afriandi Rendy Pranalelza Pengertian Cybercrime

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan industri yang merupakan hasil dari budaya manusia membawa dampak positif, dalam arti teknologi dapat di daya gunakan untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perbuatan-Perbuatan Pidana Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

Definisi Cybercrime. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom)

Definisi Cybercrime. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom) Definisi Cybercrime Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom) Fathirma ruf 13917213 PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom Cyber Crime Ade Sarah H., M.Kom Cybercrime adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. Karakteristik

Lebih terperinci

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime cybercrime Kriminalitas dunia maya (cybercrime) atau kriminalitas di internet adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Tema : Kejahatan Multimedia di Media Sosial @HOM Platinum Hotel Yogyakarta, 17 Nopember 2015 Dr. Mochamad Wahyudi, MM, M.Kom, M.Pd, CEH, CHFI wahyudi@bsi.ac.id

Lebih terperinci

PENGERTIAN CYBER CRIME

PENGERTIAN CYBER CRIME PENGERTIAN CYBER CRIME Taufan Aditya Pratama Taufan@raharja.info Abstrak Perkembangan teknologi semakin pesat saja. Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai teknologi informasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

Kejahatan Mayantara (Cybercrime)

Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Dalam era globalisasi memberikan pengaruh thd perkembangan teknologi informasi, shg telah memberikan pengaruh thd terjadinya berbagai bentuk kejahatan yg sifatnya modern

Lebih terperinci

CYBER LAW & CYBER CRIME

CYBER LAW & CYBER CRIME CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena

Lebih terperinci

CYBERCRIME & CYBERLAW

CYBERCRIME & CYBERLAW CYBERCRIME & CYBERLAW Disampaikan oleh : SUHENDAR 12100208 BAHRUDIN 12100213 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Masalah-masalah cybercrime selalu menjadi masalah yang menarik. Di Indonesia penanganan permasalahan

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA KULIAH 1. Pendahuluan 2. Data dan Informasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA) CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA) Mungkin istilah Cyber Crime sudah tidak asing lagi bagi kita, dimana istilah cyber crime itu sendiri adalah suatu tindakan yang menjurus pada tindakan

Lebih terperinci

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet

Lebih terperinci

Ketentuan Penggunaan. Pendahuluan

Ketentuan Penggunaan. Pendahuluan Ketentuan Penggunaan Pendahuluan Kami, pemilik Situs Web ecosway (yang termasuk situs Web ecosway) telah menetapkan ketentuan ketentuan yang selanjutnya di sini disebut ("Ketentuan Penggunaan") sebagai

Lebih terperinci

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

Perkembangan Cybercrime di Indonesia Perkembangan Cybercrime di Indonesia Devi Pursitasari Devi.pursitasari@raharja.info Abstrak Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

P10 Kejahatan Komputer. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta

P10 Kejahatan Komputer. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta P10 Kejahatan Komputer A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta Pendahuluan 2 Pendahuluan Sekarang komputer Identik dengan Internet Saat ini siapa yg dalam sehari tidak menggunakan Internet??? Apa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

Modus Kejahatan dalam Teknologi Informasi

Modus Kejahatan dalam Teknologi Informasi Modus Kejahatan dalam Teknologi Informasi Etika Profesi/Hukum SISFO Suryo Widiantoro Senin, 14 September 2009 Sebuah Pengantar Trend perkembangan teknologi informasi, terutama internet Dampak negatif seperti

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM

SYARAT DAN KETENTUAN UMUM SYARAT DAN KETENTUAN DI BAWAH INI HARUS DIBACA SEBELUM MENGGUNAKAN WEBSITE INI. PENGGUNAAN WEBSITE INI MENUNJUKKAN PENERIMAAN DAN KEPATUHAN TERHADAP SYARAT DAN KETENTUAN DI BAWAH INI SYARAT DAN KETENTUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian Jenis-jenis ancaman (threats) melalui IT, Kasus-kasus

Lebih terperinci

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN

kami. Apabila pekerjaan cetak tidak bersponsor, maka anda harus membayar biaya cetak langsung ke toko percetakan. KETENTUAN PENGGUNAAN KETENTUAN PENGGUNAAN Selamat Datang di REVOPRINT! Terima kasih telah menggunakan layanan yang disediakan oleh diri kami sendiri, PT Revo Kreatif Indonesia (REVOPRINT), dengan alamat terdaftar kami di Kemang

Lebih terperinci

Pelanggaran Hak Cipta

Pelanggaran Hak Cipta LOGO Pelanggaran Hak Cipta Hak cipta adalah hak bagi seseorang atau kelompok orang atas sebuah hasil ciptaan untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM CYBER CRIME. dalam kehidupan masyarakat itu berada. Kejahatan merupakan cap atau

BAB III TINJAUAN UMUM CYBER CRIME. dalam kehidupan masyarakat itu berada. Kejahatan merupakan cap atau BAB III TINJAUAN UMUM CYBER CRIME A. Pengertian Kejahatan Berbicara tentang kejahatan sebenarnya tidak lepas dari dunia nyata dalam kehidupan masyarakat itu berada. Kejahatan merupakan cap atau sebutan

Lebih terperinci

Kebijakan Privasi (Privacy Policy)

Kebijakan Privasi (Privacy Policy) Halaman 1 Kebijakan Privasi (Privacy Policy) Tanggal perubahan terakhir: 18 Mei 2017 Mitrateladan.org merupakan layanan yang memberikan informasi secara umum dan khusus kepada anggota, dan menjadi aset

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan telah diratifikasi

Lebih terperinci

KOMPUTER DAN MASYARAKAT. Mia Fitriawati S.Kom

KOMPUTER DAN MASYARAKAT. Mia Fitriawati S.Kom KOMPUTER DAN MASYARAKAT Mia Fitriawati S.Kom Cybercrime Adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama. Karakteristik: Kejahatan kerah biru (blue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

Pengertian Cybercrime

Pengertian Cybercrime Pengertian Cybercrime MODUS-MODUS KEJAHATAN DALAM DUNIA MAYA (Cybercrime) Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. Beberapa pendapat mengindentikkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN PENGELOLA NAMA DOMAIN INTERNET INDONESIA Icon Business Park Unit L1-L2 BSD City Tangerang, Indonesia 15345, Indonesia. www.pandi.id Judul: Kebijakan Penanganan Keluhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB), Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions) Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com (Terms and Conditions) Pemberitahuan 1. Perusahaan menyampaikan pemberitahuan kepada Anda melalui e-mail / sms notifikasi mengenai pemberitahuan umum di website

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MODUS-MODUS KEJAHATAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI

MODUS-MODUS KEJAHATAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI MODUS-MODUS KEJAHATAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui Internet pula kegiatan komunitas komersial

Lebih terperinci

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya Goals 1. Memahami berbagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta masalahmasalah yang ditimbulkan 2. Membentengi diri dari dampak buruk yang

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL DAN KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. Ketentuan Umum :berisi hal yang berkait dengan ITE II. Yurisdiksi Pengaturan teknologi informasi yang diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PRIBADI SILAKAN BACA PERSYARATAN PENGGUNAAN INI (-"KETENTUAN") dengan HATI-HATI SEBELUM MENGGUNAKAN DAN/ATAU BROWSING SITUS WEB INI (SITUS "INI"). Istilah-istilah ini menjelaskan dan menubuhkan

Lebih terperinci

10 Hacker Paling Terkenal di Dunia dan Apa yang Terjadi pada Mereka

10 Hacker Paling Terkenal di Dunia dan Apa yang Terjadi pada Mereka 10 Hacker Paling Terkenal di Dunia dan Apa yang Terjadi pada Mereka 30 Okto Tidak semua hacker jahat. Hacker yang baik disebut sebagai hacker topi putih. Mereka menggunakan kemampuannya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika Alamat: KampusII,Jl.JembatanMerah,No.84.C.,Gejayan, CondongCatur,Yogyakarta.Telp.(0274)-584922,550703,550704

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Kebijakan Privasi. Cakupan. Jenis Data dan Metode Pengumpulan

Kebijakan Privasi. Cakupan. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Kebijakan Privasi Dalam Kebijakan Privasi ( Kebijakan ) ini, kami, Qualcomm Incorporated dan anak perusahaan kami (secara bersama-sama disebut kami, kami, atau milik kami ), memberikan informasi mengenai

Lebih terperinci

Keamanan Sistem Informasi

Keamanan Sistem Informasi Keamanan Sistem Informasi Oleh: Puji Hartono Versi: 2014 Modul 7 Hukum Siber Overview 1. Kategori kejahatan 2. Ruang lingkup hukum siber 3. Investigasi 4. Hukum Siber di Indonesia (UU ITE2008) 1. Kandungan

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Berikut adalah beberapa contoh data yang disimpan oleh TRAVIAN GAMES:

Berikut adalah beberapa contoh data yang disimpan oleh TRAVIAN GAMES: Kebijakan Privasi Travian Games GmbH Dokumen ini adalah Kebijakan Privasi Travian Games GmbH, Wilhelm-Wagenfeld-Str. 22, 80807 Munich, Jerman (selanjutnya: TRAVIAN GAMES ). Kebijakan Privasi ini berlaku

Lebih terperinci

1.4. Intelektual properti. Intelektual properti meliputi: 1. Paten 2. Copyright 3. Trade Secret 4. Trademark

1.4. Intelektual properti. Intelektual properti meliputi: 1. Paten 2. Copyright 3. Trade Secret 4. Trademark Kerangka Acuan Tugas Mata Kuliah PROTEKSI DAN TEKNIK KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kelompok 129pagi Anggota: MUHAMMAD BAGIR 7204000306 LAWS, INVESTIGATIONS AND ETHICS 1. Hukum Ada banyak bentuk sistem hukum

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi*) Kelompok Kerja e-security, suatu unit aktivitas di dalam wadah Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pacific (APEC) kembali menggelar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki beragam hak sejak ia dilahirkan hidup. Hak yang melekat pada manusia sejak kelahirannya ini disebut

Lebih terperinci

Pertemuan ke 2 Hendra Di Kesuma, S.Kom., M.Cs. Sistem Informasi STMIK BINA NUSANTARA JAYA

Pertemuan ke 2 Hendra Di Kesuma, S.Kom., M.Cs. Sistem Informasi STMIK BINA NUSANTARA JAYA Keamanan Komputer Pertemuan ke 2 Hendra Di Kesuma, S.Kom., M.Cs. Sistem Informasi STMIK BINA NUSANTARA JAYA Mengapa Keamanan Komputer dibutuhkan? Information-Based Society menyebabkan nilai informasi menjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Negara juga menjunjung tinggi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi Diperlukan waktu yang relatif lama dalam upaya membentuk UU Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

Pembahasan : 1. Definisi Cybercrime 2. Karakteristik Cybercrime 3. Bentuk-Bentuk Cybercrime

Pembahasan : 1. Definisi Cybercrime 2. Karakteristik Cybercrime 3. Bentuk-Bentuk Cybercrime Pertemuan 4 Pembahasan : 1. Definisi Cybercrime 2. Karakteristik Cybercrime 3. Bentuk-Bentuk Cybercrime I. Definisi Cybercrime Pada awalnya, cyber crime didefinisikan sebagai kejahatan komputer. Menurut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERNYATAAN PRIVASI INREACH

PERNYATAAN PRIVASI INREACH PERNYATAAN PRIVASI INREACH Terakhir Diperbarui: 1 September 2016 (v 2016.2) Privasi Anda penting bagi InReach, Inc. ("inreach"). Kami mengembangkan Pernyataan Privasi ini agar Anda mengetahui cara kami

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA No. 1973, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. EMAIL. Tata Kelola. KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TATA KELOLA

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 amandemen ketiga yang berbunyi

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS Chapter 5 Management Information Systems, 10th Edition, Raymond McLeod,Jr, George P. Schell, Pearson Education Pokok Bahasan Hubungan SI dengan isu-isu etika dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, hampir seluruh negara di dunia dapat mengakses internet. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses yang sangat mudah untuk menggunakan internet.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan pengembangan pemberdaya manusia (SDM). Pada saat ini pendidikan dituntut peranannya

Lebih terperinci