Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Psikologi 2010, Vol. 01, No. 01, Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno Fakultas Psikologi Universitas Darul Ulum Jombang Abstract: this research aims to test the influence of guidance in performing prayer and dzikir to the pre-surgery patients toward overcoming pre-surgery anxiety. Subjects are pre-surgery patients in Swadana hospital Pare Kediri, each taken as many as 20 patients as the experimental group and 20 patients as the control group, obtained through purposive random sampling technique. The research use quasi-experiment method and randomized control group only design, and then the data analyze using t-test. The result has shown that there is significant difference of anxiety between patients who are given dzikir guidance and patients who are not given dzikir guidance (t = , with the level of significance p = 0.002), where the anxiety of pre-surgery patients who are not given dzikir guidance is higher than patients who are given dzikir guidance. This result indicates that the granting of prayer and dzikir guidance effectively reduce the levels of anxiety of pre-surgery patients. Keywords: guidance, prayer, dzikir, anxiety, and patient pre-surgery. Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bimbingan dalam melakukan do a dan dzikir pada pasien pre-operasi berpengaruh dalam mengatasi kecemasan pre-operasi. Subjek penelitian adalah pasien pre-operasi di RSUD Swadana Pare Kediri, yang masing-masing diambil sebanyak 20 orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan randomized control group only design. Analisa data menggunakan t-test. Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir (t = -3,344 dengan p = 0,002), dimana tingkat kecemasan pasien pre-operasi yang tidak diberi bimbingan dzikir dan do a lebih tinggi dibanding pasien yang diberi bimbingan dzikir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbingan do a dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi. Kata Kunci: bimbingan, do a, dzikir, kecemasan, dan pasien pre-operasi. Perjalanan hidup manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, bahkan terkadang harus mengalami berbagai kejadian berat atau musibah yang mengharuskan berhubungan dengan rumah sakit. Penanganan di rumah sakit terhadap pasien berbeda-beda tergantung intensitas penyakit yang dideritanya. 11

2 12 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno Penyakit yang diderita pasien terkadang menyebabkan terjadinya kecemasan, khususnya pada pasien dengan kategori berat hingga harus dilakukan tindakan operasi. Kecemasan pasien pre-operasi berbeda-beda setiap individu. Secara umum kecemasan merupakan pengalaman manusiawi yang universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu reaksi antisipatif, rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah, karena sumber ancaman atau pikiran tentang sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak terdefinisikan. Menurut Gunarsa (1980), kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati yang timbul didalam tanpa ada perangsang dari luar. Kebanyakan manusia pernah mengalami rasa takut, cemas, dan khawatir. Walaupun kecemasan bermula dari rasa takut, namun masih dapat dibedakan dalam berbagai hal. Ketakutan cenderung bersifat langsung disebabkan oleh benda atau peristiwa yang bersifat spesifik dan disadari. Sedangkan kecemasan bersifat langsung tanpa ada sumber yang jelas dan tidak disadari. Reaksi kecemasan yang biasa atau normal akan berakhir pada saat bahaya berlalu. Kecemasan selalu melibatkan komponen psikis (afektif, kognitif, perilaku) dan biologis (somatik, neurofisiologis). Gejala somatik sangat bervariasi pada masing-masing individu, tetapi pada dasarnya merupakan manifestasi keterlibatan syaraf otonom dan sistem visceral yaitu sistem urogenital (sering kencing atau sulit kencing), sistem cardiovasculer (tekanan darah tinggi, berkeringat dingin, sakit kepala, dan lain-lain), sistem gastrointestinal (diare, kembung, iritasi lambung, dan colon obstipasi), sistem respiratori (nyeri dada, hidung tersumbat), sistem musculoskeletal (kejang, nyeri otot, dan keluhan mirip rematik). Keluhan-keluhan tersebut di atas berhubungan dengan kecemasan yang dialami seorang pasien. (Wibisono, 1990). Kecemasan dapat diekspresikan dengan berbagai cara. Seseorang mengekspresikan kecemasan yang ringan dengan cara-cara yang dikenalnya. Seperti bentuk khawatir dan tertekan atau sering merasa tidak tenang dan cemas, sikap lebih mudah marah, atau merasa mudah tersinggung. Orang yang cemas mudah dipengaruhi oleh apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan oleh orang lain, karena sering merasa bahwa dirinya salah dimengerti dan sangat sensitif terhadap kritik atau kecaman. Menurut pengamatan penulis selama bekerja di RSUD Swadana Pare, tampaknya pasien pre-operasi mengalami kecemasan walaupun dengan tingkat yang bervariasi. Kecemasan akan proses pre-operasi biasa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah akrena adanya perasaan takut pada pasien akan terjadinya cacat, adanya ketakutan tidak sembuh, takut meninggal, biaya operasi, lingkungan kamar operasi, dan juga informasi atau mitos yang berkaitan dengan operasi. Berdasarkan keterangan dari petugas kamar operasi bahwa setiap pasien yang akan dilakukan operasi banyak mengalami kecemasan ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan jumlah nadi. Bahkan pada bulan Agustus-Oktober 2006, tercatat terjadi penundaan tindakan operasi

3 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi 13 sebanyak 3 orang disebabkan pasien mengalami cemas beat ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang tinggi. Terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas penderita. Menurut Snyderman (dalam Hawari, 2004) bahwa terapi medis saja tanpa disertai do a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataanya banyak penderita yang belum mendapat bimbingan terhadap pendekatan keagamaan untuk melakukan do a dan dzikir baik dari tenaga pelayanan kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini terjadi karena disebabkan kurang pengetahuan tentang keagamaan dan bimbingan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do a dan dzikir. Upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit adalah ditingkatkannya mutu pelayanan kesehatan terutama pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara tenaga pelayanan kesehatan, penderita, dan keluarga penderita, dengan cara menyiapkan tenaga pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pendekatan secara keagamaan, memberikan bimbingan tentang peningkatan keimanan, dan pelaksanaan do a dan dzikir. Atau bisa mendatangkan seorang pemuka agama untuk membimbing dalam memberikan support psikologis dengan melakukan do a dan dzikir, sehingga kecemasan berkurang dan imunitas meningkat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan kecemasan pasien pre-operasi antara yang dibimbing dengan do a dan dzikir dengan yang tidak dibimbing, pada RSUD Swadana Pare, Kediri. Kecemasan Pasien Pre-operasi Kecemasan adalah respon atau pengalaman yang menyakitkan yang dialami oleh seseorang terhadap berbagai alat-alat dalam yang tunduk di bawah jaringan syaraf bebas, seperti jaringan jantung, alat pernafasan, kelenjar-kelenjar peluh, dan lain-lain. (Freud, dalam Lestari, 2005). Sedangkan menurut Kartono (1990), dinyatakan bahwa kecemasan sebagai suatu kegelisahan-kegelisahan, kekhawatiran serta ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difuse atau dibaur dan mempunyai ciri yang merugikan bagi seseorang. Selanjutnya gejala pengiring pada kecemasan dan ekuivalen kecemasan atara lain adalah gemetar, gelegar, berpeluh dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas, percepatan nadi dan detak jantung, muntah, mual, murus, dan lain-lain. Lazarus (dalam Lestari 2005), mendefinisikan kecemasan sebagai suatu pengalaman emosional yang dirasakan sebagai suatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas yang dirasakan atau tidak diketahui penyebabnya. Kecemasan timbul karena adanya ancaman baik dari luar maupun dari dalam tubuh terhadap keselamatan diri atau lingkungan yang menyebabkan perubahan fisiologis tubuh. Pre berarti sebelum, dan operasi berarti suatu tindakan pembedahan. Preoperasi berarti suatu keadaan/waktu sebelum dilakukan tindakan operasi

4 14 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno (Hendra, 2000). Tujuan utama adalah untuk mengadakan penilaian sebelum pembedahan atau pre-operasi, untuk mengenali masalah atau persoalanpersoalan yang menyangkut resiko pembedahan (Schroek, 1995). Kecemasan pasien menghadapi pre-operasi adalah kecemasan terhadap masalah menjelang pelaksanaan operasi yang akan dihadapi pasien dimana merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menimbulkan stress dan konflik, bersifat subyektif, dan timbul karena individu merasa dirinya menghadapi ketegangan. Kecemasan pasien pre-operasi termasuk state anxiety yaitu gejala kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu. Situasi-situasi ini akan menyebabkan individu mengalami kecemasan dan gejalanya akan selalu tetap tampak selama situasi tersebut ada. Gangguan kecemasan secara umum ditandai oleh tiga hal, yaitu 1) Harapan yang mengkhawatirkan, seperti khawatir nasib buruk yang akan menimpa dan kesulitan untuk konsentrasi. 2) Ketegangan motorik yang ditandai dengan gelisah, sakit kepala, gemetar, dan tidak dapat rileks. 3) Hiperaktifitas otonomik, misalnya kepala terasa ringan, berkeringat, mulut kering, dan kepala pusing (Maslin, 1996). Terdapat banyak faktor penting yang mempengaruhi kecemasan, antara lain: 1) Faktor nilai ambang (stress/frustration tolerancy, frustation dremple) setiap individu berbeda tergantung keadaan somato-psiko sosialnya. Perbedaan ini disebabkan faktor umur, seks, kepribadian, intelegensi, emosi, dan status sosial atau pekerjaan (Maramis, 2004). 2) Faktor kematangan (maturity). Individu yang telah mencapai kematangan dalam arti telah tumbuh dan berkembang dalam fase perkembangan yang semestinya, maka akan mudah menyesuaikan diri secara fleksibel karena telah memiliki integritas kepribadian (Mapiare, 1983). 3) faktor kepribadian (personality). Kepribadian ini telah terbentuk dari hasil proses belajar yang diterima sejak awal kehidupan dan pengalaman yang membentuk pola kepribadian khas individu (Suryabrata, 1986). 4) Faktor kondisional, meliputi faktor psikis, fisik, maupun sosial yang membantu dalam mengatasi tugas-tugas perkembangan diantaranya efisiensi fisik yang baik, kemampuan motorik, kemampuan mental, motivasi, model, dan peran. Kondisi ini akan sangat membantu dalam mengadakan penyesuaian diri secara normal dan konstruktif (Hurlock, 1991). 5) Faktor lingkungan, meliputi llingkungan fisik maupun sosial. Menurut Skinner dalam stimulus respon teori mengatakan tingkah laku manusia itu berkembang dan dipertahankan oleh anggota masyarakat untuk bertingkah laku seperti yang diharapkan dan sesuai dengan masyarakat di tempat tinggalnya. Menurut Kartono (1990) sumber-sumber kecemasan meliputi: 1) Ketakutan dan kecemasan terus-menerus yang disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi. 2) Represi terhadap macam-macam masalah emosional akan tetapi tidak dapat berlangsung secara emosional. 3) Ada

5 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi 15 kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang. 4) Dorongandorongan seksual yang tidak terpuaskan sehingga mengakibatkan konflik batin. Konsep Do a dan Dzikir Dalam pengertian lughawy (bahasa), kata do a diturunkan dari bahasa Arab yaitu da aa-yad uu yang mempunyai banyak pengertian seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur an maupun dalam hadist-hadist Rasulullah SAW. Do a adalah permohonan yang dimunajatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha pengasih, Maha penyayang, dan Maha pengampun. Do a sesungguhnya memiliki tiga unsur yang sangat penting, yaitu 1) Pernyataan seorang hamba tentang eksistensi Allah SWT. Dengan kata lain, seorang hamba merasa yakin sepenuhnya bahwa Allah SWT memang eksis, Maha Kuasa, Maha Pemurah, dan Penyayang selaku Dzat yang paling Agung. 2) Pernyataan seorang hamba tentang ketidakberdayaannya. Seorang hamba akan pasrah kepada Allah SWT karena dia yakin bahwa segala usaha yang telah dilakukan hanyalah sebatas ikhtiar belaka, serta tidak berkuasa dalam menentukan hasil akhir merupakan unsur penting dalam setiap do a. 3) Wujud nyata introspeksi diri. Kita tidak boleh khilaf bahwa Allah SWT pasti tidak akan mengabulkan permintaan sepanjang kita melanggar segala larangan dan menjauhi segala perintah-nya. Bagi pemeluk agama Islam, do a dan dzikir merupkaan salah satu bentuk komitmen keagamaan/keimanan seseorang. Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat-sifat-nya. Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikirnya itu sendiri (dalam arti Semit), melainkan meliputi segala bacaan, sholat ataupun perilaku kebaikan lainnya sebagaimana diperintahkan dalam agama. Dengan demikian, yang dimaksudkan dengan do a dan dzikir adalah suatu amalan dalam bentuk kata-kata yang diucapkan secara lisan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan kepada Allah SWT dengan selalu mengingat nama dan sifat-nya. Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do a dan dzikir mengandung unsur psikoteraupetik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi dan psikiatrik, karena mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme (Hawari, 2004). Beberapa tujuan berdo a adalah: 1) Mohon perlindungan Allah SWT, tersurat dalam dalam surat Al-Fath (QS: 11;48) yang artinya: Katakanlah, maka siapa (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahiui apa yang kamu kerjakan. 2) Memohon pertolongan Allah SWT, tersurat dalam surat Yunus (QS: 10;107), yang artinya: Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. 3) Mentaati Allah SWT. Bagi orang beriman dia memiliki keyakinan sepenuhnya bahwa Allah SWT adalah satu-satunya sang Pencipta, sang Penjaga, sang Penentu, yang serba Maha dalam sifat-sifat-nya. 4) Mendapatkan ridho Allah SWT. Keridhoan Allah merupakan the ultimate goal, tujuan tertinggi bagi

6 16 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno seorang mukmin. Apapun yang dia usahakan termasuk berdo a kepada-nya tiada tujuan lain kecuali semata-mata untuk mendapatkan keridhoan-nya. Do a Kesembuhan Artinya: Ya Allah ya Tuhanku, Engkau adalah mengetahui segala macam penyakit. Semubuhkanlah hamba-mu yang kekurangan ini. Engkaulah ya Allah yang Maha Mengobati. Tidak ada obat kecuali dari Engkau. Sembuhkanlah hamba-mu ini dan tidak akan kambuh-kambuh lagi. Allah SWT berfirman: Dan bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. (QS: 26;28). Dan Kami turunkan dari Al-Qur an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS: 17;82). Dzikir untuk Kesembuhan As-salaam artinya yang memberi keselamatan, dibaca 136 kali setiap hari. Artinya: Dia-lah yang memegang keselamatan seluruh alam dan hanya Dia-lah yang Maha Selamat dari segala cacat dan kekurangan. An-Naafi u artinya yang memberi manfaat. Dia-lah yang memberi manfaat kepada hamba-hamba-nya. Apabila kita membaca Ya Nafi u, Insya Allah bila kita sedang berduka cita akan segera hilang dan jika sedang sakit akan segera sembuh. Kecemasan tidak secara langsung dapat menyebabkan kematian, namun akibat-akibat sampingan yang ditimbulkannya akan bersifat sebagai keutaan tersembunyi yang dapat menghentikan kehidupan orang yang mengalaminya. Suatu pengaruh atas jiwa dan perbuatan seseorang membawa arah perubahan, sehingga pikiran, perasaan, dan kemauannya terpengaruh untuk meyakini apa yang dikehendaki pada dirinya. Menurut Ahmadi (1982), karena adanya pengaruh itu, perasaan dan kemauan sendiri sedikit banyak dikesampingkan, pikiran sendiri tidak dipergunakan, sehingga bila ada satu desakan dari lingkungan eksternal maka dengan mudah orang itu meyakini dan menerima mentah-mentah tanpa pertimbangan yang dalam. Sehingga dengan demikian orang yang mengalami kecemasan akan mudah dipengaruhi oleh pihak luar khususnya pihak yang berkompeten dalam hal ini adalah perawat. Kondisi tersebut jika diarahkan dalam bentuk asuhan religi akan sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi kecemasannya. Pemberian bantuan untuk berdo a dan berdzikir oleh perawat akan membuat pasien lebih tenang dalam mempersiapkan diri untuk menjalani operasi. Konsep ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur an pada surat Ar-Ra d ayat 28: (yaitu) orangorang yang beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Jadi dengan pemberian terapi religi dalam bentuk do a dan dzikir akan membuat kecemasan pasien berkurang. Hal ini akan berbeda dengan pasien yang tidak diberi perlakuan dalam bentuk do a dan dzikir, maka kecemasannya akan tetap dalam menghadapi Pre-operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian di Universitas George Town Amerika Serikat, sebanyak 212 studi dengan hasil 75% menyatakan bahwa komitmen agama menunjukkan pengaruh positif. Juga survey oleh majalah TIME dan CNN

7 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi 17 serta USA Weekend tahun 1996, menyatakan bahwa lebih 70 pasien percaya bahwa do a dan dzikir dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit. Sementara itu lebih dari 64% pasien manyatakan hendaknya para dokter juga memberi terapi keagamaan, misalnya dalam bentuk do a dan dzikir (Hawari, 2004). Metode Penelitian Karakteristik populasi yang menjadi sasaran penelitian adalah pasien preoperasi di RSUD Swadana Pare Kediri, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 40 orang pasien yang terbagi menajdi dua kelompok, antara lain: 20 orang kelompok eksperimen dan 20 orang kelompok kontrol. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Incidental Purposive Sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara memilih orang-orang yang telah ditentukan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang saat itu berada di sekitar penelitian. (Hadi, 1991). Ciri-ciri yang ditatapkan adalah pasien pre-operasi, sedangkan incidental sampling yaitu ditetapkan berdasarkan waktu penelitian yaitu pasien yang akan menjalani operasi pada bulan Januari Identifikasi variabel-variabel penelitian ini meliputi, variabel Bebas yaitu pemberian do a dan dzikir, sedangkan variabel tergantung, yaitu kecemasan pasien Pre-operasi. Pemberian do a dan dzikir dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk terapi religi berupa pemberian perlakuan khusus oleh seorang perawat kepada pasien yang berupa bantuan atau bimbingan untuk berdo a dan berdzikir sambil menunggu proses operasi. Sedangkan kecemasan pasien preoperasi dapat dijelaskan sebagai suatu keluhan persaan cemas, khawatir, tegang, yang dirasakan oleh penderita pre-operasi, yang dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan menyakitkan seperti kegelisahan dan rasa tidak aman yang ditandai dengan gejala fisik dan psikis. Salah satu faktor yang penting dalam suatu penelitian adalah mengadakan pengkuran, baik buruknya hasil suatu penelitian tergantung pada teknik pengumpulan datanya, yaitu suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar kecilnya obyek atau gejala. (Hadi, 1991). Adapun alat pengumpul data yang penulis gunakan adalah Skala. Skala ini bertujuan untuk menungkap tinggi rendahnya keluhan, perasaan cemas, khawatir, dan tegang yang dirasakan oleh pasien menjelang operasi, yang dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan menyakitkan seperti kegelisahan dan rasa tidak aman yang ditandai dengan gejala fisik dan psikis. Skala ini dikembangkan peneliti dari teori Daradjat (1996) yang membagi gejala kecemasan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Gejala yang bersifat fisik ; ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, dan sesak nafas. 2) Gejala yang bersifat psikis ; perasaan khawatir, gugup, tegang, was-was, rasa tdiak aman, dan mudah terkejut.

8 18 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno Rancangan Dan Prosedur Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment, yaitu suatu bentuk penelitian eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Only Designe. Dalam rancangan ini sekelompok subyek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama. Secara bagan, rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 : Rancangan Eksperimen Kelompok Perlakuan Post-test KE X 1 KK ~X 1 Keterangan : X : perlakuan atau bimbingan do a dan dzikir ~X : tidak mendapat perlakuan 1 : pengukuran setelah perlakuan Prosedur Ekpserimen Secara random dari jumlah pasien RSUD Swadana Pare Kediri dibagi menjadi dua kelompok, yang diambil dari hari yang berbeda. Masing-maisng kelompok beranggotakan 20 pasien. Kelompok pertama ditetapkan sebagai kelompok eksperimental, yang akan diberikan perlakuan, berupa bimbingan do a dan dzikir yang melebihi standar penanaganan pasien, sementara kelompok kedua tidak diberikan perlakuan seperti kelompok pertama, hanya diberikan pelayanan sesuai prosedur tetap standar penanganan pasien. Eksperimenter memberikan perlakuan khusus kepada pasien eksperimental pada tahap pertama adalah pasien diberi pelayanan sesuai prosedur tetap standar penanganan pasien, setelah semua prosedur dilalui maka pasien mulai diberi perlakuan untuk dibimbing berdo a dan berdzikir sesuai dengan modul yang telah disusun dan saat menjelang pelaksanaan operasi baru diberi skala. Pada kelompok kontrol pasien diberi mpelayanan sesuai prosedur tetap standar penanganan pasien, setelah semua prosedur dilalui maka pasien dipersilahkan menunggu waktu operasi dan baru menjelang operasi diberi skala.

9 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi 19 Metode Analisa Data Suatu penelitian tidak hanya mengandalkan data-data kasar yang diperoleh dari penelitian saja, sebab data-data kasar itu pada umumnya belum bisa memberikan gambaran yang cukup berarti. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah data diperoleh adalah dilakukan analisa data. Tipe penelitian yang dilakukan adalah Komparatif yang bertujuan untuk membandingkan tentang kecemasan pasien pre-operasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Model analisis yang tepat adalah t-test. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil penelitian berupa hasil analisis statistik t-test yang perhitungannya menggunakan komputer Seri program Statistik (SPS-2000) modul Analisis Dwivariat, program Uji-t Antar Kelompok (Student), Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, Versi IBM/IN, hak cipta Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Hasil t-test Sumber t P Kesimpulan Signifikansi A1-A2-3,344 0,002 <0,01 Sangat Signifikan Tabel 6 Hasil Perhitungan Rerata Kecemasan Pasien Pre-operasi Sumber Rerata Kesimpulan A1 80,450 A2 93,650 Keterangan : A1 : Kelompok Eksperimen A2 : Kelompok Kontrol Y : Kecemasan Pasien Pre-operasi p : Peluang Ralat A2>A1 Hasil analisa t-test pada kecemasan pasien pre-operasi didapatkan t=- 3,344 dengan p=0,002 (p<0,01), serta rerata A2>A1, maka hal ini menunjukkan ada perbedaan yang sangat signifikan kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan do a dan dzikir, dimana kecemasan pasien pre-operasi pada pasien yang tidak diberi bimbingan do a dan dzikir lebih tinggi dibanding pasien yang diberi bimbingan do a dan dzikir. Jadi hipotesis diterima. Hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir, dimana kecemasan pasien

10 20 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno pre-operasi pada pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir lebih tinggi di banding pasien yang diberi bimbingan dzikir. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Uraian dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Universitas George Town Amerika Serikat, sebanyak 212 studi dengan hasil 75% menyatakan bahwa komitmen agama menunjukkan pengaruh positif pada pasien. Juga surve oleh majalah TIME, CNN, dan USA Weekend tahun 1996, menyatakan bahwa lebih 70% pasien percaya bahwa do a dan dzikir dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit. Sementara itu lebih dari 64% pasien menyatakan hendaknya para dokter juga memberikan terapi keagamaan, misalnya dalam bentuk do a dan dzikir. (Hawari, 2004). Menurut Gunarsa (1980), kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati yang timbul didalam tanpa ada perangsang dari luar. Kebanyakan manusia pernah mengalami rasa takut, cemas, dan khawatir. Walaupun kecemasan bermula dari rasa takut, namun masih dapat dibedakan dalam berbagai hal. Ketakutan cenderung bersifat langsung, disebabkan oleh benda atau peristiwa yang bersifat spesifik dan disadari. Sedangkan kecemasan bersifat langsung tanpa ada sumber yang jelas dan tidak disadari. Reaksi kecemasan yang biasa atau normal akan berakhir pada saat bahaya berlalu. Karena kecemasan bersumber dari suasana hati maka dengan pemberian terapi do a dan dzikir akan meredam kecemasan yang ada. Pemberian bantuan untuk berdo a dan berdzikir oleh perawat akan membuat pasien lebih tenang dalam mempersiapkan diri untuk menjalani operasi. Konsep ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al- Qur an pada surat Ar-Ra d ayat 28 yang artinya sebagai berikut : (yaitu) orangorang yng beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Jadi perbedaan kecemasan antara pasien yang diberikan bantuan untuk berdo a dan berdzikir dengan yang hanya diberi pelayanan standar, disebabkan karena pasien yang diberi perlakuan lebih didekatkan hatinya dengan sang Pencipta, sehingga lebih pasrah dalam menghadapi masa operasi, tetapi pada pasien yang hanya diberi pelayanan sesuai standar harus mampu mengendalikan kecemasannya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Hal ini juga mendukung pendapat Snyderman (dalam Hawari, 2004), terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas penderita dan menurutnya bahwa terapi medis saja tanpa disertai do a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataannya banyak penderita yang belum mendapat bimbingan terhadap pendekatan keagamaan untuk melakukan do a dan dzikir baik dari tanaga pelayanan kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini terjadi karena disebabkan kurang pengetahuan tentang keagamaan dan bimbingan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do a dan dzikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan do a dan dzikir yang diberikan perawat kepada pasien menjelang pre-operasi mempunyai fungsi untuk menurunkan intensitas kecemasan yang dialami oleh pasien, sehingga

11 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre-Operasi 21 gejala kecemasan yang terdiri dari: 1). Gejala yang bersifat fisik; ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, dan sesak nafas. 2). Gejala yang bersifat psikis ; perasaan khawatir, gugup, tegang, was-was, rasa tidak aman, dan mudah terkejut, dapat dikurangi dengan melakukan do a dan dzikir. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hari (2004) yang menyatakan jika dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do a dan dzikir mengandung unsur psikoteraupetik yang mendalam. Terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme. Hasil penghitungan Mean dari variabel kecemasan pasien pre-operasi didapatkan bahwa Mean Hipotetik = 100,00, Mean Empiris A1 = 80,450, Mean Empiris A2 = 93,650 (Mean Empiris A1, A2 > Mean Hipotetik). Hal ini berarti bahwa tingkat kecemasan pasien pre-operasi responden ini tergolong rendah. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang sangat signifikan kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir, dimana kecemasan pasien pre-operasi pada pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir lebih tinggi dibanding pasien yang diberi bimbingan dzikir. Atau dengan kata lain peranan bimbingan do a dan dzikir yang diberikan perawat kepada pasien menjelang pre-operasi mempunyai fungsi untuk menurunkan intensitas kecemasan yang dialami oleh pasien, sehingga gejala kecemasan yang terdiri atas: (1). Gejala yang bersifat fisik ; ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan sesak nafas; (2). Gejala yang bersifat psikis ; perasaan khawatir, gugup, tegang, was-was, rasa tidak aman dan mudah terkejut, dapat dikurangi dengan melakukan do a dan dzikir. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Dari hasil penelitian ini, maka disarankan kepada pihak instansi kesehatan, bagi tenaga medis, dalam memberikan suatu terapi kepada pasien hendaknya tidak hanya memperhatikan pada segi penggunaan teknologi modern dalam upaya meningkatkan profesionalitas, tapi hal-hal yang bersifat psikologis perlu mendapatkan prioritas. Hal ini karena pasien tidak hanya membutuhkan pertolongan fisik tetapi juga memerlukan dukungan psikis, dalam arti pelayanan yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, serta pendekatan religiusitas seperti bantuan dalam berdo a dan dzikir menjelang operasi. Bagi perawat hendaknya lebih memahami dzikir dan do a sehingga dalam memberikan perlakuan bimbingan ke pasien tidak mengalami kesalahan. Bagi peneliti pelanjut yang tertarik pada penelitian bidang ini hendaknya

12 22 Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno melakukan kontrol variabel tingkat religiusitas, sebab dengan tingkat religiusitas yang dimiliki kemungkinan subyek telah memiliki pemahaman tentang masalah do a dan dzikir, serta meningkatkan status penelitian dari quasi ekpserimen menjadi penelitian eksperimen yang sebenarnya, yaitu dengan melakukan pengukuran saat pre-test sebelum dilakukan perlakuan, sehingga dapat terkontrol bahwa kecemasan pasien dalam keadaan hampir sama sebelum diberikan perlakuan. Daftar Pustaka Ahmadi, A. (1982). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1997). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (1990). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung. Gunarsa, S.D. (1980). Psikologi perawatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hadi, S. (1991). Analisis butir untuk instrumen. Jakarta: Andi Offset. Hadi, S. (1991). Metodologi research jilid i & ii. Jakarta: Andi Offset. Hadi, S. & Pamardiningsih, Y. (2000). Manual seri program statistik. Jogjakarta: Andi Offset. Hawari, D. (2004). Kanker payudara dimensi psikoreligi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Hurlock, E.B. (1991). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono, K. (1990). Gangguan-gangguan psikis. Bandung: CV. Mandar Maju. Lestari, B. W. (2005). Hubungan kecemasan menghadapi ujian nasional (unas) dengan motivasi belajar pada siswa slta di kota jombang. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Darul Ulum, Jombang. Mappiare, A. (1983). Psikologi dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Maramis, W.F. (2004). Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga. Marhijanto, B. (1987). Cemas mempengaruhi ketenangan jiwa. Surabaya: CV. Bintang Pelajar. Schrock, T. R. (1995). Ilmu bedah. Jakarta: EGC. Suryabrata, S. (1986). Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wibisono, S. (1990). Gangguan anxiety dan konsep diagnosis dan prinsip terapi. Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan jumlah penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 33 HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI Kurniawati, Utomo Heri S, Abstrak Operasi merupakan tindakan medik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) 61 Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 =

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden merasakan bahwa Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien karena akan muncul berbagai kemungkinan masalah dapat terjadi yang akan membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH. dilaksanakan pemberian bimbingan rohani kepada pasien, sebab pasien yang

BAB IV ANALISIS MASALAH. dilaksanakan pemberian bimbingan rohani kepada pasien, sebab pasien yang 90 BAB IV ANALISIS MASALAH Dalam memberikan layanan kesehatan di rumah sakit Islam perlu dilaksanakan pemberian bimbingan rohani kepada pasien, sebab pasien yang menderita sakit fisik tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk biologi, psikologi, dan spiritual yang utuh, dalam arti bahwa manusia merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan ruhani serta bersifat unik

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang perempuan dan menjadi ancaman berbahaya bagi para perempuan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap tekanan baik internal maupun eksternal. Istilah kecemasan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peran guru dalam pendidikan tidak hanya dalam menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa tersebut agar mencapai kematangan emosional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Mohon pilih yang sesuai dengan identitas Anda, dengan cara melingkarinya. Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Apa Anda telah menempuh masa kuliah lebih dari lima tahun? Apakah Anda Tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit yang menyebabkan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan atau menghilangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan eksperimental-semu yaitu untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : 462010066 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Operasi adalah suatu bentuk tindakan invasif yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga profesional dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan klien dan keluarganya

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh dunia. Satu dari empat kematian yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh penyakit kanker (Nevid et

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF SELAMA MENUNGGU JAM OPERASI ANTARA RUANG RAWAT INAP DENGAN RUANG PERSIAPAN OPERASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : PARYANTO J.210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN A. Efektifitas Terapi Ruqyah Gangguan Jin Terhadap Kesehatan Jiwa Jama ah Qolbun Salim Banyaknya penyakit yang dialami oleh manusia dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel penelitian yang akan diperhitungkan dalam analisis data guna pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan a. HARS Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini. 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini. 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Perilaku Keagamaan Bipolar Disorder yayuk sunarsih Yayuk sunarsih lahir di kota kediri pada tanggal 27 juli 1986 dimana ia berasal dari keluarga yang sederhana. Yayuk memiliki keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Cemas. 1. Definisi cemas. Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung (dependent) : Kecemasan ibu hamil hipertensi 2. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia menganggap sehat saja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI Luluk Masluchah Email: ibululuk23@gmail.com ABSTRAK Terapi mewarnai kertas bergambar diuji efektivitasnya terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran kecemasan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) diketahui komplikasi kehamilan secara nasional dialami oleh 6,5% ibu hamil. Ibu melahirkan dengan cesaria adalah 15,3%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan bilogis lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor keberhasilan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Creswell (dalam Alsa, 2004, h. 13) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci