TUGAS PAPER FILSAFAT SAINS MEMAHAMI PARADIGMA SAINS DALAM IPA SEBAGAI KESEPAKATAN KOLEKTIF DIANTARA PARA ILMUAN
|
|
- Ridwan Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TUGAS PAPER FILSAFAT SAINS MEMAHAMI PARADIGMA SAINS DALAM IPA SEBAGAI KESEPAKATAN KOLEKTIF DIANTARA PARA ILMUAN Oleh RAHMAWATI M / NIM : RIRI JONUARTI / NIM : PROGRAM STUDI DOKTOR FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2 MEMAHAMI PARADIGMA SAINS DALAM IPA SEBAGAI KESEPAKATAN KOLEKTIF DIANTARA PARA ILMUAN Oleh Rahmawati M / NIM : Riri Jonuarti / NIM : Abstrak Pembicaraan perkembangan pengetahuan (sains) dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Natural Science selalu menjadi hal yang menarik. Kemajuan ilmu ini seolah memiliki daya tarik tersendiri untuk dapat memikat manusia agar terus menggelutinya. Dapat dipahami, dalam arti luas, IPA menampilkan salah satu kemajuan pengetahuan manusia atas gejala gejala alam. Kebenaran yang terungkap dalam pengkajian fenomena fenomena alam memberikan sumbangsi terbesar dalam mendukung kemajuan teknologi yang dapat kita nikmati sekarang. Namun, ketika kita menengok sejarah perkembangan sains, terdapat paham otoritas. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak mengalami uji kebenaran lagi, serta merta diterima dengan baik sebagai suatu kebenaran oleh kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang didasarkan pada otoritas ini termasuk dalam filsafat sekuler. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan kemajuan dalam berpikir secara ilmiah, otoritas dalam IPA tidaklah relevan dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan suatu pembenaran. Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada otoritas tetapi percaya pada pengamatan dengan teknik teknik rasional. Adalah Galileo Galilei, ilmuan yang menggunakan teropong bintang untuk melihat ke angkasa dan mebenarkan konsep heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus. Sehingga mereka sepakat secara kolektif menolak konsep geosentris yang telah diyakini oleh kalangan nasrani saat itu. Sejak saat itulah dimulainya pengembangan dan penemuan ilmiah dengan berlandaskan metode ilmiah sebagai paradigm sains. Melalui pengambilan konsep yang ditempuh berdasarkan metode ilmiah yang telah disetujui bersama oleh para ilmuan menunjukkan bahwa sains dalam IPA merupakan hasil kesepakatan secara kolektif diantara para ilmuan. Kata Kunci : IPA, Otoritas, Metode Ilmiah, Paradigma Sains Bab 1 PENDAHULUAN Sains adalah sebuah proses dalam usaha pencarian kebenaran. Sains merupakan suatu kebijakan yang diambil para ilmuwan untuk menyelidiki dan memahami fenomena-fenomena yang membutuhkan penjelasan. Proses ini melibatkan serangkaian kegiatan yang disebut dengan metode saintifik, yang terdiri dari: 1). Identifikasi masalah atau fenomena yang ingin dicarikan solusinya, 2). Perumusan hipotesis, 3). Eksperimen, 4). Pengumpulan data, dan 5). Pengambilan kesimpulan. Hasil dari rangkaian kegiatan ini adalah ilmu, dan perlu diketahui bahwa hasil dan proses tidak dapat dipisahkan. 2
3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah bagian dari sains. IPA memiliki ruang lingkup yang luas dan tidak hanya mempunyai arti ilmu yang mempelajari gejala alam, akan tetapi juga merupakan pengetahuan praktis dalam usaha menemukan suatu kebenaran (Gie Liang, 1991). IPA tidak diperoleh begitu saja, ia lahir karena tuntutan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan perkembangannya dipengaruhi oleh budaya manusia. Oleh karena itu ilmu dan teknologi manusia di suatu tempat bisa saja berbeda dengan manusia yang menetap di daerah lain. IPA juga diperoleh dari perdebatan panjang para pemikir. Tidak jarang para ilmuwan mengemukakan suatu teori yang didukung oleh sekumpulan orang yang berpandangan sama, dan tidak jarang pula hasil pemikiran tersebut dipertanyakan oleh sebagian pemikir yang lain. Perdebatan dalam mencari satu kebenaran membutuhkan waktu yang lama. Sehingga dalam selang waktu tersebut bermunculah satu per satu bukti yang bisa menyokong atau menolak teori tersebut. Sebagai salah satu contoh adalah teori yang dilahirkan oleh Claudius Ptolemi yang mengklaim bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Teori ini berhasil bertahan tanpa sanggahan hampir selama 1500 tahun, sampai akhirnya Nicolas Copernicus mengeluarkan sebuah hipotesis baru yang sangat bertolak belakang, yang dimuat dalam tulisan On The Revolution of The Sphere pada tahun 1543 (James Trefil, 2007). Pernyataan Copernicus tidak dapat diterima begitu saja sampai akhirnya Tycho Brahe dan Johannes Keppler membuktikan kebenaran teori tersebut lewat observasi dan eksperimen yang mereka lakukan lebih kurang satu abad setelah kemunculan teori tersebut. Kembali kepada ilmu pengetahuan. Kita tahu bahwa tidak ada otoritas dalam IPA, yang ada hanyalah kesepakatan kolektif di antara para ilmuan. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa kebenaran dalam suatu keilmuaan tidak bisa diklaim begitu saja dan dipaksa kebenarannya tanpa ada kesepakan di antara ilmuwan yang lain. Hal ini dapat dianalogikan bahwa warna merah dikatakan bukan putih atau bukan warna-warna yang lain, melainkan merupakan hasil kesepakatan bersama dan bukan hanya kehendak dari satu individu. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis ingin memaparkan bagaimanakah bentuk paradigma sains dalam IPA sebagai kesepakatan kolektif diantara para ilmuwan. Tulisan ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Sains, melainkan juga dapat menambah pemahaman baik bagi penulis maupun pembaca mengenai paradigma sains tersebut dalam IPA sebagai kesepakatan dari sekumpulan ilmuwan. 3
4 Bab 2 PEMBAHASAN 2.1 Klasifikasi Sains dalam IPA Klasifikasi sains (pengetahuan) dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada dasarnya disusun berdasarkan sejarah dan perkembangan sains itu sendiri. Gejala gejala pengetahuan yang paling umum terlebih dahulu terkuak ke permukaan. Selanjutnya disusul dengan gejala gejala pengetahuan yang lebih kompleks atau rumit. Menurut Auguste Comte, pengklasifikasian sains dalam IPA dimulai dengan pengamatan gejala gejala yang paling simple/sederhana yakni gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari hari. Urutannya yaitu ilmu pasti, ilmu perbintangan (astronomi), ilmu alam(fisika), ilmu hayat(fisiologi atau biologi) dan fisika social (sosiologi). Namun secara garis besar, Auguste Comte membagi dalam dua golongan. Yang pertama adalah ilmu pengetahuan yang meliputi logika (matematika) dan Ilmu Pengetahuan Empiris yang terdiri dari astronomi, fisika, biologi dan sosiologi. Sementara gologan kedua adalah filsafat yang meliputi metafisika dan filsafat sains. Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar manusia untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari bernagai segi kenyataan di alam. Ilmu bukanlah sekedar ilmu pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam ilmu tertentu. Matematika murni (logika) dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu ilmu alam. Matematika melatih manusia untuk berpikir secara logis dan memberikan keterampilan yang tinggi pada seseorang dalam hal daya abstraksi, analisis permasalahan dan penalaran logika. Dengan demikian, dapat membantu mengkaji alam sekitar sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi untuk kesejahteraan ummat. Jika dipandang dari segi empirisme, ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang dialami manusia semasa hidup. Berarti, pernyataan ilmiah harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan utnuk mengembangkan teori teori yang betujuan untuk menjelaskan fenomena alam. 4
5 Golongan ilmu pengetahuan selanjutnya adalah filsafat dalam hal ini dibagi lagi menjadi dua cabang yaitu metafisika dan filsafat sains. Metafisika dipergunakan untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun cabang filsafat yang mempelajari pertanyaan pertanyaan terdalam. Metafisika sering disebut sebagai filsafat petama yang berarti bahwa ilmu yang menyelidiki apa hakekat di balik alam nyata ini. Seing juga disebut dengan filsafat tentang hal yang ada. Persoalannya adalah menyelidiki hakekat segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indera saja. Filsafat pertama menyelidiki pengandaian pengandaian paling mendalam dan paling akhir dalam pengetahuan manusiawi yang mendasari segala macam pengetahuan lainnya. 2.2 Tidak Ada Otoritas dalam IPA Otoritas merupakan kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh sesorang yang telah mendapat pengakuan dari kelompoknya atau orang orang yang dipimpinnya. Otoritas dalam hal ini telah menjadi sumber ilmu pengetahuan melalui sesorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak mengalami uji kebenaran lagi, serta merta diterima dengan baik sebagai suatu kebenaran oleh kelompoknya. Hal ini disebabkan penyampaian ilmu pengetahuan yang memiliki otoritas ini telah dipercaya dan dalam penyampainnya penuh dengan kewibawaan. Ilmu pengetahuan yang didasarkan pada otoritas ini termasuk dalam filsafat sekuler. Yakni adanya orang mendapat otoritas sebagai sumber ilmu yang didasarkan pada kesaksian yang bisa diberikan. Namun, ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada otoritas melainkan pada pengamatan yang dilakukan secara kontinu dan disepakati bersama diantara para ilmuan. Ilmu penegtahuan merintis jalan kemandirian dalam berpikir berdasarkan pengamatan terhadap gejala gejala alam. Tentunya harus diakui bahwa sikap menghargai pengamatan atau observasi merupakan lawan otoritas adalah sesuatu yang tidaklah mudah. Namun ilmu pengetahuan menuntut agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada otoritas tetapi percaya pada pengamatan dengan teknik teknik rasional. Di dalam kebiasaan akademik para ilmuan akan melakukan penelitian ilmiah sebagai cara untuk bekerja secara ilmiah kaena di dalam penelitian itulah terdapat unsur dan jiwa metode ilmiah. 5
6 Jadi dapat dikatakan bahwa pendekatan ilmiah itu, cara pemecahannya melalui penelitian sedangkan pendekatan non-ilmiah melalui cara non penelitian. Kedua cara tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh kebenaran, tetapi sifat, cara kerja dan keaunggulan kebenarannya berbeda. 2.3 Kesepakatan Kolektif Para Ilmuan dalam IPA Secara umum, sains memberikan pengetahuan tentang alam, meskipun sifatnya parsial. Sains yang lebih terkhusus mengkaji fenomena alam atau biasa dikenal Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) ini sudah mampu mengungkapkan amat banyak aspek alam semesta dan memungkinkan diciptakan teknologi yang efektif. Pada hakekatnya sifat keingintahuan dimiliki oleh setiap pribadi manusia. Dengan sifat keingintahuan inilah merupakan potensi besar dalam menumbuhkan keterampilan hidup untuk mengamati berbagai fenomena alam melalui proses pengamatan, penemuan sehingga dapat menjadi motor/penggerak dalam mempelajari IPA. Adanya hubungan atau korelasi antara apa yang dipelajari oleh seseorang dengan apa yang dipelajari oleh orang lain sangat berhubungan erat. Setiap orang dapat memanfaatkan karya orang lain untuk dikaji dan dikembangkan menjadi suatu temuan yang baru asalkan beradasarkan etika ilmiah yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran ilmiah. Selain itu, dalam hal pengamatan dan pengkajian gejala alam, manusia acapkali diperhadapkan pada berbagai keterbatasan dalam memahaminya. Apabila menggunakan kaidah yang benar dalam mengkajinya maka akan diperoleh hasil yang sama. dalam hal publikasi hasil kajian diwajibkan tetap mematuhi aturan aturan ilmiah (etika ilmiah) dengan tidak memanipulasi data hasil temuan atau tidak sesuai dengan hasil pengamatan. Karena pada dasarnya hasil temuan seseorang berpotensi mendapatkan hasil yang berbeda dalam pengamatan fenomena alam yang sama. Hal ini diperlukan diskusi yang mendalam antara para pakar ilmuan sehingga diperoleh kesepakatan bersama sebagai hasil dari proses dari sains dalam IPA (Natural Science). Melalui penalaran yang konsisten, semua fenomena alam digali dan dikembangkan dari suatu gejala alam yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Hasil penemuan proses sains dalam IPA sangatlah terbuka untuk dikaji dengan cara pandang yang berbeda sehingga sains alam bukanlah ilmu yang otoriter. Sebagai contoh, teori tentang cahaya yang dikemukakan oleh Huygens, Maxwell 6
7 maupun Newton, selanjutnya teori tentang atom yang berbeda antara Dalton, J.J Thompson,, Rutherford maupun Niels Bohr. Kesepakatan terakhir adalah kesesuaiannya dengan hasil pengamatan saat itu atau dengan kata lain kesepakatan kolektif dalam pengamatan gejala alam yang sama di masa tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan hasil kesepakatan itu masih bisa berubah karena adanya pengamatan yang lebih baru yang tentunya juga mendapat dukungan dari ilmuan lain. Potensi perkembangan sains dalam IPA inilah menunjukkan bahwa sains bersifat dinamis. Perkembangan ilmu alam yang gemilang dimulai di tahun 800 M yaitu di daerah daerah berperadaban Islam, saat para ilmuan Islam berada pada kelompok terdepan dalam peradaban. Para cendikiawan muslim telah memiliki pandangan bahwa ilmu ilmu yang berbeda mempunyai perspektif tunggal, dan dipandang saling berhubungan sebagaimana cabang cabang pohon pengetahuan. Seluruh cabang cabang ilmu pengetahuan dipandang sebagai satu kesatuan dan koherensi di dalam dunia. Secara umum sumbangan yang diberikan para ilmuan Islam terhadap ilmu alam sangat besar. Ilmuan ilmuan Islam saat itu telah menoreh langkah langkah eksperimentasi dalam memecahkan ilmu alamiah. Dengan mengembangkan langkah eksperimentasi, maka dapat memperluas pengamatan atau penyelidikan dalam bidang kedokteran, kimia, obat obatan, astronomi dan biologi. Selanjutnya pada masa ilmu pengetahuan modern, ilmuan ilmuan pelopornya adalah Copernicus, Keppler, Galileo Galilei. Adalah Galileo Galilei, ilmuan yang menggunakan teropong bintang untuk melihat ke angkasa dan mebenarkan konsep heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus. Sehingga mereka sepakat secara kolektif menolak konsep geosentris yang telah diyakini oleh kalangan nasrani saati itu. Sehingga sejak saat itulah dimulainya pengembangan dan penemuan ilmiah dengan berlandaskan metode ilmiah. Melalui pengambilan konsep ilmiah yang ditempuh berdasarkan metode ilmiah yang telah disepakati bersama oleh para ilmuan menunjukkan bahwa sains dalam IPA merupakan hasil kesepakatan secara kolektif diantara para ilmuan. Bab 3 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas dapt disimpulkan bahwa : 7
8 1. Sains dalam IPA memiliki ruang lingkup yang luas dan tidak hanya mempunyai arti ilmu yang mempelajari gejala alam, akan tetapi juga merupakan pengetahuan praktis dalam usaha menemukan suatu kebenaran. 2. Ilmu pengetahuan Alam tidak didasarkan pada otoritas melainkan pada pengamatan yang dilakukan secara kontinu dan disepakati bersama diantara para ilmuan. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan menuntut agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada otoritas tetapi percaya pada pengamatan dengan teknik teknik rasional. 3. Kesepakatan bersama secara kolektif diantara para ilmuan melalui pengambilan konsep ilmiah yang ditempuh berdasarkan metode ilmiah. DAFTAR PUSTAKA Ismail Ramadhan, Filsafat Ilmu dalam Paadigma Sains Sekuler dan Iskam, Jurnal Hukum Syariah, 2009 Karwadi, Integritas Paradigma Sains dan Agama dalam Pembelajaran Aqidah, Vol. XVII, Liong Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Murtono, Pendidikan Sains dalam Al Qur an, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. II No.2, Trefil, James, and Robert.M, The Integrated Approach Science Fifth Edition, Wiley,
Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.
Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif (empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap
Lebih terperinciMETODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
METODE ILMIAH Isti Yunita, M. Sc Isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
Lebih terperinciUNIVERSITAS PADJADJARAN
BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati
ILMU ALAMIAH DASAR Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id FLASH BACK Mitos, Penalaran dan Pendekatan Ilmiah sebagai pangkal kelahiran IPA Ilmiah Penalaran Mitos FLASH BACK Pernyataan
Lebih terperinciIII. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. DANNER SAGALA, S.P., M.Si.
III. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DANNER SAGALA, S.P., M.Si. Contents Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA dan Pengembangannya Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM SEMESTER (RPS) Kode/ SKS : GFI14222/ 2
RENCANA PROGRAM SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Fisika Kode/ SKS : GFI14222/ 2 Semester : II Program Studi : Pendidikan Fisika Dosen Pengampu : Drs. Abidin Pasaribu, M.M. I. Deskripsi Mata Kuliah: Menguasai
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR 3 DINI ROHMAWATI IPA dan PERKEMBANGAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA
ILMU ALAMIAH DASAR 3 DINI ROHMAWATI dini_rohmawati@uny.ac.id IPA dan PERKEMBANGAN DAYA ABSTRAKSI MANUSIA Flash Back Flash Back Induktif IPA Rasionalisme Empirisme Deduktif Flash Back IPA IPA klasik (700-200
Lebih terperinciFISIKA HAKIKAT FISIKA
K-13 Kelas X FISIKA HAKIKAT FISIKA TuJuAN PEmBElAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami pengertian fisika. 2. Memahami hakikat fisika sebagai produk, fisika
Lebih terperinciMaind map rangkuamn ke 2
Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk merespon adanya perubahan-perubahan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.
ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) 821585 ; 081556431053 Email : nanikdn@uns.ac.id Blog =nanikdn.staff.uns.ac.id SISTEM PENILAIAN QUIS : 30% TUGAS : 20 % UJIAN (UAS):
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015
ILMU ALAMIAH DASAR Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Menurut Anda, apakah dasar munculnya sains? Ketidakpuasan terhadap penjelasan mitos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sains merupakan sekumpulan ilmu Biologi, Fisika, Geologi dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Di dalam proses pembelajarannya
Lebih terperinciBAB I HAKEKAT IPA. Ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, termasuk gejala-gejala alam ang ada. fisika biologi
BAB I HAKEKAT IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) : Ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, termasuk gejala-gejala alam ang ada Gejala-gejala alam fisika biologi kimia Rasa ingin tahu manusia merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh sebuah pengalaman baru dan tanpa disadari ia telah mengalami proses belajar. Sependapat
Lebih terperinciLANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor
LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari
A. Metode Diskusi BAB II KAJIAN PUSTAKA Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati. Secara umum metode atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Lebih terperinciPENGETAHUAN FILOSOFIS
Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 PENGETAHUAN FILOSOFIS Mata Kuliah: Filsafat Ilmu Sosial Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Secara Harfiah: Berasal dari bahasa Yunani philein artinya cinta dan sophia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI
PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian
Lebih terperinciPengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian
Pengertian Metodologi Penelitian Metodologi Metode + Logi (/ logy dari kata logos = ilmu ) Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta
Lebih terperinciModul Mata Kuliah IPA 2 SD
Modul Mata Kuliah IPA 2 SD A. CAPAIAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan menguasai: Kecakapan Hidup Generik (General life Skills) 1. Kecakapan Personal (personal skills)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,
1 BAB I PENDAHULUAN IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga
Lebih terperinciSOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1
SOSIOLOGI POLITIK oleh : Yesi Marince, M.Si 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1 PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Auguste Comte, ahli filsafat bangsa Perancis adalah bapak sosiologi dunia. Sosiologi
Lebih terperinciGalileo and the Science of Mechanics
Galileo and the Science of Mechanics Galileo and the Science of Mechanics http://www.google.co.id/imgres?q=galileo+and+the+science+of+mechanic/ ILMU astronomi dikaitkan dengan imamat dan tradisi ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika
Filsafat Ilmu dan Logika Matematika dan Statistika MATEMATIKA Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang
Lebih terperinciTEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA
TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) AWALAN PENGERTIAN IPA TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) TEORI IPA : Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Telah kita ketahuo bahwa Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)
BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengetahuan tentang alam tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup, sehingga pengetahuan alam menjadi suatu ilmu yang wajib dipelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara
Lebih terperinciIlmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. Ilmu sosial terdiri dari berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Menurut objeknya ilmu dikelompokan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik yang ada di luar angkasa, dalam bumi dan di permukaan bumi. Trianto (2011: 137) menyatakan bahwa secara
Lebih terperinciBAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang
7 BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI A. Pembelajaran Inkuiri Menurut Wenning (2011) model pembelajaran berfungsi agar pembelajaran menjadi sistematis. Selain itu, model pembelajaran menyediakan
Lebih terperinci2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,
6 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, keaktifan atau suatu kegiatan belajar yang dilaksanakan di tiap bagian
Lebih terperinciModul Perkuliahan II. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Ilmiah. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI
Modul ke: 02 Ponco Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul Perkuliahan II Metode Penelitian Kualitatif Metode Penelitian Ilmiah Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Metode
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciRUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK. Anggota kelompok:
RUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK Anggota kelompok: Imam Dwi Saputra Astria Primadhani Hanifiya Y.H Lusiana Ulfa H. Rizkary Roslianti Syahida Ariani P RUANG LINGKUP FILSAFAT Filsafat
Lebih terperinciDr. Sri Anggraeni, MSi
Dr. Sri Anggraeni, MSi Pengertianilmu Ilmu berasal dari bahasa Arab : alima, ya lamu, ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Science (I) : ways to knows Scientia(L) : pengetahuan Episteme (Y)
Lebih terperinciPengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si
Pengantar Sosiologi Yesi Marince.S.IP., M.Si PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Dahulu semua ilmu pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Sosiologi
Lebih terperinciPRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd HAKEKAT SAINS SCIENCE (SAINS) ILMU PENGETAHUAN ALAM ILMU ALAMIAH INTEGRASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AKAL DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PERKEMBANGAN AKAL DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Oleh: Suharyanto Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu MATERI ILMU ALAMIAH DASAR (Kompilasi dari berbagai sumber) PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
Lebih terperinciTUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU. Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan
TUGAS REVIEW FILSAFAT ILMU Ilmu pengetahuan bagaikan cahaya dan nyawa kehidupan ANGGOTA KELOMPOK 4A PUJI RAHAYU 071211133062 DELLA MEKAWATI S 071211132004 ANASTASYA MUSTIKA RANI 071211133043 FARIDAH FITRIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciMulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU
AXIOLOGY KEILMUAN Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU mulyo.wiharto@indonusa.ac.id ABSTRAK Setiap ilmu pengetahuan memiliki aspek ontology, epistemology dan axiology. Ontology berbicara tentang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah sosiologi ilmu tidak lain adalah sejarah dari pelimpahan warisan metafisika perkemabangan filsafat ilmunya. Terbentang dari tradisi keilmuan China, Yunani, dan kemudian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Generik Sains Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains meliputi Kimia, Biologi, Fisika, dan
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas PANCASILA DAN ILMU PENGETAHUAN 2 TM 12 Indikator: 1. Mampu melakukan kajian dalam3 berbagai
Lebih terperinciALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS
MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS Walaupun teori adalah suatu abstraksi dari realitas, penting disadari akan hubungan antara keduanya. Teori bukanlah murni abstrak, tanpa berdasarkan pengalaman yang nyata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Pengembangan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mengembangkan (Anonim,1991). Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut setiap orang untuk membenahi diri dan meningkatkan potensi masing-masing. Salah satu cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan, keingintahuan, keteguhan
Lebih terperinciMETODE RISET (TMK602)
METODE RISET (TMK602) MATERI MINGGU I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1 MANUSIA MENCARI KEBENARAN Aspek Statis Pertanyaan Gejala Alam Ingin Tahu Penelitian Kebenaran Ilmiah Aspek Dinamis Jawaban 2 DASAR-DASAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senna Ferisra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ilmuwan menganggap bahwa suatu hal dan kejadian di dunia ini terjadi dalam suatu pola yang konsisten, yang dapat dipahami melalui penelitian yang hati-hati dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam kehidupan, terlebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan pesat
Lebih terperinciMetodologi Penelitian KULIAH I
Metodologi Penelitian KULIAH I Pengertian Perkembangan ilmu hasil/peran penelitian yang terpublikasi dalam literatur ilmiah/jurnal. Penelitian : merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas
Lebih terperinciPengantar Metodologi Penelitian. 1. Pengetahuan, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengantar Metodologi Penelitian 1. Pengetahuan, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Akal budi dan sifat ingin tahu manusia, memampukan dan mendorongnya untuk melakukan penelitian: mengkaji fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
Lebih terperinciKONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan
KONSEP PENELITIAN ILMIAH Imam Gunawan FOKUS KAJIAN 1. Makna kebenaran ilmiah. 2. Berbagai pendekatan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. 3. Konsep dasar penelitian. 4. Kriteria penelitian yang baik 5. Fungsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB II METODE ILMIAH
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB II METODE ILMIAH Dra. Ely Rudyatmi, M.Si Dra. Endah Peniati, M.Si Dr. Ning Setiati,M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MATEMATIKA
KARAKTERISTIK MATEMATIKA Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu : Nurkholis, S.Pd.I., M.Pd. Disusun Oleh: Kelompok 1 TMT II E 1. Lailatul Mufidah
Lebih terperinciILMU ALAMIAH DASAR. Oleh. Albert Barus
ILMU ALAMIAH DASAR Oleh Albert Barus ILMU ALAMIAH DASAR A. Manusia Selalu Ingin Tahu Issac Asimov (1920), mengatakan bahwa binatang sebagai Idle Curiosity (keingintahuan yang terbatas). Manusia justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut setiap orang untuk membenahi diri dan meningkatkan potensi masing-masing. Salah satu cara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak
Lebih terperinci2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Pernyatan ini secara eksplisit (tersurat) dalam Pembukaan dan pasal 29 ayat 1 UUD 1945. Dasar konstitusional ini
Lebih terperinciReview pertemuan II. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Kealaman Dasar (IAD)
Ilmu Kealaman Dasar (IAD) Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Pertemuan ke-3 Review pertemuan II Hakekat manusia dan sifat keingintahuannya. Perkembangan fisik,sifat dan pikiran manusia
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciBAB V METODE-METODE KEILMUAN
BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinci2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,
7 Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media
Lebih terperinciSEJARAH, KLASIFIKASI DAN STRATEGI PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
SEJARAH, KLASIFIKASI DAN STRATEGI PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Surajiyo Dosen Tetap Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Email : drssurajiyo@yahoo.co.id Ilmu pengetahuan tidak muncul secara mendadak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciBasic Natural Sciences
Basic Natural Sciences Basic natural science Alam PIkiran Manusia adalah : 1. Hakikat manusia dan sifat dan keingintahuannya 2. Perkembangan alam pikiran manusia 3. Sejarah, penalaran dan cara memperoleh
Lebih terperinci