Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 2 DASAR TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 2 DASAR TEORI"

Transkripsi

1 BAB DASAR TEORI.1 SENSITIVITY ANALYSIS Sensitivty Analysis adalah suatu analisis untuk menghitung dan memeriksa suatu konstruksi terhadap perubahan dari lingkungan sekitarnya. Dalam laporan ini, suatu platorm akan dianalisis sensivitasnya akibat perubahan ketinggian muka air laut yang terjadi. Sensitivitas yang dimaksud adalah perubahan ketahanan strukturnya yang meliputi kemampuan layan, usia layan atigue, dan ketahanan terhadap gempa bumi.. FAKTOR DALAM PERENCANAAN ANJUNGAN LEPAS PANTAI..1 Faktor Fungsional Salah satu kriteria dalam menganalisis suatu anjungan adalah mengetahui ungsi anjungan, misalnya untuk produksi, penyimpanan, material handling, jumlah sumur bor, tipe pemboran, dan lain-lain. Konigurasi anjungan yang dikehendaki juga harus dapat diabrikasi dengan perlengkapan pemasangan yang tersedia... Kondisi Lingkungan Tahap ini merupakan analisis terhadap aktor-aktor lingkungan yang akan menyebabkan terjadinya gaya pada anjungan. Faktor tersebut diantaranya kedalaman air, kondisi air pasang, tinggi gelombang badai, kecepatan angin badai, gempa bumi, kondisi es, kecepatan arus, dan lainnya...3 Faktor Pondasi Karakteristik tanah dan dasar laut merupakan aktor penting yang harus diperhatikan. Data lain yang perlu diketahui misalnya sejarah geologi, data - 1

2 pemboran tanah, hasil eksperimen pemancangan pile, dan lain-lain. Diperlukan interpretasi data yang tepat dari hasil eksperimen untuk mengetahui pengaruhnya terhadap struktur di atas pondasi...4 Faktor Struktural Tahap selanjutnya adalah analisis dari strukturnya. Jumlah dek dan konigurasi struktur perlu ditentukan agar dapat memikul beban operasional dan ekstrim yang bekerja. Pada tahap ini, keamanan dan kelayakan penggunaan anjungan harus sudah pasti. Pengolahan interpretasi data diolah pada tahap ini juga...5 Fabrikasi dan Instalasi Pola dan urutan penempatan komponen struktur dalam proses pembangunan, pola instalasi, transportasi dek, jaket dan perlatan harus menjadi criteria dalam perencanaan dan desain struktur. Pertimbangan ekonomoi dan kemudahan pelaksanaan juga menjadi dasar pemikiran struktur pada tahap ini..3 PERENCANAAN PEMBEBANAN Anjungan harus dapat menopang beban yang bekeja. Beban-beban dalam perhitungan bergantung pada analisis yang dilakukan. Desain sebuah anjungan memperhitungkan semua beban dari saat konstruksi hingga masa layan dalam analisis. Namun, dalam proses pengujian kelayakan, beban-beban yang dimasukkan hanya pembebanan yang terjadi setelah pemasangan platorm. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam mendesain suatu struktur adalah menentukan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Suatu struktur umumnya dimuati oleh beberapa tipe beban..3.1 Deinisi Pembebanan Beberapa macam pembebanan yang akan dialami oleh platorm, yaitu: -

3 1. Beban Mati Beban mati adalah berat sendiri dari struktur platorm dan semua peralatan permanen dan struktur pelengkap yang tetap keberadaannya. Beban mati harus memasukkan: a. Berat dari struktur anjungan di udara, semen pengisi (grouted) dan ballast jika ada. b. Berat dari peralatan dan struktur pelengkap yang dipasang permanen pada platorm. c. Gaya hidrostatik yang bekerja pada struktur di bawah permukaan laut termasuk tekanan dan daya apung.. Beban Hidup Beban hidup adalah beban yang bekerja pada platorm selama pemakaian yang bersiat tidak permanen selama masa operasi. Beban hidup harus memasukkan: a. Berat dari peralatan pengeboran dan produksi yang dapat ditambahkan atau dipindahkan dari platorm. b. Berat dari persediaan dan cairan dalam tangki penyimpanan. c. Gaya yang dikenakan pada struktur akibat operasi seperti pengeboran, penanganan bahan-bahan, dan beban helikopter. 3. Beban Lingkungan Sebelum melakukan analisis terhadap respon dari anjungan lepas pantai, perlu dilakukan estimasi kuantitati terhadap semua beban yang mempengaruhi platorm, terutama yang penting diperhitungkan adalah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang menjadi pertimbangan antara lain: a. Kondisi di atas permukaan laut, yaitu angin. b. Kondisi di permukaan laut, yaitu gelombang. c. Kondisi di bawah permukaan laut, yaitu arus. Beban lingkungan juga turut memasukkan perubahan tekanan hidrostatik dan gaya apung pada elemen yang diakibatkan oleh adanya perubahan permukaan laut karena gelombang dan pasang surut. Beban lingkungan harus diantisipasi - 3

4 dari segala arah kecuali diketahui hal tertentu yang membuat asumsi lain masuk akal. Beban kondisi ekstrem adalah beban pada kondisi dimana suatu hal yang sangat jarang terjadi, contohnya 100 tahun badai. Sedangkan beban kondisi operasional ditinjau pada masa 1 tahun operasi..3. Angin Pengaruh angin dalam kondisi ekstrem sangat signiikan pengaruhnya terhadap desain anjungan lepas pantai karena besarnya beban yang diakibatkan akan mempengaruhi kekuatan platorm di atas permukaan laut. Gaya angin pada struktur terjadi karena riction udara pada permukaan struktur dan karena adanya perbedaan tekanan di depan dan di belakang struktur. Pengaruh besarnya beban angin bergantung pada: a. Ukuran dan bentuk elemen struktur b. Besar kecepatan angin Besarnya kecepatan angin maksimum didapat dari estimasi analisis dari rekaman kondisi cuaca harian selama beberapa waktu Gaya Angin Gaya angin dapat diperhitungkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 1 F = ρ Cs A V (.1) dimana: ρ = berat jenis udara Cs = koeisien bentuk A = luas obyek (t ) V = kecepatan angin (mph) ρ biasanya dianggap konstan terhadap perubahan tekanan dan suhu. Untuk suhu 60 F dan tekanan 14,7 lb/in, sehingga persamaannya menjadi: - 4

5 F = 0,0056 Cs A V (.) dimana: Cs = koeisien bentuk A = luas obyek (t ) V = kecepatan angin (mph) Cs = koeisien bentuk Koeisien bentuk sebagaimana direkomendasikan oleh API RPA adalah: Area proyeksi anjungan keseluruhan 1,0 Bagian silinder 0,5 Balok 1,5 Sisi bangunan 1,5 Koreksi kecepatan angin apabila tidak sama dengan ketinggian reerensi dalam meter disajikan dengan persamaan: V z x y = V10 (.3) 10 dimana: V 10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter y = ketinggian yang diinginkan (m) 10 = ketinggian reerensi (m) x = eksponensial biasanya 1/8 atau 1/13 tergantung durasi hembusan angin rekomendasi dari API RP A x = 1/13 untuk angin yang berhembus keras x = 1/8 untuk angin yang berhembus terus-menerus.3.. Gaya Angin pada Bidang Miring Gaya pada permukaan datar dianggap tegak lurus permukaan untuk angin dari segala arah. Sedangkan untuk permukaan yang tidak tegak lurus terhadap arah angin, gaya angin harus diperhitungkan dengan menggunakan persamaan berikut: 1 F = ρ C A V cos α (.4) dimana: α = sudut arah angin dan arah normal dari permukaan elemen - 5

6 A = luas area pada arah normal elemen Kecepatan angin pada arah normal elemen menjadi V cosα. Untuk circular cylinder dengan panjang L dan diameter D atau untuk pelat datar dengan panjang L dan lebar D, maka A = LD. Setelah F didapat, besar beban diproyeksikan kepada arah x dan y, sehingga F x = F cosα dan F y = F sinα..3.3 Gelombang Gelombang adalah maniestasi gaya-gaya yang bekerja pada luida. Tiupan angin pada permukaan air dapat menimbulkan gelombang. Ketika gelombang terbentuk, gaya gravitasi dan tegangan permukaan akan bereaksi untuk menimbulkan rambatan gelombang. Pengaruh gelombang di permukaan laut ditinjau dalam kondisi ekstrem menjadi pertimbangan penting dalam pengkajian kelayakan platorm karena besarnya beban yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap platorm yang terendam air. Terdaopat 3 jenis gelombang: gelombang sinusoidal, gelombang enidal, gelombang solitary. Pada umumnya teori gelombang sinusoidal biasa digunakan untuk laut dalam dan teori gelombang enidal untuk laut dangkal. Untuk laut yang sangat dangkal, teori gelombang solitary lebih direkomendasikan. Karakteristik gelombang dimensi yang merambat dalam arah x dapat dilihat pada Gambar.1 berikut: - 6

7 Gambar.1 Kinematika Gelombang Dimensi (API) Keterangan gambar: L = Panjang gelombang H = Tinggi gelombang A = Amplitudo gelombang (=½ H) C = Cepat rambat gelombang u = Kecepatan horizontal partikel air w = Kecepatan vertikal partikel air MWL = Elevasi rata-rata kedalaman laut η(x,t) = Elevasi muka air di lokasi x pada saat t h = Kedalaman perairan Pemilihan Teori Gelombang Dalam perencanaan desain gelombang suatu struktur anjungan lepas pantai perlu ditentukan teori gelombang yang sesuai. Batrop el al (1990) menawarkan suatu diagram yang diperoleh dari hasil membandingkan kecepatan partikel air, percepatan, tinggi gelombang, dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang sering digunakan. Tahap pemilihan gelombang: 1. Input data yang diperlukan: d = kedalaman air (t) - 7

8 g = gaya gravitasi (t/s ) T = periode maksimum gelombang (s) V = kecepatan arus pada permukaan laut (t/s) H = tinggi gelombang maksimum (t). Untuk menghasilkan kombinasi beban yang maksimal, maka gelombang dan arus akan dihitung dengan arah yang sejajar. 3. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka ada syarat yang harus dipenuhi agar graik penentuan apparent wave period bisa digunakan. Syaratnya adalah kedalaman relati d gt harus lebih besar dari 0,01. V 4. Hitung, kemudian plot graik apparent wave period, sehingga didapat gt nilai T app / T, sehingga besar T app bisa diketahui. Gambar. Graik Penentuan T app (API) 5. Hitung nilai d gt app dan H gt app. - 8

9 6. Plot nilai d gt app dan H gt app pada graik validasi teori gelombang, sehingga akan diketahui teori gelombang yang akan dipakai. Gambar.3 Graik Pemilihan Teori Gelombang (API).3.3. Teori Gelombang Stokes Stokes mengembangkan Teori Gelombang Airy dengan melanjutkan analisis sampai orde ketiga untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik dalam kecuraman maka gelombang (H/L). Pengembangan lebih jauh dilakukan oleh Skjelbreia dan Hendrickson (1961) sampai orde kelima. Hasil pengembangan tersebut dikenal sebagai Teori Gelombang Stokes orde kelima yang sampai saat ini banyak digunakan dalam perhitungan desain untuk gelombang dengan amplitudo kecil. Teori Gelombang Stokes orde kelima dianggap valid untuk kondisi perairan dimana rasio kedalaman H/L lebih besar dari 1/10. Kondisi ini umumnya sesuai - 9

10 dengan gelombang badai (storm wave) yang biasanya diperhitungkan dalam perencanaan bangunan lepas pantai Gaya Gelombang pada Tiang Silinder Tegak Gambar.4 Gaya Gelombang pada Silinder Tegak (API) Gaya pada tiang silinder tegak akibat gelombang pertama kali diperkenalkan oleh Morison dengan batasan diameter tiang relati kecil dibandingkan panjang gelombang yang menerpa tiang. 1 π D = ρcd u u+ ρc1 ax.(.5) 4 dimana: = gaya per satuan panjang ρ = kerapatan massa luida u = kecepatan partikel air pada kedalaman tertentu, tegak lurus terhadap tiang a x = kecepatan partikel air pada kedalaman tertentu, tegak lurus terhadap tiang D = diameter tiang C 1 = koeisien inersia C D = koeisien drag Suku pertama dari ruas kanan persamaan Morison merupakan komponen gaya seret (drag orce) yang besarnya sebanding dengan kuadrat kecepatan partikel. Tanda harga absolut digunakan untuk memastikan arah (dan tanda) komponen - 10

11 gaya seret sesuai dengan arah kecepatan partikel. Suku kedua dari ruas kanan merupakan komponen gaya inersia yang sebanding dengan percepatan partikel air. Unuk keperluan praktis perencanaan struktur anjungan lepas pantai, dapat digunakan nilai koesien drag dan inersia yang direkomendasikan dalam API RPA sebagai berikut: Smooth C D = 0.65, C M = 1.6 Rough C D = 1.05, C M = 1. Modiikasi nilai koeisien drag dan inersia diperlukan apabila pada batang tubular tersebut terdapat tambahan struktur/komponen lain, misalnya anode. Modiikasi koeisien drag dan inersia tersebut ditentukan dengan rumus sebagai berikut: C C A C + nac = d.. (.6) ' 1 d1 d A1 VC + nvc = m..(.7) ' 1 m1 m V1 dengan: A 1 = luas drag batang tubular C d1 = koeisien drag batang tubular A = luas drag komponen/anode C d = koeisien drag komponen/anode V 1 = volume batang tubular C m1 = koeisien massa batang tubular V = volume komponen/anode C m = koeisien massa komponen/anode n = jumlah komponen/anode Gaya total F diperoleh dengan cara mengintegrasikan persamaan Morisson sepanjang elemen struktur. Pada gambar silinder tegak di atas, gaya total dihitung dengan mengintegrasikan persamaan Morisson dari z = 0 sampai z = z. - 11

12 z F = ( z) dz.. (.8) 0 Dengan cara yang sama, momen total M pada z = 0 (sea loor) akibat gaya gelombang yang bekerja sepanjang z = 0 samapai dengan z = z adalah: M z = z ( z) dz (.9) 0 Titik tangkap resultan gaya gelombang yang bekerja pada tiang silinder tegak dihitung dengan persamaan: M z =..(.10) F dimana z dihitung dari dasar tiang (sea loor) Gaya Akibat Gelombang Stokes Dalam melakukan perhitungan gaya dan momen maksimum, dilakukan dengan menggunakan metode numerik dimana tiang silinder dibagi menjadi N segmen dan menghitung gaya pada setiap segmen dengan menggunakan persamaan: F(z) = F D (z) + F 1 (z) pada saat (t) gaya maksimum terjadi dan menganggap gaya yang terjadi merata sepanjang tiap segmen. Momen pada dasar tiang bisa didapat dengan menjumlahkan momen dari setiap segmen. Dari gambar.5, dapat dilihat bahwa tiang dibagi dalam dua segmen, dimana segmen terbawah memiliki panjang z 1 dan segmen atas memiliki panjang z z 1. Gambar.5 Pembagian Segmen Gaya Gelombang (API) Gaya yang terjadi pada segmen bawah adalah F(z 1 ) dan gaya yang terjadi pada segmen atas adalah F(z ) F(z 1 ). Dengan menganggap gaya tersebut terdistribusi - 1

13 secara merata, titik tangkap gaya resultan akan terletak di tengah setiap segmen sehingga momen pada tiang di dasar perairan dapat dituliskan sebagai berikut: 1 1 M = Fz 1 1+ ( F F1 )( z z1)..(.11) Harga t harus dicari dimana gaya yang terjadi maksimum. Secara umum, momen yang terjadi pada dasar tiang bila kita membagi tiang menjadi N segmen adalah: M 1 = F F z + z N ( n n 1)( ) n n 1.(.1) n= 1 dimana F 0 = 0 dan z 0 = Apparent Wave Period Arus yang searah dengan gelombang cenderung memperbesar panjang, sedangkan arus yang berlawanan memperkecil panjang gelombang. Apparent wave period (T app ) adalah periode gelombang relati terhadap arus sejajar eekti. Untuk gelombang yang merambat pada suatu proil arus, penentuan apparent wave period dilakukan dengan menyelesaikan persamaan di bawah ini secara bersamaan. λ λ = + V1 (.13) T T app = πλ gtanh( π d / λ).(.14) T app 4 π / h 0 4 π( z+ d) V1 = Uc ( z)cosh dz sinh(4 πd / λ) d λ...(.15) dimana: λ = panjang gelombang d = kedalaman laut badai U c (z) = komponen proil arus untuk kondisi tetap pada arah gelombang z g = percepatan gravitasi V 1 T = kecepatan arus sejajar eekti = periode gelombang relati terhadap obyek tetap - 13

14 Faktor Kinematika Gelombang Kinematika gelombang umum dua dimensi dari teori gelombang Stream Function atau Stokes 5 tidak memperhitungkan penyebaran arah gelombang atau ketidakseragaman dalam bentuk proil gelombang. Karakteristik nyata ini dimodelkan dalam analisis gelombang deterministik dengan mengalikan kecepatan dan percepatan mendatar dari penyelesaian gelombang dua dimensi umum dengan aktor kinematika gelombang. Pengukuran kinematika gelombang memiliki aktor berkisar antara 0.85 sampai 0.95 untuk badai tropis dan 0.95 sampai 1.00 untuk badai bukan tropis Marine Growth Semua bagian dari struktur (member, conductor, riser, struktur tambahan, dan lain-lain) yang terbenam, luas penampangnya diperbesar dikarenakan adanya marine growth. Diameter eekti dari elemen adalah D = D c +t, dimana D c adalah diameter luar dan t adalah ketebalan marine growth rata-rata yang dapat diperoleh dari pengukuran keliling dengan pita pengukur 1 sampai 4 inci. Pertambahan luas melintang ini mengakibatkan gaya gelombang yang diterima oleh struktur menjadi lebih besar..3.4 Arus Arus memiliki pergerakan yang konstan. Arus di laut biasanya terjadi akibat adanya pasang surut dan gesekan angin pada permukaan air (wind-drit current). Kecepatan arus bekerja pada arah horizontal dan bervariasi menurut kedalaman. Besar dan arah arus pasang surut di permukaan biasanya diasumsikan sekitar 1% dari kecepatan angin pada ketinggian 30 t di atas permukaan air. Untuk kebutuhan rekayasa, variasi arus pasang surut terhadap kedalaman biasanya diasumsikan mengikuti proil pangkat 1/7 dan variasi arus akibat gesekan angin diasumsikan linier terhadap kedalaman. Variasi arus ditunjukkan pada Gambar.6 berikut: - 14

15 Gambar.6 Distribusi Beban Arus (API) Dalam kondisi badai, arus terjadi bersamaan dengan gerakan air akibat gelombang. Arah arus pasang surut bisa tidak sama dengan arah rambat gelombang, tetapi wind-drit current biasanya diasumsikan searah dengan gerakan gelombang. Arus yang terjadi bersamaan dengan gelombang akan mempengaruhi karakteristik gelombang. Akan tetapi, pengaruh arus bisa diabaikan untuk kondisi gelombang saat badai, sehingga kebutuhan desain, dalam perhitungan gaya akibat arus dan gelombang yang bekerja pada struktur dilakukan dengan menambahkan kecepatan arus dengan kecepatan horizontal akibat gelombang. Metoda ini sesuai dengan rekomendasi API yang ditunjukan pada Gambar.7 berikut: Gambar.7 Diagram Perhitungan Arus dan Gelombang (API) - 15

16 Current Blockage Factor Kecepatan arus di sekitar anjungan berkurang dari kondisi mengalir bebas oleh aktor hambatan. Dengan kata lain, kehadiran struktur mengakibatkan arus menyebar, sebagian arus mengelilingi struktur dan tidak melaluinya, dan kecepatan arus di sekitar berkurang. Current blockage actor dihitung dengan persamaan sebagai berikut: ( C ) 1 + d D i 4 W 1 (.16) Dimana Σ(C d D) i adalah penjumlahan dari drag diameter dari seluruh elemen yang terpotong oleh suatu bidang mendatar tertentu dan W adalah lebar keseluruhan dari anjungan tegak lurus terhadap arus pada elevasi tersebut Kinematika Gelombang dan Arus Gabungan Kinematika gelombang yang telah disesuaikan dengan penyebaran arah dan ketidakseragaman harus digabungkan dengan proil arus yang telah disesuaikan dengan aktor hambatan, karena proil arus hanya ditentukan untuk kedalaman air rata-rata pada kriteria desain, harus digunakan beberapa cara untuk memperpanjang atau memperpendek proil arus tersebut terhadap ketinggian gelombang lokal. Untuk proil arus dimana perpanjangan linear merupakan pendekatan yang dapat diterima, V z arus pada jarak z di atas kedalaman laut rata-rata, dapat diperhitungkan dari proil arus yang telah ditentukan pada elevasi z dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: - 16

17 ( z + d) d Vx = V ' z. (.17) ( z' + d) ( d +η) dimana: V z = arus tertentu pada elevasi z d η = kedalaman air pada saat badai = jarak antara permukaan gelombang dengan keadaan laut rata-rata (η dan z positi di atas kedalaman laut rata-rata dan sebaliknya) Penelitian telah menunjukkan bahwa sebuah proil arus yang diperpanjang secara non-linear cocok digabungkan dengan kinematika gelombang yang telah terpengaruh Doppler. Perpanjangan non-linear memperhitungkan arus yang telah dipanjangkan (V z ) untuk sebuah partikel yang berada pada elevasi z, berdasarkan kecepatan V z yang telah ditentukan di proil arus pada elevasi z sebagai berikut: V z = V ' z z' + η sinh(π ( z' + d) / λn (.18) z sinh(πd / λn ) dimana λ n adalah panjang gelombang untuk ketinggian H dan periode T app tertentu..3.5 Gaya Apung Tekanan air pada struktur yang tenggelam, timbul karena berat air di atasnya dan pergerakan luida di sekitar struktur yang diakibatkan oleh gelombang. Tekanan air pada struktur yang tenggelam dapat memperbesar tegangannys. Gaya yang diakibatkan oleh gelombang telah dihitung dalam persamaan Morison. Besar gaya apung yang bekerja pada struktur terendam dalam luida: F = γ V (.19) dimana: γ = berat jenis air - 17

18 V = volume benda yang tenggelam.3.6 Ketinggian Aman Dek Gelombang yang mengenai dek terbawah dari duatu anjungan dapat menimbulkan gaya yang besar dan momen guling. Kecuali jika anjungan memang didesain untuk dapat menahan gaya-gaya ini, ketinggian dari dek harus cukup untuk menyediakan ruang bebas di atas puncak dari gelombang desain. Sebagai tambahan, suatu air gap harus disediakan untuk mengantisipasi geombang yang lebih besar dari gelombang desain. API RPA bagian.3.4g menyatakan bahwa untuk menghindari gaya tersebut, ketinggian dari dek terbawah harus berada pada elevasi di atas puncak gelombang desain ditambah dengan daerah aman. Suatu kisaran aman atau air gap sebesar 5 t ditambahkan ke ketinggian puncak gelombang untuk mengantisipasi penurunan anjungan, ketidakpastian kedalaman laut, dan untuk kemungkinan terjadinya gelombang yang sangat besar untuk menentukan elevasi minimum dari dek terbawah anjungan yang diperlukan untuk menghindari terpaan gelombang pada dek..4 KOMBINASI PEMBEBANAN Anjungan harus didesain dengan kombinasi pembebanan yang akan menghasilkan pengaruh yang paling membahayakan terhadap struktur. Kombinasi pembebanan ini terdiri dari beban lingkungan, beban mati dan beban hidup yang sesuai. Pembagian beban yang dikombinasikan: 1. Beban gravitasi Beban gravitasi terdiri dari: a. Berat sendiri platorm b. Beban peralatan c. Beban lainnya - 18

19 Kombinasi dari ketiganya diperhitungkan sebagai beban mati nominal.. Beban angin Beban angin dianalisis untuk kondisi operasional dan kondisi ekstrem. Beban ini bekerja pada 1 mata angin dimana setiap arahnya diproyeksikan pada arah utara dan arah timur. Koeisien beban angin dibedakan atas arah angin yang sedang ditinjau. Hal ini dilakukan agar desain yang dihasilkan lebih akurat dan menyerupai kondisi sebenarnya. 3. Beban gelombang dan arus Beban ini diperlukan untuk analisis kondisi operasional dan kondisi ekstrim. Penganalisisannya berdasarkan 1 mata angin. Koeisien untuk gelombang dan arus diperoleh dari besarnya dinamik ampliikasi aktor (DAF). Besarnya DAF untuk kondisi operasional dan ekstrim memiliki nilai yang berbeda. Tiap elemen platorm harus didesain dengan kombinasi pembebanan yang mengakibatkan tegangan terbesar dengan turut mempertimbangkan tegangan izin pada kondisi pembebanan yang sedang ditinjau. Komponen penyusun dari kombinasi pembebanan adalah: a. Beban mati, yang digunakan adalah beban mati nominal. b. Beban angin yang diproyeksikan pada arah x dan y. c. Beban gelombang dan arus pada arah mata angin yang sedang ditinjau..5 PERENCANAAN STRUKTUR BAJA TUBULAR.5.1 Baja Struktur Baja struktur dikenal dengan ASTM (American Society or Testing and Materials). Pada desain struktur, tegangan leleh dan tarik menjadi kuantitas acuan yang digunakan oleh spesiikasi-spesiikasi seperti AISC (American Society or Steel Construction)., sebagai variable siat untuk menentukan kekuatan atau - 19

20 tegangan ijinnya. Persyaratan umum untuk jenis baja tercakup antara lain dalam spesiikasi ANSI/ASTM. Platorm harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh elemen dapat memenuhi tegangan ijin yang telah ditentukan oleh AISC Speciication or the Design, Fabrication and Erection o Structural Steel or Bulidings. Seluruh persyaratan tegangan ijin pada baja tubular ini dibuat berdasarkan API RPA edisi 1 WSD Recommended Practice or Planning, Designing and Construction Fixed Oshore Platorm..5. Kriteria Tegangan Struktur lepas pantai biasanya menggunakan baja struktur biasa. Material baja akan tetap bersiat elastis selama tegangan yang terjadi tidak melampaui tegangan leleh. Tujuan utama dari desain adalah memiliki ukuran komponen yang sesuai sehingga kondisi elastis tetap dipenuhi selama dibebani beban rencana (designlevel loading). Faktor keamanan (saety actor) biasanya diterapkan untuk mendapatkan tegangan ijin (allowable stress = yield stress / saety actor) yang kemudian dijadikan kriteria tegangan yang tidak boleh dilewati selama struktur dibebani gaya rencana. Peraturan yang digunakan pada analisis berikut adalah API RPA edisi 1 adalah Working Stress Design (WSD). Metode ini sesuai dengan spesiikasi AISC yang disebut Allowable Stress Design (desain tegangan ijin)..5.3 Batang Tarik Keadaan batas kekuatan yang berpengaruh bagi suatu batang tarik dapat berupa pelelehan penampang lintang bruto batang pada tempat yang jauh dari titik sambungan atau retakan dari suatu bersih eekti (melalui lubang) pada sambungan. - 0

21 API RP A edisi 1-WSD memberikan batas kekuatan tarik ijin (F t ) untuk batang tubular yang dikenai beban sebagai berikut: F = 0, 6...(.0) t F y Tegangan batas tersebut merupakan pelelehan umum dari penampang lintang bruto atas panjang bruto. Batas tegangan ijin tersebut menerapkan angka keamanan sebesar 1, Batang Tekan Pada umumnya batang tekan akan mengalami tekuk atau lenturan tiba-tiba akibat ketidakstabilan sebelum mencapai kekuatan penuh material baja yang bersangkutan. Hanya batang yang pendek saja yang dapat dibebani sampai ke tegangan lelehnya. Oleh karena itu, tekuk merupakan hal utama dalam pembahasan batang tekan Tekuk Global Berdasarkan API RP A edisi 1-WSD, untuk elemen dengan rasio D/t kurang dari atau sama dengan 60, tegangan tekan ijin (F a ) harus dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: F a ( Kl / r) 1 Fy Ce = untuk Kl / r C 3 c... (.1) 3( Kl / r) ( Kl / r) 5 / 3 + 8C 8C c 3 c F a 1π E = untuk Kl / r C c...(.) 3 ( Kl / r) dimana: C c = π E F y 1 E = Modulus Elastisitas Young, ksi (MPa) K = Faktor panjang eekti l r = panjang batang tak tersokong, in (m) = radius girasi, in (m) - 1

22 .5.4. Tekuk Lokal Untuk elemen dengan rasio 60 < D/t 300 dan tebal silinder t 0,5 in (6 mm), ganti tegangan tekuk lokal kritis (nilai minimum dari F xe atau F xc ) untuk F y dalam menentukan C c dan F a. Rumus F xe atau F xc diberikan sebagai berikut: Tegangan Tekuk Lokal Elastis (F xe ) F xe = CE t/d...(.3) Secara teoretis, nilai C = 0,6, tetapi reduksi nilai C = 0,3 diijinkan untuk memperhitungkan pengaruh ketidaksempurnaan geometrik. Tegangan Tekuk Lokal Inelastis F xc = F y [1,64 0,3 (D/t) 1/4 ] F xe... (.4) Panjang Eekti Analisis yang rasional untuk menentukan aktor panjang eekti harus mempertimbangkan kekakuan dan pergerakan sambungan. Penilaian secara tepat mengenai derajat kekekangan momen pada struktur umumnya sangat sulit. Kekekangan momen tersebut dipengaruhi oleh batang-batang yang tidak berdekatan yang mengikat ke kolom tekan. Untuk kebutuhan praktis, API RP A edisi 1-WSD memberikan rekomendasi aktor panjang eekti sebagai berikut: Tabel.1 Faktor Panjang Eekti Situasi Faktor Panjang Eekti (K) Faktor Reduksi (Cm) Kaki Struktur Atas Terkekang 1.0 (a) Portal (tak terkekang) K (a) () Tiang dan Kaki Jacket Penampang Komposit 1.0 (c) Kaki Jacket Ungrouted 1.0 (c) Tiang Pancang Ungrouted 1.0 (b) Elemen Web Penopang Dek -

23 Aksi In-plane 0.8 (b) Aksi Out-o-plane 1.0 (a) atau (b) (4) Penguat Brace Panjang Face-to-ace dari Diagonal 0.8 (a) atau (b) Utama (4) Untuk K Brace 0.8 (c) Segmen Lebih Panjang dari X Brace 0.9 (c) Secondary Horizontal 0.7 (c) Elemen Penghubung Penopang Dek 1.0 (a), (b) atau (c) (4) Nilai aktor reduksi Cm ditujukan untuk tabel di atas, adapun penjelasan konotasi pada tabel di atas adalah: (a) (b) M, tetapi tidak boleh kurang dari 0.4 dan tidak boleh lebih dari M 0.85 a (c) , atau 0.85, yang manapun lebih kecil F e.5.5 Batang Lentur Tegangan lentur ijin (F b ) harus dihitung dengan menggunakan persamaan: F = 0, 75 untuk b F y D (SI) t F y D 1500 t F y F D 0 untuk y Fb =,84 1, 74 Fy Et D < (SI) F t y F y 1500 < F D t 3000 y F y - 3

24 F D 3000 D 0 untuk < 300 F y t y Fb =,7 10, 58 Fy Et D < 300 (SI) t F y.5.6 Kombinasi Beban Lentur dan Aksial Hampir semua batang dalam sebuah struktur terkena momen lentur dan beban aksial (tarik atau tekan) sekaligus. Gaya tekan aksial akan menambah momen lentur yang besarnya sama dengan gaya tekan aksial dikalikan dengan deleksi. Beberapa kemungkinan kombinasi beban lentur dan aksial, serta beberapa kecenderungan model kegagalannya adalah: b. Tarik aksial dan lentur, biasanya gagal karena leleh c. Tekan aksial dan lentur, biasanya gagal karena tekuk pada bidang lentur. d. Tekan aksial dan lentur biaksial pada penampang yang kaku terhadap puntir, biasanya gagal karena tekuk pada salah satu arah utama Kombinasi Tekan Aksial dan Lentur Berdasarkan API RP A edisi 1-WSD, dalam mendesain suatu batang tubular yang dikenai kombinasi tekan dan lentur harus memenuhi persyaratan berikut: F a a C + m bx + a 1 F' e F by b bx + a by dan + 1, 0...(.5) 0,6F F y a Apabila 0, 15, maka persamaan yang digunakan untuk mengganti persamaan F a di atas adalah: F a a + bx F + b by b 1,0...(.6) Persamaan tersebut mengasumsikan kalau nilai yang sama dari C m dan F e sesuai untuk bx dan by. Jika nilai lain dapat diterapkan, maka persamaan berikutlah yang digunakan untuk menggantikan persamaan sebelumnya: - 4

25 F a a + Cmx 1 F' bx a ex Cmy + 1 F' F b by a ey dimana: F a = tegangan ijin aksial F b = tegangan ijin terhadap momen a = tegangan aksial yang terjadi b = tegangan yang terjadi akibat lentur 1,0... (.7) C m = aktor reduksi/pembesaran momen yang berkaitan dengan kekangan ujung F e = Euler buckling stress.5.6. Kombinasi Tarik Aksial dan Lentur Batang tubular yang dikenai kombinasi tarik aksial dan bending, berdasarkan API RP A edisi 1-WSD harus memenuhi persyaratan berikut: F a a + bx F + b by 1,0...(.8) Komponen dari persamaan di atas harus ditentukan berdasarkan kondisi tarik pada batang tubular..5.7 Tarik Aksial dan Tekanan Hidrostatis Pada saat tegangan regangan elemen longitudinal dan keruntuhan terjadi bersamaan, persamaan interaksi berikut harus dipenuhi: A + B + v A B 1,0...(.9) dimana: A = a y ( 0, ) + b 5 F b SF x A harus dapat menunjukkan kombinasi regangan maksimum - 5

26 B = F h hc SF h v = rasio Poisson = 0,3 F y = kuat leleh, ksi (MPa) a = nilai absolut untuk tegangan aksial, ksi (MPa) b = nilai absolut yang diakibatkan oleh tegangan lentur, ksi (MPa) h = nilai absolut untuk tegangan tekan, ksi (MPa) F hc = tegangan hoop kritis Untuk: Tekuk Elastik F he untuk F he 0,55 F y Tekuk Inelastik F he = 0,45 F y + 0,18 F he untuk 0,55 F y < F he F y 1,31Fy F he = 1,15 + F / F F he = F y ( ) y he untuk 1,6 F y < F he 6, F y untuk 6, F y < F he SF x = aktor keamanan untuk tarik aksial SF h = aktor keamanan untuk tekanan hoop.5.8 Tekan Aksial dan Tekanan Hidrostatis Pada saat tegangan tekan longitudinal dan tegangan tekan hoop terjadi bersamaan, maka persamaan yang harus dipenuhi: F a h hc ( 0,5 ) + F y + SFh b SF 1,0 x + F b y SF b 1,0...(.30) Persamaan di atas seharusnya menunjukkan kombinasi tegangan tekan terbesar. Pada saat x > 0,5 F ha, persamaan ini harus terpenuhi: F x aa 0,5F ha 0,5F ha + F b ha 1,0... (.31) - 6

27 dimana: F aa = F xe SF x F ha = F he SF h SF x = aktor keamanan untuk tekan aksial SF h = aktor keamanan untuk lentur x = a + b + (0,5 h ), x seharusnya menunjukkan kombinasi tegangan tekan maksimum F xe = CE t/d F xc = F y [1,64 0,3 (D/t) ¼] F xe F xc = F y jika (D/t) 0,6 Untuk: Tekuk Elastik F he untuk F he 0,55 F y Tekuk Inelastik F he = 0,45 F y + 0,18 F he untuk 0,55 F y < F he F y 1,31Fy F he = 1,15 + F / F F he = F y ( ) y.6 SAMBUNGAN BAJA TUBULAR he untuk 1,6 F y < F he 6, F y untuk 6, F y < F he.6.1 Sambungan Sederhana Sambungan sederhana adalah sambungan yang terdiri dari tidak terlalu banyak cabang dan tidak terjadi overlap. Ada beberapa klasiikasi sambungan seperti K, T, Y, dan X yang ditentukan berdasarkan pola sambungan dan pola pembeban. Untuk dapat dianggap sebagai sambungan tipe K, punching load pada brace harus diseimbangkan oleh punching load pada brace di seberang sambungan pada bidang yang sama. Untuk sambungan T & Y, punching load didekati sebagai gaya geser balok di chord. Untuk sambungan X, punching load diteruskan melalui chord ke brace di seberang. Untuk brace yang meneruskan sebagian bebannya - 7

28 sebagai sambungan K dan sebagian sebagai sambungan T & Y atau sambungan X, interpolasikan berdasarkan masing-masing bagian secara keseluruhan. Gambar.8 Tipe-tipe Sambungan Tubular (API) Kemampuan layan sambungan dapat dihitung dengan perhitungan punching shear atau beban nominal pada brace. Kedua pendekatan tersebut diharapkan menghasilkan kesimpulan yang sama. Beberapa terminologi dan parameter geometri dari sambungan sederhana baja tubular adalah sebagai berikut: - 8

29 Gambar.9 Detail Sambungan Sederhana (API) θ = sudut brace (dari chord) g = jarak renggang, in (mm) t = ketebalan brace, in (mm) T = ketebalan chord, in (mm) d = diameter brace, in (mm) D = diameter chord, in (mm) Selain parameter di atas, ada lagi parameter lain, yaitu: β = τ = d D t T L α = D ζ = g D D γ = T Punching Shear Punching Shear yang bekerja dapat dihitung dengan rumus: v p = τ sin θ...(.3) dimana = gaya aksial nominal, lentur in-plane atau lentur out-plane pada brace (punching shear untuk masing-masing dipisah). - 9

30 Gambar.10 Gaya Aksial Nominal, Lentur In-plane, Lentur Out o Plane (API) Tegangan punching shear yang diijinkan pada dinding chord adalah yang terkecil dari geser AISC ijin (0,4 F y ) atau: Fyc v pa = QqQ (ditambah peningkatan sebesar 1/3 jika memungkinkan)...(.33) 0,6γ Kapasitas v pa harus dievaluasi secara terpisah untuk setiap komponen pembebanan brace dan menggunakan aktor Q q dan Q yang bersesuaian. Q q adalah aktor untuk memperhitungakan eek pembebanan dan geometri. Q adalah aktor untuk memperhitungkan keberadaan tegangan nominal longitudinal pada chord. Q = 1,0 λγa...(.34) dengan: λ = 0,030 untuk tegangan aksial brace ( ax ) = 0,045 untuk tegangan lentur in-plane ( bz ) = 0,01 untuk tegangan lentur out o plane ( by ) A = AX + IPB 0,6F yc + OPB (ditambah peningkatan 1/3 jika mungkin).. (.35) AX IPB OPB,, adalah tegangan nominal aksial, lentur in-plane, lentur out-oplane pada chord. (Catatan: Q = 1,0 apabila tegangan serat paling ekstrim dari chord adalah tegangan tarik) Tabel. Nilai Q q Tipe dan Tipe Pembebanan Brace Geometri Tarik Tekan Lentur IP Lentur OP - 30

31 K overlap 1,8 1,8 K gap (1,1 + 0,/β) Q g (1,1 + 0,/β) Q g T & Y 1,1 + 0,/β 1,1 + 0,/β 3,7 + 0,67/β (3,7 + 0,67/β)Q β X 1,1 + 0,/β (0,75 + 0,/β) Q β X dgn diaph 1,1 + 0,/β 1,1 + 0,/β 0, 3 1 Q β = β ( 0, 833β ) untuk β > 0,6 Q β = 1,0 untuk β 0,6 Q g = 1,8 0,1 g/t untuk γ 0 Q g = 1,8 4 g/t untuk γ > 0 Untuk kombinasi tegangan aksial dan lentur pada brace, persamaan interaksi berikut dapat digunakan: V V p pa IPB V + V p pa OPB 1,0... (.36) V V p pa AX V p V p + arcsin + 1, 0 π V pa V pa IPB OPB... (.37) (arcsin dalam radian).6.1. Beban Nominal Kapasitas sambungan ijin dalam hal ini beban nominal brace adalah: P a FycT = QuQ (ditambah 1/3 peningkatan jika mungkin) 1,7 sinθ M a FycT = QuQ (0,8d ) (ditambah 1/3 peningkatan jika mungkin) 1,7 sinθ dengan: P a = kapasitas ijin untuk beban aksial brace M a = kapasitas ijin untuk momen lentur brace Q u = aktor kekuatan ultimate yang bergantung pada sambungan dan beban - 31

32 Tabel.3 Nilai Q u Tipe Sambungan Tipe Pembebanan pada Brace & Geometri Tarik Aksial Tekan Aksial Lentur In-plane Lentur Out-plane K (3, β) Q g T & Y (3, β) 3, β (3,4 + 7 β) Q g Tanpa diaphragm (3, β) (3, β) Q g Dengan diaphragm (3, β) Untuk kombinasi aksial dan lentur pada brace, digunakan persamaan interaksi: M M a IPB + M M a OPB 1,0...(.38) P P a M M + arcsin + 1, 0... (.39) π M a M a IPB OPB (arcsin dalam radian).6. Penyaluran Beban Melintasi Chord Sambungan yang bebannya disalurkan melewati chord dapat diperiksa untuk keruntuhan umum sesuai rekomendasi API. Untuk sambungan yang diperkuat dengan meningkatkan ketebalan dan memiliki rasio diameter chord brace kurang dari 0,9, beban cabang aksial ijin (allowable axial branch load) dihitung dari persamaan: L P = P( 1) + [ P() P(1) ] untuk L,5 D (.40),5D P = P() untuk L >,5 D dimana: P(1) = kapasitas brace ijin dengan menggunakan ketebalan elemen chord nominal. P() = kapasitas brace ijin dengan menggunakan ketebalan sambungan..7 PONDASI PILE - 3

33 .7.1 Umum Pondasi harus didesain untuk dapat menahan beban statik, siklik, dan transien tanpa mengalami deormasi yang berlebihan atau getaran pada platorm. Desain pondasi dan perhitungan kekuatan pondasi memerlukan tersedianya data tanah yang memadai dari hasil observasi lapangan. Penentuan ukuran pondasi pile perlu memperhatikan hal-hal seperti diameter, penetrasi, ketebalan pile, kekuatan material, metode instalasi, tahanan mudline, dan lain-lain. Deleksi dan rotasi perlu dikontrol pada beberapa lokasi kritis seperti pile tops, titik perubahan kelengkungan, mudline, dan lainnya. Faktor keamanan adalah sebesar,0 untuk kondisi operasional dan 1,5 untuk kondisi beban ekstrim, seperti yang dianjurkan oleh API RPA. Perlu diperhatikan saat mendesain pondasi struktur lepas pantai yaitu tanah adalah materi non-linier yang kekakuannya dapat berubah karena pengaruh beban, Oleh karena itu, periode struktur bisa berbeda bergantung pada beban yang bekerja pada struktur. Pada umumnya kegagalan tanah terjadi karena geser. Perhitungan kekuatan geser tanah dapat dilakukan dengan menggunakan lingkaran Mohr..7. Kekakuan Tanah Kekakuan tanah dapat diperoleh dengan berbagai macam tes pada tanah. Perilaku tanah biasanya non-linier, sehingga karakteristik tanah seperti Modulus Young (E), Modulus Ratio (G), Poisson Ratio (v), dan lainnya dapat berubah tergantung pada pembebanannya. Perilaku non-linier tanah disebabkan karena partikel tanah bergerak relati antar partikel ketika dibebani. Untuk menentukan kekakuan tanah antara lain digunakan cara Kekakuan Tangent dan Kekakuan Secant. - 33

34 Gambar.11 (a) Kekakuan Secant (b) Kekakuan Tangen (API) Kekakuan Secant mengambil nilai kemiringan garis antara titik sumbu koordinat dengan titik tertentu pada kurva P-Y, sedangkan Kekakuan Tangent mengambil nilai kemiringan garis singgung kurva pada titik tertentu kurva P-Y. Untuk analisis ragam (Modal Analysis), analisis atigue, dan analisis seismik perlu dilakukan linearisasi pondasi untuk mendapatkan satu nilai kekakuan dari tanah dari siat tanah yang non-linier. Metode Kekakuan Secant lebih tepat digunakan pada analisis tersebut karena mengakomodasi lebih banyak siklus displacement..7.3 Kapasitas Aksial Pile Kapasitas aksial pile terdiri atas kapasitas tekan dan kapasitas tarik. Pada umumnya pile mengalami tekan, kecuali pada kondisi tertentu yang menyebabkan terjadinya momen guling sehingga pile mengalami kondisi tarik. Pada kondisi tekan, kapasitas pile ditentukan oleh tahanan selimut (skin riction) dan tahanan ujung (end bearing). Pada kondisi tarik biasanya hanya tahanan selimut saja yang dihitung, sedangkan tahanan ujung dapat diabaikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas aksial pile: Q = Q P + Q S... (.41) - 34

35 = qap + i ASi dimana: Q = kapasitas aksial ultimate pile Q P = kapasitas ultimate tahanan ujung Q S = kapasitas tahanan selimut q = tahanan ujung satuan ultimate ujung pile A P = luas ujung pile A Si = luas permukaan pile i = tahanan selimut satuan ultimate.8 ANALISIS IN-PLACE Analisis inplace adalah analisis untuk mengetahui kemampuan layan struktur. Tahapan yang dilakukan sebelum melakukan analisis ini adalah: 1. Melakukan pemodelan struktur. Memasukkan input-input beban yang bekerja Setelah kedua tahap tersebut dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis terhadap kemampuan struktur untuk menahan beban-beban yang bekerja. Analisis ini dilakukan untuk kondisi operasional dan kondisi ekstrem. Input beban dilakukan dapat dibagi menjadi bagian, yaitu beban dasar dan beban kombinasi. Beban dasar meliputi berat struktur di udara, bouyancy, peralatan, kelengakapan dek dan jacket, crane, angin, gelombang, dan arus. Selain beban- - 35

36 beban tersebut, perlu diperhatiklan pengaruh dari marine growth, gaya apung dan korosi pada daerah splash zone. Beberapa output yang dihasilkan dalam analisis inplace ini adalah sebagai berikut: 1. Unity check member untuk kondisi operasional dan ekstrim.. Joint punching shear check untuk kondisi operasional dan ekstrim. 3. Pile saety actor untuk kondisi operasional dan ekstrim. 4. Periode natural struktur. Rasio Tegangan Member Unity check member untuk kondisi operasional disyaratkan kurang dari 1, sedangkan untuk kondisi ekstrim batasnya dinaikkan 33,33% menjadi 1,33. Semua member baik tubular maupun non-tubular akan ditampilkan nilai unity checknya. Di dalam ile model struktur, hanya opsi maksimum unity check saja yang diaktikan, artinya dari berbagai kondisi pembebanan hanya pembebanan yang menghasilkan unity check maksimum saja yang ditampilkan dalam laporan. Joint Punching Shear Check Sambungan yang ditunjau hanya sambungan tubular saja dan dipilih dengan input ile joint can option. Besaran yang menjadi output adalah unity check joint can. Untuk kondisi operasional disyaratkan kurang dari 1, sedangkan untuk kondisi ekstrim batasnya dinaikkan 33,33% menjadi 1,33. Faktor Keamanan Pile Pile memiliki kapasitas tertentu dalam menahan beban aksial yang terjadi. Rasio antara kapasitas aksial pile dengan beban maksimum yang terjadi merupakan nilai saety actor untuk pile. Saety actor untuk kondisi operasional disyaratkan minimum,0, sedangkan untuk kondisi ekstrim dan seismik disyaratkan minimum 1,50. Periode Natural Struktur - 36

37 Periode natural struktur diperoleh dari analisis modal. Yang diambil sebagai periode natural struktur adalah periode untuk mode pertama struktur karena biasanya nilainya yang paling besar dan menentukan. Biasanya hanya beberapa mode pertama saja yang menentukan dalam perhitungan. Periode natural struktur akan digunakan pada perhitungan DAF (Dynamic Ampliication Factor) yang dipakai sebagai aktor kombinasi pembebanan untuk beban arus dan gelombang..9 ANALISIS FATIGUE Struktur baja mengalam luktuasi tegangan dalam jumlah yang banyak dapat mengalami retak bahkan pada tegangan yang kecil. Fluktuasi tegangan disebabkan oleh beban lingkungan seprti angin dan gelombang, atasu getaran dari mesin. Reatk kecil dapat berkembang menjadi lebih besar dan dapat mengakibatkan kerusakan struktur. Retak kecil tersebut disebabkan oleh antara lain cacat pada bahan, titik dari ketidakhomogenan lokal, dan titik perubahan drastis dari geometri struktur. Struktur yang menggunakan sanmbungan las juga rentan terhadap atigue sehingga memerlukan pengawasan yang kontinyu. Berdasarkan API RPA edisi 1, pada analisis atigue struktur dimodelkan sebagai space rame untuk mendapatkan respon struktur berupa tegangan nominal member untuk gaya gelombang yang bekerja. Analisis atigue mengabaikan perhitungan arus sehingga nilai current blockage actor dan apparent wave period tidak digunakan. Digunakan nilai wave kinematic actor 1,0 dan conductor shielding actor 1,0 untuk gelombang atigue. Nilai koeisien inersia (Cm) dan koeisien seret (Cd) bergantung pada level sea state sesuai parameter Keulegan- Carpenter. Untuk gelombang kecil, dapat digunakan nilai Cm =,0, Cd = 0,8 untuk member kasar dan Cd = 0,50 untuk member halus. Usia desain atigue untuk joint dan member sebaiknya minimum dua kali usia layan yang diharapkan (SF =,0). - 37

38 Data gelombang sebaiknya diperoleh dengan mengumpulkan data sea states yang diharapkan pada jangka waktu yang cukup panjang. Data tersebut pada akhirnya akan diolah menjadi spektra density energi gelombang dan parameter isik bersama dengan rekuensi kejadian. Dengan melakukan analisis atigue, kita dapat menentukan sisa masa layan dari sambungan las elemen silinder sebuah struktur. Analisis atigue ini ada beberapa parameternya..9.1 Kurva S-N Kurva S-N adalah karakteristik atigue yang umum digunakan dari suatu bahan yang mengalami tegangan berulang dengan besar yang sama. Kurva tersebut diperoleh dari tes spesimen baja yang diberi beban berulang dengan jumlah N siklus sampai terjadi kegagalan. Besarnya N berbanding terbalik dengan rentang tegangan S. Kurva ini menyediakan inormasi karakteristik atigue dengan amplitudo pembebanan konstan. Kurva S-N yang digunakan berdasarkan API RPA edisi 1-WSD bagian 5.4 ditunjukkan pada gambar berikut: - 38

39 Gambar.1 Kurva S-N Berdasarkan API Secara matematis, persamaan kurva dapat dituliskan sebagai berikut: m 6 N Δσ = 10...(.4) Δσ re dengan: N = banyaknya siklus beban sampai member mengalami kegagalan. Δ σ Δ σre = rentang tegangan = rentang tegangan pada siklus sebanyak 10 6 kali. Kurva X dapat digunakan untuk proil las terkontrol dan memiliki ketebalan cabang sambungan kurang dari 5 mm. Untuk proil las terkontrol yang sama tetapi ketebalannya lebih besar, perlu penggunaan koreksi eek skala. Kurva X dapat digunakan untuk proil las tanpa kontrol, tetapi sesuai dengan proil standar pelat (ANSI/AWS) dan memiliki ketebalan cabang sambungan kurang dari 16 mm. Untuk proil pelat yang sama etapi ketebalannya lebih besar, perlu - 39

40 menggunakan koreksi eek skala. Adapaun rumus koreksi eek skala diberikan sebagai berikut: Gambar.13 Las dengan Proil Kontrol dan Tanpa Proil Kontrol (API) Tegangan ijin = 0,5 t S = o...(.43) to dimana: S o = tegangan ijin dari kurva S-N t = ketebalan member cabang t o = ketebalan batas cabang Untuk member yang berada di bawah permukaan laut dan terdapat perlindungan katodik serta amplitudo yang konstan, batas ketahanan terhadap atigue (endurance limit) terjadi sampai 10 8 siklus. Sambungan di daerah splash zone dapat diabaikan pada perhitungan atigue karena beban siklik yang terjadi akibat sea states dianggap tidak signiikan. Untuk sambungan yang mengalami beban siklik dengan amplitudo berubah seperti pada umumnya terjadi pada beban lingkungan, batas ketahanan terhadap atigue dapat diasumsikan sebesar 10 7 untuk kurva X dan 10 7 untuk kurva X. Kurva X dan X digunakan dengan rentang tegangan hot spot yang sesuai dengan stress concentration actornya. - 40

41 .9. Aturan Miner Kurva S-N hanya menyediakan inormasi untuk pembebanan dengan amplitudo konstan. Untuk pembebanan lingkungan dengan amplitudo yang bervariasi, kurva S-N dilengkapi dengan peraturan yang dikenal dengan Aturan Miner. Aturan ini memungkinkan perhitungan kerusakan berdasarkan atigue (D) dengan beberapa amplitudo pembebanan berbeda. Konsep kerusakan atigue adalah dasar dari peraturan ini. Kerusakan atigue (D) untuk sambungan yang mengalami pembebanan dengan amplitudo konstan dapat dirumuskan secara sederhana sebagai berikut: n D =... (.44) N dengan: D = kerusakan dalam 1 tahun n = jumlah siklus pada rentang tegangan yang bekerja N = jumlah siklus pada rentang tegangan yang diijinkan sesuai kurva S-N Apabila joint mengalami pembebanan dengan ampiltudo yang bervariasi, siklus pembebanan dapat dibagi menjadi beberapa grup yang memiliki rentang tegangan yang sama. Kerusakan atigue yang terjadi adalah penjumlahan dari kerusakan atigue dari masing-masing grup. Aplikasi dari Aturan Miner dapat dirumuskan sebagai berikut: D = m i= 1 n N i i... (.45) dengan: D = kerusakan dalam 1 tahun n i = jumlah siklus pada rentang tegangan yang bekerja pada grup ke-i N i = jumlah siklus pada rentang tegangan grup ke-i yang diijinkan sesuai kurva S-N m = jumlah pembagian grup rentang tegangan. Kerusakan atigue sebaiknya ditinjau pada delapan titik di sekeliling sambungan tubular. - 41

42 Kegagalan atigue akan terjadi apabila nilai kerusakan atigue (D) telah mencapai satu. Jadi, umur atigue dari struktur besarnya adalah satu per kerusakan per tahun..9.3 Stress Concentration Factor (SCF) Pada kondisi tegangan yang kompleks, terkadang tidak begitu pasti tegangan mana yang harus digunakan untuk kurva S-N. Untuk itu, sebuah eek konsentrasi tegangan dapat digunakan pada perhitungan tegangan yang bekerja berupa SCF. Stress Concentration Factor (SCF) adalah perbandingan antara tegangan di daerah hot spot dengan tegangan nominal pada penampang. Faktor ini dipengaruhi oleh besaran-besaran dari sambungan, konigurasi sambungan, dan load path gaya. Tegangan di daerah hot spot adalah tegangan di sekitar diskontinuitas struktur, contohnya sambungan. Ilustrasi tegangan di daerah hot spot sebagai berikut: Gambar.14 Lokasi Tegangan Hot Spot (API) Stress Concentration Factor diperoleh dari analisis inite elemen, pengetesan model, atau persamaan empiris tertentu. Beberapa persamaan empiris yang dikenal antara lain Kuang, Kellog, Lloyds Register, dan lainnya. Persamaan SCF yang sering digunakan adalah Ethymiou..9.4 Dynamic Ampliication Factor (DAF) Dynamic Ampliication Factor (DAF) harus dipertimbangkan untuk memasukkan pengaruh dari resonansi gelombang pada struktur. Semakin dekat periode gaya dengan rekuensi alami dari struktur, maka nilai DAF akan semakin besar. - 4

43 Persamaan berikut ini digunakan untuk menghitung nilai DAF untuk masingmasing periode gelombang. 1 DAF =... (.46) dimana: rasio rekuensi, ( 1 Ω ) + ( ξω) Ω = ω ω s ω = π, T s = periode natural T s = rekuensi gaya luar rekuensi natural ω = π, T w = periode gelombang (gaya luar) T w ξ = rasio redaman = 0,05 Persamaan DAF di atas dapat diplot untuk memperlihatkan pengaruh rasio rekuensi (Ω) terhadap amplitudo, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar.15 Pengaruh DAF pada Struktur (API) Kurva di atas memperlihatkan bahwa keberadaan damping berpengaruh sebagai berikut: 1. Apabila damping naik maka amplitudo menurun.. Apabila damping naik maka puncak dari kurva akan terjadi di bawah rekuensi natural. - 43

44 .9.5 JONSWAP Spektra JONSWAP (Joint North Sea Wave Project) spectra adalah salah satu ormula spektra elevasi permukaan air yang banyak digunakan. Spektra ini dikembangkan berdasarkan pengamatan di Laut Utara. Melalui spektra ini, dapat diperoleh inormasi mengenai penyebaran periode gelombang dan probabilitas penyebaran arah gelombang di laut. Permukaan air laut yang acak sebenarnya dapat dijabarkan sebagai penjumlahan dari beberapa gelombang laut dengan periode dan ase tertentu (Deret Fourier). Amplitudo dapat juga direpresentasikan sebagai rekuensi. Apabila permukaan air laut ini dapat disusun atas sederetan gelombang dengan rekuensi tertentu, maka dalam data tersebut dapat disajikan dalam bentuk spektrum berupa histogram amplitudo vs rekuensi. JONSWAP spektra ditunjukkan seperti pada gambar berikut: Gambar.16 Spektra Gelombang JONSWAP (API) Secara matematis, Lewis & Allos (1990) merumuskan JONSWAP spektra sebagai berikut: S ηη αg = (π ) exp 4 p 4 a γ...(.47) - 44

45 dengan: a = σ exp ( ) p σ p = σ A untuk p σ B untuk > p α = 103,39 mo 0,687 g -1,375 Tp -,750 γ =, mo 0,887 g -1,774 Tp -3,550 σ A = 1, mo -0,331 g 0,66 Tp 1,35 σ B = 1, mo -0,165 g 0,330 Tp 0,660 Hs mo = 16 Tp = 1 p Hs = tinggi gelombang signiikan. Tp = periode puncak spektral G = percepatan gravitasi.9.6 Metode Analisis Fatigue Berdasarkan API RPA edisi 1 bagian 5, analisis atigue detail sebaiknya dilakukan pada struktur lepas pantai tipe jacket. Analisis detail atigue disarankan menggunakan metode analisis spectral. Metode ini dapat menentukan besarnya respon tegangan untuk setiap kondisi sea state. Eek dinamik juga perlu diperhitungkan untuk kondisi sea state yang memiliki energi dekat dengan rekuensi natural platorm. Meskipun demikian, metode lain dapat juga digunakan apabila memang dapat mewakili keadaan nyata yang terjadi. Sebagai pengganti analisis atigue detail, dapat digunakan analisis atigue yang disederhanakan untuk joint tubular pada platorm tipe jacket apabila kondisinya sebagai berikut: 1. Kedalaman kurang dari 1 meter.. Konstruksi baja daktail. 3. Memiliki raming structural berlebih. - 45

BAB 3 DESKRIPSI KASUS

BAB 3 DESKRIPSI KASUS BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan

Lebih terperinci

6 Analisis Fatigue BAB Parameter Analisis Fatigue Kurva S-N

6 Analisis Fatigue BAB Parameter Analisis Fatigue Kurva S-N BAB 6 6 Analisis Fatigue 6.1 Parameter Analisis Fatigue Analisis fatigue dilakukan untuk mengecek kekuatan struktur terhadap pembebanan siklik dari gelombang. Dengan melakukan analisis fatigue, kita dapat

Lebih terperinci

5 Analisa Fatigue. 5.1 Definisi. wave cinematic factor 1,0 dan conductor shielding factor 1,0 untuk gelombang fatigue. Nilai. Bab

5 Analisa Fatigue. 5.1 Definisi. wave cinematic factor 1,0 dan conductor shielding factor 1,0 untuk gelombang fatigue. Nilai. Bab Bab 5 5 Analisa Fatigue 5.1 Definisi Struktur baja yang mengalami fluktuasi tegangan dalam jumlah yang banyak dapat mengalami retak bahkan pada tegangan yang kecil. Fluktuasi tegangan disebabkan oleh beban

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan

Lebih terperinci

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab Bab 6 6 Analisa Seismik 6.1 Definisi Gempa bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori : intensitas lemah, sedang dan kuat. Intensitas ini ditentukan oleh percepatan gerakan tanah, yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL

BAB 5 ANALISIS HASIL BAB 5 ANALISIS HASIL 5.1 ANALISIS HASIL IN-PLACE Hasil run program SACS untuk analisis in-place pada kondisi operasional dan ekstrem untuk beberapa keadaan tinggi muka air laut yang berubah akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²). DAFTAR NOTASI A cp Ag An Atp Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm²). Luas bruto penampang (mm²). Luas bersih penampang (mm²). Luas penampang tiang pancang (mm²). Al Luas total tulangan

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 UMUM

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 UMUM BAB DASAR TEORI. UMUM Dalam perencanaan struktur lepas pantai, terdapat beberapa tahapan utama yang harus dilakukan. Tahapan tersebut yaitu tahap persiapan, tahap desain, tahap penawaran, dan tahap konstruksi.

Lebih terperinci

2.1 Pengkajian Ulang Struktur Anjungan Lepas Pantai

2.1 Pengkajian Ulang Struktur Anjungan Lepas Pantai Bab 2 2 Dasar Teori 2.1 Pengkajian Ulang Struktur Anjungan Lepas Pantai Pengkajian ulang adalah sebuah proses untuk menganalisis kembali dan memberikan penilaian (assessment) terhadap suatu desain struktur

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD BAB 5 ANALISIS 5.1 ANALISIS LINIER Penurunan yang terjadi pada dasar laut menyebabkan peningkatan beban lingkungan,, terutama beban gelombang yang dibebankan pada struktur anjungan lepas pantai. Hal ini

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm 2 Ag = Luas bruto penampang (mm 2 ) An = Luas bersih penampang (mm 2 ) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) Al = Luas

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1 Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y DAFTAR NOTASI A cp = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² Ag = Luas bruto penampang (mm²) An = Luas bersih penampang (mm²) Atp = Luas penampang tiang pancang (mm²) Al = Luas total

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

Lebih terperinci

Struktur Baja 2. Kolom

Struktur Baja 2. Kolom Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI 03-1726-2002 DAN FEMA 450 Calvein Haryanto NRP : 0621054 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Agus Krisnhawa Putra NIM : 1104105075 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinding Pengisi 2.1.1 Definisi Dinding pengisi yang umumnya difungsikan sebagai penyekat, dinding eksterior, dan dinding yang terdapat pada sekeliling tangga dan elevator secara

Lebih terperinci

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension 1 Muflih Mustabiqul Khoir, Wisnu Wardhana dan Rudi Walujo Prastianto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

5 Analisis Seismic BAB 5

5 Analisis Seismic BAB 5 BAB 5 5 Analisis Seismic Analisis seismik merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan struktur (dalam hal ini digunakan model struktur yang sama dengan model pada analisis Inplace) terhadap

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Linier Statik Pada analisis linier statik akan dilakukan perhitungan rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Pada analisis ini, stuktur akan berperilaku

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination)

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination) BAB 4 4 Analisis Inplace Analisis inplace adalah analisis yang dilakukan terhadap platform ketika platform sudah berada eksisting di lokasinya. Platform akan dianalisis sebagai sebuah struktur lengkap

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsep Desain Desain struktur harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya Kekuatan (strength), kemampuan layan (serviceability), ekonomis (economy) dan Kemudahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA Alderman Tambos Budiarto Simanjuntak NRP : 0221016 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X HALAMAN JUDUL KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X TUGAS AKHIR Oleh: I Gede Agus Hendrawan NIM: 1204105095 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM Fikry Hamdi Harahap NRP : 0121040 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada.,MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan

Lebih terperinci

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steel Plate Shear Walls Steel Plate Shear Walls adalah sistem penahan beban lateral yang terdiri dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana teknik sipil Anton Wijaya 060404116 BIDANG

Lebih terperinci

5 Pemodelan Struktur

5 Pemodelan Struktur Bab 5 5 Pemodelan Struktur 5.1 Konfigurasi Umum Jacket Anjungan yang dimodelkan dalam Tugas Akhir ini merupakan suatu bangunan fixed platform tipe jacket yang memiliki 4 buah kaki yang terpancang ke dalam.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Steven Limbongan Servie O. Dapas, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: limbongansteven@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus dan Analisis

Bab IV Studi Kasus dan Analisis Bab IV Studi Kasus dan Analisis IV.1 Umum Dalam bab ini akan diuraikan penerapan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya pada suatu studi kasus. Studi kasus yang diambil adalah platform

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom] VII. KOOM 7.1. Definisi Kolom Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna

Lebih terperinci

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi TULANGAN GESER I. PENDAHULUAN Semua elemen struktur balok, baik struktur beton maupun baja, tidak terlepas dari masalah gaya geser. Gaya geser umumnya tidak bekerja sendirian, tetapi berkombinasi dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.

Lebih terperinci

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL

BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL BAB II LANDASAN TEORI CORE WALL.1. Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM Platform LProcess merupakan struktur anjungan lepas pantai tipe jacket dengan struktur empat kaki dan terdiri dari dua deck untuk fasilitas Process. Platform ini terletak pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Beban Gempa 3.1.1 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa

Lebih terperinci

SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT

SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT SENSITIVITY ANALYSIS STRUKTUR ANJUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PENURUNAN DASAR LAUT LAPORAN TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci