PENGARUH MEDIA FILM PERJUANGAN TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA SELAMAT PAGI INDONESIA KOTA BATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MEDIA FILM PERJUANGAN TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA SELAMAT PAGI INDONESIA KOTA BATU"

Transkripsi

1 PENGARUH MEDIA FILM PERJUANGAN TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA SMA SELAMAT PAGI INDONESIA KOTA BATU THE EFFORT OF STRUGGLE MOVIE MEDIA TO NATIONALISM ATTITUDE FROM THE STUDENTS OF SELAMAT PAGI INDONESIA SENIOR HIGH SCHOOL BATU CITY Lailatuz Zahro* A. Rosyid Al Atok** Arbaiyah Prantiasih** ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk (1) Mengetahui sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia, (2) Mengetahui pengaruh media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-Experimental Design dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Data dikumpulkan melalui teknik test yang terdiri dari pretest dan posttest. Hasil penelitan adalah (1) Ditinjau dari aspek cinta tanah air, perstuan dan kesatuan bangsa, rela berkorban, dan pantang menyerah sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia sangat baik. (2) Ada pengaruh yang ditimbulkan dari media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Kata kunci: media film perjuangan, sikap nasionalisme. ABSTRACT: The purpose of this research to (1) determine the nationalism attitude from students of Selamat Pagi Indonesia senior high school, (2) Determine the effort of srtuggle movie media to nationalism attitude from students of Selamat Pagi Indonesia senior high school. This research used a research design Pre-Experimental Design with research design One Group Pretest-Posttest Design. The data were obtained through a test techniques that consists of a pretest and posttest. The research results are (1) Judging from the aspect of patriotism, unity of the nation, willing to sacrifice, and never give up nationalism attitude from studengts of Selamat Pagi Indonesia senior high school was very well. (2) There is an effect caused by struggle movie media to nationalism attitude from students of Selamat Pagi Indonesia senior high school. Keywords: struggle movie media, nationalism attitude. Dewasa ini sikap nasionalisme masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai terkikis. Terkikisnya sikap nasionalisme dapat disebabkan oleh adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia. Modernisasi dan kapitalisme *Jurusan HKn FIS UM, ellalovato@rocketmail.com **Pembimbing, Jurusan HKn FIS UM, Jl. Semarang 5 Malang

2 2 global menjadi penyebab utama lunturnya nilai-nilai luhur bangsa, dan telah melahirkan kebudayaan populer yang semakin berkembang di Indonesia. Banyak dari kalangan muda yang terjangkit dan terjebak dalam kebudayaan populer. Untuk itu diperlukan adanya upaya menanamkan kembali nasionalisme pada diri generasi penerus bangsa, khususnya kalangan pelajar. Upaya yang dipilih oleh peneliti dalam usaha mengembangkan sikap nasionalisme pada siswa adalah melalui media film perjuangan. Pada awal perkembangannya, film hanya sebagai media hiburan bagi kelas bawah di perkotaan, namun kemudian film berkembang cepat dan mampu menjangkau kelas yang lebih luas. Atas dasar itulah kemudian banyak para ahli yang menyadari bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Irawanto, 1999 : 12). Irawanto (1999 : 4) juga menjelaskan bahwa film memang memiliki pengaruh yang kuat dan lebih peka terhadap budaya masyarakat... karena itu, film memberikan petunjuk berharga tentang pandangan kontemporer masa lalu. Hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linear, yang artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya (Irawanto, 1999 : 13). Soegito (dalam Mesiana, 2012 : 17) telah menjelaskan empat indikator sikap nasionalisme, yaitu (1) cinta tanah air, (2) persatuan dan kesatuan, (3) rela berkorban, dan (4) pantang menyerah. Keempat indikator tersebut merupakan unsur terpenting dalam film perjuangan. Hal tersebut tercermin dari perjuangan rakyat Indonesia yang berbeda ras, suku dan agama bersama-sama melawan penjajah demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dalam film perjuangan banyak pesan-pesan moral yang disampaikan. Film perjuangan diharapkan dapat membangkitkan semangat kaum muda untuk mempelajari sejarah, mencintai pahlawan-pahlawan Indonesia, serta semangat dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan nasional. Adanya film-film perjuangan diharapkan mampu menumbuhkan sikap nasionalisme dan kebhinekaan seperti yang tertanam dalam hati dan sikap para tentara Indonesia yang telah melampaui pertentangan dan perbedaan latar belakang, suku, status dan agama demi satu tujuan bersama, yaitu Merdeka (Hadi, 2009). Nasionalisme merupakan sikap yang harus dimiliki

3 3 oleh masyarakat Indonesia sebagai warga negara yang menikmati buah kemerdekaan oleh para pejuang bangsa agar dapat meneruskan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian Pre-Experimental Design dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Pada desain One Group Pretest-Posttest Design observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Selamat Pagi Indonesia yang berjumlah 85 siswa dengan rincian sebagai berikut : kelas X berjumlah 36 siswa, kelas XI berjumlah 30 siswa, dan kelas XII berjumlah 19 siswa. Namun, untuk siswa kelas XII tidak diizinkan untuk dijadikan subyek penelitian karena siswa kelas XII tengah mempersiapkan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Dengan demikian sampel dari penelitian ini adalah siswa SMA Selamat Pagi Indonesia kelas X dan XI yang berjumlah 66 siswa. Instrumen yang digunakan adalah test yang berupa pretest (sebelum diberi perlakuan) dan posttest (sesudah diberi perlakuan). Test yang digunakan berupa test sikap atau yang biasa disebut dengan skala sikap. Test ini berisi 54 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif mengenai sikap nasionalisme siswa. Peneliti mengembangkan instrumen sendiri. Instrumen yang dikembangkan sendiri oleh peneliti perlu dilakukan validitas. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : (a) tahap 1, dilaksanakan pada hari senin, 4 Maret Sebelum memberikan perlakuan peneliti mengadakan pretest untuk mengukur sikap nasionalisme siswa sebelum diberikan perlakuan, memberikan perlakuan kepada siswa berupa pemutaran film perjuangan yang berjudul Merah Putih; (b) tahap 2, dilaksanakan hari rabu, 6

4 4 Maret 2013, memberikan perlakuan berupa pemutaran media film perjuangan yang berjudul Darah Garuda; (c) tahap 3, dilaksanakan hari rabu, 3 April 2013, peneliti memberikan perlakuan berupa pemutaran media film perjuangan yang berjudul Hati Merdeka, peneliti memberikan posttest kepada siswa untuk mengukur sikap nasionalisme siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan desain One Group Pretest- Posttest Design. Bentuk pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji dua pihak (Two Tail Test). HASIL Berdasarkan test yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Cinta Tanah Air Jika ditinjau dari aspek cinta tanah air, sebelum adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 48,48%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 50%, 1,52% siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme tidak baik. Sedangkan setelah adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik ditinjau dari aspek cinta tanah air sebanyak 74,24%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 25,76%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Tabel 1 Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Cinta Tanah Air Kriteria Sikap Pretest Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat Baik 32 48,48% 49 74,24% Baik 33 50% 17 25,76% Kurang Baik 1 1,52% 0 0% Tidak Baik 0 0% 0 0% Jumlah % % 2. Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Persatuan dan Kesatuan Bangsa Jika ditinjau dari aspek persatuan dan kesatuan bangsa, sebelum adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 81,82%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 18,18%, dan tidak

5 5 ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Sedangkan setelah adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik ditinjau dari aspek persatuan dan kesatuan bangsa sebanyak 96,97%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 3,03%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Tabel 2 Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Persatuan dan Kesatuan Bangsa Kriteria Sikap Pretest Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat Baik 54 81,82% 64 96,97% Baik 12 18,18% 2 3,03% Kurang Baik 0 0% 0 0% Tidak Baik 0 0% 0 0% Jumlah % % 3. Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Rela Berkorban Jika ditinjau dari aspek rela berkorban, sebelum adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 69,70%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 30,30%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Sedangkan setelah adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik ditinjau dari aspek rela berkorban sebanyak 81,82%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 18,18%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Tabel 3 Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Rela Berkoban Kriteria Sikap Pretest Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat Baik 46 69,70% 54 81,82% Baik 20 30,30% 12 18,18 Kurang Baik 0 0% 0 0% Tidak Baik 0 0% 0 0% Jumlah % % 4. Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Pantang Menyerah Jika ditinjau dari aspek pantang menyerah, sebelum adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 69,70%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 30,30%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Sedangkan setelah adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik

6 6 ditinjau dari aspek pantang menyerah sebanyak 86,36%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 13,64%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Tabel 4 Sikap Nasionalisme Siswa Ditinjau dari Aspek Pantang Menyerah Kriteria Sikap Pretest Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat Baik 46 69,70% 57 86,36% Baik 20 30,30% 9 13,64% Kurang Baik 0 0% 0 0% Tidak Baik 0 0% 0 0% Jumlah % % 5. Sikap Nasionalisme Siswa Secara Umum Secara umum sebelum adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 62,12%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 37,88%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Sedangkan setelah adanya perlakuan siswa yang memiliki sikap nasionalisme sangat baik sebanyak 81,82%, siswa yang memiliki sikap nasionalisme yang baik sebanyak 18,18%, dan tidak ada siswa yang memiliki sikap nasionalisme kurang baik dan tidak baik. Tabel 5 Sikap Nasionalisme Siswa Secara Umum Kriteria Sikap Pretest Posttest Frekuensi Presentasi Frekuensi Persentase Sangat Baik 41 62,12% 54 81,82% Baik 25 37,88% 12 18,18% Kurang Baik 0 0% 0 0% Tidak Baik 0 0% 0 0% Jumlah % % Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis ini menggunakan perhitungan manual dengan taraf signifikansi 0,05. Pengambilan keputusan dilakukan apabila nilai t hitung < t tabel maka H o diterima dan H a ditolak. Dari hasil perhitungan secara manual diperoleh nilai t hitung = 7,522 dengan nilai t tabel = 1,999. Karena nilai t hitung > t tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan Hₐ diterima. Jadi, terdapat perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah melihat film perjuangan pada siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas dapat disimpulkan ada pengaruh yang

7 7 ditimbulkan dari media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. PEMBAHASAN Sikap Nasionalisme Siswa Sikap cinta tanah air yang dimiliki oleh siswa SMA Selamat Pagi Indonesia sangat baik. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan sekolah, tempat tinggal (asrama), serta di lingkungan masyaarakat. Lingkungan sekitar siswa sangat mempengaruhi sikap nasionalisme siswa. Ini sejalan dengan pendapat Gerungan (2004 : 167) yang menyebutkan bahwa faktorfaktor pembentukan sikap ada dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectifity atau daya pilih seseorang untuk mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Salah satu bentuk konkrit dari sikap cinta tanah air siswa yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baik sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Hal ini juga disebabkan karena seluruh siswa SMA Selamat Pagi Indonesia berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan bahasa daerah masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Tilaar (2007 : 25) yang menyatakan bahwa bahasa dan budaya merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi tumbuhnya nasionalisme. Adanya keanekaragaman budaya yang ada di SMA Selamat Pagi Indonesia menjadikan seluruh siswa harus bisa menghargai segala perbedaan yang ada di antara mereka. Untuk mewujudksn sikap persatuan dan kesatuan bangsa dalam upaya mengembangkan sikap nasionalisme siswa, siswa harus mampu mengahargai adanya perbedaan SARA (Suku, Ras, dan Antar golongan) yang ada di lingkungan mereka. Karena budaya merupakan salah satu faktor pernting dalam menumbuhkan nasionalisme (Tilaar, 2007 : 25). Dalam struktur sikap, Azwar (2009 : 28) menjelaskan komponen konatif atau yang disebut juga komponen perilaku merupakan komponen yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada di dalam diri seseorang berkaitan dengan

8 8 objek yang dihadapinya. Dalam hal ini, yang dimaksudkan komponen konatif adalah cara berperilaku siswa terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya, cara siswa dalam menyikapi dan menghargai perbedaan yang ada agar dapat menciptakan kerukunan antarsiswa. Berdasarkan hasil penelitian, sikap nasionalisme siswa dalam aspek rela berkorban dapat diwujudkan dengan cara membantu teman maupun orang lain dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun, mampu mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, dan bersedia membela bangsa dan negara. Struktur sikap yang disebutkan oleh Azwar (2009 : 24) terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, siswa mengetahui dalam kehidupan sehari-hari manusia harus saling tolong-menolong dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Komponen afektif berkaitan dengan perasaan atau emosional seseorang. Dalam hal ini, komponen afektif dalam sikap rela berkorban ditunjukkan dengan bersimpati kepada teman atau orang lain yang sedang mendapatkan musibah atau kesulitan. Atas dasar rasa simpati itulah kemudian siswa mewujudkan rasa simpatinya dengan cara membantu teman atau orang lain yang sedang mengalami musibah. Perilaku tersebut merupakan bentuk dari komponen konatif. Komponen konatif merupakan komponen yang menunjukkan bagaimana perilaku dan kecenderungan berperilaku yang ada di dalam diri seseorang (Azwar, 2009 : 28). Pembentukan dan perubahan attitude dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern (Gerungan, 2004 : 167). Faktor intern merupakan faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adanya kemauan untuk berusaha dan bekerja keras merupakan faktor intern dalam membentuk sikap pantang menyerah. Kemauan tersebut timbul dari dalam diri manusia itu sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang terdapat dari luar pribadi manusia. Faktor eksternal dalam pembentukan dan perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun orang lain. Misalnya dengan adanya seorang teman yang menjadi juara kelas, siswa lainnya menjadi termotivasi agar dirinya juga dapat menjadi juara kelas dengan cara belajar dengan tekun. Hal ini tidak terlepas dari adanya kemauan dan kesadaran untuk

9 9 berusaha dari diri siswa itu sendiri. Dalam mewujudkan sikap pantang menyerah dibutuhkan seseorang yang berjiwa besar dan tidak mudah putus asa. Dapat menerima keunggulan atau kelebihan yang dimiliki orang lain merupakan merupakan salah satu contoh konkrit dalam mewujudkan sikap pantang menyerah dalam upaya mengembangkan sikap nasionalisme siswa. Pengaruh Media Film Perjuangan terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga judul film yaitu Merah Putih, Darah Garuda, dan Hati Merdeka. Ketiga film tersebut termasuk dalam film perjuangan. Film perjuangan merupakan film yang menceritakan tentang perlawanan bangsa Indonesia terhadap pemerintahan Belanda atau Jepang serta menekankan pada sisi perjuangan senjata dari pada unsur-unsur lain dari perjuangan kemerdekaan (Irawanto, 1999 : 3). Dari hasil pretest yang telah dilakukan, diketahui bahwa sikap nasionalisme siswa pada saat awal dapat dikatakan sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase pada kategori sikap sangat baik (SB) adalah 62,12%, sedangkan perolehan persentase pada kategori sikap baik (B) adalah 37,88%. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa sikap nasionalisme awal siswa sangat baik. Sedangkan hasil posttest menunjukkan persentase dalam kategori sikap sangat baik (SB) adalah 81,82%, sedangkan untuk persentase kategori sikap baik (B) adalah 18,18%. Hal ini menunjukkan bahwa media film perjuangan berpengaruh terhadap sikap nasionalisme siswa. Hasil test tersebut diperkuat dengan adanya hasil pengujian hipotesis, yang menyatakan bahwa nilai t hitung > t tabel dengan nilai t hitung = 7,522 dan nilai t tabel = 1,999. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan H a diterima. Dengan diterimanya H a berarti bahwa terdapat pengaruh yang ditimbulkan dari media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Dalam hal ini, film perjuangan merupakan faktor ekstern yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap nasionalisme siswa. Sedangkan faktor intern dalam pembentukan dan perubahan sikap nasionalisme siswa adalah

10 10 adanya kemauan dan kesadaran dari dalam diri siswa itu sendiri untuk merubah dan mengembangkan sikap nasionalismenya menjadi lebih baik lagi. Selain dapat digunakan untuk mengembangkan sikap nasionalisme siswa, media film perjuangan juga dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang menarik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ilyas (2012) yang menyebutkan salah satu fungsi film adalah sebagai media pendidikan. Film dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber (guru) kepada sasaran didik (peserta didik) sehingga dapat merancang fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa. Dalam mengembangkan sikap nasionalisme siswa, pendidikan juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan nasionalisme, tidak hanya memperhatikan unsur bahasa dan budayanya saja (Tilaar, 2007 : 25). SIMPULAN DAN SARAN Secara umum, ditinjau dari aspek cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa, rela berkorban, dan pantang menyerah, sikap nasionalisme yang dimiliki oleh siswa SMA Selamat Pagi Indonesia sebelum diberikan perlakuan adalah sangat baik dengan persentase 62,12% sedangkan setelah diberikan perlakuan sikap nasionalisme siswa adalah sangat baik dengan perserntase 81,82%. Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa t hitung > t tabel dengan nilai t hitung = 7,522 dan nilai t tabel = 1,999. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan dari media film perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa SMA Selamat Pagi Indonesia. Sekolah diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap nasionalisme siswa. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka. Siswa diharapkan bisa mempertahankan dan mengembangkan sikap nasionalisme yang telah dimilikinya agar tidak mati. Dalam upaya mengembangkan sikap nasionalisme dibutuhkan kemauan dan kesadaran dari dalam diri siswa itu sendiri. Pengembangan sikap nasionalisme dapat dilakukan melalui pembiasaanpembiasaan dalam kehidupan sehari-hari siswa, tidak hanya di lingkungan keluarga saja, tetapi juga dalam lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Untuk peneliti selanjutnya yang mengangkat tema yang sama dengan penelitian

11 11 ini, bahwasanya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi atau rujukan dalam penelitian selanjutnya. Selain itu, dalam mengembangkan sikap nasionalisme, peneliti selanjutnya dapat menggunakan media atau metode yang baru. DAFTAR RUJUKAN Azwar, Saifuddin Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Remaja. Gerungan Psikologi Sosial. Bandung: Refika Adhitama. Hadi, Sukron Merah Putih: Sebuah Pesan Akan Pentingnya Persatuan. (Online). ( diakses 26 Januari Ilyas, Muh Akbar Tugas Ilmu Komunikasi: All About Film. (Online). ( diakses 22 Januari Irawanto, Budi Film, Ideologi dan Militer. Yogyakarta: Media Pressindo. Mesiana, Risa Sikap Nasionalisme Siswa di SMA Negeri 01 Ngunut Kabupaten Tulung Agung. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Tilaar, H,A.R Mengindonesia: Etnisitas dan Indentitas Bangsa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme rela

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh 1 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL Oleh ISNA MALIHATUL AINI RISWANDI LILIK SABDANINGTYAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin berkembangnya zaman, semakin pasat pula perkembangan manusia yang ingin menuju masa modern dan mengikuti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah karena membutuhkan pengorbanan yang luar biasa kala itu dan merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI Eviliyanto 1, Endah Evy Nurekawati 2 1,2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

LAGU ANAK-ANAK BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK ANAK PAUD KELOMPOK B

LAGU ANAK-ANAK BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK ANAK PAUD KELOMPOK B LAGU ANAK-ANAK BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK ANAK PAUD KELOMPOK B PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan dalam BAB I akan dibahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

12 Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash 8 Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VII SMPN 18 Makassar Studi pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Influence

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA Desti Anggistia*, Eko Suyanto, I Dewa Putu Nyeneng FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semangat perjuangan bangsa Indonesia merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 INCREASE MOTIVATION TO LEARN

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Albertus D Lesmono, Supeno, Tita Riani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya berkuasa di Indonesia. Usaha untuk menolak kolonialisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DI KELAS X SMA NEGERI 12 SURABAYA INCREASING THE STUDENT SCIENCE

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAM GAME TOURNAMENT

PENERAPAN MODEL TEAM GAME TOURNAMENT PENERAPAN MODEL TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI BILANGAN ROMAWI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 03 RANYAI HILIR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ericko Lestranda

Lebih terperinci

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO Pendidikan Nilai Nasionalisme... (Sarah Atikah Tsamarah) 2.773 PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO EDUCATION OF NATIONALISM VALUE IN SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO Oleh: Sarah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KONSTRUKSI WACANA NASONALISME DAN PATRIOTISME PADA FILM MERAH PUTIH (ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM MERAH PUTIH)

KONSTRUKSI WACANA NASONALISME DAN PATRIOTISME PADA FILM MERAH PUTIH (ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM MERAH PUTIH) KONSTRUKSI WACANA NASONALISME DAN PATRIOTISME PADA FILM MERAH PUTIH (ANALISIS SEMIOTIK PADA FILM MERAH PUTIH) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

PENGARUH LONCAT KATAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 SINGKAWANG ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ELFRY APRIENDY NIM.

PENGARUH LONCAT KATAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 SINGKAWANG ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ELFRY APRIENDY NIM. PENGARUH LONCAT KATAK TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 SINGKAWANG ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ELFRY APRIENDY NIM. F38008006 PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasionalisme merupakan paham untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air yang berdasarkan persamaan sejarah kemudian bergabung menjadi satu untuk mempertahankan dan loyalitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING. (Jurnal) Oleh SEFTI NAELZA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING. (Jurnal) Oleh SEFTI NAELZA 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING (Jurnal) Oleh SEFTI NAELZA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai

Lebih terperinci

Peranan Guru Sejarah dalam Menanamkan Rasa Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA Negeri 14 Samarinda

Peranan Guru Sejarah dalam Menanamkan Rasa Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA Negeri 14 Samarinda Yupa: Historical Studies Journal, 1 (1), 2017: 83-92 ISSN: 2541-6960 Peranan Guru Sejarah dalam Menanamkan Rasa Nasionalisme Siswa Kelas X di SMA Negeri 14 Samarinda Ayu Desi Indah Utami 1, Asnar 2, Jawatir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi nasionalisme merupakan rasa cinta negara. Dalam arti yang luas nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air dengan menjunjung tinggi nilai perjuangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP Shaufan Habibi 1), Trapsilo Prihandono 2), Sri Wahyuni 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH :

ARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH : PENGARUH PENGGUNAAN METODE PENUGASAN DENGAN MEDIA VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI JENIS BUDAYA INDONESIA YANG PERNAH DITAMPILKAN DALAM MISI KEBUDAYAAN INTERNASIONAL PADA SISWA KELAS IV SDN PAKIS

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : ARUM TRI HIRASIANA

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto The Effect of Model Cooperative Learning Type of Take and Give in the Students Learning Result on The Depends Each Other in Ecosystem Concept in 7 th Grade of the 16 th Public Junior High School at Tasikmalaya

Lebih terperinci

: WAHYU CAHYA SETYONINGRUM K

: WAHYU CAHYA SETYONINGRUM K TEKNIK MODELING DENGAN MEDIA FILM SEMESTA MENDUKUNG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh : WAHYU CAHYA SETYONINGRUM

Lebih terperinci

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 85 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Banguntapan Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : X / 1 Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B Eka Nita Octaria Rachma Hasibuan PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No.4 Surabaya 60136 (Email:ekanita@yahoo.com)

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN RASA CINTA KEPADA TANAH AIR DAN BANGSA

MENGEMBANGKAN RASA CINTA KEPADA TANAH AIR DAN BANGSA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA MENGEMBANGKAN RASA CINTA KEPADA TANAH AIR DAN BANGSA Nindita Erwanti - 11.12.5996 Kelompok I Dosen : Muhammad Idris P, DRS., MM. JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017 PENELITIAN KESADARAN BELA NEGARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA MANADO 1 Oleh: Carlo A. Gerungan; Arie V. Sendow 2 ABSTRAK Perkembangan masyarakat dunia saat ini yang ditandai oleh terintegrasinya

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA ANGGIT ARUWIYANTOKO 10706251007 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam pelaksanaanya, penulis membuat dua kelompok yang pertama yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam pelaksanaanya, penulis membuat dua kelompok yang pertama yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2007:1) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam pelaksanaanya,

Lebih terperinci

JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-6 Online dari http:

JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-6 Online dari http: PENGELOLAAN DAN PENGARUH PEMUTARAN ARSIP FILM DOKUMENTER KOLEKSI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI PATRIOTISME BAGI ANGGOTA PRAMUKA SEKOLAH DASAR BANYUMANIK

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 4 (3) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING START WITH A QUESTION PADA SISWA

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR (Analisis isi video untuk pembuatan media pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (4) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENGATASI PERILAKU MALADJUSTMENT MELALUI KONSELING BEHAVIORISTIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

KEGIATAN BERNYANYI BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK TK KELOMPOK B

KEGIATAN BERNYANYI BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK TK KELOMPOK B KEGIATAN BERNYANYI BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK TK KELOMPOK B PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Application of Cooperative Learning Model Type two stay two stray (TSTS) and Effect on Student Learning Outcomes Biology Class X SMA Negeri 4 baseboards Bengkalis Riau Province 1) Putri Jhonevia 2) Drs.

Lebih terperinci

PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK KELOMPOK B

PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK KELOMPOK B PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK KELOMPOK B Pamestri Hardini M. Husni Abdullah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No. 4 Surabaya 60136. Email :

Lebih terperinci

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA (Studi Eksperimen di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Manonjaya Kabupaten

Lebih terperinci

July Suria Waty Pembimbing : Drs. H. Suparman Adi Winoto, S.H., M.Hum Dr. H. Rosyid Al Atok, M.Pd., M.H

July Suria Waty Pembimbing : Drs. H. Suparman Adi Winoto, S.H., M.Hum Dr. H. Rosyid Al Atok, M.Pd., M.H PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MANFAAT LATIHAN KEPEMIMPINAN PANCASILA (LKP) DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA MAHASISWA JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG STUDENTS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MALANG

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MALANG PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 9 MALANG Windy Rosyadah M., Susriyati Mahanal, dan Sunarmi. Jurusan Biologi, FMIPA,

Lebih terperinci

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning. ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain

Lebih terperinci

Economic Education Analysis Journal

Economic Education Analysis Journal EEAJ 3 (1) (2014) Economic Education Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR

Lebih terperinci

A. Latar Belakang B. Rumusan Maalah C. Pembahasan Pengertian Nasionalisme Ernest Renan: Otto Bauar: Hans Kohn L. Stoddard: Dr.

A. Latar Belakang B. Rumusan Maalah C. Pembahasan Pengertian Nasionalisme Ernest Renan: Otto Bauar: Hans Kohn L. Stoddard: Dr. ABSTRAK Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Menimbulkan suatu ataupun banyak permasalahan. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOTAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH MEDIA KOTAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH MEDIA KOTAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA LOGIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA LOGIKA J u r n a l MATEMATICS PAEDAGOGIC Vol VII. No. 1, September 2016, hlm. 97 101 Available online at www.deacas.com/se/jurnal PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Ns.M.Mursid,S.Kep Ns.Maslichah,S.Kep Dosen Program Studi

Lebih terperinci

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI SISTEM KOLOID PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN 2.732 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PKN THE INFLUENCE OF INQUIRY LEARNING

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PYTHAGORAS, 6(2): 94-99 Oktober 2017 ISSN Cetak: 2301-5314 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Andy Sapta Dosen Matematika, STMIK Royal, Kisaran, Sumatera

Lebih terperinci

Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan. Novita Anggriani

Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan. Novita Anggriani Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No. 1 Tahun 2016 Hal 65-71 Periode Wisuda Agustus 2016 Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Designs (nondesign), belum merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN PKN MATERI ORGANISASI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN PKN MATERI ORGANISASI LINGKUNGAN MASYARAKAT PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN PKN MATERI ORGANISASI LINGKUNGAN MASYARAKAT Erfana Budiyanto 1), Kuswadi 2), Idam Ragil W.A. 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 1 INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015 Randi Gunola 1, Tri Umari 2, Raja Arlizon 3 E-mail:

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Vol. 3 No. 2 tahun 2014 [ISSN 2252-6641] Hlm. 17-21 PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Aninda Dratriarawati Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang historiaunnes@gmailcom

Lebih terperinci

SRI PUJI HIDAYATI NIM

SRI PUJI HIDAYATI NIM TESIS PENGARUH METODE KERJA LABORATORIUM DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DASAR IPA DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP DARUL HIKMAH KUTOARJO SRI PUJI HIDAYATI NIM 10708251023 Tesis

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012 1 PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh DWI PUTRI RUPITA SARI 201110104247 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT 78 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT mimiyulianti15@yahoo.com Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian materi pembelajaran sejarah bangsa sejak belia dapat menumbuhkan semangat nasionalisme sejak dini. Berdasarkan pendapat Nuraeni dikutip Gemari edisi 88 (2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Bandung mempunyai peranan besar, salah satunya adalah peristiwa Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Bandung mempunyai peranan besar, salah satunya adalah peristiwa Bandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung adalah kota yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi sejak jaman dahulu kala. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pun Kota Bandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan perasaan yang membedakan dengan individu lainnya serta melakukan sesuatu hal berdasarkan pada intuisi

Lebih terperinci

Sunarti MI Al-Istiqamah Banjarbaru, Abstract

Sunarti MI Al-Istiqamah Banjarbaru,  Abstract PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL BAHASA INDONESIA GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI AL-ISTIQAMAH BANJARBARU (INFLUENCE OF INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILLS INDONESIAN

Lebih terperinci

: RARAS PUTRI PRAMESWARI K

: RARAS PUTRI PRAMESWARI K PENGEMBANGAN BAHAN INFORMASI BIMBINGAN TENTANG STUDI LANJUT KE PERGURUAN TINGGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS JURNAL Oleh : RARAS PUTRI PRAMESWARI

Lebih terperinci

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* ) IMPLEMENTATION OF THINK TALK WRITE TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN HUMAN EXCRETION SYSTEM CONCEPT IN 11 th GRADE SCIENCE CLASS OF 8 th PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL AT TASIKMALAYA Anggarini Puspitasari*

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMP NEGERI 1 PULUNG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMP NEGERI 1 PULUNG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMP NEGERI 1 PULUNG Oleh: DHIKA JEVIANA 13321680 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN PENGARUH PENERAPAN MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN Ika Lukiana Sari Muhammad Reza PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN IPA SD

PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN IPA SD PENGARUH SOFTWARE MIND MAPPING INTERACTIVE TERHADAP MOTIVASI PEMBELAJARAN IPA SD Idam Ragil Widianto Atmojo PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail : idamragil@fkip.uns.ac.id

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES) PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG DALAM PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN (THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING

Lebih terperinci