media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status
|
|
- Erlin Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna 4. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna 5. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna 7. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna 8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna 44
2 5.2 Diskusi Marcia (dalam Semium, 2013) menyebutkan bahwa status identity diffusion tidak mengalami sebuah eksplorasi dan tidak menentukan komitmen. Status identity diffusion tidak berhubungan dengan motivasi ekstrinsik, namun berhubungan dengan motivasi intrinsik. Menurut Kim, Shim, dan Ahn (2011) motivasi ekstrinsik berkaitan dengan perilaku yang terlibat dalam menanggapi sesuatu selain kepentingan sendiri. Dalam penggunaan media sosial, yang termasuk motivasi ekstrinsik seperti berkomunikasi dengan orang lain, bertemu teman-teman baru, berhubungan dengan teman lama, dan mengumpulkan informasi tentang topik yang menarik dan menuliskan ke dalam homepage dalam bentuk tulisan atau foto (Kim, Shim, & Ahn 2011). Dapat dipahami mengapa motivasi ekstrinsik tidak berhubungan dengan identity diffusion karena penggunaan media sosial yang terdorong oleh motivasi ekstrinsik lebih mengarah untuk membina jaringan dan mencari informasi (Kim, Shim, & Ahn 2011). Kedua kegiatan tersebut tentunya mengarah kepada komitmen yang tidak dilakukan oleh remaja yang berada di status identity diffusion. Sedangkan motivasi intrinsik menurut (Kim, Shim, dan Ahn, 2011) adalah melakukan kegiatan untuk kepentingan diri sendiri tanpa pengaruh dari luar. Dalam penggunaan media sosial, yang termasuk motivasi ekstrinsik seperti menggunakan media sosial untuk melepaskan stress, disaat merasa bosan, untuk membunuh waktu luang serta untuk bersenang-senang, serta untuk yaitu merekam peristiwa seseorang setiap harinya melalui blog, foto, dan video (Kim, Shim, dan Ahn, 2011). Status identity diffusion berhubungan dengan motivasi intrinsik. Hubungan keduanya termasuk korelasi rendah dengan arah yang negatif. Yang dimaksud dengan arah yang negatif yaitu semakin rendah motivasi intrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin tidak memiliki eksplorasilah pengguna media sosial tersebut. Sebaliknya semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecendrungan identity diffusion dalam menggunakan media sosial makan akan semakin tinggi pengguna media sosial memiliki motivasi intrinsik dalam menggunakan media sosialnya. Dengan kata lain semakin rendah remaja yang menggunakan media sosial untuk menghilangkan stress dan mencari hiburan, maka semakin tidak memiliki eksplorasilah remaja tersebut. Tidak memiliki eksplorasi termasuk pada kecenderungan status identity diffusion maka, semakin rendah remaja menggunakan motivasi intrinsik dalam penggunaan media sosial 45
3 maka semakin tinggilah kecenderungan status identity diffusion. Remaja yang berada dalam status identity diffusion tidak melakukan eksplorasi dan belum memiliki komitmen, sehingga terkait dengan media sosial, mereka lebih melihatnya sebagai fasilitas untuk meluangkan waktu dan mencari hiburan saja, tanpa ada tujuan terkait dengan identitas dirinya. Identity foreclosure adalah status yang dimiliki remaja yang tidak menghabiskan waktu untuk mempertimbangkan berbagai pilihan, melainkan berkomitmen pada individu lain, yang merencanakan kehidupannya. Mereka menjadi seseorang yang diinginkan oleh orang lain, tanpa benar-benar memutuskan untuk diri mereka sendiri (Marcia dalam Semium, 2013). Status identity foreclosure tidak mengalami sebuah eksplorasi tetapi menentukan komitmen pada individu yang merencanakan kehidupannya. Status identitity foreclosure tidak berhubungan dengan motivasi ekstrinsik, maupun motivasi intrinsik. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa identitas pada status identity foreclosure telah ditentukan oleh individu lain yang merencanakan kehidupannya. Maka media sosial bukan untuk mencari kecendrungan identitasnya. Identity moratorium adalah status yang dimiliki individu yang mengalami suatu eksplorasi, hanya saja komitmen belum ditetapkan dengan kuat (Marcia dalam Semium, 2013). Status identitity moratorium tidak berhubungan dengan motivasi ekstrinsik, namun berhubungan motivasi intrinsik. Hubungan antara identity moratorium dengan motivasi intrinsik termasuk korelasi rendah dengan arah yang positif. Yang dimaksud dengan arah yang positif yaitu semakin rendah motivasi intrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin rendah pula remaja memiliki kecenderungan identity moratorium. Sebaliknya, semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecenderungan identity moratorium maka semakin rendah pula pengguna media sosial menggunakan motivasi intrinsik dalam penggunaan Hal ini dapat dipahami bahwa remaja yang memiliki motivasi intrinsik seperti mencari hiburan dan melepaskan stress artinya remaja tersebut telah bereksplorasi dalam menggunakan Remaja telah mencari hal-hal apa saja dalam media sosial yang menjadi hiburan dan untuk melepas stress. Remaja yang telah mengalami eksplorasi kecendrungannya berada pada status identity moratorium. Maka semakin rendah motivasi intrinsik digunakan dalam penggunaan media sosial maka akan semakin 46
4 rendah pula kecenderungan untuk memiliki identity moratorium. Sedangkan identity moratorium tidak berhubungan dengan motivasi ekstrinsik karena remaja dengan kecendrungan status identitity moratorium tidak menggunakan media sosial untuk berhubungan dengan orang lain dan mencari informasi yang mengarah pada komitmen yang tidak dimiliki oleh status identity moratorium. Identity achivement adalah individu yang telah mengalami eksplorasi dan telah menentukan komitmen (Marcia dalam Semium, 2013). Status identitity achivement tidak berhubungan dengan motivasi intrinsik, namun berhubungan dengan motivasi ekstrinsik. Hubungan antara identity achivement dengan motivasi ekstrinsik termasuk korelasi rendah dengan arah yang negatif. Yang dimaksud dengan arah yang negatif yaitu semakin rendah motivasi ekstrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin tinggi remaja memiliki komitmen yang dimiliki oleh status identity achievement. Sebaliknya, semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecenderungan identity achievement maka semakin tinggi pengguna media sosial menggunakan motivasi ekstrinsik dalam penggunaan Hal ini dapat dipahami bahwa remaja yang memiliki motivasi ekstrinsik seperti membina hubungan dengan orang lain dan mencari informasi dalam menggunakan media sosial telah menentukan komitmen dalam penggunaan media sosial, jadi tidak hanya untuk mencari hiburan semata saja. Melainkan telah memiliki tujuan yang pasti dalam menggunakan Sebaliknya motivasi ekstrintik berkaitan dengan komitmen yang dimiliki oleh kecenderungan status identity achivement. Sedangkan identitity achivement tidak berhubungan dengan motivasi intrinsik yang merupakan kegiatan seperti melepas stres, membunuh waktu, mencari hiburan, dan merekam peristiwa (Kim, Shim, & Ahn 2011). Karena remaja dengan status identitity achivement telah memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial, mereka telah memiliki tujuan untuk apa menggunakan Jadi mereka tidak hanya menggunakan media sosial disaat merasa bosan dan untuk mencari hiburan. Berdasarkan pada penelitian ini di JABODETABEK kecenderungan remaja yang memiliki status identity diffusion adalah yang tertinggi, yaitu mencapai 56,45 % yaitu sebesar 175 partisipan dari 310 orang partisipan yang dihitung. Pada penelitian sebelumnya mengenai motivasi penggunaan media sosial di Korea tahun 2011 didapati hasil bahwa motivasi penggunaan sosial media lebih 47
5 mengarah pada motivasi ekstrinsik. Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah JABODETABEK pada remaja usia yang menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik juga menjadi motivasi tertinggi yaitu sebesar 264 partisipan dari 310 jumlah keseluruhan partisipan. Hal tersebut terjadi karena pengguna media sosial lebih memilih menggunakan media sosial yang memiliki tujuan yang jelas seperti untuk mencari teman baru, berkomunikasi dengan orang lain, dan untuk mencari informasi daripada tidak bertujuan atau sekedar hanya untuk mencari hiburan dan untuk menghilangkan stress. Hambatan dalam penelitian ini adalah sulitnya pengambilan data pada remaja karena saat penelitian ini dilangsungkan bertepatan dengan libur sekolah selama satu bulan. Hambatan lain yang peneliti rasakan adalah kuisioner penelitian terbilang cukup banyak jumlah itemnya, sehingga menyebabkan ketidaksungguhan partisipan dalam mengisi kuisioner. 5.3 Saran Saran dari peneliti yaitu individu diharuskan seimbang dalam memiliki kedua motivasi penggunaan media sosial yaitu motivasi ekstrinsik dan intrinsik dalam menggunakan Seperti menggunakan media sosial untuk membina hubungan dengan orang lain dan menggunakan media sosial untuk hiburan. Disarankan agar melakukan kedua hal tersebut agar terjadi keseimbangan dalam menggunakan media sosial, baik secara motivasi ekstrinsik maupun motivasi intrinsik. Hal tersebut dilakukan agar individu mengetahui kecenderungan status identitasnya. Saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah mencari waktu yang tepat dan disesuaikan dengan keadaan partisipan agar dapat mencari partisipan sebanyakbanyaknya. Saran selanjutnya, sebaiknya item kuisoner dibuat sesederhana mungkin, baik dari segi bahasa maupun banyaknya item yang dipergunakan sehingga mudah untuk dimengerti dan tidak menimbulkan kebosanan dan ketidaksungguhan pada partisipan saat mengisi kuisioner. 48
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK Suci Ramadhanika Putri Universitas Bina Nusantara, suciramadhanika@yahoo.com (Suci Ramadhanika Putri, Raymon
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Erikson (dalam Papalia & Feldman, 2014 ) mendefinisikan identitas sebagai konsep yang berhubungan tentang diri yang membuat tujuan-tujuan,
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Menurut hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil bahwa bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara preferensi mem-follow
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sebagian besar remaja tunanetra usia 18-22 tahun yang mengikuti program rehabilitasi di PSBN Wyata Guna Bandung memiliki status identitas bidang vokasional
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA Aldi Indra Rahman Bina Nusantara Univeristy, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan
Lebih terperinciPSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT
Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis,
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, partisipan penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang
Lebih terperincimateri tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta
materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi Identitas Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai status intimacy pada pria homoseksual di X Bandung dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh suatu gambaran mengenai status intimacy pada pria homoseksual di X Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Ethnic Identity pada Remaja Akhir Batak Karo yang Lahir dan Dibesarkan di Bandung pada Gereja X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan setiap manusia dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun dengan saudara kembarnya sendiri.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan
62 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pengumpulan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... DAFTAR ISI. iii DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang Masalah.
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Survei Mengenai Ethnic Identity Mahasiswa Keturunan Tionghoa Fakultas X di Universitas Y Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap pembentukan identitas diri remaja, sehingga pendekatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciKata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.
ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain
Lebih terperinciABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI di SMA A Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
145 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan dan mengenai Ethnic Identity terhadap 107 remaja akhir Batak Karo yang lahir dan tinggal di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperincidasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan
1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan dasar 2. Otonomi >< Rasa malu dan ragu-ragu 3. Inisiatif >< Rasa bersalah 4. Industri (kerajinan) >< inferioritas 5. Mencapai identitas diri >< Kebingungan peran
Lebih terperinciProsiding Psikologi ISSN:
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Religious Identity Status pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Islam Bandung Descriptive Study about Religious Identity Status of Bandung
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui identitas etnik pada dewasa madya berlatar belakang budaya Kei di organisasi X di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PENELITIAN
BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Indentitas Etnis Pada Individu Muslim Dewasa Awal Etnis Tionghoa Jama ah Masjid X Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya
91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Pemaparan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan peneliti
Lebih terperinciLampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR. No. Item + - Aspek Sub Aspek Indikator
LAMPIRAN Lampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR Aspek Sub Aspek Indikator No. Item + - Eksplorasi Knowledgeability: Informasi tentang (krisis) Seberapa banyak kualitas universitas 1 pengetahuan mahasiswa STT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Pokok bahasan bab ini terdiri atas: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK Ardini Galuh Mustika tikatikoo30@gmail.com Dosen Pembimbing : Raymond
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk dengan berbagai agama yang ada di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang majemuk dengan berbagai agama yang ada di dalamnya. Berdasarkan keadaan ini maka para pendiri negara ini memikirkan satu dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di dunia saat ini lembaga swadaya masyarakat, dalam pembahasan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di dunia saat ini lembaga swadaya masyarakat, dalam pembahasan berikutnya akan disebut sebagai LSM sudah bukanlah suatu istilah yang asing lagi bagi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun psikologis menuju
Lebih terperinciSkripsi ini didedikasikan yang terutama untuk: Tuhan Yesus, Sahabat dan Tuhanku yang tidak selalu kumengerti tetapi yang
Skripsi ini didedikasikan yang terutama untuk: Tuhan Yesus, Sahabat dan Tuhanku yang tidak selalu kumengerti tetapi yang selalu mengerti dan mengenal aku. Dan Julia C (adikku) Sherlin C (adikku) Papa Mama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang terdiri atas lebih kurang pulau ini dihuni oleh lebih dari 300
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara kepulauan. Penduduk Indonesia tahun 2010 sejumlah 237.556.363 jiwa, terdiri atas 119.507.580 pria dan 118.048.783 wanita. Negara
Lebih terperinciSTATUS IDENTITAS DAN SPIRITUALITAS REMAJA (Studi Korelasi dan Demografis Mahasiswa UPI Bandung)
ARTIKEL PENELITIAN STATUS IDENTITAS DAN SPIRITUALITAS REMAJA (Studi Korelasi dan Demografis Mahasiswa UPI Bandung) MIF Baihaqi, Titin Kartini, Helli Ihsan, M.Ariez Musthofa LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini dideskripsikan tentang hasil penelitian program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkap kesehatan mental
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 3.1 Blue Print Instrument Kepuasan Kerja 45. Tabel 3.2 Skoring Kuesioner Kepuasan Kerja 46
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Blue Print Instrument Kepuasan Kerja 45 Tabel 3.2 Skoring Kuesioner Kepuasan Kerja 46 Tabel 3.3 Blue Print Instrument Komitmen Organisasi 48 Tabel 3.4 Skoring Kuesioner Komitmen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa kini. Masa remaja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi
Lebih terperinciEKSPLORASI DAN KOMITMEN DALAM MEMILIH JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI
EKSPLORASI DAN KOMITMEN DALAM MEMILIH JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI Alfikalia Abstract This research was conducted to explore the relationship between exploration and commitment in education, with orientation
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. IDENTITAS DIRI 1. Pengertian Identitas Diri Menurut Erikson (dalam Berk, 2007) identitas merupakan pencapaian besar dari kepribadian remaja dan merupakan suatu tahap yang penting
Lebih terperinciSTATUS IDENTITAS AREA RELASI DENGAN LAWAN JENIS PADA REMAJA AKHIR YANG MENGALAMI RELASI PARASOSIAL DENGAN IDOLA K-POP GABRIELLA MALVISA ABSTRAK
STATUS IDENTITAS AREA RELASI DENGAN LAWAN JENIS PADA REMAJA AKHIR YANG MENGALAMI RELASI PARASOSIAL DENGAN IDOLA K-POP GABRIELLA MALVISA ABSTRAK Tugas perkembangaan remaja menurut teori psikososial Erikson
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Objek Penelitian. kecamatan Pujon, Kabupaten malang tepatnya terletak + 29 Km.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada penelitian kali ini peneliti melakukan penelitian di kecamatan Pujon, Kabupaten malang tepatnya terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian kualitatif mengenai Gambaran Citra Diri (Body Image) pada
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pada penelitian kualitatif mengenai Gambaran Citra Diri (Body Image) pada Crossplayer ini, metode yang dipergunakan diantaranya ialah wawancara dan observasi.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK
HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK Iga Putri Hadiyati Universitas Bina Nusantara, Igaputrihadiyati_290793@yahoo.com
Lebih terperinciKINERJA DITINJAU DARI STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT PADA ANGGOTA DIREKTORAT SABHARA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH ANGGUN WINARIS SUDIYONO PUTRO
KINERJA DITINJAU DARI STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT PADA ANGGOTA DIREKTORAT SABHARA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH ANGGUN WINARIS SUDIYONO PUTRO Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan diluar kemauan mereka sendiri. Manusia dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan memiliki kekhasan yang orisinil pada masing-masing budayanya. Etnis Batak merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PEMANFAATAN ICT Untuk melihat pemanfaatan ICT digunakan data angket siswa yang sudah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PEMANFAATAN ICT Untuk melihat pemanfaatan ICT digunakan data angket siswa yang sudah diberikan kepada responden, yaitu siswa kelas XI Bahasa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen organisasional afektif secara positif. Temuan studi ini menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik dan
Lebih terperinciRemaja Utama Oleh Mohammad Fauzil Adhim
Menuju Remaja Utama Oleh Mohammad Fauzil Adhim Apa yang Anda bayangkan tentang remaja? remaja tanpa krisis? Cukupkah tanpa krisis? hanya 1 dari 5 remaja bersekolah di seluruh dunia yang mengalami krisis
Lebih terperinciBab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi identitas Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan
Lebih terperinciPERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X. Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang
PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
Lebih terperinciTARI KENYA MENDRES DALAM RANGKA MALAM APRESIASI SENI DI TAMAN BUDAYA SURAKARTA, 11 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI
A. PENDAHULUAN TARI KENYA MENDRES DALAM RANGKA MALAM APRESIASI SENI DI TAMAN BUDAYA SURAKARTA, 11 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI Sejak jaman munculnya tari, kesenian ini memiliki beberapa fungsi, di antaranya
Lebih terperinciStudi Komparasi Kematangan Karier berdasarkan Vocational Identity Status pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Studi Komparasi Kematangan Karier berdasarkan Vocational Status pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Atika Permata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran LATAR BELAKANG Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Perkiraan resmi dari APJII (Asosiasi Penyelenggara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet sebagai media informasi dan rekreasi, saat ini memiliki pengguna yang semakin meningkat. Perkiraan resmi dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii
DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah. 6 C. Tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek
Lebih terperinciBAB ll TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lai (2011), motivasi adalah suatu perilaku yang menggerakan
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Definisi motivasi Menurut Lai (2011), motivasi adalah suatu perilaku yang menggerakan manusia untuk bertindak atau tidak bertindak, perilaku tersebut dipengaruhi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif umumnya digunakan untuk memahami fenomena-fenomena
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA PENGASUHAN DAN EGO IDENTITY PADA SISWA SMP NEGERI 2 SOMAGEDE JURNAL SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA PENGASUHAN DAN EGO IDENTITY PADA SISWA SMP NEGERI 2 SOMAGEDE JURNAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai ethnic identity pada remaja etnis Jawa di gereja X Bandung berdasarkan proses eksplorasi dan komitmen yang dilakukan remaja tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk
1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk penelitian
Lebih terperinciGAMBARAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
GAMBARAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi Oleh : MIRNA S. GIOVANY RITONGA 051301142 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi, biasanya intim dan seksual. Sedangkan pernikahan diartikan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nikah berarti ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson
BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan pelayanan bimbingan pada peserta didik dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian uji regresi berganda. Rancangan regresi bertujuan untuk menemukan
Lebih terperinciAnalisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Kualitatif. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya
Analisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Kualitatif Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif Merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan
Lebih terperinci5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN
5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN Dalam bab ini berisikan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai temuan fakta di lapangan, dan saran yang diberikan sehubungan dengan hasil penelitian
Lebih terperincimengakibatkan motivasi ekstrinsik dikendalikan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran tidak lagi dipengaruhi secara signifikan oleh komitmen
tertekan lagi dengan kepentingan organisasi maupun atasannya. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dikendalikan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran menjadi lebih rendah. Kecenderungan responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai menjalani kehidupan bersama secara intim, mendapat
Lebih terperinci