KEANEKARAGAMAN FAUNA GUA KARST DI PANGANDARAN JAWA BARAT
|
|
- Yanti Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEANEKARAGAMAN FAUNA GUA KARST DI PANGANDARAN JAWA BARAT MARYANTI SETYANINGSIH Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof.DR. Hamka Jakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan struktur komunitas fauna pada zona terang, zona remang-remang dan zona gelap di Gua Parat dan Gua Lanang di Taman Wisata Alam Pangandaran Jawa Barat. Penelitian dilakukan di Gua Parat dan Gua Lanang Pangandaran Jawa Barat pada tanggal 15 sampai 18 September Penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan sampel secara langsung dan menggunakan perangkap sumuran ( pit fall trap ). Pada pengambilan sampel secara langsung, dilakukan dengan cara menangkap jenis fauna yang ditemukan dengan menggunakan jarring, kemudian di foto dengan kamera dan sebagian sampel lain di awetkan dengan menggunakan alcohol dan formalin. Perangkap sumuran di pasang di bagian sisi gua dan didiamkan selama 24 jam kemudian fauna yang tertangkap diidentifikasi sampai takson family.pengambilan sampel dilakukan di tiap zona yaitu zona terang, remang-remang dan gelap. Parameter lingkungan berupa intensitas cahaya, suhu, ph, kelembaban dan kecepatan angin.hasilnya ternyata setiap zona ekosistem fauna nya berbeda pada kedua gua tersebut, hanya beberapa jenis hewan saja yang ditemukan pada setiap zona. Kata kunci : Gua Karst, Pit fall trap PENDAHULUAN Indonesia mempunyai kekayaan kawasan karst yang tersebar dari ujung barat Sumatra sampai ujung timur Papua. Kawasan tersebut menyimpan keanekaragaman hayati dan kekayaan ekosistem yang belum terungkap. Salah satu ekosistem di kawasan karst adalah ekosistem gua yang merupakan salah satu ekosistem yang paling rentan di muka bumi. Keberadaan ekosistem gua sangat tergantungdengan ekosistem yang ada di luar gua, sehingga perubahan sedikit di luar gua akan menyebabkan gangguan keseimbangan di dalamnya. Di Pulau Jawa banyak terdapat daerah-daerah karst yang belum tereksploitasi, hal inilah yang membuat pengetahuan masyarakat akan struktur gua dan faktor biotik serta abiotiknya masih sangat sedikit. Di Jawa Barat banyak terdapat wilayah dengan gua-gua di dalamnya antara lain kawasan karst di Banten, Ciamis, Cibinong dan sebagainya. Kawasan Karst di Cibinong sudah tidak alami lagi akibat adanya Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
2 pengambilan kapur oleh perusahaan semen, sedangkan kawasan Ciamis belum tereksploitasi. Di kawasan Ciamis khususnya daerah Pangandaran banyak terdapat guagua yang masih alami karena letaknya di dalam kawasan taman wisata alam, gua-gua yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran antara lain Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, Gua Parat, Gua Panggung. Gua Parat adalah salah satu gua yang memiliki struktur fauna paling lengkap dilihat dari luas dan letaknya berdekatan dengan laut. Ekosistem gua adalah ekosistem yang asing, seasing lingkungannya yang gelap, lembab dan tidak mudah untuk di capai. Sepertinya hal ini yang menjadikan ekosistem gua sampai saat ini masih menjadi ekosistem yang terabaikan. Belum banyak orang maupun organisasi konservasi yang berjuang untuk menyelamatkan ekosistem gua dan karst secara umum. Dibandingkan dengan ekosistem hutan tropis, ekosistem gua tidak kalah menarik dan pula tidak kalah terancam. Karena hampir kebanyakan kawasan karst di Indonesia belum dilindungi dan mempunyai kepadatan populasi penduduk yang tinggi. Gua merupakan tempat berlangsungnya proses adaptasi dan evolusi berbagai jenis organisme. Gua yang terbentuk menciptakan sebuah habitat bagi makhluk hidup. Kondisi gua yang gelap dan sumber bahan organik yang terbatas menciptakan habitat unik dan menarik untuk dipelajari. Sehingga perlu diadakan penelitian mengenai keanekaragaman fauna gua karst di Pangandaran Jawa Barat. PERUMUSAN MASALAH Apakah terdapat perbedaan struktur komunitas fauna pada zona terang, zona remang-remang, dan zona gelap di gua Parat dan gua Lanang Taman Wisata Alam Pangandaran, Jawa Barat? TINJAUAN PUSTAKA Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu Negara megabiodiversity terbesar di dunia. Indonesia menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya merupakan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
3 Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki kedudukan yang terhormat di dunia. Indonesia memiliki 16 % jenis reptilia dan 9% jenis amfibia dari seluruh jenis reptilia dan amfibia di dunia. Walaupun daratan Indonesia hanya 1,32% dari seluruh daratan di dunia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup,2002). Taman Wisata Alam Pangandaransecara administrasi pemerintahan adalah termasuk Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat dengan batas sebelah barat dan timur berbatasan dengan cagar alam Laut Pangandaran, sebelah utara berbatasan dengan desa Pangandarandan sebelah selatan berbatasan dengan cagar alam Pangandaran. Sebelum ditetapkan sebagai Cagar Alam kawasan hutan Pangandaran terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa, hal ini berdasarkangb Tanggal Nomor 19 Stbl.669 dengan luas 497 Ha (luas yang sebenarnya 530 Ha) dan taman laut luasnya 470 Ha. Kemudian ditemukan bunga Rafflesia padma status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan SK Menteri PertanianNo.34/KMP/1961. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan rekreasi maka sebagian kawasan dijadikan Hutan Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam. Di Taman Wisata Alam Pangandaran terdapat gua-gua karts antara lain Gua Parat, Gua Panggung, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal. Lingkungan gua merupakan sebuah lingkungan yang unik dan khas dengan kondisi gelap total sepanjang masa. Lingkungan gua lazim di bagi menjadi 4 zona yaitu mulut gua, zona peralihan (zona remang-remang), zona gelap dan zona gelap total / zona stagnant. Masing-masing zona mempunyai karakteristik lingkungan (abiotik) yang berbeda-beda demikian juga kehidupan faunanya (biotik). Kawasan karst dengan ekosistem guanya merupakan salah satu contoh terbaik tempat berlangsungnya proses adaptasi dan evolusi suatu organisme. Berbagai perubahan bentuk morfologi dan fungsi fisiologis suatu organisme dapat ditemukan di dalam gua. Organisme-organisme yang terpisah dengan kerabatnya yang ada di luar secara turun menurun meneruskan bentuk-bentuk adaptasi hingga menjadi jenis yang berbeda. Ada beberapa kelompok tingkat adaptasi terhadap lingkungan gua. Kelompok pertama yaitu troglobit merupakan kelompok organisme yang telah teradaptasi dalam lingkungan gua dan tidak ada jenis yang sama hidup diluar gua. Kelompok ini merupakan kelompok yang sangat tergantung dengan lingkungan gua dan mempunyai Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
4 tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan sangat sempit. Kelompok kedua adalah troglofil merupakan kelompok yang ditemukan hidup di dalam dan di luar gua. Jenisjenis kelompok ini mampu hidup di dalam gua dan melangsungkan berbagai proses kehidupan karena mempunyai habitat yang mirip dengan habitat aslinya di luar gua contoh kelompok ini adalah Stygophrynus dammermani (Amblypygi). Kelompok terakhir adalah troglosen yang berarti kelompok organisme yang menggunakan gua sebagai tempat tinggal namun tidak melangsungkan keseluruhan proses hidupnya di dalam gua. Kelompok ini dalam siklus hidupnya masih sangat bergantung dengan lingkungan luar. Menurut Balazs (1968) kawasan karst Indonesia yang cukup terkenal adalah karst Maros dan Gunung Sewu. Karst Maros terletak di Sulawesi Selatan yang luasnya mencapai 400 km 2 dengan umur batuan sekitar Eosen sedangkan Karst Gunung Sewu terletak disebelah tenggara Yogyakarta dengan luas sekitar 1300km 2 dan umur batuan sekitar Miosen Tengah. Menurut Deharveng & Bedos (2000) Karst Maros merupakan satu kawasan karst terkaya keanekaragaman hayatinya di Asia tropis karena dalam satu system gua di Maros tercatat ada 93 jenis, terdiri dari 21 jenis troglobit (22,28%), 7 jenis stigobit (7,53%), 17 jenis (18,28%) di kenal khas hidup dan bergantung pada guano kelelawar. Jumlah jenis ini sangat menarik mengingat dalam satu sistem perguaan telah tercatat hampir seratus jenis fauna. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Data fisik Gua Lanang bagian Tengah Interval P L T Dlm Lx ke- (m) (m) (m) (m) (A) C % KA Fauna Ket ,7 3,45 0,1 25,7 65 0, ,4 6,97 1, kelelawar (1) ,25 3, kelelawar (6) ,72 3,76 1, ,5 65 0,4 kelelawar (1) ,3 2,83 2, , ,87 3,46 2, , ,82 4,28 1, ,5 63 0, ,04 1,93 1, ,1 61 0,3 Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
5 ,73 4,28 2, ,2 63 0, ,52 3,2 1, , ,6 1,5 1, , ,03 3,46 1, , ,13 8,02 1, , ,54 10,28 1, ,1 60 0, ,54 4,71 1, ,9 61 0,9 ada batu Tabel 2. Data fisik Gua Lanang bagian kiri Interval P L Lx ke- (m) (m) (A) C % KA Fauna Ket undur-undur undur-undur laba-laba laba-laba semut,kecoa semut semut nyamuk, laba-laba jangkrik ampliphigi, laba-laba laba-laba semut jangkrik burik, semut bersayap Tabel 3. Data Fisik Gua Lanang bagian kanan Interval ke- P L Lx (m) (m) (A) C % KA Fauna Ket , ,5 85 0,4 tawon 2 5 4, , laba-laba (1) , laba-laba (4) ,6 1 26, laba-laba, semut , , sarang semut, semut hitam besar (2) larva Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
6 bersegmen, jangkrik, amplyphigi (2), ,6 0 26, ngengat ,6 0 27, laba-laba (2) ,3 0 27, , , ngengat , , , , Tabel 4. Data Fisik Gua Parat bagian tengah Interval ke- P (m) L T Dlm Lx A C % KA Fauna Ket ,6 1,1 0, ,3 70 0, ,4 1 0, ,5 66 0, ,25 1,08 0, ,6 63 0, ,4 1,53 0, , ,85 1,62 0, ,7 70 1, ,19 1,12 1, ,5 67 1, ,71 2,04 2, ,5 68 0,7 kelelawar, jangkrik jangkrik (3), ,38 2,72 3, ,8 66 0,3 diplopoda ,5 2,73 3, ,3 65 0,4 landak (2) ,3 2,38 3, ,4 63 0,4 banyak kelelawar banyak ,9 3,46 3, , kelelawar ,16 2,85 3, ,3 64 0, ,1 4,95 3, ,3 57 0, ,08 5, , ,5 4,28 6, ,75 4,1 5, , ,53 3,2 5, , ,55 3,92 6,4 0 27, ,72 5, , ,8 5,06 4, ,4 62 0, ,46 6, , ,4 2,04 6, ,6 61 0,3 Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
7 Tabel 5. Data Fisik Gua Parat bagian kanan Interval ke- P (m) L Lx A C % KA Fauna Ket. Laba-laba (3) ,3 89 0,6 Semut hitam (2) ,9 85 0, ,6 86 0, ,4 90 0, ,9 83 0, ,1 86 1, , , ,5 diplopoda(3), jangkrik (2) kepiting (1), , Jangkrik (2) , Ambliphygi (1), diplopoda (2) , , Kelelawar (1), jangkrik (1) , , , , , , , , ,9 66 1,4 Tabel 6. Data Fisik Gua Parat bagian kiri Interval ke- P (m) L Lx A C % KA Fauna Ket. semut, kepompong, , laba-laba , ngengat, laba-laba , semut, laba-laba kurus, diplopoda, Jangkrik (2) Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
8 , semut, jangkrik, landak (2) , ambliphygi , jangkrik , jangkrik , , , , , , , kelelawar , , , , laba-laba laba-laba, , serangga Dari hasil penelitian di lapangan di dapatkan bahwa di Gua Parat pada masing-masing zona terdapat perbedaan jenis fauna meskipun ada beberapa jenis hewan/fauna yang dapat hidup di ke tiga zona tersebut. Pada zona terang di bagian kanan gua dengan intensitas cahaya 184,5 lux, suhu 26,1 derajat C, ph 6,92, kelembaban 75,5% serta kecepatan angin 0,83 m/s dapat ditemukan jenis hewan laba- laba (3) dan semut hitam (2). Kemudian di zona remang-remang dengan intensitas cahaya 3,25 lux, suhu 27,35 derajat C, ph 6,94, kelembaban 66,5% dan kecepatan angin 0,15 m/s ternyata tidak ditemukan hewan hal ini kemungkinan di sebabkan hewan sedang mencari makan keluar dari sarangnya terbukti di zona ini meskipun tidak ada semut tetapi ditemukan sarang semut. Se dangkan di zona gelapnya dengan tidak ada cahaya, suhu 26,6 derajat C, ph 7, kelembaban 80% dan kecepatan angin 0,2 m/s banyak ditemukan jenis hewan yaitu diplopoda (5), jangkrik (5), kepiting (1) dan ambliphygi (1) hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan tersebut menempati habitat tersebut. Sedangkan di Gua Parat bagian tengah baik di zona terang sesuai maupun zona remang-remang tidak ditemukan jenis fauna hal ini kemungkinan disebabkan keadaan Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
9 gua yang tidak kondusif karena zona tersebut tidak terlalu lebar dan juga tidak tinggi sehingga memungkinkan terdapat sentuhan factor luar yaitu manusia sebab gua ini merupakan tempat wisata.tetapi di zona gelap dengan intensitas cahaya 0, suhu 27derajat C, kelembaban 64% serta kecepatan angin 0,5m/s terdapat beberapa jenis fauna yaitu jangkrik (4), diplopoda, landak (2) serta banyak sekali kelelawar sehingga diperkirakan dengan keadaan fisik tersebut tempat ini cocok untuk habitat kelelawar. Di Gua Parat bagian kiri disemua zona ditemukan beberapa jenis hewan. Di zona terang dengan intensitas cahaya 83,67 lux, suhu 24,33 derajat C, ph 6,86, kelembaban 79,67 % serta kecepatan angin 0,6 m/s ternyata banyak di huni laba-laba, semut, kepompong dan ngengat. Kemudian pada zona remang-remang terdapat semut, laba-laba kurus, diplopoda dan jangkrik. Sedangkan di zona gelap ditemukan landak, semut,jangkrik dan ambliphygi. Dari data diatas terlihat bahwa di Gua Parat yang hidup/ditemukan di semua zona adalah semut dan laba-laba, Sedangkan yang hanya hidup di zona gelap adalah ampliphygi. Gua Lanang lebih pendek dari pada Gua Parat sehingga ada kemungkinan bentuk ekosistem gua tersebut berbeda. Di gua Lanang bagian kanan pada zona terang dengan intensitas cahaya 67 lux, suhu 26,1 derajat C, ph 6,78, kelembaban 86,5 % dan kecepatan angin 0,2 m/s di dapatkan jenis hewan tawon dan laba-laba (5) sedangkan di zona remang-remang terdapat laba-laba dan banyak sekali semut. Kemudian di zona gelap banyak jenis hewan yang ditemukan meskipun jumlah jenis tidak banyak, yaitu semut, jangkrik, ngengat, laba-laba dan ambliphygi. Kalau bagian tengah Gua Lanang, hewan hanya ditemukan di zona remang-remang yaitu banyak kelelawar. Hal ini kemungkinan di Gua Lanang zona ini paling lebar sehingga kelelawar tidak merasaterganggu dengan keberadaan manusia. Sedangkan di bagian kiri dari Gua Lanang di semua zona dapat ditemukan hewan, di zona terang dapat ditemukan undur-undur sedangkan di zona remang-remang terdapat undur-undur dan laba-laba. Kemudian di zona gelap ditemukan semut, laba-laba, jangkrik, kecoa dan ambliphygi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan analisa data yang telah di peroleh dapat disimpulkan bahwa : ada perbedaan struktur komunitas fauna pada zona terang, Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
10 zona remang-remang dan zona gelap di Gua Parat dan Gua Lanang di Taman Wisata Alam Pangandaran Jawa Barat. DAFTAR PUSTAKA Balazs, D Karst Region in Indonesia. Karszt es Barlangkutatas.Vol.V Budapest Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat II Cagar Alam Laut dan Taman Wisata Alam Pangandaran,BKSDA Jawa Barat II. Bandung Deharveng,L & Bedos, A.2000.The Cave Fauna of Southest Asia; Origin, Evolution and Ecology in. Ecosystem of the World. Vol.30.Elsevier, Amsterdam Fachrul, M.F Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta Iskandar, D.T Amfibia Jawa Bali. Puslitbang Biologi-LIPI Bogor. Kementrian Lingkungan Hidup.2002.Undang-Undang RI No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. KMNLH.Jakarta. Kurniati,H.2003.Amphibian and Reptiles of Gunung HalimunNational Park West Java,Indonesia. Puslitbang Biologi-LIPI, Cibinong. Mulyani, S.2002.Sebagian Potensi Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran.Balai Konservasi Alam Jawa Barat II.Ciamis. Rahmadi, C Mengenal Ampblypygi di Indonesia. Fauna Indonesia 6 (2): Rahmadi, C Arthopoda Gua Karst Maros (Sulawesi)dan Gunung Sewu (Jawa): Melintas Garis Wallace.Fauna Indonesia 7. Rahmadi, C dan Yayuk, R.S Arthropoda Gua di Nusakambangan Cilacap Jawa Tengah. Zoo Indonesia 16 (1); Suyanto, Agustinus Kelelawar di Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km2 yang terletak antara daratan Asia
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai Keanekaragaman di Gua Ngguwo Kawasan Karst Gunung Sewu Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, maka dapat dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan
Lebih terperinciKoleksi dan Pengenalan Biota Gua : Arthropoda Gua 1
Koleksi dan Pengenalan Biota Gua : Arthropoda Gua 1 Cahyo Rahmadi, S.Si. Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong Email : cahyo.rahmadi@lipi.go.id Pendahuluan Indonesia mempunyai kawasan karst
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia adalah ekosistem karst. Ekosistem karst adalah kesatuan komunitas
Lebih terperinciKonservasi Lingkungan. Lely Riawati
1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati
Lebih terperinciKAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis
Lebih terperinciSMP NEGERI 3 MENGGALA
SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Wisata adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1988:64), yaitu suatu metode penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan Tropis di dunia, walaupun luas daratannya hanya 1.32% dari luas daratan di permukaan bumi, namun demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada
Lebih terperinciUdang Stenasellus dari Sukabumi.
Udang Stenasellus dari Sukabumi. Louis Deharveng tak banyak bicara. Ahli biologi sekaligus penelusur gua asal Prancis ini tengah sibuk mengeluarkan barang-barang, sendok plastik kecil, penyaring teh, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Mega Biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Asti, (2010, hlm. 1) bahwa Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) Indonesia menjadi salah
Lebih terperinciKonservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI
Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam lainnnya yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan negara kepulauan dengan hamparan pulau-pulau dan garis pantai yang sepanjang 81.000 km.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang mencapai 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km 2 dan luas laut mencapai 5,8
Lebih terperinciTUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Fenomena Biosfer dan Antroposfer Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum
Lebih terperinciKarena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD VI (ENAM) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Kehadiran hewan dan tumbuhan itu sesungguhnya dapat menjaga keseimbangan alam. Satu makhluk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki kekayaan spesies burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies burung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora maupun fauna. Salah satu famili dari flora yang menjadi ciri khas di Indonesia adalah Rafflesiaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia
Lebih terperinciPENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,
Lebih terperinci6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT
6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air yang ada di permukaan bumi adalah mata air. Mata air sebagai salah satu ekosistem perairan yang berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
Lebih terperinciPELESTARIAN EKOSISTEM GOA MELALUI PENDIDIKAN KONSERVASI FAUNA GOA DI GOA KELASI 2, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 PELESTARIAN EKOSISTEM GOA MELALUI PENDIDIKAN KONSERVASI FAUNA GOA DI GOA KELASI 2, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Agung Gunawan, A Fajar Surahman, Asri Joni, Akbar Sumirto, Septian Wiguna Departemen Konservasi
Lebih terperinciI. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!
IKHLAS BERAMAL KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Hari/tanggal : 2010 Kelas : VII (tujuh) Waktu : 90 menit
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas
Lebih terperinciSuhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada suatu kawasan strategis. Letak astronomis negara Indonesia adalah antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 141º BT. Berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. km. Bentuk karsnya yang khas berupa conical hills yaitu berupa bentukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kawasan Gua Karst Kawasan kars Gunung Sewu berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut dan kubah yang jumlahnya ribuan. Luasan endapan gampingnya
Lebih terperincimemiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciSD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10
SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10 1. Perhatikan tabel berikut! No Nama Hewan 1 cendrawasih 2 Burung merpati 3 Badak bercula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat sebutan Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia,
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati merupakan kehadiran berbagai macam variasi bentuk penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan jenis, dan tingkat genetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Indonesia merupakan negara yang memiliki
Lebih terperinciNOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari
Lebih terperinciEKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)
EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI 2.1. Ekosistem 2.2. Proses Produksi dan Dekomposisi 2.3. Konsep Homeostatis 2.4. Energi dalam Ekosistem 2.4.1. Rantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Serangga adalah kelompok hewan yang paling sukses sekarang. Meskipun mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah mereka lebih banyak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banteng (Bos javanicus) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Lebih terperinciEkologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?
Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan tropis adalah maha karya kekayaaan species terbesar di dunia. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya flora dan faunanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan
Lebih terperinciBAB 50. Pengantar Ekologi dan Biosfer. Suhu Suhu lingkungan. dalam pesebaran. membeku pada suhu dibawah 0 0 C,dan protein.
BAB 50 Pengantar Ekologi dan Biosfer Faktor abiotik dalam Biosfer Iklim dan faktor abotik lainnya adalah penentu penting persebaran organisme dalam biosfer lingkungan merupakan faktor penting dalam pesebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara tropika yang memiliki kawasan hutan yang luas. Berdasarkan luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Negara Brasil dan
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.2
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.2 1. Contoh pelestarian secara ex situ di Indonesia adalah... TN Lore Lindu SM Kutai Cagar Alam Nusa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciModul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis
ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan
Lebih terperinci