BAB IV HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Badan Narkotika Nasional 52 Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN. 52 Diakses: Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09. 40

2 41 Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus miningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga

3 42 tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing

4 43 bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR- RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke propinsi dan kabupaten/kota. Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di kabupaten/kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama.

5 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Visi Komitmen negara-negara anggota ASEAN yang telah dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara", maka Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah : Terwujudnya masyarakat Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) tahun Misi 1) Melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama dibidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainya. 2) Mengoordinasikan penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainya. 53 Diakses: Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09.

6 45 3) Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainya. 4) Melaksanakan pelaporan kebjakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktiflainya. 3. Tujuan Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah: Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah: 1) Tercapainya komitmen yang tinggi dari segenap komponen pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba.

7 46 2) Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 3) Terwujudnya kondisi penegakan hukum di bidang narkoba sesuai dengan supremasi hukum. 4) Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba. 5) Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 6) Beroperasinya Satuan-satuan Tugas yang telah dibentuk berdasarkan analisis situasi. 7) Berperannya Badan Narkotika Propinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program P4GN. 8) Terjalinnya kerjasama internasional yang efektif yang dapat memberikan bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia. 4. Sasaran Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai, kapan, dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun merupakan bagian utama dari Rencana Operasional tahunan yang mendasarkan pada rencana strategis itu sendiri. Oleh karena

8 47 itu dalam dokumen Strategi Nasional ini secara spesifik tidak diuraikan/ditetapkan, akan tetapi penetapan sasaran akan dijabarkan oleh masing-masing institusi dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Tujuan Pokok dan Fungsi Tugas Pokok BNN Badan Narkotika Nasional mempunyai tugas membantu Presiden dalam : a. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang ketersediaan dan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya atau dapat disingkat dengan P4GN; dan b. Melaksanakan P4GN dengan membentuk satuan tugas yang terdiri atas unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing. 2. Fungsi BNN a. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN; b. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan dan P4GN serta pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan tugas;. c. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya; 54 Diakses: Minggu, 30 Juni 2013, Jam 12:19:09.

9 48 d. Pengoperasian satuan tugas yang terdiri atas unsur pemerintah terkait dalam P4GN sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing; e. Pemutusan jaringan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya melalui satuan tugas; f. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional dan internasional dalam rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya. g. Pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pembinaan dan pengembangan terapi dan rehabilitasi serta laboratorium narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya; h. Pengorganisasian BNP dan BNK/Kota berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di bidang P4GN. 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil metode penelitian wawancara mendalam dengan keyinforman, informan I dan informan II mengenai Aktivitas Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Sosialisasi Bahaya Narkoba di Wilayah DKI Jakarta Periodisasi maka dapat penulis deskripsikan penelitian ini sesuai dengan operasionalisasi konsep yang telah dikemukakan sebelumnya. Seperti yang penulis ketahui, aktivitas public relations didalam suatu perusahaan yaitu membantu manajemen perusahaan didalam menyampaikan informasi-informasi yang dibutuhkan publik eksternal. Aktivitas yang dilakukan Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat dideskripsikan sebagai berikut:

10 49 1. Pengenalan Situasi Sebelum Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan aktivitas sosialisasi mengenai Bahaya Narkoba di Wilayah DKI Jakarta maka hal yang dilakukan oleh karyawan-karyawan humas yakni mengumpulkan informasi berupa data dari masyarakat mengenai tingkat penyalahgunaan dan peredaraan narkoba. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah sudah sangat parahkah penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, menyatakan bahwa: Iyaa...jadi sebenarnya kalo kita ingin mengetahui tingkat peredaran narkoba di Jakarta maka kita harus bicara menurut dasar yang ada gitu yaah. Kalo sepengetahuan saya, nanti bisa dicek lagi yah di BNN, hasil penelitian BNN dan pusat penelitian kesehatan UI tahun 2011 itu tingkat peredaran narkoba di jakarta termasuk yang tertinggi pertama di Indonesia. Kalo tidak salah yah..nanti bisa di cek lagi, jumlah pengguna narkoba sebesar 7% dari jumlah populasi di Jakarta atau sekitar 400 ribu kurang lebih 55. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah sudah sangat parahkah penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo dibilang parah kita harus tahu juga pengukurannya yaa...karena klo dibilang tidak parah ternyata byk juga kasus-kasus yang terungkap. Kita itu sudah darurat narkoba karena banyak juga penyalahgunaan narkoba yang terungkap 56. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Dari mana bapak 55 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 56 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

11 50 mengetahui kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah, diperoleh jawaban sebagai berikut: Indikasinya dari penelitian yang dilakukan BNN dan pusat penelitian kesehatan UI. Sebenarnya penelitian ini telah lama dilakukan beberapa tahun yaa...dulu awalnya tahun 2004, kemudian dilakukan lagi penelitian di tahun 2008, dan terakhir Kini kita bicara penelitian yang sifatnya Nasional. Jadi BNN dan pusat kesehatan UI itu melakukan survei atau penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat peredaran Narkoba di tiap-tiap wilayah provinsi di Indonesia, sebagai contoh misalkan apa jenis narkoba yang dikonsumsi, rentang usia berapa pengguna narkoba ini, mayoritas mereka tinggal di daerah apa 57. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Dari mana bapak mengetahui kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa dari banyaknya masuknya jenis narkoba, dan banyaknya juga yang menggunakan. Jadi bole di bilang kita bukan tempat translate lagi yaa... tapi juga sudah menjadi konsumen bahkan produsen dengan banyaknya ditemukan pabrik-pabrik 58. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Adakah laporan dari masyarakat terkait wilayahnya menjadi sarang peredaran Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: Iyaaa pastinya. Jadi sebagai gambaran yaa, kita itu punya pelayanan call center, sms center, kemudian kita punya laporan masyarakat yang tersedia di BNN. Jadi tiga layanan ini adalah sarana kita dalam hal menampung pertanyaan. Jadi tiga layanan ini adalah sarana kita dalam hal menampung pertanyaan, utaraan, masukan, maupun laporan yang berasal dari masyarakat. Laporan yang disampaikan masyarakat itu, salah satunya adalah misalkan mereka melihat ada tindak pidana penyalahgunaan narkoba di lingkungannya dan itu 57 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 58 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

12 51 seringkali. Eee... SOP-nya itu adalah kalau misalkan kita menerima adanya laporan dari masyarakat yaa...tentang tindak pidana narkoba. Maka dari pengelola call center, sms center maupun suara masyarakat, kemudian diteruskan ke deputi pemberantasan dalam hal ini direktorat intelijen. Nanti direktorat intelijen, dia akan menindaklanjuti dan akan mengecek ke lokasi tersebut, betulkah memang ada peredaran narkoba di daerah tersebut 59. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Adakah laporan dari masyarakat terkait wilayahnya menjadi sarang peredaran Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: Laporan dari masyarakat sangat kita harapkan sekali, kita memperoleh banyaknya laporan, kita juga yang namanya suara masyarakat, kita juga punya call center, dan banyak juga laporanlaporan dari masyarakat tentang pengedaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba 60. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah bapak melakukan survei terlebih dulu sebelum melakukan sosialisasi ke wilayah di DKI Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Eee...sebenarnya tidak selalu yaa... jadi dalam artian itu, untuk halhal tertentu saja. Misalkan kita melakukan survei. Contoh misalkan untuk kegiatan sosialisasi dalam hal melakukan penyuluhan. Sebenarnya siee kita tidak melakukan survei. Yaa.. yang penting kita tahu, lokasinya dimana, gambarannya, contact personnya siapa, audiensnya siapa, sehingga itu menjadi dasar kita. Maksudnya menentukan materi apa, kira-kira pas atau tidak untuk disampaikan ke audiens tersebut. Tapi lain halnya kalau misalkan kita melakukan sosialisasi narkoba. Mungkin dalam hal ini kita melakukan survei. Minimal kita datang lebih awal atau 1 hari sebelumnya, untuk mensetting lokasi pameran, jadi di pameran tersebut kita buat semacam seperti boot pameran, setelah itu kita memamerkan display atau gambar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, contoh-contoh narkoba, kita juga membagikan berbagai produk informasi seperti 59 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 60 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

13 52 brosur, stiker, pin, bros, CD, poster secara gratis ke masyarakat. Nah biasanya untuk kegiatan seperti memang kita harus survei atau datang lebih awal, untuk mempersiapkan pelaksanaan 61. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah bapak melakukan survei terlebih dulu sebelum melakukan sosialisasi ke wilayah di DKI Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Jadi kalo kita berbicara sosialisasi, ada yang namanya kita diminta dan memang ada yang namanya kita punya target-target tertentu. Dalam arti kata bahwa itu udah tugas utama kita, jadi kita memang melakukan sosialisasi langsung kemana saja 62. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Wilayah lokasi mana saja yang akan diselenggarakan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo disebut wilayah, sebenernya tidak dipastikan secara spesifik wilayahnya dimana saja, yang penting itu misalkan gini, di dalam biasanya masalah pemerintahan yaah. Contoh yang kita lakukan tahun ini, di tahun 2013 itu telah direncanakan di tahun Sebagai contoh kita akan melakukan penyuluhan di DKI Jakarta gitu kan sebanyak 100x per-tahun misalkan, nah abis itu kita akan breakdown misalkan dari 100 x itu, misalkan 10nya di sekolah, 10nya di kampus, 10nya lagi misalkan di ibu-ibu PKK, 10nya tingkat karang taruna, 10nya di institusi pemerintah, dsb gitu. Jadi itu saja yang kita breakdown. Mengenai lokasi sekolahnya dimana, terus kapan, itu tergantung kepada sekolahnya yang masuk ke kita ataupun misalkan inisiatif dari kita. Msalkan kita punya rencana di sekolah A, kita berkoordinasi dengan pihak sekolah setempat dan mereka acc lalu kita lakukan 63. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Wilayah 61 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 62 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 63 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.

14 53 lokasi mana saja yang akan diselenggarakan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Hampir semua wilayah jakarta seperti wilayah jakarta timur, jakarta selatan, jakarta barat, semuanya lah. Jadi kita gak memilih-milih karena kita juga ada yang namanya badan narkotika provinsi menjadi sangat terbantu. Harapannya pun kita tetap bisa berkoordinasi 64. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa nama program kehumasan yang akan dilakukan Humas BNN dalam rangka memberantas penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Eee...sebenarnya kalo dilihat dari bentuknya, jadi berbagai macam yaa, sebagai contoh kita melihat dari sasarannya misalkan yaa... intinya utamanya tugas humas itu adalah melakukan sosialisasi serentak kelembagaan BNN. Kelembagaan disini bisa berarti: apa sie tugas fungsi BNN itu, apa visi misinya, apa programnya dan itu menjadi tugas kita. Sebagai contoh misalkan kalau kita bicara sasarannya itu masyarakat. Bentuk kegiatan sosialisasi yang kita lakukan tindakan itu adalah contoh dalam hal kita melakukan pameran sosialisasi narkoba. Misalkan di tahun 2013 ini kita merencanakan bentuk pameran sebanyak 30x di berbagai lokasi jabodetabek. Terus juga kita humas BNN mengelola website BNN dan sub webnya. Semula website BNN ini berada di bawah pusat penelitian data dan informasi. Kemudian ada kebijakan dari kepala BNN yang sekarang: untuk mengupdating informasinya atau pengelolaan informasinya itu dialihkan ke humas. Selain website BNN juga kita mengelola subwebnya seperti lebih fokus mengenai bagaimana menyampaikan informasi narkoba yang dikemas dalam bentuk permainan games. Kemudian juga ada subweb game benar.com, jadi subweb ini kerjasama dengan telkomsel. Ini sebenarnya program pelaksanaan CSR dari telkomsel 65. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa nama program kehumasan yang akan dilakukan Humas BNN dalam rangka 64 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 65 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.

15 54 memberantas penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo bicara program tentunya setiap satuan kerja. Jadi setiap satuan kerja pasti mempunyai program pencegahannya, pemberantasannya, rehabilitasinya. Dan di divisi humas kita sendiri paling yang bisa kita lakukan seperti sosialisas dan publikasi. Contohnya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah sampai pada ke masyarakat pada umumnya 66. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Kapan program sosialisasi kehumasan tersebut dilaksanakan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo dikegiatannya itu bisa dibilangkan. Kalo kita itu kan hitungannya pertahun anggaran yaa. Jadi kegiatan itu dari januari hingga desember itu adalah rentang waktunya. Tetapi idealnya memang kegiatan itu banyaknya dilakukan mulai maret hingga november. Tapi kalo misalkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, kan ini tidak bisa diprediksi, sebagai contoh kita undang wartawan untuk melakukan konferensi pers. Ini rentang waktunya bisa kapan saja. Bisa aja di awal januari atau di akhir desember, misalkan ada pengungkapkan kasus, kemudian kita ekspos ke media, kita undang media. Ini kan rentang waktunya fleksibel 67. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Kapan program sosialisasi kehumasan tersebut dilaksanakan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Eee...sudah sejak lama yaa.. sampai sekarang pun kita tetap melakukan sosialisasi 68. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: program sosialisasi kehumasan BNN 66 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 67 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 68 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

16 55 dalam rangka memberantas narkoba telah berlangsung sejak lama dan biasanya humas BNN telah membuat jadwal kegiatan untuk melakukan program sosialisasi ini, yang disesuaikan dengan anggaran dari APBN. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Siapa saja yang dilibatkan sebagai pembicara dalam program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa biasanya sie dari internal kita seperti Kepala Bagian Humasnya, terkadang jika beliau berhalangan, diwakilkan kepada dua kasubag humas atau kepada kepala perpustakaan 69. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Siapa saja yang dilibatkan sebagai pembicara dalam program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo melibatkan pembicara, kita tergantung juga dari tema. Kalo memang kita berbicara rehabilitasi maka kita bisa melibatkan unsur dari deputi bidang rehabilitasi. Kalo dari pemberdayaan masyarakat maka melibatkan unsur pemerintah. Jadi darimanapun bisa, sesuai dengan kompetensinya 70. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Di mana target sasaran untuk melakukan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo target sasaran kita sebenarnya: kita tidak memfokuskan pada target tertentu, jadi intinya kita melakukan ini ke berbagai lapisan masyarakat: dari segi usia, dari segi status sosial mereka maupun strata pendidikan. Kita tidak membuat batasan karena informasi narkoba inikan diperlukan oleh siapapun. Jadi mereka yang masih usia 69 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 70 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

17 56 dini hingga orang dewasa jadi semua mereka perlu tahu tentang bahaya narkoba 71. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Di mana target sasaran untuk melakukan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Target sasarannya kita sih tidak muluk-muluk yaa, jadi siapa pun saja sudah bagus. Yang penting masyarakat bisa paham saja, itu sudah bagus. Ketika masyarakat sudah paham, dia bisa meneruskan ke lainnya. Bukan sekadar paham aja, tapi prakteknya. Makanya kita buatkan kader-kader anti narkoba. Jadi nanti meskipun BNN belum bergerak, kita sudah mempunyai kader-kader. Itu lah fungsi kaderkadernya Penetapan Tujuan Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa target jangka panjang yang akan bapak capai, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo target... eee target itu yaa pastinya...eee tujuan dari kegiatan yang kita lakukan ini yaa. Outcomes yaitu hasil dari yang kita harapkan. Intinya adalah meningkatnya pemahaman masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Jadi harapan kita itu kan: semakin banyak masyarakat yang tahu tentang narkoba dan bahaya penyalahgunaannya inikan semakin bagus, mereka akan lebih waspada terhadap berbagai macam modus yang dilakukan oleh bandar atau pengedar dan pada akhirnya nanti kan, ini juga bisa menurunkan tingkat penyalahgunaan narkoba dan pengedaran narkoba itu sendiri di wilayahnya masing-masing. Intinya itu sih target jangka panjangnya dan selain pemahaman mereka meningkat juga, partisipasi mereka juga meningkat begitu, jadi mereka tidak hanya cukup tahu tapi mereka juga berbuat setelah mereka tahu bahwa ternyata narkoba itu berbahaya. Dari kegiatan seperti ini timbul keinginan mereka untuk berbuat, minimal kan di keluarganya masing-masing, pada anak istrinya, suaminya atau saudara-saudaranya, dia menyampaikan informasi. Jadi ada kegiatan ;ah yang mereka lakukan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 72 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 73 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.

18 57 Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa target jangka panjang yang akan bapak capai, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo saya sih...yang terpenting bisa memanintance diri sendiri, keluarga, dan kita baru bicara keluar. Kita harus bisa menjadikan contoh atau kelompok, bahwa saya pribadi, keluarga bisa memberikan contoh. Contoh membentengi diri dari narkoba 74. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai target jangka pendeknya seperti apa, agar benar-benar penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta dapat hilang, diperoleh jawaban sebagai berikut: Jadi begini, target jangka pendeknya yakni minimal mereka tahu bahaya narkoba, jenis narkoba itu apa, ciri-cirinya apa aja, dampaknya apa jika mengkonsumsi narkoba itu seperti apa. Itu target jangkat pendek. Target jangka panjangnya yaitu meningkatnya pemahaman masyarakat. Seperti yang telah disampaikan, setelah mereka tahu kemudian timbul inisiatif waktu antisipasi dari mereka, juga mereka berbuat bagi lingkungannya. Misalnya mereka sebagai guru dalam satu hari, dia ngajar atau setiap hari mengajar di satu kelas, dia sisihkan 1 menit untuk melakukan sosialisasi, jika mereka sebagai warga maka mereka dapat mensosialisasikan di forum-forum warga, atau syukur-syukur mereka buat semacam kebijakan, kegiatan itu lebih bagus 75. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai target jangka pendeknya seperti apa, agar benar-benar penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta dapat hilang, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa...kalo hilang kayanya sih gak yaa. Kalo bicara zero atau nol kayanya gak yaa tapi paling tidak kita bisa menekan tingkat atau penyalahgunaan narkoba, jangan sampe frekuensinya tinggi Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 75 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 76 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

19 58 3. Penetapan Khalayak Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Siapa khalayak yang akan memperoleh program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Intinya sih lebih tepatnya berbagai kalangan, semakin banyak kan semakin bagus dan kita terbuka kok untuk berbagai kalangan, berbagai lapisan usia, strata sosial. Setiap orang butuh informasi narkoba. Minimal mereka tahu bahaya narkoba 77. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Siapa khalayak yang akan memperoleh program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Untuk pengguna yaa, kita mensosialisasikan ke lapas-lapas karena disitu banyaklah pengguna narkoba. Terus kita juga melakukan FGD (fokus grup diskusi) baik itu lapas maupun di tempat-tempat rehabilitasi 78. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Status pekerjaan dari khalayaknya apa, diperoleh jawaban sebagai berikut: Idem Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Status pekerjaan dari khalayaknya apa, diperoleh jawaban sebagai berikut: 77 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 78 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 79 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.

20 59 Status yaaa macam-macam, ada yang pelajar, ada yang pegawai, jadi siapa saja. Jadi kalo kita bicara penyalanggunaan narkoba semua lini masuk Pemilihan Media dan Teknik-Teknik PR Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Jenis media sosialisasi apa saja yang dipergunakan humas BNN dalam rangka melakukan program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kita juga untuk memanfaatkan layanan media sosial yang ada dan marak saat ini, seperti FB, twitter, selain website dan subweb yang uda ada. Yaa sampai saat ini berjalan cukup efektif, sebagai contoh coba aja liat di facebook kita kan: akunnya itu ada dua dan twitternya satu akun, dan itu bisa di cek di news humas BNN, kemudian ada youtube juga. Jadi di youtube itu kita buat kaya film pendek dengan durasi sekitar 5-7 menit mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan BNN baik itu aspek pencegahan maupun kegiatan masyarakat untuk pemberatasan 81. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Jenis media sosialisasi apa saja yang dipergunakan humas BNN dalam rangka melakukan program sosialisasi kehumasan tentang penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Jenis media yang digunakan bisa iklan di tivi, radio, yaa awal dari media informasi yang ada 82. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Adakah perusahaan lain yang 80 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 81 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 82 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

21 60 mensponsori kegiatan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Gak ada yaaa yang mensponsori. Kita kan di bawah naungan pemerintahan yaa. Jadi dalam hal kita melakukan suatu kegiatan itu sudah ada anggaran yang diberikan oleh negara. Jadi tidak diperbolehkan memang aturannya, misalkan kita mencari sponsorship untuk memperoleh tambahan dari pihak luar. Itu tidak diperbolehkan. Yang boleh adalah misalkan kita menggandeng pihak swasta untuk melakukan sebuah kegiatan dengan menggunakan dana CSR nya mereka itu. Itu yang sudah kita lakukan juga seperti Telkomsel, yaitu tadi dalam upaya membangun subweb : terus kita juga punya kios narkoba: jadi itu bentuknya seperti mesin ATM, itu ada di beberapa mal di jakarta, itu bentunya seperti kuis. Jadi orang bisa bermain dengan menjawab kuis tersebut. Nah kalo misalkan mereka bisa mencapai level tertentu nanti ada merchandise nya. Dan semua pertanyaannya itu temanya seputar narkoba 83. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Adakah perusahaan lain yang mensponsori kegiatan program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Sampai sekarang kalo yang mau bekerjasama itu banyak. Tapi kita tidak meminta sponsor atau rekomendasi 84. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah BNN membuat tayangan iklan di televisi juga untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Iyaa... dlm bentuk iklan layanan masyarakat, kemudian juga bentuk program. Kita beli jam siaran gitu di beberapa media televisi swasta, kemudian di blokin time nah itu kita tayangkan yang kita buat. Nama program yang kita buat itu Indonesia Bergegas. Tahun kemarin itu tayang di TV one. Jadi acaranya sih dikemas dalam bentuk 83 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 84 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

22 61 talkshow gitu kaya tanya jawab. Ada hostnya, ada narasumber dan temanya umumnya lebih ke aspek pencegahan 85. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah BNN membuat tayangan iklan di televisi juga untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa betul Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Jenis media apa yang paling sering dipergunakan humas BNN untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Jenisnya media cetak. Media cetak itu dalam artian produk-produk informasi seperti brosur, majalah, dan surat kabar. Mereka memiliki peran yang strategis yaa dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat 87. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Jenis media apa yang paling sering dipergunakan humas BNN untuk mencegah peredaraan dan penggunaan Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Humas BNN biasanya menggunakan media cetak dan media elektronik. Di koran-koran kita bahas masalah bahaya narkoba, di elektronik juga ada seperti twitter dan facebook itu pasti Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 86 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 87 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 88 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

23 62 5. Perencanaan Anggaran Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah bapak memiliki anggaran biaya rutin untuk program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa... anggaran kita mengacu dari hasil APBN Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah bapak memiliki anggaran biaya rutin untuk program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Anggaran rutin kita terima sesuai dengan APBN 90. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah dana anggaran tersebut diperoleh dari sponsor atau milik perusahaan pribadi, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa... tidak ada sumber dana dari sponsor 91. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah dana anggaran tersebut diperoleh dari sponsor atau milik perusahaan pribadi, diperoleh jawaban sebagai berikut: Tidak Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 90 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 91 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 92 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

24 63 Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Berapa jumlah orang yang dilibatkan dalam program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa... disesuaikan dengan kebutuhan... yaa tergantung... tapi biasanya kita melibatkan 4 sampai 6 orang dalam melakukan sosialisasi 93. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Berapa jumlah orang yang dilibatkan dalam program sosialisasi kehumasan mengenai penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta, diperoleh jawaban sebagai berikut: Relatif yaa.. tapi pada umumnya kita bisa membentuk beberapa tim, yaaa memang dirasakan 1 tim itu cukup terdiri dari empat lima orang, yang terdiri dari unsur dokumentasinya, jurnalisnya, terus narasumbernya... itu sudah satu tim 94. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah orang-orang yang terlibat dalam program sosialisasi kehumasan itu statusnya volunteer (tenaga sukarela) saja atau dibayar oleh BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: Iyaa... ada tenaga volunteer yang terlibat dalam program sosialisasi 95. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah orang-orang yang terlibat dalam program sosialisasi kehumasan itu statusnya 93 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 94 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 95 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN.

25 64 volunteer (tenaga sukarela) saja atau dibayar oleh BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: Sampai sekarang yaa... byk volunteer yang berpartisipasi 96. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Biaya anggaran program sosialisasi kehumasan dipergunakan untuk memproduksi apa saja, diperoleh jawaban sebagai berikut: Uang anggarannya bisa dipergunakan untuk buat iklan televisi, radio, majalah, iklan di koran, buat flyer Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Biaya anggaran program sosialisasi kehumasan dipergunakan untuk memproduksi apa saja, diperoleh jawaban sebagai berikut: Sosialisasinya macam-macam...untuk pembuatan di media cetak, dikoran-koran, terus elektronik, televisi atau radio. Mungking sekarang yang kita pikiran pengembangan dari website Pengukuran Hasil Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apakah ada kemajuan/perubahan dari melakukan program sosialisasi kehumasan, seperti menurunnya jumlah pengguna dan pengedar Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: 96 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 97 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 98 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

26 65 Yaa...ada kemajuan dari program sosialisasi ini meskipun tidak signifikan tapi tempat-tempat dimana kita kunjungi menjadi paham akan bahaya narkoba 99. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apakah ada kemajuan/perubahan dari melakukan program sosialisasi kehumasan, seperti menurunnya jumlah pengguna dan pengedar Narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo dilihat dari manfaatnya kan itu tergantung dari yang menerima, yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin berbuat. Ada yang dari sisi positif 100. Sesuai hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Bagaimana tanggapan khalayak terhadap program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaaa...tanggapannya sangat positif dengan adanya program sosialisasi ini. mereka menjadi tahu mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba dan konsekuensi yang akan dihadapi jika tertangkap menggunakan atau mengedarkan narkoba 101. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan khalayak terhadap program sosialisasi kehumasan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Sampai saat ini sangat positif. Bahkan kita dibilang sangat positif itulah tantangan bagi kita. Kita harus lebih kerja 102. Mengacu hasil wawancara dengan key informan Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN mengenai Apa kekurangan dari 99 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 100 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 101 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 102 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan.

27 66 program sosialisasi kehumasan yang telah bapak lakukan ini, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaaa...kekurangannya di SDM kita yang masih terbatas yaa... karena mereka sudah punya tugas dan tanggung jawab masing-masing 103. Dokumentasi dan Perpustakaan, pada saat ditanyakan mengenai Apa kekurangan dari program sosialisasi kehumasan yang telah bapak lakukan ini, diperoleh jawaban sebagai berikut: Kalo kita bicara kekurangan, kita gak lepas dari melakukan suatu kegiatan ada saja. Kalo kita bagian humas, mungkin kita kemampuan dalam diri sendiri yang masih kurang 104. Sesuai hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat pada saat ditanyakan mengenai Apakah informasi pesan yang disampaikan dalam program sosialisasi bahaya narkoba mudah dipahami, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaa...pesan yang disampaikan cukup mudah dipahami. Yaa warga disini juga baru tahu kalo jenis-jenis narkoba ternyata cukup banyak. Jadi sosialisasi ini sangat membantu masyarakat lah untuk menambah pengetahuan tentang bahaya narkoba. Yaa... dan ternyata pake narkoba itu sama sekali gaa ada manfaatnya 105. Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Apakah informasi pesan yang disampaikan dalam program sosialisasi bahaya narkoba mudah dipahami, diperoleh jawaban sebagai berikut: 103 Bapak Khrisna Anggara selaku Kasubag Humas BNN. 104 Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM selaku Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan. 105 Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat

28 67 Yaa...menurut saya cukup jelas informasi yang disampaikan pada saat konferensi press yaa. Bahasa yang digunakan juga sederhana. Jadi gaa kesulitanlah saat jumpa pers 106. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: pesan yang disampaikan saat melakukan kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ternyata mudah dipahami dengan baik oleh masyarakat. Humas BNN dalam berkomunikasi dengan publik eksternalnya menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti dan dipahami. Harapan dari humas BNN dari kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba ini yaitu masyarakat bersedia aktif menjaga lingkungannya dan anak-anaknya dari penggunaan narkoba. Mengacu hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan bapak terhadap program sosialisasi bahaya narkoba yang diselenggarakan humas BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaaa... saya sangat senang adanya program sosialisasi ini. Saya dan masyarakat juga menyambut positif dengan adanya sosialisasi bahaya narkoba ini. Karena sebelum-sebelumnya tidak ada. Yaa kalo bisa perangkat lurah, RT, RW juga ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan warganya. Kalo perlu ini, di setiap RT dipasang spanduk yang bertuliskan penolakan adanya penggunaan narkoba di lingkungan warga. Itu pasti jauh lebih baik bagi masyarakat 107. Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Bagaimana tanggapan bapak terhadap program sosialisasi bahaya narkoba yang diselenggarakan humas BNN, diperoleh jawaban sebagai berikut: 106 Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota 107 Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat

29 68 Yaaa...menurut saya bagus sekali dengan adanya program sosialisais bahaya narkoba ini. ya seperti kita ketahui pengedar dan pemakai narkoba jumlahnya bukan menurun tapi bertambah. Artinya kondisi penyalahgunaan narkoba sudah sangat mengkhawatirkan. Dengan adanya program sosialisasi ini, diharapkan masyarakat bisa sadar dan menurun pengguna narkoba. Setidaknya masyarakat paham dari informasi yang disampaikan dalam program sosialisasi ini 108. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: tanggapan masyarakat mengenai program sosialisasi bahaya narkoba ini dinilai positif karena masyarakat menilai manfaat sangat baik bagi anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Humas BNN menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bahaya narkoba ini tujuannya supaya lebih dekat dengan masyarakat dan sekaligus menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk cepat diketahui. Humas sebagai pelayan masyarakat harus bisa memberikan pelayanan dan memberikan informasi yang sesuai kebutuhannya sehingga masyarakat akan memberikan persepsi positif pada institusi pemerintah ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan: Bapak Ali selaku Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat pada saat ditanyakan mengenai Apakah ada perubahan di lingkungan warga anda setelah dilakukan program sosialisasi bahaya narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: Sampai sejauh ini masyarakat kita memang bukan sarang narkoba.. yaa kemungkinan ada sebagian anak-anak muda yang berkelakuan kurang baik tapi itu jumlahnya tidak banyak. Masih bisa di atasilah. Karena warga disini juga cukup kompak untuk saling menjaga lingkungannya masing Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota 109 Bapak Ali selakua Warga Rw. 02, Meruya Utara, Kec. Kembangan Jakarta Barat

30 69 Sedangkan dari hasil wawancara dengan informan: Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota, pada saat ditanyakan mengenai Menurut anda, apalagi yang harus humas BNN lakukan selain melakukan kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba, diperoleh jawaban sebagai berikut: Yaaa... saya berharap humas BNN terus menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pihak seperti Bea Cukai maupun masyarakat agar bisa mencegah terjadinya peredaran narkoba 110. Berdasarkan hasil informasi di atas yang didapat melalui wawancara mendalam dengan Bapak Ali dan Bapak Eko Pradana dapat dianalisis sebagai berikut: kegiatan program sosialisasi bahaya narkoba yang diselenggarakan Humas BNN ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Masyarakat menjadi bertambah pengetahuan dan paham akan bahayanya mengkonsumsi narkoba dan mengetahui jenis-jenis narkoba. Dalam upaya menurunkannya tingkat peredaraan dan penggunaan narkoba maka Humas BNN perlu bekerja sama dengan Bea Cukai maupun masyarakat untuk saling melakukan pengawasan yang ketat pada lingkungannya masing-masing. 4.3 Pembahasan Setelah melakukan analisis pada hasil wawancara kepada key informan dan informan, maka selanjutnya penulis memberikan uraian pembahasan penelitian sebagai berikut: 1. Pengenalan Situasi Berdasarkan hasil informasi melalui wawancara mendalam dengan Bapak Khrisna Anggara dan Bapak Ari Lispriyanto, SH, MM, dapat dianalisis sebagai berikut: ternyata dari hasil pengenalan situasi yang 110 Bapak Eko Pradana selaku Wartawan Media Pos Kota

31 70 dilakukan oleh humas BNN menunjukkan penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah sangat parah yakni pengguna narkoba sebesar 7% dari jumlah populasi di Jakarta atau sekitar 400 ribu kurang lebih. Melihat kondisi peredaran dan penggunaan di DKI Jakarta yang cukup parah ini, maka Humas BNN berkewajiban melakukan tindakan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar para orang tua, lingkungan masyarakat, dan guru-guru terus memantau perkembangan dan pergaulan anak-anak supaya tidak berperilaku menyimpang yang tentunya dapat merugikan diri sendiri maupun masa depannya. Selanjutnya, dari hasil penelitian survei yang dilakukan BNN dan pusat penelitian kesehatan UI diperoleh informasi kondisi penggunaan dan peredaran Narkoba di Jakarta sudah semakin parah. Artinya humas BNN harus bergerak cepat untuk mencegah dan memberikan informasi kepada masyarakat DKI Jakarta agar seluruh warga masyarakat ikut berpartisipasi menjaga lingkungan tempat tinggalnya dan memperhatikan anak-anak mereka supaya tidak terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran Narkoba. Humas BNN harus menjalankan fungsinya secara baik yakni melayani keinginan publik eksternalnya dengan cara bersedia melakukan sosialisasi di lingkungan universitas maupun wilayah tempat tinggal. Humas menyampaikan informasi mengenai bahayanya penggunaan Narkoba bagi anak-anak maupun orang dewasa. Humas BNN terus memberikan pemahaman dan pengertian kepada remaja maupun orang dewasa untuk tidak mencoba-coba penggunaan Narkoba karena hal itu memberikan efek pada gangguan kesehatan menjadi tidak baik.

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pembaca mengenai hal-hal yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap Analisis Implementasi Kebijakan Strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi, sedangkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba saat ini menjadi persoalan global yang melanda semua wilayah negara diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri penyalahgunaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, sampai menghilangkan rasa nyeri dan

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, sampai menghilangkan rasa nyeri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus penyalahgunaan narkotika selalu mengalami

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, MENTERI DALAM NEGERI, DAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. 127 Tahun

Lebih terperinci

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa narkotika, psikotropika, prekursor

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG Willyan Purnama, Upi Hamidah, SH., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H. Program Studi

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) NOMOR 21 KEP/MENKO/KESRAlXII/2003 NOMOR B/O4/XII/2003/BNN TENTANG UPAYA TERPADU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Badan Narkotika Nasional Di era globalisasi ini, tedapat perubahan yang fundamental

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan

Lebih terperinci

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP)

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP) 40 IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP) Lampung Badan Narkotika Provinsi (BNP) Lampung berdiri pada tanggal 09 Desember 2009, yang ditetapkan melalui

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

oleh: Drs. M. Nurdin, M.M 1

oleh: Drs. M. Nurdin, M.M 1 Efektivitas Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba melalui Penguatan Lembaga Badan Narkotika Nasional sebagai Amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika oleh: Drs.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa narasumber terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada Kampanye Pencegahan Peredaran

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya sangat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I P E M E R I N T A H K O T A D U M A I PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi atau Perusahaan, disiplin kerja termasuk hal yang paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan alat untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 40 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI 145120407111043 C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI Citra Diri : Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. kecamatan dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tabalong

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. kecamatan dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tabalong BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Balangan adalah salah satu kabupaten yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini terdiri dari 8 kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN 2011-2015 Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Implementasi Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 Jakarta, 8 Mei

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1284, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Informasi Publik. Pelayanan. Pengelolaan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA KEGIATAN DISEMINASI INFORMASI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) KEPADA PELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KONVENSIONAL

Lebih terperinci

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL *49090 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 116 TAHUN 1999 (116/1999) TENTANG BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA PROVINSI, SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkanya intruksi pesiden Republik Indonesia

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkanya intruksi pesiden Republik Indonesia BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN ) & BNNK Sleman Tonggak sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaanya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkanya

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahngunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (selanjutnya disebut narkoba) merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengelolaan kampanye antinarkoba di lingkungan pelajar dan mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KABUPATEN DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyidikan dalam Tindak Pidana Narkotika Penyidikan dalam tindak pidana narkotika yang dimaksud dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penyidikan oleh penyidik

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 MUHAMMAD AFIED HAMBALI Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PROCEDDING A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata materiil dan spiritual

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 10/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah berkembang sangat pesat, hal ini dapat terlihat pada setiap perkantoran suatu instansi pemerintahan telah menggunakan

Lebih terperinci

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika BAB II PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 1.1.1 Sejarah Umum BNN Sejarah 1 penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci