PERSETUJUAN PEMBIMBING. Jurnal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSETUJUAN PEMBIMBING. Jurnal"

Transkripsi

1 PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI AIR PUTIH PADA PAGI HARI TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA PASIEN IMOBILISASI AKIBAT GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI Oleh ROSDIAN INDAHWAHYUNI HIKAYA (NIM , Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

2 EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI AIR PADA PAGI HARI TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA PASIEN IMOBILISASI AKIBAT GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI Rosdian Indawahyuni Hikaya, Sunarto Kadir, Iqbal Husain Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG indawahyunirosdian@yahoo.co.id ABSTRAK Rosdian Indawahyuni Hikaya, Efektifitas pemberian terapi air pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem neurologi. Skripsi, Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Sunarto Kadir, dan Pembimbing II, Iqbal Husain. Daftar Pustaka : 22 ( ). Pasien dengan gangguan sistem neurologi mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan penurunan peristaltik usus sebagai pemicu terjadinya konstipasi. Penyebab utama terjadinya konstipasi adalah kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan berserat dan asupan cairan. Adapun rumusan masalah yaitu Apakah Pemberian Terapi Air Putih pada Pagi Hari efektif terhadap kejadian Konstipasi pada pasien Imobilisasi akibat Gangguan sistem Neurologi? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian air putih pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem neurologi. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental designs (Rancangan Praeksperimen) dengan desain one grup pretest posttest. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20 responden yang mengalami konstipasi di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe yang hanya terdiri dari satu kelompok. Alat ukur yang digunakan adalah bowel score yang diobservasi setiap hari selama tiga hari. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan minum air putih di pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem neurologi dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dari hasil penelitian menunjukan ada pengaruh terapi minum air putih pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi. Dengan hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat menerapkan terapi minum air putih pada pagi hari untuk kejadian konstipasi. Kata kunci : Air, Imobilisasi, Neurologi, Konstipasi. 1 Rosdian Indahwahyuni Hikaya, , Jurusan Ilmu Keperawatan UNG Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes, Ns. Iqbal Husain, M.Kep, Sp.Kep MB

3 1. Pendahuluan Penyakit Saluran pencernaan merupakan masalah kesehatan yang banyak di alami oleh manusia diantaranya adalah Konstipasi. Konstipasi merupakan keadaan atau gejala hambatan gerak sisa makanan di saluran pencernaan sehingga buang air besar tidak bisa lancar dan teratur. Menurut (Arnaud, 2003), dikatakan konstipasi apabila terjadi penurunan frekuensi defekasi (>3 hari sekali atau < 2 kali seminggu) yang diikuti dengan pengeluaran feses yang lama dengan konsistensi keras dan kering. Penyebab utama terjadinya konstipasi adalah kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan berserat dan asupan cairan (Potter & Perry, 2005). Perubahan dalam tingkat Aktivitas fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak yang juga menyebabkan penurunan peristaltik usus dan dapat mengakibatkan konstipasi (Berdman, 2012). Gangguan sistem Neurologi merupakan gangguan yang terjadi pada sistem organ pada makhluk hidup yang terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Strukturstruktur ini yang bertanggung jawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas sel tubuh melalui implus-implus elektrik. Gangguan pada sistem neurologi umumnya disebabkan oleh kerusakan aliran darah pada bagian otak tertentu karena berbagai alasan, termasuk aterosklerosis pembuluh darah yang menyuplai otak dan obstruksi mikrosirkulasi (Smeltzer & Bare, 2001). Hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal didalam tengkorak pada satu satuan waktu disebut dengan tekanan intrakranial. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 November 2013 di ruang Neurologi Gedung 2 (G2) lantai 1 RSUD Prof. Aloei Saboe Kota Gorontalo terdapat 25 Pasien yang dirawat dengan gangguan sistem Neurologi. Diantara pasien-pasien tersebut terdapat 14 pasien dalam keadaan Imobilisasi, dan diantara 14 pasien tersebut ditemukan pasien dengan tanda-tanda konstipasi sebanyak 7 pasien (50%). Hasil wawancara dengan salah satu perawat yang bertugas di ruang Neurologi Gedung 2 (G2) lantai 1 RSUD Prof. Aloei Saboe Gorontalo, diperoleh informasi bahwa belum ada program pencegahan yang dilakukan oleh perawat dalam menangani komplikasi dari imobilisasi akibat gangguan neurologi. Bila pasien belum Buang Air Besar (BAB) sampai 3 hari, maka sesuai instruksi dokter akan dilakukan pemberian laksatif (obat pencahar) pada hari keempat. Penggunaan pencahar secara berlebihan untuk menggantikan fungsi defekasi yang alami, maka refleks defekasi secara progresif menjadi kurang kuat dalam hitungan bulan atau tahun, dan kolon menjadi atonik (Guyton & Hall, 2006). Penggunaan laksatif yang tidak tepat justru akan memperberat konstipasi karena hanya akan mengatasi sementara bahkan menjadi ketergantungan penggunanaan laksatif dalam setiap proses defekasi (Lemone & Burke, 2011) Dekade terakhir ini penatalakasanaan konstipasi lebih efektif menggunakan cara lain, seperti : penambahan asupan cairan yang diminum, penambahan kandungan magnesium dalam makanan, aktifitas fisik yang terukur, masase abdomen dan penambahan zat probiotik dalam bentuk minuman, serta stimulasi intestinal (Fernandez, 2006). Minum 500 ml air putih saat bangun pagi tentunya lebih mudah dibandingkan harus minum air putih sebanyak 1,5 liter sekaligus dalam waktu 20 menit. Meskipun hasilnya mampu mengatasi konstipasi, dibandingkan minum air 1,5 liter, minum air 500 ml lebih berfokus sebagai pencegahan melalui mekanisme gastrokolik, dan turut mempertimbangkan pula pasien usia lanjut yang kesulitan minum dalam jumlah banyak sekaligus, serta batas maksimal kenyamanan pasien minum yaitu sebesar 500 ml (Sherwood, 2011).

4 Berdasarkan Latar belakang inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk membuktikan efektifitas pemberian terapi air volume minimal (500 ml) dalam upaya pencegahan konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan neurologi dengan formulasi judul Efektivitas Pemberian Terapi Air Putih pada Pagi Hari terhadap Kejadian Konstipasi pada Pasien Imobilisasi Akibat Gangguan Sistem Neurologi. di ruang Neurologi Gedung 2 (G2) lantai 1 RSUD Prof.Aloei Saboe, Kota Gorontalo. 1. Metode Penelitian 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di ruang perawatan Neurologi Gedung 2 (G2) lantai 1 RSUD Prof. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan waktu penelitian berlangsung dari tanggal 29 Januari 2014 sampai tanggal 23 Februari Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan pre experimental designs (Rancangan Praeksperimen) dengan desain one grup pretest posttest, yaitu rancangan penelitian yang tidak menggunakan kelompok pembanding (kontrol), tetapi peneliti melakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini, pasien imobilisasi pola defekasi dan konsistensi (pre-test), kemudian diberikan intervensi Minum Air putih 500 ml pada pagi hari, dan setelah intervensi 500 ml pada pagi hari, observasi lagi (Post-Test) untuk mengetahui perubahan pola dan konsistensi defekasi. Pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol karena keterbatasan waktu dan jumlah pasien. 2.3 Variabel Penelitian Pada penelitian ini variable independen yaitu Minum Air Putih pada pagi hari. dan Dalam penelitian ini variabel dependen (terikat) adalah Kejadian konstipasi. 2.4 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien konstipasi dalam keadaan imobilisasi akibat gangguan neurologi yang dirawat di ruang Neurologi Gedung 2 (G2) lantai 1 RSUD Prof. Aloei Saboe, Gorontalo. Dan Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Insidental Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan insidental/kebetulan (Setiadi, 2007). 2.5 Teknik Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat untuk menganalisis karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan diagnosa medis Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini mencari pengaruh Minum air putih pada pagi hari terhadap kejadian Konstipasi. Uji statistiknya menggunakan test signifikansi dengan teknik non parametrik menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test yaitu teknik pengujian hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (Notoatmodjo, 2010). 2. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Usia terhadap kejadian konstipasi Usia Jumlah n % 40 tahun 5 25%

5 > 40 tahun 15 75% Total % Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang mengalami konstipasi, usia responden terbanyak adalah usia >40 sebanyak 15 Responden (75%). Sisanya adalah responden usia 40 tahun sebanyak 5 responden (25%). Tabel 3.2 Distribusi karakteristik reponden berdasarkan Jenis Kelamin terhadap konstipasi Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki 7 35% Perempuan 13 65% Total % Sumber: Data Primer 2014 Tabel 3.2 menunjukan bahwa dari 20 responden yang mengalami konstipasi, didominasi oleh jenis kelamin Perempuan sebanyak 13 Responden (65%) dibandingkan dengan Laki-laki yang hanya sebanyak 7 responden (35%). Tabel 3.2 Distribusi karakteristik reponden berdasarkan Diagnosa Medis terhadap konstipasi Diagnosa Medis Jumlah n % Stroke 15 75% Cedera Kepala 2 10% Vertigo 1 5% Disphasia & Aphasia 1 5% Fraktur temporal 1 5% Total % Sumber: Data Primer 2014 Tabel 3.3 menunjukan hasil Karekteristik responden didominasi Diagnosa medis Stroke sebanyak 15 responden (75%), cedera kepala terdapat 2 responden (10%), diagnosa medis vertigo sebanyak 1 responden (5%), dysphasia & aphasia 1 responden (5%), dan Fraktur temporalis 1 responden (5%) Analisis Bivariat Tabel 3.4 Perbedaan kejadian konstipasi sebelum dan sesudah diberikan Terapi air putih pada pagi hari Kejadian Sebelum Sesudah p value n % n % Konstipasi % 5 25% Tidak Konstipasi 0 0% 15 75% Total % % Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.4 Berdasarkan analisa Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kejadian konstipasi yang signifikan antara sebelum diberikan terapi air putih dan setelah diberikan air putih yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Artinya ada pengaruh yang signifikan minum air putih pada pagi hari terhadap pencegahan konstipasi. 3.2 Pembahasan Usia

6 Usia merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan proses degeneratif yang berarti penurunan fungsi pada sistem tubuh manusia termasuk pada sistem pencernaan dan sitem neurologi. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa karakteristik usia responden didominasi oleh usia >40 (75%). Sisanya adalah responden usia 40 tahun (25%). Hasil yang sama terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Ginting yang dijelaskan dalam Denny (2012), tentang konstipasi pada pasien stroke, dimana rerata usia pasiennya adalah 55,46 tahun. Hal ini dikarenakan fokus subjek penelitiannya adalah pasien stroke dimana faktor usia sangat mempengaruhi. Resiko stroke meningkat pada kelompok usia tahun. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Denny (2012) tentang Efektifitas pemberian terapi air putih 500 ml pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan muskuloskeletal, dimana karakteristik usia respondennya didominasi oleh usia 40. Hal ini dikarenakan penelitian di fokuskan pada gangguan sistem muskuloskeletal yang mayoritas responden mengalami fraktur ekstremitas bawah seperti fraktur femur dengan pemasangan gips atau traksi pada pasien dengan usia dibawah 40 tahun yang sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Berdasarkan asumsi peneliti, hasil yang tidak sama ini dikarenakan fokus subjek penelitian ini adalah pasien- pasien imobilisasi akibat gangguan neurologi yang beresiko mengalami konstipasi. Sehingga pengambilan sampel berdasarkan pada penyebab imobilisasi yang spesifik yaitu pada gangguan neurologi Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pada tabel 3.2 dari 20 responden terdapat 13 responden (65%) berjenis kelamin perempuan dan 7 responden (35%) Laki-laki. Hal ini dikarenakan fokus subjek penelitian adalah pasien-pasien imobilisasi akibat gangguan neurologi yang beresiko mengalami konstipasi. Menurut pengalaman peneliti di lapangan, sebagian besar responden mengalami gangguan neurologi seperti stroke. Hal ini sangat berbeda dengan teori tentang faktor resiko stroke yang menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan mengalami stroke Diagnosa Medis Tabel 3.3 menunjukan hasil Karekteristik responden didominasi Diagnosa medis Stroke sebanyak 15 responden (75%), cedera kepala terdapat 2 responden (10%), diagnosa medis vertigo sebanyak 1 responden (5%), dysphasia & aphasia 1 responden (5%), dan Fraktur temporalis 1 responden (5%). Stroke merupakan gangguan neurologi terbanyak yang dialami oleh manusia. Menurut WHO, di Indonesia tahun 2012 kejadian penyakit stroke sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Hal yang sama terjadi dalam penelitian oleh Ginting (2012) tentang konstipasi pada pasien stroke, dimana fokus subjek penelitiannya adalah pasien stroke yang resiko stroke meningkat pada kelompok umur tahun, dan sesuai dengan hasil karakteristik responden berdasarkan usia yang di dominasi oleh usia > 40 tahun. Hasil studi yang diperoleh peneliti, pasien stroke terbanyak mengalami konstipasi dikarenakan peneliti lebih fokus terhadap imobilisasi yang dapat mengakibatkan keterbatasan gerak akibat gangguan neurologi berupa hilangnya fungsi saraf, kelemahan otot, dan paralisis yang berat. Hal ini diperkuat oleh teori Muttaqin (2008) yang menyatakan, gerak yang kurang menyebabkan penurunan peristaltik usus besar memicu terjadinya konstipasi Efektifitas pemberian terapi air putih terhadap konstipasi Tabel 3.4 menunjukkan dari 20 responden sebelum diberikan perlakuan terapi minum air putih 500 ml di pagi didapatkan 20 pasien (100%) mengalami konstipasi.

7 Sedangkan setelah diberikan perlakuan didapatkan 15 responden (75%) yang tidak mengalami konstipasi dan 5 responden (25%) yang mengalami konstipasi. Sebagian besar responden tidak mengalami konstipasi setelah minum air putih 500 ml pada pagi hari (75,0%). Dengan minum 500 ml air putih (Lower Maximum Volume : LMV) yaitu volume minimal yang dimasukkan ke dalam lambung yang mampu menyebabkan gerakan peristaltik pada lambung (Lunding et al, 2011), maka rangsangan dari regangan lambung ini melalui saraf otonom ekstrinsik menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon melalui refleks gastrokolik. Refleks gastrokolik mampu menstimulasi otot polos kolon sehingga meningkatkan motilitas kolon dan mencegah terjadinya konstipasi (Bassotti & Villanaci, 2006). Terdapat 5 responden (25,0%) mengalami konstipasi meskipun sudah diberikan terapi minum air putih 500 ml pada pagi hari. Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan saat mengambil data, konstipasi yang terjadi pada responden terjadi karena faktor kesengajaan penundaan defekasi pasien karena malu dan risih bila buang air besar di tempat tidur. Responden di rawat di ruang rawat inap yang berisi 4-6 pasien membuat privasinya merasa terganggu, sehingga pasien cenderung akan menahan atau menundanya. Kebiasaan sering menunda atau mengabaikan defekasi akan menurunkan kerja refleks defekasi secara normal dan lebih lanjut menyebabkan terjadinya konstipasi (Guyton & Hall, 2008). Selain itu, menurut pengamatan peneliti di lapangan, imobilisasi akibat penyakit yang di derita juga merupakan salah satu pemicu pasien dalam menunda defekasi. Responden yang dalam penelitian ini menggunakan pasien imobilisasi dengan total score 5-8 yaitu imobilisasi ketergantungan berat. Hal ini juga d dukung oleh teori yang mengatakan bahwa Pengaruh fisiologis imobilisasi terhadap fungsi gastrointestinal bervariasi dan mengakibatkan penurunan motilitas saluran gastrointestinal. Konstipasi merupakan gejala yang paling umun (Potter & Perry, 2005). Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan antara sebelum diberikan perlakuan minum air putih 500 ml pada pagi hari. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kejadian konstipasi yang signifikan antara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Artinya ada pengaruh yang signifikan minum air putih di pagi hari terhadap pencegahan konstipasi. Studi yang hampir sama dilakukan oleh Tampubolon (2008), namun perbedaannya volume air putih yang diminum sebanyak 1,5 liter melalui pendekatan mekanisme pelumasan bagi feses bergerak di sepanjang kolon. Meskipun hasilnya mampu mengatasi konstipasi, dibandingkan minum air 1,5 liter, minum air 500 ml lebih berfokus sebagai pencegahan melalui mekanisme gastrokolik, dan turut mempertimbangkan pula pasien usia lanjut yang kesulitan minum dalam jumlah banyak sekaligus, serta batas maksimal kenyamanan pasien minum yaitu sebesar 1000 ml ( Sherwood, 2011). 3. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian 20 orang responden di dapatkan bahwa sebagian besar responden berusia >40 tahun yakni sebanyak 75% atau sebanyak 15 responden, berjenis kelamin perempuan sebanyak 65% atau sebanyak 13 responden, dan lebih banyak dengan diagnosa medis stroke sebanyak 75% atau sebanyak 15 responden. 2. Berdasarkan analisa Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kejadian konstipasi yang signifikan antara sebelum diberikan terapi air putih dan setelah diberikan air putih yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Artinya ada

8 pengaruh yang signifikan minum air putih pada pagi hari terhadap pencegahan konstipasi. 4.2 Saran 1. Pelayanan Keperawatan Perawat perlu menerapkan pemberian minum air putih pada pagi hari sebagai pencegahan konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem neurologi. 2. Keilmuan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah sumber informasi bahwa terapi air dengan volume minimal (500 ml) mampu mencegah terjadinya konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem neurologi. 3. Institusi Hasil penelitian ini diharapkan untuk bisa dijadikan sebagai referensi untuk kesempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya. 4. Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengukur dan menganalisa kejadian konstipasi tidak hanya dengan wawancara, namun lebih objektif dengan observasi dengan standar konsistensi feses. Daftar Pustaka Arnaud, M.J (2003). Mild dehydration: a risk factor of constipation? European journal of clinical nutrition Bassotti & Villanacci (2006). Normal behavior of the human colon and Abnormal Motilityaspect in slow transit constipation. Comment R 7758_2 Bennett, M & Cresswell (2003). Factors influencing constipation in advance cancer patients : aprospective study of opioiddose,dantrondose,and physical functioning. Palliative Medicine Berman, A & Snyder, S (2012). Fundamentals of Nursing : concepts, process and practice. Jakarta : EGC Corwin, EJ (2009). Buku saku patofisiologi (Handbook of Pathofisiology). Jakarta : EGC Dadang, (2000). Dampak Konstipasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 Fernandez Banares, F (2006). Nutritional care of the patient with constipation. Best practice & research clinical Gastroenterologi. Vol 20, Ginting, D (2012). Pengaruh Masase Abdomen dan Minum Air Putih Hangat pada Pasien stroke yang mengalami konstipasi terhadap proses defekasi di kota Medan. Thesis : Universitas Indonesia Gutzwiller et.al (2011). Glucocorticiod treatment, immobility, and constipation are associated with nutritional risk. Europe Jurnal Nutrition Guyton & Hall (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC Kemenkes RI, (2007). Riset Kesehatan Dasar Provinsi Gorontalo. Gorontalo : Dinas Jaya

9 Lemone & Burke (2011) Medical-Surgical Nursing : Critical Thinkingin Client Care 4th edition USA : Person Education, Inc Lunding et al. (2006). Pressure-Induced gastric accomodation studied with a new distension paradigm. Abnormally low accomodation rate in patient with functional dyspepsia. Scandinavian Journal of Gastroenterologi. 1-9 Muttaqin, A & Sari, K (2011). Gangguan Gastrointestinal : aplikasi Asuhan keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S., (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta Nursalam., (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Peneleitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Potter & Perry, (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC Price & Wilson (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta : EGC Sherwood, L. (2011) Fisiologi manusia: dari sel ke sistem organ. Jakarta : EGC Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta : EGC Sturtzel & Elmadfa (2008) intervention with dietary fiber to treat constipation and reduce laxative use in resident of nursing homes. Ann Nutr Metab 2008: 52 (suppl 1): pg Yasmara Deni, (2012). Pengaruh pemberian terapi air putih 500 ml pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem musculoskeletal. Thesis, Universitas Indonesia.

KONSUMSI AIR PUTIH PAGI HARI TERHADAP KONSTIPASI PADA PASIEN IMOBILISASI

KONSUMSI AIR PUTIH PAGI HARI TERHADAP KONSTIPASI PADA PASIEN IMOBILISASI KONSUMSI AIR PUTIH PAGI HARI TERHADAP KONSTIPASI PADA PASIEN IMOBILISASI (Water Consumption on the Morning to Constipation of Patient with Immobilization) Deni Yasmara*, Dewi Irawaty*, I Made Kariasa*

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 34 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab ini menjelaskan mengenai kerangka konsep penelitian, hipotesis, dan definisi operasional dari variabel yang diteliti. A. Kerangka Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dalam tubuh mencakup 50% - 60% dari total berat badan (Ignatavicius & Workman, 2006). Jumlah tersebut sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MASSASE ABDOMEN DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA PASIEN STROKE

PENGGUNAAN MASSASE ABDOMEN DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA PASIEN STROKE PENGGUNAAN MASSASE ABDOMEN DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA PASIEN STROKE Junaedi Yunding STIKes Marendeng Majene Email : junaediy@stikes-marendeng.ac.id Abstrak Disfungsi saluran pencernaan adalah kasus

Lebih terperinci

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa

Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa Pengaruh ROM Aktif Asistif Terhadap Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesi Di RSUD Ambarawa Cicilia Yuni Ardini Widyaswari *),Yunie Armiyati**), M. Syamsul Arif SN***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26 FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin 1, Lusia Salmawati 2, Andi Prasetyo 3* 1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan berfungsi memproduksi susu untuk nutrisi. Terletak diantara tulang iga kedua dan keenam

Lebih terperinci

PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI SECTIOCAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KUKUH WIJAYANTO NIM : 08.0287.S LUKMAN HAKIM NIM :

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi yang Berjudul Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI GASTER Vol. No. Agustus PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI Ririn Purwanti, Wahyu Purwaningsih Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Kandungan dalam makanan yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2 Ana Triwijayanti ABSTRAK Terapi oksigen merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Rakhma Nora Ika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI RSUD WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi DIAN APRIANTO NIM : 08.0263.S

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS Manuscript OLEH : ARIF KURNIAWAN G2A008019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA Suryagustina*, Rimba Aprianti**, Isna Winarti*** Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

MOBILISASI TIAP 2 JAM TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PASIEN STROKE. (Mobilization Every Two Hours to Incidence of Constipation Stroke Patients)

MOBILISASI TIAP 2 JAM TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PASIEN STROKE. (Mobilization Every Two Hours to Incidence of Constipation Stroke Patients) MOBILISASI TIAP 2 JAM TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PASIEN STROKE (Mobilization Every Two Hours to Incidence of Constipation Stroke Patients) Khoiroh Umah*, Ahmad Syafi i** * Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kraniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, 2005). Pembedahan

Lebih terperinci

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI DI RUANG G2 LANTAI II KELAS III BLUD RSU PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Rini Fahriani Zees Email : rini_zees@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Apendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang, penyakit ini dapat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi sewaktu sfingter uretra interna dan eksterna didasar kandung kemih berelaksasi. Derajat regang yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe

Lebih terperinci

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***) PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIK SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM SUMMARY FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Tri Rahyani Turede NIM 841409074 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER Dewi Rahmawati Abyu,Retno Dewi Prisusanti, AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013 STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013 Oleh : Basuki dan Urip Haryanto Abstrak Stroke dapat mengenai semua usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyebab munculnya masalah kesehatan pada anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN : TERDAPAT PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Satriyo Agung, Annisa Andriyani, Dewi

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 Daniel¹ Warjiman² Siti Munawaroh³ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan aniel.green8@gmail.com, warjiman99@gmail.com,

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang terdiri dari ruangan kelas 1 dimana ruanganya

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG Lampiran 1 A. Pengertian Skala Braden merupakan salah satu jenis skala atau metode yang digunakan dalam menilai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Cemas merupakan merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap hari. Kejadian yang satu dengan yang lain dapat saling mempengaruhi. Demikian juga keluarga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai

Lebih terperinci

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN (Studi Penelitian di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo) Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain

Lebih terperinci

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso Tasnim 1) Abstrak: Kompres

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 3, No 2 Februari 2018 PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung, juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun di negara berkembang

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE DENGAN MINYAK ESENSIAL YLANG-YLANG (Cananga odorata) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Studi Ini Dilakukan di PSTW Jara Mara Pati

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM.

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, kepatuhan, diet DM. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DM TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DM DI CLUB DIABETES MELITUS * Dosen Akper William Booth, Aristina Halawa, halawaaristina@yahoo.co.id ** Dosen Akper William

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

: Lansia Dengan Hipertensi, Melakukan Gerakan Shalat

: Lansia Dengan Hipertensi, Melakukan Gerakan Shalat Pengaruh Gerakan Shalat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kelurahan Kedungwuni Timur Kabupaten Pekalongan Febrika Yuan Pratama dan Sri Mulyaningsih Emi Nurlaela,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah

Lebih terperinci