PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR ELYANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR ELYANA"

Transkripsi

1 PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR ELYANA PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

2 PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya ELYANA PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

3 PERSETUJUAN Judul : Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala Kategori : Tugas Akhir Nama : Elyana Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : Diploma (D3) Kimia Industri Departemen : Kimia Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Disetujui di Medan, juni 2014 Disetujui Oleh : Ketua Program Studi D3 Kimia Industri Dosen Pembimbing Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Sc NIP Dr. Sovia Lenny,M.Si NIP Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dr. Rumondang Bulan M.S NIP

4 PERNYATAAN PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, juni 2014 ELYANA

5 PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA. Karya ilmiah ini disusun dalam memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan ijazah Ahli Madya pada Program Studi Diploma-3 Kimia Analis FMIPA USU. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena kemampuan yang terbatas, tetapi atas bantuan, bimbingan dan dorongan serta semangat yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis maka penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarny kepada : 1. Teristimewa penghargaan yang tulus buat Ayahanda M.Jafar Adam dan Ibunda Titjaya Yusuf tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberi dorongan moril dan material kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Ibu Dr. Sovia Lenny, M.Si selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. 3. Ibu Dr. Rumondang Bulan M.S, selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Prgram Studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6 5. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. 6. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam yang membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan. 7. Rekan PKL saya Ayu, Hanny dan teman-teman saya mely, desy, uci, masi, mutiara, nurul, chairani dan terima kasih juga kepada Anak-anak IMAKIN 011 atas kerja samanya bagi pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat Medan, juni 2014 Penulis, ELYANA

7 ABSTRAK Biji pala adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri dari biji pala yang didapat dengan menggunakan metode destilasi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak pala yang diperiksa memiliki kadar minyak atsiri yang berbeda, dengan variasi waktu 4 jam memiliki kadar minyak atsiri 7%, 6 jam memiliki kadar minyak atsiri 8% dan 8 jam memiliki kadar minyak atsiri 5 %. Sehingga untuk hasil maksimal dapat digunakan waktu destilasi 6 jam.

8 THE EFFECT OF TIME DISTILLATION LEVELS OF ESSENTIAL OIL SEEDS PALA ABSTRACT Nutmeg is a spice plant which is also an essential oil that is widely used community. The purpose of this study was to determine the levels of nutmeg essential oil obtained by steam distillation method, the results showed that nutmeg oil tested had different levels of essential oils, with variations in time of 4 hours had higher levels of essential oil 7%, 6 hours had higher levels of 8% essential oil and 8 hours had higher levels of 5% volatile oil. So that maximum result can be used for distillation time 6 hours.

9 DAFTAR ISI Halaman Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran i ii iii v vi vii x xi Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat 4 Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Tanaman Pala Minyak Pala Komposisi Kimia Pala Manfaat Pala Minyak Atsiri Komponen Minyak Atsiri Penggolongan Minyak Atsiri Manfaat Minyak Atsiri Cara Penyulingan Minyak Atsiri 17 Bab 3. Metode Penelitian 3.1. Alat-alat Bahan Prosedur Penentuan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 23 Bab 4. Hasil Dan Pembahasan 4.1. Hasil Perhitungan Pembahasan 26 Bab 5. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Saran 28 Daftar Pustaka

10 DAFTAR TABEL Halaman Table 2.1 Kandungan minyak berdasarkan umur petik buah pala 8 Tabel 4.1 Data Analisa Minyak Atsiri dari Biji Pala 24

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Gambar Alat Destilasi Minyak Atsiri 30

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pala (Myristica fragans Houtt) merupakan tanaman asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulaupulau lain sekitarnya, termasuk pulau jawa. Tanaman pala terkenal karena biji buahnya yang tergolong sebagai rempah-rempah. Biji dan selaput biji (fuli) atau sering disebut dengan bunga pala, sejak dulu merupakan komoditi ekspor Indonesia dan menduduki 60% dari jumlah ekspor pala dunia. Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Dari daging buah pala dapat dibuat manisan pala, asinan pala, selei dan jamur pala. Sedangkan bunga pala dalam bentuk kering digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Minyak atsiri dan lemak pala terdiri atas miristisin dan monoterpen yang dapat menimbulkan rasa kantuk (Sunanto, 1993). Rempah-rempah adalah bahan yang banyak diperoleh dari tanaman tertentu yang digunakan untuk meningkatkan rasa makanan atau minuman. Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus kulit biji pala berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990).

13 Minyak pala adalah minyak atsiri yang dihasilkan melalui proses penyulingan dari biji yang telah masak dan kering. Minyak pala biasanya didapatkan setelah lemak yang terkandung di dalamnya dibuang terlebih dahulu. Minyak pala digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut dan diare. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan pencampuran minyak wangi dan penyegar ruangan. Selain itu, minyak pala juga digunakan sebagai bumbu masakan. Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati multimanfaat, karakteristik fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu ruang. Minyak ini banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian dan kosmetika. Minyak terbang atau minyak atsiri sudah diteliti sejak lima abad yang lalu. Secara biologis, minyak atsiri ini sebagai metabolit sekunder yang digunakan sebagai alat pertahanan diri dari hewan pemangsa dan serangga hama. Selain itu, minyak atsiri juga memiliki sifat alelopati yang berperan sebagai alat untuk bersaing dengan tumbuhan lain (Rusli, 2000). Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia sederhana. Pada saat isolasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan vakum. Hal ini dikerjakan untuk menghindari terjadinya isomerisasi, polimerisasi atau peruraian. Isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

14 kimia hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya. Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technologi menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang umumnya berwujud cair, diperoleh dari tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan uap. Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbeaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004). Belakangan ini masyarakat sudah mulai menggunakan obat-obatan alami dalam mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah penggunaan minyak dari biji pala yang memiliki cukup banyak kegunaan. Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri Pada Biji Pala, sehingga dapat mengetahui pengaruh waktu untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang maksimal dengan metode destilasi air.

15 1.2 Permasalahan Berapa waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang maksimal dari biji pala dengan metode destilasi air. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang maksimal dari biji pala dengan metode destilasi air. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kadar minyak atsiri yang maksimal dari biji pala dengan metode destilasi air dan cara menguji minyak biji pala tersebut.

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pala Tanaman pala telah dipustakakan secara paten dengan nama ilmiah Myristica fragans Houtt merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam family Myristicaceae, yang mempunyai sekitar 200 species. Tanaman ini jika pertumbuhannya baik dan tumbuh dilingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya dapat mencapai meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul. Daunnya berwarna hijau mengkilap dengan ukuran panjang cm dan panjang tangkai daun sekitar 1-1,5 cm. Tanaman ini sebagian besar adalah berkeping satu, namun sering diketemukan pula berkeping dua dan hermaphrodite. Tanaman berkeping satu artinya pada satu pohon terdapat bunga jantan yang menghasilkan tepung sari dan terdapat pula bunga betina yang menghasilkan putik. Sedangkan tanaman yang berkeping dua artinya pada satu pohon hanya terdapat bunga betina saja atau hanya terdapat bunga jantan saja. Kemudian tanaman hermaphrodite artinya dalam satu bunga terdapat benang sari penghasil tepung sari dan terdapat pula putik yang akan diserbuki.

17 Tanaman pala sebenarnya memiliki beberapa jenis, antara lain : 1. Myristica fragrans Houtt, merupakan pala yang banyak manfaatnya dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi daripada jenis pala lainnya. 2. Myristica argenta Ware, jenis pala ini banyak terdapat di Irian Jaya dengan nama Henggi. 3. Myristica specioga Ware, Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. 4. Myristica sucedona BL, produksinya rendah sehingga nilai ekonominya pun rendah. 5. Myristica malabarica Lam, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi (Sunanto, 1993). Klasifikasi tanaman Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Dicotyledone : Magnoliales : Myristicaceae : Myristica : Myristica fragans Houtt (Hasanah, 2011). Buah untuk keperluan rempah biasa dipetik pada umur 9 bulan sejak mulai persarian bunga. Bentuk biji bulat telur hingga lonjong, mempunyai tempurung berwarna coklat tua dan licin permukaannya bila sudah cukup tua dan kering. Namun bila buah masih muda atau setengah tua, setelah dikeringkan warnanya

18 menjadi coklat muda di bagian bawah dan coklat tua di bagian atasnya dengan permukaan yang keriput dan beraluran. Biji dan fuli yang berasal dari buah yang cukup tua dimanfaatkan sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah yang muda dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala karena kandungan minyak atsirinya yang jauh lebih tinggi daripada biji yang berasal dari buah yang tua. Biji pala yang banyak diperlukan sebagai obat berkadar minyak atsiri yang tidak kurang dari 5% volume berat, sedangkan kadar minyak atsiri serbuk tidak kurang dari 4% (Rismunandar, 1990). 2.2 Minyak Pala Minyak pala merupakan minyak atsiri yang dapat diperoleh dari biji buah pala dengan cara penyulingan. Minyak pala tidak berwarna atau kuning dengan odor dan rasa seperti pala, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol. Di daerah Aceh dan Sumatera Barat, penyulingan pala tersebut sudah dilakukan dalam skala besar dan modern, sebab daerah-daerah tersebut sekarang ini merupakan pusat-pusat produksi pala. Untuk dapat menghasilkan minyak pala yang berkualitasnya baik dibutuhkan kualitas biji pala yang baik pula, terutama umur buah pala harus sungguh-sungguh sudah tua (umur petik buah). Data empirik kandungan minyak pala berdasarkan umur petik buah dapat dilihat pada table 1 berikut ini :

19 Tabel 2.1 Kandungan minyak berdasarkan umur petik buah pala (Sunanto,1993) Umur Petik (bulan) Kadar Air (%) Kadar Minyak (%) A B C Keterangan Bijinya disebut biji halus atau saring. Ukuran biji kering sebesar biji kacang tanah. Biji belum dibalut fuli dan cangkang (tempering) Bijinya sering disebut biji bolong atau biji kasar, sebab jika disimpan lama akan mudah busuk dan berlubang. Ukuran bijinya sebesar biji pinang, sudah dibalut fuli, cangkang (tempurungnya) lunak Fuli sudah berwarna merah, cangkang (tempurung) berwarna hijau kecoklatan dan keras. Sebaliknya biji pala pada umur ini digunakan sebagai rempah-rempah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar minyak atsiri yang terbesar adalah pada buah yang berumur 3-4 bulan dipohon. Jika mengalami kesulitan dalam memilih buah pala yang umurnya seragam yakni 3-4 bulan, maka buah-buah pala dari berbagai umur petik dapat dicampur dan diusahakan agar perbandingan umur petik A : B : C adalah 2 : 1 : 1 (Sunanto,1993).

20 Pala (Myristica fragans), yang merupakan tanaman asli pulau Banda (Maluku), juga memiliki aktivitas yang serupa dengan dringo dan parsley, karena minyak atsiri pala ini mengandung senyawa elemisin, miristisin, dan safrol yang memiliki struktur molekul yang mirip dengan asaron dan apiol (Agusta, 2000). Kandungan zat-zat pada bijinya adalah : a. Minyak atsiri sampai 10%, berisi miristin (yang bersifat membius) sekitar 4%, pinen, 80% kamfer, 8% dipente, safrol 0,6 %,egenol, ko-egenol dan alcohol 6% b. Minyak lemak sekitar 40%, berupa gliserida dari asam miristinat, asam oleat dan azam linoleat, c. Abu 4%, zat putih telur 25% sampai 40%, pati dan gula. Demikian banyak kandungan zatnya, sehingga banyak diperlukan sebagai bahan obat karminativa, stimulansia setempat terhadap saluran pencernaan. Miristin banyak diperlukan bagi obat pembius, menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat pernafasan (Kartasapoetra,1992) Komposisi Kimia Pala Pada prinsipnya komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16% dengan rata-rata pada 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-40%., karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6%. Setiap 100 g daging buah pala mengandung air sekitar 10 g,protein 7 g, lemak 33 g, minyak yang menguap (minyak atsiri) dengan komponen utama monoterpen hidrokarbon (61-88% seperti alphapinene, beta pinene, sabinene), asam monoterpenes (5-15%), aromatic eter (2-18% seperti myristicin, elemicin,

21 safrole). Biji pala kaya akan lemak sehingga dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak pala. Daging buah pala kaya akan kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi. Daging buah pala mengandung 29 komponen volatil (senyawa yang mudah menguap) dengan 23 komponen telah teridentifikasi dan 6 komponen lain belum teridentifikasi. Komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah á-pinen (8,7%), â-pinen (6,92%), 3-karen (3,54%), D-limonen (8%), á-terpinen (3,69%), 1,3,8-mentatrien (5,43%), ã- terpinen (4,9%), á-terpineol (11,23%), safrol (2,95%), dan miristisin (23,37%) (Agoes, 2010) Manfaat Pala Adapun manfaat dari pala tersebut adalah : 1. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi dan penyegar ruangan 2. Biji pala bersifat karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan, spasmolitik dan antiemetik (anti mual) 3. Minyak pala juga digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut, diare dan bronkhitis 4. Pala juga berguna untuk mengurangi flatulensi, meningkatkan daya cerna, mengobati diare dan mual. Selain itu juga untuk desentri, maag, menghentikan muntah, mulas, perut kembung serta obat rematik 5. Senyawa aromatik Pala myristicin, elimicin, dan safrole sebesar 2-18% yang terdapat pada biji dan bunga pala bersifat merangsang halusinasi

22 6. Memakan maksimum 5 g bubuk atau minyak pala mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan muntah, kepala pusing dan mulut kering, komponen myristisin danelimisin mempunyai efek intoksikasi 7. Biji pala juga digunakan dalam dosis kecil sebagai bumbu masakan daging dan sup. Fulinya lebih disukai digunakan dalam penyedap masakan, acar, dan kecap (Samiran, 2006). 8. Minyak atsiri dalam daging buah pala mengandung komponen myristicin dan monoterpen. Komponen myristicin dalam daging buah pala dapat menimbulkan rasa kantuk. 9. Minyak pala juga memiliki kemampuan lain, yaitu dapat mematikan serangga (insektisidal), antijamur (fungisidal), dan antibakteri dan minyak atsiri biji pala mempunyai sifat antioksidan yang kuat. 10. Aroma minyak pala melalui sistem sirkulasi udara berfungsi untuk meningkatkan kualitas udara dan lingkungan. Untuk tujuan yang sama akhir-akhir ini banyak dijumpai penggunaannya dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk potpourri, lilin beraroma, atomizer dan produk-produk pewangi lainnya (Rismunandar, 1990). 11. Daging buah pala juga sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya : Asinan pala, Manisan pala, Jeli pala, Dodol pala, Permen gelatin, Marmelade, Selai pala, Kristal daging buah pala, Obat sariawan. 12. Rendemen minyak pala sekitar 7-15%, mengandung unnsur-unsur: eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrdole, aldehyde, terpene, dan cairan bebas. Minyak- minyak itu berwarna kuning.

23 Bersamaan dengan minyak permen (peppermint oil) digunakan untuk penyegar pasta gigi; bersama dengan minyak cengkeh, vanili, cassia, digunakan sebagai pencampur aroma tembakau (Harris, 1987). 13. Lemak biji pala sebagian besar diolah di Eropa dan diperdagangkan sebagai volatile oil of nutmeg. Minyak ini digunakan untuk membuat minyak wangi,parfum, dan sabun. Keistimewaan dari minyak pala adalah tidak menjadi tengik dalam waktu yang relatife lama (Sunanto, 1993). 14. Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada produkproduk berbasis daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralkan bau yang tidak menyenangkan dari rebusan kubis (Librianto, 2004). 2.3 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri juga sebagai formula obat dan kosmetik tertua yang diketahui manusia dan diklaim lebih berharga daripada emas (Agusta, 2000). Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah dikenal sejak tahun SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan keagamaan, pengobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenasah. Sejak zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di Indonesia masih sangat terbatas dan masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak atsiri tumbuhan secara tradisional dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air atau dalam minyak kelapa (Yuliani, 2012).

24 Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony, 1994). Bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komponen atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya. Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut di dalam minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000). Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan dan minuman (Yuliani, 2012). Satu jenis minyak atsiri, pada umumnya memiliki beberapa khasiat yang berbeda, misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri. Penelitian klinik memperlihatkan bahwa minyak atsiri sering membantu menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga penyakit, bakteri, virus, dan jamur tidak dapat hidup (Agusta, 2000) Komponen Minyak Atsiri Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik

25 mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut. Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam jumlah besar dan stearoptena dalam porsi keci, maka kegunaannya lebih diutamakan sebagai pemberi bau yang spesifik atau perancah (flavoring), sedangkan jika minyak atsiri mengandung lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alcohol, keton, fenol, ester dari fenol, oksida, dan ester, lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu jenis penyakit (Agusta,2000) Penggolongan minyak atsiri Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: a. Golongan hidrokarbon Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian

26 besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen. b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua.senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen. Komponen-komponen kimia dalam kedua golongan persenyawaan ini berbau wangi khas yang berbeda-beda pada setiap jenis minyak yang berlainan. Disamping itu, minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil, yang merupakan komponen yang tidak dapat menguap (Ketaren, 1985) Manfaat Minyak Atsiri a. Aromaterapi dan kesehatan Kandungan minyak atsiri memiliki efek menenangkan (relaxing). Senyawa minyak atsiri yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi system limbik atau pengatur emosi. Minyak atsiri yang tercium oleh hidung akan berikatan dengan reseptor penangkap aroma. Setelah itu, reseptor akan mengirim sinyal-

27 sinyal kimiawi ke otak dan akan mengatur emosi seseorang. Karena itu, minyak atsiri biasanya digunakan sebagai campuran ramuan aromaterapi untuk menangani masalah psikis. Selain memiliki aroma yang menenangkan, minyak atsiri juga memiliki manfaat untuk kesehatan, seperti antiradang dan antiserangga. b. Memiliki Aroma Wangi Wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai campuran wewengan atau parfum. Tidak hanya sebagai sumber wangi, minyak atsiri juga berperan sebagai pengikat bau (fixative perfume). Efek wewangian yang berasal dari minyak atsiri juga digunakan untuk beberapa produk seperti sabun, pasta gigi, sampo, lotion, deodorant, pembersih, penyegar, dan tonik rambut. Selain itu, minyak atsiri dapat digunakan sebagai pengharum ruangan dan udara. Misalnya, minyak atsiri mampu menghilangkan partikel logam racun dari udara, memikat oksigen, dan menambahkan ion negative. Ppenggunaan minyak atsiri sebagai bahan baku pengharum ruangan dapat membuat udara diruangan menjadi lebih bersih, segar dan tidak pengap. c. Bahan Tambahan Makanan Dalam pembuatan makanan, minyak atsiri juga memiliki peranan yang cukup penting. Minyak atsiri berguna sebagai penambah aroma dan rasa, khususnya untuk makanan olahan. Selain itu, minyak atsiri dapat menambah cita rasa makanan.

28 d. Pestisida Alami Dalam budidaya pertanian, beberapa wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri tidak disukai oleh serangga dan hama pengganggu tanaman. Karena itu, banyak petani yang menggunakan minyak atsiri untuk membasmi serangga. Misalnya, petani sering menggunakan minyak akar wangi sebagai pembasmi rayap. Beberapa minyak atsiri mengandung meti eugenol, yaitu zat yang dimanfaatkan oleh petani untuk membasmi lalat buah. Minyak atsiri yang mengandung meti eugenol diantaranya minyak daun cengkih, minyak pala, minyak salam dan minyak daun wangi (Rusli, 2000). 2.4 Cara Penyulingan Minyak Atsiri Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak atau pada bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong, atau digerus. Pemotongan atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri. Ada kalanya meskipun sudah dipotong-potong ternyata hanya sebagian minyak atsiri yang dapat terbebaskan (Sastrohamidjojo, 2004).

29 Namun demikian tidak semua bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri harus dipotong-potong. Bahan tanaman seperti bunga, daun atau bagianbagian tipis tidak berserat dapat disuling tanpa harus dipotong-potong. Sedangkan bahan yang berupa biji (buah-buahan) harus diremuk agar dinding-dinding sel pecah hingga minyak atsiri mudah lepas bila dikenai oleh uap. Akar, batang dan semua bahan berupa kayu harus dipotong-potong terlebih dahulu hingga kelenjarkelenjar minyak mudah menguap. Perlu diperhatikan bila bahan telah dipotong-potong atau diperkecil harus segera disuling. Bila tidak segera diproses maka minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap sebagian akan teruapkan. Ada dua hal yang dapat merugikan proses ini: pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh berkurang karena ada yang menguap. kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah, hingga akan mempengaruhi baunya. pada suhu kamar pada saat akan diproses (Sastrohamidjojo, 2004). Dalam perkembangan pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam penyulingan, yaitu : 1. Penyulingan dengan air (water distillation) Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika dibandingkan dua metode penyulingan yang lain. Pada metode ini, bahan yang akan disuling dimasukkan dalam ketel suling yang telah diisi air. Dengan begitu, bahan bercampur langsung dengan air. Selain metodenya sangat sederhana, bahan ketel pun relatife mudah didapatkan.

30 Pada metode ini, perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat berimbang, sesuai kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan udara keluar. Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa menuju ketel kondensator yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembusan (kondensasi). Selanjutnya, air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis. Metode penyulingan ini baik digunakan untuk penyulingan bahan berbentuk tepung dan bunga-bungaan. 2. Penyulingan dengan uap dan air (water and steam distillation) Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan ini, bahan diletakkan atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan) yang terletak beberapa sentimeter diatas permukaan air. Pada prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah. Dibandingkan dengan cara pertama (water distillation), perbedaannya hanya terletak pada pemisahan bahan dan air. Namun, penempatan keduanya masih dalam satu ketel suling. Air dimasukkan kedalam dasar ketel hingga 1/3 bagian ketel. Selanjutnya, bahan dimasukkan kedalam ketel suling hingga padat dan ketel ditutup rapat. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan.

31 Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator. Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki pemisahan. Pemisahaan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat jenis. Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata kedalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai C. Lama penyulingan relatife lebih singkat, rendemen minyak lebih besar, dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari sistem penyulingan dengan air. Adapun penyulingan ini terbagi atas dua, yaitu : 1. Penyulingan Langsung Pada cara penyulingan ini, bahan tumbuhan yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air. Dengan demikian, penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan ini seolah-olah memudahkan penanganan, tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, penggodokan ini menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki 2. Penyulingan Tidak Langsung Cara yang lebih melipatkan hasil serta meningkatkan mutu ialah memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak bahan tumbuhan yag diolah. Bahan tumbuhan diletakkan di tempat tersendiri yang dialiri dengan uap air, yaitu diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987).

32 3. Penyulingan dengan uap Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini jika digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang, maupun biji-bijian yang relatife keras. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan uap yang rendah (kurang lebih dari 1 atm), kemudian secara berangsur-angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kerang lebih 3 atm. Jika permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi, maka komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan dianggap sudah habis bersuling, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi yang bertujuan untuk menyuling komponen kimia yang yang bertitik didih tinggi (Armando, 2009).

33 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada penentuan kadar minyak atsiri pada biji pala, digunakan bahan dan metodologi sebagai berikut : 3.1. Alat-alat - Neraca analitik sartorius - Labu didih berkapasitas 1 liter pyrex - Volatile oil trap pyrex - Kondensor reflux - Beaker glass pyrex - Spatula - Batu didih 3.2. Bahan - Aquadest 500 ml - Serbuk biji Pala 35 gram

34 3.3. Prosedur Penentuan Kadar Minyak Atsiri 1. Serbuk biji pala ditimbang dengan teliti mendekati gram dan dimasukkan kedalam labu didih 2. Aquadest ditambahkan kedalam labu didih sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan batu didih ditambahkan pula kedalamnya 3. Labu didih disambungkan dengan volatile oil trap dan tambahkan aquadest ke dalam trap 4. Volatile oil trap disambungkan lagi dengan kondensor refluks, labu didih tersebut beserta isinya dipanaskan selama (4,6 dan 8 jam) 5. Destilasi dihentikan apabila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes 6. Labu didinginkan pada suhu kamar sampai lapisan minyak terlihat dengan jelas 7. Minyak yang tertampung dibaca volumenya 8. Minyak yang didapat dihitung kadarnya

35 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Minyak atsiri dapat diproduksi melalui metode penyulingan dengan air. Pada metode ini, bahan tanaman, yaitu biji pala mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Minyak akan tertampung di volatile oil trap dan dapat dihitung kadarnya. Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Analisa Minyak Atsiri dari Biji Pala No. Berat Sampel (gram) Waktu (jam) Volume Aquadest (ml) Kadar Minyak Atsiri (%) Perhitungan Kadar minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Kadar minyak atsiri (%) = vvvvvvvvvvvv mmmmmmmmmmmm yyyyyyyy dddddddddddd bbbbbbbbbb ssssssssssss 100 %

36 1. Berat pala : g Volume minyak Waktu : 2,3 ml : 4 jam Kadar minyak atsiri(%) = 2,3 mmmm 35,0013 gg 100 % = 7 % 2. Berat pala : 35,0002 g Volume minyak Waktu : 2,7 ml : 6 jam Kadar minyak atsiri (%) = 2,7 mmmm 35,0002 gg 100 % = 8% 3. Berat pala : 35,0006 g Volume minyak Waktu : 1,7 ml : 8 jam Kadar minyak atsiri (%) = 1,7 mmmm 35,0006 gg 100 % = 5 %

37 4.3 Pembahasan Dari data dapat dilihat bahwa minyak yang didapat dari hasil destilasi sangat berpengaruh pada waktu dimana pada waktu 4 jam menghasilkan minyak atsiri 7 %, 6 jam menghasilkan minyak atsiri 8 % dan 8 jam menghasilkan minyak atsiri 5 %. Sehingga untuk hasil maksimal dapat digunakan waktu 6 jam. Minyak atsiri yang didapatkan pada waktu 8 jam sangat sedikit yaitu 5 %, hal ini disebabkan karena pengaruh suhu yang terlalu tinggi. Pada proses destilasi, pengaruh hasil minyak atsiri dapat terjadi jika adanya pemanasan yang berlebihan dan senyawa yang terkandung didalam biji pala akan berkurang. Sehingga, hasil yang didapatkan sangat sedikit. maka, untuk memperoleh hasil yang baik penempatan suhu harus diperhatikan. ( Proses penyulingan minyak atsiri dengan metode destilasi air sangat berpengaruh pada air yang digunakan sehingga sering menyebabkan terjadinya hidrolisis. Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecahkan molekul air (H 2 O) menjadi kation hidrogen (H + ) dan anion hidroksida (OH - ) melalui proses kimia. ( Pada sistem destilasi air, bahan yang akan disuling langsung kontak dengan air mendidih. Suatu kelebihan penyulingan dengan air (water distillation) adalah kemudahan prosesnya karena menggunakan metode yang sangat sederhana yaitu perebusan dan waktu yang dibutuhkan singkat, bahan yang akan disuling dimasukkan ke dalam labu berisi air lalu dipanaskan. Kekurangannya adalah tidak baik digunakan untuk bahan-bahan yang fraksi sabun, bahan yang larut dalam air karena dapat membuat peluang terjadinya hidrolisa pada konstituen minyak yang

38 sangat besar. Selain itu, resiko terjadinya hangus atau gosong sangat tinggi bila pemanasan tidak dilakukan secara merata (Lansida, 2010). Penentuan kadar minyak atsiri menggunakan air memiliki titik didih lebih tinggi daripada minyak pala sehingga distilasi dapat dilakukan. Minyak atsiri yang diperoleh sebesar 8 % pada waktu 6 jam merupakan waktu yang optimum untuk melakukan destilasi minyak karena minyak atsiri yang dihasilkan sangat besar.

39 BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap minyak pala melalui metode destilasi air, diperoleh kadar minyak atsiri sebesar 7% untuk waktu 4 jam, 8% untuk waktu 6 jam dan 5% untuk waktu 8 jam. Sehingga, waktu optimum untuk destilasi minyak pala adalah 6 jam. 5.2 Saran Diharapkan kepada mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian untuk memdapatkan minyak atsiri dengan cara metode ekstraksi.

40 DAFTAR PUSTAKA Agoes, H.A Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Agusta, A Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB Armando, R Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Harris, R Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hasanah, Y Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press. Kartasapoetra, G Budi Daya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Rineka Cipta Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Bogor : IPB Lansida, Proses Penyulingan Minyak Atsiri. Lansida. blogspot. Com /2010/12/Proses-Penyulingan-Minyak-Atsiri html. Diakses pada 28 mei 2014 Librianto, B.Y Ekstraksi Oleoresin Pala dari Ampas Penyulingan Minyak Pala Menggunakan Pelarut Organik. Skripsi Fateta. IPB. Lutony, T.L Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Rismunandar, Budidaya dan Tataniaga pala. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Rusli, M.S Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka Samiran, Cara Alami Mengundang Kantuk. Majalah Intisari. Edisi No.517 ; XLIII. Sastrohamidjojo, H Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Susanto, H Budidaya pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Yuliani, S Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

41 Lampiran 1. Gambar Alat Pada Kadar Minyak Atsiri biji pala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pala telah dipustakakan secara paten dengan nama ilmiah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pala telah dipustakakan secara paten dengan nama ilmiah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pala Tanaman pala telah dipustakakan secara paten dengan nama ilmiah Myristica fragans Houtt merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Pala atau Myristica fragrans Houtt adalah termasuk familia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Pala atau Myristica fragrans Houtt adalah termasuk familia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pala Tanaman Pala atau Myristica fragrans Houtt adalah termasuk familia Myristicaceae, yang tumbuh di Indonesia, terutama di Maluku. Pohon pala merupakan tanaman berumah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Pala Tanaman pala berasal dari Malaise Archipel, yaitu dari gugusan kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya termasuk pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 3.1.1 Prinsip Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. Tambahkan air dan didihkan. Selanjutnya disambung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Minyak Atsiri Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatic adalah kelompok besar minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Atsiri Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah lama dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir kuno dan digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

II. MINYAK PALA INDONESIA

II. MINYAK PALA INDONESIA II. MINYAK PALA INDONESIA 2.1. Agroindustri Minyak Pala Minyak pala sebagai salah satu jenis produk minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan komoditas ekspor. Volume ekspor minyak pala pada

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan BAB I PENGANTAR Dalam era globalisasi, penting bagi indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

2014 OPTIMASI KONDISI HIDROGENASI ETANOL-NATRIUM UNTUK MENINGKATKAN KADAR MENTOL PADA MINYAK PERMEN

2014 OPTIMASI KONDISI HIDROGENASI ETANOL-NATRIUM UNTUK MENINGKATKAN KADAR MENTOL PADA MINYAK PERMEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya seperti rempah-rempah. Banyak rempah-rempah Indonesia yang telah diketahui khasiatnya, hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil

Lebih terperinci

Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India, Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan Pasifik, India Barat, Brazil dan Florida.

Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India, Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan Pasifik, India Barat, Brazil dan Florida. MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK NABATI MINYAK KEMIRI Disusun Oleh: ANISYA DWI S. ( I1506009 ) FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINYAK KEMIRI SEJARAH Kemiri berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Jeringau Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari membahas masalah bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan umum diminati

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN 1-1. Bab I-Pendahuluan

BABI PENDAHULUAN 1-1. Bab I-Pendahuluan Bab I-Pendahuluan 1-1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jeruk adalah salah satu jenis buah yang mudah diperoleh dan disukai oleh masyarakat. Biasanya jeruk dikonsumsi sebagai buah segar atau dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan ternyata tanaman

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA (Myristica fragans Houtt) TUGAS AKHIR

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA (Myristica fragans Houtt) TUGAS AKHIR PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA (Myristica fragans Houtt) TUGAS AKHIR OLEH: YOHANNA N.P. CIBRO NIM 102410048 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak atsiri Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI PADA BIJI PALA TUGAS AKHIR OLEH: AGUSTINA K PURBA NIM 112410003 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan berbagai tanaman rempah-rempah selain India, Cina, dan Brazil. Salah satu produk rempah-rempah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Manis Gambar 1. Kulit Batang Kayu Manis (Dwijayanti, 2011) 1. Sistematika Tumbuhan Sistematika tumbuhan kayu manis menurut Soepomo, 1994 adalah: Kingdom Divisi Kelas Ordo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pala (Myristica fragrans HOUTT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pala (Myristica fragrans HOUTT) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pala (Myristica fragrans HOUTT) Pala (Myristica fragrans HOUTT) merupakan tanaman buah asli Indonesia, yang awalnya banyak ditemukan di Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kemiri Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, 2016 Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan).

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : 10 11 4210 1 INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE 1). Pengertian Tempe Tempe adalah makanan yang dibuat dari

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana,

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hortikultura merupakan salah satu dari hasil kekayaan alam Indonesia, terutama buah-buah serta biji-bijian yang menempati posisi paling penting dalam hal pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bunga kenanga dengan kadar air 82 %, kadar protein 17,30% dan kadar minyak 1,6 %. Masing-masing penyulingan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Hari / Tanggal Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 dan 1 November 2014.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Hari / Tanggal Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 dan 1 November 2014. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Hari / Tanggal Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 dan 1 November 2014. 1.2 Tujuan Praktikum Dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap sampel tumbuhan

Lebih terperinci

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI SKRIPSI APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG Oleh : MAULITA NOVELIANTI F24103090 2007 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar penyakit kulit dengan manifestasi klinik berupa abses pada kulit, nanah dan bisul. Infeksi pada kulit

Lebih terperinci

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang sangat berperan pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa adanya faktor predisposisi

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat Oleh: Nabila Fatin Aisiah M0614026 S1 Farmasi 2014 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sangat potensi sebagai komoditas perdagangan di dalam dan luar negri (ekspor).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati melimpah di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Cengkeh Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari kepulauan Maluku. Diselundupkan untuk dibudidayakan di Malagasi dan Tanzania oleh para pedagang Arab,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN MADU MADU ADALAH SUBSTANSI PEMANIS BUATAN ALAMI YANG DIPRODUKSI OLEH LEBAH MADU YANG BERASAL DARI BEBERAPA BUNGA ATAU SEKRESI TUMBUHAN. Kandungan Madu Gula

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam. Secara biologis, minyak atsiri merupakan

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Pala 2.1.1 Sistematika Tanaman Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida :

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2.2 Manfaat - Untuk dapat mengetahui bobot jenis dan indeks bias pada minyak sereh apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Oleh: Dr. Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. Ir. Sujiman, M.P. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSATAKA. mudah patah. Sistematika tanaman cengkeh sebagai berikut: Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae.

TINJAUAN PUSATAKA. mudah patah. Sistematika tanaman cengkeh sebagai berikut: Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae. TINJAUAN PUSATAKA Botani Tanaman Cengkeh Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan tahun

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu :

I. TINJAUAN PUSTAKA. Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu : I. TINJAUAN PUSTAKA A. Biji Kacang Merah Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu : 1. Kulit biji (spermodermis). Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumen), oleh sebab

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci