KEBIJAKAN ECOLABEL JERMAN TERHADAP IMPOR KOPI INDONESIA. Gladiola 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN ECOLABEL JERMAN TERHADAP IMPOR KOPI INDONESIA. Gladiola 1"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (3): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2015 KEBIJAKAN ECOLABEL JERMAN TERHADAP IMPOR KOPI INDONESIA Gladiola 1 Abstrak German ecolabel policy was adopted by European Union policy towards imports coffee regarding the quality standard the import of food and beverages that must be fulfilled by exporting countries to be able to market their products in the European Union. Each member of countries of the European Union shall follow the rules and each country has rights to add other conditions at the discretion of each country. The aim of this research is to know the reason German does ecolabel policy towards imports indonesian coffee as a protection towards the coffee quality that enter the Germany market. Organic ecolabel is a condition that must be fulfilled by Indonesia to enter the German market. Therefore, both the government and businessmen coffee continue to improve the coffee quality by using the concept of green marketing to be able to compete with coffee exporters from other countries. Kata Kunci: German Ecolabel Policy, Indonesian Coffee, Protectionism Pendahuluan Kopi merupakan komoditas yang diminati hampir di seluruh negara. Tidak hanya di Indonesia, di negara-negara lain kopi menjadi minuman yang dicari. Di tingkat global, Indonesia adalah salah satu negara produsen kopi terbesar, setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Korea, Malaysia, dan negara-negara Uni Eropa. Diantara negaranegara Uni Eropa lainnya, Jerman adalah negara dengan tingkat konsumsi kopi paling tinggi yaitu sekitar 23 % dari total konsumsi kopi di Uni Eropa. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Euromonitor International Market Research pada tahun 2013, Jerman berada diperingkat pertama dalam impor kopi di kawasan Eropa yakni sebesar 375,4 ribu ton. Hasil dilihat dari pembelian kopi ditingkat retail berdasarkan volume. 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. ollala_voertado@yahoo.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: Umumnya masyarakat dari negara-negara maju memiliki tingkat kepedulian lingkungan yang tinggi dibanding masyarakat di negara-negara berkembang, salah satunya adalah masyarakat Jerman yang mempunyai kesadaran yang tinggi akan arti kesehatan dan perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini mengakibatkan konsumsi produk berlabel organik semakin meningkat setiap tahunnya. Sehingga Pemerintah Jerman semakin selektif terhadap barang barang yang masuk ke dalam negaranya, terlebih untuk produk perkebunan seperti kopi. Jerman menentukan impor kopi dengan standar ecolabel yang diterapkan oleh pemerintah terhadap semua barang yang masuk ke Jerman. Ecolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan. Program ecolabel Blue Angel di Jerman yang dimulai tahun 1977 merupakan program ecolabel pertama di dunia. Keberhasilan Blue Angel kemudian mengilhami pengembangan dan penerapan program sejenis di berbagai negara. Sedangkan untuk produk kopi, Jerman menerapkan standar ecolabel seperti produk yang berlabel organik, UTZ Certified, Fairtrade, Reinforest Alliance, dan 4C (Common Code For The Coffee Cummunity). Program pengembangan ekspor kopi yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta dilakukan dengan tujuan mendukung upaya untuk meningkatkan daya saing global produk, meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil kopi. Sehingga dengan melakukan perdagangan internasional maka akan membangun jaringan bisnis global dan bisa selalu mengikuti perkembangan produk dan industri di Pasar Internasional dengan selalu mengupayakan berbagai strategi diantaranya adalah pengembangan ekspor, terutama ekspor nonmigas, baik barang maupun jasa. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk dapat masuk ke pasar Uni Eropa terutama Jerman. Terutama dengan memenuhi standar ecolabel pada produk kopi. Pemerintah Indonesia dan Jerman melakukan berbagai usaha dalam menangani penurunan kualitas dan kuantitas kopi dengan standar ecolabel Jerman. Landasan Teori dan Konsep Konsep Proteksionisme Kebijakan perdagangan proteksionis muncul sebagai koreksi terhadap kebijakan perdagangan bebas. Perdagangan bebas dianggap hanya 630

3 Kebijakan Ecolabel Jerman Terhadap Impor Kopi Indonesia (Gladiola) menguntungkan negara-negara maju dan tidak memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang. Proteksionisme adalah pola sikap atau kecenderungan suatu negara untuk memberikan perlindungan bagi hasil produksi dalam negeri dengan mengambil langkah membatasi masuknya barang impor. Proteksionisme dalam buku Dominick adalah kebijakan ekonomi yang membatasi perdagangan antar negara melalui cara tata niaga, pemberlakuan tarif bea masuk impor (tariff protection), jalan pembatasan kuota (non-tariff protection), sistem kenaikan tarif dan aturan berbagai upaya menekan impor bahkan larangan impor. Kebijakan perdagangan proteksionis juga didasarkan pada beberapa alasan berikut ini : 1. Tingkat pengangguran yang tinggi. Hal ini dikaitkan dengan perlunya membuka lapangan kerja baru. Bila tingkat pengangguran tinggi, maka produk impor dibatasi sehingga didalam negeri terbuka lapangan kerja baru. Yang termasuk kebijaksanaan pemerintah dibidang industri antara lain: Padat karya : Industri yang menggunakan tenaga kerja yang banyak. Padat modal : Industri yang menggunakan mesin sehingga tenaga kerjanya sedikit. 2. Demi tujuan industrialisasi dalam negeri. Apabila suatu negara mulai mengadakan industrialisasi, harus membatasi impor agar produksi dalam negeri laku atau terserap pasar, dengan tujuan : a. Melindungi industri muda atau yang baru muncul. b. Mengembanngkan industri strategis dalam negeri misalnya industri baja, semen. 3. Untuk mengembangkan neraca perdagangan. Dalam hal ini yang dituju adalah ekspor (E) lebih besar dari pada impor (I). Bila ekspor lebih ke cil dari pada impor maka dilakukan proteksi. 4. Memancing investasi asing ke dalam negeri. Membangun industri substitusi impor (ISI) dengan tujuan agar negara lain mengadakan investasi. Contoh, susu Cap Nona atau susu Cap Bendera dulunya impor, kemudia impor dihentikan sehingga mereka membuat pabrik susu di Indonesia. 5. Kebijakan perdagangan proteksionis yang dianut oleh sebagian besar negara juga diharapkan dapat menjadi sumber penerimaan negara, yaitu dengan mengenakan tarif yang tinggi terhadap barang-barang impor. Dalam kenyataannya, terdapat beberapa bentuk proteksionisme yang digunakan oleh hampir semua negara, yaitu dalam bentuk tariff/ bea cukai (tariff barriers) dan dalam bentuk non tariff (Non Tariff Bariers). 1. Tarif atau Bea Cukai (Tariff Barriers) Tarif atau bea cukai dilakukan dengan mengenakan bea masuk yang tinggi untuk produk impor. 2. Non Tarif (Non Tariff Barriers) 631

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: Non tarif adalah hambatan yang dilakukan tidak ke peningkatan/ mahalnya bea masuk tetapi tetap bersifat hambatan, antara lain melalui: a. Subsidi, memberikan bantuan dan kemudahan bagi produksi dalam negeri sehingga hasil produksi dalam negeri menjadi lebih murah dari produksi impor. b. Kuota, memberikan pembatasan jumlah produk asing yang diimpor. c. Perubahan nilai tukar mata uang asing, yaitu ketika suatu negara tidak mau menerima apabila barang tidak laku sehingga harga barang diturunkan, melalui penurunan nilai tukar mata uang asing. d. Buy Local Legislation, adanya undang-undang atau peraturan di suatu negara yang mengharuskan penduduknya membeli produk dalam negeri. e. Penerapan syarat-syarat tertentu, yang bertujuan untuk menghambat masuknya produk impor. Contoh: syarat Non-CFC di Eropa, Ozon Friendly di Amerika, Halal di Indonesia f. Pemberlakuan sertifikasi mutu produk, yaitu setiap produk impor merupakan produksi dari produsen yang memiliki sertifikasi mutu. Contoh: produk dengan mutu ISO g. Penangguhan prosedur administrasi (administration delay), yaitu barang tidak bisa keluar dari pelabuhan karena persyaratan administrasinya kurang dan sengaja diperlambat atau ditunda-tunda. h. Syarat pertimbangan timbal balik (Reciprocal Requirements), suatu negara hanya mau mengimpor jika negara lain mau mengimpor dari negara tersebut. Proteksionisme yang dilakukan oleh kawasan sangat mempengaruhi laju perdagangan. Jerman yang terletak di benua Eropa maka Jerman pun mengikuti kebijakan kebijakan perdagangan yang dibuat oleh Uni Eropa. Penerapan proteksionisme pada pasar Eropa Barat pun berkembang pesat dan komunitas Eropa bernegosiasi dengan pihak non-anggota sebagai suatu blok yang telah bersatu. Hal ini membuat Jerman memberlakukan proteksionisme untuk memberi ruang bernapas pada industri domestik, ketika kondisi pasar berubah atau ketika adanya kompetitor baru di pasar dalam negeri. Proteksionisme ini memberi waktu kepada industri dalam negeri untuk beradaptasi dengan lingkungan pasar yang berubah. Proteksionisme juga bertujuan sebagai tindakan pertahanan diri dari produk perusahaan non-domestik atau dari negara lain untuk meningkatkan daya saing produk. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif eksplanatif yang berfungsi untuk menganalisis alasan Jerman melakukan kebijakan ecolabel terhadap impor kopi Indonesia. Serta teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif, dengan upaya pendeskripsian data dapat menghasilkan analisa yang sesuai dengan penelitian yang diangkat yaitu kebijakan ecolabel Jerman terhadap impor kopi Indonesia. 632

5 Kebijakan Ecolabel Jerman Terhadap Impor Kopi Indonesia (Gladiola) Hasil Penelitian Pasar Uni Eropa dikenal memiliki standar yang tinggi, bahkan standar Uni Eropa seringkali melebihi standar internasional pada umumnya. Regulasi produk impor di Uni Eropa tidak hanya regulasi pemerintah (regulasi resmi), tetapi juga ada regulasi tidak resmi berupa regulasi sektor swasta. Regulasi untuk produk kopi di Uni Eropa dapat dibagi menjadi dua, yaitu legal requirements dan non-legal requirements. Di Uni Eropa, Jerman adalah salah satu negara yang memiliki standar tinggi dalam penanganan kebijakan ecolabel, terutama dalam menetapkan batas standar mutu produk pangan impor dan keamanan pangan. Oleh karena itu, Jerman mengeluarkan ketentuan persyaratan standar kualitas minimum untuk produk makanan termasuk kopi yang boleh dipasarkan di negara-negara Jerman untuk meningkatkan nilai impornya dan untuk meningkatkan usaha perdagangan internasional, dalam bentuk keragaman kualitas produk dan interkonektivitas yang tinggi karena perdagangan internasional sekarang dipengaruhi oleh unsur-unsur standarisasi lingkungan. Alasan Jerman Menerapkan Kebijakan Ecolabel Terhadap Impor Kopi Indonesia Sebagaimana yang diterangkan oleh Drs. T. May Rudi bahwa negara akan memberlakukan proteksi atau hambatan terhadap suatu produk impor melalui dua hal yaitu hambatan tariff dan non tariff. Dalam penerapan sistem ecolabel, Jerman menggunakan hambatan non tariff melalui penerapan syaratsyarat tertentu dan pemberlakuan sertifikasi mutu produk, dalam menentukan impor kopi dengan standar ecolabel. Penerapan ecolabel Jerman terhadap produk-produk yang diekspor dari negara lain, yaitu dengan memberikan label terhadap produk yang diekspor dengan label organik, hal ini bertujuan bahwa produk makanan dengan label organik berarti memenuhi standar mutu kualitas yang telah ditetapkan oleh Jerman. Pemberian sertifikasi mutu produk adalah salah satu jenis proteksionisme melalui hambatan yang diberikan oleh negara tujuan kepada negara pengekspor. Keberadaan ecolabel Jerman terhadap produk yang masuk ke Jerman membuat negara - negara pengekspor menjadi lebih ketat dalam mengolah dan menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu ecolabel Jerman. Produk pangan kopi dapat dilabel sebagai produk olahan organik, apabila mengandung bahan pangan organik minimal 95% dari total volume atau berat produk, tidak termasuk garam dan air. Untuk mendapat pengakuan sebagai sebuah produsen kopi yang tersertifikasi, produk tersebut harus ditinjau terlebih dahulu melalui uji standar penilaian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga sertifikasi yang dipercaya konsumen, seperti Organic, Fair Trade, Rainforest Alliance, 4C (Common 633

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: Code), dan sebagainya. Tiap lembaga sertifikasi tersebut memiliki standar dan nilai tambah yang berbeda-beda satu sama lain. Bagi Jerman, Penerapan kebijakan ecolabel digunakan sebagai proteksi dengan menyeleksi secara ketat dan melindungi kualitas mutu terhadap produk kopi yang masuk kenegaranya sehingga negara eksportir mampu bersaing dengan kompetitor baru di pasar dalam negeri, Jerman juga menjaga agar harga produk impor tidak menurun. Menurut pengatur kebijakan proteksionis, nilai tukar ( terms of trade) barang manufaktur, yaitu ekspor utama negara-negara maju, sering dinilai lebih tinggi dari nilai tukar barang primer, yaitu ekspor utama negara-negara berkembang. Itulah yang menjadi alasan utama timbulnya kebijakan perdagangan proteksionis. Jerman memberlakukan kebijakan proteksionis hampir di semua negara. Selain menggunakan proteksi non tariff, Jerman juga menggunakan proteksi melalui tarif atau bea masuk. Beberapa diantaranya adalah melalui kuota, subsidi, dan larangan impor. 1. Tarif atau Bea Masuk Tarif atau bea masuk adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan baik barang impor maupun ekspor. Tarif bea masuk untuk impor kopi Indonesia ke Jerman untuk kopi digonseng sebesar UER 2.19/Kg. Hal ini dapat terlihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 : Pemberlakuan Tambahan Bea Cukai Kopi Indonesia ke Jerman Germany Kopi digongseng: EUR 2.19/kg Kopi instan: EUR 4.78/kg. Untuk produk yang mengandung kopi digongseng ( roasted coffee), tarif yang berlaku tergantung kandungan roasted coffee per kilogram, sebagai berikut: 10g - 100g: EUR 0.12/kg > 100g - 300g: EUR 0.43/kg > 300g - 500g: EUR 0.86/kg > 500g - 700g: EUR 1.32/kg > 700g - 900g: EUR 1.76/kg Untuk produk yang mengandung instan kopi, tarif yang berlaku tergantung pada kandungan kopi instan per kilogram, sebagai berikut: 10g - 100g: EUR 0.26/kg > 100g - 300g: EUR 0.94/kg > 300g - 500g: EUR 1.91/kg > 500g - 700g: EUR 2.86/kg > 700g - 900g: EUR 3.83/kg Sumber : Export Helpdesk EU (2014) Regulasi ini adalah persyaratan tambahan selain aturan hukum, yang disebut dengan non-legal requirements. Non-legal requirements berupa 634

7 Kebijakan Ecolabel Jerman Terhadap Impor Kopi Indonesia (Gladiola) sertifikasi yang disertakan bersamaan dengan produk untuk menunjukkan masing negara. Ketentuan ini dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk melakukan ekspor ke negara Jerman. Seringkali importir Jerman akan mensyaratkan sertifikasi yang berbeda antara importir yang satu dengan yang lain. Akan lebih baik jika produsen memiliki tiga sertifikasi untuk meningkatkan fleksibilitas sehingga mampu menjual produk kopi ke beberapa importer yang berbeda. Memiliki beberapa sertifikasi juga menunjukkan kredibilitas produsen dalam memproduksi kopi dan meningkatkan kepercayaan dagang bahwa produk kopi yang dijual aman dan berkualitas. 2. Kuota Kuota adalah batas maksimum jumlah barang tertentu yang bisa diimpor dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Untuk perhitungan kuota impor kopi dari Indonesia ke Jerman, produsen dipermudah dengan adanya website khusus yang mencantumkan kode kopi yang akan di impor, dari mana asal kopi dan tujuan impor kopi. Hal ini disesuaikan dalam perjanjian Council Regulation (EC) 834/2007 dan Commission Regulation (EC) 889/2008 yang berisikan untuk produk pertanian yang masih hidup atau belum diproses atau produk pertanian olahan yang digunakan untuk makanan, pakan ternak, benih, maupun material vegetasi, diwajibkan memenuhi aturan produksi secara organik dan peraturan Uni Eropa. 3. Subsidi Subsidi terhadap biaya produksi barang domestik akan menurunkan harga, sehingga produksi domestik dapat bersaing dengan barang impor dan akan mendorong konsumen membelinya. Subsidi Jerman terhadap impor kopi dari Indonesia dimasukan dalam wacana perekonomian sesuai dengan ecolabel yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan untuk produk dalam negeri sendiri. 4. Larangan Impor Karena alasan-alasan tertentu, baik yang bersifat ekonomi maupun politik, suatu negara tidak menghendaki impor barang tertentu. Salah satu alasan Jerman menggunakan kebijakan proteksionisme selain untuk menahan laju ekspor Jerman terhadap kopi dari negara-negara berkembang yang tidak sesuai dengan mutu dan kualitas makanan yang diinginkan oleh negara Jerman. Kebijakan ini juga dipakai oleh Jerman agar negara-negara yang mengimporkan produknya mampu memberikan mutu dan kualitas yang ramah lingkungan sehingga mengurangi resiko kesehatan dikemudian hari. Untuk memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa dan Jerman, Indonesia mulai menerapkan produk organik untuk jenis kopi yang akan diekspor ke negara Jerman. Pemberlakuan label organik selain bertujuan untuk memenuhi standar Jerman, juga untuk meningkatkan daya saing produk kopi Indonesia terhadap produk kopi dari negara lain di pasar Jerman. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai produk kopi adalah dengan menerapkan 635

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: sistem pertanian berkelanjutan. Selain itu pemerintah juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya petani kopi maupun para pengusaha kopi untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dalam hal ini, dari hasil penelitian yang didapat ini menunjukan bahwa kebijakan ecolabel memberikan dampak positif kepada Indonesia karena, dengan adanya kebijakan ecolabel membuat pihak pemerintah maupun produsen kopi semakin berkreasi dan termotivasi untuk meningkatkan daya saing. Sementara itu, penerapan ecolabel di Jerman memberikan dampak positif kepada konsumen, karena konsumen dapat menilai dan memilih jenis produk kopi yang ingin mereka konsumsi. Selain itu label ecolabel dapat menjadi sarana informasi kepada konsumen mengenai proses, mutu, dan kualitas yang dimiliki oleh kopi tersebut. Ecolabel menjadi sarana untuk konsumen untuk mengetahui bahwa produk yang mereka beli aman untuk dikonsumsi dan proses pembuatannya tidak merusak lingkungan. Penerapan ecolabel kopi melalui program label organik, memberikan dampak positif pada pasar Jerman karena konsumen Jerman dikenal peduli terhadap kesehatan, lingkungan dan masalah sosial. Kualitas produk yang tinggi menjadi perhatian utama konsumen Jerman, terutama bagi kalangan tua dan pensiunan. Orang-orang Jerman akan lebih memilih mengganti produk mereka apabila mereka tidak puas dengan produk sebelumnya, misalnya kemasan dan model desain serta kualitas produknya. Dari segi ekonomi, penerapan program ecolabel organik menjadikan pasar Jerman sebagai tujuan utama para importir untuk memasarkan produk mereka di Jerman, hal ini membuat persaingan di pasar Jerman semakin meningkat dari tahun ketahun. Strategi Produsen Kopi Indonesia Menghadapi Penerapan Ecolabel Jerman Dalam menghadapi pasar global, para produsen kopi dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif serta mengikuti tuntutan pasar untuk mempertahankan konsumen. Pada masa saat ini, dimana global warming menjadi salah satu isu global telah merubah arah konsumtif pasar sehingga memaksa para produsen untuk beralih ke green marketing. Green Marketing adalah konsep yang harus digunakan oleh para produsen kopi jika ingin mempertahankan eksistensi di pasar kopi internasional terutama di negara-negara yang masyarakatnya memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, salah satunya adalah Jerman. Konsep Green Marketing adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh produsen kopi untuk menarik minat konsumen Jerman, dengan menggunakan label organik pada produk kopi mereka. Selain itu para produsen juga berupaya dengan menggunakan brand sebagai salah satu daya tarik konsumen. Strategi lain yang digunakan produsen kopi adalah dengan menerapkan bahasa Jerman dalam informasi yang tertera di kemasan produk, karena 636

9 Kebijakan Ecolabel Jerman Terhadap Impor Kopi Indonesia (Gladiola) sebagian besar masyarakat Jerman masih sedikit yang mengadopsi bahasa inggris. Kesimpulan Alasan Jerman menerapan kebijakan ecolabel adalah sebagai proteksi dengan menyeleksi secara ketat dan melindungi kualitas mutu terhadap produk kopi yang masuk kenegaranya sehingga negara eksportir mampu bersaing dengan kompetitor baru di pasar dalam negeri, Jerman juga menjaga agar harga produk impor tidak menurun. Dari hasil penelitian yang didapat ini menunjukan bahwa kebijakan ecolabel Jerman merupakan faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia ke Jerman. Karena kopi Indonesia harus memegang sertifikat organic label dengan ISO 14000, karena Jerman tetap lebih memilih untuk mengkonsumsi kopi dengan melihat kualitas kopi Indonesia yang juga memiliki daya tarik pemasaran. Program ecolabel melalui produk organik ini membuat pemerintah Indonesia terus meningkatkan kualitas baik produk maupun kemasan produk tetapi juga membuat pemerintah Indonesia lebih memperhatikan kesinambungan lingkungan dan hak-hak pekerja, juga para petani kecil untuk terus meningkatkan kualitas hasil perkebunan kopi mereka agar dapat lebih kompetitif di pasar internasional, khususnya Jerman. Daftar Pustaka Buku : Dominick, Salvatore, 1997, Ekonomi Internasional, Jakarta:Penerbit Erlangga. Rudy, S.H, MIR, M.Sc, Drs. T. May Bisnis Internasional. Teori, Aplikasi, & Operasional. Bandung : Penerbit PT. Rafika Aditama. Internet : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi Indonesia Dari Amerika Serikat, diakses melalui pada tanggal 29 Februari Green Marketing merupakan pemasaran yang menggunakan isu tentang lingkungan sebagai strategi untuk memasarkan produk, diakses melalui pada tanggal 01 Agustus Market Brief Kopi di Pasar Jerman, diakses melalui pdf, pada tanggal 16 Juni

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: Market Brief, Pasar Produk Organik di Jerman, diakses melalui pdf, pada tanggal 11 Juli PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI APRIL 2013, diakses melalui pdf, pada tanggal 24 Januari Viva, Ini Negara-Negara Maniak Kopi Terbesar, diakses melalui pada tanggal 29 Desember

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Market Brief Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2

Lebih terperinci

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia Fitria Ardiyani 1) dan Novie Pranata Erdiansyah 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Globalisasi perdagangan menuntut

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

Market Brief. Beras di Jerman

Market Brief. Beras di Jerman Market Brief Beras di Jerman ITPC Hamburg 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi Beras di Pasar Jerman... 2 2.1 Analisa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

Market Brief. Cengkeh di Jerman

Market Brief. Cengkeh di Jerman Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

Isu Prioritas - Standar (SNI)

Isu Prioritas - Standar (SNI) 1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL GLOBALISASI : Proses yang didalamnya ekonomi dunia menjadi sistem tunggal yang saling bergantung IMPOR Produk yang dibuat atau tumbuh di luar negeri tetapi dapat dijual di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai daya saing ekspor komoditas kopi di Indonesia dan faktor-faktor pendorong dan penghambatnya, maka dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

Sessi. Dosen Pembina:

Sessi. Dosen Pembina: Sessi Lingkungan Perdagangan Internasional yang Dinamis Dosen Pembina: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. http://moebarak.wordpress.com Dengan Ekonomi Global Tercipta Pasar Dunia yang Kompetitif Terbentuk Pasar-pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Perusahaan yang tetap beroperasi di dalam negeri untuk bermain aman, mungkin tidak hanya kehilangan peluang mereka untuk memasuki pasar lain, tetapi juga beresiko kehilangan pasar dalam negeri mereka.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN Jumlah Penduduk di Indonesia 3 Juta/Th PERTANIAN DI INDONESIA Penghasil biji-bijian nomor 6 di dunia Penghasil beras nomor 3 setelahchina dan India Penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016 Market Brief Essential Oil Di Jerman ITPC Hamburg 2016 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1. Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.1.1 Minyak Esensial untuk Perasa Makanan dan Minuman... 1 1.1.2

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dengan berkat dan rahmat-nya, kami dapat melaksanakan penulisan. Market Brief perdagangan produk kopi dan teh di Hungaria.

KATA PENGANTAR. dengan berkat dan rahmat-nya, kami dapat melaksanakan penulisan. Market Brief perdagangan produk kopi dan teh di Hungaria. KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan YME, karena hanya dengan berkat dan rahmat-nya, kami dapat melaksanakan penulisan Market Brief perdagangan produk kopi dan teh di Hungaria. Tulisan

Lebih terperinci

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 35 Materi Minggu 5 Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional 5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Dapatkah manusia bertahan hidup tanpa pangan? Rasanya mustahil. Pangan selalu menjadi kebutuhan hidup dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Melakukan ekspansi keluar negeri, seperti yang dilakukan oleh PT Greenfields Indonesia, membutuhkan usaha yang besar. Selain membutuhkan produk yang sesuai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 43/08/61/Th. XVIII, 3 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MENCAPAI US$53,35 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah mutu produk. Salah satu cara untuk mengetahui mutu produk agroindustri adalah dengan pengujian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VIII. SIMPULAN DAN SARAN VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747 Trade T R A D E Grafik 7.1/Figure 7.1 Volume Ekspor dan Impor Menurut Pelabuhan di Jawa Barat Volume of Imports by Port in Jawa Barat (Ton/Tons) 2006 20100 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 000 4,247

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci