Pengembangan Metode Pengukuran Strain Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Metode Pengukuran Strain Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer"

Transkripsi

1 Pengembangan Metode Pengukuran Strain Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer Hafid Erya Permana, Agus Muhamad Hatta Laboratorium Rekayasa Fotonika-Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60 Indonesia thowerya@ep.its.ac.id, Amhatta@ep.its.ac.id Abstrak Pengukuran strain memiliki peranan penting di dunia industri maupun konstruksi bangunan. Sensor strain konvensional, seperti strain gauge, memiliki beberapa kelemahan dengan wiring yang rumit pada penggunaan jumlah sensor yang banyak, dapat terjadi interferensi elektromagnetik pada sinyal transmisi, dan rugi daya yang besar untuk jarak transmisi yang jauh. Sebagai alternatifnya, pada tugas akhir ini dilakukan pengembangan metode pengukuran strain menggunakan serat optik berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode (SMS) dan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Peralatan utama yang digunakan dalam penelititan ini adalah serat optik singlemode step index, serat optik multimode graded index, fusion splicer, microdisplacement dan OTDR. Dalam penelitian ini digunakan variasi panjang serat optik multimode 4, 6, 8 dan, serta panjang gelombang 30 nm dan 550 nm. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati perubahan respon logaritmik dari OTDR, beserta rugi daya serat optik berstruktur SMS dan rugi daya total sepanjang serat optik yang digunakan saat diberikan perubahan panjang dari 0-00 µm setiap kenaikan 0 µm. Karakterisasi sensor juga dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, performansi terbaik dihasilkan pada penggunaan panjang gelombang 30 nm dan panjang serat optik multimode, yaitu dengan sensitivitas -2, db/µɛ, linearitas 0,99027 dan resolusi 3,7 µɛ untuk peninjauan rugi daya SMS atau memiliki sensitivitas -2, db/µɛ, linearitas 0,9779 dan resolusi 4,5 µɛ untuk peninjauan rugi daya total. Kata kunci: pengukuran strain, serat optik berstruktur SMS, OTDR I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang `Pengukuran strain banyak dilakukan untuk monitoring kondisi struktur bangunan, deformasi material, keretakan bangunan, termasuk aplikasinya di bidang industri. Untuk itu, telah banyak dikembangkan teknik-teknik dalam pengukuran strain. Teknik konvensional yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan strain gauge [],[2], yakni suatu bahan yang saat dikenai strain akan menghasilkan perubahan dalam besaran elektrik. Dengan penggunaan jumlah sensor yang banyak akan disertai kesulitan dalam wiring yang rumit. Selain itu karena tranmisi sinyal dalam bentuk sinyal listrik maka dapat terjadi interferensi elektromagnetik. Dampak kehilangan sinyal untuk jarak yang jauh juga sangat besar (rugi daya yang besar) karena sifat bahan transmisi dengan resistansi yang besar dalam jarak yang jauh. Dalam perkembangan ilmu optik atau fotonik mengenai sensor, serat optik berstruktur singlemode multimode singlemode (SMS) telah dikembangkan karena biayanya yang murah dan kemudahan fabrikasinya dibandingkan dengan Fiber Brag Grating yang lebih dahulu berkembang [3]. Selain itu, serat optik digunakan karena memiliki berbagai keunggulan seperti ukurannya yang kecil, tahan terhadap interferensi elektromagnetik (EMI), pasif secara kimiawi, bandwidth yang lebar, sensitivitas yang tinggi, tidak terkontaminasi lingkungan, dan kemampuannya sebagai sensor terdistribusi maupun multipoint [4]. Serat optik berstruktur SMS dibuat dengan cara penyambungan bagian serat optik multimode pada kedua ujungnya dengan dua buah serat optik singlemode menggunakan fusion splicer. Dengan pemilihan jenis serat optik singlemode/multimode serta panjang serat optik multimode, maka dapat diperoleh berbagai karakteristik sensor [5],[6]. Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) telah banyak digunakan untuk mengevaluasi konektor dan splice, mengukur rugi daya per unit panjang, serta menunjukkan letak suatu kesalahan pada sistem jaringan serat optik disertai tampilan visual berupa respon logaritmik [7],[8]. OTDR dapat menentukan jenis event diatas pada beberapa titik (multipoint), sehingga dapat digunakan untuk sistem pengukuran multipoint. Maka pada tugas akhir ini dilakukan kajian penggunaan OTDR untuk mengukur strain pada sensor serat optik berstruktur SMS..2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam tugas akhir ini yaitu bagaimana pembuatan serat optik berstruktur SMS sebagai sensor strain serta penggunaan OTDR untuk mengukur strain yang diberikan pada serat optik berstruktur SMS?.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :. Perancangan sensor dibatasi sebagai fungsi panjang multimode. 2. Digunakan panjang gelombang 30 nm dan 550 nm. 3. Serat optik yang digunakan adalah singlemode step index (ITU-T Recommendation G652) dan multimode graded index( ITU-T Recommendation G65). 4. Digunakan satu sumbu pergeseran strain dalam pengujiannya. 5. Microdisplacement yang digunakan mempunyai skala pergeseran 0µm. 6. Pengujian strain dilakukan pada range perubahan panjang 0-00 µm. 7. Digunakan HP E6000A Mini OTDR untuk pengukuran rugi daya. 8. Suhu lingkungan konstan pada suhu ruangan.

2 2.4. Tujuan Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah untuk membuat sensor strain menggunakan serat optik berstruktur SMS dan mengembangkan teknik pengukuran strain menggunakan OTDR II. DASAR TEORI Pada bagian ini dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dangan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu mengenai sensor, strain, serat optik, serat optik berstruktur Singlemode- Multimode-Singlemode, dan Optical Time Domain Reflectometer. 2. Sensor 2.. Definisi Sensor Dari beberapa referensi didapatkan pengertian dari sensor seperti dibawah ini :. Sensor adalah suatu divais (alat) yang dapat mengukur besaran fisika dan mengubahnya ke sinyal yang dapat dibaca oleh observer atau sebuah instrumen. [9] 2. Ada 6 macam sinyal, mekanik, termal, magnetik, elektrik, kimia, dan radiasi. Dan alat yang mengubah suatu jenis sinyal ke sinyal lain disebut transducer. Sinyal yang dihasilkan dapat bermanfaat dalam bentuk yang lain. Sedangkan peralatan yang menawarkan keluaran elektrik disebut sebagai sensor. [2] 3. Sensor adalah alat (divais) yang mengubah fenomena fisis ke sinyal elektrik. Dengan demikian sensor merepresentasikan bagian dari interface antara dunia fisis dengan dunia peralatan elektrik. [] 2..2 Karakteristik Sensor Sistem pengukuran pada umumnya terdapat empat elemen yang terkait di dalamnya, sehingga tujuan utama dari sistem pengukuran itu dapat tercapai, yaitu nilai variabel keluaran dari besaran yang diukur dapat teramati oleh observer. Empat elemen yang terdapat pada sistem pengukuran dapat digambarkan pada diagram blok pada Gambar 2.. Gambar Elemen Elemen Sistem Pengukuran [0] Keempat elemen di atas saling terkait antara satu dan yang lainnya dan merupakan urutan proses untuk merubah data sehingga menjadi suatu variabel yang dapat diukur, nilai dalam setiap elemen sistem pengukuran memiliki karakteristik - karakteristik yang perlu diperhatikan yaitu Range, Span, Linearity, Non-linearity, Sensitivity, Resolution, dan Hysteresis [0]. 2.2 Strain Strain, dalam bahasa keseharian berarti stretching. Pada istilah keilmiahan, pengertiannya berkembang menjadi deformation. Konsep dari strain sendiri termasuk kompek, tetapi linear strain dapat didefinisikan dalam Lagrangian formula []: (2.) Dimana ǫ adalah strain, L 0 = panjang mula-mula dan L = panjang saat dikenai strain. Pada Gambar 2.2 ditunjukkan ilustrasi obyek yang dikenai strain. Gambar 2 Obyek yang Dikenai Strain [] 2.3 Serat Optik 2.3. Definisi Serat Optik Serat Optik merupakan pemandu gelombang dielektrik yang beroperasi pada frekuensi optik. Serat optik membatasi energi elektromagnetik dalam bentuk cahaya didalam permukaannya dan memandu cahaya dalam arah paralel terhadap aksisnya [2] Bagian Serat optik Ada banyak konfigurasi pemandu gelombang optik, namun struktur yang banyak digunakan adalah single solid dielectric cylinder dengan jejari a dan indeks bias n atau yang dikenal sebagai core fiber. Core dilingkupi oleh cladding yang memiliki indeks bias n 2 yang besarnya kurang dari n. Cladding berfungsi mereduksi scattering loss, menambah kekuatan mekanik serat optik, dan melindungi core [2]. Selain itu juga terdapat buffer coating yang dapat melindungi serat optik dari kondisi eksternal dan kerusakan fisik [3]. Bagian-bagian serat optik ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gambar 3 Bagian-Bagian Serat optik [3] Prinsip Pemanduan Cahaya Prinsip pemanduan cahaya dalam serat optik berdasarkan total internal reflection [2]. Sudut yang menentukan terjadinya total internal reflection dinamakan sudut kritis. Sudut kritis dapat ditentukan dari hukum snellius, sehingga diperoleh (2.2) Dimana n, n, dan n 2 adalah indeks bias medium luar serat optik, indeks bias core dan indeks bias cladding secara berurutan. Sedangkan θ 0,max adalah sudut penerimaan maksimum dan θ c adalah sudut kritis. Maka untuk terjadi total internal reflection sudut masuknya sinar terhadap aksis serat optik besarnya harus kurang dari θ 0,max, sehingga sudut yang terbentuk antara permukaan core-cladding melebihi sudut kritisnya [2] Tipe Serat optik Berdasarkan faktor struktur dan properti sistem transmisi yang sekarang banyak diimplementasikan, teknologi serat optik terbagi atas dua tipe yaitu:

3 3. Serat Optik Singlemode Serat optik singlemode merupakan teknologi serat optik yang bekerja menggunakan inti (core) serat optik yang berukuran sangat kecil yang diameternya berkisar 8 sampai 2 mikrometer seperti Gambar 2.4. Singlemode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan serat optik multimode, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan lebar spektral yang sangat kecil pula dan ini berarti sebuah sistem yang mahal. Singlemode dapat membawa data dengan lebih cepat dan 50 kali lebih jauh dibandingkan dengan serat optik multimode. [4]. 2.4 Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode (SMS) Serat optik SMS (Single mode Multimode Single mode) merupakan suatu struktur yang terdiri dari sera optik singlemode yang identik yang secara aksial disambung di kedua ujung serat optik multimode seperti ditunjukkan Gambar 2.7. Pada serat optik berstruktur SMS hanya fundamental mode yang ter-couple masuk pada input dan tercouple keluar pada ujung serat optik multimode. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika spot size dari fundamental mode dari serat optik singlemode dan multimode benar-benar cocok dan juga tidak ada misalignment aksial pada splice (sambungan). Jika kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi, high order mode dari serat optik multimode akan tereksitasi atau ter-coupling keluar pada input/output ujung serat optik multimode. Selanjtnya, pada serat optik multimode, saat propagation constant pada berbagai mode hampir sama, daya yang ter-couple pada keluaran serat optik singlemode diharapkan sangatlah sensitif pada beda fasa yang dibentuk oleh mode-mode pada ujung output serat optik multimode, maka kinerja atau performansi dari serat optik berstruktur SMS sangatlah tergantung pada panjang gelombang operasi dan juga panjang dari serat optik multimode [5]. Gambar 4 Serat Optik Singlemode Step Index [4] 2. Serat optik Multimode Serat optik multimode merupakan teknologi transmisi data melalui media serat optik dengan menggunakan beberapa buah indeks cahaya di dalamya. Sinyal cahaya dalam serat optik multimode dapat dihasilkan hingga 00 mode cahaya. Ukuran core kabel Multimode secara umum adalah berkisar antara 50 sampai dengan 00 mikrometer. Biasanya ukuran NA yang terdapat pada serat optik berkisar antara 0,20 hingga 0,29. Jenis serat optik berdasarkan indeks bias core pada serat optik multimode dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu serat optik multimode step index (indeks bias core homogen), perambatan sinar pada serat optik jenis ini ditunjukkan pada Gambar 2.5, dan serat optik multimode graded index (indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil, perambatan sinar pada serat optik jenis ini ditunjukkan pada Gambar 2.6. Gambar 7 Skematik Serat Optik Berstruktur SMS [5] 2.5 Optical Time Domain Reflectometer Salah satu metode untuk mengukur attenuasi adalah menggunakan metode Optical Backscattering (Optical Time Domain Reflectometer - OTDR): pulsa-pulsa pendek cahaya di-couple di salah satu ujung serat optik. Cahaya akan terhambur ke segala arah oleh rayleigh scattering, dan sebagian kembali ke ujung serat optik dan terdeteksi seperti ditunjukkan Gambar 2.8. Dengan metode ini, dimungkinkan untuk membuat kurva attenuasi sepanjang serat optik yang berhubungan dengan local disturbances [7]. Gambar 8 Pembentukan Sinyal Backscattering [7] Gambar 5 Serat Optik Multimode Step index [4] Pada Gambar 2.9, sinyal backscattering ditunjukkan pada sebuah skala logaritmik sepanjang serat optik. Pada ujung awal dan akhir serat optik terjadi pantulan yang memperkuat sinyal backscattering. Gambar 6 Serat Optik Multimode Graded Index [4] Gambar 9 Penentuan Attenuasi dari Sinyal Backscattering [7]

4 4 III. METODE Pada bagian ini dijelaskan ]metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari tugas akhir ini ditunjukkan pada Gambar 0. tidak MULAI Perencanaan dan Perancangan Serat Optik Berstruktur SMS Pembuatan Serat Optik Berstruktur SMS Uji Strain Sistem bekerja ya Uji strain dengan panjang serat optik multimode dan panjang gelombang yang berbeda Pengambilan Data (Respon dan di OTDR ) Analisa Daa Statistik, Pembahasan dan Penarikan Kesimpulan Penyusunan Laporan dan Penyampaian hasil laporan selesai Gambar 0.Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah serat optik singlemode step index (ITU-T Recommendation G652) dan multimode graded index ( ITU-T Recommendation G65), fusion splicer Fujikura FSM-505, pigtail, microdisplacement, HP E6000A Mini OTDR, fiber cleaver FITEL Nc S324, fiber stripper Cromwell ct USA dan lem Alteco. Susunan peralatan dan bahan yang digunakan ditunjukkan pada Gambar. Gambar Susunan Peralatan Penelitian Pengembangan Teknik Pengukuran strain menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer operasinya, yaitu 30 nm dan 550 nm. Untuk membuat serat optik berstruktur SMS, serat optik multimode disambung diantara serat optik singlemode yang masing-masing mempunyai panjang 3,695 km. Pengujian strain dilakukan dengan memberikan perubahan panjang dari 0-00 µm pada serat optik berstruktur SMS. Sedangkan karakteristik sensor didapat dari data-data yang diambil selama pengujian, yaitu besar perubahan panjang, strain, rugi daya serat optik berstruktur SMS dan rugi daya total sepanjang serat optik. Selanjutnya juga dilakukan pengukuran strain pada serat optik berstruktur SMS yang dipasang multipoint (2 point) sepanjang serat optik. 4. Pengujian Strain dan Karakterisasi Sensor Serat Optik Berstruktur SMS untuk Pengukuran Strain Pada tahap pengujian dan pengambilan data (pengukuran), parameter-parameter pengukuran OTDR yang digunakan dalam pengukuran ini dipilih sebagai berikut : Wavelength : 30 nm dan 550 nm Pulsewidth : 00ns Range : 0-0 km Marking : A = 3.60 km B= km B-A = 5.85 m Optimize : Dynamic Sampling Distance : 63, Averaging Time : 0 s. Kemudian dilakukan pengujian pada serat optik sesuai dengan panjang serat optik multimode yang akan diuji ditambah 0.25 cm serat optik singlemode dikedua ujungnya. Ujung pertama dari serat optik multimode ditambah 0.25 cm serat optik singlemode dipasang dengan lem alteco pada fixed plate, sedangkan ujung lain dipasang pada microdisplacement. Pengujian strain dilakukan dengan memberikan perubahan panjang pada serat optik berstruktur SMS yang diuji. Perubahan panjang diberikan dengan cara mengubah posisi microdisplacement setiap 0 µm dari 0-00 µm. Pada respon logaritmik OTDR maupun dari display numerik terdapat dua hal yang diperhatikan dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada Gambar 3(a), yaitu i) rugi daya yang terjadi pada serat optik berstruktur SMS, dan ii) rugi daya total sepanjang serat optik. Gambar 2(a), merupakan respon logaritmik untuk serat optik berstruktur SMS, dengan panjang serat optik multimode dan panjang gelombang operasi 30 nm dengan perubahan panjang 0 µm. Untuk memperjelas pembacaan dalam pengambilan data, maka dapat dilihat pada Gambar 2(b) yang merupakan hasil zooming respon dan rugi daya pada daerah marking (B-A). (a) IV. HASIL PENELITIAN Pada bagian ini dibahas hasil pengujian dan karakteristik dari setiap serat optik berstruktur SMS yang telah dibuat yaitu dengan panjang serat optik multimode,,, dan 0cm serta dengan penggunaan panjang gelombang

5 5 (b) Gambar 2 (a) Respon Logaritmik (b) Hasil Zooming Respon Logaritmik dan Daerah Marking (B-A) pada Pengukuran Serat Optik Berstruktur SMS dengan Panjang Serat Optik Multimode dan Panjang Gelombang 30 nm dengan Perubahan panjang 0 µm. Berdasarkan Gambar 2, respon logaritmik yang terjadi adalah respon untuk non-reflective event. Rugi daya serat optik berstruktur SMS adalah sebesar db. Rugi daya tersebut dibatasi oleh marking A yang terletak setelah 3.60 km dan marking B yang terletak setelah km dari ujung awal serat optik singlemode. Daerah diantara kedua marking tersebut merupakan daerah untuk serat optik berstruktur SMS (B-A=5.85 m). Pada Gambar 2(a), rugi daya total didapatkan dari kolom link budget dan baris ketiga (fiber end) yang menunjukkan sebesar 3.69 db. Untuk membandingkan respon dari OTDR saat serat optik berstruktur SMS diberikan perubahan panjang, maka ditunjukkan Gambar 3, dengan perubahan panjang sebesar 50 µm. Dari Gambar 3, ditunjukkan bahwa saat diberikan perubahan panjang sebesar 50 µm., rugi daya serat optik berstruktur SMS semakin kecil jika dibandingkan dengan saat sebelum diberikan perubahan panjang, yaitu db dibandingkan dengan 0,689 db. Demikian halnya dengan rugi daya total yang berubah dari 3.69 db untuk tanpa perubahan panjang menjadi db dengan perubahan panjang sebesar 50 µm. 4.. Analisa Serat Optik Berstruktur SMS dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm Data-data hasil pengukuran pada penggunaan panjang gelombang operasi 550 nm ditunjukkan pada Gambar 4 7. SMS(dB) Perubahan Panjang(µm) Gambar 4 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Perubahan Panjang pada Panjang Gelombang Operasi 30 nm 4.5 (a) Total(dB) Perubahan Panjang(µm) Gambar 5 Hubungan Total Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Perubahan Panjang pada Panjang Gelombang Operasi 30 nm (b) SMS(dB) 2.5 Gambar 3 (a) Respon Logaritmik (b) Hasil Zooming Respon Logaritmik dan Daerah Marking (B-A) pada Pengukuran Serat Optik Berstruktur SMS dengan Panjang Serat Optik Multimode dan Panjang Gelombang 30 nm pada OTDR dengan Perubahan panjang 50 µm Strain(µε) Gambar 6 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Strain pada Panjang Gelombang Operasi 30 nm

6 6 Total(dB) Strain(µε) Gambar 7 Hubungan Total Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Strain pada Panjang Gelombang Operasi 30 nm Berdasarkan Gambar 4 7, rugi daya serat optik berstruktur SMS dan rugi daya total serat optik berstruktur SMS memiliki pola penurunan rugi daya yang sedikit berbeda. Hal ini terjadi karena banyak kejadian yang mungkin terjadi sepanjang total serat optik, seperti absorbsi oleh material serat optik, bending, scattering, termasuk juga rugi daya karena penggunaan serat optik berstruktur SMS [7],[8]. Kombinasi panjang serat optik multimode dan panjang gelombang operasi menentukan banyaknya moda yang terjadi sepanjang serat optik multimode. Panjang serat optik multimode, membatasi daerah terjadinya interferensi dari moda-moda yang terjadi. Jika terjadi interferensi maksimum atau yang disebut re-imaging pada panjang serat optik multimode tertentu, rugi daya serat optik berstruktur SMS paling minimum. Rugi daya akan semakin besar atau kecil tergantung dari panjang serat optik multimode yang digunakan pada panjang gelombang yang sama. Hal ini berkaitan dengan moda-moda yang hilang (terutama high-order mode) pada panjang serat optik multimode tersebut [5],[5]. Semakin menjauhi titik re-imaging semakin besar rugi daya yang terjadi. Semakin mendekati titik re-imaging semakin kecil rugi daya yang terjadi. Berdasarkan Gambar 4-7, pada panjang serat optik optik multimode dan terjadi penurunan rugi daya pada pengujian perubahan panjang sebesar 0-00 µm. Penurunan ini berarti saat diberikan perubahan panjang atau strain, akan menambah panjang awal dari serat optik berstruktur SMS, menjadikannya mendekati titik re-imaging (moda-moda yang hilang semakin sedikit). Sedangkan pada penggunaan serat optik multimode dengan panjang dan, rugi daya naik dengan penambahan perubahan panjang atau strain. Kenaikan rugi daya menunjukkan bahwa penambahan panjang menjauhi titik re-imaging. Karakteristik dalam suatu alat pengukuran sangat penting untuk mengetahui performansinya. Karakteristik yang ditinjau pada penelitian ini adalah range sensor, span, linieritas, sensitivitas, dan resolusi yang ditunjukkan pada Tabel -6. Pada Tabel ditunjukkan karakteristik range sensor yang meliputi adalah range input berupa strain dan range output pada masing-masing panjang serat optik multimode. Sedangkan range input berupa perubahan panjang yaitu 0 00 µm. Kemudian pada Tabel 2 ditunjukkan karakteristik span sensor untuk span input strain dan span output pada masingmasing panjang serat optik multimode. Span didapatkan dari nilai I max I min atau O max O min,. Span input perubahan panjang adalah 00 µm. Tabel Range Input Strain, Range Output SMS, dan Range Output Total dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm L (cm) Range Input strain (µɛ) Range Output SMS (db) Range Output Total (db) ,566-0,687 2,90-3, ,5 0,606-0,83 2,945 3, ,5,622,948 4,32 4, ,4,762,845 4,230 4,36 Tabel 2 Span Input Strain, Span Output SMS, dan Span Output Total dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm L (cm) Span Input Strain (µɛ) Span Output SMS (db) Span Output Total (db) ,2 0, ,5 0,207 0, ,5 0,326 0, ,4 0,083 0,086 Berdasarkan Tabel dan 2, semakin besar panjang serat optik multimode, semakin kecil range dan span input berupa strain. Namun panjang serat optik multimode menghasilkan range output dan span output terbesar baik berupa rugi daya serat optik berstruktur SMS ataupun rugi daya total sepanjang serat optik yang digunakan, yaitu sebesar 0,326 db dan 0,243 db secara berurutan untuk span output. Selanjutnya,linieritas dapat ditentukan berdasarkan koefisien korelasi pada hasil pengukuran. Untuk mengetahui sensitivitas sensor, dapat ditinjau dari slope yang dihasilkan berdasarkan hasil pengukuran dari masing-masing panjang serat optik multimode. Slope tersebut didekati dengan menggunakan regresi linier. didapatkan dari nilai terkecil yang dapat dideteksi OTDR, yaitu sebesar 0,00 db, dibandingkan dengan sensitivitas sensor. Sensitivitas, linieritas, dan resolusi yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 3-6. Tabel 3 Sensitivitas,, dan berdasarkan Rugi Daya Serat Optik Berstruktur SMS sebagai Fungsi Perubahan Panjang dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm (cm) (db/µm) (µm) 4 -, ,9886 0, , , , , , , ,9777,4

7 7 Tabel 4 Sensitivitas,, dan berdasarkan Rugi Daya Serat Optik Berstruktur SMS sebagai Fungsi Strain dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm (cm) (db/µɛ) (µɛ) 4-0, ,9886 7,2 6, , ,3 8-2, , ,7 0 0, ,9777 0,6 Tabel 5 Sensitivitas,, dan berdasarkan Rugi Daya Total sebagai Fungsi Perubahan Panjang dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm (cm) (db/µm) (µm) 4-2, , , , , , , ,9779 0, , ,97583,083 Tabel 6 Sensitivitas,, dan berdasarkan Total sebagai Fungsi Strain dengan Panjang Gelombang Operasi 30 nm (cm) (db/µɛ) (µɛ) 4 -, , ,7 6, , ,9 8-2, ,9779 4,5 0 0, , ,3 Jika kita meninjau dari rugi daya serat optik berstruktur SMS dengan penggunaan panjang gelombang operasi 30 nm, maka panjang serat optik multimode memiliki sensitivitas tertinggi dibandingkan dengan yang lain, yaitu sebesar -3, db/µm atau -2, db/µɛ. yang dihasilkan juga paling baik yaitu sebesar 0,3 µm atau 3,7 µɛ Pada peninjuan rugi daya total, dengan panjang serat optik multimode dihasilkan sensitivitas yang paling, yaitu sebesar -2, db/µm atau -2, db/µɛ dengan resolusi 0,386 µm atau 4,5 µɛ secara berurutan. pada penggunaan panjang ini juga paling baik, yaitu 0,99027 untuk hubungan rugi daya serat optik berstruktur SMS dengan perubahan panjang maupun strain, dan 0,9779 untuk hubungan rugi daya total serat optik berstruktur SMS dengan perubahan panjang maupun strain Analisa Serat Optik Berstruktur SMS dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm Data-data hasil pengukuran pada penggunaan panjang gelombang operasi 550 nm ditunjukkan pada Gambar 8 2. SMS(dB) Perubahan Panjang(µm) Gambar 8 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Perubahan Panjang pada Panjang Gelombang Operasi 550 nm Total(dB) Perubahan Panjang(µm) Gambar 9 Hubungan Total Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Perubahan Panjang pada Panjang Gelombang Operasi 550 nm SMS(dB) Strain(µε) Gambar 20 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Strain pada Panjang Gelombang Operasi 550 nm Total(dB) Strain(µε) Gambar 2 Hubungan Total Serat Optik Berstruktur SMS terhadap Strain pada Panjang Gelombang Operasi 550 nm Berdasarkan Gambar 8 2, terjadi perbedaan perubahan rugi daya total atau rugi daya serat optik berstruktur SMS pada penggunaan masing-masing panjang serat optik

8 8 multimode pada panjang gelombang 550 nm jika dibandingkan dengan panjang gelombang operasi 30 nm. Hal ini membuktikan bahwa panjang gelombang operasi mempengaruhi moda-moda yang merambat didalam serat optik. Dengan demkian titik re-imaging atau tempat terjadinya interfernsi maksimum juga berubah pada penggunaan panjang gelombang yang berbeda.. Sebagai karakteristik sensor, range input perubahan panjang sensor serat optik berstruktur SMS yaitu Hal ini berarti span input untuk perubahan panjang adalah 00 µm. Range input berupa strain dan range output pada masingmasing panjang serat optik multimode ditunjukkan Tabel 5. Sedangkan span input strain dan span output dari sensor ditunjukkan Gambar 6 Tabel 7 Range Input Strain, Range Output SMS, dan Range Output Total dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm L (cm) Range Input strain (µɛ) Range Output SMS (db) Range Output Total (db) ,04,72 2,54 2, ,5 0,468 0,574,867, ,5 0,43 0,560,989 2, ,4 0,39 0,602, 803 2,032 Tabel 8 Span Input Strain, Span Output SMS, dan Span Output Total dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm. L (cm) Span Input strain (µɛ) Span Output SMS (db) Span Output Total (db) ,58 0, ,5 0,06 0,5 8 76,5 0,29 0, ,4 0,2 0,229 Panjang serat optik multimode menghasilkan range output terbesar dengan span output sebesar 0,2 db untuk rugi daya serat optik berstruktur SMS dan sebesar 0,229 db untuk rugi daya total yang terjadi sepanjang serat optik yang digunakan. Hal tersebut ditunjukkan Tabel 5 dan 6. Selanjutnya juga ditunjukkan sensitivitas dan linieritas dari masing-masing serat optik berstruktur SMS pada Tabel 7 dan 8. Tabel 9 Sensitivitas,, dan berdasarkan Rugi Daya Serat Optik Berstruktur SMS sebagai Fungsi Perubahan Panjang dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm (cm) (db/µm) (µm) 4 -, ,9863 0, , , ,875 8, , , , , ,479 Tabel 0 Sensitivitas,, dan berdasarkan Serat Optik Berstruktur SMS sebagai Fungsi Strain dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm (cm) (db/µɛ) (µɛ) 4-0, ,9863 4,0 6-0, , ,5 8, , ,7 0 2, , ,6 Tabel Sensitivitas,, dan berdasarkan Total sebagai Fungsi Perubahan Panjang dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm (cm) (db/µm) (µm) 4 -, , , , , ,896 8, , , , , ,446 Tabel 2 Sensitivitas,, dan berdasarkan Total sebagai Fungsi Strain dengan Panjang Gelombang Operasi 550 nm (cm) (db/µɛ) (µɛ) 4-0, , ,7 6-0, , ,8 8 0, , ,0 0 2, , ,3 Berdasarkan Tabel 9-2, serat optik berstruktur SMS dengan panjang serat optik multimode memiliki sensitivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain, yaitu sebesar 2, db/µm atau 2,9.0-4 db/µɛ dengan resolusi sebesar 0,479 µm atau 4,6 µɛ, namun linieritasnya paling kecil, yaitu sebesar 0,94485.Untuk peninjauan rugi daya total, penggunaan panjang serat optik multimode juga dihasilkan sensitivitas yang paling tinggi, yaitu sebesar 2, db/µm atau 2, db/µɛ dengan resolusi sebesar 0,446 µm atau 4,3 µɛ dan linieritas sebesar 0, Namun jika dibandingkan dengan panjang serat optik multimode pada panjang gelombang 30 nm, baik sensitivitas, range, ataupun linieritas dari panjang serat optik multimode pada panjang gelombang 550 nm ini tidak lebih baik. Keunggulannya hanya pada rugi daya total yang terjadi lebih kecil. Hal ini dapat dipahami seperti apa yang ada spesifikasi serat optik ataupun dalam teori bahwa daya absorbsi material merupakan fungsi dari panjang gelombang yang dilewatkan pada material [2]. Dengan demikian, pada penggunaan panjang gelombang 30 nm, panjang serat optik multimode memiliki performansi yang paling baik, sedangkan pada panjang gelombang 550 nm, performansi terbaik dimiliki panjang serat optik multimode. 4.2 Serat Optik Berstruktur SMS Multipoint Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian awal untuk dapat dilakukan pengukuran strain multipoint menggunakan OTDR. Maka pada bagian ini juga dilakukan penelitian pada

9 9 serat optik berstruktur SMS dengan pemasangan secara multipoint. Penelitian dilakukan dengan penggunaan panjang serat optik multimode pada panjang gelombang 550 nm dengan pertimbangan rugi daya total yang kecil. Hasil penelitian dengan penggunaan 2 serat optik optik multimode yang dipisahkan sejauh 3,695 km, dengan panjang total serat optik yang digunakan,085 km ditunjukkan Gambar 22 (a) (b) SMS SMS 2 Hasil pengujian untuk serat optik berstruktur SMS multipoint dengan panjang serat optik multimode dan panjang gelombang operasi 550 nm ditunjukkan Gambar 23 dan 24. SMS (db) Perubahan Panjang(µm) Gambar 23 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS dan Serat Optik Berstruktur SMS 2 terhadap Perubahan Panjang pada Panjang Serat Optik Multimode dan Panjang Gelombang Operasi 550 nm SMS(dB) SMS SMS 2 SMS SMS Strain(µε) Gambar 24 Hubungan Serat Optik Berstruktur SMS dan Serat Optik Berstruktur SMS 2 terhadap Strain pada Panjang Serat Optik Multimode dan Panjang Gelombang Operasi 550 nm (c) Gambar 22 (a) Respon Logaritmik Pengukuran Serat Optik Berstruktur SMS Multipoint (b) Hasil Zooming SMS (c) Hasil Zooming SMS 2 dengan Panjang Serat Optik Multimode dan Panjang Gelombang Operasi 550 nm Berdasarkan Gambar, terjadi 2 slope karena adanya 2 serat optik multimode sepanjang serat optik singlemode. Slope pertama menunjukkan perubahan daya yang ditransmisikan karena serat optik berstruktur SMS, sedangkan slope kedua menunjukkan perubahan daya yang ditransmisikan karena serat optik berstruktur SMS 2. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan strain yang sama pada waktu yang sama dengan menggunakan satu microdisplacement. Pada Gambar 23 dan 24 diperoleh bahwa serat optik berstruktur SMS dan SMS 2 memilliki pola perubahan rugi daya yang berbeda karena terdapat error pengukuran panjang serat optik multimode. Hal ini disebabkan kurang presisinya pemotongan serat optik multimode dalam orde mikrometer. Perbedaan panjang serat optik multimode dalam orde mikrometer, berarti memiliki posisi yang berbeda dari titik reimaging sehingga akan dihasilkan rugi daya yang berbeda Rugi daya serat optik berstruktur SMS dan SMS 2 menunjukkan linieritas pada range input 0-00 µm atau 0-952,4 µɛ. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang telah didapatkan serta meninjau kembali permasalahan beserta batasannya, tujuan, dapat dirumuskan dua kesimpulan yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas akhir ini, yaitu:. Telah dilakukan pembuatan sensor strain menggunakan serat optik berstruktur SMS dan pengembangan teknik pengukuran strain menggunakan HP E6000A Mini OTDR. Sensor strain dapat bekerja dengan baik untuk setiap panjang serat optik multmode 4, 6, 8, dan dengan panjang gelombang 30 dan 550 nm. 2. Pada penggunaan panjang gelombang 30 nm, panjang serat optik multimode memiliki performansi yang paling baik dengan sensitivitas -2, db/µɛ, linearitas

10 0 0,99027 dan resolusi 3,7 µɛ untuk peninjauan rugi daya serat optik berstruktur SMS atau sensitivitas -2, db/µɛ dengan linearitas 0,9779 dan resolusi 4,5 µɛ untuk peninjuan rugi daya total. Sedangkan pada panjang gelombang 550 nm performansi terbaik dimiliki panjang serat optik multimode, dengan sensitivitas 2,9.0-4 db/µɛ, linearitas 0,94485 dan resolusi 4,6 µɛ untuk peninjauan rugi daya serat optik berstruktur SMS atau sensitivitas 2, db/µɛ dengan linearitas 0,94939 dan resolusi 4,3 µɛ untuk peninjuan rugi daya total. 3. Serat optik berstruktur SMS dan OTDR dapat digunakan untuk pengukuran strain multipoint. Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran strain pada 2 titik pengukuran dengan menggunakan SMS dan SMS Saran Dalam tugas akhir ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki baik dari tinjauan teoritis maupun aplikatif. Oleh sebab itu, validasi dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Saran yang dapat diberikan penulis terkait dengan pengembangan penelitian ini adalah sebagai berikut:. Perlu dikaji penggunaan serat optik multimode step index pada sensor strain serat optik berstruktur SMS dengan pengukuran menggunakan OTDR. 2. Perlu dilakukan pemotongan serat optik multimode yang lebih presisi dalam orde mikrometer agar hasil fabrikasi sensor memiliki karakteritik yang sama. 3. Untuk pengukuran strain pada serat optik berstruktur SMS multipoint, dipertimbangkan kembali penggunaan panjang serat optik multimode dan panjang gelombang operasi yang cocok pada selisih jarak peletakan serat optik multimode yang lebih pendek untuk mengetahui seberapa banyak serat optik multimode yang dapat dipasang pada dynamic range tertentu. VI. DAFTAR PUSTAKA [] S.Wilson, Jon. Sensor Technology Handbook. Oxford : Elsevier, [2] PallaÁs-Areny, Ramon. Sensors and Signal Conditioning-2nd Edition. New York : A Wiley- Interscience publication, 200. [3] Yin,S, Ruffin,P, Yu,F. Fiber Optic Sensors. Boca Raton : CRC Press, 2008 [4] Gholamzadeh, Bahareh and Nabovati,Hooman. Fiber Optic Sensors. World Academy of Science, Engineering and Technology, [5] Wang,Qian, Farrell,Gerald and Yan,Wei. Investigation on Singlemode-Multimode-Singlemode Fiber Structure. IEEE Trans. Journal of Lightwave Technology, vol. 26, No. 5, March, [6] Hatta,Agus M et al. Strain sensor based on a pair of Singlemode-Multimode Singlemode Fiber Structures in a Ratiometric Power Measurement Scheme. Optical Society of America. Applied Optics, vol. 49, No. 3, January 20, 200. [7] Ziemann,Olaf et al. POF Handbook-Optical Short Range Transmission Systems. Berlin : Springer, [8] Anonim a. Alat Ukur Sistem Komunikasi Serat Optik- Optical Time Domain Reflectometer. Bandung : Lab. Sistem Elektronika STT Telkom, 200. [9] Anonim b. Sensor.Available: http//www. wikipedia.org /sensor.html, 200. [0] Bentley,John P. Principles of Measurement Systems 3rd edition. USA: Prentice Hall, 995. [] Stoylen,Asbjorn. Strain Rate Imaging. Norway: Norwegian University of Science and Technology,200. [2] Keiser, Gerd. Optical Fiber Communication. Singapore : McGraw-Hill Book, 99. [3] Anonim c. Optical Sensor.Available : http//ni.com/opticalsensing.html,200. [4] Widyana. Tugas Akhir : Perancangan Sensor Serat Optik untuk Pengukuran Pergeseran Obyek dalam Orde Mikrometer Menggunakan Serat Optik Multimode. Surabaya : ITS, 200. [5] Kumar,Arun et al. Transmission Characteristics of SMS Fiber Optic Sensor Structure. Elsevier Science B. V. Optics Communication 29 (2003) BIODATA PENULIS: Nama : Hafid Erya Permana TTL : Gresik, 28 Februari 989 Alamat : Jl. Sumatra no. 62 GKB Gresik No. HP : thowerya@ep.its.ac.id thowerya@yahoo.com Alternatif Riwayat Pendidikan :. SD Muhammadiyah Gresik SMPN Gresik SMAN Gresik Teknik Fisika ITS

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN PERGESERAN DENGAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus

Lebih terperinci

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN STRAIN BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sensor Strain Menggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur SMS (Singlemode-Multimode- Singlemode) dan OTDR

Rancang Bangun Sensor Strain Menggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur SMS (Singlemode-Multimode- Singlemode) dan OTDR Rancang Bangun Sensor Strain Menggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur SMS (Singlemode-Multimode- Singlemode) dan OTDR Aslam Chitami Priawan Siregar Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sensor Suhu Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer

Rancang Bangun Sensor Suhu Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer Rancang Bangun Sensor Suhu Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode- Singlemode dan Optical Time Domain Reflectometer Tegar Bestariyan, Agus Muhamad Hatta Laboratorium Rekayasa Fotonika-Jurusan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER)

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Suhumenggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur Sms (Singlemode-Multimode-Singlemode)

Perancangan Sensor Suhumenggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur Sms (Singlemode-Multimode-Singlemode) Perancangan Sensor Suhumenggunakan Metode Interpolasi Lagrange Berbasis Serat Optik Berstruktur Sms (Singlemode-Multimode-Singlemode) Aslam Chitami Priawan Siregar 1, Danang Haryo Sulaksono 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE DAN OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE DAN OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER RANCANG BANGUN SENSOR SUHU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE DAN OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER OLEH : TEGAR BESTARIYAN PEMBIMBING : AGUS M. HATTA Ph.D LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA - 2406100093 PENDAHULUAN Kebutuhan suatu alat pengukuran pergeseran obyek dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE Widyana - Heru Setijono Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer () Aninda Maharani, Apriani Kusumawardhani Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN 1 RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN Ika Puspita, Sekartedjo, Agus Muhamad Hatta Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-50 Analisis Pengaruh Perubahan Suhu dan Perubahan Panjang Kupasan Cladding serta Coating Terhadap Rugi Daya yang Dihasilkan

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR SERAT OPTIK TERDISTRIBUSI BERBASIS OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR) UNTUK PENDETEKSIAN DINI RETAKAN PADA STRUKTUR BETON

RANCANG BANGUN SENSOR SERAT OPTIK TERDISTRIBUSI BERBASIS OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR) UNTUK PENDETEKSIAN DINI RETAKAN PADA STRUKTUR BETON RANCANG BANGUN SENSOR SERAT OPTIK TERDISTRIBUSI BERBASIS OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR) UNTUK PENDETEKSIAN DINI RETAKAN PADA STRUKTUR BETON Jiwa Ginanjar Hadi, Apriani Kusumawardhani Jurusan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR Rini Indah S. 1, Sukiswo,ST, MT. 2 ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN

RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN RANCANG BANGUN SENSOR BEBAN BERBASIS SERAT OPTIK SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE MENGGUNAKAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE SEBAGAI MATERIAL PENAHAN BEBAN Surabaya, 18 Juli 2014 BEBAN Sensor beban termasuk

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index B22 Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index Muhadha Shalatin dan Agus Rubiyanto Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO Oleh ANWARIL MUBASIROH 1109 100 708 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono, M.T JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang dari penelitian ini adalah banyaknya

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT Winarni Agil (1), Ir. M. Zulfin, M.T (2) Kosentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 3.1 Penyambungan Mechanical ( Mechanical Splicing ) Mechanical splicing merupakan metode yang mana penyambungan dua core fiber optik di lakukan dengan

Lebih terperinci

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Aninda Maharani 2406 100 054 Latar Belakang John Crisp &

Lebih terperinci

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik 4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik Anhar, MT. 1 Outline : Pengantar Redaman (Attenuation) Penyerapan Material (Absorption) Rugi-rugi hamburan (Scattering Losses) Rugi-rugi pembengkokan Dispersi

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk

Lebih terperinci

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Prastyowati Budiningsih, Samian, Pujiyanto Fakultas Sains Dan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Studi Awal Fabrikasi dan Karakterisasi Directional Coupler Konfigurasi 4 4 Berbahan Serat Optik Plastik Step Index Multimode

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 1) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of

Lebih terperinci

MONITORING LONGSOR DAN MITIGASI BENCANA MENGGUNAKAN SENSOR OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE. Agus Rino 1,Helendra 2, Farida 3

MONITORING LONGSOR DAN MITIGASI BENCANA MENGGUNAKAN SENSOR OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE. Agus Rino 1,Helendra 2, Farida 3 MONITORING LONGSOR DAN MITIGASI BENCANA MENGGUNAKAN SENSOR OPTIK BERSTRUKTUR SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE Agus Rino 1,Helendra 2, Farida 3 1,2 Jurusan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN 4.1 Analisis Masalah dan Metode Perhitungan Power Link Budget Dalam mengevaluasi dan menilai performansi atau kinerja suatu jaringan dalam mengirimkan sinyal

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya

Lebih terperinci

ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS DWDM OPTICAL ANALYZER

ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS DWDM OPTICAL ANALYZER ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS- 8000 DWDM OPTICAL ANALYZER Oleh : Eka Purnama Hadianti 2408 100 504 Pembimbing Ir. Apriani Kusumawardhani, M.Sc L A T A R B E L A K A N G kebutuhan akan

Lebih terperinci

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2014 ISSN: 2302-3295 ANALISIS REDAMAN SERAT OPTIK TERHADAP PERFORMANSI SKSO MENGGUNAKAN METODE LINK POWER BUDGET

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 204 ISSN: 2302-329 ANALISIS KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE POWER LINK BUDGET DAN

Lebih terperinci

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK Mahmudah Salwa Gianti*, Ahmad Marzuki*, Stefanus Adi Kristiawan** *Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi Oleh : Lusiana Weny Setyarini 2408100005 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Setijono, M.Sc 19490120 197612 1 001 Agus Muhammad Hatta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dipaparkan prosedur pengambilan data dari penelitian ini. Namun sebelumnya, terlebih dahulu mengetahui tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan yang dipakai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 241 hal. 241-246 KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Andi Setiono dan

Lebih terperinci

OTDR FAKULTAS ELEKTRO & KOMUNIKASI

OTDR FAKULTAS ELEKTRO & KOMUNIKASI OTDR 1 ALAT UKUR OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) Mini OTDR 2 OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER (OTDR) OTDR merupakan salah satu peralatan utama baik untuk instalasi maupun pemeliharaan link serat

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Saktioto,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi Lusiana Weny Setyarini, Heru Setijono, Agus Muhammad Hatta Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL

SISTEM TRANSMISI DIGITAL SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser Fakultas Teknik 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER

Lebih terperinci

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kebutuhan komunikasi dan bertukar informasi antar satu dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN 3.1 Umum Sistem komunikasi serat optik secara umum digunakan sebagai media transmisi jarak jauh. Pada Tugas Akhir ini daerah atau wilayah yang akan diamati adalah Link

Lebih terperinci

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS)

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS) FIBER NETWORK CABLING By: TAJUK : LALUAN DATA FIBER OPTIK Oleh: TUJUAN Pelajar-pelajar mestilah boleh: Terangkan laluan data fiber optik Terangkan corak penghantaran cahaya dalam fiber optik LALUAN DATA

Lebih terperinci

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI REFERENSI BUKU 1. Keiser, Gerd; Optical Fiber Communications, Mc Graw-Hill International. 2. Agrawal,

Lebih terperinci

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pujiyanto, Samian dan Alan Andriawan. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE Widya Carolina Dwi Prabekti, Ahmad Marzuki, Stefanus Adi Kristiawan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian ini, Permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga dilakukannya penelitian ini yang memiliki batasan-batasan dalam

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

TEKNOLOGI SERAT OPTIK TEKNOLOGI SERAT OPTIK Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak: Serat optik merupakan salah satu alternatif media transmisi komunikasi yang cukup handal, karena memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM 4.1 Perhitungan Rute Jaringan Jaringan akses transmisi serat optik yang dibangun dalam Aplikasi menjangkau 2 lokasi Bintaro Network Building

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

PEMBAGIAN SERAT OPTIK FIBER OPTIC CABLE Fiber Optik (Serat optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 Sujito, Arif Hidayat, Firman Budianto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 8 Pengantar Serat Optik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ)

PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) PENGARUH DISPERSI TERHADAP KECEPATAN DATA KOMUNIKASI OPTIK MENGGUNAKAN PENGKODEAN RETURN TO ZERO (RZ) DAN NON RETURN TO ZERO (NRZ) Anggun Fitrian Isnawati 1, Riyanto, Ajeng Enggar Wijayanti 3 1,,3 Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK (The Design of Control System of Acoustic Vibration Frequency Based on Fiber Optic Sensor) Harmadi 1 *, Firmansyah 2, Wildian

Lebih terperinci

Keywords: optical fiber, loss standarizationitu-t, minimum received power, OTDR

Keywords: optical fiber, loss standarizationitu-t, minimum received power, OTDR Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Oktober 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional TeknikElektro Itenas Vol.1 No.4 Studi Kasus Rugi-Rugi Serat Optik dan Analisis Daya dengan Metoda Link Budget Pada

Lebih terperinci

ASSESMENT CLO 3 - RMG PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI

ASSESMENT CLO 3 - RMG PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI ASSESMENT CLO 3 - RMG PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI A. SOAL PILIHAN : 1. Proses untuk mengubah sinyal baseband menjadi sinyal bandpass dinamakan a. Converter b. Modulasi c. Conversi d. Modulator 2.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI TUGAS AKHIR ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Oleh : YOVI HAMDANI 070402099 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:58-63 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Muh. Sulaiman 1 Nur Ubay, Suhata Peneliti Pusat Teknologi Satelit, LAPAN 1e-mail: sulaiman_itb@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Pergeseran Rentang Panjang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode ( SMS ) Abstrak.

Perancangan Sensor Pergeseran Rentang Panjang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode ( SMS ) Abstrak. Perancangan Sensor Pergeseran Rentang Panjang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode ( SMS ) Agus Rino (1), Helendra (2) 1,2 Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

PENGUKURAN KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR BESERTA POWER KALKULASI REDAMANNYA UNTUK WILAYAH PEKALONGAN

PENGUKURAN KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR BESERTA POWER KALKULASI REDAMANNYA UNTUK WILAYAH PEKALONGAN Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUKURAN KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR BESERTA POWER KALKULASI REDAMANNYA UNTUK WILAYAH PEKALONGAN Zuhrotul Maulida [1], Achmad Hidayatno ST, MT. [2] ¹Mahasiswa dan ²Dosen

Lebih terperinci

JUDUL Kajian Eksperimental Sensor Pergeseran Rentang Panjang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode (SMS) TESIS TF

JUDUL Kajian Eksperimental Sensor Pergeseran Rentang Panjang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode (SMS) TESIS TF TESIS TF 092325 JUDUL Kajian Eksperimental Sensor Rentang Menggunakan Serat Optik Berstruktur Singlemode-Multimode-Singlemode (SMS) Agus Rino NRP. 2411201702 PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Sekartedjo, M.Sc. Agus

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi dari satu pihak ke pihak yang lain. Pengiriman informasi ini dilakukan dengan memodulasikan informasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK Pipit Sri Wahyuni 1109201719 Pembimbing Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemantulan adalah perubahan arah rambat sinar ke arah sisi (medium) asal, setelah menumbuk antarmuka dua medium (Kerker, 1977). Prinsip pemantulan dalam serat

Lebih terperinci

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Fina Nurul Aini, Samian, dan Moh. Yasin. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED Pengembangan Sensor Ketinggian. (Iis Muliyana) 92 PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED DEVELOPING FLUID LEVEL SENSOR BASED ON NON-BEND SHAPED

Lebih terperinci

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains

Lebih terperinci

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya. ANALISIS KARAKTERISTIK SERAT OPTIK SINGLE MODE NDSF (NON DISPERSION SHIFTED FIBER) DAN NZDSF (NON ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER) TERHADAP KINERJA SISTEM DWDM Waldi Saputra Harahap, M Zulfin Konsentrasi

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Oleh : Desica Alfiana 2408100015 Pembimbing I : Ir. Heru Setijono, MSc Pembimbing II : Agus M. Hatta, ST, MSi, PhD 9/7/2012 Seminar Tugas

Lebih terperinci

MAKALAH FIBER OPTIK. Oleh : Ardyan Guruh A.R A JTD / 04

MAKALAH FIBER OPTIK. Oleh : Ardyan Guruh A.R A JTD / 04 MAKALAH FIBER OPTIK Oleh : Ardyan Guruh A.R 1041160024 3A JTD / 04 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG 2013 A. Pengertian Fiber Optik Fiber Optik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika Universitas Airlangga dan Laboratorium Laser Departemen Fisika

Lebih terperinci