Peran Komunitas Kreatif Dalam Pembentukan Identitas Ruang Publik
|
|
- Ratna Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Peran Komunitas Kreatif Dalam Pembentukan Identitas Ruang Publik Marini Saripuspa Dini, Achmad Hery Fuad 1. Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Depok, Indonesia 2. Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Depok, Indonesia Abstrak Globalisasi membuat identitas sebuah tempat mulai kehilangan perannya. Pembentukan identitas tempat tidak terlepas dengan kehadiran aktor di dalamnya. Salah satu aktor tersebut adalah komunitas kreatif. Keterkaitan antara tempat dan komunitas kreatif dalam pembentukan identitas tempat ditinjau melalui pengaruh identitas tempat terhadap komunitas kreatif atau sebaliknya serta mengkaji penggunaan ruang dan makna tempat bagi komunitas kreatif. Kolaborasi antara ketiga hal tersebut serta waktu terjadinya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam membahas identitas tempat. Penelitian dilakukan di Taman Fatahillah dan Pasar Baru Jakarta. Sebagai ruang publik, tempat ini memiliki identitas yang kuat dalam memicu kehadiran komunitas kreatif di ruang itu. Keberadaan komunitas kreatif melalui aktivitasnya dalam pembentukan identitas tempat merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan identitas tempat tersebut. Bagi komunitas kreatif, identitas yang dimiliki ruang publik mendukung aktivitas yang dilakukan dan menciptakan interaksi dengan individu yang lain. Sedangkan peran komunitas bagi ruang publik adalah menjadi daya tarik lain bagi masyarakat untuk datang ke tempat itu. Peran komunitas kreatif menambah identitas tempat tersebut. Kata Kunci: Identitas tempat; komunitas kreatif; ruang publik The Role of The Creative Community in Shaping of Public Space s Identity Abstract Globalization makes the identity of a place begins to lose its role. The formation of place identity cannot be separated by the presence of actors in it. One of the actors is creative community. Creative community
2 is a group of people having the same interest and having value, purpose, and creating the interaction of either by another individual and physical environment. The relationship between the place and the creative community in shaping of place identity viewed through place identity against creative community or otherwise as well as assessing the use of space and meaning of a place for the creative community. The collaboration among all these three and the time of the occurrence of an entity that cannot be separated in discussing the identity of the place. Research carried out in Taman Fatahillah and Pasar Baru Jakarta. As a public space, this place of having the strong identity to the triggering of the presence of creative community in these space. The existence of the creative community through their activities in shaping of place identity is one effort in improving the identity of the place. For the creative community, the identity which owned by public space support their activities undertaken and create the interaction with other individuals. While the role of the community for public space is becoming another attraction for people to come to that place. The role of the creative community add to the identity of the place. Keywords: Creative community; place identity; public space Pendahuluan Placelessness dapat diartikan sebagai tempat yang kehilangan keunikan akan budaya & tradisi yang dimiliki dan menjadi mirip dengan yang lain. Dalam bahasan mengenai placelessness terdapat hal-hal yang saling berhubungan dalam proses terjadinya placelessness seperti globalisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Globalisasi budaya yang terjadi memicu isu mengenai identitas tempat (place identity). Konsep mengenai identitas tempat merupakan perpaduan antara konsep identitas dan konsep place. Bagaimana tempat memiliki identitas yang menyatakan distinctiveness tempat tersebut dengan tempat lainnya. Bagaimana identitas membantu lingkungan untuk mengidentifikasi kawasannya. Suatu tempat dapat dikatakan memiliki identitas apabila masyarakat dapat membedakan tempat itu dengan tempat lainnya. Di dalam suatu tempat seperti ruang publik terdapat berbagai macam aktivitas dan interaksi. Aktivitas dan interaksi yang terjadi melibatkan individu maupun komunitas. Komunitas yang ada di tempat tersebut beraneka ragam, salah satunya adalah komunitas kreatif. Komunitas kreatif merupakan sekumpulan orang yang melakukan kegiatan yang melibatkan kreativitas
3 yang mereka miliki. Keterkaitan antara ruang publik dengan kehadiran komunitas kreatif memicu timbulnya pertanyaan mengenai identitas ruang publik antara lain : a. Apakah sebuah tempat sudah dikenal terlebih dahulu akan identitasnya ataukah komunitas kreatif yang membentuk identitas sebuah tempat? b. Bagaimana komunitas kreatif menggunakan ruang di tempat itu? c. Apa makna tempat itu bagi komunitas kreatif? Penulisan ini bertujuan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisa keterkaitan antara komunitas kreatif dan tempat. Melalui penulisan ini diharapkan dapat memahami peranan identitas tempat dalam kehadiran komunitas kreatif atau sebaliknya. Tinjauan Teoritis Komunitas kreatif berarti mereka memiliki sesuatu untuk ditampilkan di masyarakat. Sesuatu yang unik dan orisinal yang berasal dari akal pemikiran mereka yang kemudian menjadi sebuah produk baik fisik maupun non fisik. Tetapi komunitas tersebut tidak benar- benar menghasilkan ide baru begitu saja dari benak mereka. Mereka memerlukan pengetahuan dan hal-hal yang telah ada di sekitar mereka sebagai referensi atau inspirasi mereka dalam menghasilkan karya seperti budaya, pengalaman, dan konteks lain yang berkenaan. Komunitas kreatif dapat pula diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki minat atau ketertarikan yang sama dan memiliki nilai, tujuan, dan menciptakan interaksi baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakatdan lingkungan fisik. Hal ini didukung kultur yang ada seiring berjalannya waktu terdapat aktivitas dan interaksi di dalamnya akan berkembang dan memungkinkan munculnya identitas ruang dan tempat dengan cara menghasilkan ide baru yang bermanfaat untuk lingkungan mereka. Dalam jurnalnya, Widiastuti (2010) mengatakan komunitas kreatif dapat membuat ruang publik (public space) yang awalnya tidak berfungsi menjadi berfungsi kembali dengan adanya kehadiran komunitas kreatif di ruang publik itu. Komunitas kreatif dianggap dapat menarik massa untuk datang dan menggunakan ruang terbuka untuk aktivitas yang mereka sukai.
4 Komunitas sebagai contoh aktor yang berperan dalam pembentukan identitas sebuah tempat. Identitas tempat dapat hadir dengan adanya tindakan atau interaksi yang dilakukan oleh aktor yang berada di tempat itu. Kreativitas komunitas berkolaborasi dengan apa yang tersedia di lingkungan sekitar mereka. Sifat kreatif yang dimiliki komunitas dapat menghasilkan ide baru yang mungkin memunculkan identitas ruang dan tempat. Identitas tempat (place identity) merupakan gabungan dari dua hal yang saling terkait yaitu place dan identity yang dalam pembahasan mengenai identitas tempat menekankan pada makna atau pentingnya tempat baik bagi para penghuni maupun pengguna tempat itu. Fisher (2006) mengemukakan bahwa hal yang mendasar dalam konsep mengenai identitas tempat adalah bagaimana lingkungan lokal kita berada yang melingkupi lokasi secara geografis, budaya baik berupa warisan maupun tradisi dalam mempengaruhi hidup kita. 1 Dalam usaha mencirikan sebuah tempat, Relph (1976) menggambarkannya melalui pernyataan Wagner (1972) yang mengatakan bahwa tempat, orang, waktu dan bertindak membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Untuk menjadi diri kita sendiri harus berada di tempat tertentu dan melakukan hal-hal tertentu pada waktu yang tepat. Relph menekankan pada hubungan antara konsep tempat, orang dan bertindak dalam mempelajari identitas tempat. Wagner menganggap identitas sebagai hal mendasar dari pengalaman kita akan tempat yang keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman itu. Relph menunjukkan bahwa bukan hanya identitas tempat saja yang penting tetapi juga identitas seseorang atau kelompok yang memiliki tempat itu khususnya apakah mereka merasakan hal itu sebagai orang dalam ataukah orang luar. Senada dengan yang diungkapkan oleh Wagner (1976), Relph mengusulkan tiga komponen dari identitas tempat menurut mereka yaitu antara lain pengaturan fisik, aktivitas yang ditawarkan oleh tempat dan makna yang dikaitkan dengan tempat itu. Pengaturan fisik mengacu pada hubungan antara objek-objek yang berada di tempat itu seperti rumah, jalan atau area publik. Ketiga hal tersebut serta adanya interaksi manusia menghadirkan sense of place. Identitas tempat yang dimaksud yaitu identitas ruang publik. 1 Dalam Jurnal Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat milik Jenny Ernawati
5 Ruang publik memiliki pengertian sebagai ruang dimana setiap individu atau masyarakat sebagai warga negara memiliki akses terhadap seluruh kegiatan publik, mereka berhak secara bebas dalam melakukan sesuatu atau beraktivitas menggunakannya termasuk mengembangkan wacana publik seperti menyampaikan pendapat secara lisan maupun tertulis (A.S Culla, 1999). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Stephen Carr (1992) bahwa ruang publik harus bersifat responsif, demokratis dan bermakna. Responsif memiliki pengertian ruang publik dapat digunakan untuk kegiatan dan kepentingan luas. Sedangkan demokratis berarti ruang publik dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa membedabedakan siapa individu dan darimana asal mereka dan yang terakhir bermakna berarti ruang itu dapat menghubungkan antara manusia, ruang itu sendiri dan konteks lain yang lebih luas. Sebuah ruang dapat digunakan oleh publik jika ruang tersebut dikelola oleh negara, berkaitan dengan publik secara keseluruhan dan terbuka bagi penggunanya guna mendukung aktivitas yang dilakukan publik (Madanipour, 2003). Dalam ruang publik terdapat berbagai macam aktivitas baik yang bersifat positif maupun negatif. Aktivitas yang terjadi melibatkan individu maupun kelompok. Sebagai contoh komunitas kreatif memanfaatkan ruang publik sebagai ruang interaksi mereka dengan melakukan aktivitas kreatif. Proses timbal balik antara ruang publik dan komunitas kreatif didalamnya memungkinkan menciptakan identitas. Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia memerlukan kehadiran individu lain. Oleh karena itu, apabila seorang individu dengan individu lain atau kelompok lain bertemu akan tercipta interaksi sosial. Ketika mereka berinteraksi satu sama lain di ruang publik dapat memicu terjadinya aktivitas sosial. Pemahaman akan hubungan antara manusia dan space digambarkan sebagai sebuah proses timbal balik antar keduanya dimana saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain serta dalam prosesnya akan mengalami perubahan. Dalam tulisannya, Hiss (1991) mengatakan bahwa interaksi dengan tempat dapat mempengaruhi perasaan kita akan diri kita, kemampuan kita untuk bekerja dan berfungsi sebagai apa, dan pada akhirnya menjadi siapa kita sebagai individu. Aktivitas yang terjadi, aktor yang berada di tempat, waktu terjadi, elemen estetika menciptakan pengalaman ruang yang berbeda-beda. Hal-hal inilah yang menciptakan identitas tempat. Kusno (2009) mengungkapkan bahwa ruang publik sangat penting untuk membangun
6 kebersamaan komunitas sebab memberi tempat bagi sesama warga untuk berinteraksi dan merajut momen- momen yang dapat diingat bersama. Kehadiran komunitas di ruang publik dapat membentuk proses timbal balik dengan ruang publik itu termasuk komunitas kreatif. Metode Penelitian Untuk mempertajam kajian dari tinjuan teori, maka dilakukan pengolahan studi kasus komunitas kreatif yang berada di dalam ruang publik yang memiliki identitas di Kota Jakarta. Lokasi yang terpilih menjadi objek pengamatan adalah: Komunitas Manusia Batu di Taman Fatahillah, Kota Tua Komunitas Pelukis dan Penulis Indah di Kawasan Pasar Baru Dari ruang publik tersebut maka akan dibahas keterkaitan komunitas kreatif di ruang publik dengan identitas tempat dengan mengacu pada teori identitas tempat menurut Relph (1976) dan Wagner (1972). Tiga komponen dari identitas tempat menurut mereka yaitu antara lain pengaturan fisik, aktivitas yang ditawarkan oleh tempat dan makna yang dikaitkan dengan tempat itu. Ketiga hal ini dapat mengidentifikasi peran komunitas kreatif dalam pembentukan identitas ruang publik. Dalam penelitian digunakan metode pengamatan terhadap komunitas kreatif dan identitas ruang publik terkait serta wawancara baik terhadap komunitas kreatif maupun aktor lain didalamnya. Kemudian data yang dihasilkan digunakan untuk menganalisis keterkaitan anatara komunitas kreatif dan identitas ruang publik. Hasil Penelitian Studi Kasus
7 Gambar 1. Analisis Peran Komunitas Manusia Batu dalam Pembentukan Identitas Tempat di Taman Fatahillah (sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014) Pada studi kasus pertama yaitu Komunitas Manusia batu di Taman Fatahillah, Kota Tua. Identitas area Fatahillah sebagai kawasan wisata dengan bangunan-bangunan tua peninggalan zaman kolonial menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung ke Kota Tua dan lebih memahami mengenai sejarah terbentuknya Kota Jakarta. Dalam bahasan mengenai pembentukan identitas tempat, terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan identitas pada tempat. Jika melihat lokasi, area Fatahillah dapat dikatakan memiliki lokasi yang strategis. Terletak di jantung Kota Tua, orang dapat mudah menemukan area ini. Akses untuk menuju lokasi ini pun mudah. Adanya Taman Fatahillah di area Fatahillah menambah daya tarik pengunjung. Taman ini dapat digunakan untuk berbagai macam aktivitas dan interaksi masyarakat. Komunitas Manusia Batu merupakan salah satu komunitas kreatif yang turut beraktivitas di taman. Halaman depan Museum Fatahillah dipilih komunitas ini untuk beraktivitas setiap harinya. Hal ini dikarenakan Museum Fatahillah yang lebih terlihat menonjol dibandingkan bangunan- bangunan lain disekitarnya. Komunitas mendapat keuntungan dari identitas yang dimiliki area Fatahillah, Kota Tua yaitu area ini menciptakan karakter komunitas yang dikenal masyarakat. Sebaliknya, Taman Fatahillah mendapat keuntungan dari kehadiran mereka yaitu mereka menarik minat pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi di dalam taman serta menambah keanekaragaman aktivitas. Jadi dapat disimpulkan, area Fatahillah Kota Tua sudah memiliki identitas yang kuat. Hal ini memicu keberadaan Komunitas Manusia Batu untuk beraktivitas di area ini. Identitas area Fatahillah Kota Tua membentuk identitas komunitas ini. Masyarakat mengenal komunitas ini dari tempat mereka berada. Melalui ide kreatif yang dimiliki komunitas untuk masuk dalam kawasan, mereka berperan menjadi patung dengan menjadi figur pahlawan yang menjadi
8 identitas tambahan bagi Kota Tua. Gambar 2. Analisis Peran Komunitas Karikatur dalam Pembentukan Identitas Tempat di Kawasan Pasar Baru (sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014) Kemudian studi kasus kedua yaitu KPPI atau komunitas karikatur di kawasan Pasar baru. Kawasan Pasar Baru sudah dikenal dengan pusat perbelanjaannya sejak zaman kolonial hingga kini. Selain itu kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki bangunanbangunan lain peninggalan zaman kolonial seperti Gedung Kesenian Jakarta dan Kantor Pos Filatelli. Sebelum ada pusat perbelanjaan seperti mall, orang akan mengunjungi Pasar Baru jika ingin berbelanja. Pasar baru sebagai pusat perbelanjaan memiliki aneka ragam aktivitas didalamnya yang melibatkan berbagai macam aktor yang saling berinteraksi satu sama lain. Identitas kawasan Pasar Baru menarik berbagai macam pedagang untuk berjualan, salah satunya adalah pelukis karikatur. Lokasi yang strategis di Jakarta menjadi salah satu faktor penting dari kehadiran komunitas karikatur di sekitar kawasan Pasar Baru yaitu di Jalan Pos. Komunitas setiap harinya beraktivitas dan berinteraksi di kawasan ini dengan lokasi berada di trotoar jalan raya utama. Komunitas ini memiliki tujuan yang sama dengan penjual lain di Pasar Baru hanya saja mereka menggunakan kreativitas mereka dalam menawarkan jasanya. Kreativitas mereka pun tidak hanya berupa ide awal dalam pembentukkan komunitas ini tetapi mereka menggunakannya juga saat mereka menghasilkan lukisan secara berkelanjutan. Kehadiran mereka di area ini mendukung kehadiran penjual lain di area ini seperti penjual warung nasi pinggir jalan, penjual rokok dan pedagang kaki lima yang menjual minuman. Mereka merasa diuntungkan dengan adanya komunitas ini di Pasar Baru. Jadi dapat disimpulkan, sejak dulu Pasar Baru sudah memiliki identitas yang kuat dengan area
9 pusat perbelanjaan, kantor pos Filateli dan Gedung Kesenian Jakarta. Hal ini mengundang kehadiran komunitas ini untuk ikut beraktivitas di area ini. Komunitas karikatur yang telah memiliki identitas sebagai penjual yang menjajakan karya seni hasil kreativitas sehingga menambah identitas kawasan ini. Hal ini menyebabkan tempat ini lebih menarik dengan lukisan yang dipajang di sepanjang kios mereka dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang mengunjungi tempat ini. Kesimpulan Gambar 3. Diagram kesimpulan (sumber: Dokumentasi pribadi, 2014) Ruang publik menyediakan ruang yang dapat digunakan masyarakat untuk beraktivitas yang memiliki sifat responsif, demokratis dan bermakna. Kehadiran ruang publik menarik masyarakat untuk beraktivitas di dalamnya mulai yang bersifat komersil hingga non komersil yang dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok. Kolaborasi antara tempat, aktor, aktivitas dan waktu yang dilakukan dalam ruang publik memunculkan identitas tempat. Identitas yang dimiliki sebuah tempat mulai kehilangan perannya, dibutuhkan usaha untuk meningkatkan identitas. Identitas tempat terbentuk daripengaturan fisik tempat, aktivitas yang ditawarkan oleh tempat dan makna yang dikaitkan dengan tempat itu. Salah satu faktor dalam
10 kolaborasi adalah kehadiran aktor. Keberadaan aktor memiliki peran untuk menghadirkan aktivitas di ruang publik. Aktor membaur di tempat tersebut dengan membawa identitas diri. Dalam studi kasus Komunitas Manusia Batu di Taman Fatahillah, Kota Tua, tempat dengan identitas sebagai kawasan yang memiliki banyak bangunan bersejarah. Kota Tua merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi mengenai Kota Jakarta. Kawasan ini identik dengan bangunan yang masih memperlihatkan bentuk bangunan pada zaman kolonial dulu. Kota Tua memiliki banyak museum yang menarik masyarakat untuk datang dan mempelajari tentang sejarah Kota Jakarta. Area Fatahillah merupakan area yang banyak didatangi pengunjung dan merupakan ruang publik yang banyak dimanfaatkan oleh berbagai macam komunitas untuk beraktivitas, salah satunya adalah Komunitas Manusia Batu. Komunitas Manusia Batu terbentuk dari identitas Kota Tua. Komunitas ini berada di area Fatahillah tepatnya di Taman Fatahillah. Area ini merupakan salah satu tempat individu untuk mengabadikan momen melalui lensa kamera. Berfoto dengan latar belakang bangunan tua zaman kolonial ataupun menjadikan bangunan tua itu menjadikan sebagai objek utama. Di area ini juga terdapat aktivitas lain seperti berjualan, bersepeda dan sebagainya. Area Fatahillah, Kota Tua sudah lama dikenal masyarakat luas sebagai salah satu tempat wisata di Jakarta. Hal ini memberi pengaruh penting dalam terbentuknya Komunitas Manusia Batu. Komunitas ini merupakan salah satu dari komunitas kreatif yang ada di Taman Fatahillah yang menggunakan tempat ini untuk melakukan aktivitas publik. Komunitas ini memanfaatkan nama dan elemen yang dimiliki tempat ini untuk mendukung peran yang dilakoni. Kehadiran komunitas tersebut memberikan nilai tambah bagi Kota Tua. Melalui peran yang dilakoni (tokoh sejarah), komunitas menarik perhatian wisatawan untuk datang dan ikut beraktivitas di area Taman Fatahillah. Komunitas ini juga menarik minat masyarakat untuk menjadikan mereka sebagai objek foto yang mendukung kehadiran bangunan-bangunan tua bersejarah disana. Identitas area Fatahillah Kota Tua sebagai kawasan wisata merupakan hal yang sudah diketahui masyarakat. Area ini memiliki identitas yang kuat dan berperan mengangkat sejarah terbentuknya Kota Jakarta. Kehadiran Komunitas Manusia Batu memberikan nilai tambah bagi di area Taman Fatahillah Kota Tua sebagai objek wisata. Sedangkan Kota Tua berperan dalam terbentuknya identitas komunitas ini serta menguatkan keberadaan mereka. Pada studi kasus kedua mengenai Komunitas Karikatur di Pasar Baru. Identitas tempat yang
11 dalam sejarahnya dikenal sebagai pusat perbelanjaan sejak zaman kolonial hingga kini. Terdapat banyak aktivitas jual beli yang melibatkan berbagai macam penjual yang datang dari berbagai daerah. Penjual yang hadir menjajakan dagangannya baik berupa benda maupun jasa. Banyaknya penjual yang terdapat di tempat ini menciptakan berbagai aktivitas yang bermacam- macam di dalamnya. Salah satu penjual yang memanfaatkan nama dari tempat itu adalah Komunitas Karikatur. Dalam menjual jasanya Komunitas Karikatur dituntut terus memberikan inovasi ide untuk menghasilkan karya seni, sehingga dapat ditampilkan menarik perhatian pengunjung Pasar Baru untuk menggunakan jasa mereka. Identitas Pasar Baru berperan sebagai pemicu kehadiran Komunitas Karikatur. Pada awalnya hanya sekumpulan penjual yang menawarkan jasa membuat sebuah karya seni selanjutnya mereka membentuk komunitas. Pasar Baru memberikan pengaruh dalam hal terbentuknya identitas komunitas ini. Komunitas menggunakan identitas Pasar Baru yang sudah dikenal masyarakat luas sebagai tempat mereka beraktivitas untuk membantu mereka lebih dikenal masyarakat. Pasar Baru juga mendapat dampak dari kehadiran komunitas. Kehadiran komunitas yang memamerkan karya seni lukisan hasil kreativitas mereka menghiasi sepanjang trotoar yang digunakan menjadi pemandangan tersendiri bagi Pasar Baru. Tersedianya lahan untuk mereka didukung oleh Pemerintah DKI dengan tujuan meningkatkan aspek pariwisata Kota Jakarta. Maraknya pusat perbelanjaan modern seperti mall membuat Pasar Baru mulai kehilangan perannya. Oleh karenanya dibutuhkan usaha untuk meningkatkan peran tersebut. Kehadiran komunitas kreatif berkontribusi dalam memperkuat identitas Pasar Baru sebagai pusat perbelanjaan melalui kreativitas seni lukisan dan komunitas kreatif juga berlaku sebaliknya. Dari kedua kasus di atas terdapat dua hal yang berbeda mengenai keberadaan komunitas kreatif. Di Taman Fatahillah, Kota Tua, keberadaan komunitas kreatif memberikan nilai tambah bagi area taman. Kota Tua sendiri sudah memiliki identitas dan peran yang kuat sebagai kawasan wisata dengan bangunan tua bersejarah. Sedangkan di Pasar Baru, komunitas kreatif saling memperkuat peran dengan tempat tersebut. Pasar Baru sudah dikenal memiliki identitas namun peran sebagai pusat perbelanjaan mulai menurun sehingga keberadaan komunitas kreatif disini menjadi salah satu usaha untuk meningkatkan kembali peran Pasar Baru sebagai pusat perbelanjaan.
12 Saran Skripsi ini dapat dilanjutkan dengan menelaah lebih tajam makna komunitas kreatif dan definisi identitas tempat sebagai dua faktor yang terkait terhadap keterkaitan antara keduanya. Selain itu perlu juga untuk mencari kajian teori tambahan terkait pemaknaan ruang oleh aktor baik komunitas kreatif maupun aktor lain yang terkait di ruang publik itu. Hal ini dapat dikaji melalui aktivitas yang dilakukan, pola interaksi dan konfigurasi ruang. Sehingga menghasilkan resume pemaknaan yang lebih komprehensif. Demikian juga pada bagian studi kasus yang masih dirasakan kurang sehingga perlu ditambahkan untuk menghasilkan perbandingan yang lebih akurat. Melalui pemahaman pemaknaan tersebut, terdapat harapan bahwa kehadiran komunitas kreatif memberikan peranan yang penting dalam pembentukkan identitas sebuah ruang publik. Daftar Referensi Carr, S. (1992). Public space. Cambridge [England]: Cambridge University Press. Carmona, et al. (2003). Public places, urban spaces. Oxford: Architectural Press. Carmona, et al. (2008). Public Space: The Management Dimension. New York, USA: Routledge, Taylor & Francis Group. Culla, A. (1999). Masyarakat madani. Jakarta: Raja Grafindo Persada Fisher, J. J. (2006). Creating Place Identity: It s Part of Human Nature. Course Description of Place, Identity and Difference. Built Environment Geography. Hiss, T. (1991). The experience of place. New York: Vintage Books Kusno, et al. (2009). Ruang publik, identitas, dan memori kolektif. Yogyakarta: Ombak. Madanipour, A. (2003). Public and private spaces of the city. London: Routledge
13 Memasyarakatkan arsitektur. memasyarakatkan arsitektur. Accessed on March 7, 2014 from Relph, E. (1976). Place and placelessness. London: Pion. Wagner, P., L. (1972) Environments and Peoples. Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,
Lebih terperinciIdentifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Sejarah Cafe Lawangwangi Cafe Lawangwangi Creative Space merupakan salah satu tempat dimana para seniman dapat memamerkan sekaligus menjual hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang pada saat ini merupakan kota bisnis yang sedang berkembang menuju kota metropolitan. Kota Semarang sebagai pusat pengembangan wilayah menunjang peranan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ruang Publik Pada umunya, ruang publik merupakan suatu ruang terbuka yang dapat mendukung kebutuhan manusia akan tempat-tempat berkumpul dan wadah untuk berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 6. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pusat pemerintahan, kota Jakarta terus mengalami perkembangan pembangunan, baik dalam bentuk rumah tinggal maupun bangunan komersial. Perkembangan pembangunan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan dibahas mengenai latar belakang dari perancangan sebuah Museum seni karikatur dan patung di Tabanan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 "Sunday Morning" di Kawasan Lembah UGM Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan yang cukup luas. Sebagai salah satu ruang terbuka hijau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota
Lebih terperinciSTA SIU N TR A N SIT SEBAGAI PUSAT KO M U NITAS
STA SIU N TR A N SIT SEBAGAI PUSAT KO M U NITAS (TR A N SIT ST ATIO N AS COMMUNITY CENTER) AR 5151 sostek perancangan lingkungan binaan heriany m n l 15202078 ...FENOM E N A BER M UKIM DI SEKITA R RE L
Lebih terperinciThreshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,
Lebih terperinciGOOD PUBLIC SPACE INDEX Teori dan metode
GOOD PUBLIC SPACE INDEX Teori dan metode Johannes Parlindungan 2013 Research Centre of Public Space Laboratory of Urban Design Department of Urban and Regional Planning University if Brawijaya GOOD PUBLIC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1. Pengertian Galeri Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI ga le ri /n ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dsb. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik bagi pengusaha untuk mempromosikan barang dan jasa mereka dengan menggunakan berbagai aneka ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai sektor. Sektorsektor ekonomi di Indonesia terbagi atas sembilan sektor, salah satu diantaranya adalah sektor perdagangan,
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciPola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang
Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai co-creation experience terhadap kota kreatif sebagai destinasi pariwisata serta dampaknya pada revisit
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Gambaran beberapa kata kunci dengan pengelompokan dalam tapak dan sekitarnya, dengan pendekatan pada tema : Diagram 3.1.Latar Belakang Pemilihan
Lebih terperinciPOLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244
POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kota merupakan wadah bagi penduduk didalamnya untuk beraktivitas dan berinteraksi antar individu yang kemudian memunculkan ide-ide baru yang dapat memicu
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan sektor penting di dunia yang saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara serius melibatkan
Lebih terperinciKAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NURUL FATIMAH Y.M. L2D 002 422 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciINFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon
INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(72-79) Karakter Shared Street pada Jalan-jalan di Perkampungan Krapyak Kulon Mohammad Ibnu Saud Intisari Krapyak Kulon merupakan salah satu perkampungan di Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinciCarmona, M., Heath, T., Oc, T., Tiesdell, S., 2003, Public Places - Urban Spaces, Architectural Press, Oxford.
DAFTAR PUSTAKA Amal, C. A., Sampebulu, V., & Wunas, S., 2010, Efektifitas Ruang Publik Dalam Rumah Susun Di Kota Makasar, Jurnal Ilmiah, Makassar. (http://docplayer.info/ 147376-Efektifitas-ruang-publik-dalam-rumah-susun-di-kota-makassar-theeffectiveness-of-enclosed-public-space-in-rental-apartments.html).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinci2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting
Lebih terperinciKAJIAN KETERKAITAN GAYA HIDUP MAHASISWA DENGAN TATA RUANG KORIDOR JALAN BABARSARI YOGYAKARTA
TESIS KAJIAN KETERKAITAN GAYA HIDUP MAHASISWA DENGAN TATA RUANG KORIDOR JALAN BABARSARI YOGYAKARTA Disusun oleh : (NIM : 105401486) PROGRAM STUDI MAGISTER DIGITAL ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013
Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013 WISATA AGROFORESTRI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Pengembangan Hutan Wanagama I sebagai Kawasan Wisata dengan Penerapan Konsep Green Landscape dan Green
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan data instrumen yang dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian yaitu: 1. Seperti apa sense of place
Lebih terperinciLATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah Bali di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya
KATA PENGANTAR Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, produsen suatu produk barang atau jasa (organisasi/perusahaan) harus benar-benar memperhatikan konsumen yang ingin dituju. Hal ini dikarenakan saat ini pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan kota metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia kini sedang dalam upaya pertumbuhan global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke
Lebih terperinciIntegrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah tentang keunikkan dan keanekaragaman budaya dan suku yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah sebuah Negara maritim dimana sebagian besar negaranya adalah perairan, negeri yang beriklim tropis ini memiliki banyak kekayaan alam, wisata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul. : Peroses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu, benda, hasil karya, suatua kawasan. 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Kampus UMS Destinasi Wisata : Peroses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu, benda, hasil karya, suatua kawasan. 1 : Daerah tertentu yg mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciAPLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN
APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Fakultas Teknik Universitas Riau, Email: hidayat79_iium@yahoo.com Abstract Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tua menjadi simbol permata Jakarta selain Monas dan Kepulauan Seribu, dan Kota Tua juga salah satu pusat sejarah Indonesia, sebab di wilayah tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut Ratu dari Timur ( Queen of the east ). Kejadian kejadian sejarah termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batavia yang merupakan cikal bakal kota jakarta saat ini mempunyai sejarah yang panjang, dalam berbagai masa, perubahan, perombakan dan pembangunan. Ia mengalami masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan kehidupan di zaman modern ini semakin ketat, baik dalam hal mode dan gaya hidup. Hal ini dapat menjadi motifasi anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat kebutuhan manusia akan wisata kian berkembang dan menjadi lebih mudah orang-orang melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang serba bergerak cepat ini, manusia dituntut selalu aktif dan produktif untuk memenuhi tuntutan hidup. Kehidupan yang serba sibuk dengan rutinitas pekerjaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
ABSTRAK Budaya Sunda pada masyarakat kota Bandung dirasakan sudah tidak kental lagi. Karena pola pikir masyarakat yang kurang akan budaya dan kurangnya aturan yang kuat dari pemerintah, maka dibuat fungsi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian
ABSTRAK Ruang publik Yaroana Masigi merupakan bagian paling inti dari kawasan Benteng Keraton Buton. Kegiatan Budaya dan adat yang berlangsung di Yaroana Masigi masih terpelihara sampai saat ini. Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor
Lebih terperinciPeranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar
Received: March 2017 Accepted: March 2017 Published: April2017 Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Indah Sari Zulfiana 1* 1 Program
Lebih terperinciPERAN THEME PARK PADA INDUSTRI PARIWISATA DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata)
PERAN THEME PARK PADA INDUSTRI PARIWISATA DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata) Wasesa Amimaitreya Еdriana Pangеstuti Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas
Lebih terperinciKEHADIRAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN FUNGSI TEMPORER DI JAKARTA (The Presence of Temporary Public Open Space in Jakarta)
KEHADIRAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN FUNGSI TEMPORER DI JAKARTA (The Presence of Temporary Public Open Space in Jakarta) Siti Sujatini Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Persada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Identitas penting bagi perkembangan kota. Sebagaimana identitas manusia, Heidari dan Mirzaii (2013) mengatakan bahwa identitas kota terkait erat dengan eksistensi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,
8 (PIS) adalah : barongsai, wayang orang dan wayang potehi yang bercerita tentang kerajaan cina kuno dan atraksi tersebut akan terus dikembangkan agar tetap menarik bagi pengunjung. BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI
BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI 2.1 PENGERTIAN PASAR KERAJINAN DAN SENI Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu ( http://id.wikipedia.org/ : 7/9/2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciStudi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat
LAPORAN PENELITIAN Studi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat PENELITI: Resi Hari Murti Adjie (NIM: 41211010013) PERNYATAAN Saya
Lebih terperinci1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang mempunyai identitas budaya yang sangat beragam. Namun pada saat ini identitas tersebut mulai pudar karena adanya pengaruh globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian judul Pusat : merupakan Pokok Pangkal atau yang menjadi pumpunan(berbagai, urus hal,dsb) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) Seni : Keahlian membuat karya yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain menjadi kota pelajar dan kota gudeg Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak daya tarik wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia di kenal sebagai salah satu Negara yang memiliki beragam macam budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi, diantaranya ialah permainan tradisional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nur Muladica Gedung Fotografi di kota Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia berusaha mendokumentasikan sebuah peristiwa. Terlihat dengan adanya gambar-gambar pada dinding gua, kulit kayu, kulit binatang, relief, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)
Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciarea publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai
2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti
Lebih terperinciPola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu
Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu Shabrina Ghaisani 1, Subhan Ramdlani 2, Jenny Ernawati 2 1Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dampak positif dari globalisasi adalah aksesibilitas informasi dan kemajuan ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai bidang, baik itu politik, sosial, ekonomi, budaya, serta perilaku dan kebiasaan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas pasar
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surakarta merupakan salah satu kota pariwisata yang menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Surakarta ini mengusung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa perlu menjaga kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk
Lebih terperinciSHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan zaman disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi terutama di wilayah perkotaan, seringkali terjadi adanya masalah keterbatasan lahan
Lebih terperinciCOMMUNITY CENTER di BSD City (Penekanan Desain GREEN ARCHITECTURE) TA-118 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serpong adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Di kecamatan ini terletak kota terencana ternama yang bernama Bumi Serpong Damai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,
Lebih terperinci