GAMBARAN PENDIDIKAN di MADRASAH: Penerapan Etnobiologi dalam Pelajaran Biologi kelas X di Madrasah Aliyah
|
|
- Liana Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN PENDIDIKAN di MADRASAH: Penerapan Etnobiologi dalam Pelajaran Biologi kelas X di Madrasah Aliyah Disusun oleh : Moro H.K.E.P. Guru Mata Pelajaran Biologi MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Sekarang Dosen di PBIO FKIP UAD Abstrak Penelitian ini merupakan hasil analisis yang dilakukan dari pelajaran Biologi di Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta. Data diambil berdasarkan laporan penulisan yang dilakukan siswa sebagai tugas dalam materi keanekaragaman hayati kelas X, semester II antara tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, tema pengamatan, subyek penelitian, alasan emik-etik yang diceritakan, dan konsep biologi, diidentifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada alasan emik (local knowledge) yang memiliki dasar konsep biologi lebih baik daripada pengetahuan ilmiah biologi (scientific knowledge) dari buku/ materi pelajaran. di kelas. Penelitian ini bukan dimaksudkan sebagai panduan dalam reposisi pembelajaran sains (biologi), namun menjadi kritik terhadap karakterisasi sains yang berasal bukan dari pengetahuan dan budaya bangsa. Pendahuluan Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hal itu dilengkapi oleh keanekaragaman budaya berbagai etnik penduduknya sebagai sumberdaya manusia lokal. Setiap etnik memiliki pengetahuan lokal berupa bentuk dan pola pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam lokal di lingkungannya. Bentuk dan pola tradisional dan sederhana itu merupakan potensi dalam pengembangan pemanfaatan sumberdaya yang lestari atau berkelanjutan. Dalam perannya sebagai pelestarian budaya, pendidikan juga mengalami perkembangan dengan pesat. Perkembangan pendidikan biologi bukan hanya didorong oleh perkembangan teori-teori pendidikan namun juga terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan trend ilmu biologi itu sendiri. Warisan biokultural adalah warisan budaya (baik terukur maupun tidak terukur termasuk hukum adat istiadat, cerita rakyat, nilai-nilai spiritual, pengetahuan, inovasi dan praktek-praktek) dan warisan hayati (keanekaragaman gen, varietas, jenis dan persyaratan ekosistem, pengaturan, dan jasa budaya) dari
2 penduduk asli, masyarakat tradisional dan komunitas lokal, yang mana sering kali terikat melalui interaksi antara manusia dan alam di luar batas dan dibentuk oleh konteks sosialekologi dan ekonomi mereka. Warisan ini termasuk bentang alam sebagai dimensi ruang dimana evolusi warisan biokultur asli terjadi. Warisan ini diturunkan dari generasi ke generasi, dikembangkan, dimiliki dan diatur secara kolektif oleh komunitas pihak-pihak yang terkait berdasarkan hukum adat istiadat. hubungan yang harmonis dalam bidang etnobiologi (Anonim, 2006). Dalam penelitian ini disajikan gambaran pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak tentang perhatian dan pengetahuan siswa mengenai pembelajaran biologi dengan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan lokal. Data diperoleh dari tugas laporan penulisan siswa yang dilakukan sejak tahun 2009 hingga tahun Sesungguhnya di madrasah konsep etnobiologi sudah mulai muncul pada tahun 2008 seiring dengan dimulainya kurikulum tingkat satuan pendidikan. Analisis tentang etnobiologi di bidang pendidikan jarang sekali mendapatkan perhatian karena dianggap tidak ilmiah. Materi biologi yang disampaikan kepada siswa lebih berasal dari buku yang sumbernya dari budaya dan penelitian asing. Paradigma umum kajian etnobiologi selama ini masih menekankan kegiatan eksplorasi (inventarisasi) semua jenis tumbuhan/hewan yang dimanfaatkan kelompok etnik pada kawasan tertentu, yang biasanya lebih mudah diungkap secara kuantitatif. Sedikit bergeser dari situ, kajian penelitian ini menekankan eksplorasi satu jenis biota yang dimanfaatkan masyarakat lokal namun bukan merupakan komoditas lazim, yang lebih relevan diungkap secara kualitatif sebagai penelitian dasar. Pengetahuan lokal tentang jenis biota tadi pun sudah lebih jauh pada aspek teknis pemanfaatan, sehingga kajian etnoteknologinya perlu lebih ditekankan mendampingi kajian etnobiologinya. Sistem pengetahuan lokal yang diakumulasi dari generasi ke generasi merupakan kekayaan bangsa yang tidak tergantikan dan bermanfaat di masa kini. Pengetahuan lokal harus didokumentasikan dan dipelajari, terutama kegunaan dan penggunaannya sebagai inspirasi pengembangan gagasan. Pendidikan sains memiliki peran penting untuk melaksanakan tugas tersebut. Tema etnobiologi yang seringkali diambil adalah pengobatan tradisional, pangan lokal, sistem bahasa dan upacara terhadap gejala alam, transmisi pengetahuan, dan pemukiman (Darnaedi, 2006)..
3 Metode Hasil yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil analisis terhadap tugas laporan penulisan materi keanekaragaman hayati yang dikumpulkan oleh siswa madrasah, sejak tahun Laporan penulisan tersebut dianalisis dalam hal subjek penelitian, konsep emik-etik yang ditulis, konsep etnobiologi yang ditulis, dan alasan yang digunakan. Hasil 1. Distribusi Penulisan Jumlah laporan penulisan dari tahun 2009 ke tahun 2010 disajikan pada Tabel 2. Ratarata ada sekitar 91 laporan penulisan yang dihasilkan oleh siswa kelas X MA Ali Maksum untuk pelajaran Biologi setiap tahunnya. Pada tahun 2009 jumlah laporan penulisan paling sedikit (37 laporan), namun pada tahun berikutnya jumlah laporan penulisan meningkat (54 laporan). 2. Subjek Penelitian Sebagian besar penulisan dilakukan dalam tema kearifan lokal yang dimiliki siswa berdasarkan asalnya (Tabel 2). Jumlah penulisan dalam tema asal siswa mencapai lebih dari lima kali lipat penulisan dalam tema lain, misalnya di lingkungan sekitar madrasah. Tabel 2. Tema Penulisan No Tema Jumlah 1 Daerah asal siswa 75 2 Lingkungan sekitar madrasah 5 3 Kajian Islam 10 4 Lain-lain 1 JUMLAH 91 Laporan penulisan tugas Biologi lebih banyak dari daerah asal siswa (75 tema). Tema lain-lain yang dimasukkan karena tidak dapat dikelompokkan dalam tema yang ada (1 tema). Informasi etnobiologi di tema lain-lain adalah mitos asal mula suatu gua. Penulisan laporan biologi di tema lingkungan sekitar madrasah dan tema agama (Islam) masing-masing 10 tulisan.
4 Daerah asal siswa yang menulis laporan meliputi : Jambi, Jakarta, Kediri, Riau, Semarang, Palembang, Cirebon, Karawang, Bandung, Indramayu, Brebes, Pekalongan, Cilacap, Pati, Bangkalan, Kudus, Rembang, Temanggung, Bekasi, Sukoharjo, Purbalingga, Nganjuk, Lampung, Nabire, Timika, Batam, Barito, Ciamis, Banyumas, Pekanbaru, Purworejo, Jogja, Bantul, Sleman, dan Mataram. Lingkungan sekitar madrasah adalah pekarangan rumah, daerah publik, dan bangunan kuno (kandang menjangan). 3. Konsep Etnobiologi yang ditulis Konsep terkait Plantae (tumbuhan eksotik dan tanaman produksi) merupakan konsep yang paling banyak diteliti (Tabel 3). Lebih dari 30% penulisan yang dilakukan siswa merupakan konsep-konsep yang terkait ekologi. Konsep lain yang juga banyak diteliti adalah ekologi (pencemaran lingkungan, ekosistem, konservasi), animalia, dan sistem dalam manusia (sistem pencernan, reproduksi, dan alat indera). Tabel 3. Konsep-konsep yang ditulis No Konsep Biologi Total 1 Animalia 23 2 Ekosistem 23 3 Mikrobia 1 4 Sistem Gerak 6 5 Sistem Pencernaan Makanan 24 6 Sistem Reproduksi 1 7 Keanekaragaman 2 8 Plantae 35 JUMLAH 115 Penulisan pada umumnya dilakukan pada semester genap akibatnya konsepkonsep yang ada pada semester gasal sangat jarang diteliti. Demikian juga untuk materi kelas XI dan XII jarang ditulis karena siswa masih kelas X. Secara akademik hal ini kurang baik sebab ada ketidakseimbangan dalam konsep yang dikaji. Untuk itu diperlukan strategi lain sehingga konsep-konsep yang diteliti tetap dapat menyebar. Konsep yang ditulis siswa diklasifikasi dalam jumlah yang lebih banyak daripada tugas yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan dalam satu tugas penulisan, siswa seringkali mampu mengungkapkan konsep biologi yang lebih dari satu. Kemampuan siswa ini menunjukkan sebenarnya ada integrasi antara konsep satu dengan konsep lain yang
5 berhasil diungkapkan siswa dalam sebuah tema. Bukan memisahkan konsep biologi seperti dalam buku atau materi pelajaran. 4. Metode penulisan Lebih dari setengah penulisan menggunakan metode deskriptif (Tabel 4). Metode penulisan yang juga banyak digunakan adalah deskriptif dan naratif - historikal. Tabel 4. Metode penulisan No Metode Jumlah 1 Naratif Historikal 20 2 Eksposisif Sistematikal 3 3 Diskriptif 62 4 Argumentatif Korelasional 6 JUMLAH Tema penulisan Beberapa tugas penulisan (37 tulisan), siswa menuliskan dua konsep atau lebih (misalnya plantae dan ekosistem), sehingga dari konsep tersebut dibagi menjadi dua tema. Dalam penelitian ini diidentifikasi tema pertama (variabel pertama) dan tema kedua (variabel kedua) yang ditulis. a. Tema pertama Makanan, Lingkungan, dan upacara adat merupakan tema-tema yang paling banyak ditulis (Tabel 5). Sekalipun ada tema-tema yang lain, namun tema-tema tersebut senantiasa mendominasi selama penulisan. Tabel 5. Tema Etnobiologi pertama yang ditulis No Tema Jumlah 1 Makanan 31 2 Lingkungan dan konservasi 4 3 Upacara adat 18 4 Flora-Fauna eksotik 7 5 Bangunan 4 6 Pakaian 3 7 Obat & Pengobatan 4 8 Agama 20 JUMLAH 91
6 b. Tema kedua Tema etnobiologi yang kedua pada umumnya merupakan tema yang menjadi akibat dari tema pertama. Tema kedua ini pada umumnya merupakan konservasi, flora-fauna eksotik, dan agama (Tabel 6). Tabel 6. Tema Etnobiologi kedua yang ditulis No Tema Jumlah 1 Makanan 9 2 Lingkungan dan konservasi 18 3 Upacara adapt 2 4 Flora-Fauna eksotik 6 5 Bangunan - 6 Pakaian - 7 Obat & Pengobatan 2 8 Agama - JUMLAH 37 Diskusi Seperti diungkapkan sebelumnya, penelitian ini tidaklah dimaksudkan untuk memberikan arahan tentang reposisi pendidikan sains. Penelitian ini lebih dimaksudkan sebagai bahan informasi tentang apa yang telah ditulis, bagaimana cara menulisnya, dan apakah alasan etik dan emik subyeknya ditulis. Dengan penelitian ini diperoleh informasi tambahan terhadap bidang etnobiologi yang ingin diketahui dari siswa melalui pembelajaran biologi di kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tugas laporan penulisan siswa sebelum tahun 2010 menunjukkan : a. Materi biologi yang ditulis oleh siswa MA Ali Maksum Krapyak sudah searah dengan sistematika penulisan sains di dunia internasional, namun kesulitan sumber pustaka dan penulisan redaksional. Penulisan yang banyak dilakukan siswa di madrasah baru tahap mengungkapkan maksud saja, belum menyajikannya sebagai tulisan ilmiah yang ringkas, padat, dan jelas. b. Konsep yang ditulis kurang mengungkap konsep etnobiologi. Konsep penulisan berdasarkan scientific knowledge lebih umum ditulis sedangkan konsep yang berdasarkan local/ indigenous knowledge kurang ditulis. Konsep-konsep yang muncul merupakan konsep yang relatif sedikit jumlah penulisannya. c. Sebagian besar penulisan dilakukan pada tingkat hewan dan tumbuhan tingkat tinggi. Tingkat hewan dan tumbuhan tingkat rendah relatif jarang
7 ditulis sehingga informasi tentang etnobiologi di madrasah kurang tersedia. d. Metode penulisan yang banyak digunakan siswa adalah deskriptif, korelasional, dan studi pustaka. Sebagian besar penelitian pendidikan sains mengkaji pengaruh atau hubungan suatu variabel terhadap variabel yang lain, misalnya pengaruh media terhadap hasil belajar siswa. Penelitian semacam ini tentu saja bermanfaat sebagai informasi awal penelitian pendidikan sains, namun sesungguhnya pembelajaran biologi tidak mungkin diterima sebagai pengetahuan saja terpisah dari kehidupan sehari-hari. Laporan penulisan yang memisahkan materi biologi dari kehidupan sehari-hari sesungguhnya terlalu menyederhanakan masalah, sehingga sekalipun penulisan semacam ini sudah banyak dilakukan namun integrasi terhadap pembelajaran masih kurang berarti. Duit (2007) menganjurkan agar penelitian pendidikan di masa mendatang dapat mengkaji masalah secara lebih komprehensif dari berbagai sisi.
8 Saat ini penelitian dan penulisan bidang pendidikan yang dilakukan berkisar pada dua variabel saja yaitu sains dan pedagogi. Materi biologi biasanya hanya diperlakukan sebagai sesuatu yang terpisah dari aspek pedagogi, apalagi pengetahuan lokal. Misalnya apabila kita mempelajari suatu materi biologi tentang keanekaragaman hayati, materi tersebut memang dilakukan pada suatu materi tertentu. Materi hanya menjadi tempelan saja seolah tidak terkait dengan karakteristik materi lain (misalnya ruang lingkup biologi). Rancangan pembelajaran sains tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik materi (Baumgartner, et al., 2002; Duit, 2007; Jenkin, 2001). Inti kegiatan pendidikan adalah proses pembelajaran di kelas. Oleh karena penelitian pembelajaran semestinya menjadi prioritas. Sayangnya jumlah penelitian proses pembelajaran masih sangat terbatas. Sejauh ini sebagian besar penelitian masih berkisar tentang pembelajaran (misalnya pengaruh media, metode, ataupun pendekatan tertentu terhadap prestasi) namun belum menyentuh aspek bagaimana proses pembelajaran berlangsung (Widodo, 2009). Dalam penelitian-penelitian yang sering dilakukan, aspek yang dikaji pada mumnya adalah tentang faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran dan pengaruhnya, dan bukan pada bagaimana faktor-faktor tersebut berlangsung dalam proses pembelajaran. Di masa mendatang penelitian tentang proses pembelajaran hendaknya mendapatkan lebih banyak perhatian. Daftar Pustaka Anonim Code of Etic. Discussed and adopted at the General Assembly of the International Society of Ethnobiology. 10 th International Congress of Ethnobiology. Thailand. Widodo, A Gambaran penelitian pendidikan biologi: Perkembangan penelitian di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Asimilasi, 1(1), Baumgartner et al Design-based research: An emerging paradigm for educational inquiry. Educational Researcher, 32(1), 5-8. Duit, R Science education research internationally: Conception, research methods, domain of research. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), Jenkin, E. W., Research in science education in Europe: Retrospect and prospect. In H. Behrendt, H. Dahncke, R. Duit, W. Graeber, M. Komorek, A. Kross & P. Reiska, Eds., Research in Science Education Past, Present, and Future. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
9
10
PROFIL MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI TAHUN 2015
PROFIL MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI TAHUN 2015 Rio Taufiq Nugroho 1), Hariyatmi 2), Mahasiswa 1), Staf Pengajar 2), Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas
Lebih terperinciTREND 25 TAHUN ( ) PENELITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS RIAU
TREND 25 TAHUN (1988-2012) PENELITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS RIAU Firdaus L.N. dan Raja Hussien Arief Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paling tidak, ada empat petanyaan yang ingin dijawab melalui kajian deskriptif dalam kurun waktu 25 tahun ini, yaitu:
6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dalam bidang Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) telah mengalami perkembangan yang pesat di serata kontinen. Bukan saja karena perkembangan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PENINGKATAN MUTU PENELITIAN PROGRAM STUDI
LAPORAN PENELITIAN PENINGKATAN MUTU PENELITIAN PROGRAM STUDI META ANALISIS SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI GUNA MEMBANGUN ROADMAP PENELITIAN PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI Peneliti: Dr. phil. Ari Widodo, M. Ed.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di dalamnya berupa sumberdaya hutan. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang tersimpan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam lainnnya yang tersebar
Lebih terperinciINFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012
INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Fakta seperti pada Tabel 1.1. Apabila ingin terlepas. manusia melalui meningkatkan mutu pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di kawasan Asia, yang mengalami ketertinggalan dalam mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Fakta seperti
Lebih terperinciKECENDERUNGAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI TAHUN 2015
KECENDERUNGAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI TAHUN 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya. Sejak zaman dahulu, manusia khususnya masyarakat Indonesia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasna Nuraeni, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains berperan penting dalam upaya pembangunan Indonesia seutuhnya melalui pencapaian tujuan proses pembelajarannya. Namun kondisi pendidikan Indonesia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciKANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV
2012, 773 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO ULTRA HIGH FREQUENCY (UHF) PADA ZONA LAYANAN IV,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciArif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang
IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN IPA TEMA KONSERVASI UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER SISWA Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang Email: arif.gnpt@gmail.com Abstrak Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.
I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bagian pendahuluan mencakup beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup
Lebih terperinciSILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu
SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
Lebih terperinci53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan
53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu dan dapat diperbaharui. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari biodiversitas tumbuhan setelah negara brazil yang mempunyai hutan terluas di dunia. Diperkirakan diseluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan dan potensi kemampuan anak agar bermanfaat bagi. yang sesuai. Dalam hal ini ditujukan untuk membantu anak dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan dan potensi kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan pendahuluan penelitian, adapun yang disampaikan pada Bab ini diantaranya, (A) Latar Belakang, (B) Perumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, (D) Manfaat Penelitian, dan
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( Pertemuan ke-6 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( Pertemuan ke-6 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3. Menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari sumberdaya hewani, nabati, gejala dan keunikan alam atau keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan pengelolaan perikanan sejak tahun 1940-an menggunakan pendekatan konvensional dimana pendekatan yang dipakai lebih sektoral sehingga sedikit mengabaikan kaidah-kaidah
Lebih terperinciRINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018
RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. BAGI HASIL DAK N FISIK TOTAL ALOKASI UMUM TA PROFESI DESA TA I Provinsi Aceh 126.402.087 76.537.898 19.292.417 396.906.382
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA
NO PROVINSI DK KABUPATEN JUMLAH PESERTA JML PESERTA PROVINSI 1 A C E H 1 Kab. Aceh Besar 30 180 2 Kab. Aceh Jaya 30 3 Kab. Bireuen 30 4 Kab. Pidie 30 5 Kota Banda Aceh 30 6 6 Kota Lhokseumawe 30 2 BANGKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan berasal dari kata tahu yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008, artinya mengerti setelah melihat suatu fenomena alam. Berdasarkan pengertian
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington
Lebih terperinciPerlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *
Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 19 Januari 2016; disetujui: 26 Januari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya
Lebih terperincivi panduan penyusunan rencana pengelolaan kawasan konservasi laut daerah DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan Umum Penetapan KKLD 9 Gambar 2. Usulan Kelembagaan KKLD di Tingkat Kabupaten/Kota 33 DAFTAR LAMPIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani merupakan salah satu cabang dari etnobiologi yang mempelajari konsep-konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil perkembangan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains atau ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sesuai dengan latar belakang pentingnya IPA dalam Depdiknas (2006:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciJumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548
4. Kota Bekasi 23 109 5. Kota Bekasi 10 110 6. Kabupaten Purwakarta 17 111 7. Kabupaten Bandung 43 112 8. Kodya Cimahi 3 113 9. Kabupaten Sumedang 26 114 10. Kabupaten Garut 39 115 11. Kabupaten Majalengka
Lebih terperincimemiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,
Lebih terperinciModul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air
vii B Tinjauan Mata Kuliah uku ajar pengelolaan sumber daya air ini ditujukan untuk menjadi bahan ajar kuliah di tingkat sarjana (S1). Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa pokok materi yang berhubungan
Lebih terperinciMata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinci2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona
No.1421, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LIPI. Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG MUSEUM NASIONAL
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci27. peristiwa mutasi; 28. evolusi dan asal-usul kehidupan; 29. usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan; 30. bioteknologi dalam kehidupan.
i Tinjauan Mata Kuliah M ata kuliah Materi Kurikuler Biologi SMA merupakan mata kuliah dengan bobot 3 sks yang diperuntukkan bagi mahasiswa S1 Pendidikan Biologi. Bagi Anda yang berprofesi sebagai guru,
Lebih terperinciLAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - DAFTAR WILAYAH KERJA DAN ALAMAT KANTOR REGIONAL DAN KANTOR OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercayakan Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk
Lebih terperinci12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA
12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciMata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
57. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 1,3% dari luas seluruh permukaan bumi. Wilayah ini mempunyai kekayaan biodiversitas yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok besar, yaitu masyarakat pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dua
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa kini, secara garis besar kebudayaan manusia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu masyarakat pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Dua pengelompokan ini menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pendekatan terhadap sumber daya alam yang dikandung dalam sistem budaya tradisional adalah bersifat holistik dan bottom up sejalan dengan nalar yang berwawasan
Lebih terperinciPOTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP
POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang menuntut
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan, oleh karena itu mutu pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Kemajuan pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropika yang dikenal cukup unik dan merupakan salah satu komunitas yang kaya akan keanekaragaman jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai macam permasalahan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia dewasa ini, antara lain adalah masih lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun
1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciPengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan. 16-Sep-11. Syawaludin A. Harahap 1
PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR YANG BERKELANJUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Syawaludin A. Harahap 1 Pengelolaan/ Pembangunan merupakan Pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami
Lebih terperinciKeterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip buku atau bahan pustaka lain
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciANALISIS KECENDERUNGAN METODOE PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNS
3-030 ANALISIS KECENDERUNGAN METODOE PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNS Suciati Sudarisman Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS E-mail: suciati.sudarisman@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG SUMBER DAYA GENETIK HEWAN DAN PERBIBITAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG SUMBER DAYA GENETIK HEWAN DAN PERBIBITAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinci